Anda di halaman 1dari 12

SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

LAPORAN MODUL 3 PENYAKIT AKIBAT KERJA

Oleh :

Kelompok 9

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

Anggota:

C 111 08 007 MAGFIRA C 111 08 112 DIAN TRISNAWATY M. C 111 08 131 YUSUF HAZ CONDENG C 111 08 152 MAHADIR MD JANGNGA C 111 08 173 ZAKIYA SAIFUDDIN C 111 08 194 SANTI C 111 08 222 MAHAFENDY SURYAMANIKA TUKAN C 111 08 257 RIZKA DIRGANTARI C 111 08 276 DIAH GEMALA IBRAHIM C 111 08 295 IZNAENY RAHMA C 111 08 314 MULIA TAHIR C 111 08 335 SRIHARYATI UDIN C 111 08 353 WINARSI C 111 08 162 ANDI EMIRAL AMAL

SKENARIO
Kasus 9 : MSD by Repetitive Stress Disorder Seorang perempuan usia 32 tahun dengan keluhan selama sebulan ia mengeluh rasa kelelahan pada lengan bawah dan tangan kanan dengan kadang-kadang rasa kram dan mati rasa pada jarijari sebelah kanan. Ditemukan rasa nyeri pada saat melakukan rotasi dan fleksi lateral yang maksimal pada bagian leher. Ia telah bekerja pada pekerjaan sekarang sebagai operator mesin hitung selama 3 bulan. Pada analisis di tempat kerja menunjukkan bahwa ia bekerja sambil duduk dengan leher bengkok/condong ke depan dan miring ke kiri terhadap meja kerjanya. Lengan kanannya diatas meja, seraya tangannya menyentuh keyboard dari mesin hitung. Meja kerjanya jauh lebih tinggi dibanding tinggi kursinya, memaksanya untuk lebih mengimbangi dengan mengangkat lengan kanannya lebih tinggi dan memiringkan badannya.

KATA KUNCI

Perempuan 32 tahun Lengan bawah dan tangan kanan kram, jari-jari mati rasa selama sebulan Nyeri rotasi dan fleksi lateral maksimal pada leher Operator mesin hitung selama 3 bulan Posisi kerja : duduk dengan leher condong ke depan dan badan miring ke kiri. Meja kerja lebih tinggi dari kursi.

PERTANYAAN
Apa yang dimaksud ergonomi Penjelasan MSD pada skenario Hubungan posisi kerja dengan gejala Standar Operasional Penggunaan Komputer Mengatur Posisi Tubuh Mengatur Posisi Komputer Usaha untuk mengurangi kelelahan mata, punggung, dan leher Dasar Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Akibat Kerja

Landasan Hukum untuk Pekerja

JAWABAN

1.

Apa yang dimaksud ergonomi

Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.Keduanya mengarah kepada tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life). Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada perusahaan, yang berujung kepada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya, pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan mereka lebih terperhatikan. Keluhan yang berhubungan dengan penurunan kemampuan kerja (work capability) berupa kelainan pada sistem otot-rangka (musculoskeletal disorders) misalnya, seolah-olah luput dari mekanisme dan sistem audit K3 yang ada pada umumnya. Padahal data menunjukkan kompensasi biaya langsung akibat kelainan ini (overexertion) menempati rangking pertama (sekitar 30%) dibandingkan dengan bentuk kecelakaan-kecelakaan kerja yang lain. Adalah disayangkan bahwa ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia. Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di perusahaan-perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan sistem kerja yang tidak ergonomik. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal. Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak ergonomik:

Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan Pekerja sering melakukan kesalahan (human error) Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung, atau pinggang Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau jongkok

Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan Komitmen kerja yang rendah Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan

Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosioteknis) dengan pendekatan human-centered design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja. Akhirnya, sistem kerja yang ergonomik inilah yang akan menjamin keamanan, kesehatan, dan kenyamanan dan akan memberikan motivasi positif bagi pekerja untuk meningkatkan performansinya. Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap perusahaan sudah seharusnya melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada (termasuk pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem kerja yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan fisik (pencahayaan, termal, kebisingan, dll), tata letak komponen dan ruang kerja (workplace and workspace). Evaluasi ergonomi ini penting terlepas dari apa pun bentuk perusahaan tersebut.

2. Penjelasan MSD pada skenario Tahun 1984, OSHA (Occupational Safety and Health Administration) Amerika Serikat menyatakan bahwa, prinsip-prinsip ergonomi sangat penting untuk mencegah terjadinya Cummulative Trauma Disoders (CTDs). Nama lain CTDs adalah overuse syndrome, Musculo Skeletal Disorders (MSDs) atau Repetitive Strain Injuries (RSIs), Work-related Upper Extremity Disorders (UEDs). CTDs bukanlah diagnosis klinis melainkan rasa nyeri karena kumpulan cedera pada sistim muskuloskeletal extre-mitas atas akibat gerakan kerja biomekanika berulang-ulang melampaui kapasitas. Pemerintah AS mendefinisikan CTDs sebagai rasa nyeri pada sistim muskulo skeletal extremitas atas yang diyakini berhubungan dengan kegiatan kerja. Cedera dapat mengenai otot, tendon, ligamen, saraf, pembuluh darah di leher, bahu, lengan, siku, pergelangan dan jari tangan. Cedera berupa radang dan rasa nyeri, sehingga mengurangi kemampuan gerak disertai kelainan khas bagian extremitas atas tersebut. NIOSH (The National Institute for Occupational Safety and Health) di tahun 1990,

memperkirakan 15% 20% pekerja Amerika berisiko menderita CTDs. The National Safety Council (NSC) melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus CTDs di kalangan pekerja Amerika tahun 1992. Di tahun 2000 pemerintah AS memperkirakan akan terjadi cedera akibat kerja pada 50% pekerja setiap tahun dengan menghabiskan 50 sen dolar setiap GNPnya untuk perawatan cedera tersebut. Catatan Bureau of Labor Statistics (BLS) 1992, menunjukkan bahkan dari seluruh kasus CTDs yang dilaporkan, separuhnya di diagnosis sebagai Sindrom Carpal Tunnel (SCT). OSHA Office of Ergonomic Support menghitung jumlah uang kompensasi yang dibayar perusahaan kepada pekerja. Muskuloskeletal disorder adalah gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan menyebabkan keluhan pada sendi, ligamen dan tendon. Nama lain: repetitive strain injury, cumulative trauma disorder, atau occupational overuse syndrome Carpal tunnel syndrome, tenosynovitis, maupun kondisi dimana ada nyeri tapi tidak ditemukan tanda klinis termasuk ULDs (Upper Limb Disorders) Gejala: tenderness, nyeri, kaku, lemah, tingling, mati rasa, kram, bengkak dapat ditemukan Etiologi dari ULDs tidak jelas; namun faktor resiko yg penting: Kegiatan yg repetitif dan level dari kekuatannya Postur tubuh yg canggung atau tidak rileks Psikologis Kegiatan yg tidak bervariasi 3. Hubungan posisi kerja dengan gejala Posisi duduk dari pasien yang miring ke kiri disertai penyesuaian dengan tinggi meja menyebabkan iritasi saraf (plexus brachialis) pada leher, atau pada triangle m. scalenus dan costa 1 yang berulang sehingga saraf leher dan struktur sekitarnya jadi sakit. Bila saraf telah sakit, dan ditambah kompresi pada otot lengan atau tangan (secondary stress) dengan posisi tangan kanan mengetik yang berulang dan posisi statis menimbulkan gejala local pada lengan kanan. (Secondary stress double crush phenomenon)

4. Standar Operasional Penggunaan Komputer Pada saat bekerja dengan komputer ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan bahkan keselamatan kita. Penelitian yang sudah dilakukan menyimpulkan bahwa komputer dapat menyebabkan gangguan pada pemakai computer, seperti: a. Nyeri otot dan tulang terutama bahu, b. Pergelangan tangan, leher, punggung, pinggang bagian bawah, c. Sakit ginjal, d. Mata merah berair, bahkan e. Gangguan penghilatan. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari efek negatif dari bekerja dengan komputer adalah : Aturlah posisi tubuh saat bekerja dengan komputer sehingga kita merasa nyaman Aturlah posisi perangkat komputer dan ruangan sehingga memberi tasa nyaman bagi kita Makan, minum, dan istirahatlah yang cukup Gerakkan bandan untuk mengurangi ketegangan otot dan pikiran, dan olahragalah secara Sesekali alihkan pandangan ke luar ruangan untuk menyegarkan mata 5. Mengatur Posisi Tubuh Posisi Kepala & Leher harus tegak lurus dengan wajah menghadap langsung ke komputer, jangan menengadah atau membungkuk Posisi Punggung yang baik adalah tegak, tidak miring ke kanan atau kiri, tidak membungkuk dan tidak menyandar terlalu ke balakang, tempat duduk harus nyaman Posisi Pundak tidak terlalu terangkat dan tidak terlalu ke bawah, pastikan otot pundak kita tidak tegang. Posisi Lengan & Siku yang baik adalah apabila kita dapat mengetik dan menggunakan mouse dengan nyaman. Jangan meletakkan mouse/keyboard sejajar dengan tempat duduk kita Posisi Kaki harus bebas, jangan bersentuhan dengan CPU apalagi perangkat listrik, kaki harus diluruskan sesekali agar aliran darah lancar. Apabila posisi kaki bersila, maka harus sering diluruskan.

teratur

6. Mengatur Posisi Komputer Posisi Monitor : Monitor harus diletakkan di tempat yang tidak memantulkan cahaya lain Letakkan monitor lebih rendah dari garis horizontal mata Aturlah cahaya monitor (contrast/brightness) agar tidak terlalu gelap dan terang Sering-seringlah mengedipkan mata (minimal 5 detik setiap 10 menit), apabila mata terasa lelah pijitlah mata secara perlahan dan alihkan pandangan anda ke tampat lain Posisi Keyboard : Letakkan kerboar di tempat yang mudah dijangkau, jangan terlalu jauh dan terlalu dekat, jangan sampai posisi keyboard membuat anda harus membungkuk atau menegadah Posisi Mouse : Sama seperti keyboard, posisi mouse jangan terlalu jauh dan terlalu dekat, usahakan posisi mouse dan keyboar sejajar Posisi Meja dan Kursi : Meja dan kursi harus berada dalam posisi yang membuat kita nyaman agar tidak membuat otot kita tegang atau kelelahan, kursi usahakan yang mempunyai busa dan mampunyai sandaran yang nyaman. Tinggi meja yang baik adalah 55-75 cm 7. Usaha untuk mengurangi kelelahan mata, punggung, dan leher Garis pandang dari mata harus tegak lurus

Bagian belakang punggung, belakang sandaran kursi harus keras, tapi berbantal empuk, tegak posisi 90. Lakukan gerakan untuk melemaskan otot Istirahatlah sebentar2 tapi sering Tinggalkan sejenak dan lakukan refreshing Usahakan penerangan tidak menyilaukan mata Tinggi atau letak monitor sesuai dengan arah pandang mata

Perbanyak makanan yang banyak mengandung vitamin A

8. Dasar Undang-Undang Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. per:02/Men/1980 , menyatakan:

Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang

dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu-

waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter Pemeriksaan Kesehatan Khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

oleh dokter secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja ditujukan agar tenaga kerja yang diterima

berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lainnya yang dapat dijamin. Meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru da laboratorium rutin, serta pemeriksaan lainnya yang dianggap perlu

Pemeriksaan Kesehatan Berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat

kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. Meliputi fisik lengkap kesegaran jasmani rontgen paru-paru dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu

Pemeriksaan Kesehatan Khusus dimaksud untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap: Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua minggu) Tenaga kerja yang berusia di atas 40 tahun (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan

9. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Akibat Kerja

aman

Substitusi

bahan yang berbahaya atau terbukti dapat menyebabkan penyakit ditukar dengan yang lebih

berbahaya.

Isolasi

mengisolasi proses yang bising atau pencampuran bahan/larutan yang menimbulkan gas

Ventilasi Penyedotan

kipas penghisap atau exhaust fan , agar gas yang berbahaya terhisap keluar dan ditukar dengan udara bersih. Ventilasi Umum Tempat-tempat bekerja bagi harus dilengkapi dengan ventilasi umum untuk memudahkan peredaran udara. Alat Pelindung misalnya topi pengaman, masker, respirator (alat pernafasan), kacamata, sarung tangan, pakaian kerja, dsbnya. Pemeriksaan kesehatan pra-karya setiap pekerja harus terlebih dahulu melalui pemeriksaan kesehatan umum dan khusus untuk mengindera kelemahan masing-masing

Pemeriksaan Kesehatan Berkala.

Mengontrol kesehatan pekerja Pemeriksaan Kesehatan Khusus.

Pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada kaitannya dengan lingkungan kerjanya harus dikirim ke klinik spesialis untuk menjalani pemeriksaan khusus. Penerangan Pra-Karya

Pekerja harus menjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan semua peraturan keselamatan dan kesehatan kerja Pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap penyedia, mandor, anggota Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Ahlinya harus menjalani pendidikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara beruntun dan berulang-ulang. Mereka kemudian mendidik karyawan dalam praktek manufaktur yang baik (good Manufacturing Practice) dan kesehatan kerja itu sendiri.

10. Landasan Hukum untuk Pekerja Perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 Tiaptiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dan Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas kekeluargaan. Perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatika perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi pekerja Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pelaksana dari perundang-undangan di bidang Ketenagakerjaan.

DAFTAR PUSTAKA Samara, Diana. Nyeri Muskuloskeletal pada leher pekerja dengan posisi pekerjaan yang statis. Juli-September 2007. Universa Medicina Vol. 26 No. 3. Health and Safety Executive. http://www.hse.gov.uk/msd/

Anda mungkin juga menyukai