Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL MENGGUNAKAN

NASA-TLX DAN EVALUASI JUMLAH PEKERJA PADA LANTAI


PRODUKSI PT. ESSENTRA SURABAYA

Kharisma Panca Kurniawati1, Dyah Ika Rinawati1


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang 50239
kharismapancania@gmail.com

Abstrak

PT Essentra Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak di industri pembuatan filter rokok. Jenis filter
yang diproduksi adalah filter mono dan dual. Pada akhir tahun 2013, untuk meminimalisasi cost produksi, PT
Essentra Surabaya melakukan kebijakan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja di lantai produksi. Selain itu
kerusakan mesin yang terjadi serta penerapan autonomous yang diterapkan perusahaan membuat para operator ini
harus berusaha berpikir dan mengeluarkan tenaga ekstra untuk memperbaiki mesin tersebut, sedangkan di sisi lain
mereka juga dibebankan oleh target harian perusahaan. Dari hasil data yang didapatkan mengenai output produksi
juga ditemukan adanya gap yang cukup signifikan antara target output dengan ketentuan nilai OEE perusahaan
sebesar 60% dengan aktual output yang dihasilkan perharinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis beban kerja mental dan evaluasi jumlah pekerja
optimum pada lantai produksi. Dari hasil penelitian, terdapat empat pekerja yang memiliki beban mental dengan
kategori berat, yaitu Catcher Mesin SM01, Operator Mesin KM09, Operator Mesin KM07, dan Operator Mesin
KM08. Dan jumlah pekerja optimum untuk catcher adalah 1 orang dan operator mesin mono adalah 2 orang.
Kata kunci: beban kerja mental, jumlah pekerja, NASA-TLX, beban kerja

Abstract

PT Essentra Surabaya is a company engaged in the manufacture of cigarette filters. This type of filtr the filter
is produced in mono and dual. At the end of 2013, to minimize the cost of production, PT Surabaya Essentra do
policies to reduce the amount of labor in the production floor. In addition the engine damage that occurred as well
as the application of autonomous applied companies make these operators must attempt to think and take out extra
power to fix the machine, while on the other hand they also charged by the daily targets of the company. The data
obtained from the results of the production output has also found a significant gap between the target output with
OEE value provisions of the company amounting to 60% of the actual output produced per day.
The purpose of this research is to analyse the mental workload and the evaluation of the optimum number of
workers on the production floor. From the results of the research there were four workers who have the mental
workload with heavy categories, namely Machine Catcher SM01, Machine Operator KM09, Machine Operator
KM07, and Machine Operator KM08. The optimum number of workers and for catcher is one person and machine
operator mono is two people.
Keywords: mental workload, employment, NASA-TLX, workload
menerapkan sistem 3 shift untuk kegiatan di lantai
produksi, dengan demikian para buruh melakukan
PENDAHULUAN kerja selama 8 jam setiap shiftnya tidak jarang
PT Essentra Surabaya merupakan perusahaan diterapkan longshift selama 12 jam. Dalam aktivitas
yang bergerak di industri pembuatan filter rokok. produksinya PT Essentra mengoperasikan 64 mesin
Mayoritas hasil produksi dari perusahaan ini diekspor pembuat filter yang secara umum dibagi menjadi
untuk perusahan-perusahaan rokok di luar negeri, mesin jenis mono dan dual (combiner). Pada akhir
dengan demikian ketepatan produksi serta kualitas tahun 2013, untuk meminimalisasi cost produksi, PT
produk sangat diperhatikan untuk mendapatkan Essentra Surabaya melakukan kebijakan untuk
kepuasan pelanggan (Customer satisfaction). Untuk mengurangi jumlah tenaga kerja di lantai produksi.
mencapai keberhasilan produksi tersebut, tidak lepas Contohnya pada mesin mono biasa dikerjakan oleh
dari peran kerja buruh di lantai produksi. PT Essentra dua orang operator, kini hanyak dikerjakan oleh satu

1
orang operator. Hal ini membuat para pekerja di diproduksi. Service man dibagi menjadi tiga kategori
lantai produksi harus melakukan adaptasi ulang atas yaitu service man yang bertugas menyediakan
pekerjaan mereka. material dan base rod, membuat dan mengirim body
Kerusakan mesin yang sering terjadi serta dan tutup tray, dan yang bertugas untuk mengurus
penerapan autonomous yang diterapkan perusahaan material-material yang ada pada Work In Process
membuat para operator ini harus berusaha berpikir (WIP). Kecepatan mesin yang berbeda, kebutuhan
dan mengeluarkan tenaga ekstra untuk memperbaiki material dan base rod yang berbeda pada tiap
mesin tersebut, sedangkan di isisi lain mereka juga meinnya merupakan kendala yang sering dihadapi
dibebankan oleh target harian perusahaan. Dari hasil oleh para service man ini, sehingga diperlukan
data yang didapatkan mengenai output produksi juga insting yang baik untuk dapat memperkirakan kapan
ditemukan adanya gap yang cukup signifikan antara mereka harus menyuplai tray dan material dari setiap
target output dengan ketentuan nilai OEE perusahaan mesinnya. Inspector QC merupakan bagian yang
sebesar 60% dengan aktual output yang dihasilkan paling bertanggung jawab atas kualitas produk,
perharinya. bahkan tidak harus melakukan inspeksi 100% jika
Obyek penelitian yang diteliti yaitu para pekerja ada beberapa tray yang dicurigai bermasalah dalam
yang ada dilantai produksi mencakup para operator, satu pallet.
catcher, service man, recorder, dan inspector. Batasan yang digunakan pada penelitian ini
Operator dan catcher bertanggung jawab atas antara lain: Data yang digunakan adalah data hasil
pencapain target produksi perhari, namun tidak kuisioner yang diberikan kepada 33 pekerja di lantai
jarang terdapat permasalahan seperti alat yang rusak, produksi, mencakup operator, catcher, service man,
bahan baku yang habis, serta instruksi change order recorder, dan inspector QC, pengolahan data beban
yang tiba-tiba dapat menghambat kerja para operator mental menggunakan metode NASA-TLX dan diuji
tersebut. Para operator juga memiliki andil dalam dengan uji keseragaman, uji kecukupan, serta uji
pengandalian kualitas produk, karena operator kenormalan, dan evaluasi jumlah pekerja
memiliki tugas untuk mengecek kualitas secara visual menggunakan metode Pengukuran Beban Kerja I, II,
dan mengecek parameter dari produk yang dan III.

METODE PENELITIAN b. Subjective Workload Assesment


a. Pengukuran Beban Kerja Mental Technique (SWAT)
Beban kerja mental adalah beban kerja c. Modified Cooper Harper
yang diterima oleh pekerja setelah Scaling (MCH)
melakukan kerja mental/psikologis. b. NASA-TLX
Beban kerja mental/psikologis dapat NASA-TLX merupakan kuesioner
berupa sejauh mana tingkat keahlian dan dikembangkan berdasarkan munculnya
prestasi kerja yang dimiliki individu kebutuhan pengukuran subjektif yang
dengan individu lainnya (McCormick lebih mudah namun lebih sensitif pada
dan Sanders, 1993). pengukuran beban kerja. terdapat 6
1. Pengukuran beban mental secara indikator penilaian yaitu Mental
objektif Demand (MD), Physical Demand (PD),
Pengukuran beban kerja psikologis Temporal Demand (TD), Frustation
secara objektif dapat dilakukan (FR), dan Own Performance (OP).
dengan beberapa metode, yaitu : Menurut Hancock dan Meshkati (1988)
a. Pengukuran denyut jantung data dari tahap pemberian (rating) untuk
b. Pengukuran waktu kedipan mata memperoleh beban kerja (mean
c. Pengukuran dengan metoda lain weighted workload) adalah sebagai
2. Pengukuran beban mental secara berikut:
subyektif 1. Menghitung produk
Pengukuran beban kerja psikologis Produk diperoleh dengan cara
secara subjektif dapat dilakukan mengalikan rating dengan bobot
dengan beberapa metode, yaitu : faktor untuk masing-masing
a. NASA-Task Load Index (TLX) descriptor. Dengan demikian
dihasilkan 6 nilai produk untuk 6

2
indikator (MD,PD, TD, CE, FR, 2. Uji kecukupan data dilakukan untuk
EF). mendapatkan apakah jumlah data
hasil pengamatan cukup untuk
Produk = rating x bobot faktor…(1) melakukan penelitian. Untuk
menghitung banyaknya pengukuran
2. Menghitung Weighted Workload yang diperlukan untuk tingkat
(WWL) ketelitian 5% dan tingkat keyakinan
WWL diperoleh dengan cara 95% adalah sebagai berikut (Barnes,
menjumlahkan keenam nilai produk. 1980):

WWL = ………….(2)
N’ = ……(6)
3. Menghitung rata-rata WWL
Rata – rata WWL diperoleh dengan
cara membagi WWL dengan jumlah Apabila N’ ≤ N, maka jumlah data
bobot total. sudah cukup
Apabila N’ > N, maka jumlah data
Skor ………(3) belum cukup
3. Uji Kenormalan Data
4. Interpretasi hasil nilai skor Uji kenormalan data bertujuan untuk
Berdasarkan penjelasan Hart dan menentukan apakah data-data yang
Staveland (1981) dalam teori Nasa- diperoleh telah terdistribusi normal
TLX, skor beban kerja yang atau tidak. Uji yang dipakai adalah
uji kebaikan suai (Goodness of Fit
didapatkan terbagi dalam tiga
Test), uji kebaikan suai digunakan
bagian yaitu pekerjaan menurut para
untuk mengetahui apakah suatu
responden tergolong berat di mana
populasi mengikuti suatu distribusi
nilai > 80 menyatakan beban
teoritik tertentu. Uji ini didasarkan
pekerjaan berat, nilai 50-80
pada seberapa baik kesesuaian
menyatakan beban pekerjaan antara frekuensi yang teramati
sedang, dan nilai < 50 menyatakan dalam sampel dengan frekuensi
beban pekerjaan ringan. harapan yang didasarkan pada
c. Uji Asumsi Klasik distribusi yang dihipotesiskan
Setelah mendapatkan hasil skor beban (Walpole, P632).
kerja mental, selanjutnya dilakukan uji d. Waktu Siklus
keseragaman data, uji kecukupan data, Waktu siklus atau cycle time adalah
dan uji kenormalan data. Langkah- waktu yang diperlukan untuk membuat
langkah pemrosesan hasil pengukuran satu unit produk pada satu stasiun kerja
pendahuluan adalah: (Purnomo, 2003). Waktu yang
1. Pengujian Keseragaman data diperlukan untuk melaksanakan elemen-
Suatu data dikatakan seragam jika elemen kerja pada umumnya akan
semua data berada diantara dua sedikit berbeda dari siklus ke siklus
batas kontrol, yaitu yaitu batas lainnya, sekalipun operator bekerja pada
kontrol atas dan batas kontrol kecepatan normal atau uniform, tiap-tiap
bawah. Adapun perumusan dari elemen dalam siklus yang berbeda tidak
batas kontrol atas dan batas kontrol selalu akan bisa diselesaikan dalam
bawah adalah sebagai berikut waktu yang persis sama.
(Wignjosoebroto, 2000): e. Waktu Normal
BKA = …………………(4) Waktu normal untuk suatu elemen
operasi kerja adalah semata-mata
BKB = …………………(5) menunjukkan bahwa seorang operator

3
yang berkualifikasi baik akan bekerja produk atau hasil kerja. Pada
menyelesaikan pekerjaan pada tempo formulir ini juga terdapat kolom
kerja yang normal (Wignjosoebroto, atau lajur untuk menginventarisasi
2000). jumlah beban kerja, standar waktu,
f. Waktu Baku serta isi kerja untuk setiap jabatan
Penentuan waktu baku untuk atau petugas yang terlibat dalam
menentukan target produksi ini setiap proses atau prosedur.
dilakukan dengan cara pengukuran 3. Formulir rekapitulasi perhitungan
langsung dengan menggunakan jam beban kerja (Form Pengukuran
henti. Pengukuran dilakukan Beban Kerja III). Formulir ini
dikarenakan di dalam melakukan digunakan untuk menginventarisasi
pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa seluruh isi kerja setiap produk serta
faktor yang tidak dapat dihindari baik karyawan yang terlibat dalam
faktor dari dalam maupun dari luar menghasilkan semua produk.
perusahaan. Waktu baku didapatkan Jumlah seluruh isi kerja yang ada
dengan mengalikan waktu normal pada unit kerja tersebut dinamakan
dengan kelonggaran (allowance). “beban kerja”. Berdasarkan beban
Waktu baku ini sangat diperlukan kerja ini, akan dapat dihitung jenis
terutama sekali untuk: (1) perencanaan dan jumlah pemegang jabatan yang
kebutuhan tenaga kerja (man power layak pada setiap unit kerja.
planning), (2) estimasi biaya-biaya Desain Penelitian
untuk upah karyawan atau pekerja, (3) Penelitian mengenai Analisis Beban Kerja Mental
penjadwalan produksi dan dan Evaluasi Jumlah Pekerja pada Lantai Produksi
penganggaran, (4) perencanaan sistem PT Essentra Surabaya dilakukan dengan
pemberian bonus dan insentif bagi menggunakan kuesioner NASA-TLX dan
karyawan atau pekerja berprestasi, dan pendekatan action research. Pada pendekatan action
(5) indikasi keluaran (output) yang research peneliti berinteraksi dengan subjek
mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. penelitian sejak awal dan data penelitian diperoleh
(Wignjosoebroto, 2000) dengan cara mengamati secara langsung pekerja dan
g. Pengukuran Beban Kerja (PBK) mencatat waktu pekerja yang dibutuhkan dalam
Pengukuran Beban Kerja (PBK). melakukan proses kerja.
Instrumen disusun berdasarkan Pengolahan dan Analisis Data
ketetapan SK Menpan No. 20. tahun Dalam penelitian ini tahapan pengolahan dan
1999 yang meliputi pengolahan data analisa data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
yang terdiri dari formulir pengumpulan 1. Pengolahan dan analisa hasil kuesioner
data terdiri dari PBK I, PBK II, PBK III. NASA-TLX
Formulir pengolahan data terdiri dari: 2. Pengolahan dan Analisa hasil skor NASA-
1. Formulir inventarisasi produk (Form TLX menggunakan Uji Asumsi Klasik
Pengukuran Beban Kerja I). a. Melakukan Uji Keseragaman
Formulir ini digunakan untuk b. Melakukan Uji Kecukupan Data
menginventarisasi data tentang c. Melakukan Uji Kenormalan Data
produk atau hasil kerja dari satu unit 3. Klasifikasi hasil skor NASA-TLX, untuk
kerja berdasarkan tugas dan fungsi mengetahui kategori beban kerja mental
pekerja ringan, sedang, atau berat.
serta rincian tugas unit kerja yang
4. Melakukan evaluasi jumlah pekerja dengan
bersangkutan.
menggunakan form Pengukuran Beban
2. Formulir rincian proses atas Kerja (PBK) I, II, dan III.
prosedur (Form Pengukuran Beban a. Menentukan waktu normal
Kerja II). Formulir ini digunakan b. Menentukan waktu baku
untuk menginventarisasi dan c. Jumlah pekerja optimum
merinci proses atau prosedur yang 5. Analisis Hasil Pengolahan
dilakukan untuk mendapatkan satu 6. Rekomendasi perbaikan

4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lima bagian kerja di lantai produksi yang material, service man supply body tray, dan inspector
menjadi objek pengamatan yaitu operator mesin QC. Pengumpulan data terkait hasil kuesioner
mono, operator mesin mono, operator mesin dual, NASA-TLX dari objek pengamatan ditunjukan pada
catcher, recorder, stocker, service man supply Tabel
Tabel 1 Pengumpulan Data Kuesioner NASA-TLX
Usia Lama Kerja
No Nama Tugas Indikator Bobot Rating Produk WWL Skor
(Tahun) (Tahun)
MD 1 40 40
PD 5 90 450
Operator
TD 4 50 200
1 Viki mesin 28 10 1030 68.67
P 3 80 240
KC08
E 2 50 100
FL 0 70 0
MD 1 80 80
PD 3 80 240
Stocker
TD 0 80 0
2 Agung Setiawan (service 31 14 1200 80
P 2 80 160
man)
E 5 80 400
FL 4 80 320
MD 2 75 150
PD 5 85 425
Operator
TD 1 60 60
3 Ayub Darmawan mesin 25 7 1170 78
P 4 85 340
KM10
E 2 80 160
FL 1 35 35
MD 3 100 300
PD 3 60 180
Operator
TD 0 70 0
4 M. Jalu Prayitno Mesin 32 6 1180 78.67
P 3 80 240
ND-3H
E 5 80 400
FL 1 60 60
MD 3 50 150
PD 2 60 120
Inspektor
TD 0 50 0
5 Hendro QC 30 7 870 58
P 5 70 350
tim D
E 4 50 200
FL 1 50 50
MD 2 70 140
PD 4 75 300
Inspektor TD 5 80 400
6 Andi 35 1 1135 75.67
QC Tim A P 1 70 70
E 3 75 225
FL 0 60 0
MD 3 80 240
PD 2 90 180
Operator TD 1 50 50
7 Daryono 31 8 1170 78
Mesin P 3 90 270
E 5 80 400
FL 1 30 30
MD 3 70 210
PD 3 70 210
Operator TD 1 30 30
8 Heru Susanto 28 8 1040 69.33
Mesin P 3 80 240
E 5 70 350
FL 0 50 0

5
Tabel 1 Pengumpulan Data Kuesioner NASA-TLX (Lanjutan)
Usia Lama Kerja
No Nama Tugas Indikator Bobot Rating Produk WWL Skor
(Tahun) (Tahun)
MD 3 60 180
PD 2 70 140
Catcher TD 3 30 90
9 Sigit 30 6 1020 68
Mesin P 5 90 450
E 2 80 160
FL 0 30 0
MD 4 70 280
PD 2 50 100
Operator TD 3 30 90
10 Kusnan 38 7 920 61.33
Mesin KM51 P 3 80 240
E 3 70 210
FL 0 20 0
MD 2 50 100
Service man PD 3 80 240
(buat dan TD 2 70 140
11 Agung 22 3 1200 80
kirim body, P 3 90 270
tutup tray) E 5 90 450
FL 0 30 0
MD 2 50 100
PD 0 80 0
Operator TD 4 90 360
12 Yanuar 30 6 1170 78
Mesin PN01 P 2 80 160
E 3 90 270
FL 4 70 280
MD 1 50 50
Service man PD 4 75 300
( buat dan
TD 2 80 160
13 Solikhin kirim body, 25 3 1090 72.67
P 3 70 210
tutup tray) area
2 E 4 80 320
FL 1 50 50
MD 3 70 210
Service man PD 3 70 210
(Supply TD 3 75 225
14 Ferry 28 3 1105 73.67
material area P 1 85 85
1) E 5 75 375
FL 0 65 0
MD 1 70 70
PD 3 50 150
TD 4 50 200
15 Suwarti Recorder 42 18 970 64.67
P 3 90 270
E 4 70 280
FL 0 70 0
MD 4 80 320
PD 1 75 75
Catcher
TD 5 90 450
16 widi mahendra Mesin 33 6 1235 82.33
P 0 60 0
SM01
E 3 80 240
FL 2 75 150
MD 3 80 240
PD 5 90 450
Operator
TD 4 50 200
17 Yanuar mesin 31 7 1120 74.67
P 1 90 90
DD01
E 2 70 140
FL 0 65 0

6
Tabel 1 Pengumpulan Data Kuesioner NASA-TLX (Lanjutan)
Usia Lama Kerja
No Nama Tugas Indikator Bobot Rating Produk WWL Skor
(Tahun) (Tahun)
MD 3 80 240
PD 5 90 450
Catcher
Angga TD 3 30 90
18 mesin 23 6 1125 75
Riswanda P 3 95 285
DD01
E 1 60 60
FL 50 0
MD 3 70 210
PD 5 90 450
Operator
TD 3 70 210
19 Anggarda Mesin 24 1.5 1120 74.67
P 1 40 40
DD53
E 3 70 210
FL 0 70 0
MD 1 75 75
PD 2 80 160
Operator
TD 5 90 450
20 Suparmi Mesin 47 22 1315 87.67
P 4 90 360
KM09
E 3 90 270
FL 0 40 0
MD 2 50 100
PD 3 60 180
Operator
TD 1 50 50
21 Tingkat Mesin 44 23 920 61.33
P 5 70 350
KC04
E 4 60 240
FL 0 40 0
MD 4 70 280
PD 2 90 180
Operator
TD 4 80 320
22 Didik Mesin 27 8 1190 79.33
P 0 50 0
KC08
E 4 90 360
FL 1 50 50
MD 2 80 160
PD 4 100 400
Operator
TD 1 50 50
23 M. Nur Amin Mesin 42 14 1330 88.67
P 4 80 320
KM07
E 4 100 400
FL 0 50 0
MD 3 100 300
PD 3 70 210
Operator
TD 3 80 240
24 Hani Mesin 30 7 1150 76.67
P 1 50 50
KM02
E 5 70 350
FL 0 60 0
MD 1 75 75
PD 1 85 85
Operator
TD 4 90 360
25 Joyo Mesin 30 8 1285 85.67
P 4 85 340
KM08
E 3 85 255
FL 2 85 170
MD 2 70 140
PD 1 80 80
Operator
TD 1 70 70
26 Yoyok Mesin 28 10 1140 76
P 2 75 150
KM 04
E 5 80 400
FL 4 75 300

7
Tabel 1 Pengumpulan Data Kuesioner NASA-TLX (Lanjutan)
Usia Lama Kerja
No Nama Tugas Indikator Bobot Rating Produk WWL Skor
(Tahun) (Tahun)
MD 5 80 400
PD 3 70 210
Imam Operator TD 2 70 140
27 36 11 1135 75.67
Wahyudi Mesin DD15 P 1 65 65
E 4 80 320
FL 0 60 0
MD 2 80 160
PD 5 100 500
Catcher Mesin TD 1 70 70
28 Budi Santoso 25 8 1390 92.67
DD15 P 4 90 360
E 3 100 300
FL 0 30 0
MD 1 40 40
PD 2 60 120
Catcher mesin
TD 4 50 200
29 Ispatmoko VD02 33 1 885 59
P 3 50 150
CAVITEX
E 5 75 375
FL 0 40 0
MD 2 50 100
PD 3 60 180
Catcher Mesin TD 3 50 150
30 Ismail 29 6 880 58.67
DD14 P 4 60 240
E 3 70 210
FL 0 30 0
MD 2 70 140
PD 3 90 270
Operator mesin TD 1 90 90
31 Sutimin 38 7 1170 78
DD14 P 5 70 350
E 4 80 320
FL 0 80 0
MD 2 40 80
PD 4 80 320
Catcher Mesin TD 5 70 350
32 Handoko 25 6 1035 69
VD04 Cavitex P 1 75 75
E 2 70 140
FL 1 70 70
MD 2 70 140
PD 3 80 240
TD 2 80 160
33 Suwari Operator KF01 30 6 1200 80
P 4 80 320
E 4 85 340
FL 0 75 0

Uji Asumsi Klasik Uji keseragaman skor NASA-TLX


Pada tahap ini dilakukan pada hasil skor ditunjukan pada Gambar 1.
NASA-TLX, adapun jenis pengujian yang
dilakukan antara lain uji keseragaman, uji
kecukupan data, dan uji kenormalan data.
a. Uji Keseragaman
Uji keseragama bertujuan untuk
mengetahui keseragaman data-data agar
tidak berada di luar batas kontrol. Hasil

8
N’ =

= 29.85 30
Karena N’<N, yaitu 30<33, maka dapat
dinyatakan bahwa data mencukupi
untuk digunakan dengan tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian
10%.
c. Uji Kenormalan
Gambar 1 Hasil Uji Keseragaman Skor NASA- Berikut merupakan hasil pengujian
TLX kenormalan terhadap data skor bertujuan
b. Uji Kecukupan Data untuk menentukan apakah data-data
Pengujian kecukupan data dilakukan yang diperoleh telah terdistribusi normal
untuk mengetahui apakah jumlah atau tidak. Uji yang dipakai adalah uji
pengukuran terhadap responden kebaikan suai (Goodness of Fit Test).
pengukuran beban kerja mental dengan N = 33
metode NASA-TLX yang telah Nilai Max = 88.67
dilakukan telah cukup atau belum. Nilai min =58
Tingkat kepercayaan 95 % dan ketelitian Range (r) = nilai max – nilai min
10% = 88.67 – 58 = 30.67
k=2 Banyak Kelas (k) = 1 + 3.3 log N
s = 0.1 = 1 + 3.3 Log 33
= 6.011 6
Panjang Kelas = = = 5.1 6
Tabel 2 Uji Goodness Of Fit
Interval BKB BKA Z1 Z2 P(Z1) P(Z2) P(Z) F amatan Oi F Harapan Ei
58-64 57.5 64.5 -1.96 -1.15 0.0252 0.1245 0.0993 5 3.48
10 11.85
65-71 64.5 71.5 -1.15 -0.35 0.1245 0.3636 0.2392 5 8.37
72-78 71.5 78.5 -0.35 0.46 0.3636 0.6756 0.3120 10 10 10.92 10.92
79-85 78.5 85.5 0.46 1.26 0.6756 0.8961 0.2205 10 7.72
86-92 85.5 92.5 1.26 2.06 0.8961 0.9805 0.0844 3 15 2.95 11.28
93-99 92.5 99.5 2.06 2.87 0.9805 0.9979 0.0174 2 0.61

2. H1 : Data Tidak Berdistribusi


Normal
3. = 0.05
4. Daerah Kritis : X2 > X2
X2 > 5.991 untuk k = 3,
v = k-1 = 3-1 =2
5. Perhitungan :

= 1.591
6. Keputusan :1.591 < 5.991,
Gambar 2 Grafik Distribusi Normal Skor NASA- sehingga H0 diterima
TLX 7. Kesimpulan :terdapat kesesuaian
Hipotesis antara frekuensi amatan dan frekuensi
1. H0 : Data Berdistribusi Normal harapan

9
Klasifikasi Beban Kerja Mental Berdasarkan dimana 3 responden adalah operator mesin
Skor NASA-TLX mono dan satu orang lainnya adalah catcher.
Dari hasil perhitungan skor beban kerja Untuk itu perlu dilakukan evaluasi jumlah
mental yang telah dilakukan pada pekerja di pekerja pada kedua bagian tersebut, untuk
lantai produksi PT. Essentra Surabaya berikut mengetahui apakah jumlah pekerja pada bagian
merupakan rekap Skor dan klasifikasi beban tersebut sebanding dengan beban kerja yang
kerja mental para pekerja : diterima atau belum. Dalam menentukan
Tabel 3 Klasifikasi Beban Pekerjaan Berdasarkan evaluasi jumlah pekerja maka diperlukan
Skor NASA-TLX perhitungan mengenai waktu kerja produktif.
N Berikut merupakan perhitungan waktu produktif
Skor Kategori
o Tugas
1 Operator mesin KC08 68.67 Sedang
untuk para pekerja di lantai produksi selama 1
2 Stocker (service man) 80.00 Sedang bulan :
3 Operator Mesin KM10 78.00 Sedang - Asumsi 1 bulan = 4 minggu
4 Operator Mesin ND-3H 78.67 Sedang - Setiap minggu hari kerja 5 hari = 5 x 4 = 20
5 Inspektor QC tim D 58.00 Sedang hari/bulan
6 Inspektor QC Tim A 75.67 Sedang - Jam kerja 8.5 jam/hari
7 Operator Mesin 78.00 Sedang
8 Operator Mesin 69.33 Sedang
- Istirahat 30 menit
9 Catcher Mesin 68.00 Sedang - Jam kerja produktif
10 Operator Mesin 61.33 Sedang = 8.5 -0.5= 8 jam/ hari
Service man = 8 x 20 = 160 jam/bulan
11 (buat dan kirim body, tutup 80.00 Sedang = 160 x 60 = 9600 menit/bulan
tray)
Uraian tugas serta waktu siklus yang
12 Operator Mesin 78.00 Sedang
Service man digunakan oleh operator dan catcher untuk
13 (buat dan kirim body, tutup 72.67 Sedang melakukan tugas-tugas dapat dilihat pada Tabel
tray) area 2 4.
Sevice man Tabel 4 Rincian Tugas Operator dan Catcher
14 73.67 Sedang
(Supply material area 1) Waktu
15 Recorder 64.67 Sedang No Bagian Rincian Tugas Siklus
16 Catcher Mesin SM01 82.33 Berat (menit)
17 Operator mesin 74.67 Sedang Membersihkan
18 Catcher mesin 75.00 Sedang mesin dari sisa
19 Operator Mesin 74.67 Sedang 6.68
hasil produksi shift
20 Operator Mesin KM09 87.67 Berat sebelumnya
21 Operator Mesin KC04 61.33 Sedang Set up mesin 18.42
22 Operator Mesin KC08 79.33 Sedang Cek kualitas filter
Operator 0.023
23 Operator Mesin KM07 88.67 Berat manual
1 mesin
24 Operator Mesin KM02 76.67 Sedang Cek parameter
mono 5.01
25 Operator Mesin KM08 85.67 Berat filter alat
26 Operator Mesin KM 04 76.00 Sedang Merapihkan
27 Operator Mesin DD15 75.67 Sedang packaging dan 2.95
28 Catcher Mesin DD15 92.67 Sedang menutup body tray
Catcher mesin VD02 Memasang paper
29 59.00 Sedang 0.32
Cavitex wrap
30 Catcher Mesin DD14 58.67 Sedang Memasukkan filter
13.22
31 Operator mesin DD14 78.00 Sedang ke dalam tray
2 Catcher
Catcher Mesin VD04 Mengambil tray
32 69.00 Sedang 0.15
Cavitex untuk packing
33 Operator KF01 80.00 Sedang Performance rating
Performance rating adalah aktifitas menilai
Evaluasi Jumlah Pekerja atau mengevaluasi kecepatan kerja operator.
Dari hasil pengolahan data kuesioner Dengan melakukan rating ini, diharapkan waktu
mengenai beban kerja mental para pekerja, kerja yang diukur dapat dinormalkan kembali.
diketahui bahwa empat responden memiliki Metode yang digunakan adalah metode
beban kerja mental dengan skor di atas 80, Westinghouse.

10
Waktu Normal II. PBK II
Waktu normal didapat dengan mengalikan Tabel 6 PBK II Operator mesin Mono
waktu siklus dari masing-masing operasi frekuensi Norma beban
terhadap performance rating yang ada sehingga No Rincian Tugas dalam 1 waktu kerja
bulan (menit) (menit)
waktu normal yang didapat dari masing-masing membersihkan
operasi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. mesin dari sisa
Penentuan allowance 1 hasil produksi 20 10.06 201.2
Besarnya nilai allowance dipengaruhi faktor shift
sebelumnya
tenaga yang dikeluarkan, faktor sikap kerja, 2 set up mesin 20 18.77 375.4
faktor gerakan kerja, faktor kelelahan mata, cek kualitas
faktor keadaan temperatur kerja, faktor keadaan 3 1200 0.045 54
filter manual
atmosfir dan faktor lingkungan. 4
cek parameter
960 5.36 5145.6
Pengukuran Waktu Baku filter alat
merapihkan
Untuk mencapai waktu standar, maka
packaging dan
dilakukan penghitungan waktu normal terhadap 5 3400 3.3 11220
menutup body
allowance. tray
Setelah didapatkan data mengenai rincian 6
memasang
600 0.67 401.2
tugas dan waktu baku untuk bagian kerja yang paper wrap
diamati, maka selanjutnya adalah penyusunan
form Pengukuran Beban Kerja (PBK), yang III. PBK III
terdiri dari PBK I, II, dan III. Setelah itu maka Tabel 7 PBK III Operator mesin Mono
beban
didapatkan hasil jumlah pekerja yang optimum No Produk/hasil kerja
pada tiap unit bagian yang diamati di lantai (menit)
produksi PT. Essentra Surabaya. Berikut kegiatan dan hasil produksi tidak
merupakan pengolahan data Pengukuran Beban 1 terkontaminasi sisa hasil produksi shift 201.2
Kerja dan jumlah pekerja yang optimum pada sebelumnya
setting mesin sesuai dengan jenis filter
tiap unit kerja yang diamati : 2
yang akan diproduksi
375.4
a. Evaluasi Jumlah Pekerja di Mesin Mono 3 filter lolos cek kualitas manual 54
I. PBK I based rod sampai ke mesin
Tabel 5 PBK I Operator mesin Mono 4 dual/combiner untuk diproduksi lebih 5145.6
frekuen lanjut
N Rincian
Produk/hasil si dalam packaging filter yang telah terisi tertata
o Tugas 5 11220
1 bulan rapih
membersihk 6 paper wrap terpasang pada mesin 401.2
an mesin kegiatan dan hasil Jumlah 17397.4
dari sisa produksi tidak
1 hasil terkontaminasi sisa hasil 20 Setelah dilakukan pengukuran beban kerja
produksi produksi shift
shift sebelumnya
untuk unit operator mesin mono, maka dapat
sebelumnya dilakukan perhitungan mengenai jumlah pekerja
setting mesin sesuai optimum untuk unit pekerjaan ini adalah:
2 set up mesin dengan jenis filter yang 20 Jumlah pekerja unit operator mesin mono
akan diproduksi
cek kualitas filter lolos cek kualitas =
3 1200
filter manual manual
based rod sampai ke = = 1.8 2 orang
cek
mesin dual/combiner
4 parameter 960
untuk diproduksi lebih
filter alat
lanjut
merapihkan
packaging packaging filter yang
5 3400
dan menutup telah terisi tertata rapih
body tray
memasang paper wrap terpasang
6 600
paper wrap pada mesin

11
b. Evaluasi Jumlah Catcher di Mesin Tabel 11 Perbandingan Jumlah Pekerja Hasil
Dual/Combiner Evaluasi PBK Dan Aktual
I. PBK I Evaluasi
No Unit Kerja Aktual
Tabel 8 PBK I Catcher PBK
frekuensi 1 Operator mesin Mono 1 2
Rincian / Mesin
No Produk/hasil dalam 1
Tugas
bulan 2 Catcher /Mesin 1 1
memasukkan filter tertata
1 filter ke rapih di 1000
dalam tray dalam tray
Rekomendasi
mengambil posisi tray Rekomendasi yang mungkin dilakukan sebagai
2 tray untuk dekat dengan 200 strategi perbaikan terkait beban kerja mental dan
packing cather evaluasi jumlah perkerja, diklasifikasikan
menjadi tiga aspek, yaitu dari aspek pekerja,
II. PBK II fasilitas, dan manajerial.
Tabel 9 PBK II Catcher a. Pekerja :
frekuensi norma beban 1. Memanfaatkan waktu istirahat
No Rincian Tugas dalam 1 waktu kerja
bulan (menit) (menit)
dengan baik
memasukkan 2. Mempelajari jenis-jenis kerusakan
1 filter ke dalam 1000 13.57 mesin yang sering terjadi.
tray 13570 b. Fasilitas
mengambil tray 1. Penataan ulang Workspace
2 200 0.50
untuk packing 100.7333
2. Melakukan maintenance secara
rutin,
III. PBK III 3. Pemberian material yang sesuai
Tabel 10 PBK III Catcher 4. Ketersediaan spare part mesin.
beban kerja
No Produk/hasil c. Manajerial
(menit)
filter tertata rapih di dalam
1. Pihak manajerial dapat melakukan
1 evaluasi menyangkut beban
tray 13570
posisi tray dekat dengan pekerjaan dengan waktu
2 penyelesaiannya (deadline),
cather 100.73
Jumlah 13670.73 sehingga karyawan dapat
Setelah dilakukan pengukuran beban menyelesaikan pekerjaan tersebut
kerja untuk unit catcher, maka dapat dengan optimal.
dilakukan perhitungan mengenai jumlah 2. memberikan pelatihan dan penilaian
pekerja optimum untuk unit pekerjaan ini berkala,
adalah : 3. reorientasi mengenai autonomous
Jumlah pekerja unit Catcher 4. Perusahaan sebaiknya melakukan
reshuffle pekerja yang ada di lantai
=
produksi,
= = 1.4 1 orang 5. minimasi change order yang
mendadak untuk meminimumkan
Dari hasil pengolahan data dengan kerusakan mesin yang dapat
menggunakan instrument PBK I, II, dan mempengaruhi produtivitas kerja
III,maka diketahui bahwa terdapat gap antara operator
kondisi aktual saat ini dengan hasil evaluasi. 6. menambah jumlah pekerja pada
Berikut merupakan rekap dan perbandingan mesin mono yang bertugas untuk
hasil perhitungan jumlah pekerja berdasarkan membantu operator dalam tugas
pengukuran beban kerja dengan jumlah pekerja packing, khususnya untuk mesin-
aktual: mesin penghasil mono yang
memiliki kecepatan tinggi seperti
mesin IM02, KM07,KC08, KM04,

12
KM08, KM09, dan KM10 yang 5. Rinawati, Dyah. 2012. Penentuan Waktu
memiliki kecepatan mesin diatas Standard an Jumlah Tenaga Kerja Opimal
300 meter per minute (Mpm). Pada Produksi Batik Cap (Studi Kasus: IKM
Batik Saud Effendy). Jurnal Teknik Industri.
KESIMPULAN Universitas Diponegoro. Semarang
Dari hasil pengolahan Data Kuesioner 6. Sanders, M. S., & McCormick, E. J.
NASA-TLX didapatkan hasil bahwa terdapat 4 1987. Human factors in engineering and
pekerja yang memiliki skor diatas 80 (kategori design . McGRAW-HILL book company.
berat), yaitu Catcher Mesin SM01, Operator 7. Sufiati, Hanifah. 2008. Analisis Beban Kerja
Mesin KM09, Operator Mesin KM07, dan Karyawan Pada Divisi Produksi PT.
Operator Mesin KM08. Dari keempat pekerja Perkebunan Nusantara VIII. Skripsi Jurusan
yang memiliki skor beban kerja mental tertinggi Manajemen. Fakultas Ekonomi dan
kemudian diklasifikasikan menjadi jenis Manajemen. Institut Pertanian Bogor,
pekerjaan catcher dan operator mesin mono. Bogor.
Dari hasil evaluasi jumlah pekerja untuk kedua 8. Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., &
jenis pekerjan tersebut menggukan instrumen Tjakraatmadja, J. H. 1979. Teknik Tata Cara
Pengukuran Beban Kerja I, II, dan III diketahui Kerja. Bandung: Departemen Teknik
bahwa untuk jenis pekerjaan catcher, beban Industri. ITB:.
kerja yang diterima sudah sesuai dengan jumlah 9. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik
pekerja yaitu 1 orang pekerja untuk setiap mesin Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk
Dual/Combiner, namun untuk jenis pekerjaan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
operator mesin mono beban kerja yang diterima Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
dengan jemlah pekerjanya belum seimbang, 10. Wignjosoebroto, S. 2000. Ergonomi, Studi
karena dari hasil evaluasi pekerja seharusnya Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk
berjumlah 2 orang, sedangkan kondisi aktual Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi
saaat ini hanya dikerjakan oleh 1 orang Pertama. Surabaya: Guna Widya.
operator.Rekomendasi yang perusahaan dapat
dilakukan terkait beban kerja mental antara lain,
dengan memberikan pelatihan dan penilaian
berkala, reorientasi mengenai autonomous,
melakukan maintenance rutin terhadap mesin,
dan minimasi change order, sedangkan
rekomendasi terkait evaluasi jumlah pekerja
antara lain, penataan ulang workspace untuk
catcher dan menambah operator untuk mesin
mono yang berkecepatan mesin diatas 300 meter
per minute (Mpm) seperti mesin IM02,
KM07,KC08, KM04, KM08, KM09, dan
KM10.

DAFTAR PUSTAKA
1. Eko, N. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Surabaya: Penerbit Guna
Widya.
2. Grandjen, E. 1993. Fitting the Task to the
man, 4th edt. Taylor & Francais Inc. London
3. Kroemer, K. H. 2009. Fitting the human:
Introduction to ergonomics. Boca Raton,
FL: CRC Press.
4. Meshkati, N., & Hancock, P. A.
2011. Human mental workload. Elsevier.

13

Anda mungkin juga menyukai