Oleh :
Putri Indriani Setiawan I14110025
Oleh :
Putri Indriani Setiawan I14110025
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia dan rahmat Allah sehingga penulis dapat
menyelesaikan kegiatan praktik kerja lapang (PKL) bidang asuhan gizi di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 3-22
November 2014. Kegiatan PKL ini memberikan banyak manfaat bagi penulis
sehingga penulis mendapatkan lebih banyak ilmu, pengetahuan, dan pengalaman
bekerja sebagai ahli gizi di rumah sakit. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan PKL, antara lain:
1. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP, M.Si sebagai pembimbing akademis yang
telah memberikan nasihat dan dukungan kepada penulis selama
kegiatan PKL berlangsung.
2. Ibu Triyani Kresnawan, DCN, M.Kes sebagai Kepala Instalasi Gizi
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah membimbing dan
menerima penulis dengan baik sebagai mahasiswa PKL.
3. Ibu Ferina Darmarini, Ibu Tri Endang Irawati, SKM, M.Kes, Ibu Sri
Rejeki Wahyuningrum, SKM, dan Mbak Diah sebagai pembimbing
PKL di rumah sakit yang telah membimbing dan menerima penulis
dengan baik selama PKL.
4. Ibu Ari Wijayanti, DCN, MPH sebagai Kepala Pelayanan Gizi Gedung
A yang telah membimbing dan menerima penulis dengan baik selama
PKL.
5. Ibu Y Endang Budiwiarti, SKM, MPH dan Hj. Lora Sri Nofi,
GradDipHumNutr, MNutrDiet, RD sebagai pembimbing PKL di
Pelayanan Gizi Ilmu Kesehatan Anak yang telah membimbing dan
menerima penulis selama PKL.
6. Mbak Rofi Nur Hanifah, S.Gz sebagai pembimbing PKL di Pelayanan
Jantung Terpadu (PJT) yang telah membing dan menerima penulis
dengan baik selama PKL.
7. Kakak pembimbing (Mbak Maya, Mbak Wita, Mbak Miha, Mbak
Rima, Mbak Nurul, Mbak Ajeng, Mbak Dian, Mbak Vita, Mbak Tyas,
Mbak Dhianti, Mbak Suci) yang telah meluangkan waktunya dan
membagi ilmunya kepada penulis selama PKL.
8. Kakak pembimbing di Poliklinik Gizi (Ibu Eka dan Mbak Retno) yang
telah meluangkan waktu dan memberikan ilmunya mengenai teknik
konsultasi gizi kepada penulis selama PKL.
9. Seluruh pramusaji di pantry Gedung A dan PJT yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan PKL.
10. Seluruh perawat, dokter, dan pegawai RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo yang telah bekerja sama dengan penulis selama PKL.
11. Pasien dan keluarga pasien rawat inap serta rawat jalan di RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo yang telah bekerja sama dengan penulis selama
PKL.
12. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan,
motivasi, serta doa baik materil dan moril.
13. Teman-teman kelompok PKL RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang
telah bekerja sama dengan baik selama PKL.
ii
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
PENATALAKSANAAN DIET PADA KASUS PENYAKIT DALAM
(POST LAPARATOMY SURGICAL STAGING e.c CARCINOMA
ENDOMETRIUM STADIUM IB HIGH RISK, HIPERTENSI STADIUM
II DENGAN HHD, CHF FC II-III e.c HHD, HIPOALBUMINEMIA,
LEUKOSITOSIS REAKTIF dd/INFEKTIF 5
Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 5
Identitas Pasien 7
Gambaran Penyakit Pasien 8
Skrining Gizi 10
Proses Asuhan Gizi Terstandar 10
Resume 18
PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN BEDAH (PULMONARY
ATRESIA – INTACT INTERVENTRICULAR SEPTAL, PASCA PTBV
ABANDONED) 21
Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 21
Identitas Pasien 21
Gambaran Penyakit Pasien 22
Skrining Gizi 23
Proses Asuhan Gizi Terstandar 23
Resume 28
PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN ANAK (GLOBAL
DEVELOPMENTAL DELAY, DIARE AKUT TANPA
DEHIDRASI, HIPOKALEMIA, GIZI BURUK MARASMIK) 33
Gambaran Umum Penyakit, Etiologi, dan Patofisiologi 33
Identitas Pasien 34
Gambaran Penyakit Pasien 35
Skrining Gizi 35
Proses Asuhan Gizi Terstandar 36
Resume 42
SIMPULAN DAN SARAN 43
Simpulan 43
Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 47
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengkajian gizi dilakukan dengan melihat tanda klinis pasien dan nilai
laboratorium dalam rekam medik pasien, mengukur antropometri pasien, serta
mewawancara riwayat personal dan riwayat gizi pasien secara langsung agar
dapat menentukan masalah gizi pada pasien sehingga dapat memberikan
intervensi gizi yang tepat. Diagnosis gizi yang ditentukan oleh ahli gizi harus
tepat sesuai dengan masalah pasien kemudian diidentifikasi penyebab masalah
gizi pasien yang ditandai oleh gejala/tanda pada pasien. Langkah selanjutnya ahli
gizi menentukan tujuan intervensi dan memberikan intervensi berupa diet
dan/atau konseling gizi yang tepat sesuai masalah pasien. Ahli gizi juga harus
melakukan monitoring antropometri, biokimia, klinis/fisik, dan asupan pasien
serta mengevaluasi intervensi yang telah diberikan.
Monitoring dan evaluasi pada pasien rawat inap dapat dilakukan secara
langsung dengan mengunjungi pasien selama pasien dirawat di rumah sakit.
Pasien yang dirawat jalan dapat dimonitor keadaannya saat pasien datang kembali
ke poliklinik gizi RSCM untuk mendapatkan konseling gizi kembali. Ahli gizi
juga dapat mengevaluasi intervensi yang diberikan kepada pasien rawat jalan saat
pasien datang kembali ke poliklinik gizi.
Mayor Ilmu Gizi yang dikelola oleh Departemen Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor berupaya menghasilkan
sarjana gizi yang berkompeten dalam melakukan kewajiban-kewajiban sebagai
ahli gizi. Upaya tersebut dicapai dengan menggunakan kurikulum yang disusun
berdasarkan kompetensi utama Ilmu Gizi dan berpedoman pada Kurikulum Gizi
yang ditetapkan oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi). Kompetensi utama
Ahli Gizi lulusan S1 terdiri dari kompetensi dasar, kompetensi penekanan gizi
klinik/dietetik, dan kompetensi penekanan gizi institusi/manajemen sistem
pelayanan makanan. Seorang lulusan S1 gizi harus memiliki kemampuan
melakukan asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, serta monitoring dan
evaluasi gizi untuk memenuhi kompetensi penekanan gizi klinik/dietetik.
PKL (praktik kerja lapang) di rumah sakit dilaksanakan untuk membuat
mahasiswa gizi dapat melatih keterampilan klinik/dietetik jika diberikan tugas
secara langsung oleh pembimbing lapang di rumah sakit. Salah satu rumah sakit
yang menjadi tempat PKL mahasiswa Ilmu Gizi IPB adalah rumah sakit umum
pusat nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo).
Tugas mahasiswa dalam melakukan PKL di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
adalah membuat studi kasus yang terdiri dari kasus pada pasien anak serta kasus
pada pasien bedah dan penyakit dalam.
Tujuan
Tujuan Umum
Membuat asuhan gizi pada kasus pasien anak serta pasien bedah dan
penyakit dalam.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik pasien.
2. Mengidentifikasi risiko malnutrisi melalui skrining gizi.
3
aliran darah balik ke dalam sirkulasi sistemik (vena cava) sehingga meningkatkan
tekanan vena dan menyebabkan edema pada kaki dan hati serta organ abdominal
lainnya (Nelms 2010). Tanda dan gejala CHF kanan adalah asites, edema,
anoreksia, mual, hepatomegali, dan splenomegali (Hurst 2008).
Intervensi gizi yang paling utama dilakukan adalah konsultasi gizi secara
individual untuk mengonsumsi makanan yang beragam, menurunkan asupan
natrium, menurunkan konsumsi makanan berlemak, dan mempertahankan berat
badan ideal. Patofisiologi kanker endometrium, hipertensi, dan CHF ditunjukkan
Gambar 1 di bawah ini (Nelms 2010).
Progresi
Sel tumor ganas Sel tumor jinak
Metastasis
Hipertensi
Identitas Pasien
Nama : Ny. JL
No. rekam medik : 398-83-11
Tanggal lahir : 1 Juli 1945
Usia : 69 tahun
Masuk RSCM : 31 Oktober 2014
Ruang rawat : 219 B
Agama : Islam
Pendidikan : SD
8
Diagnosis Medis
- Post Laparatomy Surgical Staging e.c Carcinoma Endometrium Stadium
IB High Risk
- Hipertensi stadium II dengan HHD
- Hipoalbuminemia
- Leukositosis reaktif dd/ infektif
- CHF FC II-III e.c HHD
Terapi Medis
Pasien telah menjalani laparatomy surgical staging pada tanggal 3
November 2014 dengan total abdominal hysterectomy, bilateral
salphingoovorectomy, bilateral pelvic lymphadenectomy, paraortic
lymphodenectomy. Pasien diberikan aminofluid dari tanggal 3 November sampai 5
November 2014 sebanyak 1000 ml/24 jam dan cairan NaCl 0.9% per 12 jam.
Pasien juga diberikan edukasi mengenai relaksasi pernapasan dalam oleh dokter
dan perawat. Pasien dipasang EKG, oksigen nasal, dan CVC pada tanggal 6
November 2014. Pasien diberikan dower cateter pada tanggal 8 November 2014.
Daftar obat yang diberikan kepada pasien ditunjukkan oleh Tabel 1 di bawah ini.
Skrining Gizi
Alat skrining yang digunakan di RSCM untuk pasien dewasa adalah MST
(malnutrition screening tools) modifikasi. Skor MST yang didapatkan adalah 3.
Skor tersebut menunjukkan bahwa pasien berisiko sedang untuk malnutrisi
sehingga perlu dilakukan pemantuan gizi setiap 3 hari. Berdasarkan MST, pasien
mengalami penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir tetapi tidak tahu secara
pasti besar penurunannya (skor 2) dan pasien mengalami penurunan nafsu makan
(skor 1). Pasien dengan diagnosis khusus yaitu kanker dan hipertensi.
Pengkajian Gizi
Data yang dikumpulkan dalam asesmen gizi berupa antropometri,
biokimia, klinis/fisik, riwayat gizi, dan riwayat personal. Data antropometri
didapat dari rekam medik dan pengukuran secara langsung, data biokimia dan
klinis/fisik didapatkan dari rekam medik pasien, serta data riwayat gizi dan
riwayat personal didapatkan dari wawancara secara langsung kepada pasien atau
keluarga pasien.
Antropometri
Data antropometri yang didapatkan tanggal 5 November 2014 ditunjukkan
oleh Tabel 2 di bawah ini.
Lingkar lengan atas pasien sebesar 31.6 cm dengan status gizi baik, berat
badan pasien berdasarkan LILA (lingkar lengan atas) adalah 62 kg sedangkan BBI
(berat badan ideal) pasien sebesar 49.5 kg. Tinggi badan pasien adalah 155 cm.
Biokimia
Data biokimia diperoleh dari rekam medik pasien terakhir tanggal 4
November 2014 dan tanggal 8 November 2014 dan ditunjukkan Tabel 3 di bawah
ni. Masalah yang dialami pasien adalah hipoalbuminemia, anemia, dan
leukositosis. Kadar GDS (gula darah sewaktu) pasien tergolong normal.
Riwayat Gizi
Riwayat gizi pasien dapat diketahui dengan wawancara langsung kepada
pasien atau keluarga pasien. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebelum
masuk rumah sakit pasien biasa makan utama 2 kali dalam sehari dan jarang
mengonsumsi cemilan. Pasien mengonsumsi nasi 2 porsi, lauk hewani (ikan atau
telur) 2 porsi, sayur (bayam) 2 porsi, susu (full cream) 1 porsi, gula 2 porsi, dan
minyak (minyak goreng) 2 porsi. Pasien tidak suka pisang, jeruk, tahu, tempe, dan
ayam tetapi pasien menyukai susu. Pasien mengonsumsi sayur dalam jumlah yang
sedikit dan jarang mengonsumsi buah. Tidak ada alergi makanan yang dialami
pasien. Total asupan dalam sehari SMRS (sebelum masuk rumah sakit) adalah
energi 1000 kkal, protein 31 gram, lemak 40 gram, dan karbohidrat 206 gram.
Asupan pasien saat masuk rumah sakit menjadi menurun akibat nyeri dan
sesak yang dialami pasien setelah operasi serta rasa mual yang dialamai sehingga
membuat pasien kurang nafsu makan. Pasien hanya mengonsumsi bubur saring 3
sendok makan dan makanan cair LLM (low lactose milk) 2 x 150 ml. Pasien
diberikan diet saring karena pasien baru saja dioperasi 2 hari yang lalu. Selain itu,
kondisi pasien yang lemah menyebabkan pasien sulit mengonsumsi makanan
padat dengan konsistensi yang lebih tinggi seperti makanan lunak atau biasa.
Total asupan zat gizi pasien MRS (masuk rumah sakit) adalah energi 415 kkal,
protein 12.5 gram, lemak 10.3 gram, dan karbohidrat 53 gram. Tabel 5 di bawah
ini menunjukkan total dan persentase asupan zat gizi pasien sebelum masuk
rumah sakit dan saat masuk rumah sakit.
Tabel 5 Hasil anamnesis total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
Zat gizi Kebutuhan Asupan % Asupan
SMRS MRS SMRS MRS
Energi (kkal) 1500 1000 415 67 27.7
Protein (g) 75.0 31.0 12.5 41.3 17.7
Lemak (g) 42.7 40.0 10.3 94.0 24.1
Karbohidrat (g) 206.0 124.0 53.0 60.0 25.7
Riwayat Personal
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dan tamat SD. Pasien tidak
suka olahraga. Pasien memiliki 4 orang anak. Riwayat penyakit dahulu adalah
hipertensi. Riwayat penyakit keluarga adalah diabetes melitus, hipertensi, jantung,
paru-paru, asma, alergi, dan tumor payudara sedangkan riwayat penyakit dahulu
adalah hipertensi.
Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi pasien adalah asupan energi dan protein tidak adekuat (NI
5.3) berkaitan dengan penurunan nafsu makan karena nyeri pada luka operasi,
13
mual, dan sesak napas ditandai dengan asupan energi 27.7% dan asupan protein
17.7%.
Intervensi Gizi
Intervensi gizi merupakan serangkaian kegiatan terencana dalam
melakukan tindakan kepada pasien untuk mengubah semua aspek yang berkaitan
dengan gizi pada pasien agar didapatkan hasil yang optimal (Anggraeni 2012).
Intervensi gizi meliputi tujuan intervensi, syarat dan tujuan diet, perhitungan
kebutuhan gizi, diet yang diberikan, dan konsultasi diet.
Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi gizi adalah meningkatkan asupan energi dan protein
mencapai minimal 80%.
Syarat Diet
Syarat diet pasien pasca bedah adalah memberikan makanan secara
bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa tergantung macam
pembedahan dan keadaan pasien. Syarat diet pasien pasca bedah adalah energi 25
kkal/kg berat badan ideal, protein 1.5 g/kg berat badan ideal, lemak 25% dari
kebutuhan energi, dan karbohidrat 55% dari kebutuhan energi.
Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet jantung 1500 kkal per oral
dengan pemberian makanan saring 3x dalam bentuk bubur sumsum/havermut dan
snack 3x dalam bentuk puding, cake, dan biskuit + susu serta diberikan ekstra
makanan cair LLM sebanyak 1 x 250 ml dan 1 x 200 ml.
14
diberikan dari rumah sakit. Media yang digunakan untuk mengedukasi pasien
terdapat pada Lampiran 7.
Monitoring Antropometri
Tabel 7 di bawah ini menunjukkan monitoring perkembangan
antropometri selama 3 hari intervensi. Berdasarkan Tabel 7, tidak terdapat
perubahan lingkar lengan atas selama 3 hari intervensi.
Monitoring Biokimia
Tabel 8 di bawah ini menunjukkan perkembangan data laboratorium
selama 3 hari intervensi.
yang rendah. Anemia dapat terjadi akibat asupan pasien yang rendah dan
perdarahan (Nelms 2010). Hipoalbuminemia terjadi akibat asupan makan pasien
yang rendah sehingga sumber zat gizi yaitu protein yang membentuk albumin
tidak cukup. Leukositosis terjadi akibat infeksi dan adanya luka pasca operasi
pada pasien (Nelms 2010).
Mual yang terjadi pada pasien semakin berkurang dan nafsu makan pasien
semakin membaik, serta nyeri pada luka operasi sudah tidak dirasakan pada hari
ke-3 intervensi. Sesak napas yang dialami pasien pada hari kedua intervensi
sudah tidak ada sehingga pasien tidak menggunakan oksigen tetapi pada hari
ketiga intervensi pasien mengalami sesak napas kembali sehingga oksigen
dipasang kembali melalui hidung.
Monitoring Asupan
Monitoring asupan dan kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
selama 3 hari intervensi ditunjukkan tabel 10 di bawah ini.
17
Berdasarkan Tabel 10, asupan pasien tergolong baik sampai hari kedua
tetapi asupan protein masih kurang. Selain itu, asupan pasien menurun pada hari
ketiga. Makanan yang dihabiskan pasien dintunjukkan Lampiran 1, 2, dan 3.
78,4
80 72 70,5
66,7
60 50,1
42,1
40
20
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Gambar 2 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari intervensi
Monitoring asupan pasien selama tiga hari menunjukkan asupan dan daya
terima pasien semakin baik. Asupan energi, lemak, dan karbohidrat pada hari
pertama intervensi sudah cukup tetapi asupan protein pasien masih kurang karena
pasien diberikan diet saring yang rendah zat gizi. Asupan pasien pada hari kedua
intervensi juga sudah baik tetapi asupan protein juga masih kurang karena pasien
masih diberikan diet saring. Pasien sebaiknya diberikan makanan lunak atau biasa
yang lebih lengkap zat gizinya daripada makanan saring tetapi kondisi pasien
belum membaik pada hari kedua sehingga masih diberikan diet saring.
Asupan pasien pada hari ketiga intervensi menurun karena pasien tidak
mengonsumsi makan pagi akibat sesak yang dialami pasien. Selain itu, pasien
sudah diberikan makanan lunak rendah garam berupa bubur biasa sebagai
perpindahan makanan saring ke makanan biasa dan untuk mengurangi asupan
natrium pasien karena tekanan darah pasien masih tergolong tinggi. Pasien masih
berada pada proses peralihan makanan saring ke makanan yang lebih padat
sehingga belum mampu menghabiskan makanan. Pasien juga mengaku bahwa
18
tidak menyukai tahu dan tempe karena di Papua Barat tidak terdapat tahu dan
tempe. Selain itu, pasien juga mengaku bahwa tidak menyukai pisang dan jeruk.
Pasien mengaku bahwa tidak menyukai ayam sehingga ayam yang diberikan
pada makan siang tidak dimakan.
Sejak hari pertama sampai hari ketiga intervensi, pasien jarang
mengonsumsi buah yang disediakan oleh rumah sakit. Hal ini disebabkan buah
yang disediakan adalah jeruk, pisang, dan pepaya sedangkan pasien tidak
menyukai jeruk dan pisang sehingga hanya menghabiskan pepaya pada hari
ketiga.
Pasien dapat diberikan makanan cair tinggi protein yang terbuat dari
tepung lele untuk meningkatkan asupan protein pasien selama intervensi. Hal ini
dapat menunjang asupan protein pasien yang masih kurang. Makanan cair tinggi
protein dari tepung lele mengandung energi 1021 kkal, protein 48 gram, lemak 39
gram, dan karbohidrat 125 gram. Namun, pasien dikhawatirkan menjadi semakin
mual jika mengonsumsi makanan cair dari tepung lele yang bau amis.
Evaluasi gizi dapat dilakukan untuk melihat pencapaian target dan tujuan
intervensi. Tujuan intervensi sudah tercapai pada hari pertama dan kedua karena
asupan zat gizi pasien sudah mencapai target yaitu lebih dari 80% tetapi asupan
protein belum mencapai target karena pasien diberikan diet saring yang rendah zat
gizi. Tujuan intervensi pada hari ketiga tidak tercapai karena pasien sedang belajar
untuk mengonsumsi makanan dengan konsistensi yang lebih tinggi yaitu makanan
lunak. Selain itu, pasien juga mengalami sesak napas kembali sehingga makan
pagi tidak dihabiskan. Terdapat juga beberapa makanan yang tidak disukai pasien
pada makanan lunak yang diberikan sehingga tidak semua makanan dapat
dikonsumsi oleh pasien.
Resume
Identitas Pasien
Nama : An. ZA
No. rekam medik : 394-13-33
Tanggal lahir : 18 Agustus 2014
Usia : 2 bulan
Masuk RSCM : 9 November 2014
Ruang rawat : Intermediet ward
Agama : Islam
Tanggal pengamatan : 15-17 November 2014
22
Diagnosis Medis
- Atresia pulmonal-intact interventricular septal
- Pasca PTBV abandoned
Terapi Medis
Pasien dioperasi BT shunt pada tanggal 11 November 2014. Pasien
dipasang CVC dan oksigen. Pasien juga diberikan beberapa obat seperti yang
ditunjukkan Tabel 11 di bawah ini.
Skrining Gizi
Alat skrining yang digunakan di RSCM untuk pasien anak adalah strong
kids. Skor strong kids adalah 2 yang menunjukkan bahwa pasien memiliki
penyakit yang berisiko menyebabkan pasien malnutrisi yaitu penyakit jantung
bawaan. Pasien berisiko sedang untuk malnutrisi sehingga perlu dilakukan
pemantuan gizi setiap 3 hari.
Pengkajian Gizi
Antropometri
Data antropometri yang didapatkan tanggal 14 November 2014
ditunjukkan oleh Tabel 12 di bawah ini. Berat badan hasil penimbangan langsung
adalah 4.8 kg, panjang badan hasil pengukuran langsung adalah 56 cm, dan berat
badan ideal pasien adalah 4.6 kg. Pasien terkesan gizi baik berdasarkan BB/PB.
Biokimia
Data biokimia diperoleh dari rekam medik pasien terakhir tanggal 13
November 2014 dan ditunjukkan Tabel 13 di bawah ini. Kadar Hb, Ht, dan
eritrosit pasien tergolong normal sedangkan kadar trombosit pasien rendah atau
trombositopenia.
Riwayat Gizi
Riwayat gizi pasien dapat diketahui dengan wawancara langsung kepada
pasien atau keluarga pasien. Hasil wawancara menunjukkan bahwa selama di
rumah sakit pasien mengonsumsi susu pregestimil 8 x 50 ml per oral. Asupan
energi dan protein pasien selama di rumah sakit tergolong rendah tetapi asupan
lemak pasien tergolong baik. Tabel 15 di bawah ini menunjukkan total dan
persentase asupan zat gizi pasien saat masuk rumah sakit.
Tabel 15 Hasil anamnesis total asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
Zat gizi Kebutuhan Asupan MRS % asupan MRS
Energi (kkal) 552 270 48.9
Protein (g) 16.5 7.6 46.0
Lemak (g) 15.3 15.2 99.3
Karbohidrat (g) 86.9 27.6 31.8
Riwayat Personal
Pasien merupakan anak pertama dari seorang ibu rumah tangga dan ayah
bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta. Pasien lahir normal dengan berat
badan 3.7 kg. Orang tua pasien pernah mendapat konsultasi gizi. Tidak ada
riwayat penyakit keluarga.
Diagnosis Gizi
NI 2.9 asupan makanan terbatas berkaitan dengan masalah fungsional pada
jantung ditandai oleh asupan energi 48.9% dan protein 46.0%
Intervensi Gizi
Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi gizi adalah meningkatkan asupan energi dan protein
secara bertahap mencapai minimal 90% kebutuhan.
25
Syarat Diet
Syarat diet pasien adalah memberikan makanan secara bertahap untuk
menyesuaikan kebutuhan cairannya yang dibatasi setelah dioperasi. Kebutuhan
energi pasien sebesar 120 kkal/kg berat badan ideal, protein 12% kebutuhan
energi, lemak 25% kebutuhan energi, dan karbohidrat 63% dari kebutuhan energi,
serta kebutuhan cairan pasien tanpa ada pembatasan cairan adalah 100 ml/kg berat
badan aktual. Namun, kebutuhan cairan pasca operasi sebesar 70% kebutuhan
cairan normal.
Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet 550 kkal per oral dengan
pemberian susu secara bertahap mulai dari 270 kkal dalam bentuk pregestimil 8 x
50 ml. Pasien diberikan susu pregestimil karena susu tersebut merupakan susu
bebas laktosa dan digunakan untuk bayi di bawah 12 bulan. Pasien diberikan susu
tersebut untuk mencegah terjadinya diare jika pasien mengalami lactose
intolerance. Selain itu, pregestimil mengandung lemak dan protein terhidrolisis
sehingga rantainya menjadi lebih pendek. Hal ini dapat meringankan kerja saluran
pencernaan pasien yang masih berumur 2 bulan (Sears 2003).
mengenai MPASI, cara menyeduh susu yang benar, dan pola makan gizi
seimbang. Ibu pasien terlihat antusias saat diberikan konsultasi gizi dan dapat
membuat susu dengan benar sesuai anjuran. Media yang digunakan untuk
konsultasi gizi dapat dilihat pada Lampiran 8.
Monitoring Antropometri
Tabel 16 di bawah ini menunjukkan monitoring perkembangan
antropometri selama 3 hari intervensi. Tidak ada perubahan berat badan pasien
selama tiga hari intervensi. Namun, pasien sangat berisiko mengalami penurunan
berat badan karena asupan pasien sedikit akibat pembatasan cairan yang dilakukan
setelah operasi (Nelms 2010).
Monitoring Biokimia
Tabel 17 di bawah ini menunjukkan perkembangan data laboratorium
selama 3 hari intervensi. Pasien mengalami trombositopenia pada tanggal 13
November 2014. Perkembangan nilai lab pasien tidak dapat dilihat karena data lab
selama tiga hari intervensi tidak ada.
hari kedua dan ketiga intervensi rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pasien
mengalami sesak napas.
Monitoring Asupan
Monitoring asupan dan kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
selama 3 hari intervensi ditunjukkan Tabel 19 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 19, asupan lemak pasien pada hari pertama intervensi
tergolong baik tetapi asupan energi, protein, dan karbohidrat pasien rendah.
Asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien hari kedua dan ketiga
intervensi masih tergolong rendah. Makanan yang dihabiskan pasien ditunjukkan
Lampiran 4.
Hari pertama intervensi pasien diberikan susu pregestimil 8 x 50 ml
sedangkan pada hari kedua pasien diberikan susu 8 x 40 ml karena dokter
menyarankan untuk membatasi asupan cairan yang berasal dari konsumsi susu
agar pasien tidak kembung dan bengkak. Namun, pasien diberikan susu 4 x 40 ml
dan 4 x 50 ml pada hari ketiga intervensi karena dokter menyarankan untuk
memberikan makanan kepada pasien sesuai kebutuhan secara bertahap untuk
mencegah pasien mengalami penurunan berat badan. Jika pasien terlihat bengkak,
pemberian susu dapat dikurangi.
28
89
79
80
60 48,9 46
39,1 37 44 42
40 31,8 28,6
25,4
20
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Gambar 3 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari intervensi
Tujuan intervensi selama tiga hari intervensi belum tercapai karena asupan
energi, protein, lemak, dan karbohidrat pasien rendah. Hal ini disebabkan
pembatasan cairan yang dilakukan pada pasien setelah operasi agar pasien tidak
mengalami bengkak pada wajah dan perut.
Resume
BB/PB tergolong baik. Pasien diberikan diet 550 kkal per oral dengan pemberian
susu secara bertahap mulai dari 270 kkal dalam bentuk pregestimil 8 x 50 ml. Hari
pertama intervensi pasien diberikan susu pregestimil 8 x 50 ml sedangkan pada
hari kedua pasien diberikan susu 8 x 40 ml. Pasien diberikan susu 4 x 40 ml dan 4
x 50 ml pada hari ketiga intervensi. Kebutuhan gizi pasien adalah energi 552 kkal,
protein 16.5 g, lemak 15.3 g, dan karbohidrat 86.9 g. Kondisi fisik dan klinis
pasien tidak banyak perkembangan yang jauh berbeda sedangkan perkembangan
biokimia tidak dapat diamati. Asupan makan pasien masih tergolong rendah
akibat pembatasan balans cairan yang ditetapkan dokter setelah operasi. Ibu
pasien terlihat antusias saat diberikan konsultasi gizi dan dapat menerapkan
anjuran yang diberikan. Tujuan intervensi selama tiga hari intervensi belum
tercapai.
2
33
Identitas Pasien
Nama : An. MH
No. rekam medik : 399-28-80
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 28 Januari 2013
Usia : 1 tahun 10 bulan
Masuk RSCM : 11 November 2014
Ruang rawat : 102 A
Agama : Islam
Tanggal pengamatan : 19-21 November 2014
35
Diagnosis Medis
- Global developmental delay
- Diare akut tanpa dehidrasi
- Hipokalemia
- Gizi buruk marasmik
Terapi Medis
Pasien diberikan beberapa obat oleh dokter seperti yang ditunjukkan Tabel
21 di bawah ini.
Skrining Gizi
Skor strong kids adalah 5 yang menunjukkan bahwa pasien tampak kurus,
mengalami penurunan berat badan dalam satu bulan terakhir, mengalami diare
dalam 1 minggu terakhir, dan memiliki penyakit yang menyebabkan pasien
berisiko mengalami malnutrisi. Skor strong kids menunjukkan pasien berisiko
malnutrisi berat.
36
Pengkajian Gizi
Antropometri
Data antropometri yang didapatkan tanggal 18 November 2014
ditunjukkan oleh Tabel 22 di bawah ini. Pasien terkesan gizi buruk berdasarkan
BB/TB.
Biokimia
Data biokimia yang diperoleh dari rekam medik pasien terakhir tanggal 17
November 2014 yatiu kadar kalium darah sebesar 2.60 mEq/dl yang tergolong
rendah jika dibandingkan dengan nilai normal laboratorium (3.3-5.4 mEq/dl). Hal
ini menunjukkan pasien mengalami hipokalemia.
Riwayat Gizi
Hasil wawancara riwayat gizi menunjukkan bahwa sebelum masuk rumah
sakit pasien biasa makan utama 2 kali dan ASI 10 kali dalam sehari. Pasien
mengonsumsi lauk hewani (ikan) digoreng 1 p, lauk nabati (tahu) digoreng ¼ p.
Sejak umur 7-11 bulan pasien hanya dikenali bubur susu dan pasien mampu
mengonsumsi bubur susu dengan baik. Sejak umur 11 bulan pasien baru diberikan
beragam makanan yang lebih padat seperti nasi, bubur, sayur, lauk pauk, dan buah
tetapi porsi yang dimakan hanya sedikit. Sejak saat itu pasien mengalami diare,
demam, batuk, dan pilek sehingga pasien menjadi tidak mau makan apapun.
Pasien tidak pernah diberikan susu formula oleh ibu pasien sehingga pasien tidak
suka susu formula.
Sehari sebelum pengamatan di rumah sakit, pasien diberikan makanan cair
F100 8 x 100 ml melalui NGT dan biskuit 1 x 4 keping tetapi biskuit tidak
dimakan. Pasien mengonsumsi biskuit monde dari keluarga sebanyak 5 keping
dan ayam goreng 1/8 p. Pasien juga mengonsumsi ASI 10 kali dalam sehari
masing-masing selama 15 menit. Asupan pasien sebelum masuk rumah sakit
dibandingkan kebutuhan normal tergolong rendah dan dapat dilihat pada Tabel 24
di bawah ini. Tabel 25 menunjukkan bahwa asupan pasien sehari sebelum
pengamatan di rumah sakit tergolong baik tetapi asupan karbohidrat dan
mikronutrien tegrolong rendah.
Riwayat Personal
Pasien merupakan anak ketiga dari seorang ibu rumah tangga dan ayah
seorang supir bajaj. Ibu pasien belum pernah mendapat konsultasi gizi. Tidak ada
riwayat penyakit keluarga.
38
Diagnosis Gizi
NI 5.2 malnutrisi berkaitan dengan peningkatan kebutuhan zat gizi akibat
penyakit kronis jangka panjang ditandai oleh BB/TB < -3SD.
Intervensi Gizi
Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi gizi adalah memenuhi asupan zat gizi mencapai minimal
90% kebutuhan.
Syarat Diet
Syarat diet pasien adalah memberikan makanan secara bertahap untuk
meningkatkan berat badan dan mengatasi komplikasi gizi buruk. Kebutuhan
energi pasien sebesar 960 kkal, protein 19.2 gram, lemak 42.7 gram, dan
karbohidrat 124.8 gram, serta kebutuhan cairan pasien adalah 960 ml.
Perhitungan kebutuhan gizi pasien di rumah sakit pada fase transisi menggunakan
perhitungan sebagai berikut.
Energi = (BBA x 150 kkal/kg)
= (6.4 kg x 150 kkal/kg)
= 960 kkal
Implementasi
Diet yang diberikan kepada pasien adalah diet 960 kkal dengan pemberian
makanan cair F100 4 x 100 ml dan 4 x 125 ml per NGT, biskuit 1 x 2 keping, dan
ASI ad libitum pada hari ke-8 di rumah sakit, makanan cair komersial 8 x 105 ml
per NGT dalam bentuk peptamen junior pada hari ke-9 di rumah sakit, dan
makanan cair komersial 8 x 125 ml dalam bentuk peptamen junior pada hari ke-10
di rumah sakit. Pasien diberikan peptamen junior atau susu semielemental agar
tidak memberatkan saluran pencernaan dan meningkatkan jumlah zat gizi
terutama protein yang diserap ketika pasien mengalami diare. Peptamen junior
mengandung protein terhidrolisis yang rantainya lebih pendek sehingga waktu
untuk pemecahan rantai protein menjadi asam amino lebih singkat serta lemak
MCT yang lebih mudah dicerna. Peptamen junior merupakan susu untuk anak
usia 1-3 tahun yang bebas laktosa sehingga dapat mencegah diare pada pasien
yang lactose intolerance (Sears 2003).
Monitoring Antropometri
Tabel 26 di bawah ini menunjukkan monitoring perkembangan
antropometri selama 3 hari intervensi. Pasien mengalami kenaikan berat badan
dan kenaikan lingkar lengan atas pada hari kedua intervensi.
Monitoring Biokimia
Tabel 27 di bawah ini menunjukkan perkembangan data laboratorium
selama 3 hari intervensi. Pasien mengalami hipokalemia pada tanggal 17
November 2014. Perkembangan nilai lab pasien tidak dapat dilihat karena data lab
selama tiga hari intervensi tidak ada.
Monitoring Asupan
Monitoring asupan dan kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan
mikronutrien selama 3 hari intervensi ditunjukkan Tabel 29 di bawah ini.
Makanan yang dikonsumsi pasien selama intervensi ditunjukkan Lampiran 5.
Asupan energi pasien selama tiga hari tergolong cukup sedangkan asupan
protein tergolong tinggi karena makanan cair yang dikonsumsi pasien
mengandung protein yang cukup tinggi. Selain itu, asupan protein yang tinggi
juga bertujuan untuk meningkatkan berat badan pasien selama tahap transisi
dalam tatalaksana gizi buruk (Depkes 2011). Asupan lemak pada hari pertama
tinggi tetapi asupan lemak pada hari kedua rendah dan asupan lemak pada ketiga
intervensi tergolong cukup. Asupan karbohidrat, Fe, vitamin A, dan vitamin C
pada hari pertama intervensi tergolong rendah. Hal ini disebabkan pasien
mengonsumsi makanan cair F100 yang kurang mengandung Fe, vitamin A, dan
vitamin C, serta karbohidrat (Depkes 2011). Namun, karbohidrat pada hari
selanjutnya tergolong cukup. Asupan vitamin A, vitamin C, dan Fe pada hari
kedua dan ketiga tergolong tinggi karena peptamen yang diberikan kepada pasien
mengandung vitamin A, vitamin C, dan Fe yang cukup tinggi (Sears 2003).
Tujuan intervensi selama tiga hari intervensi sudah tercapai tetapi target
peningkatan berat badan pasien belum tercapai yaitu 10 gram/kg/hari. Gambar 1
di bawah ini menunjukkan grafik perkembangan tingkat kecukupan energi dan zat
gizi pasien selama tiga hari.
42
250 229
200
157,8 168,7
158,3
145,4 135,9
150 135,4
112,4 121,8
99,2 100,3 107,8
100 82,5
94,2 88,5 97,5 90,6
50
3,8 4,9 0,7
0
Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe Vitamin A Vitamin C
Gambar 4 Grafik tingkat kecukupan energi dan zat gizi selama 3 hari intervensi
Resume
dengan pemberian makanan cair F100 4 x 100 ml dan 4 x 125 ml per NGT,
biskuit 1 x 2 keping, dan ASI ad libitum pada hari ke-8 di rumah sakit, makanan
cair komersial 8 x 105 ml per NGT dalam bentuk peptamen junior pada hari ke-9
di rumah sakit, dan makanan cair komersial 8 x 125 ml dalam bentuk peptamen
junior pada hari ke-10 di rumah sakit. Perkembangan diare pasien semakin
membaik karena frekuensi diare pasien berkurang. Berat badan pasien juga
menunjukkan peningkatan. Asupan makan pasien semakin baik. Ibu pasien
terlihat antusias saat diberikan konsultasi gizi. tujuan intervensi gizi sudah
tercapai tetapi belum dapat meningkatkan berat badan pasien sesuai target yang
ditetapkan.
Simpulan
disediakan seperti tahu, tempe, dan ayam. Evaluasi terhadap asupan pasien
menunjukkan bahwa tujuan intervensi pada hari pertama dan kedua sudah tercapai
kecuali pada asupan protein yang belum mencapai target. Tujuan intervensi pada
hari ketiga belum tercapai karena asupan pasien pada hari ketiga tergolong
rendah.
baggy pants. Diare yang dialami sudah berkurang. Monitoring asupan pasien
sampai hari ketiga intervensi menunjukkan bahwa asupan energi pasien selama
tiga hari tergolong cukup sedangkan asupan protein tergolong tinggi. Asupan
lemak pada hari pertama tinggi tetapi asupan lemak pada hari kedua rendah dan
asupan lemak pada hari ketiga intervensi tergolong cukup. Asupan karbohidrat,
Fe, vitamin A, dan vitamin C pada hari pertama intervensi tergolong rendah.
Namun, karbohidrat pada hari selanjutnya tergolong cukup. Asupan vitamin A,
vitamin C, dan Fe pada hari kedua dan ketiga tergolong tinggi. Target balans
cairan sudah tercapai selama tiga hari pengamatan. Evaluasi terhadap berat badan
pasien menunjukkan bahwa tujuan intervensi belum tercapai.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih S. 2010. Waspadai Gizi Balita Anda Tip Mengatasi Anak Sulit Makan
Sulit Makan Sayur dan Buah. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo.
Anggraeni AC. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
Bradley WG, Daroff RB, Fenichel GM, dan Jankovic J. 2004. Clinical Practices
Principles of Diagnosis and Management. USA: Butterworth Heinemann.
Depkes [Departemen Kesehatan]. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk.
Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan RI.
Depkes [Departemen Kesehatan]. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID):
Kementerian Kesehatan RI.
46
Hartono A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Hidayat AAA. 2009. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita: Buku Pedoman
Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta (ID): Buku Kedokteran EGC.
Hurst M. 2008. Hurst Reviews Pathophysiology Review. United States: McGrow
Hill.
Lipoeto NI, Megasari N, dan Putra AE. 2006. Malnutrisi dan asupan kalori pada
pasien rawat inap di rumah sakit. Majalah Kedokteran Indonesia (56): 11.
Mahan LK dan Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food and Nutrition Therapy.
USA: Saunders Elsevier.
MIMS. 2014. [internet] (diakses pada November 9 2014)
http://www.mims.com/INDONESIA/Home/GatewaySubscription/?generic
=amlodipine
Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth SL. 2010. Nutrition Therapy &
Patophysiology. USA: Wardsworth.
Otto SE. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Park MK. 2007. Pediatric Cardiology for Practitioners. Philadelphia: Mosby.
Plunkett MD, Mitropoulos F, dan Laks H. 2007. Pulmonary Stenosis and
Pulmonary Atresia with Intact Interventricular Septum. USA: Dams.
Rasjidi I. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta: Sagung Seto.
Schorge JO. 2008. Endometrial cancer. USA: McGraw-Hill.
Siegel R. 2011. The impact of eleminating socioeconomic and radial disparities
on premature cancer deaths. Cancer Journal for Clinicians 61(4): 212-236.
Sears W dan Sears M. 2003. The Baby Book. Jakarta: Serambi Ilmu Sentosa.
Utami R. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yuwono SR, Taher A, Minarto, dan Irianto SE. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan
Gizi Rumah Sakit. Jakarta (ID): Kementerian Kesehatan.
47
LAMPIRAN
Hari ke-2
Makanan Pagi Siang Malam
saring Berat
E P L KH Berat (g) E P L KH Berat (g) E P L KH
(g)
Total 500 24 17.4 60.8 445 13 14.2 65 475 17 12.4 72.8
Total
sehari 1420 54 44 198.6