ABSTRAK
Salah satu komponen boiler yang diproduksi oleh PT.Alstom adalah waterwall panel atau dinding
boiler. Pada kondisi eksisting, output aktual waterwall panel tidak mencapai target sehingga
perusahaan mengambil kebijakan untuk meningkatkan intensitas kerja operator. Peningkatan
intensitas kerja berarti peningkatan resiko bahaya sehingga perlu dilakukan evaluasi untuk
mengetahui kemampuan operator dalam mencapai target output. Evaluasi yang dilakukan adalah
ergonomic assesment terhadap faktor lingkungan fisik kerja dan K3, yaitu risk analysis,
beban kerja fisik, beban kerja mental, postur kerja, dan keluhan kerja. Berdasarkan hasil
ergonomic assessment, diketahui bahwa sebagian besar operator tidak mampu mencapai
target output. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berupa waktu istirahat selama 5.2
menit setelah melakukan pekerjaan selama 19.23 menit dan perubahan jumlah shift dari 2 shift
menjadi 3 shift per hari. Hasil worksampling menunjukkan bahwa operator lebih banyak bekerja
daripada idle.
Kata kunci : Ergonomic Assessment, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Waterwall Panel,
Worksampling
ABSTRACT
One of boiler’s components in which PT.Alstom produces is waterwall panel. In the existing
condition, waterwall panel’s output target can’t be achieved hence the company adopted a policy
to increase the work intensities of workers. Increasing work intensities equal to increasing risk of
danger at the workplace hence an evaluation should be conducted in order to measure worker’s
capability. Ergonomic assessment is conducted toward physical work environment and health-work
safety factors, while worksampling is conducted in order to determine the worker’s idle time. Risk
assessment, energy consumption, quick exposure cheklist, NASA TLX, dan nordic body map
are used to evaluate the factors above. Afterward, score from each methods is integrated using
centroid method in order to determine worker’s final category.
Based on the results of ergonomic assessment, it is known that most of workers are not able to
achieve the target output. Improvement recommendations are given in the form of resting time for
5.3 minutes after done a half of cycle time and the number of shifts from 2 shifts to 3 shifts each
day. Based on the result of worksampling, it is showed that the workers work more than idle..
Keywords: Ergonomic Assessment, Health and Work Safety, Waterwall Panel, Worksampling
3
Tabel 3.5 Rekap Skor dan Action Setelah dilakukan perhitungan per operator,
ng
ng
tal
an
an
rat
a
5714
5714
8571
5714
2857
8571
Ope
S
S
S
S
S
rator QEC Skor Scale Skor Risk Level Action selanjutnya adalah menghitung rata-rata rati
S scale dari ketujuh operator. Rata-rata rati
P 1 128 7+ 4 Investigate and change immediately
S scale didapatkan dari menjumlahkan nilai to
P1 66 3-4 2 Investigate further
product deskriptor kemudian dibagi deng
3. P 1 104 5-6 3 Investigate further and change soon jumlah operator. Berikut merupakan rekap
P 2 128 7+ 4 Investigate and change immediately
hasil perhitungan rating scale :
u P 2 128 7+ 4 Investigate and change immediately Tabel 3.9 Rekap Perhitungan Rating Scale
keP 3 112 5-6 3 Investigate further and change soon Tingkat Ke butuhan Total Product Rata-
m
P 3 118 7+ 4 Investigate and change immediately Kebutuhan fisik 2391 341.
Pe
Kebutuhan mental 830 118.
de6 NASA Task Load Index
T Pengolahan beban kerja mental dilakukan Kebutuhan waktu 1350 192.
pentuk mengetahui pengaruh mental terhadap Performansi 1180 168.
yabutuhan yang menjadi prioritas operator dan Usaha 2158 308.
ad empengaruhi performa operator saat bekerja. Tingkat stres 1070 152.
o rhitungan beban kerja mental ini dilakukan
Diagram Perbandingan Tingkat
ngan metode NASA Task Load Index (NASA Kebutuhan
XL ). Metode ini terdiri dari dua tahap, yang
rtama adalah perbandingan berpasangan dan 350
di p
a
be
Berdasar pengolahan data yang telah Konsumsi Lingkungan Nordic
Kategori QEC
O al kukan pada subbab sebelumnya, maka skor Energi Fisik Body Ma
aw l ergonomic assessment adalah sebagai Skor minimal 1 1 1 1
rikut : Batas sangat mampu dengan mampu 1 2 2 2
Tabel 3.11 Rekap Skor Awal untuk Ergonomic Batas mampu dengan kurang mampu 2 3 3 3
Assessment Batas kursng mampu dengan sangat kurang 3 4 4 4 d
Kons umsi Lingkungan Nordic Skor maksimal 4 5 5 5
perator QEC
Energi Fisik Body Map
SP 1 4 2 3 5 Tabel 3.14 Nilai Centroid Batas
SP 1 2 2 3 1 Nilai Normalisasi
Nilai
SP 1 3 2 3 4 Kategori Konsumsi Lingkungan Nordic
3. SP 2 QEC Centroi
4 4 4 2 Energi Fisik Body Map
SP 2 4 4 3 4 Skor minimal 0 0 0 0 0
m SP3 3 3 3 3 Batas sangat mampu dengan mampu 0 0.25 0.25 0.25
as,
0.21775
ke SP 3 4 3 4 5 Batas mampu dengan kurang mampu 0.33 0.5 0.5 0.5
gai
0.4785
Pe Batas kursng mampu dengan sangat kurang 0.67 0.75 0.75 0.75 0.73925
so8.1Pembobotan Skor Skor maksimal 1 1 1 1 1 lai
ku Tahapan pembobotan skor dilakukan untuk Bobot 0.129 0.549 0.248 0.074
di engetahui faktor apa yang paling penting dari Berdasarkan perhitungan dan tabel diatoid
empat faktor yang dijadikan dasar skoring. maka batasan kategori akhir adalah seba
rhitungan pembobotan menggunakan berikut : lai
ftware expert choice, dimana terlebih dahulu 1. Kategori sangat mampu (SM) : batas ni
esioner pembobotan diisi oleh expert yang centroid 0 - 0.21. lai
tunjuk oleh perusahaan. 2. Kategori mampu (M) : batas nilai centr
0.22 – 0.47.
3. Kategori kurang mampu (KM) : batas ni g
centroid 0.48 – 0.73. uk
4. Kategori sangat kurang (SK) : batas nian
centroid 0.74 – 1. up
Gambar 3.3 Pairwise Comparison an
3.8.3Pembuatan Alat Bantu Hitung Skorin put
Alat bantu hitung skoring dibuat unt lai
memudahkan assessor dalam melakuk an
assessment di kemudian hari. Assessor cuk
memasukkan nama, departemen, skor awal, uk d
bobot tiap faktor. Setelah memasukkan in or
selanjutnya akan langsung didapat ni pat
normalisasi, nilai centroid assessment, d:
Gambar 3.4 Pembobotan Kriteria kategori.
Normalisasi nilai dilakukan unt
Tabel 3.12 Rekap Bobot Faktor menyamakan batas atas dan batas bawah fakt
Fak tor Bobot skoring yang berbeda. Nilai centroid dida
3. Quick exposure check list 0.129 dari perhitungan dengan menggunakan rumus
Kons ums i energi 0.549 ∑
ka Lingkungan fis ik 0.248 ……..(2)
∑
( Nordic body map 0.074
(S
be8.2Pengategorian Skor
Pada penelitian ini, digunakan 4 jenis
tegori, yaitu sangat mampu (SM), mampu
M), kurang mampu (KM). dan sangat
kurang K). Batas kategori awal dijelaskan
dalam tabel rikut : 5
Gambar 4.16 Proporsi Working-Not Working
Operator SP 2
6
T K S 19.23 6.3 5 Meski mengeluh sakit, namun rata-rata operator
R 5.2 menit
K 1.5 6.3 1.5 berada pada skala 2 atau agak sakit. Hal ini
B erdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dikarenakan operator sudah terbiasa deng an
di il hat bahwa waktu istirahat yang disarankan posisi kerja serta mengabaikan nyeri ya ng
ol eh operator adalah 5.2 menit setelah operator dirasakan.
m elakukan pekerjaan selama 19.23 menit. Berdasarkan hasil kuesioner lingkung an
Waktu kerja tersebut masih setengah siklus dari kerja fisik yang ada di panel welding ar ea,
1 siklus kerja yang membutuhkan waktu sekitar diketahui bahwa sebagian besar operator merasa
35-45 menit. agak terganggu dengan lingkungan kerja yang
ada. Hasil tersebut dilihat dari 5 faktor
3.10.2 Perbaikan Perubahan Shift lingkungan fisik yaitu temperatur, pencahaya an,
Pada keadaan awal terdapat 2 shift kebisingan, sirkulasi udara, dan getaran. Apabila
di am na masing-masing shift berdurasi 12 jam dikaitkan dengan hasil risk assessment,
selama 6 hari kerja. Hal tersebut berarti operator temperatur dan kebisingan menempati bahaya
bekerja diatas 8 jam yang memungkinkan untuk dengan kategori high/serious danger.
te jr adi kelelahan dan turunnya konsentrasi. Kebisingan berakibat sulit berkomunikasi,
R ekomendasi perbaikan kedua yang diberikan berkurangnya performansi kerja, dan gangguan
ad alah merubah 2 shift per hari dengan 12 jam pendengaran permanen. Temperatur berakibat
kerja menjadi 3 shift per hari dengan 8 jam berkurangnya konsentrasi, dehidrasi, dan h eat
kerja. Dengan menerapkan 2 shift per hari maka strokes. Oleh karena itu, faktor lingkungan fi sik
perusahaan mengeluarkan biaya lembur sesuai perlu menjadi salah satu dasar dibuatnya
kebijakan perusahaan yang jumlahnya bisa rekomendasi perbaikan, sehingga resiko
sangat besar tiap bulannya. Apabila menerapkan operator terpapar bahaya tersebut dapat
2 shift, perusahaan mengeluarkan 22.78 kali gaji dikurangi.
pokok untuk biaya lembur, sedangkan apabila
m enerapkan 3 shift, perusahaan hanya 3.12 Analisa Worksampling
m engeluarkan 8.23 kali gaji pokok untuk biaya Pada penelitian ini, worksampli
ng
le bmur. bertujuan untuk mengetahui apakah operat
or
lebih banyak bekerja atau menganggur dal
am
3.11 Analisa Faktor Skoring Ergonomic kaitannya dengan target output yang belu
m
Assessment tercapai. Dari perhitungan proporsi working d
an
Berdasar perhitungan konsumsi energi, not working diketahui untuk working mesin
SP
o perator SP 2 masuk dalam kategori sangat 1 sebesar 80.66%, mesin SP 2 sebesar 77.17
%,
be rat (skor 4), operator SP 3 masuk dalam dan mesin SP 3 sebesar 75.93%. Da
pat
ka tegori berat (skor 3), dan operator SP 1 masuk disimpulkan bahwa operator lebih bany
ak
dalam kategori sedang (skor 2). Faktor bekerja daripada menganggur sehingga tid
ak
lingkungan fisik seperti temperatur dan tercapainya target bukan dikarenakan ol
eh
kebisingan mempengaruhi kinerja operator. lamanya operator menganggur.
Suhu pada panel welding area mencapai 50ºC
saat ketiga mesin menyala sedangkan suhu 3.13 Analisa Rekomendasi Perbaikan
optimum untuk bekerja menurut Rekomendasi perbaikan yang diberik
ignjosoebroto (2008) adalah ± 24ºC. didasarkan pada 2 faktor assessment ya an
W
ebisingan pada panel welding area mencapai memiliki bobot tertinggi. Bobot faktor tertin ng
K
adalah beban kerja fisik (konsumsi energi) ggi d
94 dBA saat ketiga mesin menyala sedangkan
lingkungan fisik kerja. Perbaikan beban kean
batas bising yang dianjurkan adalah 85 dBA
fisik dilakukan dengan perhitungan wa rja
untuk pekerjaan selama 8 jam.
Berdasarkan hasil nordic body map, istirahat operator. Setelah dilakukktu
apatkan bahwa 10 bagian tubuh yang sakit perhitungan, waktu istirahat yaan
did
at bekerja antara lain punggung, pinggang, direkomendasikan kepada operator adalah 5ng
sa
ggul, pantat, betis kiri dan kanan, menit setelah melakukan pekerjaan sela .2
pin
rgelangan kaki kiri dan kanan, serta kaki kiri 19.23 menit. Penggunaan waktu istirahat bima
pe
dilakukan dengan bertukar pekerjaan at sa
dan kanan. Keluhan pada bagian tersebut
switching antar operator yang bertugas. Keada au
di sebabkan oleh posisi kerja yang sering
sebenarnya yang ada di lapangan, operat an
m embungkuk dan duduk dalam waktu lama. or
7
beristirahat selama 1 jam, 30 menit, dan 30 waktu istirahat 5.2 menit setiap melakukan
m enit. Oleh karena itu dengan adanya pekerjaan selama 19.23 menit.
re okmendasi waktu istirahat diharapkan 5. Rekomendasi perbaikan terkait lingkungan
operator merasa lebih nyaman saat bekerja kerja yaitu merubah jumlah shift kerja dari 2
sehingga target output dapat tercapai. shift dengan 12 jam kerja menjadi 3 shift
Rekomendasi kedua yaitu perubahan dengan 8 jam kerja. Dengan perubahan
jumlah shift kerja dari 2 shift dengan 12 jam tersebut berarti lamanya operator terpapar
kerja menjadi 3 shift dengan 8 jam kerja. bahaya panas dan bising juga berkurang.
R ekomendasi ini berdasar pada lingkungan fisik Selain itu, dengan 3 shift kerja perusaha an
di am na lamanya operator berada dalam dapat mengurangi ng
lin biaya lembur ya
pe gkungan yang panas dan bising. Dari dikeluarkan.
darhitungan dapat dilihat bahwa perusahaan
1 pat menghemat pengeluaran lembur sampai
5. Daftar Pustaka nd
de4.5516 gaji pokok setiap bulannya. Selain itu, Ashfal, Ray C. (1999). Industrial Safety a ew
o ngan dijalankannya 3 shift berarti lamanya th
Health Management 4 Edition. N
beperator terpapar panas dan bising juga Jersey : Prentice Hall
renrkurang menjadi 8 jam per hari, dimana ng-
Buchholz, B. (1996) PATH : A Worksampli ob
u tang tersebut adalah jumlah waktu ideal based Approach to Ergonomic her J
ntuk bekerja. Analysis for Construction and Ot ed
4.
Non-repetitive Work. UK : Appli
Kesimpulan Ergonomics Vol 27 : 177-187
pe Berdasarkan hasil pengumpulan, eat
telngolahan, analisis, dan interpretasi data yang Canadian Centre of OSH. (2008) H :
Exposure and Effects <URL 8
be ah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
www.ccohs.ca> last accesed
1. rikut : November 2010 pukul 20.48
Peningkatan intensitas kerja yang ada P.
membuat kinerja operator menurun David, G., Woods,V., Guangyan Li, Bukle,ick
(2007). The Development of The Qung
sehingga operator belum mampu mencapai
Exposure Checklist (QEC) for Assesirk-
2. output yang ditargetkan. Exposure to Risk Factors for Wo
Berdasarkan hasil ergonomic assessment K:
Related Musculoskeletal Disorders. U
untuk faktor keselamatan kerja, diketahui Applied Ergonomics Vol 39 : 57-69 7).
bahwa bahaya yang masuk kategori Dewayana, T., Hetharia, D., Lanni (200
rja
high/serious danger adalah kebisingan, Perbaikan Kondisi Lingkungan Ke
as.
panas, debu flux, dan sakit pada bagian untuk Menigkatkan Produktivit
mi
tubuh tertentu. Bahaya yang masuk kategori Prosiding Seminar Nasional Ergono
16
medium/moderate danger antara lain dan K3 2007; Semarang, 15-
serpihan gram, tergelincir roll, dan terjepit November 2007
for
panel dengan roll conveyor. Sedangkan Guangyan Li, Bukle, P. (2005). QEC
ed
bahaya yang masuk kategori low/minor Assessment of Work-Relat
s),
adalah tersengat listrik dan terpercik api Musculoskeletal Disorders (WMSD
nd
Handbook of Human Factors a
3. gerinda. Ergonomics Methods. CRC Press LLC
Berdasar hasil ergonomic assessment faktor Hammer, Willie (1989). Occupational Saf th
ety
kesehatan kerja yaitu beban kerja fisik, 4
Management and Engineering
postur kerja, keluhan kerja, dan lingkungan c.
Edition. New Jersey : Prentice-Hall In
kerja didapatkan bahwa operator SP 2 of
Hart, S., Staveland, L. (1988). Development
masuk dalam kategori sangat kurang serta x).
NASA-TLX (Task Load Inde
operator SP 3 masuk dalam kategori kurang California : San Jose State University
asi
4. mampu. Hertanti, N.N., Indriastadi, H. (2007). Evalu
Rekomendasi perbaikan dibuat berdasarkan an
Persamaan Penentuan Pengeluar
tas
2 faktor keselamatan kerja yang dianggap Energi bagi Wanita pada Aktivi
al.
paling penting, yaitu beban kerja fisik dan Penanganan Material Secara Manu
mi
lingkungan kerja fisik. Untuk beban kerja Prosiding Seminar Nasional Ergono
16
fisik, perbaikan dilakukan dengan dan K3 2007; Semarang, 15-
perhitungan waktu istirahat dan didapat November 2007
8
Kaewbooncho, Yamamoto, H. (1998). The Equipment I PT.Otsuka Indonesia,
Standardize Nordic Questionnaire Lawang. Prosiding Seminar Nasio nal
Applied to Workers Exposed to Hand- Ergonomi dan K3 2006; Surabaya, 29
Arm Vibration. Journal of Occupational Juli 2006
Health Vol 40 : 218-222 Susanto, R. (2008). Analisis Konsep Ergono mi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Total pada Perancangan Sistem Ke rja
Indonesia Nomor dalam Usaha Peningkatan Produktivi tas
1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Perusahaan (Studi Kasus : PT.Bar ata
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Indonesia Persero). Tugas Akhir Jurusan
Kerja Perkantoran dan Industri Teknik Industri ITS, Surabaya
Laksmiwati, P.(2008). Penerapan Ergonomi Tarwaka, et. al. (2004). Ergonomi uk
unt an
dan Keselamatan Kesehatan Kerja untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, d
Desain Stasiun Kerja dan Perilaku Produktivitas. Surakarta : Uniba Press of
Pekerja. Tugas Akhir Jurusan Teknik Tirtayasa, K., et. al. (2003). The Change ses
Industri ITS, Surabaya Working Posture in Manggur Decrea nd
Mukhlisani, N. (2008). Pendekatan Metode Cardiovascular Load ang
Structural Equation Modelling untuk Musculoskeletal Complains amoof
Analisa Faktor yang Mempengaruhi Balinese Gamelan Craftsmen. Journal
Human Ergology Vol 32 : 71-76 udi
Produktivitas dari Tinjauan
Keselamatan, Kesehatan, dan Wignjosoebroto, S. (2008). Ergonomi St na
Lingkungan Kerja di PT.Barata Gerak dan Waktu. Surabaya : Gu
Indonesia Persero Gresik. Laporan Widya
Thesis Teknik Industri ITS, Surabaya
Nery, D. (2006). Audit Tool User Guide for The
Meat Industry in South Australia.
Adelaide : SAFER Industries
Purnomo, S. (2009). Perbaikan Sistem Kerja
dengan Pendekatan Workload dan
Human Reliability Assessment (Studi
Kasus : PT.Djitoe Indonesian Tobacco
Coy). Tugas Akhir Jurusan
Teknik Industri ITS, Surabaya
Purwaningrum, N. (2007). Aplikasi Fuzzy Logic
untuk Pengendali Penerangan
Ruangan Berbasis Mikrokontroller
ATMEGA8535. Skripsi Jurusan
teknik Elektro Universitas Negeri
Semarang
Purwaningsih, R., Adi, W., Fitriastuty, E.
(2007). Pengembangan Metode
Quick Exposure Checklist (QEC) untuk
Menilai Postur Operator Departemen
Produksi
(Studi Kasus pada Departemen Produksi
Final Assy Car Line Holden
PT.Semarang Autocomp Manufacturing
Indonesia). Prosiding Seminar Nasional
Ergonomi dan K3 2007; Semarang,
15-
16 November 2007
Rufaida, W. (2009). Ergonomic
Assessment untuk Meningkatkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada PT.Alstom Power Energy Systems
Indonesia. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Industri ITS, Surabaya
Saaty, R.W. (2003). Decision Making in
Complex Environment. Pittsburgh :