‘tujuan’ dari pekerjaan tersebut (Arasyandi & Bakhtiar, 2016). Beban kerja yang dialami
manusia digolongkan menjadi dua yaitu
1. Beban kerja fisik. Merupakan beban kerja karena aktivitas penggunaan otot
manusia.
2. Beban kerja mental. Merupakan beban kerja karena aktivitas penggunaan otak atau
pikiran manusia.
Untuk mengetahui kapasitas beban kerja yang dirasakan manusia maka perlu
dilakukan pengukuran beban kerja. Pengukuran beban kerja dapat dibagi menjadi dua yaitu
1. Pengukuran beban kerja fisik -> Output yang dihasilkan dapat dilihat dari hasil
pekerjaan.
2. Pengukuran beban kerja mental -> Dapat dilakukan dengan menggunakan metode-
metode yang mempertimbangkan aspek-aspek dalam pengukuran beban kerja mental.
Menurut Astrand dan Rodahl (1977), penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu:
Dari hasil perhitungan CVL itu kemudian dapat dibandingkan dengan klasifikasi yang
telah ditetapkan sebagai berikut:
Contoh perhitungan CVL salah satu pekerja operator loading ramp di PT. Sentosa Bahagia
Bersama (Gunawan, 2020)
No Responden Usia (tahun) Denyut Nadi Istirahat atau Denyut Nadi Bekerja
DNI (denyut/ menit) atau DNK (denyut/
menit)
1 Syaifullah 35 60 72
62 74
Rata-rata 61 73
Denyut Nadi Maks (DN Maks) 220/ menit – 35 = 185
Aspek psikologi seseorang dalam pekerjaan pasti akan berubah setiap saat. Banyak
faktor yang memengaruhi perubahan psikologi tersebut, bisa berasal dari dalam diri pekerja
(internal) atau dari luar (eksternal). Baik internal maupun eksternal, kedua faktor sulit untuk
dilihat dengan kasat mata, sehingga pengamatan hanya bisa dilihat melalui hasil pekerjaan
atau faktor-faktor yang dapat diukur secara objektif, tingkah laku, dan penuturan pekerja
yang bisa diidentifikasikan.
Pengukuran beban kerja mental bisa dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu
pengukuran beban kerja secara objektif dan subjektif.
Pengukuran beban mental secara objektif dapat dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu:
Adapaun tahap pengukuran beban kerja secara subjektif ialah sebagai berikut:
Pengukuran beban kerja psikologis secara subjektif dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu:
NASA-TLX ialah metode subjektif yang sering digunakan dalam pengukuran beban
kerja mental pada individu di berbagai industri. NASA-TLX dikembangkan oleh Sandra G.
Hart dari NASA-Ames Research Center dan Lowell E. Staveland dari san Jose State
University pada tahun 1981. Metode ini berupa kuesioner yang dikembangkan berdasarkan
munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang lebih mudah maupun lebih sensitif pada
pengukuran beban kerja.
Pada metode NASA-TLX, ada enam komponen yang akan diukur dari setiap individu.
Enam komponen tersebut meliputi kebutuhan mental (mental demand), kebutuhan fisik
(physical demand), kebutuhan waktu (temporal demand), performasi (own performance),
usaha (effort), dan tingkat stres (frustration). Dari keenam komponen ini, ada skala yang
perlu diisikan oleh setiap responden. Hal ini merupakan langkah awal dalam pengukuran
beban kerja mental. Skala yang terdapat pada komponen tersebut adalah rendah sampai
tinggi, sedangkan untuk pengukuran performansi digunakan skala baik hingga buruk.
a. Pemberian rating.
Responden diminta memberikan penilaian/rating terhadap keenam dimensi beban
mental. Angka penilaian dari 0 sampai dengan 100.
Contoh hasil peratingan beban kerja mental pada pekerja PT. Sentosa Bahagia
Bersama (Gunawan, 2020).
Keterangan :
KM = Kebutuhan Mental
KF = Kebutuhan Fisik
KW = Kebutuhan Waktu
PF = Performansi
TU = Tingkat Usaha
TF = Tingkat Frustasi
b. Pembobotan.
Responden membandingkan dua dimensi yang berbeda dengan metode
perbandingan berpasangan. Ada 15 total perbandingan dari keseluruhan dimensi
(6 dimensi). Lalu, dihitung jumlah untuk masing-masing indicator. Hasil inilah
yang digunakan sebagai bobot dimensi. (Gunawan, 2020).
Contoh hasil pembobotan beban kerja mental pada pekerja PT. Sentosa Bahagia
Bersama (Gunawan, 2020).
c. Perhitungan skor NASA – TLX
Cara menghitung skor, antara lain
1. Menghitung nilai produk dengan mengkalikan rating dan bobot pada setiap
indicator.
2. Menghitung WWL (Weighted Workload) dengan cara menjumlahkan nilai
produk pada setiap indikator.
WWL = ∑ 𝑁𝑃
3. Menghitung skor NASA-TLX dengan rumus
𝑊𝑊𝐿
𝑆𝑘𝑜𝑟 =
15
4. Menginterpretasikan hasil skor ke dalam klasifikasi beban kerja mental
Dengan skor 83 artinya masuk ke dalam klasifikasi beban kerja mental yang
sangat tinggi.
Contoh hasil perhitungan pada salah satu pekerja PT. Sentosa Bahagia Bersama
(Gunawan, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Arasyandi, M., & Bakhtiar, A. (2016). Analisa beban kerja mental dengan metode NASA
TLX pada operator kargo di PT. Dharma Bandar Mandala (PT. DBM). Industrial
Engineering Online Journal, 5(4), 1–6.
Gunawan, I. (2020). Analisis Beban Kerja Fisik Dan Mental Pada Pekerja Menggunakan
Metode CVL Dan NASA TLX (Studi Kasus PMKS PT. Sentosa Bahagia Bersama). 8–45.