Anda di halaman 1dari 10

UAS ANALISIS PERANCANGAN KERJA II

Dosen Pengampu : Nana Rahdiana, S.T., M.T.

Sevty Auliani, S.T., M.T

NAMA : DEWIH ADETIA

NIM : 18416226201223

KELAS : TI18I

JAWABAN

1. Seorang pekerja memiliki postur dalam bekerja seperti tampak pada


gambar dibawah ini maka hasil kode RULA dari postur tersebut adalah
sebagai berikut:
PENENTUAN SKOR :

Group A
1. Lengan atas (upper arm) : +3

Keterangan : lengan atas berada pada posisi 45⁰-90⁰ flexion (3), bobot lengan atas
tidak ditopang (+1), lengan bawah mendapat tekanan +1

2. Lengan bawah (lower arm) : +2

Keterangan : lengan atas membentuk sudut 60o-100o :+2,

3. Pergelangan tangan (wrist position) : +3

Keterangan : pergelangan tangan berada pada 15◦ atau lebih Flexion maupun
Extension, pergelangan tangan ada pada interval radial atau lunar (+1).

4. Putaran pergelangan tangan (wrist twist): +1


Keterangan : telapak tangan tertekuk berputar di posisi tengah dan pergelangan
tangan berada pada rentang menengah putaran (+1)

Penentuan skor untuk group A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada RULA
worksheet. Langkah-langkah penentuan skor untuk group A adalah sebagai berikut:
TABEL A METODE RULA

Berdasarkan tabel A, didapatkan skor untuk group A yaitu 4.

GROUP B

1. Leher (neck positiong) : +2

Keterangan : leher pada posisi 10o - 20⁰

2. Punggung (trunk position) : +3


Keterangan : posisi tubuh 20o, +1 tubuh diputar

3. Kaki (legs position) : +2

Keterangan : kaki tidak tertopang dan bobot tubuh tidak tersebar merata.

Penentuan skor untuk group B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada RULA
worksheet. Langkah-langkah penentuan skor untuk group B adalah sebagai berikut:
TABEL B METODE RULA

Langkah selanjutnya adalah dengan menambah skor beban otot (muscle) dan beban
(load). Skor group A dari tabel di dapatkan 4, ditambah dengan skor beban otot +1
(postur tubuh statis, pengangkatan berlangsung > 10 menit), ditambah dengan skor
beban +3 (Angka NIM: 23 + 5 = 28kg), maka total skor untuk group A menjadi 8.
Sedangkan skor untuk Group B adalah 4, ditambah dengan skor otot +1 dan skor
beban +3 maka total skor untuk group B yaitu 8. Penentuan skor untuk Group A
dan B dengan menggunakan tabel C.

TABEL C METODE RULA


Hasil penilaian sikap kerja operator menggunakan metode RULA diperoleh skor
7, artinya sikap kerja tersebut termasuk level 4 dengan kategori resiko tinggi,
sehingga diperlukan tindakan segera agar tidak terjadi cidera otot.

2. Berdasarkan soal tersebut, dapat diketahui bahwa :


a. Ergonomi Kognitif adalah cabang ergonomi yang berkaitan dengan proses
mental manusia, termasuk di dalamnya; persepsi, ingatan, dan reaksi, sebagai
akibat dari interaksi manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Dari
pernyataan pada soal tersebut, maka kita sebagai manusia di era globalisasi
sekarang ini harus mempunyai kemampuan/keterampilan intelektual dan
kognitif agar mampu bersaing dengan teknologi. Berkaitan dengan hal tersebut
pula, mental kita dalam menghadapi teknologi yang terbarukan juga harus siap
dan harus mampu menyesuaikan maupun berinteraksi dengan teknologi.
Dalam ergonomic kognitif juga mempelajari human-computer interaction.

b. 3 tools yang dapat digunakan dalam ergonomic kognitif yaitu:


- Cognitive Failure Questionnaire (CFQ) merupakan alat ukur dalam mengukur
tingkat kegagalan kognitif. Alat ukur tersebut terdiri dari 25 butir pertanyaan
tentang kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada keseharian. Hal yang
diukur dalam CFQ adalah daya ingat, gangguan pengalih perhatian, dan
kekeliruan. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui tingkat kegagalan
kognitif individu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Pada pengukuran
objektif dengan menggunakan software directRT yang digunakan untuk
mengetahui kecepatan reaksi responden.
- Probability Risk Assessments (PRA). PRA merupakan sebuah evaluasi
terhadap potensi bahaya yang mungkin timbul dari sebuah sistem. Sekarang ini
PRA bukan hanya membahas mengenai hardware dan lingkungan kerja yang
dapat menimbulkan risiko saja, tetapi juga membahas faktor human error
(Kirwan, 1992).
- Nordic Body Map merupakan salah satu dari metode pengukuran subyektif
untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja. Untuk mengetahui letak rasa sakit
atau ketidaknyamanan pada tubuh pekerja digunakan body map. Nordic Body
Map adalah sistem pengukuran keluhan sakit pada tubuh yang dikenal dengan
musculoskeletal. Sebuah sistem muskuloskeletal (sistem gerak) adalah sistem
organ yang memberikan hewan dan manusia kemampuan untuk bergerak
menggunakan sistem otot dan rangka. Sistem muskuloskeletal menyediakan
bentuk, dukungan,stabilitas, dan gerakan tubuh

c. Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai


pandangan bahwa kehidupan di hari esok lebih baik dari hari ini dan hari
kemarin. Produktivitas pekerja adalah kemampuan karyawan dalam
berproduksi di bandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan
dikatakan produktif apabila dia mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai
dengan yang diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat. Sehingga
Produktivitas Pekerja berkaitan dengan ergonomic kognitif, karena dalam
ergonomi kognitif termasuk kajian di dalamnya yaitu mental manusia yang
berkaitan dengan persepsi, ingatan dan reaksi, interaksi manusia dengan
sistem, bahkan human eror. Jika mental pekerja bagus dan kondisi pekerjaan
nyaman, aman dan tentram dapat meningkatkan produktivitas dari pekerja
tersebut.

3. Beban kerja dibagi menjadi 2, yaitu beban kerja fisik dan mental.
Jelaskan menurut pemahaman anda mengenai kedua beban kerja
tersebut dan jelaskan tools yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
kedua beban kerja tersebut!
Jawab :
a) Beban fisik cenderung mengarah pada beban yang diterima seorang
karyawan dalam suatu pekerjaan yang berkaitan dengan kondisi fisiologisnya,
seperti kebisingan, vibrasi (getaran), dan suhu. Apabila kondisi kerja yang
demikian cukup buruk, maka akan terjadi stres kerja dengan gejala fisikal,
seperti tekanan darah tinggi, diare, obstipasi, dll.
Tools yang dapat digunakan untuk mengevaluasi beban kerja fisik adalah
dengan mengukur denyut nadi karyawan yang akan di jadikan objek evaluasi.
Penghitungan dilakukan dengan menghitung denyut nadi karyawan dengan
metode 10 denyut. Pengukuran 10 denyut, dilakukan dua kali untuk
mendapatkan nilai DNI (Denyut Nadi Istirahat) dan DNK (Denyut Nadi Kerja).
Pengambilan DNI dilakukan pada saat sebelum karyawan memulai
pekerjaannya. Sedangkan pengambilan DNK dilakukan pada saat karyawan
mulai bekerja. Setelah mendapatkan nilai DNI dan DNK, maka selanjutnya
dilakukan perhitungan Cardiovasculair Strain (%CVL).
b) Sedangkan beban kerja mental adalah persepsi terhadap ketidaksesuaian
kerja dan lingkungan kerja yang menimbulkan stres seperti ketidaksesuaian
upah kerja, tidak adanya bonus dll, merupakan indikasi adanya beban kerja
mental yang berlebih. Tools yang dapat digunakan untuk mengevaluasi beban
kerja mental dengan metode NASA TLX. Dalam skala NASA TLX, terdapat
lima indikator yang akan diukur yaitu: (1) Physical Demand, (2) Temporal
Demand, (3) Performance, (4) Effort, dan (5) Frustration Level. Tahap pertama
adalah melakukan pembobotan untuk mendapatkan nilai Sources of Load. Hal
ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada subjek penelitian
yang berisi 15 pasang indikator. Subjek diharuskan untuk memilih salah satu
(dengancara melingkari) dari indikator dari setiap pasang, yang dirasa memberi
beban lebih dalam bekerja. Hasil dari indikator yang dipilih, di tally untuk
mendapatkan bobot dari setiap indikator.
Setelah itu, dilakukan penghitungan Magnitude of Load, yaitu memberikan
rating terhadap lima indikator. Subjek diminta memberikan respon dengan
memberi tanda pada rentang skala yang telah ditentukan. Setelah mendapatkan
rating, dilakukan Weighting and Averaging Procedure, yaitu menghitung
ratarata Weighted workload (WWL) dengan cara mengalikan Weight dengan
Rating. Jumlah keseluruhan dari pengalian itu dibagi 15.

4. Display berdasarkan panca indra

Tipe display berdasarkan panca indera yang menerimanya yaitu:

a) Visual display,
Visual display (dilihat) adalah display yang dapat dilihat dengan menggunakan
indera penglihatan yaitu mata. Contoh: rambu-rambu pada perusahaan, spidometer
kendaraan bermotor dan tampilan HMI pada Mesin.

b) Auditory display,

Auditory display (didengar) adalah display yang dapat didengar dengan


menggunakan indera pendengaran yaitu telinga. Contoh: Suara Pada layar HMI
ketika disentuh, Suara dari mesin yang sedang beroperasi.

c) Tactual display,

Tactual display (diraba) adalah display yang dapat disentuh dengan menggunakan
indera peraba yaitu kulit. Contoh: Tombol-tombol opeasi pada mesin,
tomboltombol pada kendaraan bermotor dsb.

d) Taste display, dan

Taste display (dikecap) adalah display yang dapat dirasakan dengan menggunakan
indera pengecap yaitu lidah. Contoh: Rasa Makanan, Rasa Minuman

e) Olfactory display,

Olfactory display (dihirup) adalah display yang dapat dicium dengan menggunakan
indera penciuman yaitu hidung. Contoh: Bau pada bahan kimia, bau bahan mentah
pada Proses produksi.

5. Apa yang anda ketahui tentang Macro Ergonomics Analysis Design


(MEAD)? Jelaskan Langkah-langkahnya secara singkat
Macro Ergonomic Analysis Design (MEAD) adalah salah satu metode
tahapan implementasi dari ergonomi makro yang digunakan dalam
melakukan perancangan sistem secara keselu ruhan sebagai upaya yang
efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Pada metode MEAD terdapat
sepuluh tahapan dalam mencapai tujuan implementasinya seperti berikut:
a. Identifikasi lingkungan dan subsistem organisasi terdapat identifikasi yang
dilakukan meliputi:
1) Analisis visi, misi, dan asas dasar
2) Tinjauan aspek lingkungan
3) Menentukan dimensi awal desain organisasi
b. Mendefinisikan jenis sistem produksi dan ekspektasi performansi Pada langkah
ini dilakukan identifikasi terhadap enissistem produksi dan kriteria ekspektasi
performansi. Ukuran performansi dapat dikatakan objektif atau subjektif
tergantung dari masalah kasus yang ada, sedangkan untuk mendefinisikan
ekspektasi performansi dapat digunakan standar checkpoints atau kritikal poin
yang telah dilakukan dalam sistem kerja.
c. Mendefinisikan unit operasi dan proses kerja unit operasi merupakan kumpulan
berbagai tahapan konversi dari input sampai output yang bersama-sama
membentuk keseluruhan tugas yang dipisahkan dari langkah lain oleh wilayah,
teknologi, maupun batas sementara sedangkan Proses kerja merupakan
langkah- langkah yang dikerjakan untuk membuat suatu produk sehingga pada
tahapan ini mengidentifikasik an tentang produksi yang ada di perusahaan.
d. Mengidentifikasi data varian Variansi sendiri merupakan deviasi atau
penyimpangan dari operasi, kondisi, spesifikasi, atau norma standar yang
tidak diperkirakan. Identifikasi variansi dilakukan dengan menggunakan
proses bisnis yang menggambarkan proses - proses yang terjadi saat ini dan
analisis tugas secara detail yang berkaitan dengan proses bisnis. Tipe-tipe
variansi yang biasa terjadi antara lain: kualitas, biaya, jadwal, kesehatan, dan
keselamatan serta non-value added (tidak memberikan nilai tambah).
e. Membangun matriks varian Berdasarkan variansi-variansi yang diperoleh
pada tahapan sebelumnya diperoleh beberapa variansi yang menjadi varian
kunci. Varian kunci yaitu variansi yang memberikan dampak signifikan pada
kriteria performansi dan/atau paling berinteraksi dengan variansi lainnya
sehingga melipatgandakan pengaruhnya. Tujuan langkah ini adalah untuk
mengidentifikasi hubungan antara variansi-variansi yang terjadi selama
transportasi proses kerja sehingga dapat ditentukan pengaruh antara satu
variansi dengan variansi lainnya.
f. Tabel kendali varian dan jaringan peran Pada tahapan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bagaimana variansi kunci yang terjadi dikendalikan pada
kondisi saat ini, dengan adanya tabel kendali varian dan jaringan peran dapat
mempermudah mengetahui tempat terjadinya varian, siapa yang bertanggung
jawab, pihak yang terlihat secara langsung, dan apa kendali varian yang telah
tersedia.
g. Mengalokasi fungsi dan penggabungan desain mengalokasi fungsi dan
pengggabungan desain bertujuan merancang perubahan sub-sistem teknologi,
merancang perubahan personel, dan menentukan rancangan final dengan
menggunakan Objective tree (pohon tujuan). Pohon tujuan adalah struktur
hierarki dan garis dari tujuan untuk mengatasi masalah yang telah diidentifikas
sebelumnya (Mosard (1983) dalam Hendrick and Kleiner (2002).
h. Analisis peran dan tanggung jawab analsis peran dan tanggung jawab
dilakukan setelah tujuan dan alternatif-alternatif ditentukan dengan bantuan
tabel kriteria penilaian sehingga mudah dalam mengevaluasi kegunaan
(Usefulness) dari setiap alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
i. Perancangan ulang sub-sistem pendukung pada tahapan perancangan ulang
sub-sistem pendukung bertujuan untuk menentukan sub-sistem pendukung
yang diperlukan dalam mempengaruhi sosioteknik produksi yang ada,
kemudian dilakukan penyesuaian dengan sub-sistem lain, termasuk lingkungan
internal.
j. Implementasi, literasi, dan perbaikan Implementasi dilakukan untuk
mengetahui apakah solusi yang dihasilkan dari pemilihan alternatife yang ada
akan sesaui dengan kondisi yang ingin dicapai atau tidak. Namun implementasi
tidak akan langsugn dilakukan tetapi lebih memberikan saran terhadap
perubahan oleh analisis yang telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai