Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR KLINIK (PBK)

DI APOTEK JANNAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan,


Praktik Belajar Klinik (PBK) di Apotek pada Program Studi Farmasi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Sains Medika Kota Serang

Disusun Oleh :

1. RUMINAH 202110036
2. INDI RANI 202110030

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) SAINS MEDIKA KOTA SERANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Puji syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT, atas tersusunnya laporan ini.
Yang merupakan hasil dari praktik belajar klinik (PBK) di Apotek Jannah pada
tanggal 15 oktober 2021 sampai dengan 11 desember 2021

Laporan praktik belajar klinik ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan laporan praktik belajar klinik (PBK) diapotek dan sekolah, serta
sebagai bukti bahwa telah melaksanakan praktik belajar klinik (PBK). Penulis
menyadari bahwa laporan ini sangat sederhana, bahkan masih jauh dikatakan
sempurna.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Dyah Fajar Wati, S.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMK SAINS MEDIKA

2. Dida Haryadi, S.Farm.,Apt Selaku apoteker pembimbing diApotek Jannah

3. Muhammad Ilyas, S.Farm.,Apt Selaku Pembimbing SMK SAINS MEDIKA

4. Marzuki, S.Pd. Selaku Pembmbing PRAKTIK BELAJAR KLINIK

5. Guru Guru Yang Telah Banyak Membantu dalam Menyelesaikan Laporan

6. Seluruh Karyawan klinik Jannah,Khususnya bagian apotek yang telah banyak

Memberi pelajaran kepada penulis

7. Dan kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik

Moral maupun materil.

Serang, Desember 202

Penlis
ABSTRAK

Laporan Praktik Belajar Klinik (PBK)


di Apotek Jannah
Dibawah Bimbingan Dida Haryadi, S.Farm.,Apt

Kegiatan Praktik Belajar Klinik (PBK) yang dilaksanakan di Apotek Jannah,


dimulai dari pemeriksaan dan penyimpanan stok barang,pelayanan pasien hingga
pengadministrasian.Semua itu tidak lepas dari penggambaran teori yang diberikan
disekolah.

Dalam pengelolaan obat diapotek, obat tidak hanya dapat dan terjual begitu
saja. Tetapi diperlukan perencanaan dan pengadaan barang, Terlebih dahulu harus
mengetahui obat apa saja yang akan dipesan untuk dicatat di buku defecta, namun ada
pula barang yang dipesankan tanpa terlebih dahulu didefecta dan penanggulangannya
dengan cara barang yang akan dipesan dilihat ke tempat barang tersebut. Setelah itu,
dilakukan pemesanan dengan cara mengirimkan surat pesanan (SP) dari apotek.
Beberapa waktu kemudian barang datang sebelum diterima barang dicek terlebih
dahulu dengan cara mencocokan nama, jumlah barang yang difaktur, tanggal
kadaluwarsa dan nomor bacth. Setelah itu barang disimpan digudang dengan system
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out), berdasarkan alphabet,
khasiat, dan logo obat.

Untuk pengadministrasian di apotek ada yang dinamakan buku defecta yaitu


buku yang digunakan untuk mengetahui obat yang akan habis atau telah habis stoknya.
Buku nota yaitu buku yang digunakan sebagai bukti transaksi penjualan diapotek. Ada
juga buku catatan faktur yang digunakan untuk mencatat semua faktur yang sesuai
dengan tanggal faktur tersebut dan ada juga buku transaksi kredit yang digunakan
untuk mencatat semua transaksi kredit atau semua penagih pada buku kredit.
ABSTRAC

Laporan Praktik Belajar Klinik (PBK)


di Apotek Jannah
Dibawah bimbingan Dida Haryadi, S.Farm.,Apt

Job Training Activities carried out at Apotek JANNAH, started with inspection
and storage of inventory, patient care and administration. Most of theory of them are
already given at school.

Management of medicines not only where the medicine was obtained and sold
but needs necessary planning and procurement. At first, should know what medicine
that will be ordered and written on Defecta Book, but there is some kind of medicines
which not written on Defecta Book and medicines must be seen at the storage, after
that do order by send ordering letter from Apotek. and then all the stuffs will come. We
must check them first by match the name of them, count the stuffs that will be invoice
(faktur), write the expiration date and batch number. After that save up all of them in
warehouse with system of FIFO (First In First Out) and FEFO (First Expired First
Out) by alphabet, peculiar property, and logo of medicines.

For Administration, there is Defecta Book. Defecta Book is used to determine


medicines that will run out and medicines that have depleted. Note Book is a book
used as evidence of the sales transaction, also there is a note book is used to write the
invoice accordance to the date of the invoice, and there is Credit Transaction Book
that used to record all the credit transactions and customers on the credit transaction
book.
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iv
RINGKASAN v
SUMMARY vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tujuan 2

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK 3

2.1 Apotek 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek 4
2.1.3 Persyaratan Apotek 4

2.1.4 Apoteker Pengelola Apotek 7

2.1.5 Tata Cara Perizinan Apotek 9

2.1.6 Pencabutan Surat Izin Apotek 13

2.1.7 Pengelolaan Apotek 14

2.1.8 Pelayanan Apotek 16

2. 2 Sediaan Farmasi 18

2.2.1 Obat Bebas 18

2.2.2 Obat Bebas Terbatas 19

2.2.3 Obat Keras 20

2.2.4 Obat Narkotika dan Psikotropika 20

2.2.5 Pengolahan Narkotika 21

2.2.6 Pengolahan Psikotropika 26

2. 3 Pelanggaran Apotek 28
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK 31

Apotek 31
Struktur dan Pembagian Tugas Apotek 32
Kegiatan Teknis Kefarmasian 34
Kegiatan Non Teknis Kefarmasian 36
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika 37
Standar Prosedur Operasional Apotek Pelayanan 39

BAB IV PEMBAHASAN 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 43

Kesimpulan 43
Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

LAMPIRAN 47
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema Perizinan Apotek 12


2. Penandaan Obat Bebas 19
3. Penandaan dan Tanda peringatan Obat Bebas Terbatas 19
4. Penandaan Obat Keras 20
5. Struktur Organisasi Apotek 48
6. Alur Penerimaan Resep Tunai 49
7. Alur Pelayanan Resep Kredit 50
8. Alur Pelayanan Obat Bebas 51
9. Bon Permintaan Barang 52
10. Kartu Stok 53
11. Surat Pemesanan Narkotika 54
12. Laporan Penggunaan Narkotika. 55
13. Surat Pemesanan Psikotropika 56
14. Laporan Penggunaan Psikotropika 57
15. Copy Resep I 58
16. Copy Resep Kosong 58
17. Etiket Putih 59
18. Etiket Biru 59
19. Faktur 60
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Kesehatan merupakan bagian
penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun
nasional.Sebagai salah satu wujud pembangunan nasional, maka pemerintah berupaya,
meningkatkan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna tercapainya kesadaran,kemauan dan
kemampuan masyrakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.Untuk mencapai tujuan kesehatan maka diperlukan dukungan sarana kesehatan
yang optimal, salah satunnya adalah apotek.
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, Apotek merupakan salah satu
sarana kesehatan dan sebagai mata rantai distribusi terakhir yang menyalurkan obatt
secara langsunng kepada masyaraka, sehingga diharapkan berperan aktif dalam penyediaa
obat dengan harga terjangkau, mutu terjamin, dan sebagi salah satu usah terdepan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas.
Menurut PerMenKes RI No. 922/MenKes/PER/X/1993, Apotek adalah tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarkat.Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya meliputi pembuatan, peracikan,
pengolahan, dan pencampuran, tetapi juga termasuk pengendalian mutu dan pengamanan
sediaan farmasi, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional.
Praktik kerja lapangan adalah merupan pengenalan lapangan kerja dan informasi
bagi seorang calon tenaga kefarmasian sehingga dapat melihat,mengetahui,menerima,dan
menyerap informasi,kesehatan yang ada di Apotek.

Hal ini berdasakan pada Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


HK.00SJ.SK/VIII/0923 tanggal 29 Agustus 2001 tentang Kurikulum
Sekolah Menengah Farmasi yang mengharapkan para siswanya
menjadi terampil dan professional. Perkembangan dan kemajuan
teknologi belakangan ini menurut para siswa untuk lebih
bisa dapat memahami tentang situasi dan kondisi lapangan yang terus menerus
berkembang agar dapat menyesuaikan diri pada saat bertugas nantinya.

Tujuan

Praktik Belajar Klinik diApotek yang akan diselengarakan oleh Program Studi
Farmasi SMK SAINS MEDIKA.

1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang berbentuk


kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan program yang ditetapkan.
2. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi teknis maupun sosial,
3. Memberikan kesmpatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman
kerja yang nyata dan langsung secaraa terpadu dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan.
4. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap etis, profesional, dan
nasionalisme yang diperlukan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai
denggan kebutuhan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memasyarakatkan diri pada
lingkungan kerja yang sebenarnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Apotek

Definisi

Menurut PerMenKes RI No.1027/MENKES/SK//X/2004 yang dimaksudkan


dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu,tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran perbekalan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan
farmasi menurut Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No.51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan penndistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan perlu mengutamakan kepentingan


masyarakat dan kewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan
perbekalan farmasi.Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi
pemerintahan dengan tugas pelayanann kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan
milik Negara yang ditujukan oleh pemerintah dan apoteker yang telah
mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari DinasKesehatan setempat.

Berdasarkan sarananya, apotek dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Apotek kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagi Apoteker


Pengelola Apotek (APA), sedangkan Pemilik Sarana Apotek (PSA) adalah
pihak lain.
b. Apotek profesi, adalah apotek yang apotekernya adalah Apoteker Pengelola
Apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apotek (PSA).
c. Depo farmasi / instalasi farmasi, adalah apotek yang berada di klinik, dan
kliniknya hanya boleh menerima resep dari lingkungan klinik.
Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintahan No.25 Tahun 1980, tugas dan fungsi


apotek adalah sebagai berikut :

a. Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucap


sumpah jabatan.
b. Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya kegiatan peracikan, pengubahan
bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
c. Sebagai sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
d. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada
tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan pelaporan
mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.

Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat SIA (Surat Izin Apotek).
Surat izin apotek ini adalah surat yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana
apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002, persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang berkerja sama dengan pemilik
sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain, yang merupakan
milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi
lain diluar sediaan farmasi.
c. Apoteker dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain diluar sediaan
famasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam mendirikan sebuah apotek


menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1027/MENKES/SK/IX/2004, yaitu:
a. Sarana dan prasarana
Apotek berlokasi didaerah yang mudah dapat dikenali oleh masyarakat. Pada
halamannya terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata “Apotek”.
Apotek harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.Pelayanan produk
kefarmasian diberikan di tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan
penjualan produk lainnya. Tujuannya adalah untuk menunjukan integrasi dan
kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan. Selain itu
apoteker dapat dengan mudah memberikan informasi obat dan konseling.
Lingkkungan apotek harus dijaga kebersihannya dan harus bebas dari hewan
pengerat dan serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan terutama
untuk lemari pendingin. Disamping itu apotek harus memiliki :
1. Ruangan tunggu yang nyaman bagi pasien
2. Tempat untuk display informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosus
atau materi informasi.
3. Ruangan apoteker yang biasa digunakan untuk konserling bagi pasien, yang
dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catataan
medikasi pasien.
4. Ruang racik.
5. Keranjang sampah yang tersedia baik untuk staff maupun pasien. Perabotan
apotek harus tertata rapih, lengkap dengan rak-rak penyimpanan obat dan
barang-barang lain juga harus tersusun dengan rapih, terlindung dari debu,
kelembapan, dan cahaya yang berlebihan serta diletakan pada kondisi
ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
b. Tenaga kerja atau personalia apotek
1) Apotek pengelola apotek atau biasa disebut APA, yaitu Apoteker yang telah
memiliki SIA (Surat Izin Apotek)
2) Apoteker pendamping, yaitu apoteker selain APA yang bekerja diapotek.
Tugasnya adalah menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka
apotek.
3) Apoteker pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA
tidak berada ditempat lebeh dari 3 bulan secarat terus menerus, telah memiliki
SIK (Surat Izin Kerja) atau tidak bertindak sebagai APA diapotek lain.
4) Asisten apoteker, yaitu mereka berdasarkan peraturan perundang-undangan
memiliki hak untuk melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten
apoteker.

Selain itu juga diperlukan tenaga kerja lainnya untuk mendukung kegiatan-
kegiatan di apotek, terdiri dari :
1. Juru resep, yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
2. Kasir, yaitu orag yang bertugas menerima uang serta mencatat penerima dan
pengeluaran uang.
3. Pegawai tata usaha, yaitu petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan
membantu laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek.

Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta


keterampilan dibidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian oleh seorang apoteker
di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker, oleh karena itu Apoteker
Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat,mampu berkomunikasi antar profesi,
menempatkan diri sebagai pemimpin dalam situasi Multidisipliner, kemampuan
mengelola sumber manusia (SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan
membantu memberi pendidikan serta memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.

Selalu melaksanakan kegiatannya, apoteker pengelola apotek wajib memiliki


Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif
melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi
persyaratan. Sesuai dengan permenkes RI No.992/MENKES/PER/X/1993, untuk
menjadi Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:

a. Ijazah telah terdaftar di Departement Kesehatan


b. Telah mengucapkan sumpah jabatan/janji apoteker
c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksankan tugasnya
sebagai apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di apotek lain.

Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang


dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama
dengan pemilik sarana apotek. Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah
sebagai berikut :

a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,
mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.
d. Melakukan pengembangan usaha apotek.

Pengelola apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu pengelolaan bisnis (non
teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan/teknis kefarmasian. Untuk
dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses seorang APA harus melakukan
kegiatan sebagai berikut :

a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia
dan diserahkan kepada yang membutuhkan.
b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan
berbagai obat dan perbekalan kesehatan lainnya secara lengkap.
c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing.
d. Mempromosikan usaha apoteknya melaluinya berbagai upaya.
e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.
f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat,
nyaman dan ekonomis.

Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi :


a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan.
b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan.
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan.
d. Bertangguung jawab terhadap kinerja yang dicapai.

Tata Cara Perizinan Apotek

Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA)
yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker
atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan
apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh
Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib
melaporkan pelaksanaan pemberian izin. Pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri
Kesehatan dan tembusan kepada kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Selanjutnya
Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada Badan Pengawasan Obat dan
Makanan.

Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1332/MENKES/SK/X/2002. Tentang perubahan atas peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut :

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1
b. Dengan menggunakan model APT-2, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat
meminta bantuan teknis kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan (Balai
POM) untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek untuk
melakukan kegiatan.
c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepala balai POM selambat-
lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan
menggunakan contoh formulir APT-3.
d. Dalam pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud dalam 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, apoteker permohonan agar mendapat membuat surat pernyataan
siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan
contoh formulir APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja stelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud ayat 3 atau pernyataan ayat 4 kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan
menggunakan contoh formulir model APT-5.
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kepala
Balai POM dimaksud ayat 3 masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua Belas) hari kerja
mengeluarkan Surat penundaan dengan menggunakan contoh model APT-6.
g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud ayat 6, apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
h. Dalam hal apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan
pemilik sarana.
i. Pemilik sarana yang dimaksudn ayat 1 harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
j. Terhadap permohonan izin apotek ternyata tidak memenuhi persyaratan
dimaksudn pasal 5 dan 6 atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan,
maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat
penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan mempergunkan formulis
model APT-7.
Jika pemeriksaan
tidak dilakukan Apoteker

Membuat surat Mengajukan permohonan izin


pernyataan siap apotek
melakukan kegiatan
(formulir model APT-

Tembusan
kepada Dinas

Kepala Dinas Kesehatan


Kab/Kota (formulir model APT-1)

Selambat-lambatnya 6 hari kerja

Dapat meminta bantua teknis


kepada kepala balai POM
untuk melaksanakan
pemeriksaan setempat

Selambat-lambatnya 6 hari kerja

Melaporkan hasil
pemeriksaan menggunakan
form APT-3

Jangka waktu 12 hari kerja

Belum memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat

Surat penundaan form. Surat Izin Apotek Surat penolakan


Model APT-6 (SIA) form. Model APT 7

Gambar 1. Sekema perizinan pendirian apote


Pencabutan Surat Izin Apotek
Apotek harus berjalan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek
apabila:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai apoteker pengelola apotek
dan atau,
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian dan atau,
c. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas lebih dari 2 tahun
secara terus-menerus dan atau,
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang obat keras,Undng-undang
No.23 Tahun1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No.5 Tahun1997 tentang
Psikotropika, Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, serta
ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan atau,
e. Surat Izin Kerja (SIK) apoteker pengelola apotek tersebut dicabut dan atau,
f. Pemilik saran apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di
bidang obat dan atau,
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.

Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan yaitu :

a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali


berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan.
b. Pembekuan izin apotek untuk jangka panjang waktu selama-lamanya 6 bulan
sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila apoteker telah


membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan. Pencariran izin apotek dilakukan seteah menerima laporan pemeriksaan
dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatann Kabupaten/Kota setempat. Keputusan
pencabutan Surat Izin Apotek oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
disampaikan langsung kepada yang bersangkutan dan tembusan disampaikan
kepada Menteri dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, serta Kepala Balai POM
setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut APA atau Apoteker Pengganti wajib
mengamankan perbekalan farmasi. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai
berikut :

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika,


obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.

Apoteker pengelola apotek harus wajib melaporkan secara tertulis kepada


Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan
inventarisasi yang dimaksud diatas.

Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek merupakan segala dan upaya dan kegiatan yang


dilakukan oleh seorang apoteker dalam rangka memenuhi tugas dan fungsi apotek.
Pengelolaan apotek sepenuhnya sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena
itu apoteker harus mengelola secara efektif sehingga obat yang disalurkan kepada
masyarakat akan lebih dapat dipertanggungjawabkan, karena kualitas dan
keamanannya selalu terjaga. Pengelola apotek dibedakan atas :

a. Pengelolaan teknis farmasi


Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/2002. Bab VI
Pasal 10, dibidang kefarmasian pengelolaan apotek meliputi :
1) Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
2) Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi
lainnya.
3) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi :
a. Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter atau tenaga kesehatan lainnya maupun
kepada masyarakat.
b. Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan,
bahaya, mutu obat dan perbekalan lainnya.

Hal lainnya yang harus diperhatikan dalam pengelolaan apotek adalah :


1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2) Obat dan perbekalan farmasi lainnya yang karena satu hal tidak dapat
digunakan atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan acara dibakar
atau ditanam atau dengan cara lain yang tekah ditetapkan oleh Balai POM.
b. Pengelolaan non teknis farmasi
Pengelolaan ini meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia,
kegiatan material (arus barang) dan bidang lainnya yang berhubungan dengan
apotek.

Pelayanan Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
harus menyertakan aspek pelayanan dalam setiap kegiatannya, menurut peraturan
yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Keputusan Menteri Kesehatan No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, yang meliputi :

a. Pelayanan Resep
1) Skrining resep
Apotek melakukan skrining resep meliputi :
a) Persyaratan Administrasi :
1) Nama, SIP dana alamat dokter.
2) Tanggal penulisan resep.
3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta.
6) Cara pemakaian yang jelas.
b) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlaah obat, dan lain-lainnya). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
2) Penyimpanan obat
a) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas
dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat
harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
a. Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
b. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
c. Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bisa, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi.
d. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, astma dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling.
e. Monitoring penggunaan obat
Setelah menyerahkan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
cardiovascular, diabetes, TBC, astma, dan penyakit kronis lainnya.
f. Promosi dan edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpatisipasi secara
aktif dalaam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan
lain-lainnya..
g. Pelayanan residensial (home care).
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

Sediaan Farmasi

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk
menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah
menggolongkkan obat beberapa bagiaan.

Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan
yang ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau yang
dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 2. Dallam kemasan obat disertakan brosur
yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, dan aturan pakai,
nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya.

Gambar. 2. Penandaan obat bebas

Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
ringan yang dapat dikenali oleh penderitanya sendiri. Obat bebas terbatas termasuk
obat keras dimana pada setiap takarann yang digunakan diberi batas dan pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam yang mengelilingi bulatan berwarna biru
serta sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69
tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P. No. 1 sampai P. No. 6 dan harus
ditandai oleh etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan,
daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluars,
nomor registrasi, nama dan allamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara
pemakaian, peringatan serta kontraindikasi. Penandaan obat bebas terbatas beserta
etiketnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penandaan dan Tanda peringatan obat bebas terbatas

Obat Keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan
dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi. Tanda
dapat dilihat pada Gambar 4. Obat yang termasuk kedalam golongan obat keras ini
adalah oabat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral,
baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan
merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam farmakope terbaru yang
berlaku diIndonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui
keputusan MenKes RI.

Gambar 4. Penandaan obat keras


Obat Narkotika dan Psikotropika

Menurut Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang narkotika, dalam bab


1 pasal 1. Narkotika adalah obat atau bahan obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, mangurangi sampai menghilangkan rassa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantunan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.

Pengelolaan Narkotika

Berdasarkan Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,


Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan.

Narkotik digolongkan ke dalam :

a. Narkotika golongan I , adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan


pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Opium, Heroin, Kokain
b. Narkotika golongan II, adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau dengan
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.
c. Narkotika golongan III, adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang dapat mengakibatkan
ketergantungan.
Contoh : Codein dan Dionin.

Narkotika bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan


serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat menimbulkan ketergantungan
yang sangat merugiakan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan
yang ketat dan seksama. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika,
maka diadakan pengawasan terhadap penggunaan narkotika yang meliputi
pembelian, penyimpanan, penjualan, administrasi,serta penyimpanan laporan.
Untuk mempermudah pengawasan tersebut mmaka pemerintah menetapkan
PT.Kimia Farma sebagai satu-satunya perusahaan yang diizinkan untuk
memproduksi, mengimpor dan mendistribusikan narkotika diIndonesia.

Pengelolaan narkotika meliputi kegiatan :

a. Pemesanan narkotika
Pemesanan narkotika hanya dilakukan oleh pedagang besar farmasi (PBF) Kimia
Farma. Surat pesanan narkotika bagi apotek ditandatanganni oleh APA dengan
menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pesanan narkotika
menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker
dan stempel apotek.
b. Penyimpanan narkotika
Narkotika yang berada di apotek disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No.22 Tahun 1997
pasal 11 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.28/Menkes/per/1978 pasal 5 yaitu apotek
harus mmemiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lainnya yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
3) Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin,dan
garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dapat dipakai sehari-
hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40 x 80
x100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan No. 288/Menkes/per/I/1978
dinyatakan bahwa :
1) Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No.
28/Menkes/per/1078.
2) Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
3) Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
lain yang diberi kuasa.
4) Lemari khusus diletakan ditempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh
umum.
c. Pelayanan resep mengandung narkotika
Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter dengan
ketentuan berdasarkan surat edaran balai POM No. 336/EE/SE/1997 antara lain
dinyatakan :
1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang-undang No.9 Tahun 1976
tentang narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut belum dilayani sama sekali.
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tersebut hanya boleh dilayani
oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani
sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada
resep-resep yang mengandung narkotika.
d.Pelaporan narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No.22 Tahun 1997 pasal 11 ayat (2) dinyatakan
bahwa importer, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan
berkwajiban untuk membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala
kepada Menteri Kesehatan pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada
dalam perusahaannya. Laporan pemakaian narkotika harus ditandatangani oleh
APA dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek,
kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan RI kota/kabupaten
setempat dengan tembusan kepada :
1) Balai besar POM
2) Arsip

Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.

e.Pemusnahan narkotika

Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 9


disebutkan bahwa pemegang izin khusus dan atau APA dapat memusnahkan
narkotika yang rusak dan tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Undang-undang
NO.22 Tahun 1997 tentang narkotika disebutkan bahwa pemusnahan narkotika
dilakukan dalam hal :
1) Diproduksi tanpa memenuhi standard an persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
2) Kadaluarsa
3) Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan
atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
4) Berkaitan dengan tindak pidana.

Berdasarkan pasal 61 Undang-undang No.2 tahun 1997, pemusnahan narkotika


dilaksanakan oleh pemerinntahan, orang atau badan usaha yang bertanggunng
jawab atau produksi dan atau peredaran narkotika, sarana kesehatan tertentu serta
lembaga ilmu pengetahuan dengan dilaksanakan oleh pejabat yang ditujukan oleh
Menteri Kesehatan RI.
Pelaksanaan pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi persyaratan
pada apotek adalah sebagai berikut. :

1) Bagi apotek ditingkat provinsi, pelaksanaan pemusnahan disaksikan oleh


petugas dari Balai POM setempat.
2) Bagi apotek ditingkat kabupaten/kota pemusnahan dilaksanakan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Tingkat II

Pemegang izin khusus atau APA yang memusnahkan narkotika harus membuat
berita acara pemusnahan narkotika harus membuat berita acara paling sedikit 3
rangkap. Berita acara tersebut memuat :

1) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan


2) Nama pemegang izin khusus atau APA.
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek
tersebut.
4) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

f.Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan narkotika.

Dalam undang-undng No.22 tahun 1997 tentang narkotika, disebutkan bahwa


pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika
dapat dikenai sanksi administrasi oleh Menteri Kesehatan, yang berupa, teguran ,
peringatan, denda aministratif dan penghentian sementara kegiatan dan
pencabutan izin.

Pengelolaan Psikotropik

Psikotropika menurut undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika,


psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika
dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :
a) Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat yang mengakibatkan syndrome ketergantungan.
Contoh : Lisergic acid diethylamid, dan Meskalina.
b) Psikotropik golongan II adalah psikotropik yang berkhasiat pengobatan
digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan syndrome ketergantunngan.
Contoh : Amfetamin dan Metamfetamin.
c) Psikotropika III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan syndrom ketergantungan .
Contoh : Phenobarbital, Amobarbital dan Pentazosina
d) Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi, dn atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan syndrom kertergantungan.
Contoh : Nitrazepam, Diazepam, Barbital dan Aprazolam.

Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 Tahun 1997 adalah segala
hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika yaitu :

a) Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan kesehatan dan ilmu


pengetahuan.
b) Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c) Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi :

a.Pemesanan psikotropika

Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan pemesanan obat


lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah ditanda tangani oleh APA
yang dikirim ke pedagang besar farmasi (PBF). Pemesanan psikotropika tidak
memerlukan surat pemesanan khusus dan dapat dipesan apotek dari PBF atau
pabrik obat. Satu lembar surat pemesanan psikotropika dapat terdiri dari satu
jenis obat psikotropika.
b.Penyimpanan psikotropika

Sampai saat ini penyimpanan untuk obat-obat golongan psikotropika belum diatur
dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan psikotropikaini
cenderung untuk disalah gunakan. Maka disarankan agar menyimpan obat-obatan
psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu stok
psikotropika.

c.Penyerahan psikotropika

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek lainnya,


rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pasien berdasarkan
resep dokter.

d.Pelaporan psikotropika

Pelaporan psikotropika dilakukan satu tahun sekali dengan ditandatangani oleh


APA dilakukan secara berkala dan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat kepada Balai POM provinsi, serta sebagai arsip apotek.

e.Pemusnahan psikotropika

Berdasarkan UU No.5 Tahun 1997 Pasal 53 tentang psikotropika, permusnahan


psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa
memenuhi standard dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat digunakan
dalam proses pemusnahan psikotropika, kadaluwarsa atau tidak memenuhi syarat
untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat
yang ditujuk dalam waktu 7 hari setelah mendapat kepastian.
Berita acara pemusnahan tersebut memuat :
1. Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan.
2. Nama pemegang izin khusus atau APA.
3. Nama seorang saksi dari pemerintahan dan seorang saksi lain dari apotek
tersebut.
4. Nama dan jumlah psikotrpika yang dimusnahkan.
5. Cara pemusnahan.
6. Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.

Pelanggaran Apotek

Berdasarkan berat dan ringannya pelanggaran, maka pelanggaran di apotek dapat


dikategorikan dalam dua macam. Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek
meliputi :

a. Melakukan kegitan tanpa ada tenaga teknis farmasi.


b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsiu atau gelap.
c. Pindah alamat apotek tanpa izin.
d. Menjual narkotika tanpa resep dokter.
e. Kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak
dalam jumlah besar.
f. Tidak menunjuk apotek pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA
keluar daerah.

Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi :

a. Tidak menunjuk apoteker pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam
buka apotek (apotek yang buka 24 jam).
b. Mengubah denah apotek tanpa izin.
c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.
d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya.
e. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan.
f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.
g. Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker.
h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.
i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.
j. Resep narkotika tidak dipisahkan.
k. Buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa.
l. Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok sehinngga tidak diketahui dengan jelas
asal usul obat tersebut.
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan
sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang
diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002
dan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah. :

a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.
b. Pembekuan izin apotek untuk jengka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak
dikeluarkan penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat.
c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut
dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan
Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.

Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat
pelanggaran terhadap :

a. Undang-Undang Obat Keras (St.1937 No. 541).


b. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
c. Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK JANNAH

Apotek

Apotek Jannah di dirikan karena adanya kebutuhan unit pelayanan kesehatan


dibidang obat-obatan, mendampingi klinik yang telah terlebih dahulu di dirikan,
dengan berbagai persyaratan maka di sah kan mendirikan apotek yang sebelum nya
sudah melewati pemeriksaan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Apotek Jannah mempunyai misi yaitu menjadi pusat pelayanan farmasi yang
terkemuka dengan misi memberi jasa pelayanan prima atas ritel farmasi, dan jasa
terkait serta memberikan solusi jasa pelayanan kefarmasian bagi masyarakat,
meningkatkan nilai apotek untuk pihak-pihak yang berkepentingan, mengembangkan
kompetensi dan komitmen sumber daya manusia yang lebih professional untuk
meningkatkan nilai apotek dan kesejahteraan.

Apotek Jannah melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter, juga resep
dari luar, dan menyediakan pelayanan lain. Apotek Jannah dipimpin oleh tenaga
apoteker sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.

Klinik Jannah menerima beberapa asuransi, misalnya, pasien BPJS, INHEALTH,


ALfAMART.

Struktur dan Pembagian Tugas Apotek Jannah

Struktur apotek Jannah berpedoman pada struktur organisasi yang telah


ditetapkan oleh Klinik Jannah. Tetapi hal tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi
dan sarana serta kebutuhan dari apotek.

Struktur organisasi Apotek Jannah terdiri dari APA selaku pemimpin apotek,
asisten apoteker. Berikut akan dibahas tugas dan tanggung jawab masing-masing
personel.

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA)


Pemimpin apotek adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki Surat
Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek (SIA). Pemimpin Apotek bertanggung
jawab langsung. Selain memiliki kemampuan dan pengetahuan dui bidang farmasi,
seorang pimpinan apotek harus menguasai kemampuan manajerial, yaitu sebagai
pemimpin, pengambil keputusan, manajer meliputi kegiatan perencanaan,
koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan.
Tugas dan tanggung jawab pimpinan apotek adalah:
1) Memimpin, menentukan kebijaksanaan dan melaksanakan pengawasan serta
pengendalian apotek sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
2) Menyusun kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman
yang telah di tentukan oleh perusahaan antara lain menentukan target yang
akan di capai, kebutuhan sarana, personalia, dan anggaran dana yang di
butuhkan.
3) Menyusun urain kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
4) Memberikan pelayanan informasi obat dan perbekalan farmasi kepada pasien,
dokter, dan tenaga kesehatan lainnya.
5) Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk perkembangan apotek.
6) Menguasai dan melaksanakan peraturan perundang-undangan farmasi yang
berlaku, seperti pelaporan bulanan narkotika.
7) Memberikan laporan berkala secara keseluruhan tentang keguatan apotek
kepada BM yang kemudian disampaikan ke kantor pusat, seperti laporan
neraca, laporan rugi laba.

b. Asisten Apoteker
Asisten apoteker memiliki tugas:
a) Melayani penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas, menerima dan
memberi harga pada setiap resep. Melihat kelengkapan resep kemudian
menghitung dosis untuk obat racikan, menimbang, menyiapkan obat,
mengemas, membuat etiket, dan menyerahkan obat disertai dengan
informasi jika apoteker tidak berada di tempat.
b) Membuat salinan resep dan kwitansi jika diperlukan
c) Menyiapkan laporan narkotika dan psikotropika
d) Menyusun resep menurut nomor urut, tanggal dan penyimpanan resep.
e) Menyusun dan mencatat keluar masuknya obat ke kartu stok
f) Menerima uang hasil penjualan tunai, baik dari penjualan obat yang
diresepkan, obat bebas, dan alat-alat kesehatan
g) Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap hari pada laporan penjualan
harian.
c. Penerimaan dan Penyimpanan Barang
Penerimaan barang yang datang langsung dari pemasok dilakukan oleh
semua pegawai apotek dengan tugas dan tanggung jawab:
1) Menerima barang yang dipesan dari bagian pembelian dan
mencocokkan surat pemesanan dengan faktur pembelian.
2) Mencatat nama, satuan, dan jumlah barang yang masuk di gudang.
3) Memeriksa kondisi barang termasuk tanggal kadaluwarsa
4) Mengatur administrasi penerimaan dan pengeluaran barang dengan baik.

Kegiatan Teknis Kefarmasian

a. Kegiatan Teknis Kefarmasian

Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi dan


perbekalan kesehatan lainnya yang meliputi kegiatan:

1. Pengadaan barang
Baik berupa obat dan perbekalan farmasi lainnya di lakukan oleh seorang
asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada APA sebagai menejer apotek
pelayanan. Barang yang dipesan oleh apotek akan diantar langsung oleh PBF
yang bersangkutan ke apotek pemesan. Apabila permintaan barang yang
tercantum tidak seluruhnya tidak dipenuhi selama enam hari berturut-turut,
maka apotek pelayanan harus mencantumkan kembali barang tersebut pada
BPBA. Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak jika obat
atau perbekalan farmasi lain yang dibutuhkan ada persediaannya. Namun hal
ini tetap harus disetujui oleh APA dan komunikasikan.
Dasar pemilihan PBF sebagai berikut :
1) ketesediaan barang.
2) Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggung jawabkan.
3) Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan.
4) Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu.
5) Cara pembayaran dapat dilakukan dengan kredit yang jangka waktu
pembayarannya lama.

2. Penyimpanan barang

1) Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
3) Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin,petidin dan
garam-garamnya serta persediaan narkotika,sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-
hari.
4) Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari
tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.

3. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu


memperhatikan:

a. pola penyakit,
b. kemampuan masyarakat,
c. budaya masyarakat, dan
d. Pola penulisan resep oleh dokter sekitar.

Kegiatan Non Teknis Kefarmasian.

Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh apotek Jannah hanya berupa
administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan tunai
maupun kredit, laporan piutang dan hutang dagang, serta penyerahan bukti-bukti
administrasi.Selain itu sebagai salah satu bentuk penawasan apotek dilakukan stok
opname setiap satu bulan sekali untuk memeriksa kesesuaian jumlah barang yang ada
di apotek.Adapun cara pelaksanaan stok opname sebagai berikut :

a. Membuat daftar seluruh obat yang ada di apotek.


b. Menghitung jumlah fisik setiap jenis obat atau barang di gudang penyimpanan,
ruang peracikan, dan ruang penjualan.
c. Jumlah persediaan barang dicocokan dengan kartu stok.

Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika.

a. Pengelolaan Narkotika

1. Pemesanan narkotika.
Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan menggunakan
surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pemesanan narkotika
menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker
dan stempel apotek.
2. Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF dilakukan oleh apoteker pengelola apotekatau
asisten apoteker yang memiliki surat izin asisten apoteker (SIAA) atau surat
izin kerja (SIK). Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.Pada saat diterima dilakukan
pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.

3. Penyimpanan narkotika

Tempat khusus tersebut harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana


yang dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan
No.28/Menkes/Per/1978 dan harus dikunci dengan baik.
b. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
c. Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
lain yang diberi kuasa.
d. Lemari khusus diletakkan di tempat yang aman dan tidak boleh terlihat
oleh umum
4. Pelayanan resep mengandung narkotika
Apotek tidak melayani pembelian narkotik tanpa resep atau pengulangan resep
yang ditulis oleh apoteker. Pelayanan narkotik dalam jumlah besar hanya
dilayani jika menggunakan jumlah pesanan yang mencantumkan nama, alamat,
dan tanda tangan dokter dari rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya.
5. Pelaporan narkotika
Pelaporan penggunaan narkotik pada apotek Jannah dibuat setiap bulan meliputi
laporan penggunaan sediaan jadi narkotik dan laporan penggunaan bahan baku
narkotika. Laporan dibuat rangkap empat dan ditanda tangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian
dikirimkan kepada Dinas Pelayanan Kesehatan Kab/Kota Serang dengan
tembusan kepada :
a) Kepala Kantor Dinas Kesehatan Provinsi atau Tingkat I
b) Kepala Balai Besar POM.
c) Penanggung jawab obat narkotika dan psikotropika klinik Jannah untuk
apotek Jannah.
d) Arsip apotek Jannah
6. Pemusnahan narkotika
Pemegang izin khusus atau apoteker pengelola apotek yang memusnahkan
narkotika harus membuat berita acara pemusnahan paling sedikit 3 rangkap.
Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan narkotik

Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :

a) apoteker pengelola apotek membuat dan menandatangani surat permohonan


untuk pemusnahan narkotika yang berisi antra lain jenis dan jumlah
narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.
b) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai
Besar POM. Balai Besar POM akan menetapkan waktu dan tempat
pemusnahan.
c) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker
pengelola apotek, asisten apoteker, tugas balai Balai POM dan kepala kantor
Kantor Sudin Yankes Provinsi/ Kabupaten kota Serang
d) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat berita acara yang
berisi
 Hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat dilakukannya pemusnahan
 Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
 Cara pemusnahan
 petugas melakukan pemusnahan
 nama dan tanda tangan apotek
 berita acara dikirimkan kepada Dinas Pelayanan Kesehatan Provinsi/
Kabupaten Kota Serang dengan tembusan kepada :
 Kepala kantor Dinas Kesehatan Provinsi/ Tingkat I
 Balai Besar POM
 Penanggung jawab Narkotika dan Psikotropika klinik Jannah.
 Arsip

b.Pengelolaan Psikotropik

Kegiatan-kegiatan pengelolaan psikotropika meliputi:

a. Pemesanan psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika yakni dengan surat pemesanan
yang sudah ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar
farmasi (PBF).
b. Penyimpanan psikotropika
Meskipun belum ada perturan mengenai penyimpanan obat psikotropika,
sebaiknya menyimpan dilemari khusus yang terpisah dari sediaan lain
untuk mencegah penyalahgunaan.
c. Pelayanan psikotropika
Pelayanan obat psikotropika dilakukan berdasarkan resep dokter atau
salinan resep bila obat belum diambil atau baru diambil sebagian.
d. Pelaporan psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Dinas Kesehatan
setempat secara berkala atau satu tahun sekali
e. Pemusnahan psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat
dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Standar Prosedur Operasional Apotek Pelayanan

A. Ruang apotek
1. Kondisi harus selalu rapih, bersih, dan tertata setiap hari.
2. Semua kaca dan jendela bebas dari debu.
3. Lantai bersih.
4. Semua jalan keluar atau masuk harus tidak terhalang.
5. Barang-barang terletak pada tempatnya.
B. Personalia apotek
1. Hanya karyawan tertentu yang boleh masuk keruangan apotek.
2. Petugas Departemen Kesehatan (jika ada pemeriksaan)
C. Counter apotek
1. Counter apotek harus dibersihkan setiap hari.
2. hanya benda-benda yang berhubungan dengan apotek yang boleh diletakan
diatas meja apotek.
3. Meja apotek tidak boleh berantakan.
4. Jalan menuju counter apotek dari pintu masuk jangan terhalang.
5. Semua kertas-kertas pekerjaan harus dipindahkan jika ada pasien yang datanng
ke counter apotek.
D. Peralatan apotek
1. Timbangan jika tidak dalam keadaan terpakai dalam keadaan bersih.
2. Anak timbangan teratur dalam kemasannya dan sudah tertata.
3. Obat-obat tertata per abjad.
4. Obat-obat loose dan bahan baku dikemas rapi.
5. Setiap obat ada daftar namanya kecuali narkotika.
6. Lemari pendingin tidak boleh diisi produk lain atau makanan kecuali obat-
obatan
7. Computer.
8. Semua apoteker dan asisten apoteker harus sudah terbiasa dengan penggunaan
computer dan aplikasi software untuk pekerjaan administrasi yang
berhubungan dengan apotek dan pelayanan pasien.
9. Alat pemeriksaan kesehatan.
10. Buku referensi.
11. Buku-buku informasi obat harus tersedia di apotek, seperti Farmakope
Indonesia, ISO, MIMS, Farmakologi dan Terapi, atau buku-buku lain yang
berhubungan dengan obat sehiinngga dapat digunakan untuk referensi
konserling pasien.
E. Dokumentasi Apotek.
1. Semua apoteker dan asisten apoteker harus mendokumentasikan kegiatan di
apotek dan menyimpannya dalam sistem yang teratur dan mudah dicari.
2. Resep harus dibundel per bulan, menggunakan sampul dengan tulisan yang
jelas, yang bertuliskan periode dan nomor resep.
3. Resep yang mengandung narkotika atau psikotropika harus dipisahkan.
4. Jika ada resep yang mencurigakan, palsu atau tidak memenuhi aturan harus
disalin dan dipisahkan.
5. Semua resep harus disimpan tiga tahun. Lalu dimusnahkan sesuai denngan
aturan yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan.
6. Pemakaian narkotika harus dilaporkan setiap bulan.
7. Pemakaian harian harus mengisi buku pemakaian narkotika pada saat obat
diambil.
8. Setiap obat harus memiliki kartu stok dan kartu stok harus selalu diisi jika ada
pengurangan atau penambahan stok obat.
f. Persediaan obat
1. Narkotika
a. Administrasi
 Pelaporan sebulan sekali dan salinannya ada di data komputer
 Pemakaian tercatat di buku pemakaian.
 Kartu stok selalu di perbaharui.
 Bukti pembelian tersmpan dengan baik.
b. Penyimpanan
 Kedua pintu lemari narkotika terkunci.
 Tidak dicampur dengan obat atau peralatan lain.
 Dikemas dalam wadah atau botol yang sesuai.
c. Persediaan.
 Kelebihan stok sudah dilaporkan.
 Semua item obat narkotika tersedia.
d. Akurasi
 Harga disistem komputer sesuain denngan daftar induk harga terakhir.
 Jumlah stok yang tertera di kartu stok sesuai dengan jumlah fisik obat.
2. Non Narkotika.
a. Persediaan
 Tersedianya obat untuk penyakit jangka panjang dan penunjang hidup.
 Barang over stok harus segera dilaporkan dan ditawarkan ke outlet lain.
 Barang yang kadaluarsa harus ditangani sesuai prosedur.
 Perputaran barang harus dapat dikendalikan sampai batas maksimal
yang berlaku.
 Ketika mengisi stok, letakan barang lama di depan atau diatas, barang
baru dibelakang atau dibawah (FIFO)
b. Akurasi harga dan stok.
 Harga jual pada daftar induk kompoter harus sesuai degan harga
terakhir.
 Jumlah stok yang tertera di kartu stok sesuai dengan jumlah fisik obat.
c. Control kualitas produk.
 Produk yang dijual harus dibeli dari supplier resmi dan berizin.
 Produk yang dijual harus memiliki nomor izin Departemen Kesehatan.
 Kemasan harus original, utuh, dan bersih.
 Minimal tuga bulan sebelum expired date.
 Produk kadaluarsa dan rusak harus segera disingkirkan.

3. Pelayanan Resep
a. Apoteker menerima resep
b. Lakukan skrining resep meliputi adsministrasi, pharmaceutical &
klinik
c. Bila ada obat yang akan diganti (merk lain) mintakan persetujuan pasien
terlebih dahulu
d. Hitunglah nominal harga dan mintalah persetujuan kepada pasien
e. Siapkan obat sesuai dengan resep dan beri etiket
f. Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
g. Pada saat menyerahkan, wajib memberikan informasi minimal mengenai
kegunaan dan aturan pakai
h. Catatlah nama pasien, alamat dan nomor telepon pasien
i. Buatlah catatan khusus tentang pasien

4. Pelayanan Tanpa Resep


a. Pasien datang
b. Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien obat apa
yang dibutuhkan
c. Tanyakan lebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita pasien, kemudian
bantu pasien untuk mendapatkan obat yang tepat
d. Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga
e. Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien
f. Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai kegunaan
dan aturan pakai

5. Pelayanan Meracik Obat


a. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik
b. Buatlah instruksi meracik meliputi : no resep, nama pasian, jumlah dan cara
mencampur
c. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinya untuk
diracik.
d. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan, masker
e. Siapkan bat sesuai resep dan cocokkan dengan yang tertera pada struknya
f. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu
g. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hati-hati
h. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya.
i. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket
j. kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
k. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai
l. Cucilah tangan sampai bersih
6. Pelayanan Penimbangan
a. Bersihkan timbangan.
b. Setarakan timbangan terlebih dahulu sebelum mulai menimbang.
c. Ambil bahan‐bahan sesuai dengan permintaan resep.
d. Ambil anak timbangan sesuai berat yang diminta dan letakkan pada ring
timbangan sebelah kiri (timbangan dalam keadaan off).
e. Buka dan on kan timbangan kemudian dilihat apakah timbangn sudah
seimbang atau belum.
f. Bahan ditambah atau dikurangi sampai diperoleh timbangan yang seimbang
yang ditunjukkan ole letak jarum pada posisi nol
g. Ambil bahan yang sudah ditimbang kemudian diberi nama sesuai nama bahan.
h. Cek ulang apakah bahan yang diambi sudah sesuai dengan resep kemudian
dikembalikan ketempatnya.

7. Penerimaan Obat
a. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat PBF serta tanda tangan
penanggung jawab dan stempel PBF.
b. Mencocokkan faktur dengan obat yang dating melliputi jenis dan jumlah serta
nomor batch sediaan.
c. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal
kadaluarsa. Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti.
d. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta
distempel. Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedang salinan faktur
disimpan oleh apotek sebagai arsip.

8. Pelayanan Pemesanan Obat


a. Pemesanan obat dilakukan pada PBF yang resmi
b. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP) rangkap 2 lembar yang asli
diberikan kepada sales sedang salinannya disimpan sebagai arsip
c. Untuk pemesanan obat-obat narkotika dan psikotropika menggunakan SP
khusus
d. Jumlah dan jenis obat yang dipesan harus disesuaikan dengan kebutuhan
e. SP ditandatangani oleh Apoteker dan diberi stempel apotek
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan pekerjaan


kefarmasian oleh apoteker.
2. Pengelolaan administrasi obat dan resep yang ada di Apotek Jannah
a. Perencanaan
Apotek Jannah melakukan perencanaan obat berdasarkan metode kombinasi
antara tingkat konsumsi, epidemiologi dan berdasarkan sisa stok obat yang
tersedia.
b. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Jannah dilakukan dengan membuat SP (Surat Pesanan),
cara pemesanan langsung ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau melakukan
pembelian dengan mengirim fax atau telpon. Pengadaan obat golongan
narkotik hanya dapat di pesan secara langsung dengan membawa SP model N-
9 sebanyak 4 rangkap. Pengadaan alat kesehatan dan obat yang tidak tersedia
di PBF maka pemesanan dengan membeli langsung ke Apotek lain yang
tersedia.
c. Penerimaan
Obat yang datang diperiksa dengan melakukan penyesuaian faktur dengan SP
yang telah kita buat kemudian pemeriksaan secara fisiknya, yang paling utama
dilihat ialah nama, jumlah dan tanggal kadaluwarsanya.
d. Penyimpanan
Penyimpanan obat-obatan di Apotek Jannah berdasarkan farmakologi,
alfabetis, obat dan bentuk sediaan seperti sirup, salep, tetes mata, tetes telinga
dan stabilitas obat di simpan dalam lemari pendingin. Dan utuk semua item
obat di susun dengan metode FEFO dan memiliki kartu stock.

e. Pendistribusian
Pendistribusian obat di Apotek Jannah ada beberapa macam, yaitu:
berdasarkan resep dokter dan non resep.
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Personalia yang ada di apotek Jannah terdiri dari 1 orang Apoteker Pengelola
Apotek (APA), 2 orang asisten apoteker, 2 orang bagian admistrasi.

Saran
1. Lebih meningkatkan stok obat agar tidak kehabisan saat pasien mencari obat
yang diinginkan.
2. Penggunaan kartu stok sebaiknya lebih diperhatikan lagi.
3. Apotek Jannah telah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan sebaik-
baiknya,hal ini perlu di pertahankan. Untuk meningkatka pelayanan kesehatan
masyarakat seluruh tenaga kesehatan tentunya perlu menambah pengetahuan
khususnya di bidang farmasi dapat memberikan informasi yang tepat kepada
pasien.
DAFTAR PUSAKA

Dapartemen kesehatan RI. Peraturan Pemerintah No. 25 tentang pengelolaan apotek.


Jakarta

Dapartemen kesehatan RI. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan No.


922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
Jakarta

Dapartemen kesehatan RI.1997. Undang-undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika.


Jakarta

Dapartemen kesehatan RI. 1997. Undang-undang No. Tahun 1997 tentang psikotropika.
Jakarta

Dapartemen kesehatan RI. 1996. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


912/MENKES/SK/III/1996 tentang penunjukan Pedagang Besar Farmasi PT. (persero)
Kimia Farma Depot Sentral sebagai importir tunggal narkotika di Indonesia. Jakarta

Dapartemen kesehatan RI. 1997. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.


912/MENKES/PER/VIII/1978 tentang kebutuhan tahunan dan pelaporan psikotropika.
Jakarta

Dapartemen kesehatan RI. 1998. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


28/MENKES/PER/I/1978 tentang penyimpanan Narkotika. Jakarta

Tim penyelenggara dan pengajar PKPA. Panduan PKPA di apotek kimia farma. PT Kimia
Farma apotek. Jakarta 2008

PT Kimia Farma apotek. Good pharmacy practice di apotek kimia farma. Jakarta. 2005
LAMPIRAN

Lampiran :1. Struktur Organisasi Apotek Jannah

Direktur Utama

Klinik Jannah

Direktur
Direktur
Pembangunan
Operasional

Manajer Pembangunan

Usaha

Manajer Manajer Layanan Manajer

Operasional Dan Logistik Bisnis

Manajer Sumber Daya Manajer Keungan Manajer Teknologi

Manusia umum Akuntasi Informasi


Lampiran : 2. Struktur Organisasi Apotek Jannah

Manajer Apotek Pelayanan

APOTEK JANNAH

Apoteker Asisten Juru Lain- lain:

Pendamping Apoteker Resep Kebersihan

Keamanan

Lampiran :3. Alur Pelayanan Penerimaan Resep Tunai

Resep datang Skrinning Resep Resep diberi Harga

Ajukan Alternatif Pasien tidak mampu

Pasien setuju, pasien diberi resep Penyiapan/ Peracikan Pasien diberi nomor

Pengecekan kembali Penyerahan Informasi Obat


Lampiran :4. Alur Pelayanan Resep Kredit

Pasien APP BM

Admin Keuangan

Resep

Jual

LPH

Barang

Terlambat Uang
Lampiran :5. Alur Pelayanan Obat Bebas/ Non Resep.

Pasien APP BM

Admin Keuangan

Resep

Jual

Barang LPH

Uang

Lampiran : 6 (copy resep)


Lampiran :7. SURAT PEMESANAN (SP)
Lampiran: 8. SURAT PESANAN
OBAT PSIKOTROPIKA Lampiran: 9. ETIKET
OBAT

Lampiran : 10. FAKTUR


Lampiran: 11. ETIKET OBAT LUAR

Lampiran: 12. SURAT PEMESANAN


OBAT MENGANDUNG FREKURSOR
FARMASI

Anda mungkin juga menyukai