Working Posture
Disusun Oleh :
Dosen :
JAKARTA TIMUR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas kelompok mata kuliah Ergonomi dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para mahasiswa dalam mata kuliah Ergonomi. Dan kami harap
untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................................4
1. Definisi Working Posture...................................................................................4
2. Kerja Otot Statis dan Dinamis............................................................................4
3. Efek Kerja Otot Statis dan Dinamis...................................................................5
4. Pengaruh Postur Kerja Terhadap Musculos Keletal...........................................5
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Postur Kerja..............................................6
6. Risiko Postur Tubuh Yang Salah........................................................................6
7. Macam-macam Metode Working Posture..........................................................6
8. Keterkaitan Ergonomi Dengan Postur Kerja....................................................22
BAB III PENUTUP...................................................................................................23
A. Kesimpulan.........................................................................................................23
B. Saran....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia sebagai bagian dari suatu sistem kerja mempunyai kelebihan dan
keterbatasan dalam melaksanakan fungsinya dalam sistemkerja,oleh karena itu
analisa biomekanika sangat penting untukmengetahui apakah cara kerja operator
sudah benar dan tingkat terjadinyakecelakaan kerja sangat kecil, serta dapat
menyesuaikan antara pekerjaan,dan peralatan dengan kemampuan operator tersebut.
Terutama saat terjadinya interaksi antara operator dengan peralatan yang digunakan
sudah nyaman bagi operator.Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material
Handling (MMH) menurut Heran-Le Roy Dkk (1999) membagi factor yang menjadi
penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menjadi dua faktor :
1. Faktor Fisik (Physical Factor) Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari
suhu,kebisingan,bahan kimia.radiasi,gangguan penglihatan,postur kerja,gangguan
sendi (gerakan dan perpindahan berulang),getaran mesin dan alat- alat angkut.
1
Postur kerja menjadi suatu bahan yang menarik untuk dikaji, hal ini terbukti
dengan munculnya berbagai metode analisis postur. Perjalanan metode analisis postur
diawali dengan di aplikasikannya metode OWAS. Pada tahun 1977 metode OWAS
telah diaplikasikan di perusahaan besi baja Ovako Oy Finlandia.
Institute of Occupational Healt,menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan pos
isi duduk dan berdiri (Chaffin,1991). Tahun 1981,
National Institute of Occupational Safety and Health menemukan metode NIOSH
yang mengalisis postur berdasarkan gaya kompresi yang dihasilkan dan
merekomendasikan beban yang aman untuk dikerjakan. Kemudian pada tahun 1995
muncul metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) Metode ini dikembangkan
oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney yang merupakan ergonom dari
universitas Notingham. Pertama kali di dijelaskan dalam bentuk jurnal ergonomi pada
tahun 2000 (Hignett dan Mc Atamney, 2000).dan Metode RULA
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) pada tahun 1993 diperkenalkan oleh Dr.
Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonomi dari universitas
di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Osecupational Ergonomics).
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Kerja otot statis adalah kerja otot yang tidak bergerak atau dengan kata lain
otot hanya diam. Biasanya kerja otot statis akan lebih cepat mengalami kelelahan
dibandingkan dengan kerja otot dinamis. Walaupun demikian kerja otot stasis tidak
bisa di hilangkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Sesuatu hal yang tidak mungkin
dalam melakukan pekerjaan semua bagian tubuh operator mengalami kerja otot statis.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu di adakan penelitian tentang perbandingan
berapa lama waktu kerja otot statis dilakukan dibandingkan dengan kerja otot
dinamis. Sebagai contoh seorang satpam yang harus menjaga pintu selama beberapa
jam tanpa bisa duduk. Tentu otot kakinya akan merasa kelelahan dengan kerja otot
statis seperti itu. Untuk mengatasinya perlu dibuat jadwal dimana satpam tersebut
bisa berkeliling sehingga otot kakinya yang tadinya statis bisa kembali rileks. Dan
untuk kerja otot dinamis, perlu dilakukan juga penelitian terhadap otot yang terus
bergerak tanpa henti.
4
3. Efek Kerja Otot Statis dan Dinamis
Efek kerja otot statis adalah otot yang digunakan dalam keadaan diam sehingga akan
terjadi penumpukan asam laktat lebih cepat dibandingkan dengan kerja otot dinamis,
sehingga pekerja akan lebih cepat mengalami kelelahan. Ketika pekerja cepat merasa
lelah meka pekerjaan atau produktivitasnya akan mengalami penurunan. Sebagai
contoh seorang tukang cat yang sedang melakukan pekerjaanya pada saat berdiri,
akan mengalami kelelahan pada kedua otot kakinya.
Efek kerja otot dinamis sebenarnya sangat baik karena tidak menyebabkan
kelelehan pada saat bekerja. Tidak seperti kerja otot statis yang menyebabkan
kelelahan pada pekerja saat bekerja, kerja otot dinamis sangat dianjurkan dalam
melakukan setiap gerakan dan postur kerja. Karena pada saat bekerja, otot si pekerja
akan mengalami relaksasi, sehingga menyebabkan si pekerja tidak cepat merasakan
kelelahan pada saat bekerja dan produktivitasnya tidak akan mengalami penurunan.
5
1) Keluhan sementara (reversible),
yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun
demikian keluhan tersebut akan namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah
dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
a. Metode OWAS
merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa
kategori sikap kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja pada bagian
musculo skeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian
punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki
6
klasifikasi sendiri-sendiri. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi sikap
kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.
Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit,
dimana disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat
beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual.
Berikut ini adalah klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk dianalisa
dan dievaluasi (Karhu,1981) :
1. Sikap Punggung
a. Lurus
b. Membungkuk
2. Sikap Lengan
7
b. Satu lengan berada pada atau diatas bahu
3. Sikap Kaki
a. Duduk
g. Berjalan
8
Gambar 1.3: Klasifikasi Sikap Kerja Bagian Kaki
4. Berat Beban
Hasil dari analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat level skala
sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja.
9
KATEGORI 4: Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem muskulo skeletal,
postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas. Perlu perbaikan secara
langsung / saat ini juga.
1. Sikap Punggung
b. Metode NIOSH
NIOSH Lifting Index pertama kali diperkenalkan oleh NIOSH untuk
aktivitas pekerjaan lifting/mengangkat. NIOSH merekomendasikan metode
sederhana untuk mengukur kemungkinan terjadinya pembebanan otot yang
10
berlebihan atas dasar karakteristik pekerjaan. (Tarwaka, 2004). NIOSH (National
for Occupational Safety and Health) adalah suatu institusi yang menangani hal-hal
yang terkait permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika serikat.
NIOSH telah melakukan penelitian terhadap faktor-faktor beban yang
bepengaruh terhadap sistem biomekanika yaitu:
a. Jarak horisontal beban yang dipindahkan dari titik origin sampai destinasi
1. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
11
4. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
Keterangan :
LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik pusat tubuh.
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
12
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk
mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang, dengan persamaan :
Load Weight L
LI = =
Recommended Weight Limit RWL
13
Pemeriksaan REBA dapat dilakukan di tempat yang terbatas tanpa menggangu
pekerja.
Berikut ini adalah Range dan score Pergerakan Tubuh berdasarkan metode REBA.
14
Gambar 3.3 (Range Pergerakan Lengan Atas (+1 Jika pergelangan tangan memutar)
Gambar 3.4 (Range Pergerakan Kaki (+1 Jika Lutut Antara 30o Dan 60o Flexion +2
Jika Lutut >60o Flexion)
15
Gambar 3.5 (Range Pergerakan Lengan Atas(+1 Jika Posisi Lengan Atas Adducted
And Rotated. +1 Jika Bahu Ditinggikan, +1 Jika Bersandar, Bobot Lengan Ditiopang
Atau Sesuai Gravitasi)
16
Ada empat hal yang menjadi aplikasi utama dari RULA, yaitu untuk :
Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm),
pergelangan tangan (wrist) dan putaran pergelangan tangan (wrist twist).
17
Gambar 4.1. Postur Tubuh Bagian Lengan Atas (Upper Arm)
18
Gambar 4.2. Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah (Lower Arm)
19
Gambar 4.4. Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan (wrist twist)
Untuk putaran pergelangan tangan (wrist twist) postur netral diberi skor :
1 = Posisi tengah dari putaran
2 = Pada atau dekat dari putaran
1. Leher (neck)
20
Gambar 5.1. Postur tubuh bagian leher (neck)
21
Tabel 3.2. Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk
Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal (900) 1
0-200 2 + 1 jika leher berputar/bengkok
20-600 3 + 1 jika batang tubuh bungkuk
>600 4
3. Kaki (Legs)
22
Diperlukan beberapa
3–4 Kecil
waktu ke depan
Tindakan dalam
5–6 Sedang
waktu dekat
Tindakan sekarang
7 Tinggi
juga
23
postur kerja yang salah serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat
mengakibatkan operator akan mengalami beberapa gangguan-gangguan otot
(Musculoskeletal) dan gangguan-gangguan lainnya sehingga dapat mengakibatkan
jalannya proses produksi tidak optimal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik
dan ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh operator tersebut
akan baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut tidak ergonomis
maka operator tersebut akan mudah kelelahan. (Susihono, 2012).
2. Keluhan musculos keletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
(Tarwaka, 2010):
a). Keluhan sementara (reversible),
b). Keluhan menetap (persistent).
3. Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah
satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward
posture).
4. Risiko Postur Tubuh Yang Salah, Postur janggal dapat menyebabkan
terjadinya kelelahan dan ketidaknyamanan.
24
5. Macam-macam Metode Working Posture :
a). Metode OWAS
b). Metode NIOSH
c). Metode Rapid Entire Body Assessment (REBA)
d). Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
6. Postur kerja sangatlah erat kaitannya dengan keilmuan ergonomi dimana
pada keilmuan ergonomic dipelajari bagaimana untuk meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera akibat postur
kerja yang salah dan penyakit akibat kerja.
B. Saran
1. Melakukan upaya keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara melakukan
penyuluhan seperti memasang poster-poster mengenai posisi kerja yang
ergonomis, Dan pelatihan mengenai tata cara kerja ergonomis.
25
DAFTAR PUSTAKA
M Safri Setiawan, Intania W, Arum Dwi, M Ragil S S.T., M.Sc Penilaian Postur
Pekerja Pengangkatan Galon Dengan Metode REBA dan Biomekanika di
Yogyakarta
26