DI APOTEK JANNAH
Disusun Oleh :
1. RUMINAH 202110036
2. INDI RANI 202110030
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Puji syukur, kami panjatkan kepada Allah SWT, atas tersusunnya laporan ini.
Yang merupakan hasil dari praktik belajar klinik (PBK) di Apotek Jannah pada
tanggal 15 oktober 2021 sampai dengan 11 desember 2021
Laporan praktik belajar klinik ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan laporan praktik belajar klinik (PBK) diapotek dan sekolah, serta
sebagai bukti bahwa telah melaksanakan praktik belajar klinik (PBK). Penulis
menyadari bahwa laporan ini sangat sederhana, bahkan masih jauh dikatakan
sempurna.
1. Dyah Fajar Wati, S.Pd. Selaku Kepala Sekolah SMK SAINS MEDIKA
7. Dan kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik
Penlis
ABSTRAK
Dalam pengelolaan obat diapotek, obat tidak hanya dapat dan terjual begitu
saja. Tetapi diperlukan perencanaan dan pengadaan barang, Terlebih dahulu harus
mengetahui obat apa saja yang akan dipesan untuk dicatat di buku defecta, namun ada
pula barang yang dipesankan tanpa terlebih dahulu didefecta dan penanggulangannya
dengan cara barang yang akan dipesan dilihat ke tempat barang tersebut. Setelah itu,
dilakukan pemesanan dengan cara mengirimkan surat pesanan (SP) dari apotek.
Beberapa waktu kemudian barang datang sebelum diterima barang dicek terlebih
dahulu dengan cara mencocokan nama, jumlah barang yang difaktur, tanggal
kadaluwarsa dan nomor bacth. Setelah itu barang disimpan digudang dengan system
FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out), berdasarkan alphabet,
khasiat, dan logo obat.
Job Training Activities carried out at Apotek JANNAH, started with inspection
and storage of inventory, patient care and administration. Most of theory of them are
already given at school.
Management of medicines not only where the medicine was obtained and sold
but needs necessary planning and procurement. At first, should know what medicine
that will be ordered and written on Defecta Book, but there is some kind of medicines
which not written on Defecta Book and medicines must be seen at the storage, after
that do order by send ordering letter from Apotek. and then all the stuffs will come. We
must check them first by match the name of them, count the stuffs that will be invoice
(faktur), write the expiration date and batch number. After that save up all of them in
warehouse with system of FIFO (First In First Out) and FEFO (First Expired First
Out) by alphabet, peculiar property, and logo of medicines.
Halaman
KATA PENGANTAR iv
RINGKASAN v
SUMMARY vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1 Apotek 3
2.1.1 Definisi 3
2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek 4
2.1.3 Persyaratan Apotek 4
2. 2 Sediaan Farmasi 18
2. 3 Pelanggaran Apotek 28
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK 31
Apotek 31
Struktur dan Pembagian Tugas Apotek 32
Kegiatan Teknis Kefarmasian 34
Kegiatan Non Teknis Kefarmasian 36
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika 37
Standar Prosedur Operasional Apotek Pelayanan 39
BAB IV PEMBAHASAN 42
Kesimpulan 43
Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Kesehatan merupakan bagian
penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun
nasional.Sebagai salah satu wujud pembangunan nasional, maka pemerintah berupaya,
meningkatkan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna tercapainya kesadaran,kemauan dan
kemampuan masyrakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal.Untuk mencapai tujuan kesehatan maka diperlukan dukungan sarana kesehatan
yang optimal, salah satunnya adalah apotek.
Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, Apotek merupakan salah satu
sarana kesehatan dan sebagai mata rantai distribusi terakhir yang menyalurkan obatt
secara langsunng kepada masyaraka, sehingga diharapkan berperan aktif dalam penyediaa
obat dengan harga terjangkau, mutu terjamin, dan sebagi salah satu usah terdepan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas.
Menurut PerMenKes RI No. 922/MenKes/PER/X/1993, Apotek adalah tempat
dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarkat.Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya meliputi pembuatan, peracikan,
pengolahan, dan pencampuran, tetapi juga termasuk pengendalian mutu dan pengamanan
sediaan farmasi, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional.
Praktik kerja lapangan adalah merupan pengenalan lapangan kerja dan informasi
bagi seorang calon tenaga kefarmasian sehingga dapat melihat,mengetahui,menerima,dan
menyerap informasi,kesehatan yang ada di Apotek.
Tujuan
Praktik Belajar Klinik diApotek yang akan diselengarakan oleh Program Studi
Farmasi SMK SAINS MEDIKA.
TINJAUAN PUSTAKA
Apotek
Definisi
Persyaratan Apotek
Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat SIA (Surat Izin Apotek).
Surat izin apotek ini adalah surat yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana
apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek di suatu tempat tertentu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/MENKES/SK/X/2002, persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker yang berkerja sama dengan pemilik
sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan
termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain, yang merupakan
milik sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi
lain diluar sediaan farmasi.
c. Apoteker dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain diluar sediaan
famasi.
Selain itu juga diperlukan tenaga kerja lainnya untuk mendukung kegiatan-
kegiatan di apotek, terdiri dari :
1. Juru resep, yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
2. Kasir, yaitu orag yang bertugas menerima uang serta mencatat penerima dan
pengeluaran uang.
3. Pegawai tata usaha, yaitu petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan
membantu laporan pembelian, penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek.
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi.
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,
mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin.
d. Melakukan pengembangan usaha apotek.
Pengelola apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu pengelolaan bisnis (non
teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan/teknis kefarmasian. Untuk
dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses seorang APA harus melakukan
kegiatan sebagai berikut :
a. Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia
dan diserahkan kepada yang membutuhkan.
b. Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan
berbagai obat dan perbekalan kesehatan lainnya secara lengkap.
c. Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing.
d. Mempromosikan usaha apoteknya melaluinya berbagai upaya.
e. Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan.
f. Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengan cepat,
nyaman dan ekonomis.
Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA)
yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker
atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan
apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh
Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib
melaporkan pelaksanaan pemberian izin. Pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri
Kesehatan dan tembusan kepada kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Selanjutnya
Kepala Dinas Kesehatan wajib melaporkan kepada Badan Pengawasan Obat dan
Makanan.
Tembusan
kepada Dinas
Melaporkan hasil
pemeriksaan menggunakan
form APT-3
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai apoteker pengelola apotek
dan atau,
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian dan atau,
c. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugas lebih dari 2 tahun
secara terus-menerus dan atau,
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang obat keras,Undng-undang
No.23 Tahun1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No.5 Tahun1997 tentang
Psikotropika, Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, serta
ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dan atau,
e. Surat Izin Kerja (SIK) apoteker pengelola apotek tersebut dicabut dan atau,
f. Pemilik saran apotek terbukti dalam pelanggaran perundang-undangan di
bidang obat dan atau,
g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.
Pengelolaan Apotek
Pelayanan Apotek
Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
harus menyertakan aspek pelayanan dalam setiap kegiatannya, menurut peraturan
yang mengatur tentang pelayanan apotek adalah Keputusan Menteri Kesehatan No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, yang meliputi :
a. Pelayanan Resep
1) Skrining resep
Apotek melakukan skrining resep meliputi :
a) Persyaratan Administrasi :
1) Nama, SIP dana alamat dokter.
2) Tanggal penulisan resep.
3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta.
6) Cara pemakaian yang jelas.
b) Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c) Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi,
kesesuaian (dosis, durasi, jumlaah obat, dan lain-lainnya). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif
seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
2) Penyimpanan obat
a) Peracikan
Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas
dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat
harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis, dan
jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
b) Etiket
Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
a. Kemasan obat yang diserahkan
Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga
terjaga kualitasnya.
b. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir
terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh
apoteker atau asisten apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien.
c. Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bisa, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang
harus dihindari selama terapi.
d. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan
dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Untuk
penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, astma dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling.
e. Monitoring penggunaan obat
Setelah menyerahkan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
cardiovascular, diabetes, TBC, astma, dan penyakit kronis lainnya.
f. Promosi dan edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpatisipasi secara
aktif dalaam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan
lain-lainnya..
g. Pelayanan residensial (home care).
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus
membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).
Sediaan Farmasi
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk
menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah
menggolongkkan obat beberapa bagiaan.
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan
yang ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau yang
dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 2. Dallam kemasan obat disertakan brosur
yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, dan aturan pakai,
nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya.
Obat bebas terbatas yaitu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
ringan yang dapat dikenali oleh penderitanya sendiri. Obat bebas terbatas termasuk
obat keras dimana pada setiap takarann yang digunakan diberi batas dan pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam yang mengelilingi bulatan berwarna biru
serta sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69
tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P. No. 1 sampai P. No. 6 dan harus
ditandai oleh etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang bersangkutan,
daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluars,
nomor registrasi, nama dan allamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara
pemakaian, peringatan serta kontraindikasi. Penandaan obat bebas terbatas beserta
etiketnya dapat dilihat pada Gambar 3.
Obat Keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan
dasar merah yang didalamnya terdapat huruf “K” yang menyentuh garis tepi. Tanda
dapat dilihat pada Gambar 4. Obat yang termasuk kedalam golongan obat keras ini
adalah oabat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral,
baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain dengan jalan
merobek jaringan, obat baru yang belum tercantum dalam farmakope terbaru yang
berlaku diIndonesia serta obat-obat yang ditetapkan sebagai obat keras melalui
keputusan MenKes RI.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika
yang bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku.
Pengelolaan Narkotika
a. Pemesanan narkotika
Pemesanan narkotika hanya dilakukan oleh pedagang besar farmasi (PBF) Kimia
Farma. Surat pesanan narkotika bagi apotek ditandatanganni oleh APA dengan
menggunakan surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pesanan narkotika
menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker
dan stempel apotek.
b. Penyimpanan narkotika
Narkotika yang berada di apotek disimpan secara khusus sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam UU No.22 Tahun 1997
pasal 11 ayat (1). Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.28/Menkes/per/1978 pasal 5 yaitu apotek
harus mmemiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat khusus
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lainnya yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
3) Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin,dan
garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dapat dipakai sehari-
hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40 x 80
x100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
Selain itu pada pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan No. 288/Menkes/per/I/1978
dinyatakan bahwa :
1) Apotek harus menyimpan narkotika dalam lemari khusus sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan No.
28/Menkes/per/1078.
2) Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
3) Anak kunci lemari khusus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai
lain yang diberi kuasa.
4) Lemari khusus diletakan ditempat yang aman dan tidak boleh terlihat oleh
umum.
c. Pelayanan resep mengandung narkotika
Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter dengan
ketentuan berdasarkan surat edaran balai POM No. 336/EE/SE/1997 antara lain
dinyatakan :
1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang-undang No.9 Tahun 1976
tentang narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut belum dilayani sama sekali.
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali, apotek boleh membuat salinan resep tersebut hanya boleh dilayani
oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani
sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada
resep-resep yang mengandung narkotika.
d.Pelaporan narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No.22 Tahun 1997 pasal 11 ayat (2) dinyatakan
bahwa importer, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan
berkwajiban untuk membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala
kepada Menteri Kesehatan pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada
dalam perusahaannya. Laporan pemakaian narkotika harus ditandatangani oleh
APA dengan mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek,
kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan RI kota/kabupaten
setempat dengan tembusan kepada :
1) Balai besar POM
2) Arsip
Laporan narkotika tersebut dibuat setiap bulannya dan harus dikirim selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
e.Pemusnahan narkotika
Pemegang izin khusus atau APA yang memusnahkan narkotika harus membuat
berita acara pemusnahan narkotika harus membuat berita acara paling sedikit 3
rangkap. Berita acara tersebut memuat :
Pengelolaan Psikotropik
Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 Tahun 1997 adalah segala
hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan
ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika yaitu :
a.Pemesanan psikotropika
Sampai saat ini penyimpanan untuk obat-obat golongan psikotropika belum diatur
dengan suatu perundang-undangan. Namun karena obat-obatan psikotropikaini
cenderung untuk disalah gunakan. Maka disarankan agar menyimpan obat-obatan
psikotropika tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus dan membuat kartu stok
psikotropika.
c.Penyerahan psikotropika
d.Pelaporan psikotropika
e.Pemusnahan psikotropika
Pelanggaran Apotek
a. Tidak menunjuk apoteker pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam
buka apotek (apotek yang buka 24 jam).
b. Mengubah denah apotek tanpa izin.
c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak.
d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya.
e. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan.
f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada.
g. Salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker.
h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain.
i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat.
j. Resep narkotika tidak dipisahkan.
k. Buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa.
l. Tidak mempunyai atau mengisi kartu stok sehinngga tidak diketahui dengan jelas
asal usul obat tersebut.
Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan
sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yang
diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002
dan Permenkes No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah. :
a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara 3 (tiga) kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan.
b. Pembekuan izin apotek untuk jengka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak
dikeluarkan penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA
disampaikan langsung oleh Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
tembusan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
setempat.
c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut
dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan
Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi.
Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat
pelanggaran terhadap :
Apotek
Apotek Jannah mempunyai misi yaitu menjadi pusat pelayanan farmasi yang
terkemuka dengan misi memberi jasa pelayanan prima atas ritel farmasi, dan jasa
terkait serta memberikan solusi jasa pelayanan kefarmasian bagi masyarakat,
meningkatkan nilai apotek untuk pihak-pihak yang berkepentingan, mengembangkan
kompetensi dan komitmen sumber daya manusia yang lebih professional untuk
meningkatkan nilai apotek dan kesejahteraan.
Apotek Jannah melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter, juga resep
dari luar, dan menyediakan pelayanan lain. Apotek Jannah dipimpin oleh tenaga
apoteker sehingga dapat melayani informasi obat dengan baik.
Struktur organisasi Apotek Jannah terdiri dari APA selaku pemimpin apotek,
asisten apoteker. Berikut akan dibahas tugas dan tanggung jawab masing-masing
personel.
b. Asisten Apoteker
Asisten apoteker memiliki tugas:
a) Melayani penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas, menerima dan
memberi harga pada setiap resep. Melihat kelengkapan resep kemudian
menghitung dosis untuk obat racikan, menimbang, menyiapkan obat,
mengemas, membuat etiket, dan menyerahkan obat disertai dengan
informasi jika apoteker tidak berada di tempat.
b) Membuat salinan resep dan kwitansi jika diperlukan
c) Menyiapkan laporan narkotika dan psikotropika
d) Menyusun resep menurut nomor urut, tanggal dan penyimpanan resep.
e) Menyusun dan mencatat keluar masuknya obat ke kartu stok
f) Menerima uang hasil penjualan tunai, baik dari penjualan obat yang
diresepkan, obat bebas, dan alat-alat kesehatan
g) Mencatat semua hasil penjualan tunai setiap hari pada laporan penjualan
harian.
c. Penerimaan dan Penyimpanan Barang
Penerimaan barang yang datang langsung dari pemasok dilakukan oleh
semua pegawai apotek dengan tugas dan tanggung jawab:
1) Menerima barang yang dipesan dari bagian pembelian dan
mencocokkan surat pemesanan dengan faktur pembelian.
2) Mencatat nama, satuan, dan jumlah barang yang masuk di gudang.
3) Memeriksa kondisi barang termasuk tanggal kadaluwarsa
4) Mengatur administrasi penerimaan dan pengeluaran barang dengan baik.
1. Pengadaan barang
Baik berupa obat dan perbekalan farmasi lainnya di lakukan oleh seorang
asisten apoteker yang bertanggung jawab kepada APA sebagai menejer apotek
pelayanan. Barang yang dipesan oleh apotek akan diantar langsung oleh PBF
yang bersangkutan ke apotek pemesan. Apabila permintaan barang yang
tercantum tidak seluruhnya tidak dipenuhi selama enam hari berturut-turut,
maka apotek pelayanan harus mencantumkan kembali barang tersebut pada
BPBA. Apotek pelayanan dapat melakukan pembelian mendesak jika obat
atau perbekalan farmasi lain yang dibutuhkan ada persediaannya. Namun hal
ini tetap harus disetujui oleh APA dan komunikasikan.
Dasar pemilihan PBF sebagai berikut :
1) ketesediaan barang.
2) Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggung jawabkan.
3) Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan.
4) Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu.
5) Cara pembayaran dapat dilakukan dengan kredit yang jangka waktu
pembayarannya lama.
2. Penyimpanan barang
1) Harus seluruhnya terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
3) Dibagi menjadi 2 bagian, masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin,petidin dan
garam-garamnya serta persediaan narkotika,sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-
hari.
4) Apabila tempat tersebut berukuran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari
tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.
3. Perencanaan
a. pola penyakit,
b. kemampuan masyarakat,
c. budaya masyarakat, dan
d. Pola penulisan resep oleh dokter sekitar.
Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh apotek Jannah hanya berupa
administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan tunai
maupun kredit, laporan piutang dan hutang dagang, serta penyerahan bukti-bukti
administrasi.Selain itu sebagai salah satu bentuk penawasan apotek dilakukan stok
opname setiap satu bulan sekali untuk memeriksa kesesuaian jumlah barang yang ada
di apotek.Adapun cara pelaksanaan stok opname sebagai berikut :
a. Pengelolaan Narkotika
1. Pemesanan narkotika.
Pesanan narkotika bagi apotek ditandatangani oleh APA dengan menggunakan
surat pesanan rangkap empat, dimana tiap jenis pemesanan narkotika
menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi dengan nomor SIK apoteker
dan stempel apotek.
2. Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF dilakukan oleh apoteker pengelola apotekatau
asisten apoteker yang memiliki surat izin asisten apoteker (SIAA) atau surat
izin kerja (SIK). Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
dilakukan pencocokan dengan surat pesanan.Pada saat diterima dilakukan
pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
3. Penyimpanan narkotika
b.Pengelolaan Psikotropik
a. Pemesanan psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika yakni dengan surat pemesanan
yang sudah ditandatangani oleh APA yang dikirim ke pedagang besar
farmasi (PBF).
b. Penyimpanan psikotropika
Meskipun belum ada perturan mengenai penyimpanan obat psikotropika,
sebaiknya menyimpan dilemari khusus yang terpisah dari sediaan lain
untuk mencegah penyalahgunaan.
c. Pelayanan psikotropika
Pelayanan obat psikotropika dilakukan berdasarkan resep dokter atau
salinan resep bila obat belum diambil atau baru diambil sebagian.
d. Pelaporan psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika dikirimkan kepada Dinas Kesehatan
setempat secara berkala atau satu tahun sekali
e. Pemusnahan psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat
dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Standar Prosedur Operasional Apotek Pelayanan
A. Ruang apotek
1. Kondisi harus selalu rapih, bersih, dan tertata setiap hari.
2. Semua kaca dan jendela bebas dari debu.
3. Lantai bersih.
4. Semua jalan keluar atau masuk harus tidak terhalang.
5. Barang-barang terletak pada tempatnya.
B. Personalia apotek
1. Hanya karyawan tertentu yang boleh masuk keruangan apotek.
2. Petugas Departemen Kesehatan (jika ada pemeriksaan)
C. Counter apotek
1. Counter apotek harus dibersihkan setiap hari.
2. hanya benda-benda yang berhubungan dengan apotek yang boleh diletakan
diatas meja apotek.
3. Meja apotek tidak boleh berantakan.
4. Jalan menuju counter apotek dari pintu masuk jangan terhalang.
5. Semua kertas-kertas pekerjaan harus dipindahkan jika ada pasien yang datanng
ke counter apotek.
D. Peralatan apotek
1. Timbangan jika tidak dalam keadaan terpakai dalam keadaan bersih.
2. Anak timbangan teratur dalam kemasannya dan sudah tertata.
3. Obat-obat tertata per abjad.
4. Obat-obat loose dan bahan baku dikemas rapi.
5. Setiap obat ada daftar namanya kecuali narkotika.
6. Lemari pendingin tidak boleh diisi produk lain atau makanan kecuali obat-
obatan
7. Computer.
8. Semua apoteker dan asisten apoteker harus sudah terbiasa dengan penggunaan
computer dan aplikasi software untuk pekerjaan administrasi yang
berhubungan dengan apotek dan pelayanan pasien.
9. Alat pemeriksaan kesehatan.
10. Buku referensi.
11. Buku-buku informasi obat harus tersedia di apotek, seperti Farmakope
Indonesia, ISO, MIMS, Farmakologi dan Terapi, atau buku-buku lain yang
berhubungan dengan obat sehiinngga dapat digunakan untuk referensi
konserling pasien.
E. Dokumentasi Apotek.
1. Semua apoteker dan asisten apoteker harus mendokumentasikan kegiatan di
apotek dan menyimpannya dalam sistem yang teratur dan mudah dicari.
2. Resep harus dibundel per bulan, menggunakan sampul dengan tulisan yang
jelas, yang bertuliskan periode dan nomor resep.
3. Resep yang mengandung narkotika atau psikotropika harus dipisahkan.
4. Jika ada resep yang mencurigakan, palsu atau tidak memenuhi aturan harus
disalin dan dipisahkan.
5. Semua resep harus disimpan tiga tahun. Lalu dimusnahkan sesuai denngan
aturan yang dikeluarkan oleh departemen kesehatan.
6. Pemakaian narkotika harus dilaporkan setiap bulan.
7. Pemakaian harian harus mengisi buku pemakaian narkotika pada saat obat
diambil.
8. Setiap obat harus memiliki kartu stok dan kartu stok harus selalu diisi jika ada
pengurangan atau penambahan stok obat.
f. Persediaan obat
1. Narkotika
a. Administrasi
Pelaporan sebulan sekali dan salinannya ada di data komputer
Pemakaian tercatat di buku pemakaian.
Kartu stok selalu di perbaharui.
Bukti pembelian tersmpan dengan baik.
b. Penyimpanan
Kedua pintu lemari narkotika terkunci.
Tidak dicampur dengan obat atau peralatan lain.
Dikemas dalam wadah atau botol yang sesuai.
c. Persediaan.
Kelebihan stok sudah dilaporkan.
Semua item obat narkotika tersedia.
d. Akurasi
Harga disistem komputer sesuain denngan daftar induk harga terakhir.
Jumlah stok yang tertera di kartu stok sesuai dengan jumlah fisik obat.
2. Non Narkotika.
a. Persediaan
Tersedianya obat untuk penyakit jangka panjang dan penunjang hidup.
Barang over stok harus segera dilaporkan dan ditawarkan ke outlet lain.
Barang yang kadaluarsa harus ditangani sesuai prosedur.
Perputaran barang harus dapat dikendalikan sampai batas maksimal
yang berlaku.
Ketika mengisi stok, letakan barang lama di depan atau diatas, barang
baru dibelakang atau dibawah (FIFO)
b. Akurasi harga dan stok.
Harga jual pada daftar induk kompoter harus sesuai degan harga
terakhir.
Jumlah stok yang tertera di kartu stok sesuai dengan jumlah fisik obat.
c. Control kualitas produk.
Produk yang dijual harus dibeli dari supplier resmi dan berizin.
Produk yang dijual harus memiliki nomor izin Departemen Kesehatan.
Kemasan harus original, utuh, dan bersih.
Minimal tuga bulan sebelum expired date.
Produk kadaluarsa dan rusak harus segera disingkirkan.
3. Pelayanan Resep
a. Apoteker menerima resep
b. Lakukan skrining resep meliputi adsministrasi, pharmaceutical &
klinik
c. Bila ada obat yang akan diganti (merk lain) mintakan persetujuan pasien
terlebih dahulu
d. Hitunglah nominal harga dan mintalah persetujuan kepada pasien
e. Siapkan obat sesuai dengan resep dan beri etiket
f. Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
g. Pada saat menyerahkan, wajib memberikan informasi minimal mengenai
kegunaan dan aturan pakai
h. Catatlah nama pasien, alamat dan nomor telepon pasien
i. Buatlah catatan khusus tentang pasien
7. Penerimaan Obat
a. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat PBF serta tanda tangan
penanggung jawab dan stempel PBF.
b. Mencocokkan faktur dengan obat yang dating melliputi jenis dan jumlah serta
nomor batch sediaan.
c. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal
kadaluarsa. Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti.
d. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta
distempel. Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedang salinan faktur
disimpan oleh apotek sebagai arsip.
Simpulan
e. Pendistribusian
Pendistribusian obat di Apotek Jannah ada beberapa macam, yaitu:
berdasarkan resep dokter dan non resep.
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Personalia yang ada di apotek Jannah terdiri dari 1 orang Apoteker Pengelola
Apotek (APA), 2 orang asisten apoteker, 2 orang bagian admistrasi.
Saran
1. Lebih meningkatkan stok obat agar tidak kehabisan saat pasien mencari obat
yang diinginkan.
2. Penggunaan kartu stok sebaiknya lebih diperhatikan lagi.
3. Apotek Jannah telah melaksanakan pelayanan kesehatan dengan sebaik-
baiknya,hal ini perlu di pertahankan. Untuk meningkatka pelayanan kesehatan
masyarakat seluruh tenaga kesehatan tentunya perlu menambah pengetahuan
khususnya di bidang farmasi dapat memberikan informasi yang tepat kepada
pasien.
DAFTAR PUSAKA
Dapartemen kesehatan RI. 1997. Undang-undang No. Tahun 1997 tentang psikotropika.
Jakarta
Tim penyelenggara dan pengajar PKPA. Panduan PKPA di apotek kimia farma. PT Kimia
Farma apotek. Jakarta 2008
PT Kimia Farma apotek. Good pharmacy practice di apotek kimia farma. Jakarta. 2005
LAMPIRAN
Direktur Utama
Klinik Jannah
Direktur
Direktur
Pembangunan
Operasional
Manajer Pembangunan
Usaha
APOTEK JANNAH
Keamanan
Pasien setuju, pasien diberi resep Penyiapan/ Peracikan Pasien diberi nomor
Pasien APP BM
Admin Keuangan
Resep
Jual
LPH
Barang
Terlambat Uang
Lampiran :5. Alur Pelayanan Obat Bebas/ Non Resep.
Pasien APP BM
Admin Keuangan
Resep
Jual
Barang LPH
Uang