FARMASI PERAPOTEKAN
PELAYANAN RESEP
DI APOTEK KIMIA FARMA 38 HASANUDDIN
GELOMBANG II
PERIODE 24 FEBRUARI – 28 MARET 2020
NURHALISA
N014191019
PELAYANAN RESEP
DI APOTEK KIMIA FARMA 38 HASANUDDIN
GELOMBANG II
PERIODE 24 FEBRUARI – 28 MARET 2020
NURHALISA
N014191019
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator PKPA Farmasi Perapotekan Pembimbing PKPA Farmasi Perapotekan
Program Studi Profesi Apoteker Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
Dr. Aliyah, M.S., Apt. Muhammad Raihan S.Si., M.Sc. Stud., Apt.
NIP. 19570704 198603 2 001 NIP. 19900528 201504 1 001
Puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Farmasi Perapotekan di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin, yang merupakan
salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker
(PSPA) di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Muhammad Raihan, S.Si., M.Sc., Stud., Apt. sebagai pembimbing
PKPA Farmasi Perapotekan Program Studi Profesi Apoteker Universitas
Hasanuddin yang telah membimbing dan memberi pengarahan selama proses
penyusunan laporan hingga selesai.
2. Bapak A. Muh. Afiff Maralla., S.Si., Apt. selaku Manager Apotek Pelayanan
Kimia Farma 38 Hasanuddin Makassar, sekaligus Pembimbing Teknis PKPA
Farmasi Perapotekan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
menambah ilmu selama pelaksanaan PKPA Perapotekan.
3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanudin, beserta segenap jajaran Wakil
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
4. Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas Hasanuddin
5. Koordinator PKPA Farmasi Perapotekan Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Hasanuddin.
6. Kedua orang tua, kakak dan keluarga penulis yang senantiasa selalu memberi
dukungan moril dan materil kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dilaporan ini masih terdapat kekurangan, namun
penulis berharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2. Tujuan Pelayanan Resep 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
II.1 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek 3
II.1.1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai 4
II.1.2 Pelayanan farmasi klinik 9
II.2 Apotek 17
II.2.1 Definisi apotek 17
II.2.2 Fungsi apotek 17
II.2.3 Registrasi, izin praktik dan izin kerja apoteker 17
II.3. Penggolongan Obat 18
II.3.1 Obat bebas 18
II.3.2. Obat bebas terbatas 19
II.3.3 Obat keras 21
II.3.4 Narkotika 25
II.4 Prekursor Farmasi 28
BAB III PELAYANAN RESEP DI APOTEK 26
III.1 Contoh Resep 26
III.2 Skrining Resep 27
III.2.1 Skrining adminstratif 27
III.2.2 Skrining farmasetik 28
iv
III.2.3 Skrining klinis 28
III.3 Uraian Obat dalam Resep 33
III.4 Penyiapan Obat 39
III.5 Etiket dan Copy Resep 40
III.6 Penyerahan Obat 42
BAB IV PENUTUP 43
IV.1 Kesimpulan 43
IV.2 Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 47
v
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Skrining administratif resep 27
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Contoh kartu stock 7
2. Pelaporan melalui SIPNAP 9
3. Contoh formulir PTO 15
4. Contoh formulir MESO 16
5. Penandaan obat bebas 19
6. Penandaan obat bebas terbatas 19
7. Tanda peringatan obat bebas terbatas 20
8. Penandaan obat keras 21
9. Penandaan obat narkotika 25
10. Contoh resep 26
11. Etiket resep racikan 40
12. Etiket resep paracetamol 41
13. Copy resep 41
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Form surat pesanan narkotika 47
2. Form surat pesanan psikotropika 48
3. Form surat pesanan obat jadi prekursor 49
4. Contoh laporan penggunaan sediaan jadi narkotika 50
5. Contoh laporan penggunaan morfin, pethidin, dan derivatnya 51
6. Contoh laporan penggunaan psikotropika 52
7. Contoh laporan penggunaan mengandung prekursor 53
8. Skema pelayanan resep tunai di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin 54
9. Skema pelayanan resep kredit di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin 55
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pada setiap tahap alur pelayanan resep, apoteker harus mampu melakukan
upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error) serta
mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang terkait dengan obat (drug
related problems), farmakoekonomi dan farmakososial (PerMenKes, No.73, 2016).
3
4
II.1.1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi
(PerMenKes, No.73, 2016):
a. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat. Sebelum melakukan perencanaan, terlebih dahulu
dilakukan Analisa metode untuk merencanakan pengadaan obat. Metode yang biasa
digunakan adalah system Analisa pareto atau biasa juga disebut analisis ABC dan
metode Analisa VEN.
dengan 10-20% item tetapi menghabiskan 70-80% dana. Kelompok B sebanyak 10-
20% item berikutnya dan menggunakan 15-20% dana, sementara kelompok C
sebanyak 60-80% total item tetapi hanya bernilai 5-15% dari konsumsi tahunan
(Quick et al, 2012).
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin menggunakan system pengadaan satu
pintu. Untuk pengadaan obat-obatan atau alat kesehatan hanya dilakukan oleh satu
apotek yaitu Kimia Farma Ahmad Yani. Semua kebutuhan obat-obatan atau alat
kesehatan dicatat kemudian diserahkan kepada bagian pengadaan di apotek Kimia
Farma Ahmad Yani. Hal ini juga berlaku untuk semua unit cabang Kimia Farma di
Makassar.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pelayanan, dan harga yang tertera dalam surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas
6
5. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya telah dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kedaluwarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya
memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran
dan sisa persediaan.
dilakukan pengecekan ulang apakah kemungkinan ada transaksi yang belum dicatat
atau kesalahan dalam melakukan pencatatan.
b. Dispensing
Dispensing terdiri atas penyiapan, penyerahan, dan pemberian informasi
obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut :
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
a. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
b. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kedaluarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk obat dalam/oral
b. Warna biru untuk obat luar dan suntik
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
11
pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi obat.
4. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan
apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
5. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana
pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan
meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
6. Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
7. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi obat.
II.2. Apotek
II.2.1. Definisi apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 9 tahun 2017 tentang Apotek,
apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh apoteker. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, pekerjaan
kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
1. Persyaratan administrasi
a. Memiliki ijazah dari institusi pendidikan farmasi yang terakreditasi.
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).
c. Memiliki sertifikat kompetensi yang masih berlaku.
d. Memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
2. Menggunakan atribut praktik antara lain baju praktik, tanda pengenal.
3. Wajib mengikuti pendidikan berkelanjutan/Continuing Professional
Development (CPD) dan mampu memberikan pelatihan yang
berkesinambungan.
4. Apoteker harus mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan diri,
baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau
mandiri.
5. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan perundang-
undangan, sumpah apoteker, standar profesi (standar pendidikan, standar
pelayanan, standar kompetensi dan kode etik) yang berlaku.
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan
memuat pemberitahuan berwarna putih seperti yang tercantum pada gambar di
bawah (DitBinfar, 2007).
20
yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran berwarna hitam
(DitBinFar, 2007).
2. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama,
alamat, umur) serta penyakit yang diderita.
3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi,
kontra-indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang
mungkin timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki
tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
mengobati dirinya sendiri (swamedikasi) untuk mengatasi masalah kesehatan
dengan gejala ringan yang dialaminya, sehingga akan tercapai peningkatan
swamedikasi secara tepat, aman dan rasional melalui peningkatan penyediaan obat
yang dibutuhkan sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan
rasional (KepMenKes, No. 347, 1990).
Sesuai PerMenKes Nomor 919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang
dapat diserahkan adalah sebagai berikut :
1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
2) Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
3) Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
4) Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di
Indonesia.
5) Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggung-
jawabkan untuk pengobatan sendiri.
B. Psikotropika
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Farmasi, menyatakan psikotropika adalah zat/ bahan baku atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
23
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
1) Psikotropika golongan I
Pasal 6 UU RI No. 5 Tahun 1997, menyatakan bahwa psikotropika golongan
I dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi. Contoh:
brolamfetamina, etisiklidina, etriptamina, mekationa, psilosibina, rolisiklidina,
tenamfetamina, dan tenoksilidina.
2) Psikotropika golongan II
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat sebagai penyebab sindrom
ketergantungan. Contoh: amineptina, metilfenidat dan sekobarbital.
4) Psikotropika golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan sangat banyak digunakan untuk terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan sebagai penyebab sindrom
ketergantungan. Contoh : diazepam, alprazolam, dan zolpidem.
a) Pemesanan psikotropika
Pemesanan Psikotropika dalam bentuk obat jadi dapat dilakukan berdasarkan
surat pesanan (SP) dari Apoteker penanggung jawab. Surat pesanan Psikotropika
dapat digunakan untuk satu atau beberapa jenis Psikotropika dan harus terpisah dari
pesanan barang lain. Surat pesanan Psikotropika dibuat sekurang-kurangnya tiga
rangkap.
b) Penyimpanan Psikotropika
Berdasarkan PerMenKes RI No. 3 tahun 2015, lemari khusus penyimpanan
psikotropika harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terbuat dari bahan yang kuat.
2. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai kunci.
3. Harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
4. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab atau apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
c. Pelaporan Narkotika
Berdasarkan PerMenKes RI No. 3 tahun 2015 pasal 45 ayat 6 dan 7 menyatakan
bahwa :
28
26
27
1) Pada resep tidak dicantumkan nomor SIP dan nomor telepon dokter. Dokter yang
menuliskan resep merupakan dokter yang berpraktek di klinik Kimia Farma, hal
ini dapat dilihat dari blanko resep yang mencantumkan nama, alamat, dan nomor
telepon klinik pada bagian atas resep sehingga keberadaan dokter dan keaslian
resep dapat dijamin.
2) Pada resep tidak dituliskan umur pasien sehingga pada saat melakukan skrining
resep, sebaiknya ditanyakan kepada pasien mengenai usia pasien yang akan
menggunakan obat tersebut. Namun, pada resep dapat dilihat bahwa pasien
tersebut merupakan anak-anak karena aturan pakai yang digunakan yaitu
28
III.2.2.2. Stabilitas
Obat-obatan yang dituliskan dalam resep sebaiknya disimpan pada tempat
yang kering, suhu 15-30OC (suhu kamar), dan hindarkan dari cahaya matahari
langsug.
III.2.2.3. Inkompatibilitas
Dalam resep racikan, terdapat interaksi antara Bromhexine dengan antibiotic
(Amoxcicillin). Bromhexine menyebabkan kadar antibiotic akan meningkat
didalam jaringan paru. Selain itu, seharusnya antibiotic diracik secara terpisah
sehingga terdapat 2 racikan yang berbeda.
Dosis sehari = 3 × 2 mg = 6 mg
Berdasarkan perhitungan dosis yang diberikan dalam resep, dosis bromheksin
yang diberikan untuk satu kali pemakaian dan untuk sehari pemakaian tidak
mencapai minimal dosis untuk berefek.
paracetamol untuk dewasa 0,5 -1 gram per kali dengan batas maksimum 4 gram per
hari. Dan untuk anak 6-12 tahun 250-500 mg/kali dengan dosis maksimum perhari
adalah 1 gram. Parasetamol memiliki efek samping yang paling ringan dan aman
untuk anak-anak (Pionas BPOM).
Pada resep yang diberikan, Paracetamol yang diminta adalah sirup 120 mg/5
ml dengan aturan pakai 3 kali sehari 2 sendok teh sebelum makan. Hal ini sudah
tepat, karena pasien adalah anak-anak sehingga mempermudah pasien untuk
mengonsumsi obat.
Pada resep racikan, obat diindikasikan untuk flu dan batuk terdiri dari
beberapa kombinasi bahan aktif yaitu Amoxcicillin, Pseudoephedrine, Triprolidine,
Bromhexine, Chlorpheniramine Maleate, Loratadine, Dexamethasone, Bcompleks
dan Curcuma. Berdasarkan hasil perhitungan dosis, terdapat beberapa obat yang
tidak mencapai dosis lazim sehingga tidak berefek seperti Amoxcicillin,
Tremenza® dan Bisolvon®. Bisolvon® (Bromhexine) diindikasikan untuk
mengatasi batuk berdahak. Bromhexine merupakan obat yang digunakan untuk
mengencerkan dahak pada saluran pernapasan atau biasa disebut dengan agen
mukolitik. Bromhexine bekerja dengan cara memecah mucoprotein dan
mukopolisakarida pada sputum sehingga mucus yang kental pada saluran bronkial
menjadi lebih encer. Obat yang diindikasikan untuk flu adalah Tremenza® yang
mengandung Pseudoephedrine dan Triprolidine serta Chlorpheniramine Maleate
dan Loratadine. Pseudoephedrine merupakan golongan obat simpatomimetik yang
sering digunakan untuk mengatasi hidung tersumbat, golongan obat ini sering
dikombinasikan dengan anti histamin untuk mengatasi reaksi alergi oleh karena itu
diberikan Tremenza® yang mengandung kombinasi keduanya. Sedangkan untuk
Loratadine dan CTM merupakan obat yang masuk dalam golongan Anti Histamin
dan digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Obat-obat ini bekerja dengan cara
memblokir produksi histamin didalam tubuh. Chlorpheniramine Maleate
merupakan Anti histamin I generasi pertama sedangkan Loratadine merupakan
Antihisamin I generasi kedua. Pada resep, terdapat beberapa obat yang memiliki
efek dan golongan yang sama, misalnya obat golongan Anti hitamin yang terdiri
33
atas 3 obat. Oleh karena itu harus diperhatikan kembali komposisi resep racikan
dan sebaiknya dihilangkan salah satu karena efek yang ditimbulkan juga serupa
sehingga komponen obat didalam resep racikan tidak berlebihan. Untuk mengatasi
peradangan, pasien diberikan Cortidex® yang mengandung Dexamethasone 0,5
mg. Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid. obat ini diberikan
untuk merespon reaksi tubuh yang disebabkan oleh histamin yang melakukan
perlawanan (setelah diberikan anti histamin) sehingga menyebabkan terjadinya
peradangan. Pasien didiagnosa mengalami flu dan batuk akibat infeksi bakteri, oleh
karena itu diberikan antibiotic Amoxcicillin. Pada resep racikan, antibiotic diracik
bersamaan dengan obat lain sementara pada resep tersebut terdapat interaksi antara
Bromhexin dengan antibiotic dimana bromhexine akan meningkatakan kadar
antibiotic didalam jaringan paru. Selain itu, seharusnya antibiotic diracik terpisah
dengan obat lain karena konsumsi antibiotic harus dihabiskan untuk menghindari
terjadinya resistensi antibiotic. Jadi, seharusnya terdapat 2 resep racikan yaitu
racikan untuk flu dan batuk dan racikan antibiotic (Medscape, 2016).
Selain beberapa obat diatas, pada resep racikan juga terdapat multivitamin
yaitu Vitamin B kompleks dan curcuma untuk menunjang dan melengkapi
kebutuhan vitamin pasien.
Lini pertama bagi penanganan demam dan nyeri sebagai analgetik dan
antipiretik, digunakan untuk nyeri ringga hingga sedang dan demam.
d. Kontraindikasi
Penderita gangguan fungsi hati berat dan hipersensivitas.
e. Efek samping
Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria, kelainan darah,
hipotensi dan kerusakan hati.
f. Peringatan dan perhatian
Pengawasan ketat pada pasien gangguan fungsi hati.
g. Dosis dan aturan pakai
1) Dewasa = 500 mg-1000 mg/kali diberikan tiap 4-6 jam batas maksimum 4
gram per hari
2) Anak <12 tahun = 10 mg/kgBB/kali diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum
pemberian 4 dosis sehari
2. Tremenza®
b. Komposisi
Tiap tablet mengandung Pseudoephedrine 60 mg dan Triprolidine 2,5 mg
c. Nama dagang
Tremenza®
d. Farmakologi
Pseudoefedrin bekerja pada reseptor alfa -adrenergik dalammukosa saluran
pernapasan sehingga akan menghasilkan efek vasokontriksi pada pembuluh
darah dan melegakan hidung tersumbat. Triprolidine merupakan anti histamin
H1 yang biasa digunakan untuk mengatasi alergi yang bekerja dengan cara
menghambat proses pembentukan hisamin yang menyebabkan terjadinya
alergi.
e. Indikasi
flu dan batuk
f. Kontraindikasi
Hipersensitivitas, hipertensi berat, neonates.
g. Efek samping
35
e. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap loratadine
f. Efek samping
Lesu, nyeri kepala, sedasi dan ulut kering jarang
g. Peringatan dan perhatian
1) Hati-hati pada penggunaan terhadap wanita hamil dan menyusui
2) Insiden sedasi dan anti muskarinik rendah
h. Dosis dan aturan pakai
Dewasa: 10 mg 1 kali per hari
Anak 2-12 tahun dengan berat badan <30 kg = 5 mg 1 kali per hari
Anak 2-12 tahun dengan berat badan >30 kg = 10 mg 1 kali per hari
6. Cortidex®
a. Komposisi
Tiap kapsul mengandung Dexamethasone 0,5 mg.
b. Farmakologi
Dexamethasone merupakan golongan kortikoseroid yang mengandung
hormone seroid yangberguna untuk menambah hormone seroid bila diperlukan
dan meredakan peradangan/inflamasi serta menekan kerja system kekebalan
tubuh yang berlebihan.
c. Indikasi
Inflamasi dan alergi, sok, diagmosis sindrom cushing, hiperlapsia, adrernal
kongenital, edema serebral.
d. Kontraindikasi
DM, tukak peptic/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan system
kardiovaskular lainnya.
e. Efek samping
Gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemiaa, glikosuria, mudah infeksi,
moon face.
f. Peringatan dan perhatian
1) Jangan menhentikan konsumsi obat secara toiba-tiba tanpa anjuran dokter.
g. Dosis dan aturan pakai
39
III.4.1.2. Peracikan
1. Semua alat dan bahan disiapkan.
2. Tablet Amoxcicillin, Tremenza, Bisolvon, CTM, Loratadin, Cortidex,
Bcomplex, dan Curcuma kemudian dimasukkan ke dalam mesin penghalus
elektrik (blender) untuk dihaluskan hingga homogen.
3. Sebanyak 15 lembar kertas perkamen diletakkan diatas meja
4. Serbuk dibagi diatas kertas perkamen sama rata.
5. Kertas perkamen dilipat satu per satu.
6. Puyer yang telah jadi dimasukkan ke dalam plastik sak obat lalu diberi etiket
putih dengan aturan pakai 3 kali sehari 1 kapsul, diminum sesudah makan dan
harus dihabiskan.
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 38 Hasanuddin
Makassar, dapat disimpulkan bahwa :
1. Terdapat kekurangan pada kelengkapan administrasi resep yaitu tanggal SIP
dokter, nomor telepon dokter, umur pasien, bobot badan pasien, dan alamat
pasien.
2. Berdasarkan pertimbangan klinis, adanya interaksi yang ditemukan antara obat-
obat yang terdapat pada resep racikan yaitu Bromhexin dan Amoxcicillin,.
3. Pada resep racikan, antibiotic diracik bersamaan dengan obat lain seharusnya
diracik terpisah. Oleh karena itu, resep racikan tersebut sebaiknya diracik
terpisah sehingga terdapat 2 resep racikan yaitu obat flu dan batuk serta
antibiotic.
IV.2. Saran
Sebaiknya kelengkapan resep lebih diperhatikan sehingga meminimalkan
resiko terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Serta komunikasi antara Tenaga
Kesehatan terkait lebih ditingkatkan sehingga pasien mendapatkan obat yang sesuai
dan aman untuk dikonsumsi serta tujuan pengobatan dapat tercapai.
43
DAFTAR PUSTAKA
2. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope edisi III. Dirjen POM. Jakarta.
5. McEvoy, Gerald K. 2004. AHFS Drg Information. US: Amer Soc of Health
System.
44
14. Menteri Kesehatan RI. 1993. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
913/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan
Tanpa Resep.. Jakarta.
45
46
16. Menteri Kesehatan RI, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun
2016. Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta
17. Menteri Kesehatan RI, 2018. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 7 Tahun
2018. Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Jakarta
18. Menteri Kesehatan RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun
2017. Tentang Perubahan Penggolongan Psikotropika. Jakarta
19. Menteri Kesehatan RI, 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 9 Tahun
2017. Tentang Apotek. Jakarta.
20. Quick, JD., Rankin, Dias, Vimal. 2012. Inventory Management in Managing
Drug Supply. Third Edition. Managing Access to Medicines and Health
Technologies. Arlington: Management Sciences for Health.
21. Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36thThe Complete Drug Reference. London :
The Pharmaceutical Press.
47
Lampiran 4. Contoh laporan penggunaan sediaan jadi narkotika (PerMenKes, No. 73, 2016)
Apoteker
50
51
Makassar,……………… 20…….
Apoteker Pengelola Apotek
(...........................................)
No. SIPA
51
52
Lampiran 6. Contoh laporan penggunaan sediaan jadi psikotropika (PerMenKes, No. 73, 2016)
Apoteker
52
53
Pengeluaran
Nama Persediaan Pemasukan Jumlah Untuk Persediaan
No Bahan Satuan Awal Keseluruhan Akhir Ket.
Lain- Jumlah
Sediaan Bulan (4+7) Pembuatan (8-11)
lain
Tgl Dari Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
(...........................................)
No. SIPA
53
54
Resep tunai
Asisiten Apoteker
Bagian Peracikan
- Diberi etiket
- Pengontrolan kesesuaian obat dan resep atau
permintaan pasien
Obat Siap
Pasien
55
Resep
Kasir Pasien
• Diberi etiket
• Pengontrolan kesesuaian
Obat Siap