1 Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya
massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan kita untuk
dapat menggerakan tubuh dan melakukan pekerjaan.
Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi,
sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain,
dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain
bahwa setiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa
beban fisik maupun beban mental.
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai
atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan
manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja
seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari
tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh
dari pekerja yang bersangkutan.
Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon (1992) mengusulkan bahwa cardiovasculair strain
dapat diestimasi dengan menggunakan denyut nadi pemulihan (heart rate recovery) atau
dikenal dengan metode ‘Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidak
mengganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan tepat setelah subjek
berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit
pertama, ke dua dan ke tiga. P1,2,3 adalah rerata dari ke tiga nilai tersebut dan dihubungkan
dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika P1- P3 ≥ 10, atau P1, P2 dan P3 seluruhnya <90, nadi pemulihan normal
2) Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 - P3 ≥10, maka beban kerja tidak berlebihan (not
excessive).
3) Jika P1- P3< 10, dan jika P3 >90, perlu redesain pekerjaan.
Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada ketergangguan
pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran (individual fitness), dan pemaparan
panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai, maka diperlukan redesain
pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal
maupun varibel keseluruhan dari variabel bebas (tasks, organisasi kerja dan lingkungan kerja)
yang menyebabkan beban kerja tambahan.
Daftar Pustaka
[1] S.H. Tarwaka, A. Bakri dan L. Sudiajeng, Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dan Produktivitas, Surakarta: UNIBA Press, 2004.
[2] S.W. Utami, Pengkuran Beban Kerja Psikologis dan Fisiologis yang Dialami oleh
Operator pada Produk Cup di PT Indomex Dwijaya Lestari [Laporan Kerja Praktek], Fakultas
Teknik Universitas Andalas, Padang, 2012.