Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malnutrisi adalah kekurangan gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan kebutuhan energi tubuh. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan malnutrisi sebagai
“ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan kebutuhan
tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan
fungsi tertentu.
Menurut hasil pemantauan Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Kementerian Kesehatan selama tahun 2005 sampai tahun 2009 kasus balita
gizi buruk sangat berflutuaksi. Pada tahun 2005-2007 jumlah kasus cenderung
menurun tapi meningkat pesat dari tahun 2007 sampai dengan 2009. Dan
mulai menurun pada tahun 2010.
Selain itu data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel (2007)
menunjukkan dari total 193.782 anak dan anak balita di Sumsel, sebanyak
2.061 anak balita digolongkan gizi buruk dan 20.278 anak balita kurang gizi.
Ketersediannya gizi bagi masyarakat merupakan salah-salah satu dari
indicator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). jika dilihat dari laporan yang
dikeluarkan United Nations development Programs (UNDP), peringkat IPM
Indonesia mengalami fluktuaktif dimana urutan yang menempatkan posisi
Indonesia selalu naik turun pada tahun 2004 urutan Indonesia berada pada
posisi 108 dari 177 negara. Namun pada tahun 2007 posisi Indonesia turun 3
ke posisi 111.
Luar biasanya lagi ternyata kasus ini gizi buruk tidak hanya terjadi di
Indonesia. Di seluruh dunia, setiap hari 26.500 anak-anak meninggal. Data ini
menunjukkan:
 Seorang anak meninggal setiap 3 detik
 Setiap 1 menit 18 anak-anak meninggal
 Hampir 10 juta jiwa anak-anak meninggal dalam setahun
 Setidaknya 60 juta anak-anak kehilangan nyawa antara tahun 2001-2006

1
Menurut Badan PBB untuk masalah anak-anak, UNICEF, penyebab
malnutrisi terbagi menjadi tiga, yaitu penyebab langsung (immediate cause),
penyebab tidak langsung (underlying cause) dan penyebab dasar (basic cause).
Penyebab langsung yakni kurangnya asupan makanan dan adanya penyakit
terutama penyakit infeksi yang memengaruhi jumlah asupan makanan dan
penggunaan nutrien oleh tubuh.
Kurangnya asupan makanan terjadi karena kurangnya jumlah
pemberian makanan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara
pemberian makanan yang salah. Oleh karena itu agar kita dapat mencegah
malnutrisi atau gizi buruk dapat kita benehi dari sektor terkecil yang dapat di
lakukan oleh semua pihak, Upaya pemerintah hanyalah mendukung dan
mengatur segala hal program dan pembenehan terhadap masalah gizi,
sedangkan masyarakatlah peran utamanya.
Kemitraan yang luas antara pemerintah Indonesia dan UNICEF
mengatasi masalah gizi di kalangan anak-anak dan Aksi-aksi masyarakat pun
telah didukung dengan adanya pengalokasian anggaran tambahan, seperti yang
terjadi di desa-desa wilayah propinsi Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur,
dimana di dalamnya termasuk, mempromosikan pemberian ASI yang lebih
baik, termasuk pemberian makanan pendamping ASI, dan juga memantau
status gizi anak-anak, sebagai bagian dari rencana pembangungan lokal di
wilayah mereka melalui program-program perbaikan gizi dan pengetahuan
yang lebih baik tentang praktek makan yang sehat, kemitraan ini bertujuan
untuk meraih 3,8 juta anak-anak dan 800.000 wanita hamil dan menyusui.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dan fisiologi system pencernaan?
2. Apa definisi dari malnutrisi?
3. Apa saja etiologi dari malnutrisi?
4. Apa saja klasifikasi dari malnutrisi?
5. Apa saja manifestasi klinis pada pasien malnutrisi?
6. Bagaimana patofisiologi dan WOC dari malnutrisi?
7. Apa saja yang bisa menjadi faktor risiko dari malnutrisi?
8. Apa saja pencegahan pada pasien malnutrisi?

2
9. Apa saja pemeriksaan diagnostic pada pasien malnutrisi?
10. Apa saja penatalaksanaan pada pasien malnutrisi?
11. Apa saja komplikasi pada pasien malnutrisi?
12. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien malnutrisi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mempelajari tanda dan gejala malnutrisi yang
berhubungan dengan sistem pencernaan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system pencernaan
2. Untuk mengetahui definisi dari malnutrisi.
3. Untuk mengetahui etiologi dari malnutrisi
4. Untuk mengetahui klasifikasi dari malnutrisi.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari malnutrisi.
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan WOC dari malnutrisi.
7. Untuk mengetahui factor risiko dari malnutrisi
8. Untuk mengetahui apa saja pencegahan dari malnutrisi.
9. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic dari malnutrisi.
10. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan dari malnutrisi
11. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari malnutrisi.
12. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien
malnutrisi.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, penyebab,
patofisiologi, tanda gejala, serta tatalaksana dari Malnutrisi
tersebut.
1.4.2 Bagi penulis
Terpenuhinya tugas sistem pencernan yang berupa makalah
Malnutrisi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan fisiologi system Pencernaan


2.1.1 Organ Utama

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya
makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan
umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap
yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan
di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-
bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan
enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses
menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.

4
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang
belakang
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang
telinga, Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas
kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltic. Esofagus bertemu dengan faring
pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histology esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
a. Kardia.
b. Fundus.
c. Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

5
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting:
a. Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
b. Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat
yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz.

6
b. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas
jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas
jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis
pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya
sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan
usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
c. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus
antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari:
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan

7
zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat
zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya
lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur)
adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong
karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk
dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar –
BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

2.2.2 Organ Asesori


1. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang
memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan

8
serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak
pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari).
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam
duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang
dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan
lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang
dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam
lambung.
2. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya
berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme
dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga
memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis
yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau
hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus
yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler
ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena
yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai
vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil
di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
3. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah
organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml
empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada

9
manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh,
terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.2 Definisi Malnutrisi

Malnutrisi (Gizi salah) adalah kesalahan pangan terutama terletak


dalam ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan makanan.
(Akhmad Djaeni, 2004).
Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara
relatif atau absolute untuk periode tertentu. (Bachyar Bakri, 2002)
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi
yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi
untuk mempertahankan kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan
terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu,

10
kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan
atau kegagalan metabolik (Oxford medical dictionary, 2007).

2.3 Etiologi
1. Penyebab langsung
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah
asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.
2. Penyebab tidak langsung:
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.

2.4 Klasifikasi
1. Zat yang dibutuhkan oleh tubuh
a. Berdasarkan fungsi
Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-
masing zat gizi tidak dapat berdiri sendiri dalam membangun tubuh
dan menjalankan proses metabolisme. Namun zat gizi tersebut
memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
1) Zat yang bersumber energy
Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk
menggerakkan tubuh dan proses metabolisme di dalam
tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang berfungsi
memberikan energi adalah karbohidrat , lemak dan protein.
Bahan pangan yang berfungsi sebagai sumber energi antara
lain : nasi, jagung, talas merupakan sumber karbohidrat;

11
margarine dan mentega merupakan sumber lemak; ikan,
daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein.
Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi bagi
tubuh. Zat-zat gizi tersebut merupakan
penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan
aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh.
Namun penyumbang energi terbesar dari ketiga unsur zat
gizi tersebut adalah lemak.
2) Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan
Tubuh
Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-
sel pada jaringan tubuh manusia. Jika kekurangan
mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi
ini juga berfungsi untuk menggantikan sel-sel tubuh yang
rusak dan mempertahankan fungsi organ tubuh.
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein,
lemak, mineral dan vitamin. Namun zat gizi yang memiliki
sumber dominan dalam proses pertumbuhan adalah protein
3) Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi proses di dalam tubuh
Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan
agar terjadi keseimbangan. Untuk itu diperlukan sejumlah
zat gizi untuk mengatur berlangsungnya metabolisme di
dalam tubuh. Tubuh perlu keseimbangan, untuk itu proses
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh perlu di atur
dengan baik. Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses
metabolisme di dalam tubuh adalah mineral, vitamin air dan
protein. Namun yang memiliki fungsi utama sebagia zat
pengatur adalah mineral dan vitamin.
b. Berdasarkan jumlah
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat gizi
terbagai atas dua, yaitu:

12
1) Zat gizi makro
Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam
jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk
kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan
protein.
2) Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh
dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat
gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral
dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk
sebagian besar mineral dan vitamin.
3) Berdasarkan Sumber
Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati
dan hewani

2. Malnutrisi mikronutrien, yang terpenting adalah kekurangan vitamin A,


kekurangan yodium dan kekurangan zat besi.
Malnutrisi mikronutrien adalah asupan nutrien seperti vitamin A, zat besi
dan yodium yang tidak cukup. Keadaan ini secara fisik sering tidak
terdeteksi tetapi mempengaruhi kesehatan lebih dari 2 milyar orang di
seluruh dunia. Anak-anak serta wanita adalah golongan yang paling
rentan.
Penyebab malnutrisi mikronutrien adalah:
a. Defisiensi vitamin A, Penyebab kekurangan vitamin A terutama
pada balita adalah konsumsi makan-makanan yang kurang
mengandung cukup vitamin A. Sumber makanan yang kaya
Vitamin A seperti daun singkong, tomat, daun pepaya, bayam,
kangkung, daun katuk, pepaya, wortel, telur, ikan, hati.
b. Defisiensi besi, Akibat paling sering dari defisiensi besi adalah
anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi (kurang darah
karena kekurangan zat besi) sangat banyak dijumpai pada wanita

13
terutama yang tinggal di pedesaan, anak-anak, wanita pekerja
pabrik.
c. Defisiensi yodium, Keadaan ini sering disebut juga: Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Penyebab GAKY adalah
makanan dan air yang setiap hari digunakan tidak atau kurang
mengandung zat yodium. Kebiasaan keluarga yang tidak
menggunakan garam beryodium dalam makanannya sehari-hari,
khususnya keluarga yang tinggal di daerah gondok endemik.
3. Kekurangan gizi
Gizi buruk atau kekurangan kalori protein (KKP). Ada 3 macam KKP :
a. Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara
kekurangan makanan dan penyakit infeksi.

Gambar penderita Marasmus


Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein
berat. Namun, lebih kekurangan kalori dari pada protein.
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
a) Masukan makanan yang kurang. Marasmus terjadi akibat
masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan dianjurkan akibat dari ketidaktahuan
orang tua si anak; misalnya pemakaian secara luas susu
kaleng yang terlalu encer.

14
b) Infeksi Infeksi yang berat dan lama menyebabkan
marasmus, terutama infeksi enternal misalnya infantile
gastroenteritis, bronchopneumonia, pielonephritis dan sifilis
kongenital.
c) Kelainan struktur bawaan Misalnya: penyakit jantung
bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pylorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
d) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus Pada
keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat
reflek mengisap yang kurang kuat.
e) Pemberian ASI. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa
pemberian makanan tambahan yang cukup.
f) Ganguan metabolic. Misalnya: renal asidosis, idiophatic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

b. Kwashiorkor merupakan suatu bentuk gangguan gizi dengan


penyebab utama penyakit ini adalah akibat defisiensi protein
(catzel & Roberts, 1992; sacharian, 1996; staf pengajar ilmu
kesehatan anak, 2007).
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat
yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan
intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan dengan
Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang
normal namun kurang dalam jumlah.

15
gambar penderita Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan
protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami
kekurangan kalori.
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake
protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan
hal tersbut diatas antara lain:
1. Pola makan
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi
kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun
adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu
dan sudah berlansung turun-menurun dapat menjadi hal
yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan

16
nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya
c. Marasmus-kwashiorkor, menurut Depkes RI (1999) etiologi
dan tanda-tanda marasmus-kwashiorkor merupakan gabungan
dari marasmus dan kwashiorkor.

Tabel Klasifikasi IMT Menurut WHO:


Klasifikasi IMT (kg/ m2)
Malnutrisi berat <16,0
Malnutrisi sedang 16,0 – 16,7
Berat badan kurang/ malnutrisi ringan 17,0 – 18,5
Berat badan normal 18,5 – 22,9
Berat badan kurang ≥ 23
Dengan resiko 23 – 24,9
Obes I 25 – 29,9
Obes II ≥ 30

2.5 Manifestasi Klinis Malnutrisi


1. Marasmus
a. Emasiasi (kurus),
b. Tinggi dan berat badannya kerdil
c. Tidak ada lemak subkutis, sehingga kulit (khususnya sisi dalam paha)
tergantung berlipat-lipat.
d. Tampak seperti orang tua (kakek sia)
e. Lethargic
f. Kulit berkeriput
g. Ubun-ubun cekung pada bayi
h. Turgor kulit jelek
i. Malaise
j. Apatis
k. Kelaparan

17
l. Golombang peristaltik mudah terlihat melalui dinding abdomen yang
tipis. (Sachrin, 1996), (Suriadi, 2001), dan (Sodikin, 2011).

2. Kwashiorkor
Gejala yang paling penting adalah pertumbuhan terganggu. Berat
dan tinggi badan kurang bila dibandingkan dengan anak sehat.
menegaskan bahwa tinggi badan dapat normal dapat juga tidak, karna hal
ini bergantung pada lamanya penyakit yang tengah berlangsung di
samping riwayat gizi di masa lalu. (Arisaman, 2007)
Rambut kering rapuh, tidak mengkilat, dan mudah dicabut denga
tidak menimbulkan rasa sakit. Rambut yang sebelumnya berombak
berubah menjadi lurus, sementara pigmen rambut berganti warna menjadi
coklat, merah, atau bahkan putih kekuningan. (sodikin, 2011).
Muka sembab, lethargic, edema, jaringan otot mengecil, jaringan
subkutan, tipis dan lembut, kulit kering dan bersisik, alopecia, anorexia,
tampak anemia.

2.6 Patofisiologi dan WOC


Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolongkan atas tiga faktor penting
yaitu: tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment
(lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting
tetapi faktor lain ikut menentukan
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan;
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan

18
di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan
keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam
tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai
sumber energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.
Orang yang kurang gizi sering sekali mengalami edema yang disebut
busung lapar. Sebab utama terjadinya edema adalah kadar albumin serum
yang rendah dan akan menyebabkan tekanan osmotic koloid dari darah
menurun. Hipokalemia juga menyebabkan volume sirkulasi darah yang
rendah, yang selanjutnya merangsang sistem RAAS (rennin-angiotensin,
aldosteron-system) dan menyebabkan retensi natrium dan air, meningkatkan
volume ekstraselulerdan menimbulkan edema.

19
WOC MALNUTRISI

PENYEBAB PENYEBAB TIDAK


LANGSUNG LANGSUNG

Kurangnya asupan Adanya Penyakit Kemiskinan Kurang Lingkungan


makanan pendidikan kotor
4. Penyebab
3. Penyebab Ex: penyakit Tidak mampu
langsung Kurangnya Oral hygene
infeksi membeli makanan
langsung pengetahuan buruk
Kurangnya sehat tentang makanan
Kurangnya asupan asupan
5. makanan
Masuk ke dalam
Penyebab sehat
makanan tubuh M.o6.mudah
Peny
langsung 7. Penyebab
penyakit masukebab
penyakit langsung 8. Penyebab
Kurangnya
10. Penyebab
Melalui Variasi makanan langs
asupan makanan
sal.pencernaan
langsung
Kurangnya sehatlangsung
kurang 9. Peny
Masuk ke
asupan makanan ung
dalam ebab
tubuh
Kurangnya
penyakit
Kurangnya
12. Penyebab asupan
11. makanan
Penyebab Kurangnya
asupan makanan penyakit langs
Masuk ke asupan
13. Penye
langsung langsung
penyakit Melaluiung
lambung makanan
penyakit sal.pencernaan
bab
Kurangnya Kurangnya Kurangnya
asupan makanan asupan makanan penyakitlangsu
14. Penyebab
Menginfeksi asupan
15. Penyeb
lambung makananng
langsung
penyakit penyakit Masuk ke ab
Kurangnya
lambung
penyakit
Kurangnya
16. Penyebab langsu
asupan
asupan
Nafsumakanan
makan
makanan ng
17. Peny
Menginfeksi
menurun
langsung
penyakit lambung
Kurangnya
Kurangnya ebab
penyakit
18. Penyebab
asupan makanan asupan
langs
20 19. makan
Penye
makanan
Nafsu
langsung ung
penyakit menurun bab
Kurangnya penyakit
Kurangnya
asupan makanan langsu
asupan
20. Penye
Tubuh Kekurangan Asupan
Makanan

Simpanan karbohidrat di Kemampuan Tubuh Setelah 25 jam


tubuh dipecah mnjadi menyimpan karbohidrat terjadi kekurangan
glukosa sebagai bahan sedikit
karbohidrat
bakar

Katabolisme protein
Karbohidrat disimpan di
hati dan ginjal mnjd asam amino
menjadi karbohidrat

Otot menggunakan asam


Lemak diubah mnjd asam
lemak dan keton bodies
lemak gliserol dan keton
sbg sumber energi
bodies

Jika keadaan spt ini


berlangsung lama maka
tubuh tidak akan lagi
mpunyai cadangan
makanan

21
MALNUTRISI

Defisiensi Kalori Defisiensi Protein


dan Protein yang Kronis

MARASMUS KWASHIOKOR

Sistem Imun Kadar albumin menurun


Menurun
Tekanan osmotic
Frekuensi BAB Peristaltic usus Infeksi saluran Berisiko koloid darah menurun
meningkat meningkat pencernaan infeksi
volume sirkulasi darah rendah

Cadangan
Defisiensi
nutrisi dan Tidak merangsang sistem RAAS
dehidrasi Nutrisi
asam amino menghasilkan
semakin energi Retensi natrium dan air
MK: Nutri Kurang berkurang
MK: Kekurangan dari Kebutuhan
Volume Cairan Lesu, lemah meningkatkan
volume ekstraseluler
MK: G3
kulit keriput, Pertumbuhan dan Edema
turgor kulit MK: Kerusakan MK: Intoleransi
Perkembangan
buruk integritas kulit Aktivitas
Turgor kulit Edema
22 buruk tungkai
2.7 Faktor Risiko
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi nutrisi secara umum adalah:
1. Perkembangan
Orang dalam periode pertumbuhan yang cepat yaitu, pada masa bayi dan
masa remaja memiliki peningkatan kebutuhan nutrisi
2. Jenis kelamin
Kebutuhan nutrien pria dan wanita berbeda karena komposisi tubuh dan
fungsi reproduktifnya. Massa otot pria yang lebih besar mengindikasikan
semakin besar kebutuhan kalori dan proteinnya. Karena menstruasi, wanita
lebih banyak memerlukan zat besi daripada pria.
3. Etnis dan budaya
Etnis sering kali menentukan preferensi makanan. Makanan tradisional
(mis, nasi untuk orang Asia, pasta untuk orang Italia). Preferensi makanan
mungkin berbeda di antara individu dengan latar belakang budaya yang
sama, begitu pula secara umum antara individu dengan latar belakang
budaya berbeda.
4. Gaya hidup
Gaya hidup tertentu dihubungkan dengan perikalu yang terkait dengan
makanan. Orang yang selalu berada dalam kesibukan mungkin membeli
bahan makanan yang mudah disiapkan/diolah atau makanan restoran.
Perbedaan individual juga mempengaruhi pola gaya hidup (mis,
keterampilan memasak, perhatian tentang kesehatan).
5. Obat dan terapi
Efek obat-obatan terhadap nutrisi sangat bervariasi. Efeknya dapat
mengganggu selera makan, mengganggu persepsi rasa, atau mengganggu
absorbsi atau ekskresi nutrient
6. Kesehatan
Status kesehatan individual sangat mempengaruhi kebiasaan makan dan
status nutrisi. Misalnya masalah pada gigi, kesulitan menelan (disfagia),
proses penyakit dan pembedahan saluran GI dapat mempengaruhi
pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan ekskresi nutrien esensial

23
7. Penyalahgunaan olkohol
Penyalahgunaan alkohol yang berlebihan berperan dalam defisiensi nutrisi
dalam banyak cara. Alkohol dapat menggantika makanan dalam diet
seseorang, dan alkohol dapat juga menekan selera makan
8. Faktor psikologis
Walaupun beberpaa orang makan secara berlebihan jika mereka
mengalami stress, depresi, atau kesepian, ornag yang lain makan sangat
sedikit dalam kondisi yang sama. Anoreksia dan penurunan BB dapat
mengindikasikan terjadinya stress atau depresi berat.
(Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb Oleh Audrey Berman,
Shirlee J. Snyder, Barbara Kozier & Glenora Erb).

2.8 Pencegahan
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan.
Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai
pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara
protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program
Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di
atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan
kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan
kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan
pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini

24
sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah
berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan
fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di
kemudian hari.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratoriu, albumin, creatinine, dan nitrogen, elektrolit,
Hb, Ht, transferin.

3.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet
tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita
marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit.
Penatalaksanaan penderita yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa
tahap:
1. Tahap awal yaitu 24-48 jam per-tama merupakan masa kritis, yaitu
tindakan untuk menyelamat-kan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan
dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan intravena.
a. Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer
Lactat Dextrose 5%.
b. Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari.
c. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
d. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2. Tahap kedua yaitu penyesuaian.
Sebagian besar penderita tidak memerlukan koreksi cairan dan
elektrolit, sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian terhadap
pemberian makanan. Penatalaksanaan kwashiorkor bervariasi tergantung

25
pada beratnya kondisi anak. Keadaan shock memerlukan tindakan secepat
mungkin dengan restorasi volume darah dan mengkontrol tekanan darah.
Pada tahap awal, kalori diberikan dalam bentuk karbohidrat, gula
sederhana, dan lemak. Protein diberikan setelah semua sumber kalori lain
telah dapat menberikan tambahan energi. Vitamin dan mineral dapat juga
diberikan. Dikarenan anak telah tidak mendapatkan makanan dalam
jangka waktu yang lama, memberikan makanan per oral dapat
menimbulkan masalah, khususnya apabila pemberian makanan dengan
densitas kalori yang tinggi. Makanan harus diberikan secara bertahap/
perlahan. Banyak dari anak penderita malnutrisi menjadi intoleran
terhadap susu (lactose intolerance) dan diperlukan untuk memberikan
suplemen yang mengandung enzim lactase.

Secara singkat penatalaksanaan terapeutik untuk anak dengan


malnutrisi adalah:
1. Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi elektrolit
3. Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic.

3.10 Komplikasi
 Marasmus: infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronis,
gangguan tumbuh kembang.
 Kwashiorkor: diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang,
hipokalemia dan hipernatremia.

26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer registrasi,
diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi
dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-
kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam
hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat
mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan
lain-lain.
5. Pengkajian Fisik
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas
dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah:
a. Penurunan ukuran antropometri

27
a) Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut).
b) Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
b. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal).
a) Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
c. Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
d. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tak adekuat masukan
makanan dan cairan.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan makanan
yang tidak adekuat.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi, keriput dan
tugor kulit buruk.

28
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan proses berpikir b/d asupan
kalori dan protein yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan
marasmus.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3.3 Rencana Intervensi


1. Kekurangan volume cairan berhubngan dengan tak adekuatnya masukan
makanan dan cairan.
Tujuan: setelah diberikan perawatan dalam waktu 1x24 jam masukan
cairan pasien adekuat dan tidak dehidrasi.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan keseimbangan cairan.
b. Membrane mukosa lembab, turgor kulit baik.
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Melibatkan pasien dalam rencana
Identifikasi rencana untuk untuk memperbaiki kesempatan
meningkatkan keseimbanagan untu k berhasil.
cairan optimal mis. Jadwal masukan
cairan.
Healt Education Untuk memaksimalkan masukan
Menganjurkan pasien untuk cairan tubuh pasien.
mengkonsumsi minuman yang
banyak mengandung cairan seperti
jus buah.

Kolaborasi Meningkatkan volume cairan pasien


1. Memberikan cairan melalui mencegah dehidrasi..
cairan infuse
2. Berikan cairan IV sesuai
instruksi.
Observasi 1. Indicator keadekuatan volume
1. Awasi tanda vital, penngisian sirkulasi.

29
kapiler, status membrane
mukosa, turgor baik.
2. Awasi jumlah dan tipe masukan 2. Pasien tidak mengkonsumsi
cairan. Ukur haluaran urine cairan sama sekali
dengan adekuat. mengakibatkan dehidrasi atau
mengganti cairan untuk
masukan kalori yang
berdampak pada keseimbangan
elektrolit.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan makanan


yang tidak adekuat.
Tujuan: setelah diberikan perawatan dalam waktu 3x24 jam klien mampu
mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil:
a. Menunjukkan peningkatan berat badan
b. Klien akan menunjukkan peningkatan status gizi.
c. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Untuk mengetahui meningkat
Mengukur berat badan tidaknya berat badan pasien.
Sebagai acuan intervensi
berikutnya. Apabila badan lebih
dari 7 kg, maka pemberian makanan
dimulai dengan makanan bentuk
cair selama 1-2 hari, lanjutkan
dengan bentik lunak, (tim) dan
seterusny, dan lakukan pemberian
kalori mulai dari 50 kal/kgBB/hari.
Berikan makan sedikit dan makanan Dilatasi gaster dapat terjadi bila
kecil tambahan yang tepat. pemberian makan terlalu cepat
setelah periode puasa.

30
Berikan pilihan menu makanan Makanan yang sesuai selera
sesuai selera klien. kecuali diharapkan bisa meningkatkan
kontraindikasi. nafsu makan klien.

Hancurkan dan beri makan melalui Mungkin digunakan sebagai bagian


selang apapun yang tertinggal pada program perubahan perilaku untuk
nampan setelah periode waktu memberikan masukan total kalori
pemberian sesuai indikasi. yang dibutuhkan.
Menimbang berat badan pasien min Mementau perkembangan nutrisi
3 hari sekali pasien
Healt Education Meningkatkn pemahaman keluarga
Jelaskan kepada keluarga tentang tentang penyebab dan kebutuhan
penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien
nutrisi pemulihan, susunan menu sehingga dapat meneruskan upaya
dan pengolahan makanan sehat terapi dietetik yang telah diberikan
seimbang, tunjukkan contoh jenis selama hospitalisasi.
sumber makanan ekonomis sesuai
status sosial ekonomi klien
Kolaborasi 1. Perawatan di rumah sakit
1. Berikan terapi nutrisi dalam memberikan control lingkungan
program pengobatan rumah sakit dimana masukan makanan dapat
sesuai indikasi. dipantau.
2. Berikan obat sesuai indikasi 2. antagonis serotonin dan
(siprofeptadin) histamine yang digunakan dalam
dosis tinggi untuk merangsang
nafsu makan, menurunkan
penolakan makanan.
Observasi Perbaikan status nitrisi
Buat tujuan berat badan minimum meningkatkan kemampuan berpikir
dan kebutuhan nutrisi harian. dan kerja psikologis.

31
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi, keriput dan
tugor kulit buruk.
Tujuan: integritas kulit pasien membaik setelah dilakukan perawatan
3x24 jam.
Kriteria Hasil:
a. Mengidentifikasi dan menunjukan perilaku untuk mempertahankan
kulit halus, kenyal dan utuh.
b. Menyatakan pemahaman factor penyebab dan gatal hilang
c. Turgor kulit baik.

RENCANA INTERVENSI RASIONAL


Mandiri 1. Memperbaiki sirkulasi pada
1. Pijat kulit khususnya diatas kulit, meningkatkan tonus kulit.
penonjolan tulang 2. Menjaga kulit pasien agar tidak
2. Memberikan lotion kulit kering.
3. Memberikan bantalan yang berisi 3. Agar tidak terjadi penekanan
air di kulit. dan tidak terjadi dekubitus di
kulit.
Healt Education 1. Perbaikan nutrisi dan hidrasi
1. Tekankan pentingnya masukan akan memperbaiki kondisi kulit.
nutrisi/cairan adekuat 2. Meningkatakn sirkulasi dan
2. Diskusikan pentingnya perubahan perfusi kulit dengan mencegah
posisi sering. tekanan lama pada jaringan

Observasi Area ini meningkat risikonya untuk


1. Observasi kemerahan, pucat, kerusakan dan memerlukan
ekskoriasi pengobatan lebih intensif.

4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein


yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan marasmus.
Tujuan: setelah dilakukan perawatan 2x24 jam pasien dapat mengikuti
kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.

32
Kriteria Hasil:
a. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat
b. Anak melakukan aktivitas sesuai usia
c. Anak tidak mengalami isolasi sosial
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Mandiri 1. untuk mencapai pertumbuhan
1. Beri diet tinggi nutrisi yang yang adekuat.
seimbang. 2. memperbaiki nutrisi penting
2. Ikuti program nutrisi dengan ketat untuk memperbaiki fungsi
otak.
Healt Education membantu meningkatkan status
Memberikan motivasi keluarga untuk gizi sehingga bisa mempengaruhi
meningkatkan asupan nutrisi pasien. pertumbuhan pasien.
Kolaborasi untuk mengatasi anemia
Dapat memberikan suplemen besi
bila diinstruksikan
Observasi untuk menentukan kecenderungan
Pantau tinggi dan berat badan, pertumbuhan
gambarkan pada grafik pertumbuhan

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan: setelah dilakukan perawatan 1x24 jam pasien dapat melakukan
kegiatan sehari-hari.
Kriteria Hasil: meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
Mandiri Mendorong aktivitas sambil
Atur interval waktu antar aktivitas memberikan kesempatan untuk
untuk meningkatkan istirahat dan mendapatkan istirahat yang
latihan yang dapat ditoleransi adekuat.
Bantu aktivitas perawatan mandiri Memberi kesempatan pada pasien
ketika pasien berada dalam keadaan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
lelah. perawatan mandiri.

33
Healt Education Meningkatkan perhatian tanpa
Berikan stimulasi melalui terlalu menimbulkan stress pada
percakapan dan aktifitas yang tidak pasien.
menimbulkan stress.
Observasi Menjaga pasien agar tidak
Pantau respons pasien terhadap melakukan aktivitas yang
peningkatan aktititas. berlebihan atau kurang

3.4 Implementasi
Pada tahap implementasi, lakukan semua intervensi keperawatan sesuai
dengan jadwal yang sudah direncanakan. Sesuaikan kondisi pasien dengan
tindakan yang akan dilakukan. Tindakan yang dilakukan harus seefektif
mungkin.

3.5 Evaluasi
1. Kekurangan volume cairan teratasi, ditandai dengan membrane mukosa
lembab, turgor kulit baik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan
kriteria klien mampu menunjukkan peningkatan berat badan mencapai
tujuan dengan bilai laboratorium normal dan tidak mengalami malnutrisi.
3. Kerusakan integritas kulit teratasi ditandai dengan turgor kulit baik.
4. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan teratasi, asupan kalori dan
protein yang adekuat.
5. Intoleransi aktivitas teratasi, partisipasi pasien meningkat dalam
beraktivitas dan mandiri.

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan
terhadap absorbsi, pencernaan, dan penggunaan zat gizi untuk pertumbuhan,
perkembangan dan aktivitas. Etiologi dari malnutrisi bisa melaui penyebab
langsung atau pun penyebab tidak langsung.
Klasifikasi marasmus dibagi menjadi 2 yaitu: Malnutrisi mikronutrien
yang penyebabnya dalah defisiensi vitamin A, defisiensi besi, defisiensi
yodium. Kemudian yang kedua adalah Kekurangan gizi yang dibagi menjadi
marasmus dan kwashiorkor. Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-
protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara
kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Kwashiorkor adalah salah satu
bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang
inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi.
Tujuan pengobatan pada penderita marasmus adalah pemberian diet
tinggi kalori dan tinggi protein serta mencegah kekambuhan. Penderita
marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan asal diberi penyuluhan
mengenai pemberian makanan yang baik; sedangkan penderita yang
mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-lain perlu
mendapat perawatan di rumah sakit.

4.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini diharapkan penulis dan pembaca bisa
lebih memahami tentang malnutrisi yang berhubunagn dengan system
pencernaan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Sodikin. 2011. Asuhan keperawatan anak: gangguan sistem gastrointestinaldan


hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika.

Sibuea, Herdin. Dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Suriady. Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak (Ed. 1). Jakarta:
Fajar Interpratama.

Doenges, Marilyn E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

36

Anda mungkin juga menyukai