Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG APOTEK
DI APOTEK JATI KRAMAT
PERIODE 01 – 25 AGUSTUS 2023

Disusun Oleh:

AGUNG NUGROHO 2204026124

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK JATI KRAMAT

PERIODE 01 – 25 AGUSTUS 2023

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Disetujui oleh:

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

apt. Yulia Anggraini Archan, S.Si apt. Zainul Islam, M. Farm

2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, Zat Maha Agung dan
Maha Kuasa, pencipta seluruh alam, jagat raya, langit dan bumi beserta isinya,
pemilik 7 lapis langit yang luasnya tak terhingga dan yang menutupi malam pada
siang dan siang pada malam sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Lembaga Farmasi Tni
Angkatan Udara Roostyan Effendie periode 05- 27 Juni 2023 sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker (apt) Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Keberhasilan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan
laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya teriring do’a Jazakumullah ahsanal
jazaa kepada:
1. Ayahanda Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
2. Ibunda Dr. apt. Siska, M.Farm, Selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
3. Ayahanda apt. Zainul Islam, M. Farm selaku pembimbing Program Studi
Profesi Apoteker atas bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berarti
bagi kami.
4. Rekan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker angkatan XXXVII
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
5. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan PKPA dan
penyelesaian laporan.
Atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan sekecil apapun itu, semoga
Allah SWT senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa naskah skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Jakarta, Agustus 2023
Penulis

3
DAFTAR ISI
Hlm.
HALAMAN JUDUL I
LEMBAR PENGESAHAN Ii
KATA PENGANTAR Iii
DAFTAR ISI Iv
DAFTAR TABEL V
DAFTAR LAMPIRAN Vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Apotek 3
B. Fungsi Apotek 3
C. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker 3
D. Pengelolaan Apotek 4
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat 4
Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP)
2. Pelayanan Farmasi Klinik 6
BAB III KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 9
A. Kegiatan Harian PKPA 9
B. Apotek Jati Kramat 9
1. Uraian 9
2. Struktur Organisasi 12
3. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian di Apotek 12
Jati Kramat
C. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Jati Kramat 14
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan 14
dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
2. Pelayanan Farmasi Klinik 18
3. Sistem Perpajakan 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 21
A. Simpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22

4
DAFTAR TABEL
Hlm.
Tabel 1. Kegiatan Harian Praktek Kerja Profesi Apoteker di 9
Apotek Jati Kramat

5
DAFTAR LAMPIRAN
Hlm.
Lampiran 1. Denah Apotek Jati Kramat 23
Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek 24
Lampiran 3. Papan Nama Apotek 25
Lampiran 4. Tampak Depan Apotek 26
Lampiran 5. Etalase, loket penerimaan resep, penyerahan obat 27
dan kasir
Lampiran 6. Suhu (Temperatur) 28
Lampiran 7. Surat Pesanan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, 29
OOT dan Reguler
Lampiran 8. Copy Resep, Kwitansi, Etiket dan Kartu Stok 32
Lampiran 9. Faktur 35
Lampiran 10. Tempat Faktur Datang 36
Lampiran 11. Arsip Faktur 37
Lampiran 12. Tempat Meracik Obat 38
Lampiran 13. Lemari Narkotika dan Psikotropika 39
Lampiran 14. Gudang Penyimpanan Obat 40
Lampiran 15. Penyimpanan Obat Paten 41
Lampiran 16. Penyimpanan Obat Generik 42
Lampiran 17. Alur Pelayanan Resep 43
Lampiran 18. Bundel Resep 44
Lampiran 19. Dokumen SIPNAP 45
Lampiran 20 Dokumen Pemusnahan Resep dan Obat 46
Kadaluwarsa
Lampiran 21 Ruang Lab, Dokter Umum dan Dokter Gigi 49
Lampiran 22. Penerimaan Obat 50
Lampiran 23. Penyerahan Obat 51
Lampiran 24. Peracikan Obat 52
Lampiran 25. Alur Perizinan Apotek 53
Lampiran 26. Sesi Foto Bersama 54

6
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan faktor penting dalam melakukan perwujudan dalam
meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Pelayanan mutu kesehatan
akan lebih baik jika masing-masing dari profesi kesehatan dapat memberikan
pelayanan berdasarkan akhlakul karimah dari dalam diri seorang tenaga
kesehatan, khususnya profesi apoteker. Peran apoteker sangat penting dalam
kalangan masyarakat guna memberikan edukasi mengenai obat. Implementasi
yang dilakukan guna mewujudkan tingkat kesehatan yang baik dikalangan
masyarakat.
Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini telah menjadi beralih. Bermula
pada drug oriented menjadi patient oriented, artinya saat ini kefarmasian tidak
hanya berfokus kepada obat saja namun kepada pasien, tentunya dalam hal ini
apoteker dituntut untuk dapat menjalankan standar pelayanan kefarmasian sebagai
tolak ukur penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.
Apoteker sebagai tenaga kefarmasian dalam menjalankan pelayanannya dapat
dilakukan di apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi
yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker (Depkes, 2016). Menurut Permenkes No 73 tahun 2016, standar
pelayanan kefarmasian di apotek meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP; dan pelayanan farmasi klinik. Apoteker harus
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta
mengatasi masalah terkait obat (drug related problems), masalah
farmakoekonomi, dan farmasi sosial (socio- pharmacoeconomy).
Menyadari pentingnya tanggungjawab dan peran yang di amanhkan kepada
apoteker, maka Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA mengadakan Program Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Jati Kramat 1 yang berlangsung pada
Periode 01 – 25 Agustus 2023 dengan besar harapan agar memiliki pengetahuan

7
dan keterampilan dalam menjalankan tugas nantinya serta kedepannya kelak dapat
berperan dan bekontribusi aktif dalam meningkatkan kualitas masyarakat juga
dalam menghadipi sutu permasalahan-permasalahan.

B. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Praktek kerja ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta PKPA menjadi
apoteker yang mampu melakukan praktek kefarmasian secara professional, legal,
dan etik di apotek, rumah sakit, puskesmas, pedagang besar farmasi, dan industri
farmasi. Secara khusus PKPA di industri ditujukan untuk :
1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang tupoksi, peran, posisi
dan tanggung jawab apoteker dalam praktek kefarmasian di Apotek
2. Meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
praktis untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan tentang pekerjaan
kefarmasian di Apotek.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker. Apotek merupakan sarana pembuatan dan
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

B. Fungsi Apotek
Apotek menyelenggarakan fungsi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan habis pakai serta pelayanan farmasi klinik termasuk di komunitas
(Kemenkes RI, 2017).

C. Tugas dan Tanggungjawab Apoteker


Dalam melakukan pelayanan kefarmasian, seorang apoteker harus
menjalankan beberapa peranan, yang pertama pemberi layanan. Pemberi layanan
artinya apoteker harus berinteraksi dengan pasien. Apoteker harus
mengintegrasikan pelayanannya pada system pelayanan kesehatan secara
berkesinambungan. Pengambil keputusan, dalam hal ini apoteker mampu dalam
mengambil keputusan dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada secara
efektif dan efesien. Komunikator, dalam hal ini apoteker harus mampu
berkomunikasi dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya sehubungan
dengan terapi pasien. Oleh karena itu harus mempunyai kemampuan
berkomunikasi dengan baik. Pemimpin, apoteker diharapkan memiliki
kemampuan untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi
keberanian mengambil keputusan yang empati dan efektif, serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan. Pengelola, dalah hal ini
apoteker harus mampu mengelola sumber daya manusia, fisik, anggaran dan
informasi secara efektif. Apoteker harus mengikuti kemajuan teknologi informasi
dan bersedia berbagi informasi tentang obat dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan obat. Pembelajaran seumur hidup, artinya apoteker harus terus
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan profesi melalui pendidikan

9
berkelanjutan. Peneliti, apoteker harus selalu menerapkan prinsip/kaidah ilmiah
dalam mengumpulkan informasi sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian dan
memanfaatkannya dalam pengembangan dan pelaksanaan pelayanan farmasi.

D. Pengelolaan Apotek
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai (BMHP)
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP harus dilakukan
dengan efektif dan efesien agar dapat menjamin kendali mutu dan biaya.
Pengelolaan tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan.
a. Perencanan
Perencanaan merupakan tahapan untuk menetapkan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan BMHP yang di adakan sesuai dengan kebutuhan. Dalam membuat
perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP perlu
diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.
b. Pengadaan
Pengadaan merupakan bentuk tindakan yang dilakukan dari hasil perencaan
yang telah ditentukan. Dalam hal ini pengadaan dapat dikatakan sebagai
pembelian. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
sediaan farmasi haris melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan meletakkan, memelihara dan merawat
barang yang telah di pesan sesuai dengan karakteristik masing-masing dari barang
tersebut. Tentunya barang diletakan pada tempat yang aman dan nyaman,
tujuannya sendiri adalah guna memelihara mutu, menjaga ketersediaan serta
memudahkan untuk pencarian.

10
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang- kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya, tempat penyimpanan obat tidak
dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi, Ssstem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara alfabetis, pengeluaran obat
memakai system FEFO dan FIFO.
e. Pemusnahan
Pemusnahan adalah kegiatan menghancurkan/memusnahkan seidaan farmasi
sesuai dengan cara yang telah ditentukan. Pemusnahan sediaan dilakukan kepada
sediaan farmasi yang telah rusak atau kadaluwarsa. Pemusnahan yang
mengandung obat narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan
disaksikan langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk obat yang lain
dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian yang memiliki
surat izin praktik/ izin kerja. Jika sudah dimusnahkan, dibuatkan berita acara
pemusnahan.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
menggunakan Formulir 2 sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang- kurangnya

11
memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.

g. Pencatatan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan,
faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
h. Pelaporan
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan, meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
2. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker
kepada pasien guna meningkatkan pengetahuan serta kualitas terapi pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi, pengkajian dan pelayanan resep, dispensing,
pelayanan informasi obat, konseling, pelayanan kefarmasian di rumah,
pemantauan terapi obat dan monitoring efek samping obat.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis. Kajian afministratif meliputi; nama pasien, umur, jenis
kelamin, berat badan, nama dokter, nomor surat izin praktik, alamat, nomor
telfon, paraf dan tanggal penulisan resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi;
bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas (ketercampuran obat).
Pertimbangan klinis meliputi; ketetapan indikasi dan dosis obat, aturan, cara, lama
penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diingikan
(alergi, efek samping, manifestasi klinis lain), kontraindikasi dan interaksi. Jika
ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis Resep.

12
b. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.
Hal yang dilakukan setelah pengkajian resep adalah, menyiapkan Obat sesuai
dengan permintaan Resep seperti, menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai
dengan Resep dan mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan
dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
Selanjutnya melakukan peracikan obat bila diperlukan, kemudian memberikan
etiket untuk obat sesuai dengan aturannya. Selanjutnya memasukkan Obat ke
dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang berbeda untuk menjaga
mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah. Setelah disiapkan obat dapat
diserahkan.
c. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker
dalam pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi
dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat
kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat
termasuk Obat Resep, Obat bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari Obat dan lain-lain.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan
kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling,
Apoteker menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien
dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker

13
harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami
Obat yang digunakan.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping.
g. Monitoring Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang merugikan
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi
fisiologis.

14
BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Harian PKPA


Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Jati Kramat berlangsung dari
tanggal 1-25 Agustus 2023. Kegiatan PKPA dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kegiatan Harian Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Jati
Kramat
Tanggal Kegiatan
Tanggal 1 – 24 1. Belajar resep
2. Melakukan PIO dan SWAMEDIKASI
3. Memahami cara pemesanan obat
4. Membedakan jenis surat pesanan dan mempelajari
cara penulisan
5. Memahai cara penerimaan barang
6. Membuat copy resep
7. Tata cara gudang
8. Membantu dalam pengambilan obat
9. Belajar penyerahan resep
10. Mencoba memahami indikasi dari obat generic
11. Membantu pelayanan resep
12. Belajar faktur
Tanggal 25 13. Pamitan

B. Apotek Jati Kramat


1. Uraian
Apotek Jati kramat didirikan pada tahun 1994 dengan nomor SIA (Surat Izin
Apotek) 449/0099/DPMPTSP.PPJU. Apotek Jati Kramat beralamtkan di Jalan Jati
Kramat Raya No. 10 RT. 004 / RW. 001, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jati
Asih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Apoteker pengelola Apotek (APA) pada apotek
tersebut adalah Apt. Yulia A. Archan, S.Si dengan nomor STRA (Surat Izin
Tanda Registrasi Apoteker) 19770718/STRA- UI/2002/215409 dan nomor SIPA
(Surat Izin Praktek Apoteker) 440/0209/KP/DPM- PTSP.PPJU/OL21. Apotek Jati
Kramat memiliki beberapa fasilitas sarana dan prasarana. Fasilitas tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Parkiran
Halaman depan Apotek Jati Kramat sangat ideal, karena sangat cukup untuk
meletakkan kendaraan pengunjung yang ingin datang ke Apotek. Parkiran Apotek

15
Jati Kramat juga sudah difasilitasi dengan CCTV dan tukang parkir agar
pengunjung merasa nyaman ketika datang ke apotek untuk berbelanja.
b. Ruang Tunggu Pasien
Ruang tunggu pasien ditata dengan sedemikian rupa agar pasien merasa
nyaman ketika sedang menunggu pelayann obat, di dalamnya terdapat tempat
duduk pasien, televisi dan kulkas yang berisikan minuman yang di perjual belikan
kepada pasien yang sedang haus.
c. Tempat Obat
Ketika memasuki apotek, pengunjung langsung dapat melihat obat-obat yang
diperbolehkan untuk diperjualbelikan tanpa resep dokter, baik itu obat bebas,
bebas terbatas dan BMHP. Tempat Dosplay Obat The Counter (OTC) tentunya
tersusun rapih sesuai dengan alfabet juga sesuai dengan indikasi.
d. Kasir Apotek
Apotek Jati Kramat memiliki 2 set komputer yang dilengkapi oleh meja,
fungsi komputer tersebut guna mempermudah untuk pelayanan kasir. Komputer
yang pertama terletak di depan digunakan untuk melakukan pencetakan struk
perbelanjaan obat tanpa resep. Komputer yang kedua terletak di bagian agak
kebelakang, digunakan untuk melakukan pencetakan struk perbelanjaan obat
dengan resep.
e. Lemari
Terdapat beberapa lemari yang tersedia di Apotek Jati Kramat. Letak lemari
berada pada bagian dalam apotek, bukan di bagian pelayanan pasien. Lemari-
lemari tersebut adalah lemari obat narkotika dan psikotropika, lemari pendingin
untuk obat, lemari untuk penyimpanan obat keras dan lemari arsip dokumen.
f. Tempat Racik Obat
Tempat peracikan obat terletak di bagian dalam apotek, yang dilengkapi
dengan timbangan, lumping dan alu, blender obat, gelas ukur, wadah pengemas
obat, wastafel dll.
g. Gudang Obat
Gudang obat di Apotek Jati Kramat terletak di ujung ruangan. Setelah
memasuki bagian dalam apotek, kita dapat melihat gudang obat apotek. Gudang
apotek berfungsi untuk menyimpan stok persediaan obat yang nantinya akan

16
dibutukan jika obat yang di depan habis. Sistem obat di gudang menggunakan
FIFO dan FEFO. Tentunya penataletakan obat ditentukan dengan alfabet. Gudang
terdapat dua ruangan yaitu atas dan bawah, ruang atas berfungsi untuk meletakkan
persediaan obat luar dan bagian bawah untuk persediaan obat dalam.
h. Ruang Lainnya
Apotek Jati Kramat terdapan ruangan yang lainnya, seperti 2 ruang praktek
dokter umum, 1 ruang dokter gigi dan 1 ruang laboratorium kesehatan sebagai
pelengkap fasilitas kesehatan yang ada di apotek. Tak hanya itu apotek juga
dilengkapi ruang toilet yang sangat bersih dan nyaman untuk digunakan
pengunjung.

Apotek Jati Kramat memiliki tempat yang sangat strategis, pasalnya Apotek
Jati Kramat terletak didekat perumahan yang padat akan penduduknya. Apotek
Jati Kramat tentunya mudah di akses oleh masyarakat sekitar, tidak hanya
masyarakat sekitar namun, jika ada pengunjung yang ingin berdatangan dari jauh
juga dapat melalui kendaraan umum. Selanjutnya apotek juga memiliki
kelengkapan obat yang sangat baik dan harga yang terjangkau. Apotek Jati
Kramat juga memiliki keunggulan utama yaitu adanya layanan jasa antar obat
(jasa delivery), layanan home services laboratorium ke rumah pasien, dan
telemedicine.
Jika ditinjau, Apotek Jati Kramat sangat relevan dengan konsep marketing mix
7P, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Produk (Products)
Apotek Jati Kramat menyediakan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP
yang lengkap. Serta memastikan seluruh barang yang dijual adalah original dari
distributor resmi.
2) Harga (Price)
Harga penjualan di Apotek Jati Kramat cukup terjangkau dan ramah
lingkungan di masyarakat, apotek mempertimbangkan persaingan harga dengan
apotek-apotek yang terdekat sehingga Apotek Jati Kramat relative lebih murah.
3) Tempat (Place)
Apotek Jati Kramat memiliki tempat yang strategis, terletak dijalan utama dan
di dekat pemukiman warga sehingga apotek mudah dilihat dan mudah di akses.

17
4) Promosi (Promotions)
Apotek Jati Kramat berusaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan
tidak mengambil untung terlalu besar dan memiliki praktik dokter sehingga
masyarakat yang berobat ke dokter tersebut dapat langsung membeli obat di
apotek tersebut.
5) SDM (People)
Sumber daya manusia yang dimiliki Apotek Jati Kramat sangat baik, kaya
akan pengetahuan, saling bekerjasama dan saling membimbing satu sama lain
sehingga terciptanya lingkungan kerja yang efektif.
6) Proses (Process)
Proses tentunya mencakup bagaimana cara Apotek Jati Kramat melayani tiap
konsumennya. Kelebihan dari Apotek Jati Kramat adalah dapat melakukan
order melalui whatsapp atau telfon sehingga memudahkan konsumen untuk
membeli obat.
7) Tampilan Fisik (Physical Evidence)
Tampilan fisik tempat Apotek dapat menjelaskan bagaimana penataan dari
Apotek Jati Kramat. Penataan Apotek Jati Kramat sangat nyaman dilihat oleh
mata dan suasana sangat asri, karena karyawan tentu sangat rajin dalam
menjaga kebersihan dan desain tata letak yang sangat nyaman.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Apotek Jati Kramat terdiri dari owner/ Pemilik Sarana
Apotek (PSA), Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Ibu apt. Yulia A. Archan,
S.Si. Apoteker Pengelola Apotek dibantu oleh 2 orang tenaga teknis kefarmasian
(TTK), 2 orang juru racik, 3 orang dibagian kasir, dan 2 orang kurir. Karyawan
Apotek Jati Kramat bekerja secara bergantian yang mana dibagi dalam 2 sift yaitu,
sift pagi pada pukul 08.00 – 15.00 dan sift sore pada pukul 15.00 – 10.00
3. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian di Apotek Jati Kramat
a. Pemilik Sarana Apotek (PSA)
Pemiik sarana Apotek (PSA) adalah owner atau pemegang kebijakan dan
pengambilan suatu keputusan dalam hal berbisnis. PSA memiliki tanggung jawab
pada hal keuangan, pengadaan dan administrasi.

18
b. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah pimpinan tertinggi di Apotek
yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Waktu praktek Apoteker Pengelola
Apotek (APA) di Apotek Jati Kramat yaitu pada hari senin – jumat pukul
08.00 – 14.00 WIB. Tugas APA di Apotek Jati Kramat adalah
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang
– undangan yang berlaku, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi
multidispliner, melakukan pengeloaan dan pengawasan persediaan serta
perbekalan farmasi di apotek untuk memastikan ketersediaan barang atau obat,
mengawasi pelaksanaan teknis kefarmasian dalam pelayanan resep,
mengambil keputusan yang tepat, mampu berkimunikasi antar profesi,
melakukan swamedikasi, melakukan konseling kepada pasien yang
membutuhkan, melakukan pelaporan narkotika dan psikotropika (SIPNAP)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan farmasi yang berlaku.
c. Tenaga Teknis Kefarmasian
Tenaga Tekni Kefarmasian (TTK) memiliki tugas dan fungsi yaitu
melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab yang dilandasi dengan
kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang dapat dibeli tanpa
resep dokter, membantu petugas dalam melayani pasien, mencatat penerimaan
dan pengeluaran barang, mengatur penyimpanan barang di ruang racikan dan
membantu apoteker dalam menjalankan tugas kefarmasian.
d. Juru Racik
Juru Racik adalah karyawan Apotek Jati Kramat yang ditugaskan untuk
membantu melakukan peracikan obat. Selain itu tugas juru racik antara lain
adalah mambantu TTK dalam penyediaan pembuatan obat, membersihkan alat
racikan, membuat obat racikan dibawah pengawasan apoteker dan arahan
TTK, menjaga kebersihan apotek dan menyiapkan obat untuk pemesanan via
online.
e. Petugas Pembelian
Petugas pembelian bertanggung jawab oleh setiap proses pengadaan.
Tugasya adalah merencakan pembelian yang dibutuhkan berdasarkan

19
pencatatan produk obat yang harus dipesan untuk memenuhi kebutuhan
apotek, melakukan pemesanan yang berdasarkan persetujuan dari APA dan
melakukan penginputan data ke komputer.
f. Petugas Pembayaran
Seseorang yang bertugas melakukan pembayaran pembelian obat yang
telah dipesan. Pembayaran dapat dilakukan secara cash atau termin.
g. Petugas Gudang
Petugas Gudang bertanggung jawab atas penyimpanan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan BMHP yang ada di Apotek Jati Kramat. Tugasnya adalah
menerima, memeriksa dan mengatur barang pesanan yang dating, meletakkan
barang yang datang ke tempat penyimpanannya berdasarkan FIFO dan FEFO
serta menyusun defekta dan melaporkan ke petugas pembelian mengenai
persediaan barang di gudang yang menipis atau habis.
h. Kasir Obat
Kasir bertanggung jawab atas barang yang dibeli oleh pasien. Kasir obat di
Apotek Jati Kramat dipermudah dengan sistem komputer sehingga
memudahkan dalam hal bertransaksi.
i. Kurir Obat
Kurir obat di Apotek Jati Kramat memiliki tugas mengantarkan pesanan
obat yang dibeli via online serta mengantarkan hasil lab dan obat racikan jika
pasien tidak menunggu di apotek.

C. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Jati Kramat

1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis


Pakai (BMHP)
a. Perencanaan

Perencanaan di apotek Jati Kramat merupakan pemilihan untuk menentukan


berapa banyak jumlah dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang
ingin dipesan. Pemesanan ini dilakukan kepada PBF dalam kurun waktu tertentu.
Tujuan dari adanya perencanaan ini adalah untuk menentukan barang yang akan
dibeli nantinya yaitu sesuai dengan kebutuhan agar tidak terjadi kekosongan obat
atau sebaliknya yaitu pemupukan obat. Perencanaan dilakukan dengan melihat
stok obat secara berkala dengan sistem komputer lalu dipastikan kembali secara

20
langsung apakah benar adanya barang yang tersimpan sesuai dengan di komputer
atau tidak. Jika stok kosong maka dilakukan pemesanan dengan cara pencatatan
terlebih dahulu ke dalam buku defekta. Buku defakta adalah buku pencatatan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang akan dibeli. Setelah
dilakukannya pencatatan maka bagian pembelian nantinya akan melakukan
pemesanan ke PBF.

Kegiatan perencanaan sediaan obat, alat kesehatan dan BMHP yang


dilakukan oleh Apotek Jati Kramat telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Keseharan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.

b. Pengadaan
Pengadaan sediaan obat, alat kesehatan dan BMHP Apotek Jati Kramat
memiliki tujuan guna menjamin ketersediaan dengan mengadakan pengadaan
menggunakan buku defekta guna menghindari kekosongan pada stok di Apotek
Jati Kramat.
Pemesanan di Apototek Jati Kramat kepada PBF tidak ditentukan oleh waktu,
jika diperlukan untuk membeli persediaan maka harus dibeli sesuai kebutuhan
Pemesanan obat melalui salesman yang datang ke Apotek dilakukan dengan
menggunakan surat pesanan, sedangkan pemesanan melalui media elektronik
umumnya tidak menggunakan surat pesanan, surat pesanan baru diberikan kepada
pengantar barang ketika obat diantar ke apotek. Selain itu, pemesan juga bisa
dilakukan secara online yang dapat dilihat dari website PBF yang
bersangkutan.Keuntungan lain di Apotek Jati Kramat dalam hal pemesanan yaitu
pemesanan tidak bergantung oleh waktu. Pemesanan dilakukan di pagi hari dan
barang dapat diantarkan disore harinya, karena letak Apotek yang mudah
dijangkau sehingga menguntungkan dalam hal pemesanan.
Kegiatan Pengadaan di Apotek Jati Kramat telah sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di apotek.

c. Penerimaan

21
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP di Apotek Jati Kramat
dilakukan hamper setiap harinya. Penerimaan obat bebas, bebas terbatas, keras
dan alat kesehatan dilakukan oleh TTK dan bagian administrasi yang diberikan
kewenangan dan tanggung jawab langsung oleh APA, selanjutnya pada bagian
obat narkotik, psikotropik, precursor dan OOT dilakukan oleh APA dan
ditandatangan langsung oleh APA.
Ketika obat datang hal yang dilakukan adalah pemeriksaan faktur dengan
barang apakah telah sesuai atau belum dan juga diperiksa kesesuaiannya dengan
buku defekta apakah barang yang dibeli sudah sesuai dengan buku atau belum.
Pemeriksaan barang meliputi jenis barang, nama barang, bentuk sediaan, ukuran
sediaan, jumlah barang, waktu penyerahan, harga yang tertera dalam surat
pesanan, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa serta mutu barang yang dating.
Jika sesuai maka faktur ditandatangani dan di cap oleh petugas, bila tidak sesuai
atau terdapat kerusakan maka petugas akan membuat surat retur dan
pengembalian barang tersebut ke PBF. Faktur terdapat 2 lembar yaitu asli dan
salinan. Faktur asli dipegang oleh PBF sedangkan salinan dipegang oleh Apotek.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan tanggal yang telah disepakati.
Pembayaran dilakukan pada hari selasa, kamis dan sabtu sesuai dengan apa yang
telah disepakati. Apotek dan PBF biasanya melakukan pembayaran selama 1
bulan. Salesman PBF akan dating ke apotek setelah 1 minggu pengiriman obat
guna melakukan tukar faktur. Tukar faktur dilakukan untuk tanda terima saat
penagihan uang kepada apotek. Faktur asli yang sebelumnya di pegang oleh PBF
diberikan kepada apotek ketika apotek melakukan pembayaran. Jika sudah lunas,
PBF akan menandatangani faktur asli dan menyatakan lunas serta mengembalikan
faktur asli ke apotek. Kegiatan penerimaan di apotek Jati Kramat telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

d. Penyimpanan

Penyimpanan memiliki tujuan guna menjamin stabilitas sediaan obat yang


nantinya akan digunakan oleh pasien. Penyimpnana obat tentunya masih
tersimpan dan wadah asli seperti kemasan primer atau sekunder yang memuat

22
nama obat, no vatch dan tanggal kadaluwarsa. Penyimpanan obat terbagi dalam
beberapa yaitu obat OTC yang tnetunya diletakkan dibagian depan yang terdiri
dari obat bebas dan bebas terbatas sedangkan bagian obat keras terletak pada
bagian dalam. Khusus pada bagian obat narkotik dan psikotropika disimpan pada
lemari khusus yang terpisah dan terbuat dari bahan yang kuat dan terkunci ganda.
Kunci dipegang oleh APA dan TTK yang diberikan kewenangan. Sistem
penyimpanan menggunakan FIFO dan FEFO yang bertujuan guna memudahkan
petugas dalam pengambilan obat. Hal yang perlu diperbaiki adalah pada
penyimpanan obat seperti obat LASA (Look Alike Sound Alike) sebaiknya
penyimpanan harus dipisah dan diberikan label guna meminimalisir suatu
kesalahan, namun untuk menghindarinya petugas melakukan double check pada
saat pelayanan obat.

Penyimpanan narkotika dan psikotropika telah sesuai dengan Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi. Suhu penyimpanan obat secara umum pada suhu ruangan
±25°C, dan suhu penyimpanan khusus untuk obat yang bersifat termolabil
dilengkapi dengan temperatur suhu digital, pada suhu 2-8°C. Kegiatan
penyimpanan di Apotek Jati Kramat telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.

e. Pemusnahan

Pemusnahan yang dilakukan meliputi pemusnahan obat rusak atau


kadaluwarsa dan resep. Apotek Jati Kramat dalam hal ini melakukan beberapa
cara agar dapat meminimalkan pemusnahan yaitu dengan cara meretur obat ke
PBF tersebut dengan batas minimal 3 bulan sebelum tanggal kadaluwarsa,
selanjutnya apotek juga bekerjasama dengan dokter untuk meresepkan obat
tersebut sesuai dengan diagnosa dan kemampuan pasien. Pemusnahan resep
dilakukan 5 tahun sekali.

23
Pada pemusnahan sediaan farmasi, dilakukan berdasarkan bentuk dan jenisya.
Pemusnahan tablet dapat dihancurkan terlebih dahulu dengan cara
menghaluskannya. Pada sediaan kapsul dibuka terlebih dahulu cangkangnya. Pada
sediaan krim dan salep caranya adalah isi dari salep atau krim tersebut
dikeluarkan lalu tube di gunting. Pada sediaan cair dapat dilakukan dengan
mengeluarkan isinya dan dipecahkan botolnya.

Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh apoteker


dan disaksikan oleh TTK yang memiliki SIP atau SIK. Pemusnahan obat yang
mengandung narkotika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinkes.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara. Laporan pemusnahan ditandatangani
oleh penanggungjawab dan saksi (BPOM, Dinkes setempat dan petugas
keamanan).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun


2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, bahwa resep yang
disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat dilakukan pemusnahan dengan
cara dibakar dan disaksikan oleh Apoteker dan petugas lain, serta dibuat berita
acara pemusnahan dan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau kota.

f. Pengendalian

Pengendalian bertujuan sebagai stabilitator apotek guna menghindari


terjadinya kekurangan, kekosongan, kerusakan, kafaluwarsa dan kehilangan
sediaan atau alat kesehatan. Petugas apotek tentu harus mengecek stok pada
layanan komputer dan stok fisik guna menjaga ketersediaan barang. Dalam hal
pengendalian obat golongan Narkotik, psikotropik, Obat – Obat Tertentu (OOT),
dan Prekursor dilakukan dengan pencatatan kartu stok manual, hal ini untuk
menghindari adanya selisih stok antara fisik dengan data yang ada. Pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara online melalui website
SIPNAP (Sistem Informasi Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)

Dalam hal ini, Apotek Jati Kramat telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 73 Tahun 206 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

24
Apotek dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika,
Psikotropika dan Prekursor Farmasi.

2. Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinik tertuang pada Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang meliputi pengkajian dan
pelayanan resep, dispensing, PIO, konseling, pelayanan kefarmasian dirumah
(home pharmacy care), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Monitoring Efek
(MESO).

Saat ini pelayanan yang dilakukan oleh Apotek Jati Kramat adalah pengkajian
dan pelayanan resep, dispensing, penyerahan dan PIO, konseling dan
swamedikasi.

a. Pengkajuan dan Pelayanan Resep

Pengkajian dilakukan oleh APA yang meliputi pengkajian administratif,


pengkajian farmasetik dan pertimbangan klinis. Jika saat pengkajian ada yang
tidak jelas atau pertimbangan klinis ada yang kurang sesuai maka petugas akan
menghubungi dokter penulis resep, selain daripada itu petugas juga dapat
menanyakan kepada pasien mengenai keluhan dan informasi apa yang telah
disampaikan ke dokter. Jika obat tidak ada maka petugas dapat mengkonfirmasi
untuk mengganti namun dengan kandungan yang sama kepada dokter.

Kegiatan pengkajian dan pelayanan resep yang selama ini dilakukan di Apotek
Jati Kramat telah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

b. Dispensing

Dispensing terdiri dari pengecekan stok obat di komputer, jika obat tersedia
maka obat akan langsung diberitahukan harganya kepada pasien, sehingga pasien
dapat membayar total keseluruhan obat yang dibelinya. Ketika sudah dibayarkan
secara lunas, lalu resep akan diproses dengan mengambilkan obat-obat yang

25
tertera pada resep. Penyiapan obat berdasarkan resep dokter dan apoteker sebagai
orang yang bertanggung jawab atas penyerahan dan pemberian informasi obat
kepada pasien. Penulisan resep berdasarkan permintaan berulang juga termasuk
kedalam dispensing. Pada kegiatan penyiapan dan penyerahan obat di Apotek Jati
Kramat dilakukan sesuai dengan standar yang tertera pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.

c. Swamedikasi

Kegiatan swamedikasi dilakukan ketika pasien datang atau pengunjung datang,


swamedikasi dilakukan oleh apoteker dengan memberikan edukasi kepada pasien
yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan menentukan obat
sesuai dengan kondisi, keluhan dan yang diinginkan oleh pasien berdasarkan
peraturan yang berlaku.

d. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan Informasi obat dapat dilakukan secara langsugn dan juga telfon.
Kegiatan ini dilakukan oleh apoteker berdasarkan literatur dari evidence based
medicine. Setelah PIO dilakukan dicatat pada lembaran PIO yang tersedia.
Kegiatan PIO sudah berjalan baik sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 73 Tahun 2016.

e. Konseling

Konseling dilakukan terkait dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter


atau karena permintaan pasien sendiri. Pelayanan konseling dan konsultasi obat di
tangani oleh Apoteker saat penyerahan resep namun belum berjalan maksimal
karena tidak tersedia ruangan khusus konseling. Apoteker sebagai pemberi
layanan diharapkan dapat melakukan pelayanan pemantauan terapi obat (PTO
yang merupakan proses untuk memastikan seorang pasien mendapatkan terapi
obat yang efektif dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan

26
meminimalkan efek samping (Permenkes No. 29 73 tahun 2016). Kegiatan
pelayanan farmasi klinik di Apotek Jati Kramat yang belum dilaksanakan yaitu
Pemantauan Terapi Obat (PTO), home pharmacy care, dan Monitoring Efek
Samping Obat (MESO).

3. Sistem Perpajakan

Tarif PPN pada peraturan UU No 7 Tahun 2021 adalah 11%. Apotek Jati
Kramat telah menyesuaikan ketentuan tersebut.

27
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, yaitu kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Jati Kramat Periode Agustus 2023 maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Apotek Jati Kramat telah sesuai dengan
PERMENKES RI NO. 73 TAHUN 2016.
2. Selama melakukan kegiatan PKPA di Apotek Jati Kramat memberikan
gambaran mengenai peran dan tanggung jawab Apoteker di Apotek dalam
proses perizinan Apotek maupun pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
serta pelayanan farmasi klinik yang sesuai dengan PERMENKES RI NO. 73
TAHUN 2016.
3. Selama PKPA memberikan pengalaman belajar secara langsung mengenai
proses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pada pelayanan farmasi klinik
seperti pelayanan resep, dispensing, pemberian informasi obat dan konseling.
4. PKPA di Apotek Jati Kramat menggambarkan bagaimana nantinya apoteker
dituntut untuk dapat menemukan solusi dari suatu permasalahan atau kendala
yang dialami.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Apotek Jati Kramat yaitu:
1. Diperlukannya ruangan khusus untuk melakukan konseling agar pelayanan
kefarmasi di Apotek Jati Kramat dalam lebih maksimal.
2.

28
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika dan Prekursor Farmasi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
tentang Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

29
Lampiran 1. Denah Apotek Jati Kramat

30
Lampiran 2. Strukur Organisasi Apotek

PEMILIK SARANA APOTEK APOTEKER PENGELOLA


(PSA) APOTEK (APA)

TENAGA TEKNIS
PEMBELIAN PEMBAYARAN GUDANG KASIR
KEFARMASIAN (TTK)

JURU RACIK

31
Lampiran 3. Papan Nama Apotek

32
Lampiran 4. Tampak Depan Apotek

33
Lampiran 5. Etalase, Loket Penerimaan Resep, Penyerahan Obat dan Kasir

Etalase Loket Penerimaan Resep

Loket Penerimaan Obat Kasir

34
Lampiran 6. Suhu (Temperatur)

Termometer

35
Lampiran 7. Surat Pesanan Narkotika, Psikotropika, Prekursor, OOT dan
Reguler

Surat Pesanan Narkotika

Surat Pesanan Psikotropika

36
Surat Pesanan Prekursor

Surat Pesanan OOT

37
Surat Pesanan Reguler

38
Lampiran 8. Copy Resep, Kwitansi, Etiket dan Kartu Stok

Copy Resep

39
Kwitansi

40
Etiket Kartu Stok

41
Lampiran 9. Faktur

42
Lampiran 10. Tempat Faktur Datang

43
Lampiran 11. Arsip Faktur

44
Lampiran 12. Tempat Meracik Obat

45
Lampiran 13. Lemari Narkotika dan Psikotropika

46
Lampiran 14. Gudang Penyimpanan Obat

47
Lampiran 15. Penyimpanan Obat Paten

48
Lampiran 16. Penyimpanan Obat Generik

49
Lampiran 17. Alur Pelayanan Resep

50
Lampiran 18. Bundel Resep

51
Lampiran 19. Dokumen SIPNAP

52
Lampiran 20. Dokumen Pemusnahan Resep dan Obat Kadaluwarsa

53
54
55
Lampiran 21. Ruang Lab, Dokter Umum dan Dokter Gigi

56
Lampiran 22. Penerimaan Obat

57
Lampiran 23. Penyerahan Obat

58
Lampiran 24. Peracikan Obat

59
Lampiran 25. Alur Perizinan Apotek

Prosedur Perizinan Apotek


Pelaku Usaha wajib mengajukan
permohonan izin usaha dan lzin Penerbitan izin usaha dan
Komersial atau Operasional izin operasional/komersial
melalui OSS laman berdasarkan komitmen;
https://www.oss.go.id/oss/ dan
mendapatkan Nomor Induk
Berusaha (NIB)

Penerbitan izin usaha


Verifikasi dan validasi dan izin
Pemenuhan komitmen operasional/komersial
pemenuhan komitmen
yang efektif

• 1) Memiliki Nomor Identitas Yang Sah (NIK


Bagi WNI Atau Passport Bagi WNA)
• 2) Memiliki Nomor Pengesahan Atau Dasar
Hukum Pembentukan Badan Usaha (Bagi Non
Persyaratan Perseorangan)
OSS
• 3) Badan Hukum Sudah Mendapat NPWP
(Memenuhi Konfirmasi Status Wajib Pajak
Atau KSWP)
• 4) Memiliki E-Mail Yang Aktif.
1) STRA
2) Surat Izin Praktik Apoteker
3) Denah Bangunan
Persyarataan 4) Daftar Sarana Dan Prasarana
Pemenuhan 5) Berita Acara Pemeriksaan
6) Rekomendasi IAI (Ikatan Apoteker
Komitmen Indonesia)
7) Rekomendasi Persatuan Ahli Farmasi
Indonesia (PAFI)
8) Rekomendasi Puskesmas Setempat.

60
Lampiran 26. Sesi Foto Bersama

61

Anda mungkin juga menyukai