Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

PRAKTIKUM ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISITEM


KERJA
MODUL I FISIOLOGI

Kelompok 3
1. Elly Setiawan (190503016)
2. Gita Ananda Putri (200503001)
3. Widdya Astry (200503007)
4. Maulana Sahni (200503011)
5. M. Ikram (200503017)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Hanya atas karunia-Nya penulis telah dapat
menyelesaikan sebuah Tugas Laporan Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
dengan judul ”Fisiologi” yang dijadikan sebagai tugas praktikum mata kuliah
Ergonomi.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW beserta penerusnya yang telah setia tulus ikhlas untuk meneruskan
dan kemuslihatan umat.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Meri
Andriani.ST.,MT selaku dosen dalam mata kuliah praktikum Ergonomi dan
Perancangan Sistem Kerja.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Pratikum Ergonomi dan
Perancangan Sistem Kerja ini masih banyak kekurangannya.Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak,
guna lebih sempurnanya Tugas laporan ini. Mudah–mudahan Laporan ini ada
manfaatnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Langsa, 29 Juni 2022

Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fisiologi Kerja merupakan salah satu cabang ilmue rgonomi yang fokus
terhadap pengukuran energi yang dikeluarkan atau energi yang dikonsumsi oleh
manusia. Dalam menjalankan aktivitasnya. Energi yang dikeluarkan/dikonsumsi
terjadi karena adanya proses metabolisme yang terjadi didalam otot yang ditunjang
oleh sistem cardiovascular dan sistempernafasan yang terdapat di dalam tubuh. Kerja
fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaga
(power). Kerja fisik disebut juga „manual operation‟ dimana performan skerja
sepenuhnya tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power)
ataupun pengendali kerja.(Emitua Purba, 2020)
Dalam kerja fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan
tolak ukur penentu beratatauringannya suatu pekerjaan. Pengukuran beban kerja
fisik merupakan pengukuran beban kerja yang dilakukan secara obyektif diman
asum berdata yang diolah merupakan data-data kuantitatif, yaitu denyut jantung
atau denyut nadi dan konsum sienergi. Denyut jantung atau denyut nadi
digunakan untuk mengukur beban kerja seseorang dari gerakan otot.
(Anizar,2018)
Beban kerja dapat diukur dengan denyut nadi kerja. Selain itu, denyut nadijuga
dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi fisik atau derajat kesegaran
jasmani seseorang. Denyut jantung (yang diukur per menit) dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kelelahan seseorang.( A.Jabbar M.Rambe,2017)
Faktor kerjafisik sangat menentukan akan jumlah produksi. selama proses kerja
fisik karyawan akan mengeluarkan energy sehingga sehingga agar proses produksi
tetap optyimal maka perlu dilakukan keseimbangan antara pengeluaran dan
pemulihan energi. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap pemulihan energy
antara lain adalah waktu istirahat, periode istirahat, dan frekuensi istirahat. Adapun
kelehan dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu kelelahan fisiologis dan kelelahan
psikologis. Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya
perubahan fada tubuh, sedangkan kelelahan psikologis adalah kelelahan yang timbul
akibat beban kerja mental seperti stres, gangguan psikis, atau adanya (Wahyu
Hidayat, 2020)

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari dilakukannya praktikum modul ini yaitu:
1. Mampu melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan metode fisiologi.
2. Mampu memahami, melakukan, dan menyelesaikan perhitungan beban kerja
fisik suatu pekerjaan tertentu dengan metode pengukuran denyut nadi.
3. Mampu menilai tingkat beban kerja fisik suatu pekerjaan tertentu dan
menentukan selang kerja-istirahat karena beban kerja tersebut.
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi besar batasan beban yang
dibolehkan untuk diangkat seorang operator.
5. Mampu menentukan waktu istirahat bagi operator.

1.3. Perumusan Masalah


1. Bagaimana melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan metode
fisiologi ?
2. Bagaimana hasilperhitungan RWL?
3. Bagaimana cara menganalisis posturkerja operator dalam melakukan aktifitas
kerja tertentu ?
4. Mengapa stasiun kerja menjadi suatu peranan penting dalam penilain
bebankerja ?
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada praktikumadalah :
1. Dalam pengumpulan data operator melakukan kegiatan berlari pada treadmill
selama 5 menit.
2. Pengukuran denyut nadi istirahat selama 60 detik dilakukan sebelum operator
melakukan aktivitas.
3. Setelah melakukan aktivitas operator langsung dihitung denyut nadinya
sebanyakdua kali tanpa istirahat, setelah itu istirahat selama 60 detik lalu
dianjutkan dengan pengukuran denyut jantung sebanyak dua kali tanpa
istirahat.

1.5 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikuma dalah:
1. Timbangan badan
2. Alat ukur denyut nadi
3. Treadmill

1.6 Asumsi-asumsi yang Digunakan


1. Pada saat kegiatan praktikum operator diasumsikan dalam keadaan sehat.
2. Cuaca pada saat praktikum dalam kondisi cerah.
3. Beban yang dibawa oleh operator diasumsikan 10 kg

1.7. Sistematika Laporan


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
1.3. Perumusan Masalah
1.4. Batasan Masalah
1.5. Alat dan Bahan
1.6. Asumsi-asumsi yang Digunakan
1.7. Sistematika Laporan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Kerja Fisik dan Konsumsi Energi
2.1.1. Proses Metabolisme
2.1.2. Standar untuk Energi Kerja
2.1.3. Pengukuran Denyut Jantung
2.1.4. Kalori dalam Makanan
2.2. Peningkatan Efisiensi Kerja Fisik
2.3. Evaluasi Metode Kerja dengan Cara Pengukuran Energi yang

2.4. Kelelahan Akibat Kerja


2.4.1. Pengertian Kelelahan
2.4.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
2.4.3. Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan
2.4.4. Pengukuran Kelelahan
2.5. Beban Kerja
2.5.1. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
2.5.2. Penilaian Beban Kerja Fisik
2.5.2.1. Penilaian Beban Kerja Secara Langsung
2.5.2.2. Penilaian Beban Kerja Secara Tidak Langsung
2.6. Penentuan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
2.7. Jurnal Internet
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Praktikum
3.2. Sampel yang Digunakan
3.3. Data yang Digunakan
3.4. Pengolahan Data
3.5. Analisis dan Evaluasi
3.6. Kesimpulan dan Saran
3.7. Flowchart Praktikum
BAB IV PEMILIHAN OPERATOR
4.1. Pengumpulan Data Fisiologi
1.1.1. Prosedur Pengumpulan Data
1.1.2. Pengumpulan Data
4.2. Pengolahan Fisiologi
1.2.1. Metode PenilaiansecaraLangsung
1.2.2. Metode Penilaiansecara Tidak Langsung
1.2.2.1. Perhitungan % CVL
BAB V PENGUMPULAN DATA
5.1. Pengumpulan data fisiologi
5.2.1. Data DNI Operator
5.2.2. Data DNK Operator
BAB VI PENGOLAHAN DATA
6.1. Pengolahanfisiologi operator
BAB VII ANALISIS DAN EVALUASI
7.1. Analisis
7.1.1. AnalisisFisiologiuntukPemilihan Operator
7.2. Evaluasi
7.2.1. PerancanganFasilitaskerjaUsulan
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
8.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
L.1. Tabel DNI
L.2. Tabel DNK
Foto Operato
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kerja Fisik dan Konsumsi Energi


Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi otot fisik ototmanusia
sebagai sumber tenaga (power) (Sugiono, 2018). Kerja fisik disebut “manual
operation” karena kemampuan bekerja sangat bergantung pada manusia, baik
berfungsi sebagai sumber energi maupun sebagai pengontrol. Setiap beban kerja yang
diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik dalam kemampuan fisik,
kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban kerja tersebut, ini dari
sudut pandang ergonomi (Tarwaka, dkk, 2018). Kemampuan kerja seseorang berbeda
dari satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan,
kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan. Beban
kerja disebabkan oleh 2 hal yaitu beban kerja fisik (fisiologis) dan beban kerja mental
(psikologis). Kerja mental merupakan kerjayang melibatkan proses berpikir dari otak
kita.Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahanmental bila kerja tersebut dalam
kondisi yanglama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisiksecara langsung. Sedangkan
kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi otot fisik ototmanusia sebagai
sumber tenaga (power).(Sugiono, 2018). Konsumsi energi untuk kegiatan tertentu
merupakan selisih antara pengeluaran energi pada saat kerja terhadap pengeluaran
energi pada saat istirahat. Konsumsi energi ialah faktor yang penting dan menjadi
acuan ringan maupun beratnya suatu kerja fisik, namun konsumsi energi belum
dikatakan mencukupi saat digunakan untuk mengestimasi beban kerja fisik. Jumlah
kJ (kiloJoule) yang dikonsumsi belum bisa menjadi penentu, tetapi jumlah otot yang
terlibat serta beban statis yang diterimalah yang menjadi penentu beban kerja fisik,
selain itu tekanan panas dari lingkungan kerja mengakibatkan meningkatnya denyut
nadi (Annisa, 2018).Rumus konsumsi energi adalah sebagai berikut:
a. E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (Kkal/menit)
berdasarkan kecepatan denyut jantung permenit(X).E =1,80411 –

0,0229038 X + 4,71711.10^-4 X^2 1


b. (E-50) =Habisnya cadangan energi (Kkal/menit)Sedangkan untuk
menghitung lamanya waktu istirahat adalah:
c. Lamanya waktu istirahat diharapkan cukup untuk diasumsikan
berdasarkan pada 25Kkal.
1. Diasumsikanbahwaselamaistirahat,jumlahenergi1,5kcal/menit.
2. Tingkatan energi dimana cadangan energi dapat dibangun
kembali adalah 5,0–1,5kcal/menit.
3. Waktu istirahat ini adalah konstan/tetap dan diasumsikan
berdasarkan pada 25Kkal.
Dalam penentuan waktu istirahat (RT), terdapat rumus dengan
menggunakan nilai K sebagai jumlah energi yang dipakai untuk bekerja
(Kkal/menit), S sebagaistandar energi yang dipakai (untuk pria 5 Kkal/menit, dan
untuk wanita 4 Kkal/menit),T sebagai total dari durasi kerja yang dilakukan
(menit), dan BM adalah nilai dari metabolisme basal (Kkal/menit).Maka nilai dari
waktu kerja ditentukan dengan persamaan:

a. RT= RT=0 .................................JikaK<S

b. RT = …….JikaS≤K≤2S

c. RT= x1,11 .................................... JikaK≥2S

Sumber: Pullat, 1992


2.1.1 Proses Metabolisme
Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan bagian
terpenting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik.Lewat
metabolism eakan dihasilkan panas dan energi yang diperlukan untuk kerja fisik
(physicalwork)lewat sistem otot manusia.Metabolisme adalah proses kimia yang
terjadi di dalam tubuh makhluk hidup maupun di dalam sel (Kusnadi, 2019).
Metabolisme seluler terjadi dikatalisis oleh enzim dan interaksi antar enzim melalui
serangkaian reaksi kimia yang terjadi secara spontan. Reaksi – reaksi ini selain
melibatkan berbagai jenis metabolite juga dapat menghasilkan energi maupun
mendaur ulang komponen yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh (Hefzi, 2019).
Proses metabolisme bersifat spesifik dan berjalan simultan tanpa kesalahan karena
diregulasi oleh DNA di nukleus dengan hasil ekspresi yang dapat berupa protein di
sitoplasma, reticulum endoplasma maupun jenis translokasi protein yang lain.
Fenotipe yang terbentuk berasal dari aliran DNA ke RNA menjadi protein melalui
proses transkripsi dan translasi (Karp, 2020),

2.1.2 Standar Untuk Energi Kerja


Konsumsi energi total terdiri atas :
1. Metabolisme basal
2. Kalori untuk bersantai
3. Kalori untuk bekerja
Kebutuhan energi :
1. Metabolisme dasar (tubuh sedang istirahat){25 kalori/kg berat badan
(wanita) ; 30 kalori/kg berat badan (pria)}
2. Aktivitas ringan = (1+0.5) metabolisme dasar/kg berat badan
3. Aktivitas berat = (1+1) metabolisme dasar/kg berat badan

Kebutuhan Energi dan Kalori Sebagai Standar Energi Kerja:


1. Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT)IMT = berat badan (kg)/ [tinggi
(m)]2
2. Tentukan BB ideal dengan klasifikasi IMT
i. BB kurang : < 18,5BB normal : 18,5 - 22,9
ii. BB lebih : >= 23,0
iii. BB lebih dengan risiko: 23,0 - 24,9
iv. Obes I: 25,0 - 29,9
v. Obes II: >= 30
3. Hitung Kebutuhan KaloriBasal
Laki-laki : BB (kg) x 30 kalori/kg = ....... kalori
Wanita : BB (kg) x 25 kalori/kg
Koreksi/penyesuaian
Umur > 40 tahun: minus (-) 5% x kalori basal = - ..... kalori
Aktivitas ringan : plus (+) 10% x kalori basal = + ..... kalori
Sedang : (+) 20%
berat : (+) 30%
BB gemuk : (-) 20% x kalori basal = -/+ ... kalori
Lebih : (-) 10%
kurang : (+) 20%
Stres metabolik (+) 10-30%xkalori basal = + ..... kalori
Hamil trimester I&II = + 300 kalori
Hamil trimester III/laktasi = + 500 kalori
TOTAL KEBUTUHAN = ... kalori
Stres metabolik berupa infeksi, operasi, dll

2.1.3 Pengukuran Denyut Jantung


Denyut Jantung berguna untuk mengukur beban kerja pekerja yakni dari
gerakan otot, dengan keyakinan bahwa semakin besar aktivitas ototnya maka
peningkatan dari gerakan denyut nadipun juga semakin tinggi, begitupun sebaliknya
(Susandi. 2018). Mengukur denyut jantung dapat dilakukan saat pekerja belum
memulai aktivitasnya dan saat pekerja sedang melakukan pekerjaannya.
Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu untuk menilai
cardiovascular strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung
denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan electrocardiograph
(ECG). Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual
memakai stopwatch dengan Metode 10 denyut (Kilbon,2018). Dengan metode
tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
10 denyut
Denyut Nadi (denyut/me nit)  x 60
Waktu Perhitunga n
Selain metode 10 denyut tersebut, dapat juga dilakukan perhitungan denyut nadi
dengan metode 15 detik atau 30 detik. Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat
ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah, cepat, efisien
dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya cukup
reliabel.Tarwaka menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut
nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardiovaskuler (cardiovascular load = %CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
100 x (denyut nadi kerja - denyut nadi istirahat)
CVL 
Denyut Nadi Maksimum - Denyut Nadi Istirahat
Sumber: Buku Panduan EPSK, 2017
Di mana denyut nadi maksimum adalah 220 umur untuk laki-laki dan 200
umur untuk wanita. Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan
dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut: 1. 100% = Tidak
diperboehkan beraktivitas Untuk menghitung lamanya waktu kerja, maka dengan
rumus dibawah ini, jika diketahui bahwa: a. E = Konsumsi energi selama pekerjaan
berlangsung (Kkal/menit) berdasarkan kecepatan denyut jantung per menit (X). E =
1,80411 – 0,0229038 X + 4,71711.10-4 X2 b. (E-50) = Habisnya cadangan energi
(Kkal/menit) Sedangkan untuk menghitung lamanya waktu istirahat adalah: b.
Diasumsikan bahwa selama istirahat, jumlah energi 1,5 kcal/menit.

Tabel 2.1 Klasifikasikan Berat Ringannya Beban Kerja Berdasarkan %CVL


%CVL Klasifikasi %CVL

≤ 30 % Tidak terjadi kelelahan pada pekerja

Diperlukan perbaikan tetapi tidak


30%< %CVL ≤ 60 %
mendesak

60 < %CVL ≤ 80 % Diperbolehkan kerja dalam waktu singkat

80 < %CVL ≤ 100 % Diperlukan tindakan perbaikan segera

%CVL > 100 % Aktivitas kerja tidak diboleh dilakukan

2.1.4 Kalori Dalam Makanan


Kalori makanan berperan penting dalam membentuk energi bagi tubuh. Tubuh
memerlukan kalori agar bisa berfungsi dengan baik. Namun, terlalu banyak atau
terlalu sedikit kalori tentu berdampak buruk terhadap kesehatan tubuh.Sebelum
mengetahui berapa banyak kalori dalam sebuah makanan, perlu mengenali dahulu
berapa kebutuhan kalori harian. Hal ini bertujuan mendapatkan keseimbangan antara
kalori yang dibakar dengan asupan kalori yang didapat tubuh. Setelah mengetahui
berapa banyak kalori mininum yang dibutuhkan tubuh, saatnya melakukan
penghitungan kalori makanan (Dewanty, 2021). Di bawah ini cara menghitung kalori
dalam makanan guna membantu menurunkan berat badan (Dewanty, 2021):
1) Membaca informasi nilai gizi makanan
Salah satu cara menghitung kalori makanan yang paling mudah yakni
membaca informasi nilai gizi pada kemasan makanan. Hampir setiap produsen
makanan diharuskan menyertakan informasi nilai gizi pada produk
kemasan.Informasi ini biasanya bisa Anda jumpai dalam bentuk grafik pada bagian
belakang atau samping kemasan. Bila Anda ingin tahu apa saja kandungan gizi
makanan yang dikonsumsi, label fakta gizi adalah solusi yang Anda cari.
Sebagai contoh, label nilai gizi sebuah makanan biasanya memiliki berapa banyak
kandungan kalori satu porsi di dalamnya. Untuk mencapai atau menjaga berat badan
ideal, Anda perlu menyeimbangkan asupan jumlah kalori dengan kalori yang akan
dibakar.
2) Memperhatikan jumlah protein, karbohidrat, dan lemak
Pada saat membaca informasi gizi sebuah makanan, Anda perlu
memperhatikan 3 kandungan gizi yang tertera pada label, yaitu: protein, karbohidrat
dan lemak. Ketiga zat gizi makro ini biasanya meliputi semua kalori dalam makanan.
Hasilnya, jumlah setiap zat gizi tersebut memperlihatkan berapa skala dari total kalori
yang terdapat dalam makanan.
3) Mengalikan setiap zat gizi makro dengan kalori
Langkah selanjutnya dari menghitung kalori makanan yakni dengan
mengalikan ketiga zat gizi yang disebutkan dengan jumlah kalorinya. Hitungan satu
gram protein diperkirakan mengandung sekitar 4 kalori dan satu gram karbohidrat
pun mengandung kalori yang sama. Sementara itu, satu gram lemak setara dengan 9
kalori. Artinya, bila makanan yang dikonsumsi mengandung 20 gram protein, 35
gram karbohidrat, dan 15 gram lemak, hasil kalori dalam makanan yaitu sebesar 355
kalori dengan rincian: protein (20 gram × 4 = 80 kalori), karbohidrat (35 gram × 4 =
140 kalori) dan lemak (15 gram × 9 = 135 kalori). Usahakan untuk menggunakan
standar yang benar saat menghitung kalori makanan, yaitu dalam satuan kalori.
4) Menjumlahkan kalori setiap zat gizi makro
Setelah mengetahui bagaimana kalori dihitung, jumlahkan setiap zat gizi
makro untuk mendapatkan kalori total dalam satu porsi makanan.Total kalori zat gizi
makro yang telah dihitung sebelumnya yakni 355 kalori. Jumlah tersebut harus sesuai
dengan kemasan yang tertera pada label fakta gizi. Cara ini setidaknya membantu
untuk melihat berapa jumlah kalori pada setiap zat gizi. Jumlah di atas mungkin
terlihat tidak begitu banyak. Namun, ketika Anda menambah asupan lemak dengan
total kalori yang tinggi, angkanya bisa melonjak.
5) Mempertimbangkan jumlah kalori dengan porsi makanan
Jumlah kalori yang sudah diketahui hanya menunjukkan satu porsi sebuah
makanan. Bila ada beberapa porsi yang termasuk dalam makanan tersebut, jumlah
kalori sebenarnya akan jauh lebih banyak. Itu sebabnya, Anda perlu mengatur berapa
banyak porsi makan yang sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori harian. Sebagai
contoh, makanan dengan 355 kalori per porsi akan menghasilkan 1.065 kalori bila
dalam kemasan tersebut terdapat 3 porsi.
Selain menghitung kalori makanan, Anda juga perlu mengimbanginya dengan
menjalani pola hidup sehat, meliputi:
1. Makan ketika merasa lapar
2. Mengatur porsi makan lebih sedikit
3. Mengonsumsi makanan sesuai kebutuhan kalori
4. Memilih makanan yang kaya serat dan protein
5. Rutin berolahraga

2.2 Peningkatan Efisiensi Kerja Fisik


Efisiensi kerja adalah pelaksanaan kerja dengan cara tertentu tanpa
mengurangi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara-cara tertentu ini biasanya
lebih mudah untuk dikerjakan, biayanya lebih terjangkau, dan waktu pengerjaannya
juga jauh lebih singkat, namun semua ini tidak mengurangi target atau tujuan yang
sudah ditetapkan sebelumnya (llmu, 2022). Maka efisiensi lebih menekankan pada
kualitas pekerjaan yang kita berikan. Biasanya, ini berfokus pada penghematan
waktu, biaya dan sumber daya yang kita berikan. Sebagai contoh, perusahaan wafer
menghasilkan 500 juta rupiah setiap bulannya, sedangkan perusahaan biskuit hanya
menghasilkan 400 juta rupiah. Menurut Sedarmayanti (2018), efisiensi kerja pada
prinsipnya adalah perbandingan terbaik antara hasil yang diperoleh dengan kegitan
yang dilakukan. Bekerja dengan efisien adalah bekerja dengan gerakan, usaha, waktu
dan kelelahan yang sedikit mungkin. Dengan menggunakan cara kerja yang
sederhana, penggunaan alat yang dapat membantu mempercepat penyelesaian tugas
serta menghemat gerak dan tenaga, maka seseorang dapat dikatakan bekerja dengan
efisien dan memperoleh hasil yang memuaskan. Tujuan utama pekerjaan kantor untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan sering
dijumpai kedala- kendala yang dapat mempengaruhi kelancaran kerja. Diantaranya
dapat berupa sistem, prosedur atau cara kerja yang kurang efisien dalam
melaksanakan pekerjaan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan efisien kerja karyawan
adalah hasil kerja (output). Baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya
manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh sebab itu, perusahaan perlu
melakukan manajemen efisiensi kerja karyawan dengan merumuskan tujuan dengan
menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan bawahan. Faktor-Faktor
Mempengaruhi Efisiensi Kerja (Sedarmayanti, 2018):
a Kompetensi Individu, kompetensi individu adalah kemampuan dan
keterampilan melakukan kerja. Kompetensi setiap orang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitukemampuan, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
kerja, motivasi dan etos kerja.
b Dukungan Organisasi, tingginya efisiensi karyawan juga tergantung pada
dukungan organisasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana dan
prasarana kerja, kondisi kerja serta syarat kerja. Pengorganisasian
dimaksudkan untuk memberikan kejelasan bagi setiap unit kerja dan setiap
orang perlu memiliki dan memahami uraian jabatan dan uraian tugas yang
jelas.
c Dukungan Manajemen, Efisien dan penghematan waktu setiap orang
dipengaruhi oleh kemampuan manajerial para manajemen atau pimpinan,baik
dengan membangun system kerja dan hubungan industrial yang aman
danharmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi pekerja yang
terlibat dalam aktifitas perusahaan, demikian juga dengan menumbuhkan
motivasi dan memobilisasi seluruh pegawai untuk bekerja secara optimal
dalam rangka pengembangan kompetensi pekerja.

2.3 Evaluasi Metode Kerja dengan Cara Pengukuran Energi yang


Dikonsumsi
Konsumsi energi pada waktu kerja dapat ditentukan dengan cara tidak
langsung (pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah,
temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan paru-paru)
dan dapat diukur dengan cara pengukuran denyut nadi (Andriyanto & Bariyah, 2012).
Metode untuk evaluasi metode kerja adalah metode Nordic Body Map.
Metode ini merupakan metode pengukuran rasa sakit otot dengan cara menganalisis
setiap bagian tubuh manusia. Metode ini bertujuan untuk mengetahui bagian otot
yang mengalami keluhan dari tingkat tidak menyakitkan sampai tingkat menyakitkan
(Setyanto,.dkk, 2015). Penilaian menggunakan 5 skala likert dengan skala 1 sampai 5.

2.4 Kelelahan Akibat Kerja


2.4.1 Pengertian Kelelahan
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Annisa dan
Fithri, 2018). Pada dasarnya, pekerjaan yang berat hanya boleh dilakukan untuk
jangka waktu yang singkat dan diselingi dengan adanya istirahat. Apabila kelelahan
kerja tidak segera ditangani dan segera beristirahat, maka akan terjadi akumulasi
kelelahan dalam sehari, sehingga dapat berdampak lebih parah terhadap kesehatan
(Rizky, 2018). Maka dari itu usulan perbaikan dalam mengatasi tuntutan pekerjaan
ini, peneliti memberikan tambahan waktu istirahat yakni setengah jam setelah pekerja
melakukan pekerjaan statis selama 4 jam. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
dampak dari adanya beban kerja yang mampu dilihat dari denyut jantung yang
meningkat serta mengurangi dampak keluhan para pekerja sehingga dapat
meminimalisir kelelahan kerja pekerja packaging home industry Ganesa.
Adapun kelehan dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu kelelahan fisiologis
dan kelelahan psikologis. Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena
adanya perubahan faal tubuh, sedangkan kelelahan psikologis adalah kelelahan yang
timbul akibat beban kerja mental seperti stres, gangguan psikis, atau adanya tekanan
yang mengakibatkan psikologis terganggu (Hidayat, 2020).
2.4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja
Faktor penyebab terjadinya kelelahan akibat kerja dapat dibedakan menjadi 2
bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal, berikut penjelasannya (Ayu, 2021) :
1. Faktor Internal
Faktor-faktor internal yang dinilai dapat mempengaruhi kelelahan yang
dialami pekerja yaitu usia, masa kerja, status gizi, masalah pribadi, jam tidur
yang tidak teratur, kualitas tidur, kegiatan diluar pekerjaan . Berdasarkan
kuesioner SSRT dengan skala Likert yang mengkonversi subjective
kekuantitatif, kelelahan kerja sedang yang dialami oleh beberapa pekerja tidak
hanya dialami oleh pekerja yang berusia diatas 30 tahun, namun juga dialami
oleh pekerja yang berusia dibawah 30 tahun. Kemudian untuk kelelahan
sedang juga dialami oleh pekerja dengan masa kerja dibawah 2 tahun,
meskipun tetap didominasi oleh pekerja dengan masa kerja diatas 2 tahun.
Kelelahan sedang juga dirasakan oleh pekerja yang memiliki status gizi yang
normal, yaitu IMT yang berkisar antara 18,5-25,0.
2. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kelelahan yang dialami
pekerja adalah :
a Faktor Fisik
Faktor fisik yang didapatkan adalah kebisingan, iklim kerja, dan
pencahayaan atau penerangan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Keputusan 51/MEN/1999. Langkah untuk
mengurangi intensitas kebisingan yang diterima oleh para pekerja
disarankan menggunakan earplug dan melakukan maintenance mesin
secara berkala untuk mengurangi suara yang ditimbulkan dari mesin
yang sedang beroperasi. Suhu berkisar 27,4 ℃ dengan NAB sebesar
30 ℃ berdasarkan SNI 16-7063 2004 tentang Nilai Ambang Batas
Iklim Kerja (panas) yang berarti aman untuk para pekerja dan tingkat
kelembaban sebesar 48,2 %. Penerangan di tempat kerja tidak bisa
dianggap sepele karena pencahayaan dapat menyebabkan ketegangan
mata, kelelahan, sakit kepala, stress, hingga kecelakaan kerja jika
penerangan pada tempat tersebut tidak memenuhi standarnya.
Berdasarkan Kep-Menkes RI No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, tingkat
pencahayaan minimal sebesar 100 Lux dengan jenis kegiatan
pekerjaan kasar dan tidak terus menerus.
b Penerapan Shift Kerja
Setiap instasi pengguna sistem kerja bergilir perlu menyadari
konsekuensi dari penerapan sistem tersebut, karena kondisi kerja
antara siang dan malam hari sangat berbeda. Secara alamiah alam telah
mengatur periodisasi waktu kerja dan istirahat. Masa selama siang hari
disebut fase ergotropik, yaitu manusia berada pada puncaknya,
sedangkan pada malam hari disebut fase trophotropik, yaitu terjadinya
proses istirahat dan pemulihan tenaga. Karena keadaan tersebut,
pekerja yang bekerja pada shift malam lebih mudah mengantuk dan
lelah. Jika perusahaan memberlakukan sistem shift dengan rincian
shift 1 masuk kerja pada pukul 07.30 WIB - 15.30 WIB sedangkan
shift 2 masuk kerja pada pukul 15.30 WIB - 01.30 WIB. Penelitian
menunjukkan bahwa dari 5 orang pekerja yang mengalami kelelahan
sedang, sebesar 80% pekerja adalah yang mendapatkan shift 2.
Sehingga, terdapat ke khawatiran untuk para pekerja yang bertugas
pada shift 2 memiliki kemungkinan terjadi kecelakaan kerja lebih
tinggi dibandingkan dengan pekerja shift 1

2.4.3 Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan


Penting untuk mengatasi kelelahan, jika tidak segera diatasi maka dapat
menimbulkan resiko yang lebih besar, sehingga dapat merugikan diri sendiri dan
orang lain yang notabene teman sepekerja kit. Maka diperlukan langkah-langkah
untuk mengatasi kelelahan, berikut adalah 5 cara ampuh mengatasi kelelahan
(Lukyani, 2021):
1. Masalah kesehatan mental
Kelelahan merupakan gejala umum dari depresi klinis, baik karena depresi itu
sendiri atau masalah terkait seperti insomnia. Selain itu, kondisi lain yang bisa
juga menyebabkan kelelahan adalah kegelisahan, tekanan, kelelahan
emosional, atau peristiwa yang traumatis.
2. Faktor endokrin dan metabolisme
Kondisi kesehatan yang dapat memengaruhi hormon dan menyebabkan
kelelahan adalah penyakin ginjal, diabates, masalah elektrolit, sindrom
Cushing, hingga kehamilan.
3. Konsumsi obat-obatan
Mengonsumsi obat-obatan tertentu dapat menimbulkan efek samping
kelelahan. Obat tersebut di antaranya adalah antidepresan, antihipertensi,
statin, steroid, antihistamin, dan obat penenang.
4. Kondisi jantung dan paru-paru
Kondisi jantung dan paru-paru memengaruhi aliran darah dalam tubuh yang
dapat berakibat pada kelelahan. Kondisi tersebut tersebut radang paru-paru,
aritmia, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), penyakit jantung
koroner, dan gagal jantung.
5. Masalah tidur
Sulit tidur atau kualitas tidur yang buruk yang dialami terus-menerus dapat
membuat seseorang merasa kelelahan. Adapun faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan tidur adalah sleep apnea, narkolepsi, insomnia, dan
sebagainya.

2.4.4 Pengukuran Kelelahan


Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku
karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur dan
diperlukan pendekatan secara multidisiplin (Tarwaka, 2018)
Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja
antaralain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test
(WBRT), Uji ketuk jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji Critical
Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala kelelahan IFFRC (Industrial Fatique
Rating Comite), Skala Fatique Rating (FR Skala), Ekresi Katikolamin, Stroop
Test.(Suma‟mur, 1995) Menurut Tarwaka,dkk (2004), pengukuran kelelahan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses
kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang
dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus
dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan perilaku
psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk,
penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan
terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal
factor (Tarwaka, 2018)
Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan
dalam banyaknya produksi persatuan waktu.Sedangkan kualitas kerja
didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak,
kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.
b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja.
Yaitu dengan caraKuesioner. Subjective Self Rating Test dari
Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah
satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif.
Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari
beberapa hal berikut:
1) Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
a) Perasaan berat di kepala.
b) Lelah di seluruh badan.
c) Berat di kaki.
d) Menguap.
e) Pikiran kacau.
f) Mengantuk.
g) Ada beban pada mata.
h) Gerakan canggung dan kaku.
i) Berdiritidak stabil.
j) Ingin berbaring
2) Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:
a) Susah berfikir.
b) Lelah untukbicara.
c) Gugup.
d) Tidak berkonsentrasi.
e) Sulit untuk memusatkan perhatian.
f) Mudah lupa.
g) Kepercayaan diri berkurang.
h) Merasa cemas.
i) Sulit mengontrol sikap.
j) Tidak tekun dalam pekerjaan.
3) Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik :
a) Sakit dikepala.
b) Kakudi bahu.
c) Nyeri di punggung.
d) Sesak nafas.
e) Haus.
f) Suara serak.
g) Merasa pening.
h) Spasme di kelopak mata.
i) Tremor pada anggota badan.
j) Merasakurang sehat.
Pengukuran Kelelahan, Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur
tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran pengukuran yang dilakukan
oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan
terjadinya kelelahan akibat kerja. Metode pengukuran kelelahan terbagi dalam
beberapa kelompok (Waskito, 2017), yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
b. Uji psikomotor
c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
d. Perasaan kelelahan secara subjektif
e. Uji mental
Menurut Suma‟mur PK Untuk mengetahui kelelahan dapat diukur
dengan:
a. Waktu reaksi (Reaksi sederhana atas rangsang tuggal atau reaksi-reaksi
yang memerlukan koordinasi).
b. Konsentrasi (Pemeriksaan Bourdon Wiersma, UJi KLT).
c. Uji “Flicker fision”.
d. ECG (Electro Cardio Graph)(Ushada M. dkk, 2019).
Beberapa metode pengukuran kelelahan kerja yang dapat dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kelelahan yang dialami pekerja, antara lain
sebagai berikut (Waskito, 2017):
a. Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).
Menurut Setyawati KAUPKK (Kuesioner Alat Ukur
PerasaanKelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan
kelelahankerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan
perasaan yangtidak menyenangkan.Keluhan-keluhan yang dialami pekerja
sehari-harimembuat mereka mengalami kelelahan kronis (Hotmatua, 2019).
b. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan
Electroenchepalography(EEG).
c. Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan
caramelibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor
denganmenggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu
reaksi. Waktureaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang
sampai kepada suatusaat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam uji
waktu reaksi dapatdigunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit
atau goyangan badan.Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan
petunjuk adanya perlambatanpada proses faal syaraf dan otot.
d. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu
pendekatanyang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan
dalammenyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah
satualat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian
dankonsentrasi.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahanbiasanya
terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor,seperti
monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai
denganantropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa
danpengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat. Sumber kelelahan
dapatdisimpulkan dari hasil pengujian tersebut (Waskito, 2017)

2.5 Beban Kerja


Beban kerja merupakan keluarnya suatu usaha untuk terpenuhinya tugas yang
telah diberikan kepada masing-masing pekerja. Beban kerja juga bisa diartikan
sebagai suatu ukuran dari kapasitas kemampuan fisik manusia yang butuh untuk
dilakukan pada pekerjaan tertentu (Purbasari, 2019). Dalam pandangan ergonomi,
keseimbangan antara besarnya beban pada saat bekerja yang diterima oleh para
pekerja dengan kemampuan kognitif, kapasitas fisik, serta yang sangat dianjurkan
yakni tubuh manusia yang terbatas. Kinerja tubuh manusia sangatlah bergantung pada
tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, dan
ukuran tubuh manusia. Hal inilah yang menyebabkan setiap individu pekerja berbeda
akan kemampuan kerjanya(Celsa Julia Pujatari,.dkk, 2021).
2.5.1 Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja
Dalam Rahmaniah, Rizany, dan Setiawan (2020), menurut The Natinal
Institute Occuptional Safety and Health (NIOSH) (2017), menjelaskan bahwa
pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan rumah sakit atau kesehtan memiliki
kecenderungan tinggi untuk terkena stress kerja atau depresi, sedangkan America
National Association for Occuptional Healt (ANAOH) (2016), menempatkan
kejadian stress kerja pada perawat berada pada urutan paling atas dari empat puluh
kass pertama pada stress kerja. Menurut Budiawan (2015), faktor-faktor yang
memengaruhi beban kerja adalah sebagai berikut:
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh
pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai stressor, yang
termasuk beban kerja eksternal adalah: a. Tugas-tugas (task). Tugas ada yang
bersifat fisik seperti tata ruang kerja, stasiun kerja, alat dan sarana kerja,
kondisi kerja, sikap kerja, dan alat bantu kerja. Tugas juga ada yang bersifat
mental seperti, kompleksitas pekerjaan dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2015), menjelaskan
bahwa terdapat 78,8% perawat yang melakukan tugas kebersihan, 63,3%
melakukan tugas administrasi dan lebih dari 90% melakukan tugas non
keperawatan misalnya membuat resep, menetapkan diagnose penyakit dan
melakukan tindakan pengobatan dan hanya 50% yang melakukan asuhan
keperawatan sesuai dengan fungsinya. Sedangkan menurut Ambarwati (2015),
bila banyaknya beban kerja dan tugas yang tidak sebanding dengan
kemampuan fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan
menjadi sumber stress. b. Organisasi kerja. Organisasi kerja yang
mempengaruhi beban kerja misalnya, lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
kerja bergilirn, sistem pengupahan, kerja malam, tugas, dan wewenang.
Rumah sakit adalah salah satu organisasi yang bergerak di bidang kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di suatu wilayah
(Rahmaniah, Rizany, & Setiawan, 2020). Rahmaniah, Rizany, dan Setiawan
(2020) menambahkan bahwa konflik yang seringkali terjadi di Rumah Sakit
antara lain karena adanya perbedaan persepsi, perbedaan cara merealisasikan
tujuan, persaingan yang kurang sehat di antara perawat, adanya permasalahan
pribadi yang terbawa saat bekerja dan perasaan sedih saat bertengkar dengan
sesama perawat. Apabila konflik yang ada dikelola dengan baik, maka akan
menghasilkan efektifitas organisasi yang tinggi dan meningkatkan semangat
kerja sehingga kelelahan kerja akibat konflik kerja dapat diminimalisir. c.
Ligkungan kerja. Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja
misalnya saja lingkungan kerj afisik (penerangan, kebisingan, getaran,
mekanis), lingkungan kerja kimiawi (debu, gas, pencemar udara) lingkungan
kerja biologis (bakteri virus, dan parasit) dan lingkungan kerja psikologis
(penempatan tenaga kerja). Menurut Annur, Martono (2017), sumber-sumber
stres beban kerja di lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres
psikologis, yaitu ruangan kerja fisik yang kurang baik, beban kerja terlau
berat, tempo kerja terlalu cepat, pekerjaan terlalu sederhana, konflik peran,
hubungan dengan atasan maupun teman kerja yang kurang baik serta iklim
organisasi yang kurang menyenangkan.
2. Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu
sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Menurut
Bataha (2019), faktor internal merupakan daya penggerak dari dalam untuk
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. etos kerja dalam mengahadapi
beban kerja dari segi internal bisa dilihat dari tiga indikator terdiri dari arah
perilaku (direction of behavior), tingkat usaha (level of effort) dan tingkat
kegigihan (level of persistence). Reaksi tersebut dikenal dengan strain. Secara
ringkas faktor internal meliputi:
a. Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, status gizi
b. Faktor psikis, yaitu motivasi, peersepsi, kepercayaan, keinginan,
kepuasan, dan lain sebagainya.
2.5.2 Penilaian Beban Kerja Fisik
Penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu secara
objektif (penelitian secara langsung) dan metode tidak langsung (Mutia, 2018).
2.5.2.1 Penilaian Beban Kerja Secara Langsung
Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang
dikeluarkan melalui asupan oksigen selama bekerja. Meskipun metode dengan
menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat mengukur untuk
waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang cukup mahal.
Penilaian beban kerja secara langsung Salah satu kebutuhan umum dalam
pergerakan otot adalah oksigen yang dibawa oleh darah ke otot untuk pembakaran zat
dalam menghasilkan energi. Menteri Tenaga kerja melalui Kep. No. 51 tahun 1999,
menetapkan kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut:
a. Beban kerja ringan : 100-200 kilo kalori/jam
b. Beban Kerja sedang : > 200 – 350 kilo kalori/jam
c. Beban Kerja berat : > 350 – 500 kilo kalori/jam.
2.5.2.2 Penilaian Beban Kerja Secara Tidak Langsung
Sedangkan metode pengukuran tidak langsung adalah dengan menghitung
denyut nadi selama kerja. Denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme
yang baik, kecuali dalam keadaan emosi (Konz, 2017). Denyut nadi merupakan
respon fisiologis yang dapat dihitug secara praktis pada saat ingin mengetahui beban
kerja seseorang. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut
nadi adalah dengan menggunakan Pulsemeter. Apabila peralatan tersebut tidak
tersedia maka dapat dicatat secara manual menggunakan stopwatch. Menggunakan
nadi kerja untuk mengukur berat ringannya beban kerja mendapatkan beberapa
keuntungan seperti mudah, cepat dan murah juga tidak memerlukan peralatan yang
mahal serta hasilnya cukup reliabel disamping itu tidak mengganggu proses kerja dan
menyakiti orang yang diperiksa(Purwaningsih, 2017). Berdasarkan hal tersebut maka
denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja.
Salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan
merasakan denyutan pada arteri radialis pada pergelangan tangan. Beberapa jenis
denyut nadi yaitu sebagai berikut :
1. Denyut nadi istirahat merupakan rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai
2. Denyut nadi kerja merupakan rerata denyut nadi selama bekerja
3. Nadi kerja merupakan selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja(Purwaningsih, 2017).
2.6 Penentuan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat
Menghitung jumlah energi yang dikeluarkan oleh pekerja dapat digunakan
dengan rumus seperti berikut(Nadya, 2017):

Y = 1.80411 - 0.0229038
Keterangan:
Y = Energi (Kkal/menit)
X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Menghitung waktu istirahat yang dibutuhkan pekerja. Setelah mengetahui
besarnya konsumsi energi yang dikeluarkan oleh pekerja, kemudian dilanjutkan
dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk beristirahat, dengan menggunakan
rumus seperti berikut (Nadya, 2017):
T (K  S )
R
K  1,5
Keterangan:
R = Waktu istirahat yang diperlukan (menit)
T = Total waktu yang digunakan untuk kerja (menit)
K= Rata-rata energi yang dikonsumsikan untuk kerja (Kkal/menit)
S = Standar beban kerja normal yang direkomendasikan (S = 4 Kkal/menit untuk
wanita dan S = 5 Kkal/menit untuk pria).

2.7 Jurnal Internet


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Praktikum


Praktikum ini di laksanakan di Laboratorium Teknik Industri Universitas
Samudra, pada tanggal 18 Juni 2022 pada pukul 09.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2. Sampel yang Digunakan


Praktikum ini menggunakan treadmill sebagai alat untuk melakukan
praktikum karena mudah mengoperasikannya dan mudah di atur dalam kecepatan-
kecepatan yang berbeda sehingga operator dan pencatat dapat dengan akurat
mengambil data yang diperlukan seperti suhu tubuh dan denyut jantung.

3.3. Data yang Digunakan


Data yang digunakan pada praktikum yaitu praktikan konsep Horse Power
(foot-pounds of work per minute) oleh Taylor, tingkat konsumsi energi untuk
mengukur pengeluaran energi dan perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi
oksigen. Laboratorium Teknik Industri Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Samudra.

3.4. Pengolahan Data


Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan perhitungan % CVL kemudian dibandingkan dengan
klasifikasi yang telah ditetapkan.
2. Menggunakan data DNA/DNI yang telah di tetapkan pada pria/wanita
3. Melakukan pengujian nilai keseragaman, kecukupan data dan nilai persentil.

3.5. Analisis dan Evaluasi


3.5.1. Analisis
Menganalisis setiap elemen-elemen kegiatan yang dilakukan oleh operator,
kemudian membandingkan hasil skor dan dan level resiko postur kerja untuk
setiap resiko.
3.5.2. Evaluasi
Merumuskan tindakan perbaikan yang mungkin dilakukan terhadap postur
kerja aktual sesuai dengan skor dan level resiko yang didapat, kemudian
merancang stasium kerja yang ergonomis agar postur kerja operator berada
dalam level tindakan aman.

3.6. Kesimpulan dan Saran


3.6.1. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan praktikum diperoleh pengumpulan 35 data kelelahan kerja
mahasiswa dari mengangkat beban dan berlari di treatmile selama 5 menit pada
praktikan Laboratorium Teknik Industri Fakultas Teknik Program Studi Teknik
Industri Universitas Samudra yang di ukur oleh masing masing kelompok. Kemudian
menentukan tingkat kelelahan yang dihasilkan.
3.6.2. Saran
Pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukan dengan hanya mengukur
kelelahan kerja yang telah ditentukan, agar pelaksanaan waktu praktikum dapat
digunakan secara efektif dan tidak menimbulkan kelelahan yang berlebihan pada
praktikan.
3.7. Flowchart Praktikum

Flowchart Praktikum

Mulai

Studi Pendahuluan

Pengecekan alat Praktikum

Operator Memulai Praktikum

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

4.1 Pengumpulan Data Fisiologi


4.1.1 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam praktikum ini prosedur pengumpulan data fisiologi ini terdiri dari 5
operator dengan pengukuran berat badan, DNI (Denyut Nadi Istirahat), DNK (Denyut
nadi Kerja). Pengumpulan dilakukan dengan melakukan percobaan berlari di atas
mesin treadmill selama 7 menit setelah itu diukur denyut nadinya.
4.1.2 Pengumpulan Data
Berikut data hasil pengukuran denyut nadi operator pada saat melakukan
percobaan berlari di atas mesin treadmill selama 7 menit.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Denyut Nadi
Operator Jenis Kelamin Umur DNI DNK
Gita Perempuan 20 139 107
Elly Laki – Laki 20 114 94
Maulana Laki – Laki 20 124 145
Ikram Laki – Laki 20 92 162
Widya Perempuan 20 116 125

4.2 Pengolahan Data Fisiologi


Data diambil dengan cara melakukan lari di atas treadmill selama 7 menit.
Data hasil pengukuran denyut nadi operator pada saat naik naik mesin treadmill dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Denyut Nadi Operator
Jenis
Operator Kelamin Umur DNI DNK
Gita Perempuan 20 139 107
Elly Laki – Laki 20 114 94
Maulana Laki – Laki 20 124 145
Ikram Laki – Laki 20 92 162
Widya Perempuan 20 116 125
4.2.1 Metode Penilaian secara Langsung
Pengolahan data dengan menggunakan metode penilaian secara langsung
dapat dihitung dengan menggunakan Konsumsi Energi (E).
1. Perhitungan Konsumsi Energi pada operator pertama dengan berlari di atas
mesin treamill. Berikut perhitungan konsumsi energi dan kategori beban saat
operator. Perhitungan konsumsi energi dilakukan dengan menggunakan Denyut
Nadi Kerja (DNK). Berikut hasil perhitungan Konsumsi Energi yaitu:

У = 1,80411 – 0,0229038(107) + 4,71711. (


У = 4,754011 Kkal/Menit
Ү = 285,24Kkal/Jam
Tabel 4.3 Rekapitulasi Metode Penilaian Secara Langsung
Y
Operator DNK (DNK)^2 Y Kkal/Menit Kkal/Jam
Gita 107 11449 4,754 285,240
Elly 94 8836 3,819 229,150
Maulana 145 21025 8,400,762 504,040
Ikram 162 26244 10,473 628,390
Widya 125 15625 -1,059 -63,532

4.2.2 Metode Penilaian secara Tidak Langsung


4.2.2.1 Perhitungan %CVL
Cardiovaskuler Load (%CVL) merupakan suatu perhitungan untuk
menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja dan
sebelum kerja yang dibandingkan dengan Denyut Nadi Maksimum. Perhitungan
%CVL didapat dengan menggunakan rumus berikut:
100 X (Denyut Nadi Kerja - Denyut Nadi Istirahat)
%CVL 
(Denyut Nadi Maksimum - Denyut Nadi Istirahat)

Dimana denyut nadi maksimum didapat dari denyut nadi operator perempuan -
umur, sehingga 200-20 = 180, dan denyut nadi operator laki – laki – umur ,sehingga
220 – 20 = 200, berikut hasil perhitungan %CVL pada operator:

1. Hasil Perhitungan %CVL Pada Operator Pertama

= -209,756

Karena %CVL<30 maka dapat diperoleh kesimpulan tidak terjadinya


kelelahan pada operator.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Metode Secara Tidak Langsung
%
Operator DNI DNK DNM CVL Keterangan
-
Gita 139 107 200 209,756 Tidak terjadi kelelahan
Elly 114 94 220 18,86 Tidak terjadi kelelahan
Maulana 124 145 220 27,63 Tidak terjadi kelelahan
Ikram 92 162 220 46,81 Terjadi Kelelahan
Widya 116 125 200 -111,5 Tidak terjadi kelelahan
BAB V
PENGUMPULAN DATA

5.1 Pengumpulan Data


Berikut data hasil pengukuran denyut nadi operator pada saat melakukan
percobaan berlari di atas mesin treadmill selama 7 menit.Dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Data Hasil Pengukuran Denyut Nadi

Operator Jenis Kelamin Umur DNI DNK


Gita Perempuan 20 139 107
Elly Laki – Laki 20 114 94
Maulana Laki – Laki 20 124 145
Ikram Laki – Laki 20 92 162

Widya Perempuan 20 116 125

5.2.1. Data DNI Operator


Berikut data hasil pengukuran denyut nadi Istirahat operator pada saat
melakukan percobaan berlari di atas mesin treadmill selama 7 menit.Dapat dilihat
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Data Hasil Pengukuran Denyut Nadi Istirahat
Operator Jenis Kelamin Umur DNI
Gita Perempuan 20 139
Elly Laki – Laki 20 114
Maulana Laki – Laki 20 124
Ikram Laki – Laki 20 92
Widdya Perempuan 20 116
5.2.2. Data DNK Operator
Berikut data hasil pengukuran denyut nadi Kerja operator pada saat
melakukan percobaan berlari di atas mesin treadmill selama 7 menit.

Tabel 5.3 Data Hasil Pengukuran Denyut Nadi Istirahat

Operator Jenis Kelamin Umur DNK


Gita Perempuan 20 107
Elly Laki – Laki 20 94
Maulana Laki – Laki 20 145
Ikram Laki – Laki 20 162
Widya Perempuan 20 125
BAB VI
PENGOLAHAN DATA

6.1. Pengolahan Data Fisiologi Operator


6.1.1. Metode Penilaian secara Langsung
Pengolahan data dengan menggunakan metode penilaian secara langsung
dapat dihitung dengan menggunakan Konsumsi Energi (E).

1. Perhitungan Konsumsi Energi pada operator pertama dengan berlari di atas


mesin treamill. Berikut perhitungan konsumsi energi dan kategori beban saat
operator. Perhitungan konsumsi energi dilakukan dengan menggunakan Denyut Nadi
Kerja (DNK). Berikut hasil perhitungan Konsumsi Energi yaitu:

У = 1,80411 – 0,0229038(107) + 4,71711. (


У = 4,754011 Kkal/Menit
Ү = 285,24Kkal/Jam
Tabel 6.1 Rekapitulasi Metode Penilaian Secara Langsung
Y
Operator DNK (DNK)^2 Y Kkal/Menit Kkal/Jam
Gita 107 11449 4,754 285,240
Elly 94 8836 3,819 229,150
Maulana 145 21025 8,400,762 504,040
Ikram 162 26244 10,473 628,390
Widya 125 15625 -1,059 -63,532
Sumber: Pengolahan Data
6.1.2. Metode Penilaian secara Tidak Langsung
4.2.2.2 Perhitungan %CVL
Cardiovaskuler Load (%CVL) merupakan suatu perhitungan untuk
menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja dan
sebelum kerja yang dibandingkan dengan Denyut Nadi Maksimum. Perhitungan
%CVL didapat dengan menggunakan rumus berikut:

Dimana denyut nadi maksimum didapat dari denyut nadi operator perempuan -
umur, sehingga 200-20 = 180, dan denyut nadi operator laki – laki – umur ,sehingga
220 – 20 = 200, berikut hasil perhitungan %CVL pada operator:
1. Hasil Perhitungan %CVL Pada Operator Pertama

= -209,756

Karena %CVL<30 maka dapat diperoleh kesimpulan tidak terjadinya


kelelahan pada operator.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Metode Secara Tidak Langsung
Operator DNI DNK DNM % CVL Keterangan
- Tidak terjadi
Gita 139 107 200 209,756 kelelahan
Tidak terjadi
Elly 114 94 220 18,86 kelelahan
Tidak terjadi
Maulana 124 145 220 27,63 kelelahan
Ikram 92 162 220 46,81 Terjadi Kelelahan
Tidak terjadi
Widya 116 125 200 -111,5 kelelahan
BAB VII
ANALISIS DAN EVALUASI

7.1. Analisis
Adapun operator pada aktivitas pengangkatan tabung gasyaitu berdasarkan
usia dan jenis kelamin. Usia dan jenis kelamin operator yaitu berumur 20 tahun dan
berjenis kelamin perempuan dan laki - laki. Usia dan jenis kelamin tersebut untuk
mengetahui denyut nadi maksimal operator yang akan digunakan dalam perhitungan
%CVL.

7.2. Evaluasi
Pada operator ke empat pada saat pengangkatan tabung gas dengan beban 10
kg diketahui dari perhitungan % CVL bahwa aktivitas yang dilakukan terjadinya
kelelahan maka diperlukan istirahat yang cukup pada operator agar tidak terjadi
cedera pada opertor tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Mulfiyanti, Dewi Masyitha Muis, Fridawaty Riva. 2019. Hubungan Stres Kerja Dan
Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja pada Perawat di RSUD Tenriawaru Kelas B
Kabupaten Bone Tahun 2018. JKMM, Desember 2019,Vol. 2 No. 2. ISSN:2599-
1167
Tarwaka, Solichul H.B, Lilik S. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
Rizky, Luthfian Ramadhan, S., dkk. 2018. Beban Kerja Fisik Pekerja Pengolah
Emping Jagung di UKM Sofia Kota Malang. JurnaI Teknologi dan Manajemen
Agroindustri, 7(1):12-22.
Sugiono, Wisnu W.P. dan Sylvie, Indah K.S. 2018. Ergonomi untuk Pemula: (Prinsip
Dasar & Aplikasinya). UB Press, Malang.
Surya, Roberta Zulfhi. 2017. Pemetaan Potensi Musculoskletal Disorders (Msds)
Pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH) Kelapa Sawit. Journal of Industrial
Engineering and Management Systems, 10(1):25-33.
Susandi, Dony dan Rivialsha, Wikananda. 2018. Analisis Beban Pada Olahraga
Panahan Dengan Menggunakan Metode Fisiologi.
Industrial Research Workshop and National Seminar. Ushada, Mirwan, Suryandono
A. dan Khuriyati N. 2019. Kansei Engineering Untuk Agroindustri. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta
Thompson, B. J. (2021). Fatigue and the female nurse: A narrative review of the
current state of research and future directions. Women‟s Health Report, 2, 53–61.
https://doi.org/10.1089/whr.2020.0107
Woerkom, M. Van. (2021). A quasi-experimental study into the effects of naps and
therapy glasses on fatigue and well-being. Journal of Nursing Management,
29(September 2020), 562–571. https://doi.org/10.1111/jonm.13172
Yulisnawati, Zulfendri, & Siti Saidah Nasution. (2020). Nurse‟s Perception of Patient
Safety Culture in an Effort to Improve Service Quality in the Operating Room of
Riau Province Hospital. Britain International of Exact Sciences (BIoEx) Journal,
2(1), 84– 94. https://doi.org/10.33258/bioex.v2i1.10

LAMPIRAN
1.1. Tabel DNI
Operator Jenis Kelamin Umur DNI
Gita Perempuan 20 139
Elly Laki – Laki 20 114
Maulana Laki – Laki 20 124
Ikram Laki – Laki 20 92
Widya Perempuan 20 116

Lampiran.2
1.2. Tabel DNK

Operator Jenis Kelamin Umur DNK


Gita Perempuan 20 107
Elly Laki – Laki 20 94
Maulana Laki – Laki 20 145
Ikram Laki – Laki 20 162
Widya Perempuan 20 125

1.3 Foto Operator

Anda mungkin juga menyukai