GELOMBANG I
PERIODE 8 AGUSTUS – 3 SEPTEMBER 2022
O L E H:
NURHALISA AMALIA ACHMAD
N014 21 2057
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,
karunia, dan petunjuk-Nya sehingga laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan Salam juga senantiasa tercurah ke Nabiullah Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang lebih
baik.
Praktik Kerja Profesi Apoteker, atau disingkat PKPA, merupakan salah
satu tahapan pendidikan Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin. Kegiatan ini dibagi dalam tiga bagian yaitu PKPA
Apotek, Rumah Sakit, dan Industri. Dalam PKPA Rumah Sakit, terdapat berbagai
aspek yang diharapkan dapat dipahami oleh mahasiswa calon apoteker agar dapat
merasakan pengalaman langsung dalam dunia rumah sakit sehingga mahasiswa
diharapkan lebih siap dalam mengemban amanah sebagai profesi apoteker.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak berupa bimbingan, saran, hingga ucapan semangat sehingga
penyusunan laporan ini dapat terselesaikan, khususnya dukungan dari orang tua,
bapak ibu yang penulis sayangi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Habibie, S.Si., M.Pharm.Sc., Apt. selaku Pembimbing PKPA
Farmasi Rumah Sakit Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Ibu apt. Latifah Mahaya Sarifah, S.Si. selaku pembimbing PKPA Rumah
Sakit di RSUD Labuang Baji Makassar.
3. Ibu apt. A. Selvi Kartini Wonsu, S.Si. selaku Kepala Instalasi Farmasi
RSUD Labuang Baji Makassar.
4. Ibu Prof. Dr. rer.nat. Marianti A. Manggau, Apt., selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin, Bapak Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Ph.D.,
Apt., selaku Wakil Dekan I, Ibu Prof. Dr. Sartini, M.Si., Apt., selaku
Wakil Dekan II, dan Ibu Yulia Yusriani Djabir, S.Si., MBM Sc., M.Si.,
PhD., Apt., selaku Wakil Dekan III.
5. Bapak Abdul Rahim, S.Si., M.Si., Ph.D., Apt., selaku Ketua Program
Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
6. Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt., selaku Koordinator PKPA
Rumah Sakit Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Makassar.
7. Segenap dosen dan pegawai Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.
8. Seluruh karyawan RSUD Labuang Baji Makassar yang telah banyak
membantu dan memberikan wawasan ilmu kepada penulis selama
pelaksanaan PKPA Farmasi Rumah Sakit.
9. Rekan-rekan peserta Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Farmasi
Universitas Hasanuddin Makassar
Demikian ungkapan terima kasih penulis untuk semua pihak yang telah
berperan dalam proses pembuatan laporan ini. Penulis berharap melalui
laporan ini dapat membantu menambah ilmu dan pengetahuan bagi pembaca
dan orang di sekitarnya.
Makassar, 2022
TINJAUAN PUSTAKA
II.2.4.1.5 Diuretik
Obat golongan diuretik merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk
hipertensi. Mekanisme kerja dari obat golongan diuretik yaitu meningkatkan
eksresi natrium, air, dan klorida sehingga terjadi penurunan curah jantung dan
tekanan darah. Penggunaan obat golongan diuretik dapat meningkatkan efektifitas
terapi jika dikombinasikan dengan obat antihipertensi lainnya (18). Obat-obat
golongan diuretik yaitu tiazid, furosemid, diuretik hemat kalium, dan
spinorolakton. Diuretik tiazid diberikan sebagai lini pertama terapi hipertensi,
selain ACEI, ARB, dan CCB; furosemid yang merupakan loop diuretik dapat
digunakan untuk mengatasi hipertensi, namun lebih berpotensi dalam mengatasi
edema dengan mengiduksi diuresis; diuretik hemat kalium merupakan
antihipertensi lemah apabila digunakan sebagai monoterapi dan memberikan efek
aditif apabila dikombinasikan dengan tiazid atau furosemid, efek utama diuretik
hemat kalium yaitu menginduksi diuresis dengan tetap menjaga kadar kalium;
sedangkan spinorolakton yang merupakan antagonis aldosteron diberikan sebagai
lini kedua dalam terapi hipertensi dengan onset kerja yang lebih panjang (16).
Dosis terapi obat-obat golongan β-blocker dapat dilihat pada gambar 11 (7).
21 ISDN tablet 5 mg R R R R R R R
22 Omeprazole kapsul 20 mg R R R R R R R
23 Asam traneksamat 1 ampul R R IR R R R R
24 Adona 1 ampul R R R R R R IR
25 Asam mefenamat tablet 500 mg R R R R R R R
36
Hipertensi Pemeriksaan Valsartan Tidak tepat Pasien lambat Pemberian terapi Tekanan
Tekanan Darah: obat diberikan pengobatan hipertensi darah
31/8/2022: antihipertensi golongan
191/110 angiotensin
mmHg converting enzyme
1/9/2022: inhibitor (ACEi)
138/81 reseptor bloker
2/9/2022: (ARB).
168/98 Contohnya:
3/9/2022:142/8 Valsartan (JNC
9 VIII).
4/9/2022:162/9 Direkomendasikan
3 diberikan pada saat
5/9/2022:163/8 pasien masuk
4 Rumah Sakit
bersama dengan
6/9/2022:172/1
pemberian
00
Furosemide/diureti
7/9/2022:156/9
k loop
6
8/9/2022:175/1
37
08
9/9/2022:153/1
08
4. Furosemide (22)
Komposisi Tiap ampul (mL) mengandung 10
mg furosemid
Tiap tablet mengandung 40 mg furosemid
Indikasi Edema akibat penyakit ginjal, hati, dan jantung.
Selain itu digunakan sebagai terapi tambahan pada
edema pulmonari akut dan edema otak.
Dosis - Injeksi intravena/intramuskular
Edema: dosis awal 20-40 mg diberikan 1-2
kali sehari, dapat ditingkatkan 20 mg tiap
interval 2 jam, hingga efek tercapai.
Maksimal dosis dalam sehari 1.500. mg.
43
- Oral
Edema (dewasa): dosis awal 40 mg sehari,
dapat ditingkatkan hingga 80 mg sehari.
Edema (anak): 1-3 mg/kgBB sehari, maksimal 40
mg sehari.
Kontaindikasi Hipovolemia dan hipersensitivitas
Perhatian Hati–hati penggunaan furosemid pada pasien
hipotensi, gout, dan hipoproteinemia.
Efek Samping Efek samping terkait penggunaan furosemid yaitu
gangguan elektrolit, dehidrasi, hipokloremia,
peningkatan asam urat, dan peningkatan volume
urin.
Interaksi Obat OAINS, aminoglikosida, sefalosporin, glikosida
jantung, glukokortikoid, dan laksatif.
5. Paracetamol (22)
Komposisi Tiap tablet mengandung 500 mg paracetamol
Indikasi Meredakan nyeri, demam, dan mengatasi radang
Dosis Dosis tunggal 15 mg/kg setiap 4 atau jam lebih,
hingga maksimum 60 mg/kg (hingga 3 g) setiap
hari
Kontraindikasi Gangguan fungsi hati berat
Perhatian Hati–hati penggunaan paracetamol jangka
panjang pada pasien anemia
Efek Samping Efek samping terkait penggunaan paracetamol
yaitu mual, muntah, dan diare.
Interaksi Warfarin, carbamazepin, fenobarbital, fenitoin,
probenesid, dan isoniazid
6. Atorvastatin (21,22)
Komposisi Tiap tablet mengandung 10 mg; 20 mg; atau 40
mg atorvastatin
Indikasi Hiperlipidemia, profilaksis kejadian
kardiovaskular
Kontraindikasi Hiperglikemia, hipersensitivitas, pasien dengan
44
7. Omeprazole (22)
Komposisi Tiap ampul (mL) mengandung 40
mg omeprazol
Tiap kapsul mengandung 20 mg omeprazol
Indikasi Tukak lambung dan tukak duodenum
Dosis - Injeksi intravena/intramuskular
Tukak lambung dan tukak duodenum: 40 mg
sehari
45
- Oral
Tukak lambung dan tukak duodenum: 20 mg
sehari, dapat ditingkatkan 20-40 mg sehari.
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Perhatian Hati–hati penggunaan omeprazol pada pasien
gangguan hati
Efek Samping Efek samping terkait penggunaan omeprazol yaitu
ruam kulit, sakit kepala, diare, demam, mual dan
muntah.
Interaksi Nelfinavir, metotrexat, digoxin, clopidogrel, dan
alprazolam
8. Proliver (21)
Komposisi Tiap tablet mengandung curcuminoid 20 mg,
silymarin phytosome 70 mg, choline bitartrate 150
mg, vit B6 2 mg.
Indikasi Membantu memelihara kesehatan hati.
Dosis 3 kali sehari 1 kapsul
dihidroergotamin, heparin.
Sulfonate 10 mg
Indikasi Agen haemostatik
Dosis 30-150 mg per hari dalam 3 dosis terbagi
Efek Samping Gangguan pencernaan dan hipersensitivitas
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Pembahasan
Studi kasus pasien dengan diagnosis CKD Stage 5,edema paru akut,
hipertensi, dan anemia, yang diambil dari rekam medik pasien dengan inisial Ny.
T di ruang perawatan khusus, lantai 2, Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Makassar. Pasien berada di rumah sakit sejak 31 Agustus 2022 hingga tanggal 9
September 2022. Pasien berusia 58 tahun dengan berat badan 48.20 kg.
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak nafas dirasakan
pasien sejak 3 hari yang lalu. Sebelumnya dirawat di RS Daerah Syekh Yusuf
Gowa kemudian pasien dirujuk ke RSUD Labuang Baji. Anamnesis pasien berupa
sesak nafas 3 hari yang lalu. Diagnosa awal yang diberikan dokter adalah
Dyspneu pro ev + Anemia E.C susp CKD, namun diagnosa ini dihilangkan hingga
diagnosis yang terdapat selama perawatan di rumah sakit adalah CKD Stage
5,edema paru akut, hipertensi, dan anemia.
Pemberian Nitrokaf pada pasien dinilai telah rasional digunakan. Hal ini
merujuk pada DiPiro et al. (2012) yang menyatakan bahwa pada pasien dengan
pulmonary edema (edema paru), maka dapat diberikan Nitrogliserin beserta
Furosemide. Sehingga secara efektif, penggunaan Nitrokaf dan Furosemide telah
tepat. Pemberian Cedocard relatif sama dengan Nitrokaf, karena keduanya
merupakan direct vasodilator yang penggunaan keduanya dikhususkan pada kasus
CKD (20). Pada pemberian Nitrokaf dihentikan secara tiba-tiba yaitu pada tanggal
8 September setelah pemberian selama 2 hari. Penghentian Nitrokaf secara tiba-
tiba dapat mengakibatkan efek rebound sehingga diperlukan tappering dose untuk
penghentiannya (19).
54
Pemberian Cedocard jika dinilai dari jenis obatnya telah sesuai, namun
dosis yang diberikan tidak mencukupi. Dosis yang diberikan pada pasien tersebut
adalah sebanyak 1 mg/jam dengan metode syringe pump. Sedangkan dosis yang
memberikan efek bagi pengobatan angina adalah 2 - 12 mg/jam (27). Sehingga
dalam hal ini diperlukan penyesuaian dosis bagi pasien.
Pemberian Asam Folat kepada pasien terkait anemia yang diderita oleh
pasien telah tepat digunakan, namun terdapat obat anemia yang lebih tepat untuk
pasien CKD yaitu Eritropoetin. Pada pasien dengan CKD, anemia terjadi
55
Pemberian Neurobion yang berisi vitamin B1, B6, dan B12 dinilai telah
rasional diberikan, karena dapat mengatasi anemia yang terjadi akibat defisiensi
dari vitamin B12 sehingga suplemen dari Neurobion dapat diberikan (31).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus yang telah dikaji sebelumnya, dapat disimpulkan DRPs
yang dialami oleh pasien adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan obat anti hipertensi yang digunakan sebaiknya
disesuaikan menurut guideline
2. Penggunaan Atorvastatin sebaiknya mempertimbangkan pemeriksaan
kolestrol
3. Penggunaan Nitrokaf sebaiknya tidak dihentikan secara mendedak
4. Penggunaan Cedocard sebaiknya disesuaikan dosisnya
5. Pemberian terapi anemi bagi pasien CKD sebaiknya diberikan obat
anemia yang lebih sesuai yakni EPO
6. Pemberian Adona sebaiknya dihentikan dikarenakan pasien sudah
tidak mengalami pendarahan
7. Penggunaan Asam Mefenamat sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan
skala nyeri pasien
8. Pemberian Dextrosa sebaiknya dihentikan karena pasien tidak
mengalami hipoglikemik
9. Pemberian NaCl harus disesuaikan jumlah tetes per menitnya agar
mencapai kebutuhan cairan yang diinginkan
V.2 Saran
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai tenaga kesehatan,
apoteker diharapkan dapat bekerjasama dengan tenaga medis lain sehingga
permasalahan yang terjadi pada kasus tersebut dapat teratasi sehingga pasien
dapat segera mencapai kesembuhan.
57
DAFTAR PUSTAKA
31. McMurray JJV, Parfrey PS, Adamson JW, Aljama P, Berns JS, Bohlius J,
et al. Kidney disease: Improving global outcomes (KDIGO) anemia work
group. KDIGO clinical practice guideline for anemia in chronic kidney
disease. Kidney Int Suppl [Internet]. 2012;2(4):279–335. Available from:
https://kdigo.org/wp-content/uploads/2016/10/KDIGO-2012-Anemia-
Guideline-English.pdf
32. MIMS. Carbazochrome @ www.mims.com [Internet]. 2022 [cited 2022
Sep 25]. Available from:
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/carbazochrome?mtype=generic
33. Kemenkes RI. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementrian Kesehat RI.
2011;(January):1–83.
61
LAMPIRAN
Hasil dari pemeriksaan darah yang menunjukkan tidak normal serta indikasi
kemungkinan gangguan yang terjadi antara lain:
WBC (+) Infeksi, kanker (33)
RBC (-) Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia,
penurunan fungsi ginjal, talasemin, hemolisis dan lupus eritematosus
sistemik. Dapat juga terjadi karena obat (drug induced anemia). Misalnya:
sitostatika, antiretroviral.
HGB (-) Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia
karena kekurangan zat besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan,
peningkatan asupan cairan dan kehamilan.