Anda di halaman 1dari 21

FOCUSED GROUP DISCUSSION

SKENARIO 2
Berat Bayi Lahir Rendah

Disusun oleh : Kelompok D1

No Nama NPM
1. I Wayan Fajar Suastana 17700082
2. Putu Hade Wida Dewi 17700084
3. Prima Wibisono 17700086
4. Olifvia Indah Untari 17700088
5. Sri Hastutik 17700094
6. I Putu Eka Surya Negara 17700096
7. Chrisna Dila Bella Elvara 17700098
8. Ni Wayan Chika P. S. 16700152

Dosen Pembimbing :
Prof. H. Didik Sarudji, M. Sc

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
pembuatan laporan Focused Group Discussion pada skenario pertama dengan judul “Berat
Bayi Lahir Rendah” ini dapat tersusun hingga selesai. Harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah laporan ini.

Surabaya, 10 April 2019

Penulis

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................. 2

Daftar Isi ....................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ......................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus......................................................................................... 5

BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................................. 6

A. Skenario ....................................................................................................... 6

1. Inventaris Masalah .................................................................................. 6

2. Konsep Sebab-Akibat, Kausa dan Efek .................................................. 7

B. Analisis ...................................................... Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan .................................................................................................. 7

1. Kelompok Input (masukan) .................................................................. 7

2. Kelompok process (proses)................................................................... 9

3. Kelompok environment (lingkungan) ................................................. 10

BAB III PENYUSUNAN PROGRAM ...................................................................... 12

A. Upaya pencegahan BBLR .......................................................................... 12

B. Upaya penanganan BBLR.......................................................................... 12

C. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan ................................................... 12

BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS ............................................... 14

A. Urutan prioritas kegiatan ............................................................................ 14

B. POA (Plan Of Activity) ............................................................................. 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator yang sensitif dari kondisi
sosial ekonomi dan secara tidak langsung menjadi tolak ukur kesehatan ibu dan anak
(Joshi et al, 2011). Oleh karena itu, BBLR merupakan suatu standar yang baik untuk
mengukur kesejahteraan dari suatu negara.
BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang umur kehamilan (Umboh, 2013). BBLR dapat disebabkan kelahiran
prematur atau gangguan pertumbuhan dalam rahim atau kombinasi patologis dari
keduanya (Sharma et al, 2015).
BBLR dianggap sebagai penyebab utama kematian bayi terutama pada bulan
pertama kehidupan. Secara global, 40-60% dari kematian bayi di dunia disebabkan oleh
BBLR (Unicef, 2009). Angka kematian pada BBLR 35 kali lebih tinggi dibanding
dengan bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (Pantiawati, 2010). BBLR
merupakan penyebab kematian perinatal tertinggi ke dua di Indonesia setelah Intra
Uterin Fetal Death (IUFD) yaitu sebesar 11,2% (Kemenkes, 2015).
Menurut England (2014) faktor yang paling berperan terjadinya BBLR adalah
faktor ibu, faktor janin dan faktor plasenta. Dari tiga faktor tersebut, faktor ibu
merupakan yang paling mudah diidentifikasi. Faktor ibu yang berhubungan dengan
BBLR antara lain umur ibu (<20 atau >35 tahun), jarak kelahiran, riwayat BBLR
sebelumnya, adanya penyakit kronis (anemia, hipertensi, diabetes melitus) dan faktor
sosial ekonomi (sosial ekonomi rendah, pekerjaan fisik yang berat, kurangnya
pemeriksaan kehamilan, kehamilan yang tidak dikehendaki), serta faktor lain (ibu
perokok, pecandu narkoba, dan alkohol) (Proverawati & Ismawati, 2010). Namun
faktor yang ada pada suatu daerah yang satu dengan yang lain berbeda, tergantung pada
faktor geografis, sosial ekonomi, dan budaya (Bendhari & Haralkar, 2015).
Prevalensi tahunan BBLR di Puskesmas Anggrek diperoleh bahwa dari tahun
2013 (15.8%) sampai Tahun 2015 (16.5%) terjadi penaikan namun lambat dalam 3
tahun, hal tersebut terjadi karena sumber mata pencaharian hanya mengandalkan hutan,
rendahnya tingkat pendidikan, banyak terjadi pernikahan dini, ibu hamil tidak
memeriksakan kehamilan, banyak dijumpai ibu hamil kondisi anemia dan status gizi

4
kurang, hanya 50% ibu hamil yang melakukan ANC dan 40% K4, serta diperparah oleh
kurang aktifnya posyandu.
Tujuan dari diskusi yang kami lakukan adalah untuk mengidentifikasi
karakteristik sosial-ekonomi respoden dan menganalisis risiko kejadian berat bayi lahir
rendah pada primigravida berdasarkan karakteristik sosial dan ekonomi (usia ibu,
tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga ibu), umur kehamilan saat melahirkan,
perawatan antenatal(frekuensi kunjungan dan kualitas antenatal), dan tabu makanan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengendalikan kasus BBLR di wilayah Puskesmas Anggrek?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui cara pengendalian kasus BBLR di wilayah Puskesmas Anggrek.
2. Tujuan Khusus
1. Upaya pencegahan BBLR
2. Upaya penanganan BBLR
3. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan

5
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Skenario
Dr. Eva seorang dokter di Puskesmas Anggrek. Di wilayah kerja dr. Eva
merupakan daerah terpencil dimana masyarakatnya hanya mengandalkan hutan
sebagai sumber mata pencahariannya, mayoritas penduduk hanya menamatkan
Sekolah Dasar. Terlebih lagi anak perempuan disana banyak yang menikah dini
dengan alasan untuk meringankan beban orang tua. Masih banyak dijumpai kasus
BBLR di wilayah Puskesmas Anggrek. Berdasarkan data laporan Tahunan Puskesmas
Anggrek diperoleh data BBLR sebagai berikut :

Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015


15,8% 16,1% 16,5%

Ibu hamil enggan untuk memeriksakan kehamilannya, padahal banyak dijumpai


ibu hamil dengan kondisi anemia dan status gizi kurang. Diperparah dengan kurang
aktifnya Posyandu yang tidak konsisten dalam memberikan pelayanan pada
masyarakat. Hanya 50% dari ibu hamil yang melakukan ANC dan 40% K4.

Apa yang harus dilakukan dr. Eva untuk mengevaluasi hal tersebut

1. Inventaris Masalah
Dari inventarisasi masalah pada skenario diperoleh permasalahan sebagai
berikut :
1. Peningkatan BBLR.
2. Tingkat pendidikan rendah.
3. Menikah dini.
4. Sumber mata pencaharian masyarakat hanya mengandalkan hutan.
5. Ibu hamil tidak memeriksakan kehamilan.
6. Banyak dijumpai ibu hamil anemi dan kurang gizi.
7. Posyandu kurang aktif.
8. KNC 50% dan K4 40%.
9. Daerah terpencil.

6
2. Konsep Sebab-Akibat, Kausa dan Efek

Dari permasalahan-permasalahan tadi dapat disusun hubungan sebab-akibat


sebagaimana diagram fish bone dibawah:

PROSES MASUKAN
Ibu hamil enggan
Memeriksakan
kehamilannya Pendidikan rendah
Kurangnya
Prioritas Ibu hamil anemi
Penanganan dan kurang gizi
BBLR Sumber mata
Pencaharian hanya
50% KNC dan mengandalkan hutan
K4 40%
Peningkatan
BBLR
Masih adanya Daerah terpencil
pernikahan usia dini
Posyandu kurang aktif

LINGKUNGAN

Gambar II.1: Diagram Fish Bone Berat Bayi Lahir Rendah di wilayah Puskesmas
Anggrek.

B. Pembahasan
1. Kelompok Input (masukan)

1. Mayoritas penduduk hanya menamatkan sekolah dasar


Kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan sehingga
menyebabkan pola fikir dalam masyarakat untuk tidak melanjutkan pendidikan
sekolah terlalu tinggi. Sehingga banyaknya ibu hamil yang tidak memeriksakan
kehamilannya, salah satunya dikarenakan tingkat pengetahuan akan kesehatan
ibu hamil sangat rendah. Rendahnya pendidikan ibu hamil menyebabkan
kurangnya pengetahuan ibu hamil terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan,
sehingga banyak ibu hamil yang tidak memeriksakan diri ke dokter. Rendahnya
tingkat pendidikan di masyarakat juga menyebabkan dampak pada kurangnya
pengetahuan mengenai pemenuhan nutrisi maupun gizi pada ibu hamil. Asupan

7
gizi ibu hamil menjadi faktor penting baik pemenuhan nutrisi ibu hamil ataupun
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kebutuhan
nutrisi saat kehamilan yaitu protein, karbohidrat, kalsium, folat, dan zat besi
sangat penting untuk perkembangan janin. Dengan tingkat kesadaran
pendidikan yang rendah sehingga menyebabkan semakin meningkatnya kasus
berat bayi lahir rendah pada daerah Puskesmas Anggrek.

2. Ibu hamil dengan kondisi anemia dan status gizi kurang


Salah satu masalah gizi yang dialami ibu hamil adalah anemia dan
kurangnya gizi. Sebagian besar anemia dan kekurangan gizi adalah anemia besi,
anemia besi ditunjukan dengan kadar hemoglobin seseorang yang berada di
bawah batas normal. Anemi besi diakibatkan kurangnya gizi pada ibu hamil. Zat
besi merupakan salah satu zat gizi yang kebutuhannya meningkat pada masa
kehamilan. Zat besi pada masa kehamilan digunakan untuk perkembangan janin,
plasenta, ekspansi sel darah merah, dan untuk kebutuhan basal tubuh. Apabila
kadar zat besi dalam tubuh ibu hamil kurang, maka salah satunya akan memacu
terjadi suatu keadaan yang disebut dengan anemia. Kurangnya pemenuhan gizi
pada ibu hamil pada wilayah puskesmas anggrek diakibatkan kuranngnya
pengetahuan akan pemenuhan gizi maupun pentingnya pemeriksaan kehamilan,
sehingga menyebabkan dampak pada masa setelah kelahiran yakni
menyebabkan berat bayi lahir rendah.

3. Ibu hamil enggan untuk memeriksakan kehamilannya


Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan bertujuan untuk mengoptimalkan dan
mengetahui kesehatan mental Ibu hamil dan kesehatan fisik janin serta Ibu
hamil. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau
bidan dengan minimal pemeriksaan 4 kali selama kehamilan yaitu pada
usia kehamilan trimester pertama, trimester kedua dan dua kali
pada kehamilan trimester ke tiga, itupun jika kehamilan normal. Kemungkinan
Ibu hamil tidak memeriksa kehamilan dikarenakan kepercayaan pada budaya
pamali( perut ibu hamil tidak boleh dipegang orang lain), ini terjadi karena
kebanyakan Ibu hamil hanya lulusan SD.

8
4. Sumber matapencaharian hanya mengandalkan hutan
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui
dengan fungsi sebagai persediaan sumber daya biologis. Sumber daya biologis
secara terus menerus menghasilkan barang dan jasa alami hasil proses dari
ekosistem. Contoh sumber daya alam yang bisa didapat dari hutan berupa kayu,
sagu, rempah-rempah, buah-buahan, hewan dll. Namun jika eksploitasi
berlebihan karena permintaan suatu kebutuhan meningkat yang disebabkan oleh
semakin banyaknya populasi manusia maka akan terjadi ketidak seimbangan
ekosistem, sehingga hutan atau alam tidak akan lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan baik pangan, sandang, maupun papan. Selain sumberdaya dari hutan
seharusnya ada sumber pangan lain untuk memenuhi kecukupan gizi seperti
beras, daging, dan suplemen gizi. Jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka
akan terjadi masalah gizi, seperti tidak terpenuhinya gizi yang optimal pada Ibu
hamil akan mengakibatkan BBLR.

2. Kelompok process (proses)

1. Peningkatan kasus BBLR pada Puskesmas Anggrek


Pada data laporan tahunan Puskesmas Anggrek diperoleh data BBLR
yakni pada tahun 2013 sebanyak 15,8%, 2014 sebanyak 16,1% dan 2015
sebanyak 16,5%. Berdasarkan rincian data tersebut terjadi peningkatan yang
signifikan pada kasus BBLR. Hal tersebut berkaitan dengan kurangnya
pelayanan posyandu pada masyarakat. Dimana pendidikan yang kurang pada ibu
hamil juga menjadi dasar sehingga kurangnya pemenuhan gizi pada masa
kehamilan. Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang dialami sebelum dan selama kehamilan dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang di kandung. Akibat kurangnya
tingkat pengetahuan pada ibu hamil dan kurang memadainya pelayanan pada ibu
hamil sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kasus pada berat bayi lahir
rendah di Puskesmas Anggrek

2. ANC hanya 50% dan K4 hanya 40%


Ibu hamil ketika proses kehamilan memiliki tugas utama yakni menjaga
kesehatan kandungannya. Salah satu caranya adalah dengan Antenatal care
(ANC) yaitu pemeriksaan kehamilan oleh bidan maupun dokter kandungan

9
kepada Ibu hamil selama kehamilan untuk membantu mengoptimalkan
kesehatan fisik dan psikis Ibu hamil sehingga dapat melalui kehamilan dengan
sehat. Selain itu pemeriksaan kehamilan harus dilakukan paling sedikit empat
kali yakni K1 yaitu Pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada smester
pertama, K2 dalam pengertian K(1+1=2) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai
standar pada smester pertama dan kedua kehamilan, K3 adalah pengertian
K(1+1+1=3) adalah pemeriksaan kehamilan sesuai standar pada smester
pertama, kedua dan ketiga kehamilan. Dan K4 itu sendiri K3 tambah
pemeriksaan ketika mendekati persalinan. Jika sudah dijalankannya cara
menjaga kandungan seperti di atas diharapkan pada saat persalinan dan pasca
persalinan Ibu bisa selamat dan bayi lahir normal. Namun pada angka ANC 50%
dan K4 40% menandakan bahwa kesadaran akan pentingnya menjaga kehamilan
dengan memeriksakannya masih sangat rendah, hal ini bisa didasari dari
kurangnya wawasan dari Ibu hamil yang dikarenakan tingkat pendidikan yang
rendah serta jarangnya diadakan atau kurang aktifnya posyandu sehingga
kurangnya edukasi kepada Ibu hamil.

3. Kelompok environment (lingkungan)

1. Anak perempuan banyak yang menikah dini


Pernikahan dini disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan dampak
yang di timbulkan setelah pernikahan. Dimana ketika terjadi pernikahan yang
belum memenuhi usia akan menyebabkan timbulnya berbagai masalah, salah
satunya di sebabkan akibat belum matangnya organ reproduksi pada wanita.
Tingkat pendidikan yang rendah pada masyarakatnya juga menyebabkan
banyaknya anak perempuan yang menikah pada usia dini. Karena kurangnya
pendidikan sehingga anak perempuan yang menikah dini beralasan untuk
meringankan beban orang tua. Pernikahan yang terlalu dini akan menjadi
masalah, dimana kematian ibu dilaporkan meningkat 2-4 kali lipat pada usia dini
dibandingkan dengan dengan kehamilan di atas usia 20 tahun. Permasalahan lain
yang dihadapi oleh pernikahan pada usia dini dikaitkan dengan meningkatnya
resiko komplikasi kehamilan yakni preeklamsia, eklamsia, perdarahan pasca
persalinan maupun keguguran. Hal lain yang mendasari pernikahan usia dini
diakibatkan karena pendidikan yang rendah pada masyarakatnya sehingga ketika
kehamilan pada wanita kurangnya pengetahuan akan pentingnya status gizi
10
maupun pemenuhan pangan yang memadai sehingga banyaknya kasus berat bayi
lahir rendah pada Puskesmas Anggrek.

2. Wilayah Puskesmas Anggrek merupakan daerah terpencil


Salah satu penyebab terjadinya kasus BBLR pada wilayah Puskesmas
Anggrek adalah karena terpencilnya daerah tersebut dari pusat kota. Pemerintah
tidak dapat mengakses bahan-bahan kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat di
wilayah Puskesmas Anggrek. Padahal, daerah tersebut sangat membutuhkan
bantuan dari pemerintah setempat terutama bantuan untuk bayi-bayi yang lahir
denagn berat badan rendah. Bayi-bayi dan juga ibu hamil sangat membutuhkan
suplemen, makanan bergizi, serta susu untuk kebutuhan mereka.
3. Kurang aktifnya Posyandu
Posyandu atau post pelayanan terpadu bermanfaat sebagai tempat
memelihara kesehatan Ibu dengan memeriksakan kehamilan dan nifas serta
peningkatan gizi Ibu melalui pemberian vitamin dan pil penambah darah,
imunisasi TT untuk Ibu hamil. Akan tetapi jika posyandu kurang aktif akan
berdampak seperti kurang berwawasannya calon ibu muda sehingga tidak
adanya kesadaran untuk memeriksa kehamilan dan perbaikan gizi. Masalah
yang menyebabkan posyandu kurang aktif bisa dari kurangnya kader dan
kurangnya dukungan dari menejemen sentral.

11
BAB III PENYUSUNAN PROGRAM

A. Upaya pencegahan BBLR


1. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, calon ibu, dan remaja perempuan
tentang penyebab, gejala, dan penanganan BBLR.
2. Melaksanaan program perawatan metode kanguru untuk bayi yang lahir rendah.
3. Memberikan edukasi mengenai pentingnya status gizi dan kondisi ibu pada masa
kehamilan kepada ibu hamil dan calon ibu guna menekan adanya kasus BBLR.
4. Memberikan edukasi mengenai pentingnya usia ideal wanita untuk hamil dan
anjuran untuk melaksanakan kehamilan.
5. Memberikan edukasi tentang program KB kepada pasangan yang sudah menikah.
6. Memberikan pengetahuan mengenai dampak dari pernikahan dini kepada
masyarakat khususnya para orang tua dan remaja perempuan.
7. Memberikan penyuluhan tentang ANC dan K4 untuk ibu hamil.
8. Mengadakan senam dan yoga untuk ibu hamil setiap minggunya guna
meminimalisir terjadinya stress maternal.
9. Membagikan leaflet tentang BBLR kepada masyarakat.
10. Menempelkan poster ayo cegah BBLR di sekitar Puskesmas Anggrek.
B. Upaya penanganan BBLR
1. Memberikan susu formula khusus untuk bayi yang lahir rendah.
2. Memberikan suplemen seperti vitamin D, kalsium, fosfor, dan zat besi bagi bayi
yang lahir rendah.
3. Memberikan suplemen Fe dan makanan bergizi untuk ibu hamil khusunya ibu
hamil dengan kondisi anemia.
4. Pemberian suplemen dan makanan yang dapat meningkatkan berat badan untuk
ibu hamil yang tergolong berat badan rendah dan status gizi kurang.
C. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan
1. Membentuk kader-kader baru yang sadar akan pentingnya pelayanan kesehatan
oleh dr. Eva.
2. Mengadakan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat khususnya
untuk calon ibu, ibu hamil, bayi, dan remaja perempuan
3. Meningkatkan status pelayanan antenatal dengan pemeriksaan ANC dan K4 gratis
untuk ibu hamil.
4. Mengadakan konsultasi tentang kehamilan untuk ibu hamil dan calon ibu.

12
5. Mencetuskan gerakan menyusu eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan atau lebih.
6. Pemasangan KB gratis untuk perempuan yang sudah menikah.

13
BAB IV PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

A. Urutan prioritas kegiatan

Upaya untuk menanggulangi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di wilayah


Puskesmas Anggrek dapat dilaksanakan dalam beberapa kegiatan diantaranya sebagai
berikut:
1. Upaya pencegahan BBLR
2. Upaya penanganan BBLR
3. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan

Untuk menentukan kegiatan yang lebih efektif, maka perlu disusun uritan prioritas
kegiatan dengan metode scoring sebagai berikut:

Tabel IV.1: Tabel scoring untuk menentukan urutan prioritas kegiatan


Efektifitas Efisiensi Hasil
No Kegiatan 𝑀×𝐼×𝑉
M I V C 𝑃=
𝐶
1. Upaya pencegahan BBLR 4 4 3 3 16
2. Upaya penanganan BBLR 4 4 3 4 9
3. Upaya peningkatan pelayanan
2 3.5 3 3 7
kesehatan

Keterangan:
M : Magnitude, yaitu besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi/kegiatan ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain).
I : Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah.
V : Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini dilaksanakan.
C : Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah.
P : Hitunglah P (Prioritas kegiatan/ pemecahan masalah).
Hasil penentuan prioritas terbanyak dari kelompok kami memberi skor 16 pada
kegiatan Pencegahan BBLR.

14
B. POA (Plan Of Activity)

Tabel IV.2: Rencana Kegiatan Prioritas (Plan of Activity/POA) Upaya Pengendalian BBLR
VOLUME RINCIAN LOKASI TENAGA KEBUTUHAN
NO KEGIATAN SASARAN TARGET JADWAL
KEGIATAN KEGIATAN PELAKS. PELAKSANA PELAKSANAAN
1. Perencanaan - ibu hamil - 75% ibu - 20 ibu yang - Menyediakan daftar Puskesmas Petugas dari April 2019 - Alat tulis
Kegiatan - ibu yang bayinya yang bayinya lahir nama penduduk Anggrek instansi - LCD dan Proyektor
lahir rendah bayinya lahir rendah (tokoh masyarakat) pemerintahan dan - Meja dan kursi
- calon ibu rendah - 35 ibu hamil - Mengobservasi staf puskesmas - Laptop
- remaja perempuan - 70% ibu - 50 calon ibu faktor-faktor yang setempat meliputi - Pemateri
hamil - 15 remaja mempengaruhi dokter Eva, bidan, - Konsumsi
- 60% calon perempuan kejadian BBLR dan perawat.
ibu - Membuat rincian
- 40% remaja kegiatan
perempuan - Mendata keperluan
barang dalam
kegiatan
- Membuat proposal
kegiatan
2. Menyiapkan Kader kesehatan - Staf - 10 staf kesehatan - Membentuk kader Puskesmas Kader kesehatan April 2019 - Alat tulis
tenaga dan baru dan staf kesehatan - 10 Kader baru untuk Anggrek baru dan staf - Data kader kesehatan
perlengkapan kesehatan setempat 100% kesehatan baru menangani kasus kesehatan setempat baru dan staf
(dokter Eva, bidan, - Kader BBLR yang dibina (dokter Eva, bidan, kesehatan
dan perawat) kesehatan langsung oleh dr. dan perawat)
baru 100% Eva.

15
- Membagi job desk - Daftar keperluan
para staf kesehatan barang dalam
- Menyediakan kegiatan
tempat pelaksanaan - Proposal kegiatan
kegiatan
- Melengkapi barang
keperluan acara
- Mendata banyaknya
dana yang
diperlukan
- Mengirimkan
proposal kegiatan
ke kepala
puskesmas Anggrek
3. Penyebaran - ibu hamil - 75% ibu - 20 ibu yang - Mengumumkan Desa wilayah Kader kesehatan Mei 2019 - Surat ijin dari kepala
informasi - ibu yang bayinya yang bayinya lahir informasi Puskesmas dan staf kesehatan Puskesmas Anggrek
pelaksanaan lahir rendah bayinya lahir rendah penyelenggaraan Anggrek setempat (dokter - Alat pengeras suara
promosi - calon ibu rendah - 35 ibu hamil kegiatan promosi Eva, bidan, dan - Daftar nama
kesehatan - remaja perempuan - 70% ibu - 50 calon ibu kesehatan perawat) penduduk
hamil - 15 remaja - Menyebar undangan - Surat undangan bagi
- 60% calon perempuan penduduk
ibu
40% remaja
perempuan

16
4. Upaya - ibu hamil - 75% ibu - 20 ibu yang - Penyuluhan tentang Balai Desa di Kader kesehatan Juni 2019 - Alat kebutuhan
Pencegahan - ibu yang bayinya yang bayinya lahir BBLR(penyebab, wilayah baru, staf kesehatan penyuluhan
BBLR lahir rendah bayinya lahir rendah gejala, dan Puskesmas setempat (dokter (microphone,
- calon ibu rendah - 35 ibu hamil penanganan ) Anggrek Eva, bidan, dan proyektor, laptop,
- remaja perempuan - 70% ibu - 50 calon ibu - Menjelaskan tentang perawat), file penyuluhan,
hamil - 15 remaja program perawatan sound, dll)
- 60% calon perempuan metode kanguru - Daftar nama
ibu untuk bayi yang penduduk untuk
- 40% remaja lahir rendah. kehadiran
perempuan - Edukasi seputar - Poster dan pamflet
kehamilan (status - Surat ijin
gizi, kondisi ibu saat pelaksanaan kegiatan
hamil, pemeriksaan penyuluhan
ANC dan K4, usia
ideal wanita untuk
hamil dan anjuran
untuk melaksanakan
kehamilan)
- Edukasi tentang
program KB
- Edukasi mengenai
dampak dari
pernikahan dini

17
- Mengadakan senam
dan yoga untuk ibu
hamil
- Membagikan leaflet
tentang BBLR
- Menempelkan poster
ayo cegah BBLR di
sekitar Puskesmas
Anggrek.

5. Evaluasi - Kepala puskesmas - 100% Kader - 1 kepala - evaluasi tentang Puskesmas Kader kesehatan Juli 2019 - Alat tulis
program - Kader kesehatan kesehatan baru puskesmas keberhasilan Anggrek dan staf kesehatan - Daftar nama
kegiatan baru dan staf dan staf - 10 Kader progam pencegahan setempat (dokter, penduduk dan
kesehatan setempat kesehatan kesehatan baru BBLR yang bidan, dan perawat) penderita
- Ibu dengan bayi setempat dan staf nantinya akan di - Laporan masing-
lahir rendah - 30% Ibu kesehatan follow up setiap 3 masing kegiatan
- Ibu hamil dengan bayi - Masing-masing bulan sekali - Alat pengeras suara
- Calon ibu lahir rendah, 10 Ibu dengan - Kuesioner
- Remaja perempuan ibu hamil, bayi lahir pelaksanaan kegiatan
calon ibu,dan rendah, ibu
remaja hamil, calon
perempuan ibu,dan remaja
perempuan

18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Menurut pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kasus Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) dapat dicegah melalui program sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan BBLR


1. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, calon ibu, dan remaja perempuan
tentang penyebab, gejala, dan penanganan BBLR.
2. Melaksanaan program perawatan metode kanguru untuk bayi yang lahir rendah.
3. Memberikan edukasi mengenai pentingnya status gizi dan kondisi ibu pada masa
kehamilan kepada ibu hamil dan calon ibu guna menekan adanya kasus BBLR.
4. Memberikan edukasi mengenai pentingnya usia ideal wanita untuk hamil dan
anjuran untuk melaksanakan kehamilan.
5. Memberikan edukasi tentang program KB kepada pasangan yang sudah
menikah.
6. Memberikan pengetahuan mengenai dampak dari pernikahan dini kepada
masyarakat khususnya para orang tua dan remaja perempuan.
7. Memberikan penyuluhan tentang ANC dan K4 untuk ibu hamil.
8. Mengadakan senam dan yoga untuk ibu hamil setiap minggunya guna
meminimalisir terjadinya stress maternal.
9. Membagikan leaflet tentang BBLR kepada masyarakat.
10. Menempelkan poster ayo cegah BBLR di sekitar Puskesmas Anggrek.

b. Upaya penanganan BBLR


1. Memberikan susu formula khusus untuk bayi yang lahir rendah.
2. Memberikan suplemen seperti vitamin D, kalsium, fosfor, dan zat besi bagi
bayi yang lahir rendah.
3. Memberikan suplemen Fe dan makanan bergizi untuk ibu hamil khusunya ibu
hamil dengan kondisi anemia.
4. Pemberian suplemen dan makanan yang dapat meningkatkan berat badan
untuk ibu hamil yang tergolong berat badan rendah dan status gizi kurang.

19
c. Upaya peningkatan pelayanan kesehatan
1. Membentuk kader-kader baru yang sadar akan pentingnya pelayanan kesehatan
oleh dr. Eva.
2. Mengadakan pelayanan kesehatan secara gratis kepada masyarakat khususnya
untuk calon ibu, ibu hamil, bayi, dan remaja perempuan
3. Meningkatkan status pelayanan antenatal dengan pemeriksaan ANC dan K4
gratis untuk ibu hamil.
4. Mengadakan konsultasi tentang kehamilan untuk ibu hamil dan calon ibu.
5. Mencetuskan gerakan menyusu eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan atau
lebih.
6. Pemasangan KB gratis untuk perempuan yang sudah menikah.

B. Saran
Untuk mengatasi permasalahan Berat Bayi Lahir Rendah perlu dilakukan upaya
pencegahan dini berupa penyuluhan dan edukasi terkait dengan faktor-faktor risiko
yang menyebabkan adanya berat bayi lahir rendah. Diharapkan nantinya upaya
pencegahan ini dapat menurunkan prevalensi kejadian BBLR di wilayah Puskesmas
Anggrek.

20
DAFTAR PUSTAKA

Mahayana, Sagung Adi Sresti, Eva Chundrayetti, dan Yulistini. 2015. Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M. Djamil
Padang, Jurnal Kesehatan Andalas, Vol.4, No.3.
Sholiha, Hidayatush dan Sri Sumarmi. 2015. Analisis Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) Pada Primigravida, Media Gizi Indonesia, Vol.10, No.1.
Hidayati, Isti. (2016). FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PRAMBANAN. Universitas ‘Aisyiyah.
YOGYAKARTA. Dalam
http://digilib.unisayogya.ac.id/2004/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf diakses
pada 9 April 2019 pukul 13.53

Hidayatush Sholiha, Sri Sumarmi, (2015). Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1
Januari–Juni 2015: hlm. 57–63. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia. Dalam https://e-
journal.unair.ac.id/MGI/article/viewFile/3127/2284 diakses pada 09 April
2019 pukul 13: 52

21

Anda mungkin juga menyukai