Disusun oleh :
APOTEK
HALAMAN PERSETUJUAN
BIDANG APOTEK
Menyetujui
Dosen Pembimbing Akademik Preseptor
Mengetahui
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 279. Laporan ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi ITEKES Cendekia Utama Kudus. Pada penulisan laporan ini, penulis mendapat
arahan, bantuan, dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. apt. Hasty Martha Wijaya, M.Farm selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek
Kerja Profesi Apoteker Itekes Cendekia Utama Kudus yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA.
2. apt. Jaka Okta Risnanda,S.Farm selaku preseptor atau pembimbing I Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 279 yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA.
3. Keluarga besar yang memberikan dukungan serta doa selama kegiatan PKPA
berlangsung.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan masukkan yang dapat
membangun demi tercapainya kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) bidang apotek adalah salah satu mata
kuliah wajib yang diselenggarakan oleh PSPA (Program Studi Profesi Apoteker)
Institut Teknologi Kesehatan Cendekia Utama Kudus. Mata kuliah ini
diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam hal
pengelolaan pembekalan farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinis di
apotek, dalam rangka pemenuhan capaian pembelajaran berupa kemampuan
berpraktek kerja profesi apoteker di apotek sesuai dengan standar kopetensi apoteker
Indonesia, kode etik apoteker Indonesia dan standard pelayanan kefarmasian di
apotek dan menginternalisasi semangat kemandirian dalam kewirausahaan.
Salah satu pelayanan kefarmasian yang harus sesuai dengan standar
kefarmasian adalah pelayanan kefarmasian di Apotek berdasarkan PMK No.
35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek menyebutkan
bahwa standar pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi standar pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, serta standar
pelayanan farmasi klinik.
Menyadari pentingnya peran dan tanggung jawab dari seorang Apoteker, maka
mahasiwa profesi Apoteker harus memiliki bekal ilmu
pengetahuan, dan keterampilan yang cukup di bidang kefarmasian baik dalam teori
maupun prakteknya.
Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek, mahasiswa profesi Apoteker
dapat mengetahui gambaran nyata pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di Apotek.
Dengan berbekal pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman selama pelaksanaan
PKPA di Apotek, maka seorang calon Apoteker kelak dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, dan dapat menghadapi permasalahan
– permasalahan yang ada di dunia kerja, serta diharapkan mampu mengantisipasi
perubahan pelayanan kesehatan yang serba cepat.
B. Tujuan PKPA
Tujuan PKPA di bidang apotek diuraikan dalam bentuk Capaian Pembelajaran
Lulusan (CPL) :
1. Mampu mengelola penyediaan, pendistribusian sediaan farmasi dan alat
kesehatan secara sistematis dan efektif.
2. Mampu memberikan penilaian dan pemilihan sediaan farmasi secara rasional
berdasarkan pedoman, pertimbangan ilmiah dan berbasis bukti serta
melakukan konsultasi konseling dan pemantauan terapi sediaan farmasi dan
alat kesehatan.
3. Mampu mengelola keuangan dan sumber daya manusia dengan baik.
4. Mampu melakukan penjaminan mutu dan riset di tempat kerja dalam rangka
peningkatan kualitas pelayanan farmasi.
5. Mampu melakukan promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
C. Manfaat PKPA
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker yaitu:
1. Mengetahui, memahami peran, fungsi dan tanggung jawab Apoteker dalam
mengelola Apotek secara profesional dan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan.
2. Mendapatkan pengalaman praktis dan mengamalkan keilmuan dari
pelayanan kefarmasian di Apotek.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen meliputi manajemen obat, SDM,
administrasi dan teknis pelayanan kefarmasian di Apotek.
BAB II TINJAUAN
UMUM APOTEK
Metode perencanan jumlah dan jenis kebutuhan obat yang didasarkan pada
jenis penyakit yang sering muncul dimasyarakat.
b. Pola konsumsi
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima (Menkes, RI, 2016).
4. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah menjamin mutu sediaan obat tetap baik dan
memudahakan pencarian dalam pelayanan, kontrol kesediaan serta pengawasan
keamanan dari pencurian. Ruang untuk penyimpanan hendaknya dapat
dipertanggung jawabkan dari segi keamanannya, harus kering, tidak terkena
cahaya matahari langsung, tidak bocor, dan bebas dari hama seperti tikus.
Penyimpanan sebaiknya dilakukan menurut kelompok, misalnya kelompok obat
jadi, bahan baku, dan alat kesehatan. Kemudian masing-masing kelompok ini
disusun secara alphabet.
Keluar masuknya barang juga diatur dengan kartu persediaan/kartu stok.
Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan
tanggal kadaluwarsa. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan seperti sirup, salep, tablet atau soppositoria yang harus disimpan
dalam lemari pendingin dan kelas terapi obat seperti antibioltik, analgesik,
kolesterol, diabetes, alergi, vitamin dan lain lain serta disusun secara alfabetis
dan memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) dan High Alert.
Sedangkan pengeluaran obat memakai system FEFO (First Expire First Out)
dan FIFO (First In First Out) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3
tahun 2015, narkotika, psikotropika, dan prekursor yang terdapat di apotek
disimpan di lemari khusus yang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat
pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang- ulang oleh
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan beberapa definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai
organisasi jika memenuhi empat unsur pokok, yaitu merupakan suatu sistem,
adanya pola aktivitas, adanya sekelompok orang, dan adanya tujuan yang telah
ditetapkan. Maksud dari tujuan tersebut merupakan visi dan misi yang telah
ditetapkan. Tanpa visi dan misi, sebuah organisasi bagaikan berjalan tanpa
tujuan yang jelas, serta tanpa visi dan misi yang kuat, organisasi berada dalam
keadaan yang tidak terkontrol dan tidak terarah.
2. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia adalah sumber daya yang paling penting dan sulit
untuk dikelola. Sumber daya manusia dapat memberikan sumbangan tenaga,
bakat, kreatifitas dan usaha kepada organisasi. Pengelolaan sumber daya
manusia dilakukan dengan menetapkan hak dan kewajiban tiap karyawan
dengan jelas (menetapkan job description) sesuai dengan tugas,
2. Stabilitas
edukasi dan informasi kepada pasien dalam swamedikasi agar pengobatan tetap
rasional.
BAB III
A. Pelaksanaan PKPA
Farma 279. Apotek Kimia Farma 279 melayani kegiatan kefarmasian non resep
Jl. Dr. Loekmono Hadi No.10, Getas Pejaten, Kec. Jati, Kab. Kudus Jawa Tengah.
Waktu pelaksanaan dibagi 2 shift yaitu mulai jam 08.00 WIB sampai dengan
15.00 WIB dan 13.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB, kami bergantian shift
Apotek Kimia Farma 279 yang semula berlokasi di Jl. Sunan Muria,
Glantengan Kec. Kudus Kab. Kudus Jawa Tengah. Apotek Kimia Farma 279
279 sangat strategis yaitu dekat dengan pemukiman penduduk yang padat, rumah
dan swamedikasi melalui praktek Apoteker. Selain itu keunggulan dari pelayanan
kefarmasian dari Apotek Kimia Farma adalah jam pelayanan 24jam, hari minggu
Bangunan Apotek Kimia Farma 279 terdiri dari beberapa ruang, yaitu :
dan meja dokter, kursi konsul pasien, bed periksa pasien, alat cek
terdiri dari dokter spesialis mata, spesialis THT, spesialis anak dan
3. Swalayan Farmasi
bebas, vitamin, produk susu, vitamin dan suplemen, kosmetik dan lain
sebagainya.
yang membatasi ruang dalam apotek dengan pasien. Terdapat pula meja
Ruangan ini dilengkapi meja racik, alat racik, etiket, plastik klip
obat, dll. Ruang racik obat berada di belakang area transaksi. Disini
6. Penyimpanan Obat
1. Perencanaan
berdasarkan analisa pareto dan sudah pakai cara digital. Analisa pareto
periode waktu tertentu. Hasil pareto berupa daftar seluruh obat yang disusun
lebih efektif dan efisien. Selain analisa pareto, penggunaan buku defekta
defekta merupakan buku yang berisi catatan kebutuhan barang yang akan
pencatatan obat-obat yang stoknya kosong atau yang cepat laku. Kemudian
dilakukan pengajuan ke pusat untuk persetujuan pengajuan obat-obat
langsung dikirim ke Apotek kimia Farma 279. Untuk obat-obat BPJS dan
obat tersebut.
2. Pengadaan
barang. SP umum untuk obat bebas, bebas terbatas serta keras terdapat 2
rangkap (1 lembar asli, dan 1 lembar salinan ) yang berisi jumlah barang,
nama barang, PBF yang dituju, tanggal pemesanan, TTD Apoteker, nama dan
dan 1 rangkap (salinan) sebagai arsip untuk apotek. Surat Pesanan ini
ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab Apotek yang disertai
dengan Surat Ijin Praktek Apoteker dan stempel Apotek. Setelah PBF
menerima Surat Pesanan maka PBF akan memproses untuk pengeluaran obat
yang dipesan sesuai dengan surat pesanan yang berbentuk faktur, selanjutnya
obat akan diantarkan ke Apotek Kimia Farma 279 sesuai dengan SP yang
disertai faktur.
3. Penerimaan
Barang yang datang diperiksa sesuai dengan faktur dan sesuai SP yang
dibuat. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik yang meliputi jenis dan nama
barang, kekuatan obat, jumlah barang, tanggal kedaluwarsa nomor batch atau
lot, serta kondisi fisik barang. Apabila faktur telah sesuai maka faktur ditanda
tangani oleh apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang memiliki surat izin
praktik atau surat izin kerja, dan diberi tanggal dan waktu penerimaan serta
stempel apotek pada kolom penerima. Faktur dari PBF ada 3 atau 4 rangkap.
Faktur asli dikembalikan ke PBF, faktur lembar keempat akan menjadi arsip
Apotek.
untuk kemudian ditukar dengan barang yang sesuai, kerusakan fisik dapat
4. Penyimpanan
279 berdasarkan sistem FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first
out). Sistem FIFO (first in first out) adalah penyimpanan barang dimana
barang yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga akan
dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang terakhir
first out) adalah penyimpanan barang dimana barang yang mendekati tanggal
di apotek.
alfabetis dan FIFO serta dibagi menjadi empat bagian yaitu Pertama,
15-30˚C contohnya yaitu sediaan tablet, pada suhu sejuk 8-15˚C contohnya
yaitu infus, tetes mata/telinga, inhaler/intranasal, serta pada suhu dingin 2-8˚C
dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8°C. Pada lemari pendingin terdapat
dalam lemari pendingin ini selalu dikontrol setiap harinya pada pukul 07.00
pagi, pukul 15.00 dan pukul 23.00 atau setiap pergantian shift karyawan.
Suhu yang terukur pada saat pemeriksaan kemudian dicatat ke dalam form
dilakukan di Apotek Kimia Farma 279, dikarenakan selalu habis terjual, atau
jika ada barang yang mendekati ED dilakukan retur barang, TTK/AA yang
kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
bebas, bebas terbatas dan keras telah dilakukan sebelumnya pada saat Stock
Opname. Untuk obat dengan jenis sediaan padat seperti tablet, suppositoria,
sirup, injeksi dan lainnya dilakukan dengan cara melarutkannya dengan air,
selanjutnya dibuang ke dalam closet sambil diencerkan lagi dengan air.
6. Pengendalian
dengan cara manual. Pengendalian secara manual yaitu dengan mengisi kartu
stok sesuai dengan jumlah barang yang datang maupun keluar. Kartu stok
persediaan.
kartu stok dengan sistem manual, melakukan pencatatan pada kartu stok
pengendalian yakni pencatatan penolakan obat, kartu stok, dan stock opname.
Kedua, pencatatan kartu stok barang yakni mencatat jumlah barang yang
masuk dari pembelian barang dan jumlah barang yang keluar dari hasil
penjualan, serta jumlah barang yang masih tersedia di apotek. Pencatatan ini
arus barang agar penyalurannya mengikuti aturan FIFO (first in first out) dan
kadaluwarsa.
Farma 279 dilakukan pencatatan berupa kartu stok yang berada disamping
obat digunakan untuk mencatat setiap obat yang keluar, catatan penolakan
obat yaitu catatan yang berfungsi untuk pengadaan, untuk mengetahui omset
tanggal, bulan dan tahun. Pelaporan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma
seluruh hasil penjualan resep maupun non resep, berasal dari laporan
Kabupaten atau Kota dan dibuat tembusan ke Dinkes Provinsi, Balai POM
dan untuk arsip apotek.
sistem.
resep dokter dan penjualan langsung pada pasien serta memberi informasi obat
1. Pelayanan resep
Pelayanan terhadap resep di Apotek Kimia Farma 279 dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
alamat), Insciptio (nama dan sip dokter, alamat dan penulisan tanggal
c. Bagian penerima resep memberi tahu harga obat kepada pasien untuk
pasien.
d. Pasien membayar harga obat kepada kasir.
obatnya.
g. Resep dilayani oleh bagian pengerjaan. Bila resep tidak berupa obat
pasien, aturan pakai, nama dan jumlah obat, tanggal kadaluarsa serta
etiket meliputi nomor resep, tanggal resep, nama pasien, aturan pakai,
2. Swamedikasi
c. Pertanyaan dasar:
e. Penetapan harga.
BAB IV KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 279, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengelolaan obat di Apotek Kimia Farma 279 telah dilakukan dengan baik
dan menyeluruh mulai dari pengadaan, penyimpanan, penerimaan,
pemusnahan, pengendalian administrasi sampai penyerahan obat kepada
pasien.
2. Pelayanan farmasi klinis di Apotek Kimia Farma 279 yang telah
Penyimpanan
3. Apotek Kimia Farma 279 telah memberikan pelayanan bagi pasien yang ingin
yang diperlukan pasien antara lain nama obat, kegunaan obat, dosis, cara
Teknis Kefarmasian.
B. Saran
2. Diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Republik Indonesia, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.3 Tahun
2015 Tentang Persedaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropik, dan Prekursor Farmasi. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 1. Log Book