Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN ASUHAN GIZI DI RUMAH


SAKIT (PKL RS) di RSUP PERSAHABATAN JAKARTA
Tahun Ajaran 2015/2016

Oleh :
Kafa Haqqo Tuqoty

I14120075

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT DALAM


Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Hemoptisis ec. Tuberkulosis
Paru Putus Obat di Ruang Rawat Inap Soka Atas Kamar 4 RSUP
Persahabatan Jakarta
I. Gambaran Umum Penyakit, Etiologi dan Patofisiologi
Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang
berpotensi menyebabkan kematian karena sulit diprediksi tingkat keparahan
dan perkembangan klinisnya. Hemoptisis dalam jumlah yang banyak (masif)
termasuk kegawatan medis yang harus mendapatkan penanganan intensif
dengan terapi yang tepat. Selain dapat mengganggu kestabilan hemodinamik
akibat kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hemoptisis masif juga
dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan menimbulkan komplikasi
asfiksia yang tinggi angka mortalitasnya. Meskipun angka kejadian
hemoptisis masif hanya 5-15% dari total kasus, hal ini harus selalu ditanggapi
sebagai suatu kasus yang mengancam jiwa dan memerlukan penanganan dan
manajemen yang efektif (Swidarmoko 2010).
Etiologi hemoptisis yang diketahui saat ini sangat beragam, tidak hanya
infeksi dan kelainan paru, tetapi juga neoplasma, kelainan kardiovaskular,
kelainan hematologi, ataupun penyakit sistemik. Perbedaan etiologi
hemoptisis terkait letak geografis terutama dipengaruhi tingginya angka
kejadian tuberkulosis disuatu negara. Penyebab utama hemoptisis di negara
-negara barat adalah keganasan dan kelainan non tuberkulosis lainnya.
Berbeda halnya dengan dinegara-negara berkembang yang sebagian besar
endemik tuberkulosis, penyakit tersebut masih menjadi penyebab utama yang
mendasari hemoptisis.
Tuberkulosis paru di Indonesia merupakan penyakit terbanyak yang
mendasari hemoptisis. Indonesia termasuk dalam 22 negara yang
dikategorikan oleh WHO sebagai High Burden Countries (HBCs) yang sebagi
besar adalah negara-negara di Asia dan Afrika dengan endemisitas
tuberkulosis (TB) yang tinggi. Diperkirakan setiap tahun di Indonesia
terdapat 528.000 kasus TB baru pada lebih dari 70% usia produktif dengan
kematian sekitar 91.000 orang (WHO 2001).
Pasien merupakan penderita tuberkulosis paru dengan hemoptisis yang
diakibatkan karena pasien sering berada dilingkungan yang tercemar oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang
merupakan tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
membangun tembok mengelilingi bakteri TBC dalam paru. Infeksi ini disebut
TB (Tuberkulosis) Paru. Selain dikarenakan TB Paru, hemoptisis yang
dialami oleh pasien juga terjadi karena terapi obat TB Paru yang sedang
dilakukan tidak konsisten dijalankan sehingga bakteri TB Paru tidak benarbenar hilang dalam tubuh yang mengakibatkan gejala-gejala TB Paru kembali
dialami pasien. Terapi obat yang tidak dijalankan secara konsisten
mengakibatkan bakteri TB Paru dapat bersifat resisten terhadap obat karena
bakteri TB Paru dapat bermutasi sehingga penyakit TB Paru dapat kembali
dialami oleh pasien.

Pasien yang mengalami hemoptisis akibat bakteri TB Paru perlu


meningkatkan asupan terutama energi dan protein, karena proses metabolisme
tubuh semakin meningkat dan protein dibutuhkan untuk memperbaiki
jaringan. Selain itu makanan yang mengandung zat gizi antioksidan yang
kebanyakan terdapat dalam buah-buahan juga penting karena dapat
membantu untuk melawan bakteri TB Paru. Bentuk makanan yang diberikan
juga perlu diperhatikan, pemberian makanan yang mudah dicerna diperlukan
untuk meningkatkan asupan terkait nafsu makan dan kemudahan untuk
menelan makanan karena TB Paru dapat menyebabkan sesak nafas yang akan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap menelan dan mengkonsumsi
makanan.
II. Identitas Pasien
Nama
Nomor RM
Tanggal Lahir
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Diagnosa
Ruang
Tanggal Masuk Rumah Sakit
Tanggal Kasus dimulai
III.

: Tn. A
: 02-21-72-73
: 21 Februari 1987
: 28 tahun
: Laki-Laki
: Karyawan
: Hemoptisis ec. TB Paru putus obat
: Soka Atas Kamar 4
: 17 Oktober 2015
: 19 Oktober 2015

Gambaran Penyakit Pasien


III.1 Riwayat Penyakit Pasien
- Riwayat Penyakit Dahulu
Os mengalami batuk berdarah pada bulan April 2015 yang
kemudian hilang 5 bulan lalu. Os tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. A masuk rumah sakit pada tanggal 17 Oktober 2015 dengan
keluhan batuk berdarah dan sesak nafas. Tn. A didiagnosa Hemoptisis dd
Tuberkulosis Paru
III.2 Diagnosis Medis
Diagnosis medis pasien yaitu Hemoptisis ec. Tuberkulosis Paru putus
obat.
III.3 Terapi Medis
Os diberikan dua terapi medis, yaitu dalam bentuk obat yang
dikonsumsi secara oral dan infus. Infus yang diberikan yaitu infus NaCl
0.9%. Terapi medis dalam bentuk obat yang diberikan untuk Os tidak didapat
datanya sehingga untuk terapi medis obat tidak dapat disimpulkan.

IV.

Skrining Gizi
Skrining gizi awal terhadap Os dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan skrining keperawatan yang didalamnya sudah tercakup

skrining gizi. Hasil penilaian skor untuk Tn. A sebesar 8 yang berisiko
malnutrisi sedang, sehingga perlu dilakukan assesment gizi lanjut untuk
mengatasi permasalahan gizi. Penilaian skrining awal didapatkan bahwa Os
memiliki nafsu makan yang kurang baik, tidak memiliki alergi terhadap
makanan, belum pernah mendapat edukasi gizi sebelumnya dan mengalami
penurunan berat badan sebesar 7.1 kg dalam 3 bulan terakhir serta batuk
sedikit berdarah.
V. Proses Asuhan Gizi Terstandar
V.1 Pengkajian Gizi
Riwayat Gizi
Kebiasaan makan Os didapat dari wawancara SQFFQ (SemiQuantitative Food Frequency Questionnaire) dalam enam bulan
terakhir semenjak Os sakit. Os mengkonsumsi 3x makan utama dalam
sehari. Os biasanya mengkonsumsi 1p nasi, 1p protein hewani dan 1p
sayur dalam sekali makan. Os jarang mengkonsumsi protein nabati,
buah dan susu dikarenakan makanan tersebut jarang tersedia dalam
menu makanannya sehari-hari. Os menghindari konsumsi ikan karena
baunya yang amis dan sering mengkonsumsi mie instan dan gorengan.
Os tidak memiliki alergi terhadap makanan. Dengan demikian rata-rata
asupan gizi Os setiap harinya adalah energi sebesar 1350 kkal (54.2%,
kebutuhan 2489 kkal), protein sebesar 53 gram (47.9%, kebutuhan
110.6 gram), lemak sebesar 37 gram (67%, kebutuhan 55.3 gram) dan
karbohidrat sebesar 195 gram (50.5%, kebutuhan 386 gram). Hasil
recall Tn. A saat di rumah sakit adalah energi 900 kkal (36.2%,
kebutuhan 2489 kkal), protein 42 gram (38%,kebutuhan 110.6 gram),
lemak 31 gram (56%, kebutuhan 55.3 gram) dan karbohidrat 109 gram
(28.2%, kebutuhan 389 gram). Os tidak mengkonsumsi makanan dari
luar rumah sakit. Os juga belum pernah mendapat edukasi gizi
sebelumnya.
Antropometri
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan meliputi pengukuran
tinggi lutut, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB)
BB
= 45.9 kg
Tinggi Lutut = 50 cm
TB
= 161.4 cm
BBI
= 55.3 kg
45.9
IMT
= 1.614 2

= 17.6 kg/m2
Status gizi
= Kurang
BB biasanya 53 kg, terjadi penurunan 13.4% dalam 3 bulan
terakhir

Biokimia

Berdasarkan pemeriksaan biokimia Os di laboratorium pada


tanggal 19 Oktober 2015, didapatkan hasil pemeriksaan yang dsajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pemeriksaan biokimia Tn. A
No.
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Trombosit

Hasil Pemeriksaan
12.4 g/dL
16.21 rb/mm3
4.4 jt/uL
481 rb/mm3

Rujukan
13 - 16 g/dL
5 - 10 rb/mm3
4.5 -5.5 jt/uL
150 - 400 rb/mm3

Keterangan
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi

Klinis dan Fisik


Pemeriksaan fisik dan klinis yang dilakukan kepada Os
dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2015 disajikan pada Tabel 2 dan
3.
Tabel 2 Hasil pemeriksaan fisik Tn. A
No
.
1.
2.

Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan

Kesadaran
Fisik / tubuh

3.

Batuk

Kompos Mentis
kurus, BAB normal, tidak ada mual dan muntah, tidak
sesak nafas, nafsu makan kurang, tidak ada gangguan
menelan dan mengunyah
Sedikit berdarah
Tabel 3 Hasil pemeriksaan klinis Tn. A

No.
1.
2.
3.

Pemeriksaan
Tekanan darah
Nadi
Respirasi

Hasil Pemeriksaan
109/72 mmHg
89 x/menit
20 x/menit

Nilai Normal
120/80 mmHg
60-80 x/menit
12-18 x/menit

Keterangan
Normal
Tinggi
Tinggi

Riwayat Personal
Tn. A seorang karyawan di toko roti. Aktivitas Os tergolong
sedang. Status ekonomi keluarga Os tergolong dalam kelas menengah.
Tn. A dirawat di rumah sakit dengan cara pembayaran melalui
kontraktor BPJS. Os memiliki riwayat perokok dalam kategori ringan.
V.2 Diagnosis Gizi
Domain Intake
NI 1.4 Asupan energi inadekuat berkaitan dengan nafsu makan kurang
ditandai dengan asupan 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan
dengan kebutuhan sebesar 36.2%.
Domain Klinis
NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan berkaitan dengan
riwayat asupan energi yang kurang ditandai dengan penurunan berat
badan sebesar 7.1 kg (13.4%) dalam 3 bulan terakhir.
Domain Behavior

NB 1.7 Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan


kurangnya pengetahuan berhubungan dengan makanan ditandai dengan
kebiasaan makan yang kurang tepat.

V.3 Intervensi Gizi


Tujuan Intervensi
Meningkatkan asupan energi dan protein Os sehingga asupan sesuai
dengan kebutuhan Os
Meningkatkan berat badan Os hingga mencapai BBI secara bertahap
Memberikan edukasi gizi terkait konsumsi makanan yang benar
Syarat Diet
- Energi tinggi, yaitu 45 kkal/kg BB
- Protein tinggi, yaitu 2 g/kg BB
- Lemak cukup,yaitu 20% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu 62% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah dicerna
- Diberikan dalam frekuensi 3x makan utama, 1x snack (jam 10.00) dan
2 gelas susu (pagi dan jam 10.00) serta penambahan ekstra lauk
hewani pada makan siang
Perhitungan Kebutuhan Gizi
Kebutuhan Energi
= 45 kkal/kg BBI
= 45 kkal x 55.3 kg
= 2489 kkal
Kebutuhan Protein
= 2 gram/kg BBI
= 2 gram x 55.3 kg
= 110.6 gram (18%)
Kebutuhan Lemak
= 20% x Energi /9
= 55.3 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 62% x Energi /4
= 386 gram
Implementasi
Implementasi pada kasus ini dilakukan selama 3 hari dimulai pada
waktu makan pagi tanggal 20 Oktober 2015 hingga waktu makan malam
tanggal 22 Oktober 2015. Dalam sehari, frekuensi makan yang diberikan
adalah tiga kali makan utama, satu kali pemberian snack (jam 10.00) dan
dua kali pemberian susu (bersama makan pagi dan jam 10.00) serta
penambahan lauk hewani 1 porsi pada jadwal makan siang. Implementasi
ini melibatkan kolaborasi antara dokter, perawat, petugas pelaksana gizi
ruangan, petugas pengolahan dan pendistribusian makanan serta Os dan

keluarganya. Berikut disajikan rancangan menu diet TKTP (Tinggi Kalori


Tinggi Protein) pada tabel 4 dan distribusinya pada tabel 5.
Tabel 4 Rancangan menu sehari Tn. A
Bahan Makanan

Porsi

Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Susu
Gula
Minyak
Total
Kebutuhan
Presentase (%)

7
4
2
2
2
2
2
5

E (kkal)
1225
300
150
50
100
300
100
250
2475
2489
99.4

Kandungan Zat Gizi


P (g)
L (g)
28
0
28
20
10
6
2
0
0
0
14
20
0
0
0
25
82
71
110.6
55.3
74.1
128.4

KH (g)
280
0
14
10
24
20
24
0
372
386
96.4

Tabel 5 Distribusi makanan sehari Tn. A


Bahan Makanan

Porsi

Makanan Pokok
Protein Hewani
Protein Nabati
Sayur
Buah
Susu
Gula
Minyak

7
4
2
2
2
2
2
5

Pagi
1
1

1
1
1

Porsi per Waktu Makan (P)


Jam 10.00
Siang
0.5
2.75
2
1
1
1
1
1
2

Sore
2.75
1
1
1
1
2

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


- Hari/tanggal
: Jumat, 23 Oktober 2015
- Waktu
: 10.00 - 10.30 WIB
- Tempat
: Kamar 4 Soka Atas
- Metode
: Diskusi
- Media
: Leaflet
- Sasaran
: Os dan keluarga Os
Materi edukasi gizi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6 Materi edukasi gizi
Materi
Informasi tentang
penyakit yang
dialami pasien

Tujuan
- Pasien dan keluarga mengetahui
penyakit yang dialami pasien sehingga
diharapkan lebih mengerti dan menjaga
kesehatan
- Pasien dan keluarganya termotivasi
untuk menerapkan pola makan yang
baik dan aktifitas fisik

Pelaksanaan
Saat
implementasi

Materi
Pemilihan bahan
makanan yang
dianjurkan dan
tidak
Informasi tentang
jenis diet yang
diterapkan

Tujuan
Pasien dan keluarga mengerti bahan
makanan yang baik dan tidak baik untuk
kondisi
pasien
dan
dapat
menerapkannya
Pasien dan keluarga mengerti diet yang
diterapkan
pada
pasien
sesuai
kondisinya

Pelaksanaan
Saat
implementasi
Saat
implementasi

V.4 Monitoring dan Evaluasi


Rencana Monitoring dan Evaluasi
Parameter yang akan dimonitoring selama pelaksanaan intervensi
disajikan dalam tabel 7.
Tabel 7 Rencana monitoring
Parameter
Asupan
makanan
Antropometri
(Berat Badan)
Edukasi gizi

Target
Pasien mampu menghabiskan makanannya
(100% sesuai dengan kebutuhan) secara
bertahap mulai dari 80% dari kebutuhan
Berat badan mencapai BBI dan tidak
mengalami penurunan berat badan
Pengetahuan Os bertambah terkait pola
makan yang baik dan makanan yang
dianjurkan serta penerapan gaya hidup
bersih dan sehat setelah keluar dari rumah
sakit

Pelaksanaan
Setiap hari
Awal dan
akhir
intervensi
Akhir
intervensi

Hari Pertama
Asupan makanan Os pada hari pertama menandakan perubahan
yang lebih baik walaupun nafsu makan Os masih kurang baik. Pada hari
pertama intervensi, Os diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP)
dalam bentuk lunak. Jumlah asupan Os pada hari pertama disajikan pada
gambar 1.
Presentase Perbandingan Asupan Makan Os terhadap Kebutuhan Gizi Os pada Hari ke-1
120.00
100.00
80.00
Axis Title 60.00
40.00
20.00
0.00

Energi

Protein

Lemak Karbohidrat

Gambar 1 Presentase perbandingan asupan makan Tn. A terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-1
Sebelum diberikan terapi diet, Os mengalami nafsu makan yang
kurang baik sehingga asupan yang dikonsumsi tidak memenuhi kebutuhan
dilihat dari presentasi asupan MRS Os yang rendah, energi sebesar 36.2%,
protein sebesar 38%, lemak sebesar 56% dan karbohidrat sebesar 28.2%. Di
hari pertama intervensi, nafsu makan Os sudah mulai membaik walaupun
asupannya sendiri masih kurang. Os tidak mengalami keluhan gangguan
mengunya maupun menelan serta sesak nafas. Asupan energi, protein dan
karbohidrat belum memenuhi target asupan sebesar 80%, hal ini mungkin
disebabkan Os yang masih beradaptasi terhadap asupan makanan rumah
sakit dan nafsu makan Os yang belum normal. Tetapi untuk zat gizi lemak
sudah melebihi target asupan sebesar 80%. Pada hari pertama intervensi Os
masih mengeluh mengeluarkan darah saat batuk.
Hari Kedua
Hari kedua intervensi Os diberikan diet TKTP dalam bentuk biasa
karena permintaan Os dan dilihat dari kondisi Os yang mampu untuk
mengkonsumsi dalam bentuk biasa. Nafsu makan Os pada hari kedua
intervensi menjadi lebih baik dibandingkan dengan hari pertama intervensi
dilihat dari asupan yang semakin meningkat. Jumlah asupan Os pada hari
kedua disajikan pada gambar 2.
Presentase Perbandingan Asupan Makan Os terhadap Kebutuhan Gizi Os pada Hari ke-2
140.0
120.0
100.0
80.0
(%) 60.0
40.0
20.0
0.0

Energi

Protein

Lemak Karbohidrat

Gambar 2 Presentase perbandingan asupan makan Tn. A terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-2
Asupan energi, lemak dan karbohidrat sudah memenuhi target yang
dicapai yaitu asupan makanan yang dikonsumsi mencapai lebih dari 80%.
Tetapi untuk zat gizi protein masih jauh dari target sebesar 57.2%. Dihari
kedua intervensi Os tidak mengalami keluhan gangguan mengunyah
walaupun menelan dan sesak nafas. Batuk berdarah yang dirasakan Os pada
hari kedua intervensi sudah mulai membaik dibandingkan dengan hari
pertama intervensi walaupun masih tetap mengeluarkan darah saat batuk.
Hal ini dapat dilihat dari darah yang dikeluarkan bersamaan dengan batuk
tidak sebanyak pada hari pertama intervensi.

Hari Ketiga
Hari ketiga intervensi, Os diberikan diet TKTP dalam bentuk biasa
sama dengan pada hari kedua intervensi namun untuk porsinya sendiri
dilebihkan sebesar 20% dari perencanaan. Nafsu makan Os sudah kembali
normal ditandai dengan asupan makanan yang diberikan hampir semua
dikonsumsi dengan sedikit meninggalkan sisa makanan. Jumlah asupan Os
pada hari ketiga disajikan pada gambar 3.
Presentase Perbandingan Asupan Makan Os terhadap Kebutuhan Gizi Os pada Hari ke-3
160.0
140.0
120.0
100.0
(%) 80.0
60.0
40.0
20.0
0.0

Energi

Protein

Lemak Karbohidrat

Gambar 3 Presentase perbandingan asupan makan Tn. A terhadap kebutuhan


gizinya pada hari ke-3
Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sudah memenuhi
target asupan dan bahkan untuk energi, lemak dan karbohidrat melebihi
100%. Batuk berdarah pada hari ketiga intervensi sudah tidak ada lagi
walaupun Os masih mengalami batuk-batuk. Monitoring berat badan
dilakukan pada hari ketiga intervensi. Monitoring ini dilakukan dengan
mengukur berat badan menggunakan timbangan. Berat badan Os yang
didapat sebesar 46.8 kg, naik sebesar 0.9 kg (1.9%) dari awal intervensi
sebesar 45.9 kg.
Selain intervensi makanan, Os diberikan intervensi berupa edukasi
gizi tentang makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Os sangat merespon
terhadap materi edukasi gizi yang diberikan terlihat dari beberapa
pertanyaan yang Os tanyakan terkait kebiasaan makanannya sehari-hari.
Setelah diberikan edukasi, Os memiliki keinginan untuk meningkatkan berat
badannya dan lebih memperhatikan lagi terkait jenis makanan yang
dikonsumsi serta ingin menerapkan gaya hidup bersih dan sehat dalam
kesehariannya.
VI.

Resume
Tn. A merupakan pasien rawat inap Soka Atas kamar 4 RSUP
Persahabatan. Os masuk rumah sakit pada tanggal 17 Oktober 2015 dengan
diagnosa Hemoptisis ec. Tuberkulosis Paru putus obat. Os pernah mengalami
penyakit yang sama April 2015, hal tersebut yang menjadi salah satu faktor
penyebab hemoptisis kembali dirasakan Os. Status gizi Os tergolong kurang
dan dari hasil skrining gizi Os perlu mendapat asuhan gizi. Diagnosa gizi Os
adalah NI 1.4 (Asupan energi inadekuat berkaitan dengan nafsu makan

kurang ditandai dengan asupan 24 jam terakhir yang rendah dibandingkan


dengan kebutuhan sebesar 36.2%), NC 3.2 (Penurunan berat badan yang tidak
diharapkan berkaitan dengan riwayat asupan energi yang kurang ditandai
dengan penurunan berat badan sebesar 7.1 kg (13.4%) dalam 3 bulan terakhir)
dan NB 1.7 (Kebiasaan yang salah mengenai makanan berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan berhubungan dengan makanan ditandai dengan
kebiasaan makan yang kurang tepat).
Os diberikan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) dengan
energi sebesar 2475 kkal (99.4% dari kebutuhan 2489 kkal), protein sebesar
82 gram (74.1% dari kebutuhan 110.6 gram), lemak 71 gram (128.4% dari
kebutuhan 55.3 gram) dan karbohidrat sebesar 372 gram (96.4% dari
kebutuhan 386 gram). Os diberikan makanan dalam bentuk lunak pada hari
pertama intervensi dan makanan biasa padahari kedua dan ketiga intervensi.
Berat badan Os diakhir intervensi mengalami peningkatan sebesar 1.9% (0.9
kg). Batuk berdarah yang dialami Os berangsur-angsur sembuh dan pada hari
ketiga intervensi Os bisa kembali pulang karena sudah tidak mengalami
hemoptisis.

DAFTAR PUSTAKA
Barendregt K, Soeters PB, Alison SP, Kondrup J. 2008. Basic concepts in
nutrition: Diagnosis of malnutritionscreening and assessment. e-SPEN
3:1215.
Depkes [Departemen Kesehatan]. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan RI.Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta (ID): Media. Aesculapius.
Hurst M. 2008. Pathophysiology Review. USA: Mc.Graw-Hill.
Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci Kasper. 1999. Prinsip-prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta (ID) : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Swidarmoko B. 2010. Pulmonologi Intervensi Dan Gawat Darurat Napas. Jakarta
(ID): Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
World Health Organization. 2001. World Health Organization report 2000.
Genewa: WHO.

LAMPIRAN
Tabel 23 Asupan makanan Tn. A pada hari ke-1
Waktu
Makan

Pagi

Selingan 1

Siang

Malam

Jenis Pangan
bubur
daging
wortel
buncis
susu
minyak
bubur kacang
hijau
susu
bubur
daging
telur
tempe
bayam
pisang
minyak
bubur
ikan
tahu
kangkung
semangka
minyak
Total

Berat
(g)

Kandungan Zat Gizi


Protein
Lemak
Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
2.10
0.10
40.60
7.52
5.60
0.00
0.48
0.12
3.72
1.08
0.09
3.47
4.80
6.72
13.43
0.00
5.00
0.00

400
40
40
45
225
5

Energi
(kkal)
178.00
82.80
16.80
15.75
134.33
45.10

230

280.60

6.44

2.30

0.00

230
300
34
55
35
107
109
10
185
45
47
76
0
5

137.31
133.50
70.38
89.10
52.15
38.52
105.46
90.20
82.33
50.45
31.96
22.04
0.00
45.10
1702

4.91
1.58
6.39
7.04
6.41
3.75
3.35
0.00
0.97
9.63
3.67
2.28
0.00
0.00
72.4

6.87
0.08
4.76
6.33
1.40
0.54
1.06
10.00
0.05
1.04
2.16
0.23
0.00
5.00
59.4

13.73
30.45
0.00
0.39
4.45
6.96
24.77
0.00
18.78
0.00
0.75
4.10
0.00
0.00
165.6

Tabel 24 Asupan makanan Tn. A pada hari ke-2


Waktu
Makan
Pagi
Selingan 1
Siang

Jenis
Pangan

Berat
(g)

bubur
ayam suwir
susu
minyak
kue danish
susu
nasi

404
25
250
5
40
250
305

Energi
(kkal)
179.78
75.50
149.25
45.10
113.96
149.25
542.90

Kandungan Zat Gizi


Protein
Lemak
Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
2.12
0.10
41.01
4.55
6.25
0.00
5.34
7.46
14.93
0.00
5.00
0.00
3.16
1.08
22.68
5.34
7.46
14.93
6.41
0.31
123.83

Waktu
Makan

Malam

Jenis
Pangan
daging
telur
tahu
buncis
wortel
semangka
minyak
nasi
telur
tempe
labu siam
wortel
pepaya
minyak
Total

Berat
(g)
34
45
99
54
50
108
10
210
54
10
50
51
4
10

Energi
(kkal)
70.38
72.90
67.32
18.90
21.00
30.24
90.20
373.80
87.48
14.90
13.00
21.42
1.84
90.20
2229

Kandungan Zat Gizi


Protein
Lemak
Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
6.39
4.76
0.00
5.76
5.18
0.32
7.72
4.55
1.58
1.30
0.11
4.16
0.60
0.15
4.65
0.54
0.22
7.45
0.00
10.00
0.00
4.41
0.21
85.26
6.91
6.21
0.38
1.83
0.40
1.27
0.30
0.05
3.35
0.61
0.15
4.74
0.02
0.00
0.49
0.00
10.00
0.00
63.3
69.7
331

Tabel 25 Asupan makanan Tn. A pada hari ke-3


Waktu
Makan

Pagi

Selingan 1

Siang

Malam

Jenis
Pangan

Berat
(g)

roti putih
margarin
selai nanas
telur
susu
kue pisang
susu
nasi
pepes ikan
ayam
tempe
wortel
toge
pisang
minyak
nasi
telur
tahu
bayam
jagung
melon
minyak
Total

75
5
7
76
250
83
250
301
47
65
53
57
50
143
10
307
5
98
70
38
121
10

Energi
(kkal)
186.00
36.00
16.73
110.81
149.25
205.92
149.25
535.78
52.69
196.30
78.97
23.94
11.50
138.35
90.20
546.46
8.10
66.64
25.20
49.02
46.22
90.20
2814

Kandungan Zat Gizi


Protein
Lemak
Karbohidrat
(g)
(g)
(g)
6.00
0.90
37.50
0.03
4.05
0.02
0.04
0.04
4.52
8.76
7.87
0.48
5.34
7.46
14.93
2.16
0.25
48.22
5.34
7.46
14.93
6.32
0.30
122.21
10.06
1.08
0.00
11.83
16.25
0.00
9.70
2.12
6.73
0.68
0.17
5.30
1.45
0.10
2.05
4.40
1.39
32.50
0.00
10.00
0.00
6.45
0.31
124.64
0.64
0.58
0.04
7.64
4.51
1.57
2.45
0.35
4.55
1.56
0.49
11.51
0.73
0.24
10.04
0.00
10.00
0.00
91.6
75.9
441.7

Anda mungkin juga menyukai