Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

APOTEKER BIDANG APOTEK

Di Apotek Kimia Farma 279

Disusun oleh :

Noor Vika Widiyanti (202307058)


Nugroho Wisnu Putro (202307059)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2024

Jl. Lingkar Timur No.Km.5, Jepang, Kec. Mejobo, Kab


Kudus, Kudus Jawa Tengah
Kode Pos 59381 Telp/Fax (0291) 4248656

PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA) BIDANG

APOTEK

Di Apotek Kimia Farma 279


Disusun Oleh :

Noor Vika Widiyanti (202307058)


Nugroho Wisnu Putro (202307059)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2024

Jl. Lingkar Timur No.Km.5, Jepang, Kec. Mejobo, Kab


Kudus, Kudus Jawa Tengah
Kode Pos 59381 Telp/Fax (0291) 4248656

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

BIDANG APOTEK

Kudus, 24 Februari 2024

Menyetujui
Dosen Pembimbing Akademik Preseptor

apt. Hasty Martha Wijaya, M.Farm apt. Jaka..................... S.Farm.


NIDN : SIPA : 19861113/SIPA.3319/2021/2031

Mengetahui

Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Dr. apt. Dian Arsanti Palupi, M.Farm NIDN :


0627086801

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 279. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi ITEKES Cendekia Utama Kudus. Pada penulisan laporan ini, penulis mendapat
arahan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. apt. Hasty Martha Wijaya, M.Farm selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek
Kerja Profesi Apoteker Itekes Cendekia Utama Kudus yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA.
2. apt. Jaka Okta Risnanda,S.Farm selaku preseptor atau pembimbing I Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 279 yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA.
3. Keluarga besar yang memberikan dukungan serta doa selama kegiatan PKPA
berlangsung.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan masukkan yang dapat
membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.

Kudus, 24 Februari 2024

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM i


HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan PKPA 2
C. Manfaat PKPA 3
BAB II. TINJAUAN UMUM APOTEK
A. Aspek Legalitas Organisasi 4
B. Aspek Bisnis 5
C. Aspek Pengelolaan Sumber Daya 11
D. Aspek Asuhan Kefarmasian 15
BAB III. PEMBAHASAN DAN KEGIATAN DI APOTEK
A. Pelaksanaan PKPA 22
B. Kegiatan Pengelolaan Apotek 23
C. Kegiatan Farmasi Klinis 31

BAB IV. PENUTUP


A. Kesimpulan 34
B. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 37
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Log Book 38

Gambar 2. Etiket Obat 38

Gambar 3. Surat Pesanan Obat Bebas 38

Gambar 4. Surat Pesanan Obat Psikotropika 39

Gambar 5. Lemari Prekusor 39

Gambar 6. Faktur Pembelian Obat 39

Gambar 7. Etalase Obat Sirup 40

Gambar 8. Etalase Obat Paten 41

Gambar 9. Etalase Obat Salep dan tetes mata 41

Gambar 10. Etalase Depan 41

Gambar 11. Stock Obat 42

Gambar 12. Contoh Resep Dokter 42

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) bidang apotek adalah salah satu mata
kuliah wajib yang diselenggarakan oleh PSPA (Program Studi Profesi Apoteker)
Institut Teknologi Kesehatan Cendekia Utama Kudus. Mata kuliah ini
diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam hal
pengelolaan pembekalan farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinis di
apotek, dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran berupa kemampuan
berpraktek kerja profesi apoteker di apotek sesuai dengan standar kopetensi apoteker
Indonesia, kode etik apoteker Indonesia dan standard pelayanan kefarmasian di
apotek dan menginternalisasi semangat kemandirian dalam kewirausahaan.
Salah satu pelayanan kefarmasian yang harus sesuai dengan standar
kefarmasian adalah pelayanan kefarmasian di Apotek berdasarkan PMK No.
35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan
bahwa standar pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, serta standar
pelayanan farmasi klinik.
Menyadari pentingnya peran dan tanggung jawab dari seorang Apoteker, maka
mahasiwa profesi Apoteker harus memiliki bekal ilmu

pengetahuan, dan keterampilan yang cukup di bidang kefarmasian baik dalam teori
maupun prakteknya.
Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek, mahasiswa profesi Apoteker
dapat mengetahui gambaran nyata pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di Apotek.
Dengan berbekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman selama pelaksanaan
PKPA di Apotek, maka seorang calon Apoteker kelak dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan dapat menghadapi permasalahan
– permasalahan yang ada di dunia kerja, serta diharapkan mampu mengantisipasi
perubahan pelayanan kesehatan yang serba cepat.

B. Tujuan PKPA
Tujuan PKPA di bidang apotek diuraikan dalam bentuk Capaian Pembelajaran
Lulusan (CPL) :
1. Mampu mengelola penyediaan, pendistribusian sediaan farmasi dan alat
kesehatan secara sistematis dan efektif.
2. Mampu memberikan penilaian dan pemilihan sediaan farmasi secara rasional
berdasarkan pedoman, pertimbangan ilmiah dan berbasis bukti serta
melakukan konsultasi konseling dan pemantauan terapi sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
3. Mampu mengelola keuangan dan sumber daya manusia dengan baik.
4. Mampu melakukan penjaminan mutu dan riset di tempat kerja dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan farmasi.
5. Mampu melakukan promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

C. Manfaat PKPA
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker yaitu:
1. Mengetahui, memahami peran, fungsi dan tanggung jawab Apoteker dalam
mengelola Apotek secara profesional dan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan.
2. Mendapatkan pengalaman praktis dan mengamalkan keilmuan dari
pelayanan kefarmasian di Apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen meliputi manajemen obat, SDM,
administrasi dan teknis pelayanan kefarmasian di Apotek.

BAB II TINJAUAN
UMUM APOTEK

A. Aspek Legalitas Organisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek yang dimaksud dengan Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat, sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek dan PMK No. 73
tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek, yang dimaksud
dengan Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung
dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Dalam pelaksanaannya Apotek menyelenggarakan fungsi yaitu pengelolaan
sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan pelayanan
farmasi klinik, termasuk di komunitas.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 14 tahun 2021 menyebutkan bahwa
peraturan menteri kesehatan tentang standar kegiatan usaha dan produk pada
penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis risiko sektor kesehatan.
Peraturan pemerintah No. 51 tahun 2009 menyebutkan tugas dan fungsi
apotek adalah :

1. Sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah


jabatan.
2. Sebagai sarana farmasi tempat dilakukannya pekerjaan farmasi.

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi


antara lain obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
4. Sebagai sarana pelayanan informasi obat dan pembekalan farmasi lainnya
kepada tenaga kesehatan lain dan masyarakat, termasuk pengamatan dan
pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat.
5. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaaan, penyimpanan, pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (DEPKES RI, 2009).
B. Aspek Bisnis

Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, apotek harus dikelola


oleh seorang apoteker yang profesional. Apoteker senantiasa harus memiliki
kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil
keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu menempatkan
diri sebagai pemimpin dalam situasi multidisiplin dan mampu mengelola sumber
daya manusia secara efektif.
1. Perencanaan

Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu


pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu serta efisien. Ada 3 (tiga) metode perencanaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan:
a. Pola penyakit

Metode perencanan jumlah dan jenis kebutuhan obat yang didasarkan pada
jenis penyakit yang sering muncul dimasyarakat.
b. Pola konsumsi

Metode perencanaan obat berdasarkan pada kebutuhan real obat pada


periode sebelumnya dengan menyesuaikan dan koreksi efisiensi.
c. Kombinasi antara keduanya

Metode ini untuk menutupi kelemahan pada kedua metode yaitu


epidemiologi dan konsumsi.
2. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang


telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian, yang bertujuan agar
menjaga ketersedia sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai
dengan kebutuhan pelayanan. Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian
maka pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP harus melalui
jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk narkotika
dan psikotropika obat
hanya dapat dipesan pada PT. Kimia Farma dan PBF DMA (Daya Muda Agung)
dengan menggunakan surat pesanan tersendiri, Sedangkan pengadaan obat
selain narkotika dan psikotropika dapat dilakukan langsung melalui Pedagang
Besar Farmasi (PBF) menggunakan surat pesanan regular.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan adalah:
a. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar
atau nomor registrasi.
b. Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan
farmasi dan alat Kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur
resmi.
d. Dilengkapi dengan persyaratan administrasi.

Waktu pengadaan dilakukan berdasarkan kebutuhan dengan


mempertimbangkan hasil analisis dari data :
a. Sisa Stok dengan memperhatikan waktu (tingkat kecukupan obat dan
perbekalan kesehatan).
b. Kapasitas sarana penyimpanan.
c. Waktu tunggu.
3. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Menkes, RI, 2016).

4. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah menjamin mutu sediaan obat tetap baik dan
memudahakan pencarian dalam pelayanan, kontrol kesediaan serta pengawasan
keamanan dari pencurian. Ruang untuk penyimpanan hendaknya dapat
dipertanggung jawabkan dari segi keamanannya, harus kering, tidak terkena
cahaya matahari langsung, tidak bocor, dan bebas dari hama seperti tikus.
Penyimpanan sebaiknya dilakukan menurut kelompok, misalnya kelompok obat
jadi, bahan baku, dan alat kesehatan. Kemudian masing-masing kelompok ini
disusun secara alphabet.
Keluar masuknya barang juga diatur dengan kartu persediaan/kartu stok.
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan seperti sirup, salep, tablet atau soppositoria yang harus disimpan
dalam lemari pendingin dan kelas terapi obat seperti antibioltik, analgesik,
kolesterol, diabetes, alergi, vitamin dan lain lain serta disusun secara alfabetis
dan memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) dan High Alert.

Sedangkan pengeluaran obat memakai system FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3
tahun 2015, narkotika, psikotropika, dan prekursor yang terdapat di apotek
disimpan di lemari khusus yang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat

b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang


berbeda;
c. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum

d. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung


jawab/apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
5. Pemusnahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 73


tahun 2016, hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemusnahan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai adalah:
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika, psikotropika atau prekusor dilakukan oleh
apoteker dengan membuat berita acara serta disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai Pengawas

Obat dan Makanan setempat. Pemusnahan obat selain narkotika dan


psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktek atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu lima tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara
Pemusnahan Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
6. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah


persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan system pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa,
jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan (Menkes, RI,
2016).
7. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,


Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi

pengandaan (surat pesanan, faktur) penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota


atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan
pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya (Menkes, RI, 2016).
C. Aspek Pengelolaan Sumber Daya

Manajemen pendukung yang dibutuhkan agar pengelolaan obat menjadi


efektif dan efisien terdiri dari beberapa komponen yaitu :
1. Organisasi

Organisasi merupakan setiap bentuk persekutuan antar dua orang atau


lebih yang bekerja bersama serta secara formal terkait dalam rangka pencapaian
suatu tujuan yang telah ditentukan, dalam ikatan mana terdapat
seorang/beberapa orang yang disebut bawahan (Siagian, 1979). Sedangkan
menurut Robbins, organisasi adalah sistem yang terdiri atas

pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang- ulang oleh
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai
organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu merupakan suatu sistem,
adanya pola aktivitas, adanya sekelompok orang, dan adanya tujuan yang telah
ditetapkan. Maksud dari tujuan tersebut merupakan visi dan misi yang telah
ditetapkan. Tanpa visi dan misi, sebuah organisasi bagaikan berjalan tanpa
tujuan yang jelas, serta tanpa visi dan misi yang kuat, organisasi berada dalam
keadaan yang tidak terkontrol dan tidak terarah.
2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia adalah sumber daya yang paling penting dan sulit
untuk dikelola. Sumber daya manusia dapat memberikan sumbangan tenaga,
bakat, kreatifitas dan usaha kepada organisasi. Pengelolaan sumber daya
manusia dilakukan dengan menetapkan hak dan kewajiban tiap karyawan
dengan jelas (menetapkan job description) sesuai dengan tugas,

tanggung jawab dan wewenang. Inti dari sebuah manajemen sumber


daya manusia adalah masalah tenaga kerja yang diatur menurut fungsi-
fungsinya agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan apotek.
Karyawan yang bekerja di apotek dipilih sesuai bidang keahliannya sehingga
diharapkan dapat bekerja secara maksimal.

Sumber daya manusia di apotek beserta tugasnya masing-masing


meliputi :
a. Apoteker

Berdasarkan PerMenKes No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek, Apoteker di apotek senantiasa harus memiliki
kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi,
menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier,
dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk
meningkatkan pengetahuan. Di apotek, Apoteker dapat bertugas sebagai:
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA), adalah Apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek (SIA). Setiap satu apotek harus memiliki 1
(satu) orang APA dan seorang Apoteker hanya dapat menjadi APA
di satu apotek saja.
2) Apoteker Pendamping (Aping), adalah Apoteker yang bekerja di
apotek disamping APA dan atau menggantikannya pada jamjam
tertentu pada hari buka apotek. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1332 tahun 2002 pasal 19 : Apabila APA
berhalangan hadir pada jam buka apotek, maka harus menunjuk
Apoteker Pendamping. Apabila APA tidak dapat

selalu ada di apotek selama jam buka apotek, maka Apoteker


pendamping dapat menggantikannya.
3) Apoteker pengganti, adalah Apoteker yang menggantikan APA
selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga)
bulan secara terus-menerus, telah memiliki SIK dan tidak
bertindak sebagai APA di apotek lain (Republik Indonesia, 2014).

Adapun tugas dan kewajiban Apoteker Pengelola Apotek :

1) Memimpin seluruh kegiatan apotek, termasuk mengkoordinasi dan


mengawasi kerja bawahannya, mengatur jadwal giliran kerja,
pembagian tugas dan tanggung jawab, serta bertanggung jawab
mengenai pajak.
2) Secara aktif berusaha untuk meningkatkan dan mengembangkan
hasil usaha apotek.
3) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan sesuai
dengan persyaratan farmasi terutama dalam bidang peracikan.
4) Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual
sesuai dengan kebijaksanaan harga yang ditetapkan.
5) Membina dan memberi petunjuk teknis farmasi kepada asisten
Apoteker dalam pemberian informasi obat kepada pasien.

6) Bersama dengan administrasi menyusun laporan manajerial dan


pertanggungjawaban.
7) Mempertimbangkan usul-usul dan saran-saran baik dari bawahan
maupun dari rapat pemegang saham untuk memperbaiki pelayanan
dan kemajuan apotek.
8) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai setiap
hari

Apoteker Pengelola Apotek mempunyai wewenang untuk


memimpin seluruh kegiatan apotek, antara lain mengelola kegiatan
pelayanan kefarmasian dan karyawan yang menjadi bawahannya di apotek,
sesuai petunjuk dari pimpinan apotek dan peraturan perundang-undangan.
Tanggung jawab Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) meliputi
berbagai bidang yaitu :
1) Bidang keuangan: penggunaan secara efisien, pengamanan dan
kelancaran.
2) Bidang persediaan barang: pengadaan
barang, ketertiban penyimpanan dan kelancaran
distribusinya.
3) Bidang inventaris: penggunaan secara efisien, pemeliharaan dan
pengamanannya.
4) Bidang personalia: kenyamanan kerja, efisiensi dan strategis.

5) Bidang umum: kelancaran, penyimpanan dan pengamanan


dokumen.

Apoteker pendamping (Aping) memiliki tugas dan wewenang untuk


melakukan tugas-tugas dari APA selama APA tidak berada di tempat pada
jam buka apotek. Serta mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya,
memberikan inforamsi obat kepada pasien maupun pada petugas apotek
yang lain. Mengelola penggunaan narkotika dan psikotropika termasuk
pembuatan laporannya. Adapun tanggung jawab Aping adalah bertanggung
jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang diserahkan kepadanya.
Bertanggung jawab terhadap penjualan obat bebas, OWA, psikotropika dan
narkotika. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan resep dengan
mengelompokkan resep tiap bulan dan membuat laporan penggunaan obat
kepada APA setiap bulannya. Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
kefarmasian yang dilakukan di apotek dan bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas pelayanan kefarmasian sesuai dengan batas pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya.
b. Asisten Apoteker

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 679 tahun 2003 tentang


Registrasi dan Izin Kerja Asisten Apoteker, “Asisten Apoteker adalah
tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten

Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Farmasi Jurusan Farmasi,


Politeknik Kesehatan, Akademi Analis Farmasi dan Makanan Jurusan
Analis Farmasi dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Asisten Apoteker tidak harus ada di
apotek, yang harus ada adalah APA. Pada pasal 22 ayat 2 Permenkes No.
922 tahun 1993 “Asisten Apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di
apotek di bawah pengawasan Apoteker”. Adapun tugas Asisten Apoteker
yaitu :
1) Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagai asisten Apoteker.
2) Mampu dalam hal tertentu menggantikan pekerjaan sebagai
penjual obat bebas dan juru resep.

Tanggung jawab Asisten Apoteker adalah mempertanggung jawabkan


seluruh tugas yang diserahkan kepadanya tanpa ada kesalahan, kehilangan,
kerusakan, kekeliruan kepada APA. Asisten Apoteker berwenang
menyelesaikan tugas pelayanan kefarmasian sesuai dengan batas pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya
D. Aspek Asuhan Kefarmasian

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan


Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai . (Menkes RI,
2014).
1. Pelayanan Resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan


pertimbangan klinis.
a. Kajian administratif meliputi:

1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan.

2. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor


telepon dan paraf.
3. Tanggal penulisan resep.

b. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan

2. Stabilitas

3. Kompatibilitas (ketercampuran Obat)

c. Pertimbangan klinis meliputi:


1. Ketepatan indikasi dan dosis Obat
2. Aturan, cara dan lama penggunaan Obat

3. Duplikasi dan/atau polifarmasi

4. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,


manifestasi klinislain)
5. Kontraindikasi dan interaksi obat

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka


Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep (Menkes, RI, 2016).
2. Swamedikasi

Swamedikasi adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa


resep dari Dokter yang dilakukan secara tepat guna dan bertanggung jawab.
Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek menyatakan bahwa seorang Apoteker selain melakukan pelayanan obat
berdasarkan resep Dokter juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
swamedikasi. Apoteker harus memberikan

edukasi dan informasi kepada pasien dalam swamedikasi agar pengobatan tetap
rasional.

Dalam Permenkes No. 919/MENKES/Per/X/1993 pasal 2 disebutkan


bahwa obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Tidak dikontraindikasikan penggunaannya pada wanita hamil, anak di
bawah umur 2 (dua) tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b. Pengunaannya tidak memerlukan alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
c. Pengobatan dengan obat yang dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit.
d. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat dan keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
e. Penggunaannya untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
Berdasarkan kriteria – kriteria tersebut maka obat – obatan yang dapat diserahkan
dalam swamedikasi meliputi Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas, dan Obat Wajib
Apotek dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pengobatan mandiri secara
tepat, aman dan rasional.
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dengan
memberikan informasi mengenai obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan
kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Salah satu fungsi dan tanggung
jawab Apoteker adalah memberikan informasi obat kepada pasien yang
berkunjung ke apotek untuk meningkatkan kepatuhan agar tujuan terapi bisa
tercapai. Keberhasilan terapi tidak hanya ditentukan oleh diagnosis dan pemilihan
obat yang tepat, tetapi juga oleh kepatuhan (compliance) pasien untuk mengikuti
terapi yang ditentukan. Kepatuhan pasien antara lain ditentukan oleh pelayanan
informasi obat yang diberikan. Persepsi pengunjung apotek terhadap sehat-sakit
berhubungan erat dengan perilaku pencarian informasi pengobatan sehingga akan
mempengaruhi efektivitas pelayanan informasi obat di apotek.
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi yang dapat
disampaikan oleh Apoteker terkait obat meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutil dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek
samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat
dan lain-lain.
Tujuan informasi obat adalah meningkatkan keberhasilan terapi,
memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan resiko efek samping. Manfaat
pelayanan informasi bagi Apoteker adalah menjaga citra profesi sebagai bagian
dari pelayanan kesehatan, mewujudkan pelayanan kefarmasian sebagai tanggung
jawab profesi, menghindari medication

error dan pelayanan untuk menarik pelanggan dalam upaya memasarkan


pelayanan (Republik Indonesia, 2014).

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:


a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b. Membuat dan menyebarkan
buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan).
c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa farmasi
yang sedang praktik profesi.
e. Melakukan penelitian penggunaan Obat.
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah
g. Melakukan program jaminan mutu.

BAB III

PEMBAHASAN KEGIATAN DI APOTEK

A. Pelaksanaan PKPA

Apotek Kimia Farma 279 adalah apotek yang dikelola di bawah

kepimpinan apt.Jaka Okta Risnanda, S.Farm selaku manajer di Apotek Kimia

Farma 279. Apotek Kimia Farma 279 melayani kegiatan kefarmasian non resep

dan resep Umum, BPJS, Asuranasi ( Telkom, PLN, Mandiri ). Pelaksanaan

Praktek Kerja Profesi Apoteker bidang apotek dilaksanakan selama 5 minggu


dimulai pada tanggal 29 Januari - 24 Februari 2024 di Apotek Kimia Farma Kudus

Jl. Dr. Loekmono Hadi No.10, Getas Pejaten, Kec. Jati, Kab. Kudus Jawa Tengah.

Waktu pelaksanaan dibagi 2 shift yaitu mulai jam 08.00 WIB sampai dengan

15.00 WIB dan 13.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB, kami bergantian shift

melakukan pelayanan kefarmasian pada hari senin – sabtu.

Apotek Kimia Farma 279 yang semula berlokasi di Jl. Sunan Muria,

Glantengan Kec. Kudus Kab. Kudus Jawa Tengah. Apotek Kimia Farma 279

membantu pelayanan farmasi dan kebutuhan obat masyarakat sekitar sehingga

dapat meningkatkan kualitas kesehatan di masyarakat, letak Apotek Kimia Farma

279 sangat strategis yaitu dekat dengan pemukiman penduduk yang padat, rumah

sakit pemerintah,dan berada dekat dengan lingkungan yang memiliki banyak

karyawan dimana akses melalui Apotek Kimia Farma.

Apotek Kimia Farma memiliki sediaan farmasi dan pelayanan


kefarmasian yang berbasis pada pharmaceutical care yaitu meliputi, konseling

dan swamedikasi melalui praktek Apoteker. Selain itu keunggulan dari pelayanan

kefarmasian dari Apotek Kimia Farma adalah jam pelayanan 24jam, hari minggu

dan hari besar tetap buka melakukan pelayanan.

Bangunan Apotek Kimia Farma 279 terdiri dari beberapa ruang, yaitu :

1. Ruang Praktek Dokter

Ruangan ini dilengkapi dengan pendingin ruangan, terdapat kursi

dan meja dokter, kursi konsul pasien, bed periksa pasien, alat cek

kesehatan, washtafel dll. Di Kimia Farma 279 ada 4 Praktek dokter

terdiri dari dokter spesialis mata, spesialis THT, spesialis anak dan

dokter umum. Dokter umum melayani pemeriksaan pasien BPJS,


Asuransi maupun pasien umum.

2. Ruang Tunggu Pasien

Ruang tunggu pasien dilengkapi dengan kursi dan pendingin

ruangan, sehingga pasien merasa nyaman. Disebelah tempat tunggu

pasien terdapat swalayan apotek.

3. Swalayan Farmasi

Kimia Farma 279 terdapat swalayan farmasi berupa obat-obat

bebas, vitamin, produk susu, vitamin dan suplemen, kosmetik dan lain

sebagainya.

4. Penerimaan Resep dan Penyerahan Obat

Tempat penerimaan resep dan penyerahan obat berupa counter

yang membatasi ruang dalam apotek dengan pasien. Terdapat pula meja

kasir untuk transaksi jual beli obat maupun non obat.

5. Ruang Racik Obat

Ruangan ini dilengkapi meja racik, alat racik, etiket, plastik klip

obat, dll. Ruang racik obat berada di belakang area transaksi. Disini

terdapat juga lemari penyimpanan obat, lemari psikotropik dan narkotik,

dan lemari obat prekursor.

6. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat Apotek Kimia Farma 279 terbagi beberapa

tempat. Lemari-lemari penyimpanan obat berdasarkan golongan obat,

farmakologi penyakit, obat-obat BPJS dan Asuransi, dan bentuk sediaan.

Penyimpanan obat sesuai dengan alfabetis. Setiap kotak obat diberi


label nama obat, kandungan obat, dan terdapat kartu stok. Gudang

penyimpanan obat meliputi obat-obat bebas, alkes, kosmetik dll.

B. Kegiatan Pengelolaan Apotek

1. Perencanaan

Perencanaan pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 279 dilakukan

berdasarkan analisa pareto dan sudah pakai cara digital. Analisa pareto

merupakan cara perencanaan dan pengadaan barang berdasarkan history

penjualan yaitu dengan melihat jumlah penjualan barang sebelumnya selama

periode waktu tertentu. Hasil pareto berupa daftar seluruh obat yang disusun

berdasarkan besarnya omset, dimulai dari barang obat yang menghasilkan

omset penjualan terbesar bagi apotek.

Dengan melihat histori penjualan sebelumnya akan terlihat obat yang

penjualannya tinggi, sedang, ataupun rendah sehingga perencanaan barang

lebih efektif dan efisien. Selain analisa pareto, penggunaan buku defekta

dengan sistem aplikasi digital juga diperlukan dalam perencanaan barang

apotek untuk mengetahui kekosongan obat dalam waktu tertentu. Buku

defekta merupakan buku yang berisi catatan kebutuhan barang yang akan

dipesan. Barang- barang yang dicatat lalu dipindahkan ke dalam Surat

Pesanan (SP). Perencanaan dilakukan setiap hari, setiap harinya dilakukan

pencatatan obat-obat yang stoknya kosong atau yang cepat laku. Kemudian
dilakukan pengajuan ke pusat untuk persetujuan pengajuan obat-obat

tersebut. Setelah pengajuan obat disetujui oleh pusat obat-obat tersebut

langsung dikirim ke Apotek kimia Farma 279. Untuk obat-obat BPJS dan

asuransi sesuai pembagian dari pusat berdasarkan laporan pengeluaran obat-

obat tersebut.

2. Pengadaan

Apotek Kimia Farma melakukan pengadaan melalui jalur resmi


yaitu Perusahaan Besar Farmasi (PBF) yang telah memiliki izin resmi untuk

melakukan distribusi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Pengadaan

diawali oleh perencanaan yang dilakukan berdasarkan pada buku defekta.

Data tersebut akan dipertimbangkan perlu atau tidaknya penambahan atau

pengurangan jumlah barang yang akan dipesan.

Selanjutnya dibuat Surat Pesanan (SP) berdasarkan PBF dan jenis

barang. SP umum untuk obat bebas, bebas terbatas serta keras terdapat 2

rangkap (1 lembar asli, dan 1 lembar salinan ) yang berisi jumlah barang,

nama barang, PBF yang dituju, tanggal pemesanan, TTD Apoteker, nama dan

SIPA Apoteker serta stempel Apotek. SP Narkotika, Psikotropika, Prekursor

dan OOT (Obat-Obat Tertentu) terdapat 3 rangkap (1 lembar asli, dan 2

lembar salinan). SP umum biasanya dikirim melalui WA (WhatsApp) kepada

pihak PBF, penggunaan WA dalam pemesanan perbekalan farmasi di Apotek

Karya Sehat bertujuan untuk mempermudah dalam proses pemesanan.

Kemudian, setelah disetujui petugas akan membuat Surat Pesanan (SP)

sebanyak 2 rangkap dimana 1 rangkap (asli) diserahkan kepada pihak PBF

dan 1 rangkap (salinan) sebagai arsip untuk apotek. Surat Pesanan ini
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek yang disertai

dengan Surat Ijin Praktek Apoteker dan stempel Apotek. Setelah PBF

menerima Surat Pesanan maka PBF akan memproses untuk pengeluaran obat

yang dipesan sesuai dengan surat pesanan yang berbentuk faktur, selanjutnya

obat akan diantarkan ke Apotek Kimia Farma 279 sesuai dengan SP yang

disertai faktur.

Apotek Kimia Farma 279 menyediakan/melayani penjualan obat- obatan

golongan narkotika dan psikotropika sehingga pengadaan obat- obatan

golongan tersebut dilakukan.

Tujuan dari pengadaan yaitu menjamin agar tersedianya perbekalan

farmasi di apotek dengan jumlah yang cukup.

3. Penerimaan

Penerimaan obat atau barang di Apotek Kimia Farma 279 dilakukan

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Perbekalan farmasi yang diterima

harus disertai faktur dan disesuaikan dengan surat pesanan. Penerimaan

dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang bertugas.

Barang yang datang diperiksa sesuai dengan faktur dan sesuai SP yang

dibuat. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi jenis dan nama

barang, kekuatan obat, jumlah barang, tanggal kedaluwarsa nomor batch atau

lot, serta kondisi fisik barang. Apabila faktur telah sesuai maka faktur ditanda

tangani oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat izin

praktik atau surat izin kerja, dan diberi tanggal dan waktu penerimaan serta
stempel apotek pada kolom penerima. Faktur dari PBF ada 3 atau 4 rangkap.

Faktur asli dikembalikan ke PBF, faktur lembar keempat akan menjadi arsip

Apotek.

Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan SP atau terdapat

kerusakan fisik maka akan dibuat nota pengembalian barang/retur dan

mengembalikan barang tersebut ke distributor/PBF yang bersangkutan

untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai, kerusakan fisik dapat

berupa kebocoran atau kemasan yang rusak.

4. Penyimpanan

Sistem penyimpanan di Apotek Kimia Farma 279 sudah sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Tujuan penyimpanan ini berdasarkan

penggolongan obat, bentuk sediaan, berdasarkan suhu untuk menghindari

kesalahan pengambilan obat, dimana penyimpanan diapotek Kimia Farma

279 berdasarkan sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first

out). Sistem FIFO (first in first out) adalah penyimpanan barang dimana

barang yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga akan

dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang terakhir

datang ditaruh dibelakang, demikian seterusnya. Sistem FEFO (first expired

first out) adalah penyimpanan barang dimana barang yang mendekati tanggal

kadaluarsanya diletakkan di depan sehingga akan dikeluarkan lebih dulu dari

yang lainnya, sedangkan barang yang tanggal kadaluarsanya masih lama

diletakkan dibelakang. Berlakunya sistem ini bertujuan agar perputaran


barang di apotek dapat terpantau dengan baik sehingga meminimalkan

kerugian dan banyaknya obat-obat yang mendekati tanggal kadaluarsa berada

di apotek.

Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 279 dilakukan secara

alfabetis dan FIFO serta dibagi menjadi empat bagian yaitu Pertama,

berdasarkan bentuk sediaan yang meliputi tablet/kapsul, drop/sirup, tetes

mata/telinga, sediaan semi solid (salep/krim/gel) dan suppositoria/ovula.

Kedua, berdasarkan stabilitas yang meliputi penyimpanan pada suhu kamar

15-30˚C contohnya yaitu sediaan tablet, pada suhu sejuk 8-15˚C contohnya

yaitu infus, tetes mata/telinga, inhaler/intranasal, serta pada suhu dingin 2-8˚C

contohnya yaitu suppositoria/ovula seperti dulcolax. Ketiga, berdasarkan

golongan obat yang meliputi obat generik dan obat paten.

Penyimpanan obat golongan keras di Apotek Kimia Farma 279 yang

termasuk dalam Cold Chain Product (CCP) suppositoria/ovula disimpan di

dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8°C. Pada lemari pendingin terdapat

termometer yang digunakan untuk mengukur suhu lemari pendingin. Suhu di

dalam lemari pendingin ini selalu dikontrol setiap harinya pada pukul 07.00

pagi, pukul 15.00 dan pukul 23.00 atau setiap pergantian shift karyawan.

Suhu yang terukur pada saat pemeriksaan kemudian dicatat ke dalam form

pemantauan suhu lemari pendingin.

Penyimpanan barang di swalayan farmasi berdasarkan kelompok

tertentu seperti vitamin dan suplemen, obat bebas, obat tradisional,

beautycare, sediaan topikal.


5. Pemusnahan

Pemusnahan obat-obatan bebas, bebas terbatas, obat keras, jarang

dilakukan di Apotek Kimia Farma 279, dikarenakan selalu habis terjual, atau

jika ada barang yang mendekati ED dilakukan retur barang, TTK/AA yang

bekerja di Apotek Kimia Farma akan menghubungi sales yang bersangkutan

untuk melakukan retur barang tersebut. Obat-obatan di Apotek Kimia Farma

diupayakan untuk tidak sampai mengalami masa expired Date (ED),karena

terkait dengan peningkatan omset dan biaya pengeluaran apotek.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, obat yang

kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk

sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang

mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan

disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan

farmasi selain narkotika dan Psikotropika. Kemudian berita acara

pemusnahan dibuat dalam tiga rangkap dan akan disampaikan kepada

Direktur Jenderal dan Kepala Badan/Kepala Balai. Pemusnahan obat-obatan

bebas, bebas terbatas dan keras telah dilakukan sebelumnya pada saat Stock

Opname. Untuk obat dengan jenis sediaan padat seperti tablet, suppositoria,

kapsul ataupun pil, proses pemusnahannya dilakukan dengan menghancurkan

sediaan tersebut menggunakan blender, setelah itu dimusnahkan dengan cara

dibakar ataupun dikubur di dalam tanah. Pemusnahan sediaan cair seperti

sirup, injeksi dan lainnya dilakukan dengan cara melarutkannya dengan air,
selanjutnya dibuang ke dalam closet sambil diencerkan lagi dengan air.

Setelah pemusnahan sediaan tersebut, dibuat berita acara pemusnahan.

6. Pengendalian

Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik

dengan cara manual. Pengendalian secara manual yaitu dengan mengisi kartu

stok sesuai dengan jumlah barang yang datang maupun keluar. Kartu stok

sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal barang masuk, nomor batch,

tanggal kadaluwarsa, jumlah barang masuk, jumlah pengeluaran dan sisa

persediaan.

Untuk sistem pengendalian di Apotek Kimia Farma 279 menggunakan

kartu stok dengan sistem manual, melakukan pencatatan pada kartu stok

manual maupun komputerisasi. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek. Pengendalian untuk obat narkotika, psikotropika,

prekusor, dan obat-obat tertentu menggunakan kartu stok manual sehingga

memudahkan dalam pengendalian. Untuk mencegah atau meminimalisir

kerugian akibat kehilangan atau kerusakan barang dilakukan kegiatan

pengendalian yakni pencatatan penolakan obat, kartu stok, dan stock opname.

Catatan ini kemudian dievaluasi untuk dapat diadakan oleh apotek.

Kedua, pencatatan kartu stok barang yakni mencatat jumlah barang yang

masuk dari pembelian barang dan jumlah barang yang keluar dari hasil

penjualan, serta jumlah barang yang masih tersedia di apotek. Pencatatan ini

untuk mempermudah pengawasan terhadap persediaan obat dan kebutuhan


masing-masing obat, serta mengawasi

arus barang agar penyalurannya mengikuti aturan FIFO (first in first out) dan

FEFO (first expiredfirst out) sehingga mengurangi resiko obat-obat

kadaluwarsa.

7. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk

memonitoring transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di

lingkungan apotek. Untuk mendukung sistem pencatatan di Apotek Kimia

Farma 279 dilakukan pencatatan berupa kartu stok yang berada disamping

obat digunakan untuk mencatat setiap obat yang keluar, catatan penolakan

obat yaitu catatan yang berfungsi untuk pengadaan, untuk mengetahui omset

dan untuk meningkatkan kualitas persediaan.

Pengarsipan resep yang masuk setiap hari diarsipkan berdasarkan

tanggal, bulan dan tahun. Pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma

279 antara lain:

a. LIPH (laporan ikhtisar penjualan harian) yang merupakan laporan

seluruh hasil penjualan resep maupun non resep, berasal dari laporan

penjualan dari tiap shift kerja.

b. Laporan narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan oleh

Apoteker. Laporan narkotika dilaporkan paling lambat tanggal 10

tiap bulannya dan dilaporkan melalui aplikasi online yaitu SIPNAP.

Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dikirim ke Dinkes

Kabupaten atau Kota dan dibuat tembusan ke Dinkes Provinsi, Balai POM
dan untuk arsip apotek.

c. Pengarsipan faktur-faktur pembelian yang telah di entry dalam

sistem.

C. Kegiatan Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan dan penjualan di Apotek Kimia Farma 297 meliputi pelayanan

resep dokter dan penjualan langsung pada pasien serta memberi informasi obat

bagi pasien yang membutuhkan.

1. Pelayanan resep

Pelayanan terhadap resep di Apotek Kimia Farma 279 dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Pasien membawa resep kepada apoteker atau salinan resep dan

menyerahkannya ke petugas penerima resep (Apoteker /Tenaga

Teknis Kefarmasian (TTK),/ Asisten Tenaga Kefarmasian (AA).

b. Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi; Pro (nama, umur,

alamat), Insciptio (nama dan sip dokter, alamat dan penulisan tanggal

resep), ketersediaan obat yang ada dalam resep, aturan pemakaian

lalu kasir akan menanyakan kepada pasien apakah obat ditebus

penuh atau sebagian, kemudian menetapkan harganya.

c. Bagian penerima resep memberi tahu harga obat kepada pasien untuk

resep yang ditebusnya dan apabila pasien setuju bagian

penerima resep akan menanyakan nama, alamat, dan nomor telepon

pasien.
d. Pasien membayar harga obat kepada kasir.

e. Kasir menerima pembayaran dari pasien, kemudian memberikan

obatnya.

f. Bukti pembayaran berupa struk yang dapat berfungsi sebagai untuk

bukti pengambilan obat dengan resep.

g. Resep dilayani oleh bagian pengerjaan. Bila resep tidak berupa obat

racikan, bagian pengerjaan dapat langsung mengambil obat pada rak-

rak obat, kemudian, apoteker atau tenaga teknis kefarmasian (TTK)

membuat etiket yang meliputi nomor resep, tanggal resep, nama

pasien, aturan pakai, nama dan jumlah obat, tanggal kadaluarsa serta

melakukan pengemasan. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian

(TTK) melakukan pemeriksaan obat yang di ambil, salinan resep,

dan kwitansi, lalu dikemas.

Apabila resep berupa obat racikan, bagian pengerjaan melakukan

pengambilan obat sesuai dengan resep yang diminta. Apoteker memeriksa

perhitungan dosis dan jika tepat, Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

melakukan Peracikan sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan dari

hasil perhitungan dosis lalu Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) membuat

etiket meliputi nomor resep, tanggal resep, nama pasien, aturan pakai,

bentuk sediaan puyer atau kapsul, serta melakukan pengemasan. Apoteker

melakukan pemeriksaan obat yang diambil, salinan resep, dan

kwitansi, lalu dikemas. Kemudian dilakukan pemeriksaan akhir meliputi:

a. Penyesuaian racikan obat dengan resep, penyesuaian copy resep


dengan resep asli, kebenaran kwitansi

b. Apabila dalam pemeriksaan akhir semua proses diatas dilakukan

dengan benar, obat dapat diserahkan kepada pasien sesuai dengan

nomor resepnya disertai dengan Komunikasi Informasi dan Edukasi

(KIE) mengenai hal yang penting disampaikan mengenai

pengobatan pasien dan jika ditemukan kesalahan maka akan

dilakukan pengkoreksian ulang.

2. Swamedikasi

Standar operasional prosedur tata cara pelayanan swamedikasi yang

dilakukan di Apotek Kimia Farma 279 adalah sebagai berikut:

a. Mengucapkan salam pembuka.

b. Keluhan pasien dengan apoteker.

c. Pertanyaan dasar:

1) Sudah berapa lama sakit?

2) Langkah pengobatan apa saja yang telah dilakukan?

3) Apakah ada obat lain yang digunakan saat ini?

d. Pemilihan obat sesuai keluhan.

e. Penetapan harga.

f. Pemberian obat dan informasi yang dibutuhkan.

BAB IV KESIMPULAN

DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama Praktik Kerja Profesi

Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 279, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengelolaan obat di Apotek Kimia Farma 279 telah dilakukan dengan baik
dan menyeluruh mulai dari pengadaan, penyimpanan, penerimaan,
pemusnahan, pengendalian administrasi sampai penyerahan obat kepada
pasien.
2. Pelayanan farmasi klinis di Apotek Kimia Farma 279 yang telah

dilakukan diantaranya pelayanan resep dimana melakukan kegiatan

pengkajian resep meliputi administratif dan kesesuaian farmasetik

Penyimpanan

3. Apotek Kimia Farma 279 telah memberikan pelayanan bagi pasien yang ingin

melakukan swamedikasi dan Konseling untuk obat wajib apotek (OWA)

meliputi komunikasi mengenai pemilihan obat dan pemberian informasi

yang diperlukan pasien antara lain nama obat, kegunaan obat, dosis, cara

menggunakan, indikasi, dan anjuran khusus oleh Apoteker atau Tenaga

Teknis Kefarmasian.

4. Penyimpanan di Apotek Kimia Farma 279 disusun sesuai efek

farmakologinya baik yang paten maupun generik dan menggunakan sistem

FIFO (first in first out).

5. Dengan adanya Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dibidang apotek


dapat memberikan manfaat kepada calon apoteker untuk menambah
wawasan dan pengalaman di apotek.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan setelah melaksanakan Praktek Kerja Profesi


Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 279, yaitu:

1. Diharapkan kepada pihak apotek Perlu

2. Diharapkan

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia, 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang


Pekerjaan Kefarmasian. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotik. Jakarta.

Republik Indonesia, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Republik Indonesia, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.3 Tahun
2015 Tentang Persedaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropik, dan Prekursor Farmasi. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1. Log Book

Gambar 2. Etiket Obat

Gambar 3. Surat Pesanan Obat Bebas

Gambar 4. Surat Pesanan Obat Psikotropika


Gambar 5. Lemari Prekursor

Gambar 6. Faktur Pembelian Obat

Gambar 7. Etalase Obat Sirup

Gambar 8. Etalase Obat Paten

Gambar 9. Elatase Obat Salep dan tetes mata

Gambar 10. Etalase depan

Gambar 11. Stock Obat

Gambar 12. Contoh Resep Dokter

Anda mungkin juga menyukai