Postur Kerja
A. PENDAHULUAN
Dalam dunia industri, peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan
dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual (mayoritas
berupa manual material handling). Aktivitas manusia seperti ini dapat menyebabkan
problem ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja khususnya yang berhubungan
dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melakukan pekerjaannya atau biomekanika
yang disebut gangguan muskuloskeletal yang sering disebut Muskuloskeletal Disorder
(MSD) atau penegangan otot bagi pekerja yang melakukan gerakan yang sama dan berulang
secara terus-menerus.
Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri punggung, nyeri
leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan
timbulnya MSD yaitu postur yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan
berkali-kali, dan lamanya waktu kerja. Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan dan
minimalisasi timbulnya MSD di lingkungan kerja. Upaya ini dapat diwujudkan melalui
analisis postur kerja. Dari hasil analisis postur kerja ini selanjutnya akan diperoleh
rekomendasi perbaikan yang perlu dilakukan.
Tujuan Praktikum
1. Mampu melakukan pengukuran dan memahami konsep postur kerja.
2. Mengetahui besar beban postur tubuh pada saat melakukan kerja.
3. Mampu mengaplikasikan metode menggunakan NBM kuesioner, REBA, RULA, dan
QEC untuk mengurangi resiko kerja.
Output :
1. Hasil kuesioner Nordic Body Map
2. Score REBA/RULA/QEC
3. Analisa beban dan postur kerja
4. Perbaikan rancangan sistem kerja
5. Rekomendasi postur kerja
C. REFERENSI
Chaffin, D.B. et al., 1991. Occupational Biomechanics, Wiley New York.
Corlett, E.N., 1992, Static Muscle Loading and the Evaluation of Posture. Edited by Wilson.
J.R. & Corlett, E.N. 1992. Evaluation of Human Work a Practical Ergonomics
Methodology. London :Tailor & Francis.
Hignett, S., & McAtamney, L. 2000. Rapid Entire Body Assessment (REBA). Applied
Ergonomics, 31(2), 201206.
Kroemer, K.H.E, H.B. Kroemer, dan K.E. Kroemer-Elbert. 2001. Ergonomics How To
Design For Ease And Efficiency. New Jersey: Prentice Hall.
McAtamney, L., Corlett, EN., 1993, RULA : Survey Method for The Investigation
of Work Related Upper Limb Disorder, Applied Ergonomi. Journal of Human
Ergonomics. 24(2), 91-99.
Nurmianto, E., 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya Tinjauan Anatomi,
Fisiologi, Antropometri, Psikologi, dan Komputasi untuk Perancangan, Kerja dan
Produk, Jakarta: PT Guna Widya.
Sukania, I. W., Widodo, L., & Natalia, D. 2003. Identifikasi Keluhan Biomekanik dan
Kebutuhan Operator Proses Packing. Jurnal Energi dan Manufaktur Vol.6, No.1,,
19-24.
Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R. & Tjakraatmadja, J.H., 1979. Teknik Tata Cara Kerja.
ITB, Bandung.
Tayyari, F. & Smith, J.L., 1997. Occupational ergonomics: Principles and applications,
Chapman & Hall.
Waters, T., 1994. Applications manual for the revised NIOSH lifting equation, DHHS
(NIOSH) Publication No. 94-110, 32.
D. LANDASAN TEORI
1. Nordic Body Map
Adanya keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia lebih
disebabkan oleh tidak adanya kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima
beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Misalnya tubuh yang
tinggi rentan terhadap beban tekan dan tekukan, oleh sebab itu mempunyai resiko yang
lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal.
Melalui pendekatan secara subjektif, adanya keluhan otot skeletal dapat diukur dan
dianalisa dengan baik. Penggunaan nilai subjektif ini telah mencakup beberapa fenomena
yang terjadi dalam psikologis, biomekanis dan pengukuran teknik, serta menjadi cara
paling mudah untuk dinilai dan diintrepetasikan (Kroemer, 2001).
Nordic Body Map merupakan salah satu alat ukur subjektif berupa kuisioner yang
digunakan untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan mulai dari rasa
tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Kuisioner ini (Tabel 1.1
dan 1.2) menggunakan gambar tubuh manusia yang dibagi menjadi 9 bagian tubuh utama
yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pinggang, lutut
dan tumit. Dari 9 bagian tubuh tersebut kemudian diperinci menjadi 28 bagian tubuh
seperti pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Perincian Bagian Tubuh Nordic Body Map (Sumber : Kroemer, 2011)
5 Back /Punggung
7 Waist/Pinggang
8 Buttock/Pantat
Level of Complaints
No Location
A B C D
a. Mengisi NBM kuesioner dengan beberapa responden yang jenis pekerjaannya sama
b. Membuat prosentasi setiap indikator dari jawaban yang diberikan
c. Menganalisis prosentasi yang memiliki tingkat sangat dikeluhkan oleh pekerja
2. Postur Kerja
Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.
Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi: flexion, extension, abduction, adduction,
Cumulative Trauma Disorders (dapat disebut sebagai Repetitive Motion Injuries atau
Musculoskeletal Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka otot yang semakin
bertambah secara bertahap sebagai akibat dari trauma kecil yang terus menerus yang
disebabkan oleh desain buruk yaitu desain alat/sistem kerja yang membutuhkan gerakan
tubuh dalam posisi yang tidak normal serta penggunaan perkakas/handtools atau alat lain
yang terlalu sering (Tayyari & Smith, 1997).
Terdapat empat faktor yang paling sering menjadi penyebab timbulnya CTDs
adalah:
PLIBEL
Dari metode-metode yang ada dalam pengukuran postur kerja, hanya 3 metode yang
akan digunakan pada tutorial kali ini, yaitu metode REBA, RULA dan QEC.
postur seorang pekerja, selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja (Hignett & McAtamney, 2000).
Proses pengerjaan metode REBA tertera seperti Gambar 1.4 sebagai berikut:
a. Punggung
Skor pergerakan punggung (batang tubuh) dan range pergerakannya dapat dilihat dalam
Tabel 1.4 dan Gambar 1.5.
Gambar 1.5 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0 20oflexion, (c) postur
20 60oflexion, (d) postur 60oflexion atau lebih.
b. Leher
Skor pergerakan leher dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 1.5 dan Gambar
1.6.
Gambar 1.6 Range pergerakan leher (a) postur 20o atau lebih flexion, (b) postur extension
c. Kaki
Skor pergerakan kaki dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 1.6 dan Gambar
1.7.
Gambar 1.7 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata, (b) kaki
tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata, (c) lutut antara 300 dan 600flexion, dan (d)
lutut >600 flexion (tidak ketika duduk)
d. Lengan atas
Skor pergerakan lengan atas dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 1.7 dan
Gambar 1.8.
>200extension - abducted
2 - rotated
200 - 450flexion
+1 jika bahu ditinggikan -1
>450 - 900flexion 3 jika bersandar, bobot lengan
ditopang atau sesuai
> 900flexion 4 gravitasi
Gambar 1.8 Range pergerakan lengan atas (a) postur 20oflexion dan extension, (b) postur 20o
atau lebih extension dan postur 20 45oflexion, (c) postur 45 90oflexion, (d) postur 90o
atau lebih flexion
e. Lengan bawah
Skor pergerakan lengan bawah dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel 1.8
dan Gambar 1.9.
Gambar 1.9 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 60 100oflexion, (b) postur 60o atau
kurang flexion dan 100o atau lebih flexion
f. Pergelangan tangan
Skor pergerakan pergelangan tangan dan range pergerakannya dapat dilihat dalam Tabel
1.9 dan Gambar 1.10.
Gambar 1.10 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0 15oflexion
maupun extension, (c) postur 15o atau lebih flexion, (d) postur 15o atau lebih extension
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai aktivitas
pekerja. Dari nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada musculoskeletal dan
tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta perbaikan kerja. Untuk lebih
jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode REBA serta level resiko yang terjadi
dapat dilihat pada Gambar 1.12 dan Tabel 1.16.
REBA : SCORING
L R
Trunk
Upper Arms
L R
GROUP A Neck GROUP B
+ + Lower Arms
L R
Legs Load/ Force
Coupling Wrists
SCORE A
Use
Table C
SCORE C
+
Activity
Score
Da te:
Ta sk:
Gambar 1.12 Langkah langkah perhitungan metode REBA (Sumber: Hignett dan McAtamney)
Tabel 1.16 Tabel Level Resiko dan Tindakan
Action Level Skor REBA Level Resiko Tindakan Perbaikan
Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomic yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian
atas. Metode ini digunakan untuk mengambil nilai postur kerja dengan cara mangambil
sampel postur dari satu siklus kerja yang dianggap mempunyai resiko berbahaya bagi
kesehatan si pekerja, lalu diadakan penilaian/scoring. Setelah didapat hasil dari penilaian
tersebut, kita dapat mengetahui postur pekerja tersebut telah sesuai dengan prinsip ergonomi
atau belum, jika belum maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan. Metode ini
menggunakan diagram body postures dan tiga tabel penilaian (tabel A, B, dan C) yang
disediakan untuk mengevaluasi postur kerja yang berbahaya dalam siklus pekerjaan tersebut.
Melalui metode ini akan didapatkan nilai batasan maksimum dan berbagai postur pekerja,
nilai batasan tersebut berkisar antara nilai 1 7.
3. Memberikan hasil yang dapat dimasukkan dalam penilaian ergonomi yang luas.
4. Mendokumentasikan postur tubuh saat kerja, dengan ketentuan :
Tubuh dibagi menjadi dua grup yaitu A (lengan atas dan bawah dan pergelangan tangan)
dan B (leher, tulang belakang, dan kaki).
kemudian digunakan untuk menyusun variabel faktor risiko, menghasilkan skor tunggal
yang mewakili tingkat risiko MSD seperti diuraikan di bawah:
Tabel 1.17 tingkat resiko pada penilaian RULA
Score Tingkat Resiko
1-2 Resiko diabaikan, tidak perlu penanganan
3-4 Resiko rendah, perubahan dibutuhkan
5-6 Resiko sedang, penanganan lebih lanjut, butuh perubahan segera
6+ Sangat beresiko, Lakukan perubahan sekarang
Peneliti harus memberi nilai pada grup A(Lengan dan pergelangan tangan) terlebih dulu,
kemudian nilai untuk grup B (leher, punggung & kaki) untuk kiri dan kanan. Untuk masing-
masing bagian tubuh, ada skala pemberian nilai postur dan ada penyesu ketentuannya seperti
yang diuraikan pada lembar kerja yang perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam
pemberian nilai.
1. Langkah 1-4: Analisa tangan kanan dan pergelangan. Setiap skor harus dilingkari pada
Tabel A.
3. Langkah 9-11: Analisa leher, punggung dan kaki. Setiap nilai kemudian harus dilingkari
pada Tabel B.
1. Langkah 12. Menggunakan nilai dari langkah 9-11, tentukan nilai melalui tabel B.
2) Melibatkan kedua pihak yakni praktisi (observer) dan pekerja dalam melaksanakan
penilaian risiko dan mengidentifikasi kemungkinan perubahan.
Setelah peneliti melakukan pengamatan pada operator dan mengisi kuesioner akan
dilakukan rekpitulasi data kuesioner dari pengamat yang melihat bagaimana postur
tubuh operator ketika bekeja setiap departemen yang diamati oleh peneliti (pada
kasus ini adalah sebuah pabrik sepatu). Sehingga hasil rekapitulasi dari kuesioner
QEC untuk peneliti adalah sebagai berikut :
Kuesioner operator lebih menitik beratkan kepada yang dirasakan oleh operator
ketika melakukan pekerjaannya seperti beban yang harus diangkat dan juga durasi
kerja. Setelah operator mengisi kuesioner akan dilakuakn rekpaitulasi data dari
beberapa operator yang mengisi kuesioner, yaitu sebagai berikut :
Stasiun P ertanyaan
Kerja H I J K L M N O
Jahit H1 I3 J1 K2 L1 M1 N2 O2
Sol H1 I3 J2 K2 L1 M1 N2 O2
Finishing H1 I3 J1 K2 L1 M1 N2 O2
* Tingkat pajanan (E) diperoleh dari pembagian skor total dengan skor maksimum
(sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, dimana Xmax untuk aktivitas manual
handling, XmaxMH = 176, untuk aktivitas selain itu, Xmax = 162). Seperti rumus di
bawah :
X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cedera untuk punggung,
bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan
kuesioner.
Xmax = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi untuk punggung,
bahu/lengan, pergelangan tangan, dan leher
Diketahui nilai exposure pada divisi jahit adalah sebesar 30 pada bagian punggung,
30 pada bagian bahu/lengan, 26 pada bagian pergelangan tangan, dan 18 pada leher.
Sehingga total exposure score untuk divisi jahit adalah sebesar 104. Exposure Level
yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :
E (%) = x 100 %
E (%) = x 100 %
5. Pencegahan CTDs
Dengan melakukan perhitungan di atas maka diharapkan pekerja dapat
meminimalisir resiko dari dampak CTDs itu sendiri. Pencegahan CTDs dapat
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu engineering control, administrative control
dan Alat Pelindung Diri (APD) seperti yang terdapat dalam Gambar 1.21 sebagai
berikut :
Langkah -langkah
Pencegahan CTDs
Engineering Administrativ
APD
Controls e Controls
Penjadwalan
Job Redesign Waktu
Istirahat
Automation Exercise
Workplace Job/career
Accessories changes
E. CONTOH SOAL
a) Nordic Body Map
Seorang meneliti dalam perusahaan yang pekerjanya bekerja dalam sector pembungkusan
(packaging). Dalam satu sector tersebut terdapat 30 pekerja yang ingin di analisa bagian
mana yang merupakan keluhan pekerja saat bekerja yang nantinya akan dihitung dan di
analisa lebih lanjut.
Dari hasil penelitian tersebut, peneliti dapat mendapatkan hasil seperti table berikut:
Level of Complaints
A B C D
No Location
% % % %
b) Postur
Batang tubuh pada proses kerja membungkuk sebesar 35o (ke depan), untuk posisi leher
operator membentuk sudut 34o, dengan posisi kaki normal/ seimbang. Untuk berat beban
yang dibawa adalah kurang dari 10 kg dan perlu kekuatan cepat untuk membawa beban.
Pergerakan lengan atas saat mengangkat kotak adalah 20o dan lengan berada dalam posisi
yang bengkok. Lengan bawah pada proses ini memungkinkan pergerakan 50o, serta besar
sudut untuk pergelangan tangan > 15o. Dalam hal ini benda yang diangkat berupa kotak
sehingga tidak terdapat pegangan tangan yang terdapat pada sisi kotak, sehingga dapat
dikatakan poor. Aktifitas ini memerlukan perubahan gerak postur yang relatif cepat.
Sebagai seorang ahli ergonomi, analisislah postur kerja yang terjadi pada operator ini.
Tentukan level tindakan beserta solusinya.
Gambar 1.22 Tampilan Ergofellow Pada Bagian Neck,Trunk, and Legs (Grup A)
Buka software Ergofellow, kemudian pilih metode REBA (sesuai dengan metode yang akan
digunakan. Setelah itu pada tab Neck, Trunk, and Legs isi pilihan sesuai denagn yang tertera
pada contoh soal.
Gambar 1.24 Tampilan Ergofellow Pada Bagian Uper Arm, Lower Arm, and Wrist (Grup
B)
Pada tab Uper Arm, Lower Arm, and Wrist (Grup B) isikan pilihan sesuai dengan data sudut
tubuh yang dibentuk operator pada contoh soal. Pada bagian Upper Arm isi pilihan
additional Upper Arm is Abducted karena lengan atas terangkat dan menjauhi sumbu tubuh
operator.
Kesimpulan:
Skor REBA 8, Action Level 3, level resiko sangat tinggi dan perlu tindakan perbaikan saat ini
juga.
F. PRAKTIKUM
Alur praktikum seperti dijelaskan pada flowchart berikut: