Anda di halaman 1dari 24

DISMOTILITAS GASTROINTESTINAL

SUMBER: PAPDI IV

DEFINISI

Dismotilitas gastrointestinal didefinisikan


sebagai kumpulan gejala atau sindrom pada
saluran gastrointestinal yang disebabkan
adanya gangguan motilitas sehingga otot dan
saraf gastrointestinal tidak bekerja dengan
baik.

KLASIFIKASI DISMOTILITAS
GASTROINTESTINAL
Dismotilitas Esofagus

Kelainan motilitas yang banyak ditemukan yaitu


disfagia, gastroesofageal reflux disease(GERD),
nutcracker esophagus dan lain-lain. Tiga gejala utama
kelainan esofagus
yaitu rasa terbakar di dada (heartburn), sakit dada, dan
disfagia.
Rasa terbakar di dada (heartburn) dan sakit dada
paling banyak disebabkan oleh gostroesophageal
reflux disease (GERD) dan gangguan motorik esofagus.
Sedangkan disfagia disebabkan oleh kelainan organik
(terbanyak keganasan) dan fungsional.

Dismotilitas Gaster

Pengosongan lambung terlarnbat biasanya menimbulkan gejala nausea,


muntah, kembung, penuh, cepat kenyang, nyeri epigastrium, hartburn,
anoreksia, berat badan turun.
Percepatan pengosongan lambung menimbulkan gejala-gejala pasca makan
(segera atau dalam 2 jam post-prandial) antara lain ansietas, kelemahan,
dizziness, takikardia, keringat, flushing dan penurunan kesadaran.
Anamnesa mengenai adanya tindakan bedah sebelum tirnbulnya gejala
antara lain vagotomi atau reseksi gaster meningkatkan kemungkinan
timbulnya dumping syndrome dan stasis pasca operasi lambung kronik
untuk makanan padat.
Dumping atau pengosongan lambung cepat untuk makanan cair dapat
timbul bersamaan dengan muntah dan pengosongan lambung lambat untuk
makanan padat. Tindakan fundoplikasi dengan indikasi gostroesophageal
reflux disease (GERD) dan reduksi hernia hiatal dengan vagotomi tidak
sengaja atau kerusakan saraf vagus mengakibatkan dumping untuk
makanan cair dan pengosongan lambung terlambat bagi makanan padat

Bila pasien mengalami penurunan berat badan perlu


dipikirkan kemungkinan adanya keganasan saluran cerna.
Gangguan infiftratif seperti limfoma dan kelainan sindrom
paraneoplastik harus dipikirkan juga.
Pemeriksan Computerized Tor.nographic (CT) scan otak
untuk menyingkirkan tumor serebelum, meningioma dan
space occupying lesions (SOL) lain perlu dipertimbangkan
sebagai penyebab berat badan turun. Pemeriksaan
seksama psikologi dan kepribadian pasien perlu dilakukan
pada penderita dengan gangguan motorik gaster. Stres
akut dapat menimbulkan nausea dan muntah, Anorexia
nervosa dan bulimia berhubungan dengan gangguan
pengosongan lambung. Pengobatan dengan antikolinergik,
antidepresan, levodopa dan obat mengandung narkotik
juga mernperlambat motilitas gastrointestinal.

Pemeriksaan fisik harus mencakup


pemeriksaan terhadap hipotensi ortostatik
karena bile positif menunjukkan adanya
neuropati otonom. Disfungsi buang air kecil
dan gustatory sweating merupakan indikasi
untuk mencari gejala-gejala dan tanda yang
berhubungan dengan diabetes,
disproteinemia dan gangguan vaskuler
kolagen seperti porphyria. Perut pasien hares
diperiksa secara seksama dan adanya
succusion splash, yang menunjukkan adanya
cairan intra abdomen. Adanya succusion
splash lebih dari 4-5 jam setelah makan
menyokong diagnosis perlambatan

Dismotilitas Usus Halus

Pada gangguan motilitas usus halus primer, tidak didapatkan kelainan


gastrointestinal organik keadaan tersebut, gejala tidak berhubungan dengan
lesi anatomik atau mekanik (seperti inflamasi, neoplasma, atau obstruksi
mekanik), akan tetapi mungkin ada penyakit siatemik.
Pada kelainan tersebut gejala disebabkan oleh lesi rnekanik atau anatomik,
dan harus ada bukti gangguan motilitas misal anastomosis Roux-en-Y, infeksi
usus halus dan obstruksi usus halus parsial.
Gejala-gejala yang dapat ditemukan (bila tidak ada penyakit usus
inflamasi/IBD, neoplasma atau penebalan mukosa) antara lain nyeri
abdomen, kembung dan sering flatus, diare, penurunan berat badan, mual
dan muntah.
Komplikasi sekunder karena dismotilitas usus halus termasuk: 1)
abnormalitas pola usus halus pada keadaan makan yang mengakibatkan
gagalnya digesti dan absorpsi usus halus normal yang dapat menimbulkan
diare dan malabsorpsi; 2) abnormalitas pola usus halus ada keadaan puasa
yang mengakibatkan bakteri tumbuh la m pau, yang menimbulkan kembung,
diare den mafabsorpsi; dan 3) transit cepat yang mengakibatkan
berkurangnya waktu absorpsi dan meningkatnya sekresi cairan usus halus.
Hal ini dapat menimbulkan malabsorpsi dan diare osmotik.

Penyebab dari disfungsi motorik usus halus:


Gangguan otot polos:

Gangguan sistem saraf enterik (ENS):

Sklerosis sistemik(skleroderma)
Dermatomiositis dan polimiositis
Distrofi miotonik (Miotonika distrofia, penyakit Steinert)
Amioloidosis
-

Penyakit Parkinson
Neuropati viseral karena obat
Neuropati viseral paraneoplastik
lnfeksi virus

Gangguan mengenai sistem saraf Otonom penfer

Diabetes Melitus
Sklerosis multiple
Gangguan sistem saraf pusat
Gangguan seteiah anastomosis Roux-en-Y
Divertikulosis jejunum

Dismotilitas Usus Besar (Kolon)

Konstipasi idiopatik. Kelainan ini disebabkan oleh


penyakit sistemik, gastrointestinal dan neurologik. Jika
tidak didapatkan penyakit organik yang rnenimbulkan
konstipasi maka dinamakan idiopatik. Peningkatan waktu
kontak meningkatkan pengeringan tinja, sehingga
mempersulit pendorongan tinja, dapat terjadi segmentasi,
dengan gerakan yang melambat. Hal ini membuat transit
yang melambat dan akhirnya konstipasi.
Aktifitas motorik normal kolon dapat timbul pada
konstipasi. Meskipun frekuensi dan amplitudo kontraksi
normal, koordinasi tidak terjadi. Juga hal ini menimbulkan
proses aliran tinja menjadi abnormal. Lebih lagi,
hipomotilitas dengan transit yang lambat dapat
menyebabkan konstipasi dengan meningkatnya waktu
kontak mukosa.

Sindrom usus iritabel (IBS).


Sindrom ini ditandai oleh berbagai perubahan
kebiasaan buang air besar yang berhubungan dengan
nyeri abdomen.
Penyebab gejala IBS tetap menduga aktivitas kontrol
elektrik yang abnormal berperan, pakar lain
mengusulkan penyebab IBS termaauk abnormalitas
kontraksi yang panjang atau larnanya gerakan masa
kolon, stres psikologis dan sensitifitas rektum yang
abnormal.
Penyebab ini biasa multifaktonal. Gangguan psikologis,
gangguan motilitas, dan meningkatnya ambang
rangsang nyeri visceral semua berperan untuk
terjadinya IBS.

Divertikulosis. Penyakit ini terjadi karena


kelemahan dinding usus disertai adanya
konstipasi. Pada pasien divertikulosis sering
didapatkan kontraksi yang kuat yang
mengisolasi segme n usus dan menyempitkan
usus. Hal ini meningkatkan tekanan tinggi.

Dismotilitas Anorektal

Gangguan motilitas anorektal/gangguan defekasi


dapat berupa gangguan kontinentia atau gangguan
eliminasi/ pengeluaran tinja.
Gangguan Kontinentia. Gangguan kontinentia dapat
ditemukan pada beberapa penyakit antara lain:

Inkontinentia tinja idiopatik


Diabetes Melitus Sklerosis multipel

Gangguan Eliminasi pengeluaraa tinja. Gangguan


eliminasi tinja ini dapat ditemukan pada penyakit
antara lain:

- Megarektum
- Penyakit Hirschprung
- Disinergi dasar pelvis

GEJALA DAN TANDA KLINIK

Gejaia dismotilitas lambung merupakan gejala dari


pengosongan lambung terlambat dan percepatan pengosongan
lambung.
"Pengosongan lambung terlambat" biasanya menimbulkan
gejala nausea, muntah, kernbung, penuh, sendawa, cepat
kenyang, nyeri epigastrium, anoreksia, heartburn, refluks asarn
lambung, berat badan tunun. 'Percepatan penngsongan
lambung" menimbulkan gejala-gejala pasca makan (segera atau
dalam 2 jam post-prandial) antara lain ansietas, kelemahan,
dizziness, takikardia, keringat., dan penurunan kesadaran.
Penderita dengan pseudoobstruksi mengeluh nyeri abdomen,
diare atau konstipasi. Pasien dengan pseudo obstruksi
mengalarni nyeri abdomen, diare atau konstipasi.
Pada penderita pankreatitis akut ditemukan bahwa terjadi
perlambatan transit time kolon, gangguan motilitas sehingga
terjadi kembung sampai ileus paralitik

ETIOLOGI

Penyebab dismotilitas gastrointestinal biasanya fungsional, tak


ditemukan kelainan organic struktural. Bila tidak ditemukan
ketainan struktural, maka dismotilitas gastrointestinal yang ada
disebut idiopatik.
Beberapa pencetus yang diduga apakah infeksi virus di
lambung atau pemberian antibiotic atau makanani berlemak,
alkohol berlebihani makan terlambat malarn. Dismotilitas dapat
timbul sebagai kornplikasi diabetes, penyakit Parkinson dan
setelah operasi lambung dan efek seminggu Parkinson.
Pseudoobstruksi intestinal terdiri dari primer dan sekunder
Pseudoobstruksi intestinal primer (idiopatik) disebabkan
gangguan motilitas tanpa penyebab jelas. Pseudoobstruksi
intestinal sekunder disebabkan oleh skleroderma, miksedema,
arniloidosis, muscular dystrophy, multiple sclerosis,
hipokalemia, gagal ginjal kronik, diabetes melitus, obat-obat
(antikolinergik, opiat).

DIAGNOSIS
Evaluasi pasien yang diduga rnenderita gangguan motilitas
usus halus:
Singkirkan kemungkinan penyakit yang dapat diobati
seporti ohstru ksi mekanik, kelainan mukosa , penyakit
usus inflamatorik (IBM sindrom pasta gastrektomi,
kelainan rnetabolik dan efek samping obat.
Sepertiga pasien merupakan sindrom usus iritabel (IBS)
Harus dicari apakali ada penyakit diluar usus misal dari
riwayat keluarga atau secara kllnik ada penyakit sistemik
Selain mengobati gejala gangguan motilitas, bila
didapatkan penyakit dasar yang menyebabkan harus
diobati juga secara tepat.

Anamnesis

Keluhan pasien berupa kembung perut, nyeri, dan diare.


Apakah gangguan ini akut atau kronik?
Berapa umur dan apa etnik pasien? Usia lanjut bila menunjukkan kelainan usus
yang difus atau sindrom paraneoplastik.
Apakah ada meal dengan atau tanpa muntah (bila ya, ada gangguan lambung)
Apakah konstipasi merupakan gejala utama? (jika ya, ada gangguan kolon)
Jika gejala akut atau kronik, apakah secara cepat menjadi berat?(jika ya, pikirkan
obstruksi mekanik parsial karena tumor)
Apakah penurunan berat badan merupakan gejala utama?(jika ya, pikirkan kondisi
yang menyebabkan maldigesti dan malabsorpsi. Juga pikirkan
sindromparaneoplastik)
Apakan pasien memiliki riwayat penyakit sistemik (misal diabetes melitus,
sclerosissistemik, penyakit neurologik, penyakit spinal cord)?
Obat-obat apa yang dikonsumsi?
Apakah ada riwayat keluarga yang serupa masalahnya? (masa) pada neuropati
dan miopati visceral)
Apakah ada bukti gangguan buang air kecil atau pada pria disfungsi seksual?
Apakah hipotensi ortostatik?
Apakah ada riwayat operasi iarnbung atau usus halus?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk menemukan


kelainan- kelainan seperti:
Pada kulit termasuk adanya skleroderma,
neurofibromatosis, acanthosis nigricans,lupus
sistemik,dan jaringan parut operasi perlu dilakukan
Kelainan kardiovaskular termasuk hipotensi postural dan
kardiornegali
Kelainan neurologik termasuk parkinsonisme, distropika
miotonia, sindrom Shy-Drager dan skerosis
Sebagai tarnbahan pada hipotensi postural adanya
disfungsi otonom mengenai saluran gastrointestinal
Kelainan metabolik dan endokrinologik perlu dipikirkan
bila ada atrofi testis dan manifestasi klinik dari hiper atau
hipotiroidisme.

Pemeriksaan Penunjang

Penyebab mekanik dari obstruksi harus dilakukan dengan


pemerisaan rontgen kontras dan endoskopi.
Kelainan mukosa diperiksa dengan rontgen kontras dan biopsi
mukosa. Jika diare masalah utama, evaluasi malabsorpsi, dengan
perneriksaan kimia darah dan gambaran hernatologik harus
dilakukan.
Kelainan metabolik harus dicari dengan tes fungsi tiroid dan kimia
darah.
Kelainan vaskular kolagen diperiksa dengan -test serologik.
Perneriksaan spesifik untuk neuropati otonom harus dilakukan jika
dicurigai dan anarnnesis dan perneriksaan frsik
Jika perneriksaaan-pemeriksaan ini menunjukkan gangguan
motilitas, tentukan apakah gejala yang ada merupakan akibat
komplikasi, dan identifikasi daerah yang terkena dengan
pemeriksaan pengosongan lambung , perneriksaan motilitas usus
halus, pemeriksaan motilitas kolon, dan atau pemeriksaan anorektal.

PENATALAKSANAAN

Pada akalasia yang utama yaitu mengembalikan peristaltik esofagus


yang normal dan menghasilkan sfingter esofagus bawah (LES) relaksasi
sempurna. Tindakan yang dianjurkan yaitu dilatasi esofagus atau
operasi esofagomiotomi otot LES. Tindakan dilatasi esofagus yang
sering dilakukan yaitu dilatasi busi(Savary guillard atau Hurst mercury)
dan dilatasi pneumatic (balon).
Makan yang halus dan serat dapat mengurangi dismotilitas selama
hidup. Makan teratur dan nimati makanan, jangan minum alkohol terlalu
banyak, makan sedikit tapi sering dan regular. Obat-obat yang dipakai
untuk dismotilitas esofagus dan lambung yaitu prokinetik (menormalkan
peristaltik lambung).
Pengobatan konstipasi idiopatik karena dismotilitas usus besar (kolon)
berupa diet tinggi serat 20-30 gram perhari, banyak minum, jika
mungkin hentikan laksatif dan obat-obat yang tidak penting. Jika hal ini
tidak berhasil, lakukan pemeriksaan motilitas (manometri anus dan tes
transit koion). Tes transit kolon yang ada yaitu scintigraphi transit kolon.
Pada keadaan ini baru dapat dipakai laksatif berupa laktulosa, serat.
Obat-obat prokinetik seperti cisapride, tegaserod dapat dipakai.

Pengobatan sindrom usus iritabel (IBS) akibat dismotilitas


kolon biasa dengan diet tinggi serat, banyak minum, obat
anti depresi anxietas, obat prokinetik seperti cisapride dan
tegaserod. Bila tidak berhasil baru dipakai laksatif. Pada diare
dapat diberikan obat anti diare atau obat antikolinergik.
Pengobatan pada inkontinentia tinja akibat dismotilitas
anorektal yaitu latihan biofeedback dan obat anti diare pada
diare.
Pada pseudoobstruksi intestinal didapatkan penurunan
kemarnpuan usus halus untuk mendorong makanan ke
bawah, dan seringkali menimbulkan pelebaran berbagai
bagian usus basal. Hal ini menyebabkan primer (idiopatik
atau bawaan) atau karena penyakit lain(sekunder).
Garnbaran klinis dan radiologis seringkali serupa dengan
obstruksi usus halus.

Pengobatan pada gangguan defekasi atau gangguan elirninasini


pengeluaran tinja akibat disrnotilitas anorektal yaitu:

Pada impaksi tinja karena rnegakolon, dilakukan enema rectum diikuti


irigasi kolon rnenggunakan cairan elektrolit seimbang. Sabun enema
harus dihindarkan karena menimbulkan kolitis.
Pasien imobilisasi atau cacat harus diberikan diet tinggi serat dengan
enema 1-2x/minggu untuk mencegah rekurensi atau impaksi tinja.
Latihan Biofeedback.

Pengobatan pseudoobstruksi primer (idiopatik) tidak ada


pengobatan yang definitif. Sementara diberikan nutrisi dan cairan
hidrasi yang optimal dan obat-obat penghilang rasa sakit.
Obat-obat yang sering diberikan pada dismotilitas gaster yaitu
metoclopramide, cisapride dan erythromycin walaupun hasilnya
belum jelas. Octroetide telah banyak digunakan pada diare kronik.
Operasi dan prosedur tainnya: Dekompresi intestinal dari
kolostomi atau pemasangan selang.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu ileus, dehidrasi,
malnutrisi, tak dapat buang air besar.

PENCEGAHAN
Pencegahaan yang baik yaitu perbaiki pola hidup, dan
pola makan minum yang balk. Pada kelainan motilitas
sekunder, memperbaiki penyakit dasarnya.

PROGNOSIS
Prognosis tergantung penyakit dan penyebab, Bila
hanya fungsional prognosisnya cukup balk.

KESIMPULAN
Dismotilitas saluran cerna cukup banyak
ditemukan pada manusia. Dalam
mendiagnosis gangguan motilitas saluran
cerna bagian atas dan bawah perlu dicari
apakah fungsional atau organik. Selain
mengobati gangguan motifitasnya, usahakan
obati penyakit dasar penyebabnya.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai