Anda di halaman 1dari 29

PRAKTIKUM I

CARDIO VASCULAR LOAD


P3
1. Penlilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai
Cardiovascular Strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut nadi
adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Berhubung
alat tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat dengan manual memakai stopwatch dengan
metode 10 denyut (Kilbon, 1992).
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh


cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan,
baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan, 1995).
Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk
mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kerja
yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dengan beban statis
yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan
denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk
menghitung index beban kerja.
Astrand dan Rodall (1997); Rodall (1989), menyatakan bahwa denyut nadi
mempunyai hubungan linear yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan
dalah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan
denyutan para arteri radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis
yang didefinisikan oleh GrandJean (1993):
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai;
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja;
c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac
output dari istirahat sampai kerja maksimum.

1
Manuaba dan van Wonteghen (1996), menentukan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum karena beban kardivaskular (cardio vascular load = % CVL) yang dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:

Denyut nadi maksimum = 220 umur (Astrand and Rodall, 1997)


Dari hasil perhitungan % CVL tersedut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai
berikut:
x 30 % = tidak terjadi kelelahan
30 < x 60 % = diperlukan perbaikan
60 < x 80 % = kerja dalam waktu singkat
80 < x 100 % = diperlukan tindakan segera
x > 100 % = tidak diperbolehkan beraktifitas

2. Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologi


Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau
penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata, terlatih, dan
berpengalaman dapat berproduksi pada level setelah 125 % saat intensif diberikan.
Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar.
Ternyata sebagian operator dapat bekerja dalam perfomans 100 % dengan jauh
lebih mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang
memiliki performans 150 % - 160 % menggunakan energy expenditure sama dengan orang
yang performans nya 110% - 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang
spesifik dan jelas definisinya.
Penukuran Fisiologi dapat digunakan untuk membandingkan Cost Energy pada
suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan sama yang tidak standar,
tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr. Luciren Broncha telah
membuat table klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan berat
ringannya pekerjaan.
Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja

2
Work Load Oxygen Consumption Energy Expenditure Heart Rate During
(liter/min) (Cal/min) Work
(Beats/min)

Light 0,5 1,0 2,5 5,0 60 100


Moderate 1,0 1,5 5,0 7,5 100 125
Heavy 1,5 2,0 7,5 10,0 125 150
Very Heavy 2,0 2,5 10,0 12,5 150 - 175

2.1. Interpolasi
Contoh: Jika diketahui seseorang yang mempunyai detak jantung 60 detak/menit sama
dengan membutuhkan energy expenditure 2,5 calorie per minute. Maka,
berapakah energy expenditure yang dibutuhkan oleh orang yang mempunyai
detak jantung 77 detak/menit? Hitunglah dengan menggunakan interpolasi!

a. Energy Expenditure

42.5 = -100 + 40x


142.5 = 40x
X = 3.56
Jadi, energy expenditure yang diperlukan adalah 3.56 calories per minute.

b. Oxygen Consumption

3. Target Heart Rate


a. HR (Heart Rate) berkisar sekitar zona THR (Target Heart Rate) kesehatan
kardiovaskular maksimal.
b. RHR Resting Heart Rate 63 HR/menit (tempat tidur)
c. Maximal HR = 220 usia, missal: usia 40 thn. Maka Max HR = 220-40 = 180
d. Reserve HR = Max HR Rest HR
3
= 180 63 = 117
e. Lower Limit (LL) = (Reserve HR x 0,6) + Rest HR
= (117 x 0,6)+63
= 133
f. Upper Limit (UL) = (Reserve HR x 0,8)+ Rest HR
= (117 x 0,8)+63
= 157

4
g. Target Heart Rate =

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


Pada praktikum kali ini dilakukan penilaian beban kerja berdasarkan denyut nadi
kerja. Dapat dilihat hasil diatas pada tabel bahwa setiap mahasiswa memiliki nilai kerja nadi
yang berbeda-beda. Pad apraktikum penilaian beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja
dilakukan pada posisi duduk atau istirahat dan juga denyut nadi pada saat kerja atau
beraktifitas dalam bentuk jalan-jalan kecil dengan menggunakan ketukan metronome.
Kemudian dilakuakn perhitungan % CVL (cardiovascular strain) dan dari hasil perhitungan
tersebut dapat dilakukan klasifikasi, apakah perlu adanya perbaikan atau tindakan atau tidak
terjadi kesalahan. Pada hasil diatas dapat dilihat ada yang perlu dilakukan perbaikan dan juga
ada yang tidak terjadi kesalahan. Setelah itu dilakukan klasifikasi work loud dari nilai denyut
nadi dari masing-masing mahasiswa. Pada hasil diatas dapat dilihat setiap mahasiswa memiliki
beragam klasifikasi work loud, moderate serta light. Kemudian dilakukan perhitungan oxygen
consumption serta energy expendicture menggunakan rumus sesuai pada penuntun praktikum,
dimana dari hasil tersebut dapat dilihat hasil perhitungan dari oxygen consumption pada
klasifikasi moderate serta tidak terjadi kesalahan menunjukkan angka yang lebih rendah
daripada yang memerlukan perbaikan dan sebaliknya pada hasil energy expendicture. Setelah
semua rangkaian praktikum dilakukan, dapat dilihat dan dibandingkan hasil diatas bahwa
kerja denyut nadi pada saat istirahat dan aktifitas terdapat perbedaan begitupula klasifikasi
dan work loud setiap mahasiswa juga memiliki perbedaan.

5
PRAKTIKUM
TEKANAN DARAH PADA BERBAGAI POSISI DAN AKTIVITAS

P4
Tujuan
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis pada berbagai posisi.
2. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi
3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah pada berbagai aktivitas

Alat dan bahan


1. Sfigmomanometer

2. Stetoskop

6
PRETEST
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Apa yang dimaksud tekanan darah!
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat darah di pompa
keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmar, 2007). Sedangkan menurut Sheps
(2005), tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding arteri saat darah
dialirkan. Tenaga ini, mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120-80 mmHg dan diukur dengan milimeter
air raksa (mmHg)

2. Apa yang dimaksud tekanan sistolik dan diastolik?


Tekanan sistolik adalah tekanan yang dihasilkan otot jantung saat mendorong darah
dari ventrikel kiri ke aorta (tekanan pada saat otot ventrikel jantung kontraksi)
Tekanan diastolik adalah tekanan pada dinding arteri dan pembuluh darah akibat
mengendurnya otot ventrikel jantung (tekanan pada saat otot atrium jantung kontraksi
dan darah menuju ventrikel.

3. Uraikan perjalanan arteri brakhialis!


Arteri brachialis adalah arteri utama untuk lengan atas cabang dari arteri brachialis
adalah arteri brachialis superficialis dan profunda a. Humerus, a. Colateralis ulnaris
superior dan inferior a. Radialis a. Ulnaris. Arteri ini berakhir di depan collum radii
dengan bercabang menjadi a. Radialis dan a. ulnaris
a) Ke anterior: pembuluh terletak superfisialis dan di sisi lateral terdapat
musculus coracobrachialis dan musculus biceps, nervus cutanus, antebrachii
medialis terletak didepan dari bagian atas. Nervus medianus menyilang bagian
medial dan aponeurosis bicipitalis menyilang bagian bawah pembuluh.
b) Ke posterior: arteri terletak di depan musculus triceps, insersio musculus
coracobrachialis dan muscukus brachialis
c) Ke medial: nervus ulnaris dan vena basilica pada bagian lengan atas pada
bagian bawah lengan atas nervus medianus terletak pada sisi medial
d) Ke lateral: di bagian atas nervus medianus, musculus coracobrachialis dan
musculus biceps, tendo musculus biceps brachii terletak lateral terhadap arteri
7
pada bagian bawah perjalanannya.
4. Terangkan fase-fase korotkof!
a) A trapping sound
Ketika tekanan di dalam manset diturunkan perlahan-lahan. Pada titik tekanan
sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset. Semburan darah
melewatinya pada tiap denyut jantung. Bunyi detakkan (trapping sound)
terdengar di bawah manset.
b) A soft swishing sound
Pada saat tekanan manset berada dibawah tekanan sistol. Arus turbulens yang
terputus-putus menghasilkan suara seperti berdesis.
c) A crisp sound
Pada saat tekanan manset berada dibawah tekanan sistol dan diatas tekanan
diastol. Arus turbulensi dalam arteri brachialis terdengar seperti suara renyah.
d) A blowing sound
Tekanan manset dekat dengan diastolik arteri. Pembuluh masih konstriksi
tetapi arus turbulensi berlanjut. Kualitas bunyi kontinu menjadi hilang.
e) Silence
Arus turbulen dalam arteri brachialis di interupsi paling sedikit pada bagian
diastolik, bunyi tidak terdengar lagi.

5. Faktor-faktor apa yang menentukan tekanan darah?


Faktor fisiologis
1. Kelenturan dinding arteri
2. Volume darah
3. Kekuatan gerak jantung
4. Viskositas darah
5. Curah jantung
6. Kapasitas pembuluh darah
Faktor patofisiologis
1. Posisi tubuh
2. Aktifitas fisik
3. Temperatur
4. Usia 8
5. Jenis kelamin
6. Emosi

Cara memasang manset yang benar:


1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehingga tidak terlilit manset
2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 jari di atas fossa cubiti
3. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti
4. Manset diikat dengan cukup ketat
5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis

A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA BERBAGAI POSISI


Posisi Berbaring

Cara Kerja
1. Naracoba berbaring terlentang selama 10 menit.
2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.
3. Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada pergelangan
tangan melalui palpasi.
4. Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi
(mencapai tekanan sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai
30 mmHg diatas tekanan sistolik.
5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis.
6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil
mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut)
7. Tentukan kelima fase korotkoff.
8. Ulangi pengukuran (no.4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata, catat
hasilnya. (sebelum mengulang yakinkan bahwa tekanan manset kembali nol).

Posisi Duduk
Cara Kerja
1. Naracoba duduk selama 3 menit.
2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.
9
3. Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada pergelangan
tangan melalui palpasi.
4. Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi
(mencapai tekanan sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai
30 mmHg diatas tekanan sistolik.
5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis.
6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil
mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut)
7. Tentukan kelima fase korotkoff.
8. Ulangi pengukuran (no.4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata, catat
hasilnya. (sebelum mengulang yakinkan bahwa tekanan manset kembali nol).

Posisi Berdiri
Cara Kerja
1. Naracoba berdiri selama 3 menit.
2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.
3. Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada pergelangan
tangan melalui palpasi.
4. Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi
(mencapai tekanan sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai
30 mmHg diatas tekanan sistolik.
5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis.
6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil
mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut)
7. Tentukan kelima fase korotkoff.
8. Ulangi pengukuran (no.4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata, catat
hasilnya. (sebelum mengulang yakinkan bahwa tekanan manset kembali nol).

Tugas: Bandingkan tekanan darah pada 3 posisi tersebut.


Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit
dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring,
maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir
kembali ke jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih
banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini
berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah,
1
0
oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit. Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke
jantung secara mudah tanpa harus melawan kekuatan gravitasi.
Detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke
jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin menyebabkanadanya peningkatan
detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring
ke posisi berdiri. Berdiri dalam jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau
hanya diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan pada tungkai bawah. Pada
posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak. Dengan demikian selisih
volume total dan volume darah yang ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah
yang kembali ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung berkurang, dan
kemungkinan tekanan darah akanturun.

B. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA PALPASI


Cara Kerja
1. Naracoba dalam posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan
supinasi.
2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan
tekanan sistolik dan diastolik.
3. Turunkan tekanan manset sampai posisi nol.
4. Sambil meraba a. brachialis, naikkan tekanan manset sampai denyut a. radialis tidak
teraba. Tekanan terus dinaikkan sampai 30 mmHg diatasnya.
5. 5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut a. radialis
kembali teraba. Pada saat a. radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan
sistolik.
6. Bandingkan tekanan sistolik melalui aukultasi.

C. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH PADA


BERBAGAI AKTIVITAS
Cara Kerja
1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik a. brachialis pada posisi duduk seperti
percobaan A

1
1
2. Tanpa melepaskan manset, naracoba berlari di tempat dengan 120 lompatan per menit
selama 2 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan
darah.
3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali kenilai semula.

Cara Kerja
1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik a. brachialis pada posisi duduk seperti
percobaan A
2. Tanpa melepaskan manset, naracoba jalan di tempat dengan 60 kali per menit selama
2 menit. Segera setelah berjalan, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan darah.
3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali kenilai semula.

Tugas: Bandingkan tekanan darah pada 2 aktivitas tersebut

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN KESELURUHAN


Dari hasil praktikum diatas dapat kita lihat bahwa pengukuran tekanan darah dapat
diukur dengan metode secara tidak langsung pada lengan bagian atas. Tekanan darah
dari setiap naracoba diukur dalam beberapa keadaan, yakni pada saat istirahat
(duduk, berdiri dan berbaring) dan pada saat melakukan aktivitas otot (exercise).
Pengukuran tekanan darah dengan metode tidak langsung dilakukan dengan
menggunakan alat tensimeter/sphygmomanometer. Sebelum naracoba melakukan
aktivitas otot (exercise), naracoba diukur tekanan darahnya. Kemudian setelah itu
naracoba melakukan aktivitas otot (exercise) selama 5 menit tekanan darah dari
naracoba diukur kembali. Pengukuran tekanan darah diatas memperoleh hasil yang
beragam. Namun hasil pengukuran tekanan darah diatas masih menunjukkan tekanan
darah dalam range normal. Angka yang ditunjukkan tekanan sistolik selalu lebih besar
dari angka diastolik karena selama sistol, ventrikel kiri jantung memaksa darah untuk
masuk ke aorta dengan fase ejeksi (penyemprotan). Hal tersebut terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan antara ventrikel dengan aorta. Sehingga ketika katup yang
membatasi atrium dengan aorta terbuka maka terjadi perpindahan darah dari atrium
ke aorta dengan ejeksi dan tekanan yang besar.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, usia, jenis
1 kondisi kesehatan, stress, dll. Namun,
kelamin, aktivitas otot, obesitas, obat-obatan,
2
pada praktikum kali ini hanya akan dibahas faktor aktivitas dan jenis kelamin karena
dari segiumur tidak terdapat perbedaan umur yang cukup jauh, hanya sekitar 19-21
tahun. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah beraktivitas, ternyata
data menunjukkan bahwa tekanan darah setelah melakukan aktivitas cenderung akan
lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi aktivitas yang dilakukan maka
akan semakin tinggi pula aktivitas dari kerja jantung yang harus mengeluarkan tenaga
yang tinggi sesuai dengan tekanannya.
Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan
darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel
tubuh memerlukan pasokan oksigen yang banyak akibat dari metabolisme sel yang
bekerja semakin cepat pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di
dalam pembuluh darah akan semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan
semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi pada otot jantung dan otot rangka serta
vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol menyempit dan kerja jantung akan
meningkat dan tekanannya pun meningkat. Dapat dikatakan bahwa volume darah
yang masuk dari arteri ke jantung meningkat. Pada organ-organ tersebut dan
menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Persentase
darah yang dialirkan ke organ-organ tersebut untuk menunjang peningkatan aktivitas
metabolik keduanya. Kerja jantung juga akan semakin cepat dalam memompa darah.
Namun demikian, denyut jantungnya tetap dalam keadaan normal.

1
3
PRAKTIKUM
KELELAHAN OTOT SYARAF PADA MANUSIA
(METABOLISME AEROBIK DAN ANAEROBIK)

P5
Tujuan:
1. Mengamati gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan
kelelahan
2. Mendemonstrasikan pengaruh gangguan peredaran darah, istirahat, dan massage
(pengurutan) terhadap kerja otot-otot jari
3. Menetapkan perubahan warna, suhu kulit, dan perubahan sensasi daerah lengan
bawah pada keadaan iskemik/ anaerobik.

Alat dan bahan


1. Dyna Test

2. Manset + sfigmomanometer

3. Metronom
1
4
Pretest
Sebelum melakukan praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut :
1. Sebutkan otot-otot (nama latin) yang berperan dalam gerakan fleksi jari-jari tangan?
m. flexor carpii radialis et ulnaris
m. flexor digitorum superficialis et profundus
m. flexor pollicis longus et brevis
m. flexor digiti minimi brevis
m. Palmaris longus
m. adductor pollicis
m. adductor digiti minimi
Mm. lumbricales I-IV
Mm. interossei palmares I-III
Mm. interossei dorsales I-IV

2. Di mana lokasi meraba a. radialis?


Di lateral tendo musculi flexor carpii radialis

3. Terangkan dengan singkat mekanisme terjadinya kontraksi?


a. Suatu potensial aksi berjalan di spanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujungnya pada serat otot
b. Pada setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmitter, yaitu
asetilkolin, dalam jumlah sedikit 1
5
c. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membrane serat otot untuk
membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul
protein dalam membrane serat otot
d. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion Natrium
untuk mengalir kebagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf.
Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot
e. Potensial aksi akan berjalan disepanjang membrane serat otot, dan juga
berjalan secara dalam di dalam serat otot, pada tempat dimana potensial aksi
menyebabkan reticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah ion kalsium, yang
telah disimpan di dalam reticulum, ke dalam myofibril.
f. Ion ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament aktin dan
miosin, yang menyebabkannya bergerak bersama-sama dan menghasilkan
proses kontraksi
g. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam
reticulum sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sebagai potensial aksi otot
yang baru datang lagi pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan
menyebabkan kontraksi otot terhenti.

4. Sebutkan dan terangkan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP?


1. Fosfokreatinin keratin + PO3 ATP
Energi
untuk
2. Glikogen asam laktat ATP kontraksi
otot

3. Glukosa + O2 CO2 + H2O ATP


FA +
AA ureum

5. Apa yang dimaksud dengan iskemik?


Iskemik adalah defiensi darah pada suatu bagian, akibat kontraksi fungsional atau
abstruksi actual pembuluh darah

6. Apa yang terjadi bila jaringan mengalami iskemik? mengapa demikian?


1 jaringan akan mengalami hipoksia karena
Bila jaringan mengalami iskemik, maka
6
suplai oksigen yang dibawa oleh darah tidak adekuat. Karena jaringan secara
kontinu membutuhkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, bila
iskemik berlangsung dalam durasi lama, maka jaringan tersebut akan mengalami
penurunan produksi ATP dan kerusakan mitokondria yang dapat mengakibatkan
kematian sel (nekrosis).

Jawab pertanyaan tersebut dengan tulisan tangan anda di kertas folio dan kumpulkan ke
pengawas sebelum praktikum dimulai.

A. KONDISI STEADY STATE / PEMULIHAN SEGERA PADA KERJA OTOT


FREKUENSI RENDAH
Cara kerja:
1. Naracoba meletakkan lengan bawah diatas meja dengan siku fleksi
2. Tangan menggenggam pompa dyna test
3. Metronom diatur dengan kecepatan 1 ketukan tiap 4 detik (15x/menit)
4. Peras pompa dyna test tiap 4 detik sesuai irama metronom
5. Ketika diperas, catat jarum petunjuk dyna test, setelah itu katup pompa dibuka dan
ditutup kembali (jarum kembali ke posisi nol), sehingga pompa siap untuk diperas
kembali.
6. Gambarkan dan simpulkan hasil pengamatan anda :
Dari hasil pengamatan yang dilakukan hasil yang ditunjukan pada dynatest
berkisaran pada angka yang stabil. Hal ini menunjukan bahwa otot tetap
berkontraksi dengan kekuatan yang sama dan otot lebih lama merasa kelelahan
atau bahkan otot tidak terasa lelah sama sekali.

B. PENGARUH PERUBAHAN PEREDARAN DARAH TERHADAP KELELAHAN


Cara kerja :
1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas nara coba yang sama
(ujicoba A), tentukan a. radialis
2. Lakukan 12 kali perasan dyna test tiap 4 detik dan dicatat seperti percobaan A
3. Mulai pada perasan ke-13, manset sfigmomanometer dipompa dengan cepat sampai a.
radialis tidak teraba (oklusi). Selama memompa, nara coba tetap melakukan perasan.
1
4. Berilah tanda pada kurva saat a. radialis tidak teraba lagi.
7
5. Setelah terjadi kelelahan total, turunkan tekanan manset sfigmomanometer (dengan
membuka katup udara) sehingga peredaran darah kembali normal.
6. Perasan pada pompa dyna test tetap dilakukan dengan frekuensi yang sama seperti
nomor B.2.
7. Lakukan pencatatan sampai kekuatan kembali seperti semula.
8. Gambarlah hasil pengamatan, berilah tanda pada kurva saat terjadi oklusi (tarikan ke-
13) dan saat tekanan manset diturunkan.

Gambar dan kesimpulan


Fase I: manset blm dinaikkan, fase II: manset dinaikkan (oklusi), fase III: Manset
diturunkan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan hasil yang ditunjukan pada dynatest berkisaran
pada angka yang stabil pada fase I. Hal ini menunjukan otot tidak merasakan
kelelahan dan tetap berkontraksi dikarenakan waktu 4 detik tesebut masih
memungkinkan untuk mendapatkan suplai oksigen dan terjadinya glikolisis aerob.
Pada fase II, manset dinaikkan tekanannya (oklusi) dynatest menunjukan penurunan
angka menandakan terjadinya kelelahan. Hal ini dikarenakan pada saat oklusi kerja
arteri yang berfungsi mengantarkan nutrisi dan oksigen dihambat. Karena kerja arteri
dihambat maka otot akan melakukan glikolisis anaerob. Dimana sisa dari metabolisme
anaerob itu adalah asam laktat. Penumpukan asam laktat yang terus-menerut
menyebabkan kelelahan pada otot.
Pada fase III, manset diturunkan dynatest menunjukan angka yang relatif meningkat
dari pada fase II. Hal ini menunjukan bahwa otot kembali berkontraksi. Waktu 4 detik
juga memungkinkan pengangkutan oksigen dari peredaran darah ke otot secukupnya
dan terjadi glikolisis aerob untuk mendapatkan tenaga ketika melakukan genggaman
(otot berkontraksi). Asam laktat yang dihasilkan pun lebih terorganisir dengan baik
(mendapatkan oksigen lebih banyak sehingga asam laktat dapat dipecah).

C. PENGARUH ISTIRAHAT DAN PENGURUTAN TERHADAP DERAJAT KERJA


DAN KELELAHAN
Cara kerja
1. Uji coba ini dilakukan oleh orang lain
1
2. Lakukan perasan tiap 1 detik selama 3 menit.
8
3. Nara coba beristirahat selama 1 menit. Selama istirahat, lengan tetap dibiarkan di atas
meja (jangan bergerak atau menggenggam-mengendurkan tangan, dll)
4. Nara coba kembali melakukan perasan setiap 1detik selama 3 menit.
5. Naracoba kembali beristirahat 1 menit. Saat istirahat kedua, lengan naracoba di
massage di sepanjang origo dan insersio otot yang bekerja.
6. Gambarkan 2 kurva yang tercatat, bandingkan satu sama lain, apa kesimpulan anda.
Gambar dan kesimpulan :
Fase I: perasan, fase II: istirahat, fase III: istirahat massage
Dari hasil pengamatan yang dilakukan hasil yang ditunjukan pada dynatest
menunjukan angka yang rendah. Hal ini terjadi karena pada fase I pemerasan dalam
waktu 1 detik otot tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan.
Sehingga otot melakukan glikolisis anaerob. Semakin berat beban yang diberikan dan
semakin singkat sela waktu yang diberikan untuk otot berkontraksi maka semakin
cepat otot mengalami kelelahan
Pada fase II, setelah dilakukan istirahat. Angka menunjukan sedikit peningkatan tetapi
tidak berlangsung lama dan kembali menurun. Ini menunjukan terjadi kelelahan dan
pada saat proses recovery yang tidak memadai untuk memenuhi suplai oksigen dan
asam laktat kembali terpecah sehingga tidak menimbulkan kelelahan.
Pada fase III, pada saat setelah dilakukannya massage angka di dynatest menunjukan
peningkatan. Hal ini karena otot menjadi lemas dan elancarkan peredaran darah
kembali pada lengan sehingga otot dapat melakukan aktivitasnya dengan lebih baik.
Nutrisi dan oksigen kembali agar otot mampu menggunakan glikolisis aerob dan otot
kembali normal. Otot melakukan mekanisme yang disebut siklus cori untuk
memulihkan kondisi lelah dengan mengubah asam laktat kembali menjadi piruvat
guna melanjutkannya dengan metabolisme aerob. Itulah sebabnya mengapa ketika
pasca oklusi, kemampuan otot berkontraksi semakin lama akan menanjak naik
melebihi kondisi akhir ketika oklusi.

D. RASA NYERI, PERUBAHAN WARNA DAN SUHU KULIT SAAT ISKEMIA


Cara kerja:
1. Uji coba dilakukan oleh orang yang berbeda, jarum dyna test tidak perlu dicatat
2. Pasang manset sfigmomanometer di lengan atas, pompa manset sampai a. radialis
tidak teraba lagi. 1
9
3. Lakukan perasan tiap 1 detik sampai terjadi kelelahan total dan timbul rasa nyeri yang
tak tertahankan. Perhatikan warna dan suhu kulit di lengan bawah.
4. Hentikan oklusi (buka katup udara pada pompa manset) bila nara coba tidak tahan
lagi terhadap nyeri hebat. Perhatikan warna dan suhu kulit setelah oklusi dibuka.

Bagaimana warna dan suhu kulit pada saat dan setelah oklusi ?
Warna kulit menjadi biru dan suhu menjadi dingin. Hal ini dikarenakan
Penumpukan asam laktat dan otot akan akan mengiritasi saraf yang
menyebabkan rasa nyeri. Nyeri terjadi karena jaringan mengalami
kerusakan/terancam rusak kerusakan jaringan terjadi karena iskemia (aliran
darah terhambat) sehingga terjadi hipoksia ketika jaringan cenderung rusak sel
melepas substansi P (senyawa polipeptida). Zat ini memicu ujung saraf bebas
dan membangkitkan potensial aksi akan diteruskan saraf aferen ke pusat nyeri
kemudian timbullah rasa nyeri.

Oklusi yang dilakukan kerja arteri terhambat pengiriman nutrisi dan


oksigen kurang kelelahan pada otot yang diiringi dengan rasa nyeri.

Semakin banyak penumpukan asam laktat (tidak ada oksigen) maka semakin
kuat rasa nyeri.Ketika rasa nyeri ini mulai terasa, pada kulit di lengan bawah
akan tampak warna merah/biru.Warna biru disebabkan karena hipoksia otot
(kurangnya oksigen di otot)

Post Test
Jawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apa yang dimaksud steady state?
Steady state adalah Pemulihan Segera Pada Kerja Otot Frekuensi Rendah,
maksudnya adalah otot mampu berkontraksi kembali dengan kekuatan yang sama
karena kekuatan otot segera pulih dalam rentang waktu tertentu (dalam percobaan ini
4 detik saat menggenggam ergograf). Selain itu sela waktu 4 detik juga
memungkinkan pengangkutan oksigen dari peredaran darah ke otot secukupnya dan
terjadi glikolisis aerob untuk mendapatkan tenaga ketika melakukan genggaman (otot
2
0
berkontraksi). Asam laktat yang dihasilkan pun lebih terorganisir dengan baik
(mendapatkan oksigen lebih banyak sehingga asam laktat dapat dipecah).

2. Mengapa pada percobaan A digunakan tarikan tiap 4 detik ?


Hal ini dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa terjadi kondisi steady state
tiap 4 detik genggaman dengan menunjukkan otot tetap berkontraksi dengan kekuatan
yang sama dan otot lebih lama merasa kelelahan atau bahkan otot tidak terasa lelah
sama sekali.

3. Apa yang dimaksud dengan oklusi, bagaimana kita mengetahui bahwa keadaan oklusi
telah tercapai ?
Oklusi adalah suatu keadaan/kondisi dimana kerja arteri yang berfungsi
mengantarkan nutrisi dan oksigen dihambat. Dalam percobaan ini, kondisi oklusi
telah tercapai saat denyut nadi (arteri radialis) sudah tidak teraba lagi.

4. Mengapa terjadi kelelahan saat oklusi ?


Pada saat dioklusi, otot tidak langsung menggunakan glikolisis anaerob,
melainkan melakukan glikolisis aerob dengan sisa oksigen di jaringan yang masih
ada. Setelah oksigen habis, barulah terjadi glikolisis anaerob. Kelelahan yang terjadi
saat oklusi disebabkan karena terhambatnya pengiriman nutrisi dan oksigen ke otot
sehingga otot tidak bisa menggunakan menggunakan glikolisis aerob (perlu oksigen)
dan memaksa otot untuk menggunakan glikolisis anaerob (tidak perlu oksigen).
Adapun hasil dari glikolisis anaerob ini adalah asam piruvat akan tetapi karena tidak
ada oksigen maka terbentuklah asam laktat. Karena otot tidak bisa menggunakan
glikolisis aerob dan terpaksa menggunakan glikolisis anaerob maka terjadi
penumpukan asam laktat secara terus menerus. Penumpukan asam laktat inilah yang
menyebabkan kelelahan pada otot.

5. Pada percobaan B, bagaimana saudara mengetahui telah terjadi kelelahan total?


Kelelahan total dapat diketahui ketika naracoba tidak mampu lagi untuk
menggenggam ergograf/ pada egrograf menunjukkan angka nol.

2
1
Dengan melihat laju kontraksi otot yang ditunjukkan pada dynatest. Jika angka yang
ditunjukkan menurun drastis dari angka sebelumnya dan tetap bertahan atau bahkan
lebih menurun maka hal tersebut menunjukkan telah terjadi kelelahan total.

6. Mengapa percobaan C menggunakan frekuensi tiap 1 detik?


Agar otot lebih cepat mengalami kelelahan dan menunjukkan bahwa semakin
berat beban yang diberikan dan semakin singkat sela waktu yang diberikan untuk otot
berkontraksi maka semakin cepat otot mengalami kelelahan

7. Apa tujuan/manfaat massage ? Bagaimana caranya ? Di mana ?


Manfaat dari massage adalah otot menjadi lemas dan Melancarkan peredaran
darah kembali pada lengan sehingga otot dapat melakukan aktivitasnya dengan lebih
baik. Nutrisi dan oksigen kembali agar otot mampu menggunakan glikolisis aerob dan
otot kembali normal. Otot melakukan mekanisme yang disebut siklus cori untuk
memulihkan kondisi lelah dengan mengubah asam laktat kembali menjadi piruvat
guna melanjutkannya dengan metabolisme aerob. Itulah sebabnya mengapa ketika
pasca oklusi, kemampuan otot berkontraksi semakin lama akan menanjak naik
melebihi kondisi akhir ketikaoklusi.
Dalam melakukan pemijatan dari arah lengan atas ke lengan bawah. Bagian yang
menjauh jantung (ke distal lengan) dipijat lebih keras, sedangkan bagian yang
mengarah ke jantung (ke proksimal lengan) dipijat lebih lembut. Letaknya bagian
atas sampai lengan bawah.

8. Terangkan dengan singkat faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan secara umum


?
Pengosongan ATP
Pengosongan simpanan glikogen otot
Akumulasi asam laktat
Kekurangan energi
Anemia
Depresi
Kebanyakan kafein
2
Dehidrasi 2
Penyakit jantung dan diabetes

9. Mengapa timbul rasa nyeri pada iskemia (mekanisme) ?


iskemia adalah defisiensi darah pada salah stu bagian biasanya akibat kontriksi
fungsional atau obstruksi actual pembuluh darah. Nyeri yang terjadi pada
iskemia disebabkan oleh defisiensi darah pada salah satu bagian biasanya
akibat kontriksi fungsional atau obsruksi actual pembuluh darah.
Penumpukan asam laktat dan otot akan akan mengiritasi saraf yang
menyebabkan rasa nyeri. Nyeri terjadi karena jaringan mengalami
kerusakan/terancam rusak kerusakan jaringan terjadi karena iskemia (aliran
darah terhambat) sehingga terjadi hipoksia ketika jaringan cenderung rusak sel
melepas substansi P (senyawa polipeptida). Zat ini memicu ujung saraf bebas
dan membangkitkan potensial aksi akan diteruskan saraf aferen ke pusat nyeri
kemudian timbullah rasa nyeri.

10. Terangkan mekanisme metabolisme energi pada kondisi percobaan A, B dan C?


Otot berkontraksi terdapat selang waktu 3 detik, otot untuk relaksasi otot
melakukan kerja dengan taraf yang tetap mendapat O2 mencapai steady state
melakukan respirasi aerob
Otot bekerja dengan normal pemasangan manset terjadi oklusi gangguan
peredaran darah darah kurang O2 respirasi anaerob arteri tidak disalurkan
dan asam laktat tidak diangkut oleh vena kelelahan kontraksi otot berkurang
Otot berkontraksi dan relaksasi dalam waktu 1 detik kadar O2 yang mengalir ke
otot kurang respirasi anaerob istirahat dan dilakukan massage
pengurangan jumlah tegangan di otot lebih cepat karena memperlancar aliran darah
dan pengurangan asam laktat respirasi aerob

2
3
PRAKTIKUM
KENAIKAN TEKANAN DARAH DENGAN PENDINGINAN
(COLD-PRESSOR TEST)

P6
Tujuan :
Mendemontrasikan reaksi tekanan darah terhadap perubahan suhu

Alat dan bahan :


1. Pengukur waktu (arloji/stopwatch)

2. Metronom ketukan 120x/menit

3. Sfigmomanometer dan stetoskop

2
4
4. Ember kecil berisi air es

2
5
Pretest
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Terangkan pengaruh sistem saraf otonom terhadap fungsi jantung dan pembuluh
darah?

2. Terangkan respon tubuh terhadap stress ?


Respon tubuh terhadap stess adalah sistem simpatis meningkatan respon-respon yang
mempersiapkan tubuh untuk melakukan aktifitas fisik yang besar dalam menghadapi
situasi penuh stres atau darurat, misalnya ancaman fisik dari lingkungan luar. Respon
semacam ini biasanya disebut fight-or-flight response karena sistem simpatis
mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari ancaman. Respon
tubuh terhadap stress:
a. Jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat
b. Tekanan darah meningkat karena konstriksi umum pembuluh darah
c. Saluran pernapasan terbuka lebar untuk memungkinkan udara maksimal
d. Pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi otot-otot rangka berdilatasi
(terbuka lebih lebar)
Semua respon ini ditujukan untuk meningkatkan aliran darah yang kaya oksigen
dan nutrisi ke otot-otot rangka sebagai antisipasi terhadap stres. Selanjutnya pupil
berdilatasi, dan terjadi peningkatan keringat.
Selain itu saat tubuh terpapar oleh stressor, tubuh akan mencoba untuk
2
beradaptasi. 6
Ada 3 tipe adaptasi yaitu:
a) Akomodasi: adaptasi jangka pendek
Khususnya pada mata untuk melihat objek dengan bermacam-macam jarak.
Negative akomodasi: penyesuaian mata terhadap jarah jauh dengan
relaksasi otot siliaris
Positive akomodasi: penyesuaian mata terhadap jarak jauh dengan kontraksi
otot siliaris
Akomodasi timbul dengan segara setelah terjadi stres. Contohnya sekresi
hormon dan aktivasi kardovaskular.

b) Aklimasi dan aklimitasi merupakan adaptasi menengah dan menimbulkan


respon yang lebih kompleks
Aklimasi: stresnya yang sengaja atau dibuat-buat. Contohnya: latihan pada
otot
Aklimatisasi: stresnya dibuat sendiri atau terjadi secara alami. Contohnya:
orang yang tinggal ditempat yang tinggi

c) Adaptasi genetik
Adaptasi yang jangka panjang dan semipermanen yang menyebabkan
perubahan baik itu morfologis maupun fisiologis. Dapat terjadi pada generasi
berikutnya.

3. Terangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah ?


Faktor faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
a. Jumlah darah yang keluar dari jantung (Cardiac Output).
Semakin besar cardiac outputnya, semakin tinggi tekanan darah
b. Volume darah
Semakin banyak volume darah dalam tubuh, semakin tinggi tekanan darah
c. Kapasitas pembuluh darah
Semakin sedikit kapasitas pembuluh darah, semakin tinggi tekanan darah

2
7
Jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan tangan anda di kertas folio dan
serahkan ke pengawas praktikum sebelum praktikum dimulai

Cara kerja :
1. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba yang telah
beristirahat.
2. Ukur tekanan darah, sampai mendapat nilai yang sama 3 kali berturut-turut untuk
menentukan tekanan darah basal.
3. Manset tetap terpasang tanpa tekanan, naracoba memasukkan tangan kirinya ke ember
berisi air es (suhu 4C) sampai pergelangan tangan.
4. Ukur tekanan sistolik dan diastolik secara cepat pada detik ke-60 dan detik ke-120
pendinginan.
5. Setelah tekanan darah ditetapkan, pada detik ke-150 (2,5 menit) segera angkat tangan
dari air es, kemudian tentukan tekanan darah pasca pendinginan setiap 1 menit
sampai kembali ke tekanan basal.

Apa yang anda temukan ?


TD Basal ?,TD detik-60 ?,TD detik-120 ?, TD 1 menit pasca CPT?, TD 2 menit berikut pasca
CPT?, dst.

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN PERCOBAAN


Bila perubahan tekanan sistolik > 20 mmHg dan diastolik > 15 mmHg dari keadaan
basal, si naracoba termasuk dalam kelompok hiperreaktor. Bila perubahan lebih kecil
disebut hiporeaktor. Pada kelompok hiperreaktor berisiko mengalami hipertensi
dengan didukung dengan faktor2 pencetus dari terjadi hipertensi tersebut.

Bila mengukur tekanan secara cepat sulit dilakukan, percobaan dapat dilakukan 2 kali.
Percobaan I hanya mengukur tekanan sistolik, percobaan II hanya mengukur tekanan
diastolik. Akan tetapi, antara percobaan I dan II, tekanan darah naracoba harus kembali ke
tekanan basal.
2
8
Post Test
Jawab pertanyaan berikut :
1. Menurut anda, apa kontra-indikasi cold pressor test ?
Kontra indikasi cold pressor test adalah peningkatan tekanan darah yang
menunjukkan risiko hipertensi, iskemi, dan rasa nyeri.

2. Bagaimana perubahan tekanan darah saat pendinginan? terangkan mengapa


demikian?

3. Apakah kita perlu mengetahui seseorang bertipe hiperreaktor/hiporeaktor ? mengapa


demikian ?
Perlu. Mengetahui apakah seseorang bertipe hipereaktor atau hiporeaktor diperlukan
agar bila orang tersebut sedang dalam keadaan sakit, dokter dapatmelakukan tindakan
pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, bila pasientersebut merupakan hipereaktor
(beresiko terkena hipertensi), dokter tidak akanmemberikan obat obatan yang
berbahaya bagi penderita hipertensi.

2
9

Anda mungkin juga menyukai