Anda di halaman 1dari 36

MODUL 4

PENGUKURAN BEBAN KERJA DAN KELELAHAN FISIOLOGIS

NABILA WULANDARI
D221 15 501
KELOMPOK III

LABORATORIUM ERGONOMI
DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA
DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik (physical work) adalah

kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya

(power). Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai manual operation dimana

performance kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi

sebagai sumber tenaga (power) maupun pengendali kerja (control). Kerja

fisik, seringkali dikonotasikan sebagai kerja berat ataupun kerja kasar, dapat

dirumuskan sebagai kegiatan yang memerlukan usaha fisik manusia yang

kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam hal kerja fisik ini maka

konsumsi energi (energi consumption) merupakan faktor utama dan tolok

ukur yang dipakai sebagai penentu berat ringannya kerja fisik tersebut.

B. Tujuan praktikum

1. Mampu mengukur beban kerja fisik berdasarkan heart rate menggunakan

Polar Watch beserta Polar Strap.

2. Mampu mengukur kadar lactic acid menggunakan accutrend plus beserta

strip test.

3. Mampu menghitung beban kerja fisik dan tingkat kelelahan.

4. Mampu menganalisa grafik hasil perhitungan beban kerja serta tingkat

kelelahan.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 1
BAB II

TEORI DASAR

A. Pengukuran Beban Kerja

Salah satu tolak ukur waktu yang dapat digunakan untuk menentukan

beban kerja seseorang adalah dengan mengukur penggunaan energy kerja

(energi otot manusia) yang dikeluarkan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Berat atau ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja akan

bisa ditentukan dari gejala-gejala perubahan yang tampak dan bisa diukur

lewat pengukuran fisiologi manusia antara lain seperti (Wignjosoebroto,

2000):

1. Detak jantung (heart rate)

2. Tekanan darah (blood pressure)

3. Temperatur badan (body temperature)

4. Laju pengeluaran keringat (sweating rate)

5. Konsumsi oksigen yang dihirup (oxygen consumption)

6. Kandungan asam laktat dalam darah (latic acid content)

B. Kerja Fisik dan Aktivitas Kerja Manusia

Secara umum yang dimaksud dengan kerja fisik (physical work) adalah

kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya

(power). Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai manual operation dimana

performance kerja sepenuhnya akan tergantung manusia baik yang berfungsi

sebagai sumber tenaga (power) maupun pengendali kerja (control). Kerja

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 2
fisik, seringkali dikonotasikan sebagai kerja berat ataupun kerja kasar, dapat

dirumuskan sebagai kegiatan yang memerlukan usaha fisik manusia yang

kuat selama periode kerja berlangsung. Dalam hal kerja fisik ini maka

konsumsi energi (energi consumption) merupakan faktor utama dan tolak

ukur yang dipakai sebagai penentu berat ringannya kerja fisik tersebut.

C. Penilaian Beban Kerja Fisik

Metode penilaian beban kerja tidak langsung adalah dengan

menghitung denyut nadi selama bekerja. Penggunaan nadi kerja untuk

menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan, selain

mudah, cepat, efisien dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal

serta hasilnya pun cukup reliabel dan tidak menganggu ataupun menyakiti

orang yang diperiksa.

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari

beberapa jenis yaitu:

1. Denyut Nadi Istirahat (DNI) adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan

dimulai.

2. Denyut Nadi Kerja (DNK) adalah rerata denyut nadi selama bekerja.

3. Nadi Kerja (NK) adalah selisih antara denyut nadi istirahat dengan

denyut nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting di

dalam peningkatan cardiat output dari istirahat sampai kerja maksimum.

Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja

maksimum oleh Rodahl (1989) dalam Tarwaka, dkk (2004) didefinisikan

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 3
sebagai Heart Rate Reverse (HR Reverse) yang diekspresikan dalam

presentase yang dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :


𝐷𝑁𝐾−𝐷𝑁𝐼
% HR Reverse = 𝐷𝑁 𝑚𝑎𝑘𝑠−𝐷𝑁𝐼 x 100

Denyut Nadi Maksimum (DNMax) adalah (220 – umur) untuk laki-laki

dan (200 – umur) untuk perempuan. Lebih lanjut untuk menentukan

klasifikasi beban kerja bedasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang

dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler

(cardiovasculair load = % CVL) dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :
100 𝑥 𝐷𝑁𝐾−𝐷𝑁𝐼
% CVL = 𝐷𝑁 𝑚𝑘𝑎𝑠−𝐷𝑁𝐼

Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian di bandingkan

dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi beban kerja berdasarkan % CVL


% CVL Interpretasi % CVL
< 30% Tidak terjadi kelelahan
30% -< 60% Diperlukan perbaikan
60% -< 80% Kerja dan waktu singkat
80% -< 100% Diperlukan tindakan segera
>100% Tidak diperbolehkan beraktivitas

Selain cara tersebut diatas cardivasculair strain dapat diestimasi

menguunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau dikenal

dengan Metode Brouha. Keuntungan metode ini adalah sama sekali tidak

menganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan

setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada

akhir 30 detik menit pertama, kedua dan ketiga (P1, P2, P3). Rerata dari

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 4
ketiga nilai tersebut dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Jika P1 – P3 ≥ 10 atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan

normal.

2. Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja

tidak berlebihan (not excessive).

3. Jika P1 – P3 < 10 dan Jika P3 > 90, perlu redesaian pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolute denyut nadi

pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran

(individual fitness) dan pemaparan lingkungan panas. Jika pemulihan nadi

tidak segera tercapai maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi

tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun

variabel keseluruhan dari variabel bebas task (tugas), organisasi kerja dan

lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan.

D. Kelelahan

Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya

efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ ketahanan fisik

tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Ada beberapa

macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang

berbeda-beda seperti :

1. Lelah otot, yang dalam hal ini bias dilihat dalam bentuk munculnya

gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban

kerja yang berlebihan.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 5
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi pada

organ visual (mata). Mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada

suatu objek (layar monitor) seperti yang dialami oleh operator computer

misalnya, akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai

mata juga akan bias menimbulkan gejala yang sama.

3. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan

diakibatkan secara langsung oleh aktivitas fisik, melainkan lewat kerja

mental (proses berpikir). Lelah mental ini seringkali pula disebut sebagai

lelah otak.

4. Lelah monotonis, adalah jenis kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas

kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat

menjemukan. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak memberikan “tantangan”,

tidak memerlukan skill, dan lain-lain akan menyebabkan motivasi

pekerja akan rendah. Di sini, pekerja tidak lagi terangsang dengan

pekerjaan ataupun lingkungan kerjanya. Situasi kerja yang monoton dan

menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan

yang dirancang terlalu ketat. Kondisi semacam ini jarang terjadi dalam

kegiatan yang memberikan fleksibilitas bagi pekerja untuk

mengembangkan kreativitas dan mengatur irama kerjanya sendiri.

Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang

terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan

(stress) yang dialami oleh tubuh manusia. Untuk menghindari akumulasi yang

terlalu berlebihan, diperlukan adanya keseimbangan antara masukan

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 6
datangnya sumber kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan)

dengan jumlah keluaran yang diproses lewat proses pemulihan (recovery).

Proses pemulihan dapat diproses dengan cara antara lain memberikan waktu

istirahat yang cukup, baik yang terjadwal/ terstruktur atau tidak dan seimbang

dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja. Proses pemulihan akan

memberikan kesempatan kerja fisik maupun psikologis (mental) manusia

untuk lepas dari beban yang menghimpitnya.

Kelelahan yang disebabkan oleh faktor yang berlangsung secara terus

menerus dan terakumulasi akan menyebabkan yang disebabkan apa yang

disebut dengan “lelah kronis”. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah

kronis ini dapat dicirikan seperti :

1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang

toleran atau asosiasi terhadap orang lain.

2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.

3. Depresi yang berat, dan lain-lain.

Secara pasti datangnya kelelahan yang menimpa pada diri seseorang

akan sulit untuk diidentifikasi secara jelas. Mengukur tingkatan kelelahan

seseorang bukanlah pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performans kerja

yang bisa ditunjukkan dengan output kerja merupakan tolak ukur yang sering

dipakai untuk mengevaluasi tingkatan kelelahan.

Pemberian waktu istirahat pada dasarnya diperlukan untuk memulihkan

kesegaran fisik ataupun mental bagi diri manusia (pekerja). Jumlah total

waktu yang dibutuhkan untuk istirahat berkisar rata-rata 15% dari total waktu

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 7
kerja. Tetapi besar kecilnya prosentase tersebut juga dapat tergantung pada

tipe pekerjaannya (Wignjosoebroto, 2000).

E. Asam Laktat

Asam laktat merupakan produk akhir dan diproduksi dari sistem glikolisis

anaerobik sebagai akibat pemecahan glukosa yang tidak sempurna (Fox,

1993). Akumulasi asam laktat dapat terjadi selama melakukan latihan dengan

intensitas yang tinggi dalam waktu yang singkat, hal ini disebabkan karena

produksi asam laktat lebih tinggi dari pada pemusnahannya (Brooks, 1984).

Respon asam laktat sebagai akibat dari suatu latihan pada akhir-akhir ini

cukup men- dapat perhatian yang besar dari para ahli fisiologi, khususnya

berkaitan dunia keolahragaan. Kadar asam laktat menjadi salah satu variabel

yang sering diukur dan digunakan untuk mengetahui kinerja atlet

(Janssen,1987).

Dalam tubuh, asam laktat diproduksi secara terus menerus dalam sitoplasma

Meskipun demikian jumlah asam laktat dalam tubuh relatif tetap. Pada orang

sehat dalam keadaan sedang istirahat, jumlah asam laktat sekitar 1-2 mM/l, 1-

1,8 mM/l , (Fox, 1993).

Batas toleransi terhadap ketinggian konsentrasi asam laktat pada otot dan

darah selama melakukan aktivitas latihan fisik tidak diketahui secara pasti.

Namun demikian, toleransi kadar asam laktat pada manusia diperkirakan

mencapai diatas 20 mM/l darah dan 25 mM/l kg berat otot basah, dan bahkan

bisa mencapai diatas 30 mM/l pada latihan dinamis dengan intensitas tinggi.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 8
Saat berlatih, pirufat dibentuk. Jika tidak cukup tersedia oksigen untuk

memecah pirufat kemudian laktat dihasilkan. Laktat memasuki sel otot,

jaringan dan darah. Sel otot dan jaringan yang menerima laktat dapat

memecah laktat menjadi bahan bakar (ATP) untuk penggunaan (ATP) untuk

penggunaan segera atau menggunakannya dalam menciptakan glikogen.

Glikogen kemudian tetap berada dalam sel sampai butuh energi.

Dengan bertambahnya beban latihan maka akan bertambah pula kadar

asam laktat darah maupun dalam otot. Latihan dengan intensitas tinggi

(latihan dengan menggunakan sistem energi anaerobik) akan terjadi

peningkatan timbunan kadar asam laktat. Pada latihan maksimal selama 30 –

120 detik, kadar laktat bisa mencapai 15 – 25 mM yang diukur setelah

latihan 3 - 8 menit, peningkatan kadar laktat yang tinggi mengindikasikan

terjadinya iskemia dan hipoksia

(Goodwin, 2007).

Perjalanan penurunan kadar asam laktat darah dan otot. Diperlukan

kurang lebih 60 menit pemulihan untuk menyingkirkan tumpukan asam

laktat. Pada subyek yang lari di treadmill juga membutuhkan waktu yang

kurang lebih sama untuk menurunkan kadar asam laktatnya. Pada umumnya

dibutuhkan waktu 25 menit untuk menyingkirkan separuh dari tumpukan

asam laktat setelah berolahraga maksimal. Ini berarti bahwa untuk

menghilangkan 95% dari tumpukan asam laktat diperlukan waktu kurang

lebih 60 menit setelah olahraga maksimal.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 9
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan bahan

1. Beban Kerja Fisiologis

a. Polar Watch

b. Polar Strip

c. Stopwatch

2. Kelelahan Fisiologis

a. Accutrend plus

b. Strip test

c. Lancing device

d. Alkohol

e. Kapas

B. Prosedur percobaan

Prosedur pengukuran heart rate meliputi:

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Atur polar watch pada pengukuran heart rate

3. Pasang polar strap pada tubuh bagian dada.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 10
Gambar 3.1. Posisi pengambilan sampel darah

4. Atur polar watch untuk merekam heart rate.

5. Lakukan pengukuran asam laktat sebelum beraktifitas fisik.

6. Lakukan aktivitas fisik sesuai arahan asisten.

7. Lakukan pengukuran asam laktat setelah beraktifitas fisik.

8. Download data heart rate menggunakan software Polar Pro Trainer 5

9. Olah data dan analisis data hasil pengukuran.

Adapun prosedur pengukuran asam laktat adalah:

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Tekan tombol On/Off Acccutrend Plus

3. Cek display Accutrend Plus hingga muncul kode pengukuran laktat

(blood).

4. Masukkan strip ke dalam Accutrend Plus sampai terdengar bunyi beep

kemudian keluarkan strip dari Accutrend Plus.

5. Bersihkan jari dengan menggunakan alcohol kemudian keringkan

mengunakan kapas.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 11
6. Tusuk bagian samping jari telunjuk, jari tengah, atau jari manis dengan

lancing device.

Gambar 3.2. Posisi pengambilan sampel darah

7. Lakukan pengurutan secara perlahan-lahan untuk mengeluarkan darah

yang akan di uji.

Gambar 3.3. Sampel darah yang siap disapukan

8. Sapukan darah pertama di strip pada bagian warna kuning.

9. Masukkan strip test ke dalam Accutrend Plus.

10. Catat hasil pengukuran pada display Accutrend Plus.

11. Bersihkan alat Accutrend Plus menggunakan alkohol.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 12
BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

B. Heart Rate Terhadap Waktu

1. Tabel

a. Average

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data rata-rata Heart

Rate (HR) per 30 detik dengan melihat kondisi L Rest, L No-Rest,

P rest, dan P no rest praktikan.

Tabel 4.1 Rata-rata HR per 30 detik


Average
Detik Menit Nabila L-No Rest L-Rest P –No Rest P-Rest
30 96 91 87 106 111
1
60 92 106 84 129 108
90 97 106 81 127 105
2
120 98 101 86 123 111
150 96 111 87 103 114
3
180 101 104 95 102 121
210 89 106 101 100 108
4
240 93 117 122 121 101
270 98 126 128 130 110
5
300 117 126 134 132 125
330 123 144 152 127 143
6
360 102 144 168 142 140
390 82 137 165 148 143
7
420 84 141 153 149 138
450 179 152 148 154 168
8
480 181 143 163 160 169
510 178 142 171 162 167
9
540 170 135 160 161 157
570 157 132 145 163 149
10
600 150 128 136 160 147
Min 82 66 72 91 93
Max 181 190 190 187 186
Initial Average 98 110 101 117 112
Work
181 190 190 187 165
Max
Recovery 150 129 136 150 147

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 13
b. Standar Deviasi

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data Standar Deviasi

(Deviation Standard) per 30 detik dengan melihat kondisi L Rest,

L No-Rest, P rest, dan P no rest praktikan.

Tabel 4.2 Standar Deviasi per 30 detik


Standar Deviasi
Detik Menit Nabila L-No Rest L-Rest P-No Rest P -Rest
30 5 3 2 4 2
1
60 5 11 4 18 3
90 4 11 4 2 2
2
120 5 17 3 3 4
150 5 8 7 9 3
3
180 5 5 9 3 6
210 4 8 6 2 6
4
240 5 7 7 7 3
270 6 9 10 9 10
5
300 6 10 8 4 4
330 1 9 4 7 6
6
360 17 9 5 5 4
390 0 11 4 1 7
7
420 8 12 4 0 3
450 8 4 6 5 4
8
480 0 4 2 1 0
510 2 5 2 1 6
9
540 3 2 8 1 2
570 3 4 4 3 2
10
600 4 2 3 0 3
Min 0 2 2 0 0
Max 17 17 10 18 10
Initial Average 5 9 5 6 4
Work
17 17 10 18 10
Max
Recovery 0 3 4 2 3

c. Berat Badan Terhadap Siklus


Tabel di bawah ini menunjukkan hasil data berat badan terhadap
siklus dari semua praktikan

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 14
Tabel 4.3 Hubungan Berat Badan dan Siklus
Umur Berat Badan
Nama Siklus
(Tahun) (Kg)
Nandi 21 55 121
Akbar 21 54 101
Fikar 19 76 111
Karim 23 49 46
Nabila 19 58 77
Ayu 21 38 61
Rini 20 54 43
Riska 21 54 47
Janna 21 47 57
Aminah 21 49 49

d. Siklus Terhadap Heart Rate

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil data siklus

terhadap Heart Rate (DN Maks) dari semua responden.

Tabel 4.4 Hubungan Siklus terhadap HR(DN Maks)


Umur HR Reverse
Nama Siklus
(Tahun) (%)
Nandi 21 121 51
Akbar 21 101 -14
Fikar 19 111 67
Karim 23 46 70
Nabila 19 77 33
Ayu 21 61 44
Rini 20 43 75
Riska 21 47 85
Janna 21 57 -16
Aminah 21 49 77

e. Siklus Rest dan No Rest

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil data dimana

hubungan antara siklus Rest dan No Rest dari semua praktikan.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 15
Tabel 4.5 Hubungan Siklus, Rest dan No Rest
BB HR Reverse Umur
Kategori Nama Siklus
(Kg) (%) (Tahun)
Nandi 55 121 51 21
Nabila 58 77 33 19
Aminah 49 49 77 21
Rest
Ayu 38 61 44 21
Rini 54 43 74 20
Karim 49 46 70 23
Akbar 54 101 -14 21
Janna 47 57 -16 21
No Rest
Riska 54 47 85 21
Fikar 76 111 67 19

2. Grafik

a. Grafik Heart Rate Perempuan

Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan grafik rata-rata

Heart Rate (HR) perempuan dengan melihat kondisi Rest dan No

Rest praktikan.

PEREMPUAN
200
180
160
Heart Rate

140
Nabila
120
P - No Rest
100
P-Rest
80
60
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920
waktu

Gambar 4.1 Grafik HR Perempuan

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 16
Dari gambar 4.1 grafik Heart Rate Perempuan per 30 detik di atas,

kita dapat mengamati perubahan detak jantung yang terjadi,

sebagai berikut:

1) Kondisi Pribadi

a) Pada menit pertama hingga menit kelima perubahan yang

terjadi pada detak jantung, disebabkan belum adanya

aktifitas yang memicu peningkatan detak jantung di lima

menit pertama

b) Pada menit kelima dan keenam detak jantung mulai

meningkat dikarenakan adanya aktivitas yang memberikan

beban kerja pada otot sehingga memicu detak jantung

meningkat tetapi tidak signifikan karena hanya satu menit

aktivitas.

c) Pada menit keenam sampai ketujuh penurunan detak

jantung terjadi, dikarenakan adanya pemberhentian aktivitas

d) Pada menit ketujuh sampai kedelapan kembali melakukan

aktivitas yang memicu peningkatan detak jantung kembali,

yang menyebabkan tubuh terkejut dikarenakan kembali

melakukan aktifitas yang berat padahal tubuh belum pulih

seutuhnya.

e) Dari menit kedelapan sampai kesepuluh tubuh kembali

diistirahatkan secara utuh (recovery), yang menyebabkan

penurunan detak jantung.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 17
f) Solusi yang dapat dilakukan untuk kondisi ini yaitu

Sebelum melakukan aktifitas berat ada baiknya kita

melakukan pemanasan untuk mencegah tubuh terkejut

dengan pekerjaan yang tiba tiba berat sehingga bisa

menghindarkan kita dari penyakit yang tidak kita inginkan

dan usahakan untuk makan sebelum beraktifitas dan tidur

secukupnya.

2) Kondisi P No-Rest

a) Pada menit pertama sampai dengan menit ke-lima detak

jantung permenitnya mengalami perubahan yang tidak

beraturan dan cenderung konstan. Beberapa faktor dapat

menyebabkan hal tersebut terjadi salah satunya adalah

kondisi kesehatan dapat berpengaruh dan belum adanya

aktivitas fisik (Olahraga).

b) Pada menit kelima, dilakukannya aktivitas dimana

perubahan detak jantung masih stabil. Memasuki menit

keenam hingga menit ketujuh terjadi peningkatan yang

signifikan, ini diakibatkan karena kebutuhan oksigen yang

meningkat maka jantung bekerja lebih keras untuk

memompa darah.

c) Pada proses pemulihan atau recovery , terjadi peningkatan

yaitu pada menit ketujuh hingga menit kesembilan. Adapun

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 18
pada menit kesembilan hingga kesepuluh terjadi penurunan

laju detak jantung yang tidak terlalu signifikan.

3) Kondisi P Rest

a) Laju detak jantung pada lima menit pertama mengalami

perubahan yang cukup konstan hal ini dikarenakan tidak

adanya aktivitas apapun.

b) Pada menit kelima dan keenam detak jantung mulai

meningkat dikarenakan adanya aktivitas yang memberikan

beban kerja pada otot sehingga memicu detak jantung

meningkat tetapi tidak signifikan karena hanya satu menit

aktivitas.

c) Penurunan detak jantung kembali terjadi dimenit keenam

sampai menit ketujuh karena dilakukan istirahat dan kembali

meningkat di awal menit ketujuh hingga kedelapan

dikarenakan aktivitas dilanjutkan.

d) Proses recovery dilakukan di menit kedelapan hingga

kesepuluh sehingga pada grafik di atas menunjukkan

penurunan di menit tersebut.

b. Grafik Heart Rate Laki-laki

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik rata-rata Heart Rate laki-

laki pada kondisi Rest dan No Rest

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 19
Laki-Laki
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

L - No Rest L - Rest

Gambar 4.2 Grafik HR laki-laki

Pada gambar 4.2 grafik Heart Rate Laki-laki per 30 detik di atas,

kita dapat mengamati perubahan detak jantung yang terjadi,

sebagai berikut:

1) Kondisi L No-Rest

a) Pada menit pertama sampai dengan menit ke-lima detak

jantung permenitnya mengalami perubahan yang tidak

beraturan dan cenderung konstan. Beberapa faktor dapat

menyebabkan hal tersebut terjadi salah satunya adalah

kondisi kesehatan dapat berpengaruh dan belum adanya

aktivitas fisik (Olahraga).

d) Pada menit kelima, dilakukannya aktivitas dimana

perubahan detak jantung masih stabil. Memasuki menit

keenam hingga menit ketujuh terjadi peningkatan yang

signifikan, ini diakibatkan karena kebutuhan oksigen yang

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 20
meningkat maka jantung bekerja lebih keras untuk

memompa darah.

e) Pada proses pemulihan atau recovery , terjadi peningkatan

yaitu pada menit ketujuh hingga menit kesembilan. Adapun

pada menit kesembilan hingga kesepuluh terjadi penurunan

laju detak jantung yang tidak terlalu signifikan.

2) Kondisi L Rest

e) Laju detak jantung pada lima menit pertama mengalami

perubahan yang cukup konstan hal ini dikarenakan tidak

adanya aktivitas apapun.

f) Pada menit kelima dan keenam detak jantung mulai

meningkat dikarenakan adanya aktivitas yang memberikan

beban kerja pada otot sehingga memicu detak jantung

meningkat tetapi tidak signifikan karena hanya satu menit

aktivitas.

g) Penurunan detak jantung kembali terjadi dimenit keenam

sampai menit ketujuh karena dilakukan istirahat dan kembali

meningkat di awal menit ketujuh hingga kedelapan

dikarenakan aktivitas dilanjutkan.

h) Proses recovery dilakukan di menit kedelapan hingga

kesepuluh sehingga pada grafik di atas menunjukkan

penurunan di menit tersebut.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 21
c. Grafik Heart Rate Rest

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik perbedaan rata-rata

Heart Rate antara laki-laki dan perempuan pada kondisi Rest

Rest
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

L - Rest P - Rest

Gambar 4.3 Grafik HR Rest

Pada gambar 4.3 grafik Heart Rate di atas, kita dapat mengamati

perbedaan aktivitas detak jantung antara laki-laki dengan

perempuan pada kondisi Rest, sebagai berikut :

a) Pada menit pertama hingga kelima kondisi detak jantung masih

normal untuk keduanya

b) Pada menit kelima sampai menit keenam peningkatan detak

jantung berlangsung karena melakukan aktifitas dimana laki laki

yang signifikan sementara perempuan hanya sedikit peningkatan

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 22
c) Pada menit keenam sampai menit ketujuh tubuh di istirahatkan

dan detak jantung pun menurun krena tidak adanya aktifitas di 1

menit itu.

d) Kemudian pada menit ke-7 sampai menit ke-8 detak jantung

kembali naik karena adanya aktifitas yang dilakukan oleh tubuh.

Pada menit kedelapan hingga kesepuluh detak jantung mulai

menurun karena tubuh telah berhenti melakukan aktifitas sehingga

denyut jantung mulai menurun dan tubuh mulai beristirahat secara

total.

d. Grafik Heart Rate No Rest

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik perbedaan rata-rata

Heart Rate antara laki-laki dan perempuan pada kondisi No Rest

No Rest
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

L - No Rest P - No Rest

Gambar 4.4 Grafik HR No Rest

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 23
Pada gambar 4.4 grafik Heart Rate di atas, dapat mengamati

perbedaan aktivitas detak jantung antara laki-laki dengan

perempuan pada kondisi No Rest, sebagai berikut :

b) Pada menit pertama sampai menit kelima detak jantung masih

pada keadaan konstan.

c) Pada menit kelima hingga menit ketujuh detak jantung

meningkatkarena diberikan aktifitas berat sesuai prosedur

praktikum baik pria maupun wanita selama 2 menit non stop

tapi pada wanita lebih tinggi daripada laki laki pada grafik.

d) Pada menit ketujuh hingga kesepuluh tidak dilakukan lagi

aktifitas karena tubuh diistirahatkan.

e. Grafik Berat Badan terhadap Siklus

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik berat badan terhadap

siklus pada semua praktikan

BB Terhadap Siklus
140 121
111
120 101
100 77
Siklus

80 61 57
60 46 49 47 43
40
20
0
38 47 49 49 54 54 54 55 58 76
Berat Badan

Gambar 4.5 Grafik Berat Badan Terhadap Siklus

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 24
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara Siklus dan Berat

Badan. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berat badan tidak

memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap siklus, karena

berat badan yang paling beratpun memiliki siklus yang rendah

dibandingkan berat badan yang lainnya.

f. Grafik Siklus terhadap Heart Rate (HR)

Gambar di bawah ini menunjukkan grafik siklus terhadap heart

rate pada semua praktik.

Siklus Terhadap HR (DN Max)


140

120 121

100 101
Siklus

80 77
60 57 61
47 49 46
40 43

20

0
179 179 179 179 180 181 197 199 199
HR (DN Max)

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Siklus dan HR (DN Max)

Grafik di atas merupakan hubungan antara siklus terhadap Heart

Rate (DN Max). Grafik di atas menunjukkan tidak adanya

pengaruh yang kuat antara siklus yang diperoleh saat beraktivitas

terhadap Heart Rate yang didapatkan oleh semua praktikan.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 25
g. Grafik Min-Max Heart Rate

Berikut ini Gambar yang berisi diagram batang yang menunjukkan

diagram minimal dan maximum rata-rata Heart rate dari semua

kondisi.

Min-Max
200 181 176 173
180 162 166
160
140
120
93 96
100 82 82
Min
80 70 Max
60
40
20
0
Nabila L - Rest L - No Rest P - Rest P - No Rest

Gambar 4.7 Grafik Min-Max HR

Pada gambar di atas menunjukkan data minimal dan maksimal HR

di atas, kita dapat melihat perbandingan heart rate dari aktivitas

masing-masing, yaitu L Rest, Heart Rate minimal adalah 72, dan

maksimalnya 190. Sedangkan L No-Rest, Heart Rate minimal

adalah 66, dan maksimalnya 190. Untuk Perempuan, P Rest, Heart

Rate minimal adalah 93, dan maksimalnya 186, sedangkan P No-

Rest, Heart Rate minimal adalah 91, dan maksimalnya 187. Dari

data di atas dapat dilihat bahwa Heart Rate minimal pada aktivitas

P Rest kondisinya lebih besar dibanding kondisi yang lain,

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 26
Sedangkan untuk data maksimal, L Rest dan L No-Rest datanya

lebih besar dibandingkan dengan kondisi yang lain.

h. Grafik Initial Average, Work Max dan Recovery

Gambar di bawah ini menunjukkan diagram perbedaan Initial

Average, Work Max dan Recovery dari semua kondisi.

Initial Average, Work Max, and


Recovery
200
181 176
180 173
162 166
160
160 150 147
136
140 128
111 117
120 109
98 100 initial Average
100
80 Work Max

60 Recovery

40
20
0
Nabila L - Rest L - No P - Rest P - No
Rest Rest
Gambar 4.7 Grafik Initial Average, Work Max dan Recovery

Berdasarkan diagram di atas, terdapat data Initial Average, Work

Max, dan End Recovery, yang dapat kita lihat bagaimana

perbandingan dari setiap kondisi, yaitu sebagai berikut :

1) Untuk nilai data Initial Average

Initial Average adalah rata-rata detak jantung praktikan pada

saat belum melakukan kegiatan fisik. Dari diagram tersebut

dapat dilihat bahwa initial average L Rest sebesar 100, L No-

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 27
Rest sebesar 109, P Rest sebesar 111 dan P No-Rest sebesar 117

Dari data di atas kita dapat melihat perbandingan Initial Average

dari P-Rest lebih besar dibanding kondisi yang lain

2) Untuk nilai data Work Max

Work Max adalah heart rate tertinggi praktikan pada saat

melakukan kegiatan fisik. Dari diagram tersebut dapat dilihat

bahwa Work Max pada L Rest sebesar 176, L No-Rest sebesar

162, P Rest sebesar 173, dan P No-Rest sebesar 166.

Dari data di atas, Work Max pada kondisi No Rest baik Laki-laki

maupun Perempuan sama, sedangkan P No-Rest memiliki Work

Max yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kategori P

No-Rest tidak sering melakukan aktifitas fisik, bisa juga karena

adanya kesalahan dalam pengambilan data.

3) Untuk data End Recovery

End Recovery adalah heart rate praktikan pada setelah

melakukan kegiatan fisik. Dari diagram tersebut dapat dilihat

bahwa End Recovery pada L Rest sebesar 136, L No-Rest

sebesar 128, P Rest sebesar 147 dan P No-Rest sebesar 160.

Dari data di atas dapat dilihat perbandingan nilai End Recovery

antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, baik No-

Rest maupun Rest. L Rest data laki-laki lebih tinggi

dibandingkan dengan L No-Rest, sedangkan untuk P No-Rest

lebih tinggi dibandingkan dengan P Rest. Hal ini dikarenakan

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 28
berbedanya tingkat kondisi fisik yang dialami oleh para

responden.

B. %HR Reverse dan %CVL

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil pengolahan data %HR

Reverse dan % CVL semua praktikan

Tabel 4.6 %HR Reverse dan %CVL


DN DN %HR
Kategori Nama DNI DNK %CVL Ket
Maks Max-DNI Reverse
Nandi 90 145 199 109 50 51 Diperlukan Perbaikan
L – Rest
Karim 111 171 197 86 70 70 Kerja dan Waktu Singkat
Nabila 98 125 181 83 33 33 Diperlukan Perbaikan
Ayu 127 150 179 52 44 44 Diperlukan Perbaikan
P – Rest
Rini 112 163 180 68 75 75 Kerja dan Waktu Singkat
Aminah 109 163 179 70 77 77 Kerja dan Waktu Singkat
L - No Akbar 130 120 199 69 -14 -14 Tidak Terjadi Kelelahan
Rest Fikar 89 164 201 112 67 67 Kerja dan Waktu Singkat
P - No Riska 112 169 179 67 85 85 Diperlukan Tindakan Segera
Rest Janna 122 113 179 57 -16 -16 Tidak Terjadi Kelelahan

Pada Tabel 4.6 di atas adalah tabel %HR Reverse dan %CVL dari

semua praktikan. Setelah melakukan aktivitas selama sepuluh menit %HR

Reverse dan %CVL, masing-masing responden dapat mengukur DNI

(Denyut Nadi Istirahat), DNK (Denyut Nadi Kerja), dan DN Maks (220-

Umur) untuk Laki-laki dan (200-Umur) untuk Perempuan.

Dilihat berdasarkan tabel di atas bahwa semakin besar selisih DN Maks

dan DNI, maka semakin kecil pula %HR Reverse dan %CVL nya begitu

pula sebaliknya. Dari hasil data dapat diketahui bahwa terdapat beberapa

kondisi yang terjadi setelah melakukan praktikum pada praktikan.

Kondisinya seperti ada beberapa praktikan yang tidak mengalami

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 29
kelelahan dan memerlukan perbaikan, ada pula praktikan yang perlu

tindakan segera. Perbedaan kondisi disebabkan oleh perbedaan data detak

jantung selama melakukan aktifitas fisik dan juga karena faktor kesalahan

pada saat pengambilan data (human error). Selain itu tingkat kelelahan

pada kategori No-Rest lebih tinggi dibandingkan dengan kategori Rest.

Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan hal – hal yang

dapat membuat tubuh tidak terlalu lelah dalam melakukan aktifitas kerja,

mampu menyeimbangkan antara aktifitas kerja dengan istirahat.

B. Metode Brouha

Tabel di bawah ini menunjukkan hasil pengolahan data dengan

metode brouha semua praktikan.

Tabel 4.7 Hasil Metode Brouha


Kategori Nama P1 P2 P3 P1-P3 Ket
Nandi 172 152 141 31 Nadi Pemulihan Nomal
L - Rest
Karim 148 139 131 17 Nadi Pemulihan Nomal
Nabila 170 157 150 20 Nadi Pemulihan Nomal
Ayu 127 138 156 -29 Perlu Redesain Pekerjaan
P - Rest
Rini 173 159 148 25 Nadi Pemulihan Nomal
Aminah 156 143 135 21 Nadi Pemulihan Nomal
Akbar 141 137 137 4 Perlu Redesain Pekerjaan
L - No Rest
Fikar 146 133 120 26 Nadi Pemulihan Nomal
Riska 183 183 183 0 Perlu Redesain Pekerjaan
P - No Rest
Janna 136 139 137 -1 Perlu Redesain Pekerjaan

Tabel di atas merupakan Metode Brouha dengan hasil perhitungan

dari P1, P2, P3, dan P1-P3. Dapat dilihat dari tabel diatas, terdapat 4 dari

10 responden yang memerlukan redesain pekerjaan, selebihnya dalam

kondisi nadi pemulihan normal. Perbedaan denyut nadi setiap orang

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kesehatan, nutrisi, kelelahan,

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 30
dan juga faktor kesalahan pada saat melakukan praktikum (human error).

Solusi dari masalah di atas adalah dengan melakukan hal – hal yang dapat

mengembalikan kebugaran tubuh setelah melakukan aktifitas fisik

sehingga tubuh dapat kembali menjadi normal, sertameningkatkan

kebugaran tubuh melalui olahraga teratur.

B. Asam Laktat

Tabel di bawah ini menunjukkan data asam laktat pada semua

praktikan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas fisik.

Tabel 4.8 Data Asam Laktat


Sebelum Melakukan Aktivitas Setelah Melakukan Aktivitas
Nama
(mmol/l) (mmol/l)
Akbar 4.2 15.7
Fikar 7.9 9.5
Nandi 7.5 12.2
Karim 4.1 11.2
Nabila 6.3 13.4
Ayu 4.1 14.8
Rini 3.2 12.8
Riska 5.1 14.3
Janna 3.6 11.2
Aminah 4.4 12.1
Data diatas menunjukkan bahwa setelah melakukan aktifitas fisik

terjadi peningkatan kadar asam laktat, hal ini dikarenakan meningkatnya

metabolisme tubuh saat bekerja sehingga tubuh membutuhkan kadar

oksigen yang tinggi sehingga menghasilkan asam laktat asaat bekerja

sehingga kadar asam laktat meningkat. Dapat juga dilihat bahwa selisih

asam laktat antara sebelum dan sesudah melakukan aktivitas itu cukup

besar, sehingga dapat diartikan bahwa praktikan mengalami tingkat

kelelahan sangat besar setelah melakukan aktivitas kerja.

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 31
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pengukuran beban kerja fisik berdasarkan heart rate dilakukan dengan

menggunakan Polar Watch yang dipasang di tangan beserta Polar Strap

yang dipasang di dada. Kemudian, melakukan pengaturan polar watch

untuk merekam heart rate. Setelah aktivitas yang dilakukan selesai,

selanjutnya mendownload data heart rate menggunakan software Polar

Pro Trainer 5.

2. Pengukuran kadar lactic acid atau asam laktat dengan menggunakan

accutrend plus beserta strip test dilakukan sebanyak dua kali,

pengambilan sampel darah pertama dilakukan sebelum melakukan

aktivitas dengan cara menusukkan jarum ke jari telunjuk, tengah,

ataupun jari manis, dan pengambilan yang kedua setelah melakukan

aktivtas. Tujuan perngambilan darah tersebut untuk mengukur selisih

dan mengetahui perbedaan kadar asam laktat dalam darah sebelum dan

sesudah melakukan aktivitas.

Dalam menghitung beban kerja fisik dan tingkat kelelahan

menggunakan rumus perhitungan %HR Reverse, %CVL, dan Metode

Brouha. Hasil yang didapat dari analisa beban kerja fisik dan tingkat

kelelahan dari para responden itu berbeda-beda, hal itu dikarenakan

faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu tingkat kebugaran, kesehatan,

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 32
jenis kelamin, aktivitas kerja yang dilakukan oleh praktikan. Adapun

dibawah ini adalah tabel Nordic Body Map yang menunjukkan rasa sakit

yang dialami praktikan selama melakukan aktivitas.

Tabel V.1. Nordic Body Map


Waktu Siklus Nordic
0–1 0 0
1–2 0 0
2–3 0 0
3–4 0 0
4–5 0 0
5–6 0 0
6–7 0 22, 23
7–8 0 18, 19
8–9 0 22, 23
9 – 10 49 0
Berdasarkan tabel di atas, keluhan rasa sakit yang dialami oleh diri

pribadi dinilai berdasarkan nordic body map. Keluhan rasa sakit yang

dialami oleh diri pribadi dinilai berdasarkan nordic body map, pada

menit ke-enam keluhan terjadi pada betis kiri dan kanan. Selanjutnya

pada menit ke-tujuh hingga menit ke-delapan keluhan terjadi pada paha

kiri dan kanan. Kemudian di menit ke-sepuluh keluhan rasa sakit mulai

berangsung menghilang, hal ini karena pada menit tersebut tubuh sudah

tidak beraktivitas dan mengalami proses pemulihan atau recovery.

Keluhan rasa sakit yang dialami sebagian besar berada pada bagian kaki

karena pada aktivitas yang dilakukan kali ini beban tubuh paling banyak

ditumpukan dari bagian paha hingga kaki, hal tersebut karena aktivitas

yang dilakukan berupa aktivitas meloncat.

3. Hasil dari analisa grafik hasil perhitungan beban kerja serta tingkat

kelelahan bahwa terdapat perbedaan Heart Rate dari setiap kategori

(No-Rest dan Rest). Hal tersebut dikarenakan faktor-faktor yang

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 33
mempengaruhi yaitu tingkat kebugaran, kesehatan, jenis kelamin, dan

kebiasaan praktikan.

B. SARAN

1. Saran untuk Laboratorium

Sebaiknya disediakan tempat sampah dan sapu supaya laboratorium

bersih.

2. Saran untuk Asisten

a. Kak Andi Firhan Fahri

Tetap mempertahankan sikap keramahannya.

b. Kak Novirmy Ester Kelah

Tetap mempertahankan sikap ketegasannya.

c. Kak Rahmaniar

Belum pernah melakukan asistensi bersama jadi mungkin sarannya

lain kali saja .

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 34
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, G.A., Fahey, T.D. 1984. Exercise Physiology Human Bioenergetics and

Its Application. New York: Mac- millan Publishing Company, pp 701-715

Fox, El., Bowers, R.W. and Foss, M.L. 1998. The Pysiologi- cal Basis of

Physical Education and Athletics (4th Ed.). Philadelphia: Saunders

College

Goodwin, M.L. 2007. Blood Lactate Measurments and Analysis During

Exercise : A Guide for Clinicians.

Janssen Peter G.J.M., 1987. Training Lactate Pulse Rate. Oule Finland: Polar

Electro Oy, pp 26, 51-53, 57-58J. of Diabetes Sci and Tech. 1 (4): 558-

569

Mochamad Purnomo,2011. Asam Laktat dan Aktivitas SOD Eritrosit


pada Fase Pemulihan Setelah Latihan Submaksimal.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki/article/viewFile/20
31/2145. Diakses tanggal 28 Maret 2018

Nabila Wulandari MODUL 4:


Kelompok III
D221 15 501 Pengukuran Beban Kerja dan Kelelahan Fisiologis Hal 35

Anda mungkin juga menyukai