Perubahan metabolik yang juga terjadi adalah anabolic block. Anabolik blok adalah
kondisi dimana asam amino tidak dapat dibangun menjadi susunan protein yang lebih
komplek. Seperti yang kita tahu, protein mempunyai fungsi yang sangat penting. Seperlima
dari tubuh kita adalah protein. Protein sangat berperan dalam kerja hormon, enzim, matrik sel
dan sebagainya. Keberadaan protein yang tidak bisa digantikan oleh zat gizi yang lain adalah
fungsinya sebagai pembangun dan pengatur sel-sel dan jaringan tubuh.
Jika tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan energi dari asupan makanan maka ia
akan mengambil dari cadangan yang berupa lemak. Dan jika simpanan lemak tidak cukup
maka kekurangan energi akan dipenuhi dari perombakan protein yang berada dalam jaringan
sel dan otot tubuh, termasuk otot pada jantung dan saluran nafas. Jadi penderita TB
cenderung berbadan kurus sebagai dampak dari hiperkatabolisme dan peningkatan
metabolisme tubuh lainnya. Anoreksia atau kehilangan nafsu makan bukan semata-mata
sebagai faktor psikologis, tetapi perubahan kondisi fisik akan mempengaruhi kemampuan
makan penderita TB.
Pemberian makan yang berlebihan ( Overfeeding ) pada penderita kurang gizi justru
dapat memperburuk hipermetabolisme, meningkatkan stres oksidatif dan meningkatkan
komplikasi dan kematian. Ketika pasien mulai makan, pola metabolisme berubah lagi dari
lemak ke karbohidrat. Produksi insulin meningkat, dan perubahan fisiologi lainnya yang bisa
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas meningkat. Gangguan cairan, defisiensi vitamin,
aritmia jantung, gagal nafas dan jantung kongestif sering dilaporkan selama proses refeeding
ini.
Kombinasi antara pengobatan TB dan terapi nutrisi sangat diperlukan. Obat TB
dikenal dengan OAT atau Obat Anti Tuberkulosis, sementara terapi nutrisi ditetapkan dengan
mempertimbangkan kemampuan makan dan derajat gizi buruk penderitanya. Insiden TB
akan menurun dengan meningkatnya IMT.