Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG ASUHAN GIZI DI RUMAH


SAKIT (PKL RS) RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA

Tahun Ajaran 2014/2015

Oleh :
Putri Indriani Setiawan I14110025

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014/2015
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANG ASUHAN GIZI
DI RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

Tahun Ajaran 2014/2015

Oleh :
Putri Indriani Setiawan I14110025

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014/2015
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia dan rahmat Allah sehingga penulis dapat
menyelesaikan kegiatan praktik kerja lapang (PKL) bidang asuhan gizi di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 3-22
November 2014. Kegiatan PKL ini memberikan banyak manfaat bagi penulis
sehingga penulis mendapatkan lebih banyak ilmu, pengetahuan, dan pengalaman
bekerja sebagai ahli gizi di rumah sakit. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan PKL, antara lain:
1. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, M.Si sebagai pembimbing akademis yang
telah memberikan nasihat dan dukungan kepada penulis selama
kegiatan PKL berlangsung.
2. Ibu Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes sebagai Kepala Instalasi Gizi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah membimbing dan
menerima penulis dengan baik sebagai mahasiswa PKL.
3. Ibu Ferina Darmarini, Ibu Tri Endang Irawati, SKM, M.Kes, Ibu Sri
Rejeki Wahyuningrum, SKM, dan Mbak Diah sebagai pembimbing
PKL di rumah sakit yang telah membimbing dan menerima penulis
dengan baik selama PKL.
4. Ibu Ari Wijayanti, DCN, MPH sebagai Kepala Pelayanan Gizi Gedung
A yang telah membimbing dan menerima penulis dengan baik selama
PKL.
5. Ibu Y Endang Budiwiarti, SKM, MPH dan Hj. Lora Sri Nofi,
GradDipHumNutr, MNutrDiet, RD sebagai pembimbing PKL di
Pelayanan Gizi Ilmu Kesehatan Anak yang telah membimbing dan
menerima penulis selama PKL.
6. Mbak Rofi Nur Hanifah, S.Gz sebagai pembimbing PKL di Pelayanan
Jantung Terpadu (PJT) yang telah membing dan menerima penulis
dengan baik selama PKL.
7. Kakak pembimbing (Mbak Maya, Mbak Wita, Mbak Miha, Mbak
Rima, Mbak Nurul, Mbak Ajeng, Mbak Dian, Mbak Vita, Mbak Tyas,
Mbak Dhianti, Mbak Suci) yang telah meluangkan waktunya dan
membagi ilmunya kepada penulis selama PKL.
8. Kakak pembimbing di Poliklinik Gizi (Ibu Eka dan Mbak Retno) yang
telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya mengenai teknik
konsultasi gizi kepada penulis selama PKL.
9. Seluruh pramusaji di pantry Gedung A dan PJT yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan PKL.
10. Seluruh perawat, dokter, dan pegawai RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo yang telah bekerja sama dengan penulis selama PKL.
11. Pasien dan keluarga pasien rawat inap serta rawat jalan di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo yang telah bekerja sama dengan penulis selama
PKL.
12. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, serta doa baik materil dan moril.
13. Teman-teman kelompok PKL RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang
telah bekerja sama dengan baik selama PKL.
ii

14. Teman-teman Departemen Gizi Mayarakat IPB angkatan 48 yang telah


memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan sehingga
kritik dan saran penulis butuhkan agar laporan ini menjadi lebih baik. Semoga
laporan PKL ini dapat bermanfaat untuk semua pihak.

Bogor, November 2014

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT DALAM
(POST LAPARATOMY SURGICAL STAGING e.c CARCINOMA
ENDOMETRIUM STADIUM IB HIGH RISK, HIPERTENSI STADIUM
II DENGAN HHD, CHF FC II-III e.c HHD, HIPOALBUMINEMIA,
LEUKOSITOSIS REAKTIF dd/INFEKTIF 5
Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 5
Identitas Pasien 7
Gambaran Penyakit Pasien 8
Skrining Gizi 10
Proses Asuhan Gizi Terstandar 10
Resume 18
PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN BEDAH (PULMONARY
ATRESIA – INTACT INTERVENTRICULAR SEPTAL, PASCA PTBV
ABANDONED) 21
Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 21
Identitas Pasien 21
Gambaran Penyakit Pasien 22
Skrining Gizi 23
Proses Asuhan Gizi Terstandar 23
Resume 28
PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN ANAK (GLOBAL
DEVELOPMENTAL DELAY, DIARE AKUT TANPA
DEHIDRASI, HIPOKALEMIA, GIZI BURUK MARASMIK) 33
Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 33
Identitas Pasien 34
Gambaran Penyakit Pasien 35
Skrining Gizi 35
Proses Asuhan Gizi Terstandar 36
Resume 42
SIMPULAN DAN SARAN 43
Simpulan 43
Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 47
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Terapi obat pasien penyakit dalam 8


Tabel 2 Data antropometri pasien tanggal 5 November 2014 10
Tabel 3 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 4 dan 8 November 2014 11
Tabel 4 Data klinis dan fisik pasien tanggal 5 November 2014 11
Tabel 5 Hasil anamnesis total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat 12
Tabel 6 Bentuk implementasi diet selama 3 hari intervensi 14
Tabel 7 Perkembangan antropometri pasien 15
Tabel 8 Perkembangan hasil pemeriksaan laboratorium 15
Tabel 9 Perkembangan klinis/fisik pasien selama 3 hari intervensi 16
Tabel 10 Perkembangan asupan dan kecukupan zat gizi 17
Tabel 11 Terapi obat pasien bedah 22
Tabel 12 Data antropometri pasien tanggal 14 November 2014 23
Tabel 13 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13 November 2014 23
Tabel 14 Data klinis dan fisik pasien tanggal 14 November 2014 24
Tabel 15 Hasil anamnesis total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat 24
Tabel 16 Perkembangan antropometri pasien 26
Tabel 17 Perkembangan hasil pemeriksaan laboratorium 26
Tabel 18 Perkembangan klinis/fisik pasien selama 3 hari intervensi 27
Tabel 19 Perkembangan asupan dan kecukupan zat gizi 27
Tabel 20 Perkembangan balans cairan pasien 28
Tabel 21 Terapi obat pasien anak 35
Tabel 22 Data antropometri pasien tanggal 18 November 2014 36
Tabel 23 Data klinis dan fisik pasien tanggal 18 November 2014 36
Tabel 24 Total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat SMRS 37
Tabel 25 Total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat MRS 37
Tabel 26 Perkembangan antropometri pasien 39
Tabel 27 Perkembangan hasil pemeriksaan laboratorium 40
Tabel 28 Perkembangan klinis/fisik pasien selama 3 hari intervensi 40
Tabel 29 Perkembangan asupan dan kecukupan zat gizi 41
Tabel 30 Perkembangan balans cairan pasien 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Patofisiologi penyakit kanker, hipertensi, dan gagal jantung 7


Gambar 2 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari
intervensi pasien penyakit dalam 17
Gambar 3 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari
Intervensi pasien bedah 28
Gambar 4 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari
Intervensi pasien anak 42
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Makanan yang dihabiskan pasien penyakit dalam hari ke-1 47


Lampiran 2 Makanan yang dihabiskan pasien penyakit dalam hari ke-2 47
Lampiran 3 Makanan yang dihabiskan pasien penyakit dalam hari ke-3 48
Lampiran 4 Makanan yang dihabiskan pasien bedah 48
Lampiran 5 Makanan yang dihabiskan pasien anak 48
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Permasalahan masalah gizi di Indonesia menjadi semakin kompleks. Hal


ini disebabkan timbulnya masalah baru selain masalah kekurangan gizi salah
satunya masalah gizi lebih. Permasalahan gizi kurang dan gizi lebih menjadi
masalah gizi ganda di Indonesia. Prevalensi gizi buruk tahun 2013 (5.7%)
meningkat dibandingkan tahun 2010 (4.9%). Prevalensi gizi kurang juga
mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 0.9% dari tahun 2007.
Prevalensi obesitas penduduk laki-laki lebih tinggi pada tahun 2013 (19.7%)
dibandingkan tahun 2010 (7.8%) dan prevalensi obesitas penduduk wanita pada
tahun 2013 juga mengalami peningkatan sebesar 18.1% dari tahun 2007 (Depkes
2013).
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah gizi yang harus ditangani
secara intensif. Penderita gizi kurang dan gizi buruk tidak hanya terajadi pada
penduduk miskin tetapi juga dapat terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit.
Penelitian Lipoeto (2006) di rumah sakit Padang dengan jumlah subjek penelitian
sebanyak 30 pasien menunjukkan bahwa 56.7% pasien rawat inap mengalami gizi
kurang. Tingginya prevalensi pasien rawat inap rumah sakit yang menderita gizi
buruk atau gizi kurang dapat merugikan berbagai pihak. Pasien dapat dirugikan
karena menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit, memperbesar biaya
pengeluaran untuk perawatan di rumah sakit, serta meningkatkan risiko terkena
penyakit lain. Salah satu penyebab terjadinya gizi buruk atau gizi kurang pada
pasien rawat inap di rumah sakit adalah asupan energi dan zat gizi pasien yang
kurang.
Terapi gizi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
pasien rawat inap dan rawat jalan. Terapi gizi di rumah sakit diatur dalam sistem
PGRS. PGRS merupakan pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan
pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh
sehingga praktisi gizi di rumah sakit perlu memiliki keterampilan, pengetahuan,
dan pengalaman yang baik untuk melaksanakan sistem pelayanan gizi rumah sakit
(Yuwono 2013).
Pelayanan gizi rumah sakit yang harus dilakukan ahli gizi di rumah sakit
umum pusat nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta terdiri dari empat bidang
yaitu asuhan gizi rawat inap, asuhan gizi rawat jalan, pelayanan makanan, serta
pengembangan dan penelitian. Ahli gizi yang bertugas khusus untuk memberikan
asuhan gizi rawat inap dan rawat jalan harus melakukan pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi, dan monitoring serta evaluasi.
Ahli gizi, perawat, dokter, dan farmasi saling bekerja sama dalam
meningkatkan kesehatan pasien. Perawat membantu ahli gizi dengan melakukan
skrining gizi, dokter membantu ahli gizi dengan berdiskusi mengenai diet yang
sesuai dengan kondisi pasien, dan farmasi bekerja sama dengan ahli gizi mengenai
interaksi obat serta efek samping dari obat yang diberikan sehingga ahli gizi dapat
mempertimbangkan hal tersebut dalam menentukan diet yang diberikan kepada
pasien.
2

Pengkajian gizi dilakukan dengan melihat tanda klinis pasien dan nilai
laboratorium dalam rekam medik pasien, mengukur antropometri pasien, serta
mewawancara riwayat personal dan riwayat gizi pasien secara langsung agar
dapat menentukan masalah gizi pada pasien sehingga dapat memberikan
intervensi gizi yang tepat. Diagnosis gizi yang ditentukan oleh ahli gizi harus
tepat sesuai dengan masalah pasien kemudian diidentifikasi penyebab masalah
gizi pasien yang ditandai oleh gejala/tanda pada pasien. Langkah selanjutnya ahli
gizi menentukan tujuan intervensi dan memberikan intervensi berupa diet
dan/atau konseling gizi yang tepat sesuai masalah pasien. Ahli gizi juga harus
melakukan monitoring antropometri, biokimia, klinis/fisik, dan asupan pasien
serta mengevaluasi intervensi yang telah diberikan.
Monitoring dan evaluasi pada pasien rawat inap dapat dilakukan secara
langsung dengan mengunjungi pasien selama pasien dirawat di rumah sakit.
Pasien yang dirawat jalan dapat dimonitor keadaannya saat pasien datang kembali
ke poliklinik gizi RSCM untuk mendapatkan konseling gizi kembali. Ahli gizi
juga dapat mengevaluasi intervensi yang diberikan kepada pasien rawat jalan saat
pasien datang kembali ke poliklinik gizi.
Mayor Ilmu Gizi yang dikelola oleh Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor berupaya menghasilkan
sarjana gizi yang berkompeten dalam melakukan kewajiban-kewajiban sebagai
ahli gizi. Upaya tersebut dicapai dengan menggunakan kurikulum yang disusun
berdasarkan kompetensi utama Ilmu Gizi dan berpedoman pada Kurikulum Gizi
yang ditetapkan oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi). Kompetensi utama
Ahli Gizi lulusan S1 terdiri dari kompetensi dasar, kompetensi penekanan gizi
klinik/dietetik, dan kompetensi penekanan gizi institusi/manajemen sistem
pelayanan makanan. Seorang lulusan S1 gizi harus memiliki kemampuan
melakukan asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi untuk memenuhi kompetensi penekanan gizi klinik/dietetik.
PKL (praktik kerja lapang) di rumah sakit dilaksanakan untuk membuat
mahasiswa gizi dapat melatih keterampilan klinik/dietetik jika diberikan tugas
secara langsung oleh pembimbing lapang di rumah sakit. Salah satu rumah sakit
yang menjadi tempat PKL mahasiswa Ilmu Gizi IPB adalah rumah sakit umum
pusat nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo).
Tugas mahasiswa dalam melakukan PKL di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
adalah membuat studi kasus yang terdiri dari kasus pada pasien anak serta kasus
pada pasien bedah dan penyakit dalam.

Tujuan

Tujuan Umum
Membuat asuhan gizi pada kasus pasien anak serta pasien bedah dan
penyakit dalam.

Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pasien.
2. Mengidentifikasi risiko malnutrisi melalui skrining gizi.
3

3. Melakukan asesmen gizi meliputi pengkajian antropometri, biokimia,


klinis/fisik, riwayat gizi, dan riwayat personal pasien.
4. Menetapkan diagnosis gizi berdasarkan problem, etiologi, dan tanda gejala
yang dialami pasien.
5. Melakukan intervensi gizi meliputi tujuan intervensi dan implementasi
(pemberian diet) pada pasien.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi gizi selama intervensi gizi meliputi
asupan gizi, antropometri, data biokimia, dan klinis/fisik.
4
5

PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT


DALAM (POST LAPARATOMY SURGICAL STAGING e.c
CARCINOMA ENDOMETRIUM STADIUM IB HIGH RISK,
HIPERTENSI STADIUM II DENGAN HHD, CHF FC II-III e.c
HHD, HIPOALBUMINEMIA, LEUKOSITOSIS
REAKTIF dd/INFEKTIF

Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi

Kanker endometrium merupakan kanker paling utama keempat yang


terjadi pada wanita di Amerika Serikat dan merupakan keganasan ginekologi yang
paling sering didiagnosis. Sekitar 46 470 wanita Amerika didiagnosis menderita
kanker endometrium pada tahun 2011 (Siegel 2011). Sepanjang tahun 1993-2004,
ditemukan penderita kanker endometrium di RSCM sebanyak 72 kasus dan
dijumpai sebanyak 63.9% penderita merupakan wanita berusia > 50 tahun (Rasjidi
2010).
Kanker endometrium merupakan tumor ganas yang berasal dari lapisan
dinding rahim yang disebut endometrium. Kanker endometrium terjadi saat sel
endometrium mengalami perubahan dan mulai tumbuh tidak terkontrol. Sel
tersebut semakin lama akan terus tumbuh dan bertambah banyak sehingga
membentuk tumor (Rasjidi 2010). Tumor yang tumbuh dapat menjadi tumor jinak
atau tumor ganas. Tumor ganas pada endometrium dapat menjadi kanker
endometrium setelah tumor ganas menyebar (metastasis) melalui pembuluh darah
(Nelms 2010).
Tanda dan gejala kanker endometrium adalah perdarahan pra dan pasca-
menopause dalam jangka waktu yang lama (Otto 2005). Selain itu, gejala lain
yang terjadi adalah perdarahan pada rahim yang abnormal, siklus menstruasi yang
abnormal, serta perdarahan pada vagina yang lama dan sering terjadi pada wanita
usia > 40 tahun (Schorge 2008).
Terapi medis yang dilakukan untuk pasien kanker adalah kemoterapi,
radiasi, bedah, atau gabungan di antaranya. Kanker endometrium biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengambil sel kanker yang terdapat di dalam
endometrium melalui pembedahan laparatomi atau pembedahan perut.
Pembedahan di perut dapat menyebabkan rasa mual pada pasien dan membuat
nafsu makan pasien menurun sehingga pasien berisiko mengalami malnutrisi
(Mahan 2008). Jika hal tersebut tidak segera diatasi, pasien dapat mengalami
kaheksia yang menyebabkan kematian (Nelms 2010).
Asuhan gizi yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah malnutrisi pada
pasien kanker. Kebutuhan energi pada pasien kanker sebesar 25-25 kkal/kg berat
badan ideal. Kebutuhan protein perlu diperhatikan untuk mencegah atau
mengurangi keseimbangan nitrogen negatif. Kebutuhan protein sebesar 1-1.5 g/kg
untuk pasien dengan kanker stadium 1. Pasien kanker dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan dengan jumlah sedikit tapi sering (Nelms 2010).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah kronis. Tekanan darah
sistol/diastol pada penderita hipertensi lebih dari sama dengan 140/90 mmHg.
Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa adalah normal jika tekanan darah <
6

120/80 mmHg, prehipertensi 120-139/80-89 mmHg, hipertensi stage I 140-


159/90-99 mmHg, hipertensi stage II ≥ 160/100 mmHg (Hurst 2008). Hipertensi
biasa disebut sebagai silent killer karena biasanya gejala hipertensi tidak
dirasakan. Hipertensi seringkali didiagnosis saat tekanan darah sudah sangat
tinggi. Sebanyak 57 356 orang di Amerika pada tahun 2005 meninggal karena
hipertensi (Nelms 2010).
Hipertensi terbagi menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer dan sekunder.
Hipertensi primer menyerang hampir 90% kasus hipertensi. Penyebab hipertensi
primer belum dapat diketahui. Hipertensi sekunder terjadi akibat masalah utama
lainnya seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, kelainan endokrin, atau kelainan
saraf. Meskipun penyebab hipertensi primer belum jelas diketahui, hipertensi
primer mungkin saja dapat disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat
seperti tingginya asupan natrium, merokok, jarang olahraga, stress, minum
alkohol, dan obesitas (Nelms 2010).
Penderita hipertensi dapat mensekresi vasopresin yang berlebih dari
hipotalamus dan memproduksi angiotensinogen berlebih yang menyebabkan
produksi angiotensin II meningkat. Vasopresin dan angiotensin II menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah dan tahanan perifer sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah (Nelms 2010). Tanda dan gejala hipertensi adalah penurunan ouput
urin, batuk, sesak napas, ortopnea, lemas, takikardi, dan pusing (Hurst 2008).
Hipertensi lama-kelamaan menyebabkan penyakit HHD (hipertensive heart
disease).
Tatalaksana diet pada penderita hipertensi adalah pemberian edukasi
mengenai pemilihan makanan dan gaya hidup yang sehat. Makanan yang
dikonsumsi sebaiknya beragam dari berbagai jenis makanan. Selain itu, kurangi
konsumsi makanan tinggi natrium dan tingkatkan konsumsi makanan tinggi serat
seperti buah dan sayur. Pengaturan stres juga perlu dilakukan dan mulai untuk
berolahraga atau beraktivitas fisik yang lebih tinggi. Penurunan berat badan juga
sebaiknya dilakukan untuk individu dengan status gizi obesitas sedangkan
mempertahankan berat badan tetap ideal juga dianjurkan bagi individu yang
memiliki status gizi normal (Nelms 2010).
CHF (congestive heart failure) merupakan kegagalan kapasitas ventrikel
untuk mengeluarkan darah dari jantung atau untuk mengisi darah sehingga suplai
darah ke seluruh tubuh tidak cukup. Suplai darah yang tidak cukup menyebabkan
kelelahan, lemah, dan dyspnea (sesak napas) (Nelms 2010).
Penyebab utama terjadinya CHF atau gagal jantung adalah penyakit
jantung iskemik, hipertensi, dan dilated cardiomyopathy. Hipertensi merupakan
penyebab utama CHF pada wanita sedangkan penyakit jantung iskemik
merupakan penyebab utama gagal jantung pada pria. Sekitar 30% kasus gagal
jantung merupakan turunan genetik (Nelms 2010).
CHF terbagi menjadi dua berdasarkan ventrikel jantung yang mengalami
kerusakan. CHF kiri terjadi saat ventrikel kiri tidak mampu memompa darah
sehingga menurunkan sistem cardiac output dan menyebabkan penurunan aliran
darah ginjal sehingga menstimulasi sekresi renin-angiotensin dan aldosteron. Hal
ini menyebabkan aliran darah ventrikel kiri balik ke vena pulmonalis dan
menyebabkan tekanan dalam kapiler paru-paru menjadi tinggi sehingga terjadi
edema pulmonal. Tanda dan gejala CHF kiri adalah sesak napas, takikardi, lemas,
batuk tidak berdahak, dan ortopnea (Hurst 2008). CHF kanan dapat menyebabkan
7

aliran darah balik ke dalam sirkulasi sistemik (vena cava) sehingga meningkatkan
tekanan vena dan menyebabkan edema pada kaki dan hati serta organ abdominal
lainnya (Nelms 2010). Tanda dan gejala CHF kanan adalah asites, edema,
anoreksia, mual, hepatomegali, dan splenomegali (Hurst 2008).
Intervensi gizi yang paling utama dilakukan adalah konsultasi gizi secara
individual untuk mengonsumsi makanan yang beragam, menurunkan asupan
natrium, menurunkan konsumsi makanan berlemak, dan mempertahankan berat
badan ideal. Patofisiologi kanker endometrium, hipertensi, dan CHF ditunjukkan
Gambar 1 di bawah ini (Nelms 2010).

Obesitas, diet tinggi lemak, fungsi imun menurun, dan


zat karsinogenik (radiasi, polusi, makanan dibakar)

Mutasi DNA sel normal (inisiasi)

Pembentukan sel tumor (promosi)

Progresi
Sel tumor ganas Sel tumor jinak

Metastasis

Hipertensi

Cardiac output meningkat

Beban kerja ventrikel kiri atau kanan jantung terus meningkat

Kemampuan kerja ventrikel kanan atau kiri menurun

Suplai darah berkurang

Hipertensive heart disease

Congestive heart failure


Gambar 1 Patofisiologi penyakit kanker, hipertensi, dan gagal jantung

Identitas Pasien

Nama : Ny. JL
No. rekam medik : 398-83-11
Tanggal lahir : 1 Juli 1945
Usia : 69 tahun
Masuk RSCM : 31 Oktober 2014
Ruang rawat : 219 B
Agama : Islam
Pendidikan : SD
8

Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Tanggal pengamatan : 5-8 November 2014

Gambaran Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Pasien


Ny. JL berusia 69 tahun datang ke RSCM dengan keluhan utama
perdarahan di vagina sejak 3 tahun lalu dan pernah dilakukan kiret pada Oktober
2014 tetapi perdarahan masih terjadi.

Diagnosis Medis
- Post Laparatomy Surgical Staging e.c Carcinoma Endometrium Stadium
IB High Risk
- Hipertensi stadium II dengan HHD
- Hipoalbuminemia
- Leukositosis reaktif dd/ infektif
- CHF FC II-III e.c HHD

Terapi Medis
Pasien telah menjalani laparatomy surgical staging pada tanggal 3
November 2014 dengan total abdominal hysterectomy, bilateral
salphingoovorectomy, bilateral pelvic lymphadenectomy, paraortic
lymphodenectomy. Pasien diberikan aminofluid dari tanggal 3 November sampai 5
November 2014 sebanyak 1000 ml/24 jam dan cairan NaCl 0.9% per 12 jam.
Pasien juga diberikan edukasi mengenai relaksasi pernapasan dalam oleh dokter
dan perawat. Pasien dipasang EKG, oksigen nasal, dan CVC pada tanggal 6
November 2014. Pasien diberikan dower cateter pada tanggal 8 November 2014.
Daftar obat yang diberikan kepada pasien ditunjukkan oleh Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Terapi obat pasien


Obat Dosis Indikasi Interaksi
Ceftriaxon 1 x 2g Obat infeksi -
untuk pasien
infeksi intra
abdominal

OMZ 1 x 40 mg Menurunkan Menghambat


asam lambung vitamin B12,
Fe

Transamin 3 x 500 mg Membantu -


pembekuan
darah
9

Obat Dosis Indikasi Interaksi


Vitamin K 3 x 10 mg Bahan -
pembentuk
faktor
pembekuan
darah (Utami
2008)
Vitamin C 2 x 200 mg Antioksidan Meningkatkan
penyerapan Fe

Bisoprolol 1 x 2.5 mg Antihipertensi -


golongan beta
blocker
dengan
memperlambat
kerja jantung
melalui
pengurangan
kontraksi otot
jantung dan
menurunkan
tekanan darah
(Widharto
2007)
Captopril 2 x 12.5 mg Obat Kalium
antihipertensi
golongan
penghambat
ACE dengan
menghambat
kerja enzim
angiotensin II
(Widharto
2007)
Furosemid 1 x 40 mg Diuretik Kalium

Dynastat 1 x 40 mg Peredam nyeri -


luka operasi
Metoclopramid 3 x 10 mg Meningkatkan -
motilitas GI
atas dan
pengosongan
lambung tanpa
mempengaruhi
sekresi
pankreatik
10

Obat Dosis Indikasi Interaksi


Ondansetron 1 x 25 g Anti mual dan -
muntah
Aldacton 1 x 25 mg Menghambat -
aldosteron
Lasix 3 x 20 mg Diuretik Kalium
Amlodipin 1 x 10 mg Antihipertensi -
Sumber : Rekam medik No 398-83-11 Gedung A, RSCM

Skrining Gizi

Alat skrining yang digunakan di RSCM untuk pasien dewasa adalah MST
(malnutrition screening tools) modifikasi. Skor MST yang didapatkan adalah 3.
Skor tersebut menunjukkan bahwa pasien berisiko sedang untuk malnutrisi
sehingga perlu dilakukan pemantuan gizi setiap 3 hari. Berdasarkan MST, pasien
mengalami penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir tetapi tidak tahu secara
pasti besar penurunannya (skor 2) dan pasien mengalami penurunan nafsu makan
(skor 1). Pasien dengan diagnosis khusus yaitu kanker dan hipertensi.

Proses Asuhan Gizi Terstandar

PAGT adalah pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan


gizi yang berkualitas melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi
identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi (Yuwono 2013).

Pengkajian Gizi
Data yang dikumpulkan dalam asesmen gizi berupa antropometri,
biokimia, klinis/fisik, riwayat gizi, dan riwayat personal. Data antropometri
didapat dari rekam medik dan pengukuran secara langsung, data biokimia dan
klinis/fisik didapatkan dari rekam medik pasien, serta data riwayat gizi dan
riwayat personal didapatkan dari wawancara secara langsung kepada pasien atau
keluarga pasien.

Antropometri
Data antropometri yang didapatkan tanggal 5 November 2014 ditunjukkan
oleh Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2 Data antropometri pasien tanggal 5 November 2014


No Indikator Nilai Interpretasi
1 Berat badan 62 kg
2 Tinggi badan 155 cm
3 Berat badan ideal 49.5 kg
4 Lingkar lengan atas 31.6 cm (105%) Gizi baik
5 Tinggi lutut N/A
6 Indeks massa tubuh N/A
11

Lingkar lengan atas pasien sebesar 31.6 cm dengan status gizi baik, berat
badan pasien berdasarkan LILA (lingkar lengan atas) adalah 62 kg sedangkan BBI
(berat badan ideal) pasien sebesar 49.5 kg. Tinggi badan pasien adalah 155 cm.

Biokimia
Data biokimia diperoleh dari rekam medik pasien terakhir tanggal 4
November 2014 dan tanggal 8 November 2014 dan ditunjukkan Tabel 3 di bawah
ni. Masalah yang dialami pasien adalah hipoalbuminemia, anemia, dan
leukositosis. Kadar GDS (gula darah sewaktu) pasien tergolong normal.

Tabel 3 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 4 dan 8 November 2014


Tanggal Pemeriksaan Nilai Nilai normal Kategori
4 November 2014 Albumin 2.6 g/dl 3.5-5.2 g/dl Rendah
Hemoglobin 10.8 g/dl 12-15 g/dl Rendah
Hematokrit 31.3 % 36-46 % Rendah
Leukosit 18 5 000 – 10 Tinggi
3 3
580/mm 000/mm
Gula darah 113 mg/dl < 140 mg/dl Normal
sewaktu
8 November 2014 Gula darah 88 mg/dl < 140 mg/dl Normal
sewaktu
Hemoglobin 9.8 g/dl 12-15 g/dl Rendah
Hematokrit 29.9 % 36-46 % Rendah
Sumber : Rekam medik No 398-83-11 Gedung A, RSCM

Klinis dan Fisik


Tabel 4 di bawah ini menunjukkan data klinis dan fisik pada tanggal 5
November 2014. Pasien mengeluh sesak napas dan nyeri pada luka operasi
sehingga pasien tampak lemah dengan kesadaran kompos mentis. Pasien
diberikan oksigen untuk membantu pernapasan. Pasien juga mengalami mual dan
nafsu makan yang berkurang. Tekanan darah pasien normal dengan denyut nadi
tinggi, suhu tubuh normal, dan laju pernapasan normal.

Tabel 4 Data klinis dan fisik pasien tanggal 5 November 2014


Tanda klinis dan fisik Hasil
Tekanan darah * (mmHg) 110/80
Nadi * (kali/menit) 88
Pernapasan * (kali/menit) 20
Suhu * (oC) 36
Mual √
Nafsu makan berkurang √
Nyeri pada luka operasi √
Sesak napas √
Tampak gemuk √
Menggunakan oksigen √
Kesadaran Kompos mentis
* Sumber : Rekam medik No 398-83-11 Gedung A, RSCM
Keterangan : (√) = ada, (-) = tidak ada
12

Riwayat Gizi
Riwayat gizi pasien dapat diketahui dengan wawancara langsung kepada
pasien atau keluarga pasien. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebelum
masuk rumah sakit pasien biasa makan utama 2 kali dalam sehari dan jarang
mengonsumsi cemilan. Pasien mengonsumsi nasi 2 porsi, lauk hewani (ikan atau
telur) 2 porsi, sayur (bayam) 2 porsi, susu (full cream) 1 porsi, gula 2 porsi, dan
minyak (minyak goreng) 2 porsi. Pasien tidak suka pisang, jeruk, tahu, tempe, dan
ayam tetapi pasien menyukai susu. Pasien mengonsumsi sayur dalam jumlah yang
sedikit dan jarang mengonsumsi buah. Tidak ada alergi makanan yang dialami
pasien. Total asupan dalam sehari SMRS (sebelum masuk rumah sakit) adalah
energi 1000 kkal, protein 31 gram, lemak 40 gram, dan karbohidrat 206 gram.
Asupan pasien saat masuk rumah sakit menjadi menurun akibat nyeri dan
sesak yang dialami pasien setelah operasi serta rasa mual yang dialamai sehingga
membuat pasien kurang nafsu makan. Pasien hanya mengonsumsi bubur saring 3
sendok makan dan makanan cair LLM (low lactose milk) 2 x 150 ml. Pasien
diberikan diet saring karena pasien baru saja dioperasi 2 hari yang lalu. Selain itu,
kondisi pasien yang lemah menyebabkan pasien sulit mengonsumsi makanan
padat dengan konsistensi yang lebih tinggi seperti makanan lunak atau biasa.
Total asupan zat gizi pasien MRS (masuk rumah sakit) adalah energi 415 kkal,
protein 12.5 gram, lemak 10.3 gram, dan karbohidrat 53 gram. Tabel 5 di bawah
ini menunjukkan total dan persentase asupan zat gizi pasien sebelum masuk
rumah sakit dan saat masuk rumah sakit.

Tabel 5 Hasil anamnesis total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
Zat gizi Kebutuhan Asupan % Asupan
SMRS MRS SMRS MRS
Energi (kkal) 1500 1000 415 67 27.7
Protein (g) 75.0 31.0 12.5 41.3 17.7
Lemak (g) 42.7 40.0 10.3 94.0 24.1
Karbohidrat (g) 206.0 124.0 53.0 60.0 25.7

Asupan energi, protein, dan karbohidrat pasien sebelum masuk rumah


sakit termasuk defisit berat karena kurang dari 70% (Depkes 1996) sedangkan
asupan lemak pasien sudah cukup. Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
pasien saat masuk rumah sakit termasuk defisit berat karena pasien tidak nafsu
makan akibat nyeri pada luka operasi dan sesak napas.

Riwayat Personal
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan tamat SD. Pasien tidak
suka olahraga. Pasien memiliki 4 orang anak. Riwayat penyakit dahulu adalah
hipertensi. Riwayat penyakit keluarga adalah diabetes melitus, hipertensi, jantung,
paru-paru, asma, alergi, dan tumor payudara sedangkan riwayat penyakit dahulu
adalah hipertensi.

Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi pasien adalah asupan energi dan protein tidak adekuat (NI
5.3) berkaitan dengan penurunan nafsu makan karena nyeri pada luka operasi,
13

mual, dan sesak napas ditandai dengan asupan energi 27.7% dan asupan protein
17.7%.

Intervensi Gizi
Intervensi gizi merupakan serangkaian kegiatan terencana dalam
melakukan tindakan kepada pasien untuk mengubah semua aspek yang berkaitan
dengan gizi pada pasien agar didapatkan hasil yang optimal (Anggraeni 2012).
Intervensi gizi meliputi tujuan intervensi, syarat dan tujuan diet, perhitungan
kebutuhan gizi, diet yang diberikan, dan konsultasi diet.

Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi gizi adalah meningkatkan asupan energi dan protein
mencapai minimal 80%.

Syarat Diet
Syarat diet pasien pasca bedah adalah memberikan makanan secara
bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa tergantung macam
pembedahan dan keadaan pasien. Syarat diet pasien pasca bedah adalah energi 25
kkal/kg berat badan ideal, protein 1.5 g/kg berat badan ideal, lemak 25% dari
kebutuhan energi, dan karbohidrat 55% dari kebutuhan energi.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Perhitungan kebutuhan gizi menggunakan perhitungan sebagai berikut.
Kebutuhan energi: 25 kkal/kg BB ideal dikoreksi dengan faktor umur (-10%),
faktor sakit (+20%), dan faktor aktivitas (+10%).
Energi = (25 kkal/kg x BBI) (- 10% + 20% + 10%) + (25 kkal/kg x BBI)
= (25 kkal/kg x 49.5 kg)(-10%+20%+10%)+(25 kkal/kg x 49.5 kg)
= 1500 kkal

Kebutuhan protein: 1.5 g/kg BBI


Protein = 1.5 x 49.5
= 75 g

Kebutuhan lemak: 25% dari kebutuhan energi


Lemak = 25% kebutuhan energi : 9
= 25% x 1500 : 9
= 42.7 g

Kebutuhan karbohidrat: (55%) kebutuhan energi


Karbohidrat = 55% kebutuhan energi : 4
= 55% x 1500 : 4
= 206 g

Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet jantung 1500 kkal per oral
dengan pemberian makanan saring 3x dalam bentuk bubur sumsum/havermut dan
snack 3x dalam bentuk puding, cake, dan biskuit + susu serta diberikan ekstra
makanan cair LLM sebanyak 1 x 250 ml dan 1 x 200 ml.
14

Tabel 6 Bentuk implementasi diet selama 3 hari intervensi


Hari ke-1 (6 Hari ke-2 (7 November Hari ke-3 (8
November 2014) 2014) November 2014)
Jenis diet Diet 1500 kkal per Diet 1500 kkal per oral Diet jantung rendah
oral dengan dengan pemberian garam 1500 kkal per
pemberian makanan makanan saring 3x oral dengan
saring 3x dalam dalam bentuk bubur pemberian makanan
bentuk bubur sumsum/havermut dan lunak 3x dalam bentuk
sumsum/havermut dan snack 3x dalam bentuk bubur biasa dan snack
snack 3x dalam puding, cake, dan 2x dalam bentuk bolu
bentuk puding, cake, biskuit + susu serta pandan dan biskuit +
dan biskuit + susu diberikan ekstra susu serta diberikan
serta diberikan ekstra makanan cair llm ekstra makanan cair
makanan cair llm sebanyak 2 x 200 ml llm sebanyak 1 x 250
sebanyak 1 x 250 ml ml dan peptisol 2 x
dan 1 x 200 ml 150 ml.

Pasien diberikan makanan saring karena nafsu makan pasien belum


membaik. LLM diberikan untuk menghindari diare jika pasien mengalami lactose
intolerance. Pasien diberikan diet jantung dalam bentuk makanan lunak berupa
bubur biasa pada hari ketiga sebagai perpindahan makanan saring ke makanan
biasa. Namun, pasien tetap diberikan ekstra makanan cair berupa peptisol 2 x 150
ml dan LLM 1 x 250 ml karena dikhawatirkan pasien belum mampu
menghabiskan makanan lunak yang diberikan. Menu makanan yang diberikan
selama tiga hari intervensi ditunjukkan Lampiran 6.
Kandungan protein LLM cukup tinggi. Pasien membutuhkan asupan
protein yang tinggi untuk mempercepat proses penyembuhan pasca bedah (Nelms
2010). Pasien juga diberikan makanan cair komersial rumah sakit berupa peptisol
yang juga berguna untuk menunjuang kebutuhan protein pasien. Peptisol
mengandung protein yang cukup tinggi dalam bentuk terhidrolisis sehingga dapat
membantu untuk membangun dan memperbaiki jaringan yang rusak seperti luka
pasca operasi pada pasien (Hartono 2006). Peptisol merupakan salah satu
makanan cair komersial yang rumah sakit yang penggunaannya dibatasi yaitu
dalam satu hari maksimal 250 ml sehingga pasien diberikan peptisol 2 x 150 ml.
Pemberian peptisol pada pasien sebanyak 300 ml melebihi jumlah maksimal yang
ditetapkan rumah sakit tetapi kelebihan jumlah peptisol yang diberikan kepada
pasien hanya 50 ml sehingga masih dapat ditoleransi. Pasien diberikan diet
jantung rendah garam untuk mengurangi asupan natrium pasien sehingga tidak
membuat tekanan darah semakin meningkat (Widharto 2007).

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


Pasien dan keluarga pasien diberikan konsultasi sebanyak 1x/hari selama
tiga hari intervensi di ruang rawat inap pasien mengenai makanan untuk penyakit
jantung dan diberitahu bahwa saat ini pasien membutuhkan zat gizi yang cukup
untuk proses penyembuhannya. Pasien dan keluarga pasien juga diberi motivasi
untuk mengonsumsi buah dan sayur yang diberikan rumah sakit. Setelah pasien
diberikan edukasi, pasien bersedia mangonsumsi buah jeruk dan pepaya yang
diberikan pada hari ketiga intervensi. Pasien juga mau mengonsumsi sayur yang
15

diberikan dari rumah sakit. Media yang digunakan untuk mengedukasi pasien
terdapat pada Lampiran 7.

Monitoring dan Evaluasi


Monitoring adalah pengawasan terhadap perkembangan keadaan pasien
serta pengawasan terhadap penanganan pasien. Sementara itu, evaluasi adalah
proses penentuan seberapa jauh tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Implementasi yang dimonitor adalah data antropometri, biokimia, klinis/fisik,
asupan, dan keluhan pasien terhadap makanan yang diberikan.

Monitoring Antropometri
Tabel 7 di bawah ini menunjukkan monitoring perkembangan
antropometri selama 3 hari intervensi. Berdasarkan Tabel 7, tidak terdapat
perubahan lingkar lengan atas selama 3 hari intervensi.

Tabel 7 Perkembangan antropometri pasien


Indikator Hari pengamatan
Hari ke-1 (6 Hari ke-2 (7 Hari ke-3 (8
november 2014) november 2014) november 2014)
LILA 31.6 cm 31.6 cm 31.6 cm
(cm)

Monitoring Biokimia
Tabel 8 di bawah ini menunjukkan perkembangan data laboratorium
selama 3 hari intervensi.

Tabel 8 Perkembangan hasil pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan Nilai normal (5 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
november (6 (7 (8
2014) november november november
2014) 2014) 2014)
Albumin 3.5-5.2 g/dl 2.6 g/dl - - -
Hemoglobin 12-15 g/dl 10.8 g/dl - - 9.8 g/dl
Hematokrit 36-46 % 31.3 % - - 29.9 %
Leukosit 5 000 – 10 18 - - -
000/mm3 580/mm3
Gula darah < 140 mg/dl 113 mg/dl - - 88 mg/dl
sewaktu
Sumber : Rekam medik No 398-83-11 Gedung A, RSCM

Berdasarkan Tabel 8, gula darah pasien mengalami penurunan pada hari


ke-3 intervensi dibandingkan hari kunjungan pertama. Kadar GDS pasien sejak
kunjungan sampai hari ke-3 intervensi masih tergolong normal. Hb (hemoglobin)
dan Ht (hematokrit) pasien masih rendah pada hari ketiga intervensi. Tidak ada
data laboratorium pada hari ke-1 dan ke-2 intervensi sehingga tidak dicantumkan.
Data laboratorium yang dikumpulkan sejak kunjungan awal hingga hari
ketiga intervensi menunjukkan bahwa pasien mengalami hipoalbuminemia,
anemia, dan leukositosis. Anemia dapat digambarkan dari nilai Hb dan Ht pasien
16

yang rendah. Anemia dapat terjadi akibat asupan pasien yang rendah dan
perdarahan (Nelms 2010). Hipoalbuminemia terjadi akibat asupan makan pasien
yang rendah sehingga sumber zat gizi yaitu protein yang membentuk albumin
tidak cukup. Leukositosis terjadi akibat infeksi dan adanya luka pasca operasi
pada pasien (Nelms 2010).

Monitoring Klinis dan Fisik


Tabel 9 di bawah ini menunjukkan perkembangan klinis/fisik pasien
selama 3 hari intervensi. Tekanan darah pasien pada intervensi hari pertama
meningkat dibandingkan saat kunjungan awal tetapi tekanan darah terus menurun
sampai hari ketiga intervensi tetapi masih tergolong tinggi. Peningkatan tekanan
darah dapat disebabkan pasien mengonsumsi telur rebus sebanyak 2 buah yang
dibawa dari rumah. Kandungan kolesterol pada telur cukup tinggi sehingga dapat
berisiko meningkatkan tekanan darah pasien yang memiliki riwayat hipertensi.
Tekanan darah pasien yang terus menurun sampai hari ketiga intervensi dapat
terjadi akibat diet rendah garam yang diberikan (Widharto 2007).

Tabel 9 Perkembangan klinis/fisik pasien selama 3 hari intervensi


Tanda klinis dan fisik (5 November Hari ke-1 (6 Hari ke-2 (7 Hari ke-3 (8
2014) November November November
2014) 2014) 2014)
Tekanan darah * 110/80 180/100 170/90 150/80
(mmHg)
Nadi * (kali/menit) 88 88 88 88
Pernapasan * 20 20 20 20
(kali/menit)
Suhu * (oC) 36 36 36 36
Mual √ √ - -
Nafsu makan berkurang √ - - -
Nyeri pada luka operasi √ √ √ -
Sesak napas √ √ - √
Tampak gemuk √ √ √ √
Menggunakan oksigen √ √ - √
Kesadaran Kompos Kompos Kompos Kompos
mentis mentis mentis mentis
* Sumber : Rekam medik No 398-83-11 Gedung A, RSCM
Keterangan : (√) = ada, (-) = tidak ada

Mual yang terjadi pada pasien semakin berkurang dan nafsu makan pasien
semakin membaik, serta nyeri pada luka operasi sudah tidak dirasakan pada hari
ke-3 intervensi. Sesak napas yang dialami pasien pada hari kedua intervensi
sudah tidak ada sehingga pasien tidak menggunakan oksigen tetapi pada hari
ketiga intervensi pasien mengalami sesak napas kembali sehingga oksigen
dipasang kembali melalui hidung.

Monitoring Asupan
Monitoring asupan dan kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
selama 3 hari intervensi ditunjukkan tabel 10 di bawah ini.
17

Tabel 10 Perkembangan asupan dan kecukupan zat gizi


Zat gizi Kebutuhan Hari ke-1 (6 Hari ke-2 (7 Hari ke-3 (8
November 2014) November 2014) November 2014)
Asupan % Asupan % Asupan %
kecukupan kecukupan kecukupan
Energi 1500 1565 104.3 1420 94.7 1000 66.7
Protein 75.0 58.8 78.4 54.0 72.0 31.6 42.1
Lemak 42.7 47.6 111.4 44.0 103.0 21.4 50.1
Karbohidrat 206.0 221.8 107.7 198.6 96.4 145.4 70.5

Berdasarkan Tabel 10, asupan pasien tergolong baik sampai hari kedua
tetapi asupan protein masih kurang. Selain itu, asupan pasien menurun pada hari
ketiga. Makanan yang dihabiskan pasien dintunjukkan Lampiran 1, 2, dan 3.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Pasien


120 111,4107,7
104,3 103
94,7 96,4
100
% kecukupan zat gizi

78,4
80 72 70,5
66,7
60 50,1
42,1
40
20
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Gambar 2 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari intervensi

Monitoring asupan pasien selama tiga hari menunjukkan asupan dan daya
terima pasien semakin baik. Asupan energi, lemak, dan karbohidrat pada hari
pertama intervensi sudah cukup tetapi asupan protein pasien masih kurang karena
pasien diberikan diet saring yang rendah zat gizi. Asupan pasien pada hari kedua
intervensi juga sudah baik tetapi asupan protein juga masih kurang karena pasien
masih diberikan diet saring. Pasien sebaiknya diberikan makanan lunak atau biasa
yang lebih lengkap zat gizinya daripada makanan saring tetapi kondisi pasien
belum membaik pada hari kedua sehingga masih diberikan diet saring.
Asupan pasien pada hari ketiga intervensi menurun karena pasien tidak
mengonsumsi makan pagi akibat sesak yang dialami pasien. Selain itu, pasien
sudah diberikan makanan lunak rendah garam berupa bubur biasa sebagai
perpindahan makanan saring ke makanan biasa dan untuk mengurangi asupan
natrium pasien karena tekanan darah pasien masih tergolong tinggi. Pasien masih
berada pada proses peralihan makanan saring ke makanan yang lebih padat
sehingga belum mampu menghabiskan makanan. Pasien juga mengaku bahwa
18

tidak menyukai tahu dan tempe karena di Papua Barat tidak terdapat tahu dan
tempe. Selain itu, pasien juga mengaku bahwa tidak menyukai pisang dan jeruk.
Pasien mengaku bahwa tidak menyukai ayam sehingga ayam yang diberikan
pada makan siang tidak dimakan.
Sejak hari pertama sampai hari ketiga intervensi, pasien jarang
mengonsumsi buah yang disediakan oleh rumah sakit. Hal ini disebabkan buah
yang disediakan adalah jeruk, pisang, dan pepaya sedangkan pasien tidak
menyukai jeruk dan pisang sehingga hanya menghabiskan pepaya pada hari
ketiga.
Pasien dapat diberikan makanan cair tinggi protein yang terbuat dari
tepung lele untuk meningkatkan asupan protein pasien selama intervensi. Hal ini
dapat menunjang asupan protein pasien yang masih kurang. Makanan cair tinggi
protein dari tepung lele mengandung energi 1021 kkal, protein 48 gram, lemak 39
gram, dan karbohidrat 125 gram. Namun, pasien dikhawatirkan menjadi semakin
mual jika mengonsumsi makanan cair dari tepung lele yang bau amis.
Evaluasi gizi dapat dilakukan untuk melihat pencapaian target dan tujuan
intervensi. Tujuan intervensi sudah tercapai pada hari pertama dan kedua karena
asupan zat gizi pasien sudah mencapai target yaitu lebih dari 80% tetapi asupan
protein belum mencapai target karena pasien diberikan diet saring yang rendah zat
gizi. Tujuan intervensi pada hari ketiga tidak tercapai karena pasien sedang belajar
untuk mengonsumsi makanan dengan konsistensi yang lebih tinggi yaitu makanan
lunak. Selain itu, pasien juga mengalami sesak napas kembali sehingga makan
pagi tidak dihabiskan. Terdapat juga beberapa makanan yang tidak disukai pasien
pada makanan lunak yang diberikan sehingga tidak semua makanan dapat
dikonsumsi oleh pasien.

Resume

Pasien didiagnosis Post Laparatomy Surgical Staging e.c Carcinoma


Endometrium Stadium IB High Risk, Hipertensi Stage II dengan HHD, CHF FC
II-III e.c HHD, Hipoalbuminemia, dan Leukositosis Reaktif dd/Infektif. Skor
MST yang didapatkan adalah 3. Status gizi pasien berdasarkan LILA/U tergolong
baik. Pasien diberikan diet saring 1500 kkal karena pasien sudah dioperasi sejak
dua hari sebelum diintervensi. Hari ketiga intervensi pasien diberikan diet jantung
rendah garam 1500 kkal dalam bentuk lunak karena tekanan darah pasien
tergolong tinggi. Kebutuhan gizi pasien adalah energi 1500 kkal, protein 75 g,
lemak 42.7 g, dan karbohidrat 206 g. Terdapat perbaikan kondisi klinis, fisik, dan
nilai laboratorium pasien selama tiga hari intervensi. Asupan makan pasien
semakin membaik. Konsultasi gizi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
pasien dapat diterapkan dengan baik oleh pasien dan keluarganya. Tujuan
intervensi pada hari pertama dan kedua sudah tercapai kecuali asupan protein dan
tujuan intervensi pada hari ketiga belum tercapai.
19
20
21

PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN BEDAH


(PULMONARY ATRESIA – INTACT INTERVENTRICULAR
SEPTAL, PASCA PTBV ABANDONED)

Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi

Atresia pulmonalis dengan intact interventricular septum adalah salah satu


penyakit jantung bawaan yang jarang terjadi. Penyakit ini terjadi di antara 1-3 %
dari semua penderita penyakit jantung bawaan. Anak yang menderita penyakit ini
akan berisiko besar untuk meninggal jika tidak dilakukan pembedahan
secepatnya. Kematian terjadi akibat hipoksia atau kekurangan oksigen dan
asidosis metabolik sekunder pada duktus arteriosis. Anak yang menderita penyakit
ini membutuhkan pembedahan yang dilakukan secara bertahap (Plunkett 2007).
Penyakit jantung bawaan atresia pulmonalis dengan intact interventricular
septum terjadi saat tidak adanya komunikasi antara ventrikel kanan dengan ateri
pulmonalis. Jenis kelainannya bervariasi tergantung derajat hipoplasia ventrikel
kanan dan katup trikuspid. Penderita penyakit ini akan mengalami kardiomegali
karena pembesaran atrium kanan. Penyebab penyakit ini belum diketahui dengan
jelas tetapi kemungkinan disebabkan oleh kegagalan atau ketidaknormalan
pembentukan katup pulmonalis saat perkembangan embrio (Plunkett 2007).
Ventrikel kanan biasanya mengalami hipoplasia dengan dinding ventrikel
yang tebal tetapi ukurannya normal dan biasanya terdapat regurgitasi tricuspid.
Aliran darah balik dari vena sistemik dan vena pulmonalis akan bercampur di
atrium kiri dan menuju ventrikel kiri untuk menyuplai darah bagi tubuh dan paru-
paru. Volume darah yang berlebihan menuju ventrikel kiri menyebabkan
hipertrofi ventrikel kiri. Tanda dan gejala penderita atresia pulmonalis dengan
intact interventricular septum adalah sianosis berat atau tubuh berwarna biru dan
takipnu atau napas cepat pada bayi baru lahir serta hepatomegali (Park 2007).
Tatalaksana diet penyakit jantung bawaan atresia pulmonalis dengan intact
interventricular septum pada anak adalah memberikan asupan zat gizi yang tepat
dengan mempertimbangkan kebutuhan cairan. Pembatasan asupan cairan
bertujuan untuk menghindari penumpukan cairan di paru-paru, perut, dan jantung
(Nelms 2010).

Identitas Pasien

Nama : An. ZA
No. rekam medik : 394-13-33
Tanggal lahir : 18 Agustus 2014
Usia : 2 bulan
Masuk RSCM : 9 November 2014
Ruang rawat : Intermediet ward
Agama : Islam
Tanggal pengamatan : 15-17 November 2014
22

Gambaran Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Pasien


An ZA didiagnosis atresia pulmonaris sejak umur 3 minggu. Pasien
mengalami sianosis (tubuh berwarna biru) saat baru lahir dan sesak napas saat
umur 3 minggu.

Diagnosis Medis
- Atresia pulmonal-intact interventricular septal
- Pasca PTBV abandoned

Terapi Medis
Pasien dioperasi BT shunt pada tanggal 11 November 2014. Pasien
dipasang CVC dan oksigen. Pasien juga diberikan beberapa obat seperti yang
ditunjukkan Tabel 11 di bawah ini.

Tabel 11 Terapi obat pasien


Obat Indikasi Efek samping Interaksi
Captopril Obat Gangguan pengecapan, Kalium
antihipertensi proteinuria, sakit
golongan kepala, letih, hipotensi,
penghambat hiponatremia.
ACE dengan
menghambat
kerja enzim
angiotensin II
Aspirin Analgesik Iritasi lambung, mual, -
muntah
Furosemid Diuretik Mual, muntah, diare, Kalium
hiperglikemia,
trombositopenia,
anemia
Aldacton Menghambat Sakit kepala -
aldosteron
Heparin Antikoagulan Demam, mual, muntah, Vitamin K, Ca
konstipasi,
trombositopenia, asma,
alergi, sakit kepala,
hiperkalemia,
hiperlipidemia
Cilostazol Memperlebar Diare -
arteri yang
menyuplai
darah ke kaki
Paracetamol Analgesik - -
Sumber : Rekam medik No 394-13-33 PJT, RSCM
23

Skrining Gizi

Alat skrining yang digunakan di RSCM untuk pasien anak adalah strong
kids. Skor strong kids adalah 2 yang menunjukkan bahwa pasien memiliki
penyakit yang berisiko menyebabkan pasien malnutrisi yaitu penyakit jantung
bawaan. Pasien berisiko sedang untuk malnutrisi sehingga perlu dilakukan
pemantuan gizi setiap 3 hari.

Proses Asuhan Gizi Terstandar

Pengkajian Gizi

Antropometri
Data antropometri yang didapatkan tanggal 14 November 2014
ditunjukkan oleh Tabel 12 di bawah ini. Berat badan hasil penimbangan langsung
adalah 4.8 kg, panjang badan hasil pengukuran langsung adalah 56 cm, dan berat
badan ideal pasien adalah 4.6 kg. Pasien terkesan gizi baik berdasarkan BB/PB.

Tabel 12 Data antropometri pasien tanggal 14 November 2014


No Indikator Nilai
1 Berat badan 4.8 kg
2 Panjang badan 56 cm
3 Berat badan ideal 4.6 kg
4 Lingkar lengan atas N/A cm
No Indeks antropometri Nilai Kesan
1 BB/U 92.3 % Gizi baik
2 PB/U 96.6 %
3 BB/PB 104.0 %
4 HA (height age) 1 bulan

Biokimia
Data biokimia diperoleh dari rekam medik pasien terakhir tanggal 13
November 2014 dan ditunjukkan Tabel 13 di bawah ini. Kadar Hb, Ht, dan
eritrosit pasien tergolong normal sedangkan kadar trombosit pasien rendah atau
trombositopenia.

Tabel 13 Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 13 November 2014


Pemeriksaan Nilai Nilai normal Kategori
Hemoglobin 12 g/dl 10.5-14 g/dl Normal
(Hb)
Hematokrit (Ht) 36.2 % 32-42 % Normal
3 3
Eritrosit 4330/mm 3900-5300/mm Normal
Trombosit 66000/µL 150000-400000/ Rendah
µL
Sumber : Rekam medik No 394-13-33 PJT, RSCM
24

Klinis dan Fisik


Tabel 14 di bawah ini menunjukkan data klinis dan fisik pada tanggal 14
November 2014. Tekanan darah, suhu tubuh, dan denyut nadi pasien tergolong
normal. Pasien mengalami batuk berdahak. Ukuran dan suhu kaki pasien sebelah
kiri lebih kecil dan dingin dibandingkan kaki sebelah kanan.

Tabel 14 Data klinis dan fisik pasien tanggal 14 November 2014


Tanda klinis dan fisik Hasil
Tekanan darah * (mmHg) 90/60
Nadi * (kali/menit) 130
Pernapasan * (kali/menit) -
Suhu * (oC) 35.2
Batuk berdahak √
Menggunakan oksigen (1 liter/menit) √
Kesadaran Kompos mentis
* Sumber : Rekam medik No 394-13-33 PJT, RSCM
Keterangan : (√) = ada, (-) = tidak ada

Riwayat Gizi
Riwayat gizi pasien dapat diketahui dengan wawancara langsung kepada
pasien atau keluarga pasien. Hasil wawancara menunjukkan bahwa selama di
rumah sakit pasien mengonsumsi susu pregestimil 8 x 50 ml per oral. Asupan
energi dan protein pasien selama di rumah sakit tergolong rendah tetapi asupan
lemak pasien tergolong baik. Tabel 15 di bawah ini menunjukkan total dan
persentase asupan zat gizi pasien saat masuk rumah sakit.

Tabel 15 Hasil anamnesis total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
Zat gizi Kebutuhan Asupan MRS % asupan MRS
Energi (kkal) 552 270 48.9
Protein (g) 16.5 7.6 46.0
Lemak (g) 15.3 15.2 99.3
Karbohidrat (g) 86.9 27.6 31.8

Riwayat Personal
Pasien merupakan anak pertama dari seorang ibu rumah tangga dan ayah
bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta. Pasien lahir normal dengan berat
badan 3.7 kg. Orang tua pasien pernah mendapat konsultasi gizi. Tidak ada
riwayat penyakit keluarga.

Diagnosis Gizi
NI 2.9 asupan makanan terbatas berkaitan dengan masalah fungsional pada
jantung ditandai oleh asupan energi 48.9% dan protein 46.0%

Intervensi Gizi

Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi gizi adalah meningkatkan asupan energi dan protein
secara bertahap mencapai minimal 90% kebutuhan.
25

Syarat Diet
Syarat diet pasien adalah memberikan makanan secara bertahap untuk
menyesuaikan kebutuhan cairannya yang dibatasi setelah dioperasi. Kebutuhan
energi pasien sebesar 120 kkal/kg berat badan ideal, protein 12% kebutuhan
energi, lemak 25% kebutuhan energi, dan karbohidrat 63% dari kebutuhan energi,
serta kebutuhan cairan pasien tanpa ada pembatasan cairan adalah 100 ml/kg berat
badan aktual. Namun, kebutuhan cairan pasca operasi sebesar 70% kebutuhan
cairan normal.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Perhitungan kebutuhan gizi menggunakan perhitungan sebagai berikut .
Energi = (BBI x 120 kkal/kg)
= (4.6 kg x 120 kkal/kg)
= 550 kkal

Kebutuhan protein: 12% kebutuhan energi


Protein = 12% kebutuhan energi : 4
= 12% x 552 : 4
= 16.5 g
Kebutuhan lemak: 25% dari kebutuhan energi
Lemak = 25% kebutuhan energi : 9
= 25% x 552 : 9
= 15.3 g

Kebutuhan karbohidrat: (63%) kebutuhan energi


Karbohidrat = 63% kebutuhan energi : 4
= 63% x 552 : 4
= 86.9 g

Kebutuhan cairan = (100 ml/kg x 4.8 kg)


= 480 ml

Kebutuhan cairan pasca operasi = 70% x 480 ml = 336 ml

Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet 550 kkal per oral dengan
pemberian susu secara bertahap mulai dari 270 kkal dalam bentuk pregestimil 8 x
50 ml. Pasien diberikan susu pregestimil karena susu tersebut merupakan susu
bebas laktosa dan digunakan untuk bayi di bawah 12 bulan. Pasien diberikan susu
tersebut untuk mencegah terjadinya diare jika pasien mengalami lactose
intolerance. Selain itu, pregestimil mengandung lemak dan protein terhidrolisis
sehingga rantainya menjadi lebih pendek. Hal ini dapat meringankan kerja saluran
pencernaan pasien yang masih berumur 2 bulan (Sears 2003).

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


Konsultasi gizi diberikan kepada ibu pasien hanya 1x selama 3 hari
intervensi di ruang rawat inap pasien mengenai kebutuhan gizi anak dan
pentingnya pemberian ASI untuk anak. Ibu pasien juga diberikan edukasi
26

mengenai MPASI, cara menyeduh susu yang benar, dan pola makan gizi
seimbang. Ibu pasien terlihat antusias saat diberikan konsultasi gizi dan dapat
membuat susu dengan benar sesuai anjuran. Media yang digunakan untuk
konsultasi gizi dapat dilihat pada Lampiran 8.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring Antropometri
Tabel 16 di bawah ini menunjukkan monitoring perkembangan
antropometri selama 3 hari intervensi. Tidak ada perubahan berat badan pasien
selama tiga hari intervensi. Namun, pasien sangat berisiko mengalami penurunan
berat badan karena asupan pasien sedikit akibat pembatasan cairan yang dilakukan
setelah operasi (Nelms 2010).

Tabel 16 Perkembangan antropometri pasien


Indikator Hari pengamatan
Hari ke-1 (15 Hari ke-2 (16 Hari ke-3 (17
November November November
2014) 2014) 2014)
Berat 4.5 4.5 4.5
badan
(kg)

Monitoring Biokimia
Tabel 17 di bawah ini menunjukkan perkembangan data laboratorium
selama 3 hari intervensi. Pasien mengalami trombositopenia pada tanggal 13
November 2014. Perkembangan nilai lab pasien tidak dapat dilihat karena data lab
selama tiga hari intervensi tidak ada.

Tabel 17 Perkembangan hasil pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan Nilai normal 13 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
November (15 (16 (17
2014 November November november
2014) 2014) 2014)
Hemoglobin 10.5-14 g/dl 12 g/dl - - -
Hematokrit 32-42 % 36.2 % - - -
3 3
Eritrosit 3900-5300/mm 4330/mm - - -
Trombosit 150000-400000/ 66000/µL - - -
µL
Sumber : Rekam medik No 394-13-33 PJT, RSCM

Monitoring Klinis dan Fisik


Tabel 18 di bawah ini menunjukkan perkembangan klinis/fisik pasien
selama 3 hari intervensi. Selama tiga hari intervensi, pasien masih menggunakan
oksigen untuk membantu pernapasan pasien. Pasien juga masih mengalami batuk
berdahak. Sementara itu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh pasien
tergolong baik pada hari pertama intervensi. Namun, laju pernapasan pasien pada
27

hari kedua dan ketiga intervensi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami sesak napas.

Tabel 18 Perkembangan klinis/fisik pasien selama 3 hari intervensi


Tanda klinis dan fisik Hari ke-1 (15 Hari ke-2 (16 Hari ke-3 (17
November November november
2014) 2014) 2014)
Tekanan darah * 90/50 110/70 80/40
(mmHg)
Nadi * (kali/menit) 120 110 120
Pernapasan * 35 12 15
(kali/menit)
Suhu * (oC) 36.2 36.5 36
Batuk berdahak √ √ √
Menggunakan oksigen √ √ √
(1 liter/menit)
Kesadaran Compos Compos Compos
mentis mentis mentis
* Sumber : Rekam medik No 394-13-33 PJT, RSCM
Keterangan : (√) = ada, (-) = tidak ada

Monitoring Asupan
Monitoring asupan dan kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
selama 3 hari intervensi ditunjukkan Tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19 Perkembangan asupan dan kecukupan zat gizi


Zat gizi Kebutuhan Hari ke-1 (15 Hari ke-2 (16 Hari ke-3 (17
November 2014) November 2014) November 2014)
Asupan % Asupan % Asupan %
kecukupan kecukupan kecukupan
Energi 552 270 48.9 216 39.1 243 44.0
Protein 16.5 7.6 46.0 6.1 37.0 6.9 42.0
Lemak 15.3 15.2 99.3 12.1 79.0 13.6 89.0
Karbohidrat 86.9 27.6 31.8 22.1 25.4 24.9 28.6

Berdasarkan Tabel 19, asupan lemak pasien pada hari pertama intervensi
tergolong baik tetapi asupan energi, protein, dan karbohidrat pasien rendah.
Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien hari kedua dan ketiga
intervensi masih tergolong rendah. Makanan yang dihabiskan pasien ditunjukkan
Lampiran 4.
Hari pertama intervensi pasien diberikan susu pregestimil 8 x 50 ml
sedangkan pada hari kedua pasien diberikan susu 8 x 40 ml karena dokter
menyarankan untuk membatasi asupan cairan yang berasal dari konsumsi susu
agar pasien tidak kembung dan bengkak. Namun, pasien diberikan susu 4 x 40 ml
dan 4 x 50 ml pada hari ketiga intervensi karena dokter menyarankan untuk
memberikan makanan kepada pasien sesuai kebutuhan secara bertahap untuk
mencegah pasien mengalami penurunan berat badan. Jika pasien terlihat bengkak,
pemberian susu dapat dikurangi.
28

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Pasien


120
99,3
100
% kecukupan zat gizi

89
79
80
60 48,9 46
39,1 37 44 42
40 31,8 28,6
25,4
20
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Gambar 3 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari intervensi

Monitoring Balans Cairan


Tabel 20 di bawah ini menunjukkan perkembangan balans cairan pasien
selama tiga hari intervensi. Balans cairan pasien sampai hari ketiga intervensi
masih belum mencapai target yang ditetapkan dokter. Balans cairan pasien selama
tiga hari intervensi menunjukkan pengeluaran cairan pasien lebih banyak daripada
asupan cairan pasien saat balans cairan bernilai negatif yaitu pada hari pertama
intervensi. Sementara itu, saat balans cairan pasien postif seperti pada hari kedua
dan ketiga intervensi menunjukkan bahwa asupan cairan pasien lebih besar
daripada cairan urin yang dikeluarkan.

Tabel 20 Perkembangan balans cairan pasien


Target Hari ke-1 (15 Hari ke-2 (16 Hari ke-3 (17
balan November November November
cairan 2014) 2014) 2014)
Balans cairan 0 -70 +35 +121
(ml)
Sumber : Rekam medik No 394-13-33 PJT, RSCM

Tujuan intervensi selama tiga hari intervensi belum tercapai karena asupan
energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien rendah. Hal ini disebabkan
pembatasan cairan yang dilakukan pada pasien setelah operasi agar pasien tidak
mengalami bengkak pada wajah dan perut.

Resume

Pasien didiagnosis pulmonary atresia-intact interventricular septal, pasca


PTBV abandoned. Skor strong kids yang didapatkan adalah 2 dengan penyakit
yang berisiko menyebabkan pasien malnutrisi. Status gizi pasien berdasarkan
29

BB/PB tergolong baik. Pasien diberikan diet 550 kkal per oral dengan pemberian
susu secara bertahap mulai dari 270 kkal dalam bentuk pregestimil 8 x 50 ml. Hari
pertama intervensi pasien diberikan susu pregestimil 8 x 50 ml sedangkan pada
hari kedua pasien diberikan susu 8 x 40 ml. Pasien diberikan susu 4 x 40 ml dan 4
x 50 ml pada hari ketiga intervensi. Kebutuhan gizi pasien adalah energi 552 kkal,
protein 16.5 g, lemak 15.3 g, dan karbohidrat 86.9 g. Kondisi fisik dan klinis
pasien tidak banyak perkembangan yang jauh berbeda sedangkan perkembangan
biokimia tidak dapat diamati. Asupan makan pasien masih tergolong rendah
akibat pembatasan balans cairan yang ditetapkan dokter setelah operasi. Ibu
pasien terlihat antusias saat diberikan konsultasi gizi dan dapat menerapkan
anjuran yang diberikan. Tujuan intervensi selama tiga hari intervensi belum
tercapai.
2
33

PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN ANAK (GLOBAL


DEVELOPMENTAL DELAY, DIARE AKUT TANPA
DEHIDRASI, HIPOKALEMIA, GIZI BURUK MARASMIK)

Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi

Perkembangan yang terlambat atau global developmental delay adalah


ketertinggalan perkembangan fisik, kognitif, perilaku, emosi, dan sosial secara
signifikan jika dibandingkan dengan anak normal dengan usia yang sama.
Prevalensi GDD diperkirakan mencapai 5-10 % dari populasi anak di dunia dan
sebagian besar anak dengan GDD memiliki kelemahan pada semua tahapan
kemampuannya (Bradley 2004).
Penyebab GDD yang paling sering adalah abnormalitas kromosom dan
malformasi otak. Selain itu, penyebab lain adalah abnormalitas perkembangan
janin saat dalam kandungan, penyakit infeksi, dan kelahiran prematur. Talaksana
diet pada GDD dilakukan dengan melatih kemampuan anak dalam mengenal
berbagai mcama makanan dengan memberikan makanan yang beragam secara
perlahan (Bradley 2004).
Gizi buruk merupakan keadaan kekurangan asupan zat gizi dalam jangka
waktu yang lama. Asupan energi dan zat gizi yang kurang dapat menyebabkan
terjadinya pemecahan simpanan lemak tubuh untuk dikonversi menjadi energi
yang digunakan untuk beraktivitas. Jika keadaan ini terus-menerus terjadi, protein
dalam tubuh termasuk otot akan diubah menjadi energi agar dapat memenuhi
kebutuhan energi sehingga terjadi atrofi otot, baggy pants, dan iga gambang
(Adiningsih 2010).
Gizi buruk dibedakan menjadi 3 jenis yaitu gizi buruk kwasiorkor, gizi
buruk marasmus, dan gizi buruk marasmus kwasiorkor. Gizi buruk marasmus
ditandai oleh wajah terlihat tua, tinggal kulit dan tulang, terdapat iga gambang dan
baggy pants, serta rambut mudah dicabut. Marasmus biasanya disertai penyakit
lain seperti diare, infeksi, penyakit saluran cerna, infeksi saluran napas bagian
atas, anemia, dan lain-lain. Bayi dan balita yang termasuk marasmus dapat dilihat
dari perkembangan berat badan menurut umur yang nilainya kurang dari – 3 SD
atau lingkar lengan atas yang kurang dari 11.5 cm (Adiningsih 2010).
Tatalaksana diet anak gizi buruk marasmus dilakukan secara bertahap.
Talakansana diet terdiri dari tiga fase yaitu fase stabilisasi, transisi, dan
rehabilitasi. Fase stabilisasi merupakan fase awal pemberian makan untuk
membuat anak beradaptasi dengan asupan makanan yang lebih banyak daripada
biasanya. Fase transisi merupakan fase tumbuh kejar untuk meningkatkan berat
badan anak. Fase rehabilitasi merupakan fase akhir dari tatalaksana gizi buruk
dengan memantau perkembangan anak saat sudah di rumah (Depkes 2011).
Anak gizi buruk yang masih berada di fase stabilisasi belum diberikan
makanan yang tinggi mengandung zat gizi. Anak diberikan makanan formula 75
(F-75) dengan asupan 80-100 kkal/kgBB/hari dan protein 1-1.5 g/kg BB/hari. ASI
tetap diberikan kepada anak yang masih mendapatkan ASI (Depkes 2011).
Fase selanjutnya adalah fase transisi. Anak diberikan makanan F-100
dengan asupan gizi 100-150 kkal/kg BB/hari dan protein 2-3 g/kg BB/hari. Fase
34

selanjutnya adalah fase rehabilitasi di mana anak diberikan makanan F-100


ditambah makanan lumat untuk anak jika anak memiliki berat badan <7 kg dan
ditambah makanan bayi jika berat badan anak > 7 kg (Depkes 2011).
Asupan gizi pada fase rehabilitasi adalah 150-220 kkal/kg BB/hari dan
protein 4-6 g/kg BB/hari. Setelah ketiga fase dilakukan, terdapat tindak lanjut
anak gizi buruk yang dilakukan di rumah yaitu kontrol kesehatan dan gizi anak
oleh petugas puskesmas melalui kegiatan posyandu. Tumbuh kembang anak
dikontrol oleh tenaga kesehatan puskesmas sampai anak berusia 5 tahun (Depkes
2011).
Diare merupakan peningkatan frekuensi pergerakan usus dan/atau
peningkatan kandungan air dalam feses yang menyebabkan konsistensi atau
volume feses yang keluar menjadi berlebih. Kejadian diare infeksius diperkirakan
mencapai 99 juta setiap tahunnya dan menyebabkan 3 100 orang meninggal di
Amerika Serikat. Sebanyak 2 juta lebih anak-anak meninggal akibat dehidrasi
yang disebabkan diare (Nelms 2011).
Diare dapat dibedakan menjadi diare akut dan diare kronis. Diare akut
terjadi dalam waktu kurang dari 2 minggu sedangkan diare kronis terjadi selama
lebih dari 4 minggu. Diare dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit,
malabsorpsi, dehidrasi, dan malnutrisi. Manifestasi klinis dari diare yaitu nyeri
pada perut dan keram pada perut, hipokalemia, hiponatremia, dan metabolik
asidosis akibat banyaknya elektrolit dan bikarbonat yang keluar melalui feses
(Nelms 2011).
Dehidrasi akibat diare dapat dibedakan menjadi diare dengan dehidrasi
berat, diare dnegan dehidrasi sedang, dan diare tanpa dehidrasi. Diare dengan
dehidrasi berat terjadi jika terdapat mata cekung, turgor pada kulit, dan kehilangan
kesadaran. Diare dengan dehidrasi sedang terjadi jika terdapat gelisah, rewel, mata
cekung, haus, dan turgor pada kulit. Diare tanpa dehidrasi terjadi jika tidak
terdapat tanda-tanda diare dengan dehidrasi berat dan ringan (Hidayat 2009).
Tatalaksana gizi pada pasien diare adalah mengembalikan cairan,
elektrolit, dan keseimbangan asam basa menjadi normal dengan memberikan
larutan rehidrasi secara oral. Selain itu, asuhan gizi juga dilakukan untuk
mengurangi motilitas saluran cerna, memadatkan konsistensi feses, dan
mengenalkan makanan yang dapat membuat pasien mengonsumsi makanan
seperti semula (Nelms 2011).

Identitas Pasien

Nama : An. MH
No. rekam medik : 399-28-80
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 28 Januari 2013
Usia : 1 tahun 10 bulan
Masuk RSCM : 11 November 2014
Ruang rawat : 102 A
Agama : Islam
Tanggal pengamatan : 19-21 November 2014
35

Gambaran Penyakit Pasien

Riwayat Penyakit Pasien


An MH didiagnosis gizi buruk sejak umur 1 tahun. Pasien mengalami
diare sejak umur 11 bulan dan diare paling banyak 8 kali dalam sehari. Sejak saat
itu pasien mengalami penurunan berat badan terus-menerus. Pasien pernah
dirawat di sebuah rumah sakit 3 kali karena mengalami gizi buruk disertai
komplikasi.

Diagnosis Medis
- Global developmental delay
- Diare akut tanpa dehidrasi
- Hipokalemia
- Gizi buruk marasmik

Terapi Medis
Pasien diberikan beberapa obat oleh dokter seperti yang ditunjukkan Tabel
21 di bawah ini.

Tabel 21 Terapi obat pasien


Obat Dosis Indikasi Efek samping Interaksi
Zinkid 1 x 20 Pelengkap obat Penurunan konsentrasi Fe
mg diare anak < 5 lipoprotein dan absorpsi
tahun tembaga
Resomal 1 x 60 Memenuhi - -
ml asupan elektrolit
pasien gizi buruk
atau dehidrasi
Cotrimoxazole 2 x 60 Diare yang Mual, diare, sakit -
ml disebabkan E. kepala, hiperkalemia,
Colli hipoglikemia
Sumber : Rekam medik anak RSCM

Skrining Gizi

Skor strong kids adalah 5 yang menunjukkan bahwa pasien tampak kurus,
mengalami penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir, mengalami diare
dalam 1 minggu terakhir, dan memiliki penyakit yang menyebabkan pasien
berisiko mengalami malnutrisi. Skor strong kids menunjukkan pasien berisiko
malnutrisi berat.
36

Proses Asuhan Gizi Terstandar

Pengkajian Gizi

Antropometri
Data antropometri yang didapatkan tanggal 18 November 2014
ditunjukkan oleh Tabel 22 di bawah ini. Pasien terkesan gizi buruk berdasarkan
BB/TB.

Tabel 22 Data antropometri pasien tanggal 18 November 2014


No Indikator Nilai
1 Berat badan 6.4 kg
2 Tinggi badan 72 cm
3 Berat badan ideal 9.0 kg
4 Lingkar lengan atas N/A cm
No Indeks antropometri Z-score Kesan
1 BB/U < - 3 SD Gizi buruk
2 PB/U < - 3 SD
3 BB/TB < - 3 SD
4 HA (height age) 9 bulan

Biokimia
Data biokimia yang diperoleh dari rekam medik pasien terakhir tanggal 17
November 2014 yatiu kadar kalium darah sebesar 2.60 mEq/dl yang tergolong
rendah jika dibandingkan dengan nilai normal laboratorium (3.3-5.4 mEq/dl). Hal
ini menunjukkan pasien mengalami hipokalemia.

Klinis dan Fisik


Tabel 23 di bawah ini menunjukkan data klinis dan fisik pada tanggal 18
November 2014. Tekanan darah pasien tidak dapat diketahui karena data tidak
tersedia. Nadi, pernapasan, dan suhu tubuh pasien tergolong normal. Pasien
mengalami diare 1 kali sehari dengan konsistensi feses encer, batuk, dan nafsu
makan berkurang. Pasien terlihat baggy pants dan iga gambang.

Tabel 23 Data klinis dan fisik pasien tanggal 18 November 2014


Tanda klinis dan fisik Hasil
Tekanan darah * (mmHg) -
Nadi * (kali/menit) 100
Pernapasan * (kali/menit) 30
Suhu * (oC) 36.7
Batuk berdahak √
Diare 1x
Iga gambang √
Baggy pants √
Nafsu makan kurang √
Kesadaran Kompos mentis
* Sumber : Rekam medik anak RSCM
Keterangan : (√) = ada, (-) = tidak ada
37

Riwayat Gizi
Hasil wawancara riwayat gizi menunjukkan bahwa sebelum masuk rumah
sakit pasien biasa makan utama 2 kali dan ASI 10 kali dalam sehari. Pasien
mengonsumsi lauk hewani (ikan) digoreng 1 p, lauk nabati (tahu) digoreng ¼ p.
Sejak umur 7-11 bulan pasien hanya dikenali bubur susu dan pasien mampu
mengonsumsi bubur susu dengan baik. Sejak umur 11 bulan pasien baru diberikan
beragam makanan yang lebih padat seperti nasi, bubur, sayur, lauk pauk, dan buah
tetapi porsi yang dimakan hanya sedikit. Sejak saat itu pasien mengalami diare,
demam, batuk, dan pilek sehingga pasien menjadi tidak mau makan apapun.
Pasien tidak pernah diberikan susu formula oleh ibu pasien sehingga pasien tidak
suka susu formula.
Sehari sebelum pengamatan di rumah sakit, pasien diberikan makanan cair
F100 8 x 100 ml melalui NGT dan biskuit 1 x 4 keping tetapi biskuit tidak
dimakan. Pasien mengonsumsi biskuit monde dari keluarga sebanyak 5 keping
dan ayam goreng 1/8 p. Pasien juga mengonsumsi ASI 10 kali dalam sehari
masing-masing selama 15 menit. Asupan pasien sebelum masuk rumah sakit
dibandingkan kebutuhan normal tergolong rendah dan dapat dilihat pada Tabel 24
di bawah ini. Tabel 25 menunjukkan bahwa asupan pasien sehari sebelum
pengamatan di rumah sakit tergolong baik tetapi asupan karbohidrat dan
mikronutrien tegrolong rendah.

Tabel 24 Total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat SMRS


Zat gizi Kebutuhan Asupan SMRS % asupan SMRS
Energi (kkal) 900 278 30.8
Protein (g) 27.0 19.3 71.5
Lemak (g) 25.0 18.8 75.2
Karbohidrat (g) 141.7 15.7 11.1
Fe (mg) 8.0 3.8 47.5
Vitamin A (µg) 400.0 4.4 1.1
Vitamin C (mg) 40.0 0.4 1.0

Tabel 25 Total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat MRS


Zat gizi Kebutuhan Asupan MRS % asupan MRS
Energi (kkal) 960 983 102.0
Protein (g) 19.2 27.7 144.0
Lemak (g) 42.7 57.0 133.5
Karbohidrat (g) 124.8 95.3 76.4
Fe (mg) 8.0 0.3 3.8
Vitamin A (µg) 400.0 19.5 4.9
Vitamin C (mg) 40.0 0.3 0.7

Riwayat Personal
Pasien merupakan anak ketiga dari seorang ibu rumah tangga dan ayah
seorang supir bajaj. Ibu pasien belum pernah mendapat konsultasi gizi. Tidak ada
riwayat penyakit keluarga.
38

Diagnosis Gizi
NI 5.2 malnutrisi berkaitan dengan peningkatan kebutuhan zat gizi akibat
penyakit kronis jangka panjang ditandai oleh BB/TB < -3SD.

Intervensi Gizi

Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi gizi adalah memenuhi asupan zat gizi mencapai minimal
90% kebutuhan.

Syarat Diet
Syarat diet pasien adalah memberikan makanan secara bertahap untuk
meningkatkan berat badan dan mengatasi komplikasi gizi buruk. Kebutuhan
energi pasien sebesar 960 kkal, protein 19.2 gram, lemak 42.7 gram, dan
karbohidrat 124.8 gram, serta kebutuhan cairan pasien adalah 960 ml.

Perhitungan Kebutuhan Gizi


Perhitungan kebutuhan gizi pasien sebelum masuk rumah sakit menggunakan
perhitungan sebagai berikut.
Energi = (BBI x 100 kkal/kg)
= (9 kg x 100 kkal/kg)
= 900 kkal

Kebutuhan protein: 12% kebutuhan energi


Protein = 12% x 900 : 4
= 27.0 g

Kebutuhan lemak: 25% dari kebutuhan energi


Lemak = 25% kebutuhan energi : 9
= 25% x 900 : 9
= 25.0 g

Kebutuhan karbohidrat: 63% kebutuhan energi


Karbohidrat = 63% kebutuhan energi : 4
= 63% x 900 : 4
= 141.7 g

Perhitungan kebutuhan gizi pasien di rumah sakit pada fase transisi menggunakan
perhitungan sebagai berikut.
Energi = (BBA x 150 kkal/kg)
= (6.4 kg x 150 kkal/kg)
= 960 kkal

Kebutuhan protein: 3 gram/kg BBA


Protein = 3 g/kg x 6.4 kg
= 19.2 g

Kebutuhan lemak: 40% dari kebutuhan energi


39

Lemak = 40% kebutuhan energi : 9


= 40% x 960 : 9
= 42.7 g

Kebutuhan karbohidrat: 52% kebutuhan energi


Karbohidrat = 52% kebutuhan energi : 4
= 52% x 960 : 4
= 124.8 g

Kebutuhan cairan = (150 ml/kg x 6.4 kg)


= 960 ml

Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet 960 kkal dengan pemberian
makanan cair F100 4 x 100 ml dan 4 x 125 ml per NGT, biskuit 1 x 2 keping, dan
ASI ad libitum pada hari ke-8 di rumah sakit, makanan cair komersial 8 x 105 ml
per NGT dalam bentuk peptamen junior pada hari ke-9 di rumah sakit, dan
makanan cair komersial 8 x 125 ml dalam bentuk peptamen junior pada hari ke-10
di rumah sakit. Pasien diberikan peptamen junior atau susu semielemental agar
tidak memberatkan saluran pencernaan dan meningkatkan jumlah zat gizi
terutama protein yang diserap ketika pasien mengalami diare. Peptamen junior
mengandung protein terhidrolisis yang rantainya lebih pendek sehingga waktu
untuk pemecahan rantai protein menjadi asam amino lebih singkat serta lemak
MCT yang lebih mudah dicerna. Peptamen junior merupakan susu untuk anak
usia 1-3 tahun yang bebas laktosa sehingga dapat mencegah diare pada pasien
yang lactose intolerance (Sears 2003).

Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


Ibu pasien diberikan konsultasi mengenai kebutuhan gizi anak, perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS), dan cara menyeduh susu dengan cara yang benar
sesuai takaran saji. Ibu pasien dapat menyeduh susu dengan benar setelah
diberikan konsultasi gizi. Konsultasi diberikan hanya 1x selama intervensi di
ruang rawat inap anak dengan media yang ditunjukkan oleh Lampiran 9.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring Antropometri
Tabel 26 di bawah ini menunjukkan monitoring perkembangan
antropometri selama 3 hari intervensi. Pasien mengalami kenaikan berat badan
dan kenaikan lingkar lengan atas pada hari kedua intervensi.

Tabel 26 Perkembangan antropometri pasien


Indikator Hari pengamatan
Hari ke-1 (19 Hari ke-2 (20 Hari ke-3 (21
November 2014) November November 2014)
2014)
Berat badan (kg) 6.4 6.5 6.5
LILA (cm) 11 12 12
40

Monitoring yang dilakukan selama tiga hari menunjukkan adanya


penambahan berat badan dan lingkar lengan atas tetapi target peningkatan berat
badan belum tercapai untuk pasien gizi buruk yang sedang berada pada tahap
transisi seperti pasien tersebut. Target peningkatan berat badan pasien adalah 10
gram/kg BB/hari (Depkes 2011). Kenaikan berat badan pasien belum mencapai
target karena pasien masih mengalami diare sehingga banyak zat gizi yang tidak
dapat diabsorpsi akibat waktu transit di usus yang cepat (Nelms 2010).

Monitoring Biokimia
Tabel 27 di bawah ini menunjukkan perkembangan data laboratorium
selama 3 hari intervensi. Pasien mengalami hipokalemia pada tanggal 17
November 2014. Perkembangan nilai lab pasien tidak dapat dilihat karena data lab
selama tiga hari intervensi tidak ada.

Tabel 27 Perkembangan hasil pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan Nilai 17 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
normal November (19 (20 (21
2014 November November november
2014) 2014) 2014)
Kalium darah 3.3-5.4 2.60 - - -
mEq/dl mEq/dl
Sumber : Rekam medik anak RSCM

Monitoring Klinis dan Fisik


Tabel 28 di bawah ini menunjukkan perkembangan klinis/fisik pasien
selama 3 hari intervensi. Tekanan darah pasien tidak dapat dimonitor karena data
tidak tersedia. Nadi dan suhu tubuh pasien tergolong normal tetapi laju
pernapasan pasien pada hari kedua dan ketiga intervensi tergolong rendah. Pasien
masih mengalami batuk berdahak serta terlihat iga gambang dan baggy pants.
Nafsu makan pasien masih rendah. Diare yang dialami pasien semakin berkurang
selama tiga hari intervensi. Diare yang berkurang terjadi karena pasien mulai
diberikan makanan cair komersial peptamen junior yang lebih cocok untuk
saluran cerna pasien. Pemberian peptamen junior seharusnya sudah dapat
dilakukan sejak hari pertama intervensi karena daya terima pasien sudah baik.

Tabel 28 Perkembangan klinis/fisik pasien selama 3 hari intervensi


Tanda klinis dan fisik Hari ke-1 (19 Hari ke-2 (20 Hari ke-3 (21
November 2014) November november
2014) 2014)
Tekanan darah * - - -
(mmHg)
Nadi * (kali/menit) 111 110 100
Pernapasan * 69 29 30
(kali/menit)
Suhu * (oC) 36.5 36.1 37.1
Batuk berdahak √ √ √
Diare 4x 1x -
Tanda klinis dan fisik Hari ke-1 (19 Hari ke-2 (20 Hari ke-3 (21
41

November 2014) November november


2014) 2014)
Iga gambang √ √ √
Baggy pants √ √ √
Nafsu makan kurang √ √ √
Kesadaran Kompos mentis Kompos mentis Kompos mentis

Monitoring Asupan
Monitoring asupan dan kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan
mikronutrien selama 3 hari intervensi ditunjukkan Tabel 29 di bawah ini.
Makanan yang dikonsumsi pasien selama intervensi ditunjukkan Lampiran 5.

Tabel 29 Perkembangan asupan dan kecukupan zat gizi


Zat gizi Kebutuhan Hari ke-1 (19 Hari ke-2 (20 Hari ke-3 (21
November 2014) November 2014) November 2014)
Asupan % Asupan % Asupan %
kecukupan kecukupan kecukupan
Energi 960 1079 112.4 904 94.2 963 100.3
Protein 19.2 30.4 158.3 26.1 135.9 30.3 157.8
Lemak 42.7 62.1 145.4 37.8 88.5 38.7 90.6
Karbohidrat 124.8 103 82.5 123.8 99.2 134.5 107.8
Fe 8.0 0.3 3.8 7.8 97.5 9.75 121.8
Vitamin A 400.0 19.5 4.9 541.5 135.4 675.0 168.7
Vitamin C 40.0 0.3 0.7 91.6 229.0 118.1 295.2

Asupan energi pasien selama tiga hari tergolong cukup sedangkan asupan
protein tergolong tinggi karena makanan cair yang dikonsumsi pasien
mengandung protein yang cukup tinggi. Selain itu, asupan protein yang tinggi
juga bertujuan untuk meningkatkan berat badan pasien selama tahap transisi
dalam tatalaksana gizi buruk (Depkes 2011). Asupan lemak pada hari pertama
tinggi tetapi asupan lemak pada hari kedua rendah dan asupan lemak pada ketiga
intervensi tergolong cukup. Asupan karbohidrat, Fe, vitamin A, dan vitamin C
pada hari pertama intervensi tergolong rendah. Hal ini disebabkan pasien
mengonsumsi makanan cair F100 yang kurang mengandung Fe, vitamin A, dan
vitamin C, serta karbohidrat (Depkes 2011). Namun, karbohidrat pada hari
selanjutnya tergolong cukup. Asupan vitamin A, vitamin C, dan Fe pada hari
kedua dan ketiga tergolong tinggi karena peptamen yang diberikan kepada pasien
mengandung vitamin A, vitamin C, dan Fe yang cukup tinggi (Sears 2003).
Tujuan intervensi selama tiga hari intervensi sudah tercapai tetapi target
peningkatan berat badan pasien belum tercapai yaitu 10 gram/kg/hari. Gambar 1
di bawah ini menunjukkan grafik perkembangan tingkat kecukupan energi dan zat
gizi pasien selama tiga hari.
42

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Pasien


350
295,2
300
% kecukupan zat gizi

250 229

200
157,8 168,7
158,3
145,4 135,9
150 135,4
112,4 121,8
99,2 100,3 107,8
100 82,5
94,2 88,5 97,5 90,6

50
3,8 4,9 0,7
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe Vitamin A Vitamin C

Gambar 4 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari intervensi

Monitoring Balans Cairan


Tabel 30 di bawah ini menunjukkan perkembangan balans cairan pasien
selama tiga hari intervensi. Balans cairan pasien sampai hari ketiga intervensi
sudah mencapai target yang ditetapkan dokter. Balans cairan pasien selama tiga
hari intervensi menunjukkan pengeluaran cairan pasien lebih banyak daripada
asupan cairan pasien saat balans cairan bernilai negatif yaitu pada hari pertama
intervensi. Sementara itu, saat balans cairan pasien postif seperti pada hari kedua
dan ketiga intervensi menunjukkan bahwa asupan cairan pasien lebih besar
daripada cairan urin yang dikeluarkan.

Tabel 30 Perkembangan balans cairan pasien


Target Hari ke-1 (15 Hari ke-2 (16 Hari ke-3 (17
balan November November November
cairan 2014) 2014) 2014)
Balans cairan -192 s/d -60 +180 +108
(ml) +192

Sumber : Rekam medik anak RSCM

Resume

Pasien didiagnosis global developmental delay, diare akut tanpa dehidrasi,


hipokalemia, dan gizi buruk marasmik. Skor strong kids yang didapatkan adalah 5
yang menunjukkan bahwa pasien berisiko malnutrisi berat. Status gizi pasien
berdasarkan BB/PB tergolong gizi buruk. Pasien diberikan diet diet 960 kkal
43

dengan pemberian makanan cair F100 4 x 100 ml dan 4 x 125 ml per NGT,
biskuit 1 x 2 keping, dan ASI ad libitum pada hari ke-8 di rumah sakit, makanan
cair komersial 8 x 105 ml per NGT dalam bentuk peptamen junior pada hari ke-9
di rumah sakit, dan makanan cair komersial 8 x 125 ml dalam bentuk peptamen
junior pada hari ke-10 di rumah sakit. Perkembangan diare pasien semakin
membaik karena frekuensi diare pasien berkurang. Berat badan pasien juga
menunjukkan peningkatan. Asupan makan pasien semakin baik. Ibu pasien
terlihat antusias saat diberikan konsultasi gizi. tujuan intervensi gizi sudah
tercapai tetapi belum dapat meningkatkan berat badan pasien sesuai target yang
ditetapkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Studi Kasus Pasien Penyakit Dalam


Karakteristik pasien adalah pasien merupakan seorang wanita berusia 69
tahun berasal dari Papua Barat yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien
berisiko malnutrisi sedang sehingga harus dimonitor selama 3 hari. Lingkar
lengan atas, berat badan, berat badan ideal, dan tinggi badan pasien berturut-turut
berdasarkan hasil asesmen gizi adalah 31.6 cm (105%) dan tergolong status gizi
baik, 62 kg, 49.5 kg, dan 155 cm. Data biokimia menunjukkan bahwa pasien
mengalami hipoalbuminemia, anemia, dan leukositosis. Pasien mengeluh sesak
napas, nyeri pada luka pasca operasi, mual, dan nafsu makan berkurang. Tekanan
darah pasien selama tiga hari intervensi masih tergolong tinggi tetapi tekanan
darah semakin menurun sampai hari ketiga intervensi. Suhu tubuh, denyut nadi,
dan laju pernapasan pasien tergolong normal. Asupan pasien SMRS dan MRS
tergolong rendah karena terjadi penurunan nafsu makan pada pasien. Diagnosis
gizi yang ditetapkan adalah asupan energi dan protein tidak adekuat NI 5.3.
Tujuan intervensi yaitu meningkatkan asupan energi dan protein pasien mencapai
minimal 80%. Implementasi yang diberikan adalah diet 1500 kkal per oral dan
ekstra makanan cair LLM sebanyak 1 x 250 ml dan 1 x 200 ml.
Monitoring antropometri tidak menunjukkan adanya perubahan berat
badan maupun lingkar lengan atas. Monitoring biokimia tidak dapat dilakukan
secara lengkap karena data lab tidak tersedia. Monitoring klinis dan fisik
menunjukkan tekanan darah pasien menurun sampai hari ketiga tetapi masih
tergolong tinggi sedangkan suhu tubuh, denyut nadi, dan laju pernapasan
tergolong normal. Rasa mual dan nyeri pada luka operasi sudah tidak ada sampai
hari ketiga. Nafsu makan pasien juga semakin baik tetapi sesak napas pasien
masih terjadi pada hari ketiga meskipun sesak napas tidak dirasakan pada hari
kedua intervensi. Monitoring asupan pasien sampai hari kedua menunjukkan
bahwa asupan energi, lemak, dan karbohidrat pasien baik tetapi asupan protein
masih kurang. Asupan pada hari ketiga menurun karena pasien mengalami sesak
napas kembali dan pasien berada pada masa peralihan dari makanan saring ke
makanan lunak. Selain itu, pasien tidak menyukai beberapa makanan yang
44

disediakan seperti tahu, tempe, dan ayam. Evaluasi terhadap asupan pasien
menunjukkan bahwa tujuan intervensi pada hari pertama dan kedua sudah tercapai
kecuali pada asupan protein yang belum mencapai target. Tujuan intervensi pada
hari ketiga belum tercapai karena asupan pasien pada hari ketiga tergolong
rendah.

Studi Kasus Pasien Bedah


Karakteristik pasien adalah pasien merupakan seorang anak berusia dua
bulan. Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga dan ayah pasien bekerja sebagai
karyawan swasta. Pasien berisiko malnutrisi sedang sehingga harus dimonitor
selama 3 hari. Status gizi pasien adalah gizi baik berdasarkan BB/PB. Pasien
menggunakan oksigen dan mengalami batuk berdahak. Tekanan darah, suhu
tubuh, denyut nadi, dan laju pernapasan pasien tergolong normal. Asupan pasien
MRS tergolong rendah. Diagnosis gizi yang ditetapkan adalah (NI 2.9) asupan
makanan terbatas berkaitan dengan masalah fungsional pada jantung ditandai oleh
asupan energi 48.9% dan protein 46.0%. Tujuan intervensi yaitu memenuhi
asupan pasien mencapai minimal 90% kebutuhan. Implementasi yang diberikan
adalah diet 552 kkal per oral dengan pemberian susu secara bertahap mulai dari
216 kkal dalam bentuk pregestimil 8 x 40 ml.
Monitoring antropometri tidak menunjukkan adanya perubahan berat
badan. Monitoring biokimia tidak dapat dilakukan karena data lab tidak tersedia.
Monitoring klinis dan fisik menunjukkan tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi,
dan laju pernapasan tergolong normal pada hari pertama intervensi. Laju
pernapasan pasien rendah pada hari kedua dan ketiga intervensi sehingga
menunjukkan pasien mengalami sesak napas. Pasien masih mengalami batuk dan
masih menggunakan oksigen. Monitoring asupan pasien sampai hari ketiga
intervensi menunjukkan bahwa asupan pasien masih rendah karena pembatasan
cairan yang dilakukan. Target balans cairan belum tercapai selama tiga hari
pengamatan. Evaluasi terhadap asupan pasien menunjukkan bahwa tujuan
intervensi belum tercapai.

Studi Kasus Pasien Anak


Karakteristik pasien adalah pasien merupakan seorang anak berusia 1
tahun 10 bulan. Ibu pasien merupakan ibu rumah tangga dan ayah pasien bekerja
sebagai supir bajaj. Ibu pasien belum pernah mendapat konsultasi gizi. Pasien
berisiko malnutrisi berat. Status gizi pasien adalah gizi buruk berdasarkan BB/PB.
Berdasarkan hasil lab pada tanggal 17 November 2014, pasien mengalami
hipokalemia. Pasien mengalami diare, batuk, iga gambang, baggy pants, tampak
kurus, dan nafsu makan berkurang. Laju pernapasan, suhu tubuh, dan denyut nadi
pasien tergolong normal. Asupan pasien sebelum masuk rumah sakit tergolong
rendah tetapi asupan Fe tergolong baik. Asupan pasien saat masuk rumah sakit
tergolong baik untuk energi, lebih untuk protein dan lemak, serta rendah untuk
karbohidrat, Fe, vitamin A, dan vitamin C.
Monitoring antropometri menunjukkan adanya kenaikan berat badan dan
lingkar lengan atas tetapi belum mencapai target kenaikan yang ditetapkan.
Monitoring biokimia tidak dapat dilakukan karena data lab tidak tersedia.
Monitoring klinis dan fisik menunjukkan suhu tubuh, denyut nadi, dan laju
pernapasan tergolong normal. Pasien masih mengalami batuk, iga gambang, dan
45

baggy pants. Diare yang dialami sudah berkurang. Monitoring asupan pasien
sampai hari ketiga intervensi menunjukkan bahwa asupan energi pasien selama
tiga hari tergolong cukup sedangkan asupan protein tergolong tinggi. Asupan
lemak pada hari pertama tinggi tetapi asupan lemak pada hari kedua rendah dan
asupan lemak pada hari ketiga intervensi tergolong cukup. Asupan karbohidrat,
Fe, vitamin A, dan vitamin C pada hari pertama intervensi tergolong rendah.
Namun, karbohidrat pada hari selanjutnya tergolong cukup. Asupan vitamin A,
vitamin C, dan Fe pada hari kedua dan ketiga tergolong tinggi. Target balans
cairan sudah tercapai selama tiga hari pengamatan. Evaluasi terhadap berat badan
pasien menunjukkan bahwa tujuan intervensi belum tercapai.

Saran

Studi Kasus Pasien Penyakit Dalam


Pasien sebaiknya dicoba untuk diberikan makanan cair rumah sakit tinggi
protein yang terbuat dari tepung lele untuk memenuhi kebutuhan protein pasien
setelah dioperasi. Pasien sebaiknya diberikan makanan yang sesuai dengan daya
terima dan kesukaan pasien agar asupan pasien dapat meningkat.

Studi Kasus Pasien Bedah


Pasien sebaiknya diberikan makanan cair komersial rumah sakit sesuai
kebutuhan pasien tanpa memperhatikan pembatasan kebutuhan cairan agar asupan
pasien dapat meningkat. Pemberian makanan cair komersial dapat dikurangi jika
pasien mengalami bengkak pada wajah, tangan, dan kaki.

Studi Kasus Pasien Anak


Pasien sebaiknya mulai diberikan makanan cair komersial peptamen junior
yang lebih cocok dengan kondisi saluran cerna pasien agar diare yang dialami
pasien dapat berkurang sejak hari pertama intervensi.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih S. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi Anak Sulit Makan
Sulit Makan Sayur dan Buah. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Anggraeni AC. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
Bradley WG, Daroff RB, Fenichel GM, dan Jankovic J. 2004. Clinical Practices
Principles of Diagnosis and Management. USA: Butterworth Heinemann.
Depkes [Departemen Kesehatan]. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk.
Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI.
Depkes [Departemen Kesehatan]. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan RI.
46

Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Hidayat AAA. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita: Buku Pedoman
Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.
Hurst M. 2008. Hurst Reviews Pathophysiology Review. United States: McGrow
Hill.
Lipoeto NI, Megasari N, dan Putra AE. 2006. Malnutrisi dan asupan kalori pada
pasien rawat inap di rumah sakit. Majalah Kedokteran Indonesia (56): 11.
Mahan LK dan Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy.
USA: Saunders Elsevier.
MIMS. 2014. [internet] (diakses pada November 9 2014)
http://www.mims.com/INDONESIA/Home/GatewaySubscription/?generic
=amlodipine
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy &
Patophysiology. USA: Wardsworth.
Otto SE. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Park MK. 2007. Pediatric Cardiology for Practitioners. Philadelphia: Mosby.
Plunkett MD, Mitropoulos F, dan Laks H. 2007. Pulmonary Stenosis and
Pulmonary Atresia with Intact Interventricular Septum. USA: Dams.
Rasjidi I. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
Schorge JO. 2008. Endometrial cancer. USA: McGraw-Hill.
Siegel R. 2011. The impact of eleminating socioeconomic and radial disparities
on premature cancer deaths. Cancer Journal for Clinicians 61(4): 212-236.
Sears W dan Sears M. 2003. The Baby Book. Jakarta: Serambi Ilmu Sentosa.
Utami R. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yuwono SR, Taher A, Minarto, dan Irianto SE. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan
Gizi Rumah Sakit. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan.
47

LAMPIRAN

Lampiran 1 Makanan yang dihabiskan pasien penyakit dalam hari ke-1


Hari ke-1
Makanan Pagi Siang Malam
saring Berat Berat Berat
E P L KH E P L KH E P L KH
(g) (g) (g)
Bubur
100 75 1 0.6 16 100 150 2 1.2 32 400 300 4 2.5 64
saring
Telur
60 75 7 5 0 16 20 1.8 1.3 0 60 75 7 5 0
rebus
Buah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Agar-agar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bolu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biskuit 0 0 0 0 0 1 bks 130 2 5 19 0 0 0 0 0
1
Susu 0 0 0 0 0 90 2 3 14 0 0 0 0 0
kotak
LLM 250
250 ml 250 10 7.8 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ml
LLM 200 200
0 0 0 0 0 200 8 6.2 28.8 0 0 0 0 0
ml ml
Telur
rebus dari 120 150 14 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keluarga
Gula (teh
13 50 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
manis)
Total 600 32 23.4 64 590 15.8 16.7 93.8 375 11 7.5 64
Total
1565 58.8 47.6 221.8
sehari

Lampiran 2 Makanan yang dihabiskan pasien penyakit dalam hari ke-2


Hari ke-2
Makanan Pagi Siang Malam
saring Berat
E P L KH Berat (g) E P L KH Berat (g) E P L KH
(g)
Bubur
100 150 2 1.2 32 200 150 2 1.2 32 100 150 2 1.2 32
saring
Telur
60 75 7 5 0 60 75 7 5 0 60 75 7 5 0
rebus
Buah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 50 0 0 12
Agar-
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
agar
Bolu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biskuit 0 0 0 0 0 1 bks 130 2 5 19 0 0 0 0 0
Susu 0 0 0 0 0 1 kotak 90 2 3 14 0 0 0 0 0
LLM 200
200 8 6.2 28.8 0 0 0 0 0 200 ml 200 8 6.2 28.8
200 ml ml
Telur
rebus 60 75 7 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
keluarga
48

Hari ke-2
Makanan Pagi Siang Malam
saring Berat
E P L KH Berat (g) E P L KH Berat (g) E P L KH
(g)
Total 500 24 17.4 60.8 445 13 14.2 65 475 17 12.4 72.8
Total
sehari 1420 54 44 198.6

Lampiran 3 Makanan yang dihabiskan pasien penyakit dalam hari ke-3


Hari ke-3
Makanan Pagi Siang Malam
lunak Berat Berat Berat
E P L KH E P L KH E P L KH
(g) (g) (g)
Bubur
0 0 0 0 0 183 80 1.8 0 18 240 105 2.4 0 24
nasi
Lauk
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 60 75 7 5 0
hewani
Lauk
0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 10 15 1 0.6 1.4
nabati
Sayur 0 0 0 0 0 17 5.3 0.2 0 1 64 20 0.8 0 4
Buah 0 0 0 0 0 100 50 0 0 12 100 50 0 0 12
Minyak 0 0 0 0 0 1.2 12 0 1.2 0 5 50 0 5 0
150 150
Peptisol 144 4.2 0.9 13.5 0 0 0 0 0 144 4.2 0.9 13.5
ml ml
250 200
LLM 0 0 0 0 0 250 10 7.8 36 0 0 0 0
ml ml
Bolu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Biskuit 0 144 4.2 0.9 13.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Susu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 144 4.2 0.9 13.5 397.3 12 9 77 459 15.4 11.5 54.9
Total
sehari 1000.3 31.6 21.4 145.4

Lampiran 4 Makanan yang dihabiskan pasien bedah


Hari Jenis Jumlah E P L KH
ke- makanan (ml)
1 Pregestimil 400 270 7.6 15.2 27.6
Total 270 7.6 15.2 27.6
2 Pregestimil 320 216 6.1 12.1 22.1
Total 216 6.1 12.1 22.1
3 Pregestimil 360 243 6.9 13.6 24.9
Total 243 6.9 13.6 24.9
49

Lampiran 6 Menu makan selama 3 hari intervensi pasien penyakit dalam


Waktu makan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3

Pagi Bubur susum Bubur havermut Bubur nasi


Saus gula merah Saus santan Tumis kacang
Telur rebus Telur rebus panjang
Jeruk Pisang raja Bola daging semur
Selingan Puding Puding Puding
Siang Bubur havermut Bubur susum Bubur nasi
Saus santan Saus gula merah Tumis labusiam
Telur rebus Telur rebus Tahu kukus
Jus semangka Jus pepaya Ayam semur
Pepaya
Selingan Cake pandan Cake pisang -
Malam Bubur sumsum saus Bubur havermut Bubur nasi
gula merah Saus santan Sup dwiwarna
Telur rebus Telur rebus Telur bumbu kuning
Jus jeruk Jus jeruk Tempe oseng
Jeruk
Selingan Susu coklat dan Susu coklat dan Susu coklat dan
biskuit biskuit biskuit
Jam 10.00 dan jam LLM 1x 200 ml dan 1 LLM 2 x 200 ml LLM 200 ml dan
15.00 x 250 ml peptisol 300 ml
50

Lampiran 7 Poster untuk konsultasi gizi pada pasien penyakit dalam


51

Lampiran 8 Poster untuk konsultasi gizi pada pasien bedah

Lampiran 9 Poster untuk konsultasi pada pasien anak

Anda mungkin juga menyukai