Anda di halaman 1dari 28

ESOFAGITIS

By. Kelompok 1

Ade Safar C12115320


Widia Nirmala Dewi R011191004
Vhinolia Permata Bamba R011191006
Topik
1. Anatomi dan Fisiologi
2. Etiologi, Tanda & Gejala
3. Manifestasi Klinis
4. Patofisiologi dan Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan
7. Asuhan Keperawatan
Anatomi dan
Fisiologi
Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan
makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui
tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang
5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis.

Persarafan utama esofagus dilakukan oleh serabut-serabut simpatis


dan parasimpatis dan sistem saraf otonom.
Serabut-serabut parasimpatis dibawa oleh nervus vagus, yang
dianggap merupakan saraf motorik esofagus. Fungsi serabut
simpatis kurang diketahui. Selain persarafan ekstrinsik tersebut,
terdapat jala-jala serabut saraf intramural intrinsik diantara lapisan
otot silkular dan longitudinal, dan tampaknya berperan untuk
mengatur peristaltik esofagus normal.
Anatomi dan
Fisiologi

Menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks dimana


makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung.
Menelan merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat
terkordinasi, dimulai dari pergerakan voluntar lidah dan di
selesaikan oleh serangkaian refleks dalam laring dan
esofagus. Bagian aferan lengkung refleks ini merupakan
serabut-serabut yang terdapat dalan saraf v, ix, dan x.
Pusat menelan atau deglutisi terdapat pada medula
oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls berjalan
keluar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui
saraf v, x, dan xii menuju ke otot otot lidah, faring, laring
dan esofagus.
Anatomi dan
Fisiologi Esofagitis adalah suatu keadaan dimana mukosa esofagus mengalami
peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. Jenis esophagitis
yang tidak berbahaya timbul setelah menelan cairan panas. Sensasi
panas substernal biasanya terjadi dalam waktu singkat dan dihubung-
kan dengan edema superfisial dan esofagospasme.

Esofagitis peptik (refluks) Esofagitis refluks basa

Esofagitis peptik (refluks) adalah Esofagitis refluks basa yaitu Terjadinya refluks
inflamasi mukosa esofagus yang disebab cairan dari duodenum langsung ke esofagus,
kan oleh refluks cairan lambung atau misalnya pada pos gastrekstomi total dengan
duodenum esofagus. Cairan ini esofagoduodenostomi atau esofagojejenostomi.
mengandung asam pepsin atau cairan
empedu.

Esofagitis infeksi
• Esofagitis candida (monialisis)
• Esofagitis herpes
• Esofagitis Korosif
• Esofagitis karena Obat (pilesofagitis)
Etiologi
Esofagitis merupakan peradangan pada mukosa esofagus, respon
peradangan pada esofagus ini disebabkan oleh multi faktor

1 2
Naiknya asam lambung kesepanjang
kerongkongan (Refluks). Keadaan ini
disebut juga dengan stilah GERD Adanya infeksi virus, bakteri, atau jamur
(Gastroeshophageal Reflux Disease) dan
Esophilic esophagitis

3
Trauma kimia atau efek samping dari
penggunaan obat-obatan
TANDA DAN GEJALA

• Sakit saat menelan • Asam lambung terasa naik ke


• Sulit menelan kerongkongan atau ke mulut
• Rasa perih di dada (biasanya terasa (regurgitasi)
dibelakang tulang dada saat makan) • Sariawan
• Mual dan muntah • Batu
• Nyeri ulu hati • Tidak Nafsu Makan
Manifestasi
Klinis

Bentuk esofagitis yang sering Bentuk esofagitis berat yang akut


dijumpai timbul akibat refluks asam terjadi setelah menelan basa atau
lambung, dimana sering bersamaan asam kuat. Basa kuat sering ditemu-
dengan hernia hiatus. Di samping kan pada sebagian besar rumah
itu, terdapat pula esofagitis yang tangga dalam bentuk cairan pember-
dapat menular, yaitu esofagitis sih, yang bila terminum akan menim-
monilia dan kadang-kadang infeksi bulkan nekrosis pencairan yang berat
dengan virus herpes. pada mukosa
Jenis Esofagitis
Esofagitis refluks kronis Hernia hiatus
Cacat yang terjadi akibat refluks berupa
peradangan, pembentukan tukak, perdarahan
dan pembentukan jaringan parut dan striktur.
Terdapat sedikit hubungan antara beratnya
Kelainan hernia hiatus sering timbul tanpa
gejala dengan beratnya derajat esofagitis.
gejala dan ditemukan secara kebetulan sewaktu
Sebagian penderita yang mengeluh nyeri ulu
dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab
hati hanya memiliki sedikit bukti adanya esofagi
dari berbagai gangguan pada epigastrum, atau
tis, sementara penderita lain dengan refluks
pada waktu pemeriksaan radiogram saluran
kronik bisa saja asimtomatik sampai terjadi
cerna rutin (sylvia, price, & wilson, 1994). Gejala
striktur (sylvia, price, & wilson, 1994). Selain itu
pada umunya muncul terlambat dan dikaitkan
manifestasi klinis lain dari refluks esofagitis
dengan kelainan saluran cerna lain, misal GERD.
adalah nyeri ulu hati (pirosis), regurgitasi asam,
disfagia, batuk kronik, dan serangan asma,
laringitis, dan nyeri abdo-men bagian atas
dalam waktu 1 jam setelah memburuk.
Patofisiologi
Pengosongan lambung yang
tertunda dapat menyebabkan
refluks esofagitis karena :
(1) Memperpanjang waktu
Esofagitis refluks kronik merupakan bentuk esofagitis yang makanan berada di dalam
paling sering ditemukan secara klinis. Gangguan ini lambung, sehingga memu
disebabkan oleh sfingter esofagus bagian bawah yang ngkinkan terjadinya refluks
bekerja kurang baik dan refluks asam lambung atau getah dan
alkali usus ke dalam esofagus yang berlangsung dalam (2) Meningkatkan asam lamb
waktu yang lama. Gastroesophageal reflux disease (gerd) ung. Kondisi-kondisi yang
merupakan aliran balik refluks asam dan pepsin atau menyebabkan penundaan
cairan empedu dari lambung ke esofagus dan menyebab- pengosongan lambung
kan esofagitis. Tonus otot sfingter esofagus bawah pada seperti gastroparesis, ulkus
saat istirahat cenderung menjadi lebih rendah dibanding lambung atau duodenum,
transient relaxation atau kelemahan dari otot sfingter menyebabkan edema
esofagus bawah yang normal. Muntah,batuk, mengangkat, pilorus dan striktur yang
membungkuk, obesitas dan kehamilan meningkatkan dapat mempersempit
tekanan abdomen, dan berperan terhadap timbulnya sfingter pilorus
refluks esofagitis.
Patofisiologi Jenis kedua adalah hernia hiatus menggelinding
(rolling) atau hernia paraesofageal, yaitu heniasi
kurvatura mayor dari lambung melalui lubang
sekunder di diafragma yang terletak di samping
esofagus. Masuknya sebagian lambung diatas
diafragma menyebabkan kongestif aliran darah
mukosa, menimbulkan gastritis dan ulkus.
Hernia hiatus didefinisikan sebagai suatu herniasi Komplikasi utama dari hernia tipe ini adalah
bagian lambung ke dalam dada melalui hiatus jeratan pada hernia tersebut dapat memberikan
esofagus diafragma. Terdapat 2 jenis hernia keluhan muntah dan nyeri epigastrum atau
hiatus yang sangat berbeda. Bentuk yang paling epigastrium restrostenal yang memerlukan
sering adalah hernia hiatus tergelincir (sliding) tindakan operasi (soeatmadji, ratnawati, & sujuti,
atau direk, dimana perbatasan lambung 2019)
esofagus tergeser ke dalam rongga toraks
melalui hiatus esofagus, yaitu suatu lubang
diafragma tempat masuk esofagus dan nervus Hernia hiatal campuran (tipe 3) jarang terjadi dan
fagus, hal ini sering terjadi khususnya bila merupakan kombinasi dari hernia hiatal tipe 1 dan
penderita berada dalam posisi berbaring tipe 2. Hernia tipe ini umunya terjadi pada beberapa
penyakit seperti esofagitis refluk,ulkus peptikum,
kolesistitis (inflamasi kantung empedu), kolelitiasis
(batu empedu), pankreatitis kronik, dan diverikulosis
(soeatmadji, ratnawati, & sujuti, 2019)
PATHWAY
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiografi barium
2. Esofagoskopi
3. Pemeriksaan motilitas
4. Tes refluks asam
Penatalaksanaan

1. Terapi Diet
2. Terapi Farmakologis
3. Terapi Endoskopi
Asuhan Keperawatan
Pengkajian Pengkajian

Data / identitas klien Pola keyakinan dan spiritual

Pola mekanisme koping Pola pemeliharaan kesehatan

Pola peran dan hubungan Pola reproduksi/seksual

Pola konsep diri-persepsi diri Pola istirahat-tidur

Pola latihan-aktivitas Pola kognitif perseptual

Pola nurtisi – metabolik Pola eliminasi


Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan

Nyeri akut b.d agen cedera biologis (peradarahan)

Defisit volume cairan b.d pemasukan yang kurang


Gangguan menelan b.d penyempitan/ striktur pada
esophagus
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b.d mual, muntah
Hambatan rasa nyaman b.d refluks esofagus

Risiko infeksi b.d respon imunitas yang berkurang

Risiko aspirasi b.d hambatan menelan


Diagnosa Keperawatan 1
1. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas Aktivitas-aktivitas:
napas b.d keletihan ot keperawatan 3x24 jam Aktivitas-aktivitas: Observasi :
ot pernapasan Observasi : 1. Mengetahui dan memastik
Kriteria hasil: 1. Monitor pola napas an kepatenan jalan nafas d
1. Frekuensi pernafasan no 2. Monitor kecepatan, irama, an pertukaran gas yang ad
rmal kedalaman, dan kesulitan b ekuat.
2. Tidak menggunakan oto ernafas 2. Mengumpulkan dan meng
t bantu napas 3. Monitor keluhan sesak nap analisa data pernafasan un
3. Dispneu saat beristirahat as pasien, termasuk kegiata tuk menentukan dan menc
4. Tidak ada batuk n yang meningkatkan atau egah komplikasi.
memperburuk sesak nafas 3. Mengetahui batasan aktifit
Terapeutik : as pasien
1. Posisikan pasien miring ke Terapeutik :
samping sesuai indikasi unt 1. Memberikan kenyamanan
uk pencegahan aspirasi pada pasien
Diagnosa Keperawatan 2
2. Nyeri akut b.d agen c Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri ; Akut Aktivitas-aktivitas:
edera biologis (perada keperawatan 2x24 jam Aktivitas-aktivitas: Observasi :
rahan) Observasi : 1. Mengetahui kualitas nyeri
Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri k yang dirasakan Klien
1. Tidak ada nyeri yang dil omprehensif yang meliputi 2. Mengetahui pengaruh nye
aporkan lokasi, karakteristik, onset/d ri terhadap aktifitas sehari-
2. Dapat mengenali nyeri ( urasi, frekuensi, kualitas, int hari pasien
skala, intensitas, frekuen ensitas atau beratnya nyeri Terapeutik :
si dan tanda nyeri) dan factor pencetus 1. Memberikan kenyamanan
3. Tidak ada mual 2. Tentukan akibat dari pengal dan mengatur pola tidur p
4. Tanda-tanda vital dalam aman nyeri terhadap kualit asien
batas normal as hidup pasien (misalnya, t 2. Untuk mengalihkan nyeri y
idur, nafsu makan, perasaa ang dirasakan Klien.
n, hubungan)
Terapeutik :
1. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
Lanjutan
2. 2. Pilih dan implementasikan Edukasi :
tindakan yang beragam (misalnya, 1. Untuk memberikan pengetah
farmakologi, non farmakologi, uan yang dapat membantu
interpersonal) untuk memfasilitasi pasien mengurangi nyeri yang
penurunan nyeri, sesuai dengan dirasakan Klien.
kebutuhan Kolaborasi :
Edukasi : 1. Memberikan kenyamanan
1. Ajarkan metode farmakologi pada pasien
untuk menurunkan nyeri 2. Memberikan tindakan yang
Kolaborasi : dapat membantu pasien
1. Pastikan pemberian analgesic mengurangi rasa nyeri
dan atau strategi nonfarmakol
ogi sebelum dilakukan
prosedur yang menimbulkan
nyeri
2. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim keseha
tan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindaka
n penurun nyeri non - farmako
logi, sesuai kebutuhan.
Diagnosa Keperawatan 3
3. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tin Manajemen Cairan Aktivitas-aktivitas:
b.d pemasukan yang dakan keperawatan Aktivitas-aktivitas: Observasi :
kurang 1x24 jam Observasi : 1. Menentukan kehilangan d
Kriteria hasil: 1. Timbang berat badan setiap hari an kebutuhan cairan
1. Keseimbangan int dan monitor status pasien 2. Mengetahui kondisi pasien
ake dan output d 2. Monitor tanda-tanda vital pasien secara umum
alam 24 jam tidak 3. Monitor status hidrasi (misalnya, 3. Mengetahui status hidrasi
terganggu membran mukosa lembab, denyut pasien
2. Kelembaban mem nadi adekuat, dan tekanan darah 4. Mengetahui asupan yang
bran mukosa tida ortostatik) di butuhkan pasien
k terganggu 4. Monitor makanan/cairan yang dik 5. Menentukan intake nutrisi
3. Berat badan stabil onsumsi dan hitung asupan kalori pasien
4. Tidak mengalami harian Terapeutik :
haus 5. Monitor status gizi 1. Memudahkan pasien maka
5. Ttv dalam batas n Terapeutik : n dan input cairan
ormal 1. Tingkatkan asupan oral (misalnya, 2. efektifitas intake cairan pa
memberikan sedotan, menawarka sien
n cairan di antara waktu makan)
2. Berikan cairan yang tepat
Diagnosa Keperawatan 4
4. Gangguan menelan b. Setelah dilakukan tin Pemberian Makan Aktivitas-aktivitas:
d penyempitan/ strikt dakan keperawatan Aktivitas-aktivitas: Observasi :
ur pada esophagus 2x24 jam Observasi : 1. Mengetahui perkemban-
1. Identifikasi adanya reflex menelan gan kondisi pasien
Kriteria hasil: jika diperlukan Terapeutik :
1. Reflek menelan Terapeutik : 1. Mengurangi resiko
tidak terganggu 1. Sediakan pereda nyeri yang adekuat ketidaknyamanan pada
dan dapat sesuai sebelum waktu makan, dengan pasien ketika makan
dengan waktunya tepat 2. Melancarkan proses
2. Nyaman saat 2. Jaga posisi tegak, dengan kepala menelan
menelan dan leher sedikit fleksi ke depan 3. Memberikan pengetahu-
3. Tidak ada refluks selama makan an pada pasien
lambung 3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi 4. Memberikan kemudahan
4. Dapat mempertah kapan selesai (makan) dengan tepat dalam proses makan
ankan posisi 4. Sediakan sedotan minum, sesuai pasien
kepala & batang kebutuhan atau sesuai keinginan 5. Membantu meningkat-
tubuh netral 5. Sediakan makanan dalam suhu yang kan selera makan pasien
5. Tidak ada muntah menyelerakan 6. Melancarkan proses
6. Berikan air minum pada saat makan, menelan
jika diperlukan
Diagnosa Keperawatan 5
5. Ketidakseimbangan nu Setelah dilakukan tin Manajemen Nutrisi Aktivitas-aktivitas:
trisi: kurang dari kebut dakan keperawatan Aktivitas-aktivitas: Observasi :
uhan tubuh b.d mual, 1x24 jam Observasi : 1. Untuk mengumpulkan dan
muntah Kriteria hasil: 1. Monitor kalori dan asupan menganalisis data pasien
makanan untuk mengatur
1. Asupan makanan 2. Monitor kecenderungan terjadi keseimbangan cairan.
adekuat nya penurunan dan kenaikan 2. Mengetahui kecenderungan
2. Asupan cairan berat badan kebutuhan nutrisi pasien
adekuat Terapeutik : Terapeutik :
3. Asupan gizi 1. Tentukan status gizi pasien dan 1. Mengetahui status gizi pasien
adekuat kemampuan pasien untuk 2. Mengetahui kebutuhan kalori
4. Rasio berat badan memenuhi kebutuhan gizi pasien
/tinggi badan 2. Tentukan jumlah kalori dan 3. Memberikan posisi yang nya
normal jenis nutrisi yang dibutuhkan man pada pasien
untuk memenuhi persyaratn
gizi
3. Anjurkan pasien untuk duduk
pada posisi tegak di kursi, jika
memungkinkan
Lanjutan
5. 4. Pastikan makanan disajikan 4. Pasien dapat mengkonsumsi
dengan cara yang menarik dan makanan dan lebih bersemangat
pada suhu yang paling cocok untuk dalam memenuhi kebutuhan nutrisi-
konsumsi secara optimal nya
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Beri obat-obatan sebelum 1. Memberikan rasa nyaman pada
makan (misalnya, penghilang pasien ketika makan
rasa sakit, antiemetic), jika
diperlukan
Diagnosa Keperawatan 6
6. Hambatan rasa Setelah dilakukan Manajemen Lingkungan : Aktivitas-aktivitas:
nyaman b.d refluks tindakan keperawatan Kenyamanan Terapeutik :
esofagus 1x24 jam Aktivitas-aktivitas: 1. Menghindari rasa tidak
Kriteria hasil: Terapeutik : nyaman pada pasien
1. Status kenyamana 1. Jangan menempatkan posisi yang 2. Memberikan pemulihan
n: fisik bisa meningkatkan nyeri yang lebih efektif pada
2. Posisi terasa nya 2. Hindari gangguan yang tidak pasien
man perlu dan berikan untuk waktu 3. Menghindari resiko yang
3. Intake makanan istirahat menimbulkan ketidak-
tidak terganggu 3. Pertimbangkan sumber-sumber nyamanan pada pasien
4. Intake cairan ketidaknyamanan 4. Memberikan posisi
tidak terganggu 4. Posisikan pasien untuk mefasilitasi nyaman pada pasien
5. Tidak ada mual kenyamanan (misalnya, gunakan
6. Tidak ada muntah prinsip-prinsip keselarasan tubuh)
Diagnosa Keperawatan 7
7. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Perlindungan Infeksi Aktivitas-aktivitas:
respon imunitas yang tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas: Observasi :
berkurang 1x24 jam Observasi : 1. Mengetahui kondisi in
Kriteria hasil: 1. Monitor mual dan muntah take out take cairan pasien
1. Fungsi gastro- 2. Identifikasi perubahan berat 2. Mengetahui perkembangan
intestinal badan terakhir pasien
2. Tidak ada nyeri 3. Lakukan evaluasi kemampuan 3. Mengetahui perkembangan
abdomen menelan kemampuan menelan
3. Waktu pengoson- 4. Identifikasi adanya ketidaknormal pasien
gan lambung -an dalam rongga mulut 4. Mengetahui keadan
tidak terganggu (misalnya, inflamasi, hiperemi, rongga mulut pasien
4. Tidak terdapat hipertrofi) Terapeutik :
refluks lambung Terapeutik : 1. Pemenuhan asupan nutrisi
5. Tidak ada mual 1. Tingkatkan asupan nutrisi pasien
dan muntah yang Kolaborasi : Kolaborasi :
dilaporkan 1. Lakukan pemeriksaan lab dan 1. Mengetahui data yang
6. Berat badan stabil monitor hasilnya ( hb) lebih akurat mengenai
7. Tidak ada keadaan pasien
perdarahan
gastrointestinal
Diagnosa Keperawatan 8
8. Risiko aspirasi b.d Setelah dilakukan Pencegahan Aspirasi Aktivitas-aktivitas:
hambatan menelan tindakan keperawatan Aktivitas-aktivitas: Observasi :
2x24 jam Observasi : 1. Mengetahui kondisi refleks
1. Monitor tingkat reflex batuk, menelan pasien
Kriteria hasil: gangguan reflex, kemampuan 2. Mengetahui kondisi
1. Mampu memposi menelan disfagia pasien
sikan tubuh 2. Skrining adakah disfagia, dengan 3. Memantau kondisi saluran
miring ketika tepat cerna pasien
makan & minum 3. Monitor kebutuhan perawatan
2. Mampu memilih terhadap saluran cerna
makanan sesuai
dengan
konsistensi yang
tepat
Lanjutan
8. 1. Mampu menggunakan Terapeutik : Terapeutik :
cairan yang dipadatkan 1. Jaga kepala tempat tidur ditinggi- 1. Mencegah terjadinya makanan
jika dibutuhkan kan 30 sampai 45 menit setelah yang keluar melalui tenggorokan
2. Mampu memilih makan pemberian makan 2. Membantu melancarkan proses
an dan cairan dengan 2. Tawarkan makanan atau cairan menelan pasien
konsistensi yang tepat yang bias dibentuk di dalam bolus 3. Membantu proses makan pasien
sebelum ditelan 4. Menghindari terjadinya hambatan
3. Potong makanan menjadi potong- saat menelan
potongan kecil
4. Hindari pemberian cairan atau
penggunaan zat yang kental
Thank you

Anda mungkin juga menyukai