Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

BIDANG PEMERINTAHAN
DI
DINAS KESEHATAN KOTA BEKASI
PERIODE 03-30 NOVEMBER 2020

DISUSUN OLEH:

Devi Marita, S.Farm. 1904026127

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan dan penyusunan
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Dinas Kesehatan Kota
Bekasi periode 03-30 November 2020. Laporan Pemerintahan ini dibuat sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Apoteker di Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. apt. Hadi Sunaryo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Sains
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka.
2. apt. Ani Pahriyani, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
3. Ibu Pramulani Mulya Lestari, M. Farm., Apt. selaku Sekretaris Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. HAMKA
4. Dra. Apt. Herlina B. Setijanti, M.Si., selaku pembimbing akademik Praktek
Kerja Profesi Apoteker di bidang Pemerintahan.
5. Tanti Rohilawati, SKM., M.Kes., selaku kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi
6. apt. Devi Aulia, S.Si., selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di UPTD Instalasi Farmasi Kota Bekasi.
7. Dwi Puji Hastuti, SKM.,M.Si., selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
8. apt. Putri Permata Sari, S.Si., selaku pembimbing Dinas Kesehatan Kota
Bekasi.
9. apt. Desmeri, S.Si. selaku pembimbing lapangan Praktek Kerja Profesi
Apoteker UPTD Puskesmas Perumnas 2.
10. Seluruh staf dan pegawai di Dinas Kesehatan Kota Bekasi, UPTD Instalasi
Farmasi, UPTD Puskesmas Perumnas 2 yang telah memberikan pengarahan
dan bantuan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
11. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan
doa selama palaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
12. Teman-teman Apoteker Angkatan XXXIII Universitas Muhammadiyah Prof.
DR. HAMKA yang telah berjuang bersama dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun penyusun
harapkan. Penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Jakarta, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang PKPA 1
B. Tujuan PKPA 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Dinas Kesehatan Kota Bekasi 3
1. Visi & Misi Dinas Kesehatan Kota Bekasi 3
2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi 3
3. Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Kota
Bekasi 5
B. Kegiatan Instansi 5
1. Seksi Kefarmasin & Alat Kesehatan (Farmalkes) 5
2. UPTD Instalasi Farmasi 7
3. UPTD Puskesmas 9
BAB III KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN 11
A. Kegiatan Harian 11
B. Pembahasan 13
1. Seksi Kefamasian dan Alat Kesehatan (farmalkes) 13
2. UPTD Instalasi Farmasi 20
3. UPTD Puskesmas 23
BAB IV SIMPULAN DAN PEMBAHASAN 31
A. Simpulan 31
B. Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 35

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Uraian Kegiatan PKPA di Dinas Kesehatan Kota 11
Bekasi
Tabel 2 Uraian Kegiatan PKPA di UPTD Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Kota Bekasi 11
Tabel 3 Uraian Kegiatan PKPA di UPTD PKM Perumnas 2 12

v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi 35
Lampiran 2. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Perumnas II 36
Lampiran 3. Gudang UPTD Instalasi Farmasi 37
Lampiran 4. Lemari Penyimpanan Obat-obat Narkotika, 38
Psikotropika dan OOT di UPTD Instalasi Farmasi
Lampiran 5. Tempat Penyimpanan Vaksin dan Obat-obat 39
Termolabil di UPTD Instalasi Farmasi
Lampiran 6. Kartu Stok UPTD Instalasi Farmasi 40
Lampiran 7. Formularium Puskesmas Kota Bekasi 41
Lampiran 8. Lemari Penyimpanan Obat dan Tempat 42
Penyimpanan Obat Termolabil di Puskesmas
Lampiran 9. Tempat Penyimpanan Obat-obat Narkotika dan 43
Psikotropika di Puskesmas
Lampiran 10. Alur Permintaan dan Penerimaan Obat UPTD 44
Puskesmas
Lampiran 11. Alur Pelayanan Resep UPTD Puskesmas Perumnas 45
II
Lampiran 12. Alur Perizinan Apotek 46
Lampiran 13. Kertas Resep dan Etiket Obat 47
Lampiran 14. Rancangan Kebutuhan Obat UPTD Puskesmas 48
Perumnas II
Lampiran 15. Form LPLPO Puskesmas 49
Lampiran 16. Laporan Narkotika dan Psikotropika UPTD 50
Puskesmas Perumnas II
Lampiran 17. Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian di 51
Puskesmas
Lampiran 18. Surat Bukti Barang Keluar 52
Lampiran 19. Berita Acara Serah Terima Obat 53
Lampiran 20. Penyiapan Obat dan Pelayanan Informasi Obat di 54
Puskesmas Perumnas II
Lampiran 21. Pemberian Informasi Obat dengan Leaflet di 55
Puskesmas Perumnas II
Lampiran 22. Penyuluhan di Puskesmas Perumnas II 56

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi (Kementrian Kesehatan No 46 Tahun 2017).
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota adalah satuan kerja pemerintahan
daerah kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam bidang kesehatan di kabupaten atau kota (Kementrian
Kesehatan, 2014). Dinas Kesehatan merupakan instansi pemerintahan yang juga
terkait dengan pekerjaan kefarmasian.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementrian Kesehatan
No 75 Tahun 2014).
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian
di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas, yaitu sebagai pusat
penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
(Kementrian Kesehatan, 2016)
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilaksanakan sebagai salah satu
syarat kurikulum untuk menjadi seorang Apoteker, mahasiswa/i calon Apoteker
masih belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup terkait kegiatan

1
kefarmasian di sektor pemerintah karena masih banyak hal yang belum
didapatkan di perkuliahan. Oleh sebab itu mahasiswa calon Apoteker belum bisa
memenuhi kompetensi yang utuh sehingga perlu memenuhi kompetensi dalam
bidang pekerjaan kefarmasian terkait pemerintah.
Menyadari pentingnya hal di atas, maka Fakultas Farmasi dan Sains
UHAMKA mewajibkan mahasiswa/i Apoteker untuk melaksanakan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) dalam rangka meningkatkan kompetensi di bidangnya.
Pelaksanaan PKPA berlangsung dari tanggal 4 November 2020 – 30 Desember
2020 di Dinas Kesehatan Kota Bekasi, UPTD Instalasi Farmasi (UPTD IF),
UPTD Puskesmas Perumnas 2.
B. Tujuan PKPA
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Dinas Kesehatan Kota Bekasi
bertujuan untuk:
1. Mampu memahami visi, misi dan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota
Bekasi.
2. Mampu memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Farmasi dan Alat Kesehatan
(Farmalkes).
3. Mampu memahami tugas pokok apoteker di Instalasi Farmasi dan UPTD
Puskesmas dari Dinas Kesehatan Kota Bekasi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dinas Kesehatan Kota Bekasi


Dinas Kesehatan Daerah Provinsi atau Kabupaten/ Kota merupakan unsur
pelaksana Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Dinas
Kesehatan Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota dipimpin oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Gubernur/ Bupati/ Walikota melalui Sekretaris
Daerah. Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota mempunyai tugas membantu Bupati/
Wali Kota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi
kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada Daerah
Kabupaten/ Kota.
1. Visi & Misi Dinas Kesehatan Kota Bekasi
Visi Kota Bekasi cerdas, kreatif, maju, sejahtera dan insan. Adapun Misi dari
Dinas Kesehatan Kota Bekasi yaitu :
a) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat yang
berpengetahuan.
b) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat yang sehat.
c) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat yang
berakhlak mulia.
d) Meningkatkan dan mengembangkan kualitas kehidupan masyarakat yang
kreatif & inovatif.
2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi (PerWal Bekasi No 19
Tahun 2019)
Susunan organisasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi terdiri atas:
a) Kepala Dinas
b) Sekretariat, membawahkan:
1) Sub Bagian Perencanaan
2) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
3) Sub Bagian Keuangan
c) Bidang Kesehatan Masyarakat, membawahkan:

3
1) Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
2) Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3) Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
d) Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, membawahkan:
1) Seksi Surveillance dan Imunisasi
2) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
3) Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa
e) Bidang Pelayanan Kesehatan, membawahkan:
1) Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional
2) Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan
3) Seksi Mutu Pelayanan Kesehatan
f) Bidang Sumber Daya Kesehatan, membawahkan:
1) Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
2) Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
3) Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan
g) UPTD
1) UPTD Instalasi Farmasi
2) UPTD Puskesmas.
3) UPTD Labkesda
h) Kelompok Jabatan Fungsional
Ruang lingkup Farmasi di Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang akan dibahas
dalam laporan ini terdapat pada Bidang Sumber Daya Kesehatan yaitu seksi
kefarmasian dan alat kesehatan (farmalkes) yang kemudian dibagi kedalam 3
kegiatan yaitu:
1) Kegiatan Kefarmasian
2) Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan
3) Kegiatan Pengadaan Alat Kesehatan, BMHP, Pengawasan PKRT dan Toko
Alat Kesehatan
Bagan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi pada uraian diatas dapat
dilihat pada lampiran 1.

4
3. Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Kota Bekasi (PerWal
Bekasi No 82 Tahun 2018).
Unit pelaksana teknis daerah pada UPTD Dinas Kesehatan Kota Bekasi
meliputi :
1) UPTD Instalasi Farmasi
2) UPTD Puskesmas.
3) UPTD Labkesda
B. Kegiatan Instansi
Pekerjaan Kefarmasian Dinas Kesehatan Kota Bekasi terdapat pada seksi
Kefarmasian dan alat kesehatan, UPTD Instalasi Farmasi dan Puskesmas.
1. Seksi Kefarmasian & Alat Kesehatan (Farmalkes)
Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas membantu Bidang
merencanakan, memimpin, membagi tugas, melaksanakan, dan mengevaluasi
kebijakan teknis dan kegiatan kefarmasian dan alat kesehatan.
a) Fungsi Seksi Farmalkes (PerWal Bekasi Nomor 19 Tahun 2019)
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Dinkes Kota Bekasi mempunyai beberapa fungsi yang harus dijalankan
yaitu:
1) Penyusunan program dan rencana kegiatan seksi kefarmasian.
2) Penyiapan bahan penyusunan dan perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta
rencana strategis sesuai lingkup tugasnya.
3) Penyiapan bahan kebijakan, perencanaan, pengumpulan, pengolahan, analisa,
penyusunan, pembinaan, pengawasan, pemeriksaan, penyuluhan dan
pencegahan serta rekomendasi dalam pelaksanaan kefarmasian dan alat
kesehatan.
4) Penyiapan bahan pembinaan teknis dan evaluasi kegiatan
5) Pelaporan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Bidang.
b) Tugas Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
a. Memimpin, mengatur, membina, dan mengendalikan pelaksanaan tugas
sesuai lingkup bidangnya
b. Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan visi misi Bidang untuk
dirumuskan menjadi konsep visi misi Dinas

5
c. Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan rencana strategis sesuai
lingkup bidang tugasnya
d. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan dan/atau petunjuk teknis pada
lingkup bidang tugasnya sebagai bahan penetapan kebijakan pimpinan
e. Menyiapkan bahan untuk perumusan pedoman kerja di lingkup bidang
tugasnya sebagai bahan penetapan kebijakan pimpinan
f. Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan program kerja dan rencana
kegiatan pada lingkup bidang tugasnya sesuai dengan rencana strategis dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas menurut skala prioritas
g. Menyiapkan bahan dan menyusun rencana anggaran kegiatan pada lingkup
bidang tugasnya untuk dirumuskan menjadi rencana anggaran kegiatan
bidang
h. Menyiapkan bahan dan usulan rencana kebutuhan biaya kegiatan rutin sesuai
bidang tugasnya
i. Menyiapkan konsep naskah dinas yang berkaitan kewenangan dalam
ketentuan pedoman tata naskah dinas dan/atau atas instruksi/ disposisi
pimpinan
j. Menyiapkan bahan dan menyusun konsep pemberian Rekomendasi/Nota
Pertimbangan/Surat Keterangan dan/atau jasa pelayanan publik lainnya
kepada masyarakat sesuai lingkup tugasnya
k. Memberikan pertimbangan teknis dan/atau administratif terkait kebijakan-
kebijakan strategis sesuai lingkup tugasnya kepada pimpinan
l. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan
m. pengawasan makan, minuman dan kosmetika
y. Melaksanakan penyusunan bahan tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
lingkup Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
Dasar hukum yang perlu diperhatikan dalam perizinan sarana kefarmasian.
1) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
2) Kepmenkes Nomor 1331 Tahun 2002 tentang Pedagang Eceran Obat.
3) Permenkes Nomor 006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
Tradisional.
4) Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik.

6
5) Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
6) Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek.
7) Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
8) Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Kerja
Tenaga Kefarmasian.
9) Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek
10) Permenkes Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi secara Elektronik Sektor Kesehatan
11) Permenkes Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit.
2. UPTD Instalasi Farmasi (PerWal Bekasi Nomor 92 Tahun 2018)
UPTD Instalasi Farmasi merupakan bentuk organisasi unsur pengelolaan obat
dan BMHP yang ada di Dinas Kesehatan Kota Bekasi. UPTD Instalasi Farmasi
mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas teknis Dinas dibidang pengelolaan
obat dan bahan medis habis pakai (BMHP).
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut UPTD Instalasi Farmasi Dinkes
Bekasi mempunyai beberapa fungsi yang harus dijalankan yaitu:
a. Penyusunan program dan rencana kegiatan UPTD
b. Pengawasan dan pengendalian tugas yang dilaksanakan bawahan
c. Penyelenggaraan administrasi perkantoran
d. Pembinaan petugas operasional pada unit kerjanya
e. Pemberian pelayanan terhadap masyarakat di bidang tugasnya
f. Pendistribusian tugas-tugas kepada bawahan menurut prinsip-prinsip
manajemen
g. Pelaksanaan sebagian tugas teknis di bidang instalasi farmasi yang meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan, pencatatan dan pelaporan obat dan bahan medis habis pakai
(BMHP)
h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan tugas UPTD

7
i. Pelaksanaan hubungan kerjasama dengan lembaga non Pemerintah
berdasarkan ketentuan yang berlaku
j. Pelaksanaan koordinasi dengan unsur perangkat Daerah terkait dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan UPTD
k. Pelaksanaan koordinasi dengan Kecamatan dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan UPTD
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
m. Pemberian laporan pertanggungjawaban tugas UPTD kepada Kepala Dinas,
secara administratif melalui Sekretaris dan secara teknis operasional kepada
Kepala Bidang sesuai dengan lingkup tugasnya.
Adapun Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi UPTD Instalasi Farmasi
mempunyai uraian tugas :
a. Memimpin, mengatur, membina, dan mengendalikan pelaksanaan tugas
UPTD
b. Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan visi misi untuk dirumuskan
menjadi konsep visi misi Dinas
c. Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan rencana strategis sesuai
lingkup bidang tugasnya
d. Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan dan/atau petunjuk teknis pada
lingkup bidang tugasnya sebagai bahan penetapan kebijakan pimpinan
e. Pengadaan barang pemerintah harus dilaksanakan dengan efisien, efektif,
terbuka dan bersaing, transparan, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel.
Pengadaan di UPTD Instalasi Farmasi ada 3 metode yaitu pengadaan secara
E-Purchasing, E-Tendering dan pengadaan untuk obat program.
1) Pengadaan secara E-Purchasing
Pengadaan barang secara E-Purchasing adalah cara pengadaan dengan cara
pembelian langsung secara elektronik kepada penyedia yang ditunjuk oleh LKPP
(Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/ jasa Pemerintah) berdasarkan kontrak
payung. Adapun jenis barang yang diadakan melalui metode ini adalah obat dan
BMHP yang terdapat dalam catalog yang diterbitkan secara elektronik oleh LKPP
melalui portal LKPP.
2) Pengadaan secara E-Tendering

8
Pengadaan secara E-Tendering adalah cara pengadaan dengan cara lelang
(umum atau sederhana) melalui LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik)
Kota Bekasi yang dilaksanakan oleh unit layanan pengadaan pemerintah kota
bekasi. Adapun jenis barang yang diadakan melalui metode ini adalah obat dan
BMHP yang tidak terdapat dalam catalog yang diterbitkan secara elektronik oleh
LKPP melalui portal LKPP.
3) Pengadaan Obat Program
Kebutuhan obat program di Kabupaten/ Kota, sepenuhnya disediakan oleh
pusat (Kementerian Kesehatan), namun apabila alokasi yang disediakan oleh
pusat tidak mencukupi kebutuhan program, maka Dinas Kesehatan dapat
mengadakan obat program untuk mengatasi kekurangan tersebut.
3. UPTD Puskesmas (PerWal Bekasi Nomor 92 Tahun 2018)
Untuk melaksanakan tugas UPTD Puskesmas mempunyai fungsi:
1) Penyusunan program dan rencana kegiatan UPTD
2) Pengawasan dan pengendalian tugas yang dilaksanakan bawahan
3) Penyelenggaraan administrasi perkantoran
4) Pembinaan petugas operasional pada unit kerjanya
5) Pemberian pelayanan terhadap masyarakat di bidang tugasnya
6) UPTD Puskesmas mempunyai uraian tugas:
7) Memimpin, mengatur, membina, dan mengendalikan pelaksanaan tugas
UPTD
8) Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan visi misi untuk dirumuskan
menjadi konsep visi misi Dinas
9) Menyiapkan bahan penyusunan dan perumusan rencana strategis sesuai
lingkup bidang tugasnya
10) Menyiapkan bahan untuk perumusan kebijakan dan/atau petunjuk teknis pada
lingkup bidang tugasnya sebagai bahan penetapan kebijakan pimpinan
11) Menyiapkan bahan untuk perumusan pedoman kerja di lingkup bidang
tugasnya sebagai bahan penetapan kebijakan pimpinan
a. Pengelolaan obat dan BMHP di UPTD Puskesmas (PMK No. 74 Tahun
Tahun 2016)

9
Pengelolaan obat dan BMHP di UPTD Instalasi Farmasi seperti yang
tercantum didalam buku biru pedoman pengelolaan obat & BMHP yang
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi terdiri dari perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pengendalian persediaan,
pencatatan dan pelaporan sampai dengan penghapusan barang.
1) Perencanaan
2) Permintaan
3) Penerimaan
4) Penyimpanan
5) Pendistribusian
6) Pemusnahan dan Penarikan
7) Pengendalian Sediaan Farmasi dan BMHP
8) Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
9) Pemantauan dan Evaluasi Pengelolaan
b. Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas (PMK No. 74 Tahun 2016)
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas yaitu :
1) Pengkajian dan pelayanan Resep
2) Pelayanan Informasi Obat (PIO)
3) Konseling
4) Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
5) Ronde atau Visite
6) Pemantauan Terapi Obat (PTO)
7) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

10
BAB III
KEGIATAN HARIAN DAN PEMBAHASAN

B. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bidang pemerintahan di
Dinas Kesehatan Kota Bekasi dilaksanakan selama 30 hari pada periode 3-30
November 2020. Pelaksanaan PKPA dilakukan secara daring dengan jadwal sebagai
berikut :
1. Pada tanggal 3 November dan 30 November 2020 melaksanakan PKPA di Seksi
Farmasi dan Alat Kesehatan pada Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas
Kesehatan Kota Bekasi secara online.
2. Pada tanggal 4-29 November 2020 melaksanakan PKPA di UPTD Puskesmas
Perumnas 2 offline.
3. Pada tanggal 10-11 November 2020 melaksanakan PKPA di UPTD Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi secara offline.
Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di Dinas Kesehatan Kota Bekasi,
UPTD Instalasi Farmasi dan Puskesmas dapat dilihat pada Tabel 1, 2 dan 3
Tabel 1. Uraian Kegiatan PKPA di Dinas Kesehatan Kota Bekasi
Waktu Kegiatan
03 November 2020 1. Penerimaan mahasiswa PKPA di Dinas Kesehatan Kota
Bekasi oleh kepala seksi farmalkes.
2. Penyampaian materi kegiatan oleh seksi farmalkes
30 November 2020 Presentasi hasil PKPA di Dinas Kesehatan Kota Bekasi

Tabel 2. Uraian Kegiatan PKPA di UPTD Instalasi Farmasi Dinas


Kesehatan Kota Bekasi
Waktu Kegiatan
10-11 November 2020 1. Bimbingan materi perencanaan, pengadaan,
pendistribusian dan penyimpanan obat,
BMHP dan vaksin.
2. Observasi ruangan dan sistem penyimpanan
BMHP, obat dan vaksin di UPTD Instalasi
Farmasi Dinkes Kota Bekasi.
3. Menyiapkan permintaan kebutuhan obat dan
BMHP untuk puskesmas.
4. Mengetahui sistem aplikasi SIPO

11
Tabel 3. Uraian Kegiatan PKPA di UPTD PKM Perumnas 2

Waktu Kegiatan
Minggu I 1. Penerimaan mahasiswa PKPA di UPTD
(4-6 November 2020) Puskesmas Perumnas 2.
2. Pengarahan dari Kepala Puskes Perumnas 2
3. Perkenalan dengan staff di Puskesmas
Perumnas 2
4. Melakukan pelayanan obat.
5. Melakukan distribusi obat dari gudang ke
apotek.
6. Menginput data pasien yang diswab.

Minggu II 1. Melakukan pelayanan obat yang dilakukan di


(9-13 November 2020) bawah pengawasan apoteker.
2. Merekap pengeluaran harian obat.
3. Diskusi dengan apoteker tentang pelaporan
kefarmasian.
4. Melakukan pelayanan informasi obat melalui
lefleat yang dilakukan di bawah pengawasan
apoteker.
5. Menyusun container obat secara alfabetis dan
memberikan label LASA.
6. Mengetahui cara pelaporan LPLPO.
Minggu III 1. Melakukan pelayanan obat yang dilakukan di
(16-20 November 2020) bawah pengawasan apoteker.
2. Merekap pengeluaran harian obat.
3. Diskusi dengan apoteker mengenai cara
membuat RKO dan alur distribusi ke sub unit.
4. Melakukan pelayanan informasi obat yang
dilakukan di bawah pengawasan apoteker.
5. Melakukan stock opname obat dan BMHP
6. Melakukan penyuluhan tentang DAGUSIBU.
Minggu IV 1. Melakukan pelayanan obat yang dilakukan di
(23-27 November 2020) bawah pengawasan apoteker.
2. Merekap pengeluaran harian obat.
3. Diskusi dengan apoteker mengenai laporan
akhir PKPA.
4. Melakukan pelayanan informasi obat yang
dilakukan di bawah pengawasan apoteker.
5. Melakukan penyuluhan tentang 5 O.
6. Menginput laporan obat rasional (POR).
7. Menginput laporan ketersediaan obat.

12
A. Pembahasan
1. Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes)
Kegiatan yang dilaksanakan pada seksi farmalkes terdiri dari tiga yaitu:
a. Kegiatan kefarmasian
Kegiatan kefarmasian yang dilaksanakan oleh seksi kefarmasian dan alat
kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Bekasi meliputi pembinaan sarana
kefarmasian, puskesmas dan pemberian izin apotek, toko obat dan UMOT.
Pembinaan dan perizinan sarana kefarmasian diberikan dalam bentuk
rekomendasi perizinan yang diserahkan kepada DPMPTSP kota Bekasi. Berikut
alur perizinan sarana kefarmasian :
1. Perizinan Apotek
Permohonan izin apotek diajukan oleh apoteker sebagai penanggung jawab
apotek yang dapat bekerja sama dengan pemilik sarana apotek/investor dengan
membuat perjanjian kerjasama yang disahkan oleh notaris. Dalam melaksanakan
praktek pekerjaan kefarmasian apoteker harus memiliki Surat izin Praktek
Apoteker (SIPA). Apoteker yang bekerja pada fasilitas pelayanan dapat memiliki
paling banyak 3 SIPA sedangkan untuk apoteker yang bekerja di fasilitas
distribusi atau industri hanya boleh memiliki 1 SIPA saja. Permohona izin apotek
diajukan jika.
a) Pendirian Apotek Baru
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota dan izin berupa SIA yang berlaku 5 (lima) tahun atau mengikuti
masa berlaku SIPA dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Adapun tahapan untuk memperoleh SIA yaitu:
1) Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota melalui DPMPTSP dengan melengkapi persyaratan berupa
Fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli, fotokopi Kartu Tanda
Penduduk (KTP), fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker, fotokopi
peta lokasi dan denah bangunan, daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
Setelah 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan dinyatakan telah
memenuhi kelengkapan dokumen administratif Pemerintah Daerah

13
Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan
(visitasi) terhadap kesiapan apotek.
2) Dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim
pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi
Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
3) Setelah 12 hari kerja menerima berita acara pemeriksaan, jika memenuhi
persyaratan Dinas Kesehatan kota akan menerbitkan Surat Izin Apotek (SIA),
jika tidak memenuhi persyaratan maka dinas kesehatan kabupaten /kota akan
menegeluarkan surat penundaan.
4) Dinas kesehatan akan memberikan waktu kepadapemohon selambat
lambatnya 1 bulan setelah mengeluarkan surat penundaan. Jika memenuhi
maka akan dikeluarkan Surat IzinApotek (SIA), dan jika tidak memnuhi
persyartan maka dinkes kabupaten / kota akan mengeluarkan Surat
Penolakan.
Sarana prasarana yang harus tersedia pada apotek meliputi:
1. Ruang pelayanan terdiri dari Lemari penyimpanan obat bebas dan bebas
terbatas,Tempat penyerahan obat, Papan praktek apoteker, papan nama
apotek, surat izin apotek , dan surat izin praktek apoteker.
2. Ruang Tunggu
3. Ruang konseling
4. Ruang racik, yang terdiri dari meja racik, timbangan analitik (mg dan g),
Lemari dan rak untuk menyimpan obat keras, Lemari pendingin yang
memiliki thermometer dan catatan pemantauan suhu, Lemari narkotika dan
psikotropika dengan ketentuan terpaku di dinding, double kunci, dan tidak
terlihat oleh pasien serta tersedia buku catatan pemakaian harian dan kartu
stok.
5. Toilet
Adapun perlengkapan administrasi pada pendirian apotek baru meliputi etiket
putih dan biru, copy resep, surat pesanan, kartu stok, faktur, cap apotek dan
laporan SIPNAP
b) Permohonan Perpanjangan Izin Apotek

14
Apabila masa berlaku Surat Izin Apotek (SIA) sudah habis dan tidak terjadi
pergantian apoteker penanggung jawab apotek (APJ) maka APJ dapat mengurus
kembali surat perpanjangan Izin Apotek.
c) Permohonan Izin Apotek Karena Pindah Lokasi/Alamat
Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan
pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus
dilakukan perubahan izin. Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi
yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan Apoteker
pemegang SIA, atau nama Apotek, wajib mengajukan permohonan perubahan izin
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Tetapi tidak perlu dilakukan
pemeriksaan setempat oleh tim pemeriksa. Tata cara permohonan perubahan izin
bagi Apotek yang melakukan perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan
Apoteker pemegang SIA yaitu sesuai dengan pendirian Izin Apotek.
d) Permohonan Izin Apotek Karena Pergantian Apoteker
Dalam permohonan pergantian izin apotek pemohon melampirkan dokumen
pengunduran diri apoteker lama, berita acara serah terima pekerjaan kefarmasian
diantaranya resep 5 tahun terakhir, obat narkotika dan psikotropika berikut lemari
dan kunci dan data terlampir, obat-obat keras dan data terlampir, serta
administrasi apotek.
2. Pembinaan dan Perizinan Toko Obat dan UMOT
Permohonan izin toko obat dan UMOT diajukan oleh pemilik sarana/investor
dengan penanggung jawab TTK yang memiliki SIPTTK.
3. Pembinaan dan perizinan klinik dan instalasi farmasi rumah sakit
Permohonan izin klinik dan rumah sakit diajukan oleh pemilik sarana
/investor kepada DPMPTSP. Untuk rekomendasi perizinan klinik dan RS di
terbitkan oleh bidang Pelayanan Kesehatan (YANKES) dengan dibantu oleh tim
teknis, dalam hal ini seksi FARMALKES membantu dalam pelaksanaan visitasi
instalasi farmasi, klinik dan rumah sakit. Untuk kelengkapan teknis yang harus
disiapkan pada instalasi farmasi tidak jauh berbeda dengan apotek.
4. Pembinaan UPTD Puskesmas
Pembinaan Puskesmas oleh Dinas Kesehatan Kota Bekasi dilakukan
berdasarkan Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

15
Kefarmasian di Puskesmas. Adapun standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
terdiri dari :
a. Pengelolaan sediaan farmasi meliputi perencanan kebutuhan, permintaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pecatatan,
pelaporan dan pengarsipan, pemantaun dan evaluasi pengelolaan.
b. Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas diantaranya pengkajian resep,
penyerahan obat, dan pemberian informasi obat, pelayanan Informasi Obat
(PIO), konseling, ronde/visite pasien (khusus Puskesmas rawat inap),
pemantauan dan pelaporan efek samping obat, pemantauan terapi obat dan
evaluasi penggunaan obat
Laporan bulanan yang disampaikan oleh puskesmas pada seksi farmalkes
meliputi:
1. laporan pelayanan informasi obat
2. laporan penggunan obat rasional
3. laporan obat generik
4. laporan gema cermat
Kegiatan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GEMA
CERMAT) merupakan kegiatan Gema cermat yang telah dicanangkan oleh
Kementerian Kesehatan sejak tahun 2015 pada tanggal 13 November, kegiatan
Gema Cermat di Kota Bekasi telah dilaksanakan dari tahun 2016 dimana telah
terlaksana kegiatan Gema Cermat di 32 Puskesmas Kota Bekasi dengan diikuti
oleh kader-kader kesehatan Puskesmas. Adapun jumlah Apoteker of Change
(AOC) di Kota Bekasi yaitu 70 orang yang dikukuhkan oleh Walikota Bekasi dan
juga Kota Bekasi memiliki 1 orang Master Apoteker of Change (MAOC).
b) Kegiatan Pengawasan Obat dan Makanan
Kegiatan pengawasan obat dan makanan meliputi
1. Audit sarana kefarmasian.
2. Pengawasan obat
Kegiatan pengawasan obat yang dilakukan yaitu pada sarana kefarmasian
apotek, klinik, rumah sakit, puskesmas, toko obat dan UMOT. Adapun
pengawasan yang dilakukan meliputi perencanaan, pemesanan, penerimaan,
penyimpanan, pengendalian, pelaporan dan pemusnahan obat

16
3. Pengawasan kosmetik
Pengawasan kosmetik yang dilakukan oleh seksi farmalkes dalam hal
pengawasan izin edar kosmetik berupa notifikasi. Notifikasi kosmetik berlaku
selama 3 tahun. Setiap kosmetik yang beredar wajib memenuhi standar dan/atau
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Pengawasan pangan
Pangan adalah makanan dan minuman yang bisa mengenyangkan dan
menghilangkan rasa haus. Jika terdapat klaim indikasi maka termasuk kategori
obat. Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan yang
memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan
manual hingga semi otomatis.
5. Pengawasan post market obat dan makanan
Dalam pengawasan post market terdapat pengujian yang dilakukan
diantaranya pengujian obat dengan melakukan uji kadar obat. Pada makanan
dilakukan pengujian uji bahan tambahan.
6. Pemberian Sertifikasi PIRT
SPP-IRT adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota
terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi
persyaratan pemberian SPP-IRT dalam rangka peredaran Pangan Produksi IRTP.
Tahapannya meliputi:
1. Penerimaan Pengajuan Permohonan
2. Evaluasi dokumen permohonan
3. Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan
4. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan IRT
5. Pemberian Nomor P-IRT
6. Penyerahan SPP-IRT
7. Verifikasi laporan sipnap
Pelaporan narkotikan dan psikotropika juga disampaikan oleh sarana
kefarmasian melalui aplikasi Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
(SIPNAP). Adapun saranan kefarmasian yang wajib menyampaikan laporan
SIPNAP secara online yaitu rumah sakit, klinik, puskesmas dan apotek. Pelaporan

17
paling lambat dilakukan setiap tanggal 10 setiap bulannya, ada atau tidaknya
narkotika dan psikotropika, pelaporan pemusnahan obat dan lain-lain.
c. Kegiatan Pengadaan, Pembinaan dan Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT
Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan
1. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Setiap puskesmas melakukan pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana dan
alat kesehatan melalui aplikasi sarana, prasarana dan alat kesehatan (ASPAK)
secara online. Sehingga pemenuhan kebutuhan sarana, prasarana dan alkes yang
terkait jenis, spesifikasi dan jumlah yang sesuai dengan kemampuan pelayanan,
beban pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan, dan sumber daya manusia
di puskesmas. Bendahara barang puskesmas melakukan usulan sarana, prasarana
dan alkes yang dibutuhkan ke seksi farmalkes Dinas Kesehatan yang kemudian
akan dipilihkan yang menjadi prioritas sehingga puskesmas dapat melakukan
pengadaan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2016 Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang
prosesnya dimulai dari identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil
pekerjaan. Pelaku Pengadaan Barang/Jasa terdiri atas:
1) PA (pembuat anggaran)
2) KPA (kuasa pengguna anggaran)
3) PPK (pejabat pembuat komitmen)
4) Pejabat Pengadaan
5) Pokja Pemilihan
6) Agen Pengadaan
7) PjPHP/PPHP (pejabat pemeriksa hasil pekerjaan/panitia pemeriksa hasil
pekerjaan)
8) Penyelenggara Swakelola
9) Penyedia.
2. Pengawasan Produksi Alat Kesehatan dan PKRT
Pengawasan sarana produksi alat kesehatan dan/atau PKRT dilaksanakan
antara lain melalui inspeksi sarana produksi alat kesehatan dan/atau PKRT, serta

18
inspeksi khusus sarana produksi alat kesehatan dan/atau PKRT. Penyaluran alat
kesehatan hanya dapat dilakukan oleh PAK (penyalur alat kesehatan, Cabang
PAK, dan toko alat kesehatan dalam jumlah terbatas dapat disalurkan oleh apotek
dan pedagang eceran obat.
Permohonan Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro,
dan PKRT dalam negeri diajukan oleh:

1) Produsen;
2) Produsen yang memberi Makloon;
3) Produsen yang melakukan Perakitan;
4) PAK Pemilik Produk yang memiliki surat perjanjian kerja sama dengan
Produsen; atau
5) Produsen yang memproduksi Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In
Vitro dan PKRT yang melakukan OEM.
Permohonan pengajuan dan perpanjangan Izin Edar Alat Kesehatan, Alat
Kesehatan Diagnostik In Vitro dan PKRT dilakukan secara online melalui portal
Indonesia National Single Window atau situs web dengan alamat
regalkes.kemkes.go.id.
3. Pengawas Perizinan Toko Alat Kesehatan
Pembinaan dan pengawasan terhadap toko alat kesehatan dilaksanakan oleh
Dinas dengan mengikutsertakan UPTD Puskesmas sesuai dengan tugas, fungsi
dan kewenangan masing-masing. Toko alat kesehatan wajib melakukan
pencatatan atas aktivitas pembelian dan penjualan wajib disimpan minimal selama
5 (lima) tahun, apabila diminta sewaktu-waktu, toko alat kesehatan harus
menunjukkan catatan pembelian dan penjualan kepada Petugas Pembinaan.
Terhadap apotek atau pedagang eceran obat yang menyalurkan alat kesehatan
yang tidak mempunyai izin edar dan/atau mengadakan dan menyalurkan alat
kesehatan yang bukan dari PAK atau Cabang PAK, maka kepala dinas dapat
mencabut Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) atau izin pedagang eceran obat.
4. Penyelenggara PKRT
Setiap Perusahaan Rumah Tangga wajib memiliki Sertifikat Perusahaan
Rumah Tangga dari Kepala Dinas. Sertifikat Perusahaan Rumah Tangga hanya
dapat diberikan kepada Perusahaan Rumah Tangga yang telah mendapatkan

19
penyuluhan dari petugas kesehatan yang berwenang di Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat yang dibuktikan dengan surat keterangan/rekomendasi. Sertifikat
Perusahaan Rumah Tangga berlaku sebagai izin edar untuk setiap produk yang
diedarkan di wilayah Provinsi Jawa Barat.
2. UPTD Instalasi Farmasi
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai Dinas Kesehatan Kota
Bekasi dilakukan oleh UPTD Instalasi Farmasi meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan BMHP dilakukan oleh UPTD Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Perencanaan obat dan BMHP di UPTD
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi mengacu pada Formularium
Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Formularium Nasional. Obat yang dipilih
dituangkan dalam Rencana Kebutuhan Obat (RKO) digunakan sebagai dasar oleh
seluruh puskesmas di Kota Bekasi untuk mengajukan usulan kebutuhan tahunan.
Metode yang digunakan untuk pemilihan kebutuhan obat berdasarkan metode
konsumsi yakni berdasarkan data pemakaian dan kebutuhan tahun lalu. Khusus
untuk obat program memperhitungkan sasaran pengobatan.
b. Pengadaan
Pengadaan obat dan BMHP di UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota
Bekasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pengadaan obat pelayanan kesehatan dasar
dan pengadaan obat program. Metode pengadaan yang digunakan oleh UPTD
Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi dilakukan dengan cara pengadaan
secara E-purchasing dan pengadaan secara E-tendering.
Pengadaan secara E-purchasing yaitu pembelian langsung secara elektronik
kepada penyedia yang ditunjuk oleh LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah) yang terdapat dalam katalog obat. Pengadaan secara E-
tendering yaitu pengadaan yang dilakukan secara lelang melalui Layanan
Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) kota Bekasi.
b. Penerimaan
Penerimaan dilakukan saat obat dan BMHP datang ke UPTD Instalasi
Farmasi, serta diterima oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan yang salah satu
anggotanya adalah tenaga kefarmasian. Obat dan BMHP yang diterima

20
selanjutnya dilakukan pemeriksaan antara obat dan BMHP yang diterima dengan
dokumen yang menyertainya. Pemeriksaan dilakukan adalah pemeriksaan jenis,
jumlah, label dan kemasan, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, serta nomor
batch. Jika telah sesuai, maka obat dan BMHP disimpan di Instalasi Farmasi.
Apabila ada barang yang tidak sesuai dengan dokumen maka akan dikembalikan
ke distributor. Jika waktu expired date nya tidak memenuhi syarat, distributor
harus menyertakan dokumen jaminan return barang, dan diganti dengan barang
yang baru. Data obat yang diterima kemudian dicatat di buku penerimaan dan di
entri di aplikasi Sistem Informasi Pengelolaan Obat (SIPO) Hal ini sudah sesuai
dengan Pedoman Pengelolaan Obat dan BMHP yang Terintegrasi di Dinas
Kesehatan Kota Bekasi.
d. Penyimpanan
Penyimpanan di UPTD Instalasi Farmasi terdapat beberapa gudang dengan
penanggung jawab apoteker di tiap-tiap gudang yaitu gudang utama yang berisi
obat dan BMHP dalam jumlah banyak, gudang BMHP yang berisi BMHP dalam
jumlah lebih sedikit dibanding gudang utama, lalu gudang penyiapan yaitu
gudang yang berisi obat dalam jumlah lebih kecil dibanding gudang utama dan
biasa digunakan untuk melakukan penyiapan distribusi ke UPTD Puskesmas,
terakhir adalah gudang vaksin yang berisi seluruh vaksin yang diperlukan oleh
UPTD Puskesmas. Obat-obat di gudang penyiapan disusun berdasarkan bentuk
sediaan (cairan, padat, salep, sediaan gigi, sediaan mudah terbakar), untuk injeksi
diletakan di lemari dan untuk suppositoria dan vaksin disimpan dilemari
pendingin yang dipisahkan dari obat lain, untuk narkotika & psikotropika
diletakan di lemari besi dengan pintu ganda yang terkunci. Di UPTD Instalasi
Farmasi juga dilakukan rotasi dengan system FEFO dan FIFO, yaitu barang yang
masa kedaluarsanya lebih awal dan diterima lebih awal harus digunakan lebih
awal, pada tiap-tiap obat dan BMHP juga terdapat kartu stok yang berfungsi
untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat & BMHP.
e. Distribusi
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan BMHP
untuk memenuhi kebutuhan Puskesmas. Pendistribusian obat dan BMHP di
UPTD Instalasi Farmasi dilakukan satu bulan sekali biasanya dilakukan pada

21
pertengahan bulan antara tanggal 15-25 tiap bulannya. Distribusi obat dan BMHP
disiapkan berdasarkan wilayah dan masing-masing wilayah memiliki penanggung
jawab yaitu apoteker, seperti misalnya Puskesmas Pondok Gede termasuk ke
wilayah Bekasi Selatan maka disiapkan bersama Puskesmas area Bekasi Selatan
lainnya dan penanggung jawab apoteker wilayah Bekasi Selatan. Distribusi obat
yang disiapkan oleh UPTD Instalasi Farmasi sesuai dengan LPLPO yang
dikirimkan oleh masing-masing Puskesmas, jumlah yang permintaan pada
LPLPO didapatkan dari stok optimal dikurangi dengan stok akhir pada masing-
masing Puskesmas. Untuk pemberian dikroscek kembali dari pemakaian selama
sebulan di Puskesmas UPTD Instalasi Farmasi berhak mengurangi jumlah
pemberian jika jumlah permintaan Puskesmas dirasa tidak sesuai dengan data
pemakaian selama sebulannya.
f. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat dan BMHP merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan barang secara tertib baik barang yang
diterima, disimpan, didistribusikan, maupun digunakan oleh pelayanan kesehatan.
Setiap obat dan BMHP yang diterima dimasukkan ke dalam buku penerimaan dan
di entri di aplikasi SIPO. Sarana pencatatan berupa kartu stok induk, kartu stok
stelling, buku penerimaan barang dan rekapan distribusi barang.
g. Penanganan Barang Hilang, Rusak Dan Kadaluarsa
1) Penanganan Obat dan BMHP hilang karena pencurian
Kejadian hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian obat dan
BMHP dari tempat penyimpanan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Apabila terjadi pencurian barang, segera melaporkan ke Dinas Kesehatan dan
Kepolian setempat, dan dilakukan perhitungan barang, untuk jenis dan barang
yang hilang dicantumkan dalam Berita Acara Kehilangan oleh Kepolisian.
Jumlah barang yang hilang dapat dikeluarkan dari kartu stok berdasarkan BAP
dari Kepolisian.
2) Penanganan Obat dan BMHP rusak/kadaluarsa di Gudang Farmasi
a) Petugas Gudang Farmasi Mengumpulkan obat dan BMHP kadaluarsa sesuai
Berita Acara Serah Terima Barang.

22
b) Apabila terdapat obat dan BMHP yang/kadaluarsa didalam penyimpanan
Gudang Farmasi, maka harus dikeluarkan dari kartu stok dan buku gudang
c) Dibuat Berita Acara Barang Rusak atau Kadaluarsa
d) Barang rusak harus disimpan terpisah, dan tidak berada dalam satu rak
dengan barang yang tidak rusak.
h. Penghapusan
Penghapusan adalah serangkaian kegiatan pemusnahan obat dan BMHP
dalam rangka pembebasan barang milik/kekayaan Negara dari tanggung jawab
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tahap kegiatan Penghapusan
a. Menyusun daftar barang yang akan dihapuskan beserta alasannya
b. Kepala gudang Farmasi mengajukan permohonan Pemusnahan obat dan
BMHP kepada Walikota Bekasi yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan
c. Pembahasan rencana pemusnahan antara Dinas Kesehatan, BPKAD,
Inspektorat, BAPPEDA Kota Bekasi.
d. Walikota menerbitkan Surat Keputusan tentang Panitia Pemusnahan Obat dan
BMHP
e. Membuat perjanjian kerjasama dengan Perusahaan Jasa Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun
f. Memilah dan menghitung kembali barang yang akan dimusnahkan untuk
dilakukan penimbangan.
g. Melaksanakan pemusnahan oleh Perusahaan Jasa Pengelolaan Limbah yang
ditunjuk dihadiri oleh Panitia Pemusnahan dengan cara dibakar menggunkan
incinerator.
h. Membuat laporan hasil kegiatan pemusnahan kepada Walikota melalui
Kepala Dinas Kesehatan.
3. UPTD Puskesmas
UPTD Puskesmas Bekasi berjumlah 42 dimana belum semua Puskesmas
memiliki apoteker sebagai penanggung jawab kefarmasian. Adapun jumlah tenaga
apoteker sebanyak 20 orang, dan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) berjumlah 19
orang dan non farmasi sebanyak 3 orang. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) kali ini dilaksanakan pada Puskesmas Perumnas II.

23
1) Stukutur Organisasi Puskesmas Perumnas II
UPTD Puskesmas Perumnas II dikepalai oleh drg. Ariska Agustina. Kepala
Puskesmas ini memberi komando kepada beberapa koordinator di bawahnya,
yakni Koordinator TU (Tata Usaha), Koordinator UKP (Upaya Kesehatan
Perorangan), Koordinator UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) serta Jaringan
dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Stuktur Organisasi Puskesmas
Perumnas II untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran 3.
2) Visi dan Misi Puskesmas Perumnas II
Visi Puskesmas Perumnas II adalah “ Menjadi Puskesmas terpercaya dan
memenuhi kebutuhan pelanggan”.
Misi Puskesmas Perumnas II adalah sebagai berikut :
a. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat satu yang berkualitas dan
komprehensif.
b. Mengupayakan tata kelola Puskesmas yang berish, efektif dan efisien.
c. Meningkatkan motivasi, kebersamaan dan kinerja segenap karyawan sehingga
terwujud suasana kerja yang nyaman.

3) Gambaran Umum Wilayah


Puskesmas Perumnas II terletak di Jl. Belut Raya No. 1 Kelurahan
Kayuringin Jaya Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Luas wilayah
Kelurahan Kayuringin Jaya sekitar 3660 km². Batas-batas wilayah kerja
Puskesmas Perumnas II adalah :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Harapan Jaya
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Pekayon
c. Sebelah Barat : Kelurahan Jaka Sampurna
d. Sebelah Timur : Kelurahan Marga Jaya
UPTD Puskesmas Perumnas II hanya memiliki wilayah kerja pada Kelurahan
Kayuringin Jaya terdiri dari 193 RT dan 26 RW.
Dalam mempermudah pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas Perumnas
II memiliki 47 Posyandu dan 18 Posbindu. Pos-pos tersebut merupakan
perpanjangan tangan dari tenaga kesehatan di Puskesmas Perumnas II sehingga
semua pelayanan kesehatan yang dilaksanakan diharapkan dapat sesuai dengan
rencana.

24
d) Pengelolaan Obat dan BMHP di UPTD Puskesmas
Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang dilakukan oleh
UPTD Puskesmas meliputi:
a. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan obat dan BMHP dilakukan oleh Puskesmas dengan
membuat usulan Rencana Kebutuhan Obat (RKO). Perencanaan obat dan BMHP
Puskesmas dilakukan setiap tahun dan dilaksanakan di ruang farmasi Puskesmas
dengan melibatkan Apoteker, dokter, dokter gigi, bidan, analis laboratorium. Hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional dan
meningkatkan efisiensi penggunaan obat dan BMHP (Permenkes No. 74 Tahun
2016).
Pengadaan di Puskesmas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pengadaan
langsung dan permintaan obat dan BMHP ke Instalasi Farmasi. Pengadaan
langsung dapat dilaksanakan oleh Puskesmas apabila terjadi kekosongan obat atau
BMHP di UPTD IF dan di Puskesmas, proses pengadaan E-Tendering dan E-
purchasing belum selesai (barang belum dikirim oleh Penyedia Ke UPTD IF),
terjadinya gagal pengadaan obat atau BMHP secara E-purchasing yang
disebabkan ketidaksanggupan pabrikan yang ditunjuk untuk menyuplai barang.
Pelaksanaan pengadaan obat dan BMHP secara pengadaan langsung di Puskesmas
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Obat dan BMHP yang diadakan harus dipastikan tidak tersedia di Puskesmas
dan UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bekasi.
2) Pemesanan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF)
3) Surat Pesanan ditandatangani oleh PPK atau Apoteker Puskesmas atau
Apoteker Pembina yang ditunjuk.
Pengadaan untuk obat program sepenuhya disediakan oleh Kementerian
Kesehatan, namun apabila alokasi yang disediakan oleh pusat tidak mencukupi
kebutuhan program, maka UPTD Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan dapat
mengadakan obat program untuk mengatasi kekurangan tersebut.
b. Permintaan
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan BMHP adalah memenuhi kebutuhan
obat dan BMHP di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah

25
dibuat (Permenkes No. 74 Tahun 2016). Permintaan obat dan BMHP di
Puskesmas berdasarkan data buku harian pemakaian obat kemudian akan dibuat
ke dalam LPLPO sub unit setiap bulan, kemudian dijumlahkan tiap akhir bulan.
LPLPO sub unit akan digunakan sebagai data untuk menyusun LPLPO
Puskesmas, selanjutnya LPLPO tersebut dilaporkan ke Dinas Kesehatan untuk
dijadikan permintaan obat bulan berikutnya (Permenkes No. 74 Tahun 2016).
c. Penerimaan
Penerimaan obat dan BMHP di Puskesmas dilakukan oleh Bendahara Barang
dan pengelola obat Puskesmas kemudian dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan
meliputi jenis, jumlah, dan bentuk obat dan expire date BMHP kemudian
disesuaiaikan dengan sbbk, setelah memenuhi syarat penerimaan maka
ditandatangani oleh bendahara barang , dan diketahui oleh kepala Puskesmas,
Pemeriksaan terhadap obat dan BMHP yang datang bertujuan untuk memastikan
bahwa obat dan BMHP yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas (Permenkes No. 74 Tahun 2016).
d. Penyimpanan
Penyimpanan di Gudang Farmasi Puskesmas sudah sesuai dengan
persyaratan yang tertuang dalam Pedoman Pengelolaan Obat dan BMHP yang
Terintegrasi di Dinas Kesehatan Kota Bekasi. Penyimpanan obat dan BMHP di
Gudang Farmasi Puskesmas berdasarkan pola alfabetis dan bentuk sediaan
dengan sistem FIFO dan FEFO. Untuk obat dengan penyimpanan khusus seperti
suppositoria disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8 °C, sediaan sirup
disusun di atas palet, penyimpanan narkotika dan psikotropikaa di Puskesmas
sudah sesuai dengan PMK No. 3 Tahun 2015 yaitu disimpan di lemari narkotika
psikotropika apotek yang memiliki pintu dan kunci ganda. Setiap barang masuk
dan keluar harus dicatat dalam kartu stok, untuk sub unit selain apotek, pencatatan
ditulis di buku harian pemakaian.(Permenkes No. 3 Tahun 2015).
e. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat dan BMHP
untuk memenuhi kebutuhan sub unit/ satelit farmasi Puskesmas. Pendistribusian
obat dan BMHP haruslah sesuai kebutuhan sub unit untuk memenuhi kebutuhan
Puskesmas dan sub unit Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang

26
tepat. Sub unit di Puskesmas antara lain Apotek Puskesmas, laboratorium,
Instalasi Gawat Darurat (IGD), Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED), poli gigi, poli TB dan Kusta dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Pendistribusian ke sub unit dilakukan dengan melihat LPLPO Sub Unit yang telah
diberikan kepada petugas Gudang Farmasi Puskesmas. Petugas gudang
memberikan obat dan BMHP kepada masing-masing Sub Unit sesuai dengan
LPLPO sub unit setelah itu obat dan BMHP disimpan oleh petugas dari masing-
masing sub unit dengan cara floor stock (Permenkes No. 74 Tahun 2016).
f. Pengendalian
Pengendalian obat dan BMHP di Puskesmas perumnas II dilakukan dengan
menerapkan sistem First In First Out (FIFO), First Expire First Out (FEFO),
memperhitungkan sisa stok dalam distribusi barang, melakukan penyimpanan
obat dan BMHP sesuai standar untuk menjaga stabilitas dan keamanannya,
melakukan stock opname setiap 1 bulan sekali, dan melakukan penandaan waktu
kadaluarsa dengan label berwarna merah, kuning dan hijau dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Label berwarna merah untuk kadaluarsa 6 bulan atau kurang.
2. Label berwarna kuning untuk kadaluarsa lebih dari 6 bulan sampai dengan 1
tahun.
3. Label berwarna hijau untuk kadaluarsa lebih dari 1 tahun.
g. Pemusnahan
Obat atau BMHP yang rusak/kedaluarsa dari masing-masing sub unit
dikembalikan ke petugas Gudang Farmasi Puskesmas, kemudian petugas Gudang
Farmasi Puskesmas mengumpulkan obat dan BMHP tersebut, serta dicatat dalam
buku barang rusak/expire. Apabila obat dan BMHP yang rusak/kadaluarsa di
dalam penyimpanan Gudang Farmasi Puskesmas, maka harus dikeluarkan dari
persediaan gudang. Semua obat dan BMHP di Puskesmas yang rusak/kadaluarsa
disimpan terpisah dan tidak berada dalam satu rak dengan barang yang tidak
rusak. Petugas Gudang Farmasi Puskesmas mengirimkan obat dan BMHP yang
rusak/kadaluarsa kepada UPTD IF per 6 bulan sekali yang disertai dengan Berita
Acara Serah Terima Barang yang sudah ditandatangani Kepala Puskesmas.
Pemusnahan dilakukan bertujuan untuk menghindari penyalahgunaan obat dan

27
BMHP yang sudah tidak layak untuk dikelola, menjaga keselamatan pasien dan
terhindar dari pengotoran lingkungan, serta sebagai bentuk pertanggung jawaban
terhadap obat dan BMHP yang dikelola (Permenkes No. 74 Tahun 2016).
h. Pencatatan dan Pelaporan (Administrasi)
Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dilakukan oleh gudang obat
puskesmas dan sub unit. Sarana pencatatan di gudang obat puskesmas antara lain
kartu stok, buku gudang, buku bantu LPLPO, dan LPLPO sub unit. Sarana
pelaporan gudang puskesmas adalah LPLPO puskesmas, rencana kebutuhan obat
dan BMHP disampaikan ke Dinas Kesehatan yang dilakukan setiap awal tahun
anggaran, laporan ketersediaan obat 40 indikator, laporan penggunaan obat
rasional dan laporan PIO serta konseling setiap bulan disampaikan kepada Kepala
Dinas Kesehatan oleh seksi kefarmasian.
Sarana pencatatan di apotek Puskesmas dan Sub Unit lain, meliputi buku
harian dan rekapan pemakaian obat dan BMHP, selanjutnya buku harian dan
rekapan pemakaian obat dan BMHP dapat menjadi data yang digunakan untuk
membuat LPLPO sub unit. Sarana pelaporan apotek dan sub unit adalah LPLPO
sub unit dilaporkan kepada pengelola gudang obat Puskesmas tiap awal bulan.
Laporan pemakaian narkotik dan psikotropika di Puskesmas dan sub unit lainnya
dilakukan secara manual kemudian laporan manual tersebut disampaikan ke
instalasi farmasi kota Bekasi untuk dilaporkan melalui sistem pelaporan narkotik
dan psikotropika atau SIPNAP sebelum tanggal 10 setiap bulannya.
i. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan yang dilakukan terkait pengelolaan obat, ketersediaan obat,
ketepatan permintaan obat, persentase penulisan resep obat generik yang
dilakukan setiap bulan, rata-rata lamanya waktu pelayanan obat, dan persentase
penggunaan obat generik. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesulitan yang
ditemui dalam proses yang sedang berjalan sehingga dapat dicari solusinya dan
meningkatkan kualitas pelayanan dan pengelolaan obat. Salah satu evaluasi yang
dilakukan adalah dengan membandingkan persentase penggunaan obat terhadap
persentase perencanaan obat. Evaluasi tersebut menunjukan nilai yang baik
apabila nilai persentase penggunaan dan perencanaan obat mendekati/sama,
apabila nilai persentase tersebut lebih dari 100% atau kurang dari 100% maka

28
harus dilakukan evaluasi oleh apoteker pengelola. Hal tersebut karena dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain stock mati akibat tidak adanya kejadian untuk
meresepkan obat tertentu, kemungkinan dokter tidak mengetahui ketersediaan
obat yang akan diresepkan, ataupun tidak masuknya obat yang digunakan
difasilitas kesehatan pertama dan pola penyakit yang berbeda.
f) Kegiatan Farmasi Klinis di Puskesmas
a. Pengkajian dan pelayanan resep
Pelayanan resep di Puskesmas Perumnas 2 dilakukan setiap hari Senin hingga
Kamis pukul 07.00 – 14.30 WIB, Jumat pukul 07.00-14.00, dan Sabtu pukul
07.30 – 14.00 WIB melalui alur resep individual. Kegiatan pengkajian resep
dilakukan sebelum pelayanan, yang dimulai dari seleksi administrasi, farmasetik,
dan klinis disertai dengan pemeriksaan ketersediaan obat di gudang apotek.
Apabila pengkajian resep telah sesuai, maka dilakukan penyiapan dan atau
peracikan resep. Sebelum obat diserahkan, dilakukan verifikasi ulang terlebih
dahulu untuk memastikan kesesuaian fisik obat dengan resep. Kemudian,
dilakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) atau konseling oleh apoteker. Hal ini
telah sesuai dengan PMK No.74 Tahun 2016.
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO di Puskesmas Perumnas 2 dilakukan oleh Apoteker
menggunakan metode langsung seperti penyuluhan dan pemberian informasi obat
serta metode tidak langsung seperti poster dan leaflet. Untuk pelaporan PIO dan
konseling dilakukan setiap bulan ke Seksi Kefarmasian Dinas Kesehatan Kota
Bekasi. PIO dilakukan saat penyerahan obat kepada pasien maupun tenaga
kesehatan lain baik lisan atau tulisan. Setiap penyerahan obat perlu meminta tanda
tangan dan nomor telepon di belakang resep, khusus Obat Narkotika dan
Psikotropika ditambahkan alamat pasien. Dalam hal ini ketiga Puskesmas telah
sesuai dengan PMK No 74 tahun 2016.
c. Konseling
Konseling yang dilakukan di Puskesmas Perumnas 2 sudah berjalan dengan
optimal dan dilakukan rutin setiap hari. Tindak lanjut dari kegiatan konseling
adalah dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).
Namun selama pandemik kegiatan (Home Pharmacy Care) di puskesmas

29
Perumnas 2 tidak dilakukan.
d. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Laporan kejadian MESO di Puskesmas Perumnas 2 belum dilakukan secara
optimal karena jarang ditemukannya keluhan dari pasien di Puskesmas atas efek
samping obat yang terjadi.
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan PTO di Puskesmas Perumnas 2 sudah dilakukan.
f. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Kegiatan EPO di Puskesmas Perumnas 2 telah dilakukan EPO terhadap
pasien TB dan HIV.
g) Pelayanan Kesehatan Khusus di Puskesmas
Puskesmas perumnas 2 merupakan satu-satunya satelit puskesmas yang
terpilih untuk akses ARV (Anti Retroviral), sehingga pasien HIV di Kota Bekasi
lebih mudah untuk mendapatkan obat ARV. Untuk melakukan pelayanan program
HIV puskesmas perumnas 2 memiliki ruangan khusus bernama ruang dandelion.
Selain akses ARV, puskesmas perumnas 2 menerima pelayanan test HIV dan
mobile VCT (Voluntary Counselling and Testing). Mobile VCT merupakan
kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas puskesmas di luar tempat
pelayanan berupa pengambilan sampel darah dan konseling dengan
mengikutsertakan LSM atau Griya Patriot Bekasi (GPB).

30
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kegiatan Kefarmasian Dinas Kesehatan pada seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (farmalkes) telah sesuai dengan visi misi yang ada.
2. Pekerjaan Kefarmasian Dinas Kesehatan pada seksi Kefarmasian dan Alat
Kesehatan (farmalkes), dimana tupoksi yang dijalankan sudah sesuai. Dinas
Kesehatan Kota Bekasi pada bagian pengawasan dan pembinaan sarana
kefarmasian baik itu swasta maupun Puskesmas. Untuk UPTD Instalasi
Farmasi pada bagian pengelolaan obat dan BMHP, sedangkan Puskesmas pada
bagian pelayanan.
3. Pengelolaan obat dan BMHP di UPTD Instalasi Farmasi sudah sesuai dengan
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Nomor 440/415/Dinas
Kesehatan tentang Pedoman Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
yang Terintegrasi di Dinas Kesehatan Kota Bekasi
4. Standar Pelayanan Kefarmasian di masing-masing Puskesmas telah sesuai
dengan mengacu pada Permenkes Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian
B. Saran
1. Perlu penambahan sumber daya manusia di bagian farmasi terutama di UPTD
Puskesmas Bintara Jaya dan Apoteker di Puskesmas karena beberapa
Puskesmas di Kota Bekasi belum terdapat Apoteker.
2. Dinas Kesehatan Kota Bekasi perlu memperbanyak kegiatan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian yang dilakukan secara berkala untuk menjamin
keberlangsungan hubungan kerja serta kegiatan pelayanan kefarmasian antara
Apoteker dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan juga standar yang telah ditetapkan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan RI. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1148/Menkes/Per/VI Tahun 2012 tentang Industri Dan Usaha Obat
Tradisional.

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun


2014 tentang Puskesmas.

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun


2014 tentang Klinik.

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 56 Tahun


2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

Menteri Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun


2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor.

Menteri Kesehatan RI. 2016 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 74 tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 49 Tahun


2016 tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Provinsi
Kabupaten/Kota.

Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 Tahun


2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, DanIzin Kerja
Tenaga Kefarmasian.

Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006 Tahun
2012 tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional.

Menteri Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun


2017 tentang Apotek.

32
Menteri Kesehatan RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 57 Tahun
2013 tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional.

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 53 Tahun


2014 tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional.

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun


2014 tentang Industri Dan Usaha Obat Tradisional.

Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


1189/Menkes/Per/VIII Tahun 2010 tentang Produksi Alat Kesehatan Dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
Menteri Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1191/Menkes/Per/VII Tahun 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan.
Menteri Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 62 Tahun
2017 tentang Izin Edar Alat Kesehatan Di/agnostik Invitro Dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga.
Kepala BPOM RI. 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pemberian Sertifikat Produksi Pengan Industri Rumah Tangga.

Presiden RI. 2018. Peraturan Presiden RI Nomor 16 Tahun 2018 tentang


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Presiden RI. 2018. Peraturan Presiden RI Nomor 91 Tahun 2017 tentang


Percepatan Pelaksanaan Berusaha.

Walikota Bekasi, 2018. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 92 Tahun 2018


tentang Tugas Pokok dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Daerah Pada Badan dan Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota
Bekasi.

Walikota Bekasi, 2019. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 19 Tahun 2019


tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Serta
Tata Kerja Pada Dinas Kesehatan Kota Bekasi.

33
Walikota Bekasi, 2018. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 23 Tahun 2018
tentang Penyelenggaraan Toko Alat Kesehatan

Walikota Bekasi, 2018. Peraturan Walikota Bekasi Nomor 24 Tahun 2018


tentang Penyelenggaraan Perusahaan Rumah Tangga Alat Kesehatan Dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.

34
Lampiran 1. Struktur Organisasi Dinkes Kota Bekasi
Lampiran 2.
Struktur
Organisasi UPTD
Puskesmas
Bintara Jaya

35
Lampiran 2. Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Perumnas ILampiran

36
Lampiran 3. Gudang UPTD Instalasi Farmasi

37
Lampiran 4. Lemari Penyimpanan Obat-obat Narkotika,Psikotropika dan
Obat-Obat tertentu (OOT) di UPTD Instalasi Farmasi

38
Lampiran 5. Tempat Penyimpanan Vaksin dan Obat-obat Termolabil di
UPTD Instalasi Farmasi

39
Lampiran 6. Kartu Stok UPTD Instalasi Farmasi

40
Lampiran 7. Formularium Puskesmas Kota Bekasi

41
Lampiran 8. Lemari Penyimpanan Obat dan Tempat Penyimpanan Obat
Termolabil di Puskesmas

42
Lampiran 9. Tempat Penyimpanan Obat-Obat Narkotika dan Psikotropika
di Puskesmas

43
Lampiran 10. Alur Permintaan dan Penerimaan Obat UPTD Puskesmas

Persetujuan dan tanda


UPTD Puskesmas Mengajukan
tangan Kepala
LPLPO
Puskesmas

Serah terima LPLPO ke


Dinkes

Disposisi Kepala Dinkes

UPTD Instalasi Farmasi

Mempersiapkan Obat
dan BMHP

Distribusi ke Puskesmas

Serah terima dan


pengecekan

Penyimpanan dan
Pencatatan

44
Lampiran 11. Alur Pelayanan Resep UPTD Puskesmas Perumnas II

Diberi Nomor Antri

Diberi nomor antri

Skrining resep

Skrining resep

45
Lampiran 12. Alur Perizinan Apotek

Apoteker penanggung jawab apotek (APJ)/


pemilik toko obat/ pemilik UMOT

Mengajukan permohonan izin apotek/ toko obat/ UMOT

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu


Satu Pintu (DPMPTSP)

Mengirimkan berkas permohonan izin satu rangkap

Dinas Kesehatan Kota Bekasi

-Memeriksa kelengkapan berkas digunakan sebagai catatan


saat visitasi
- peninjauan lokasi

Apotek /toko obat/UMOT

Berita acara hasil pemeriksaan Tidak memenuhi syarat

3 Hari kerja

Memenuhi persyaratan

Melengkapi Tidak Melengkapi


kekurangan Hasil kekurangan Hasil
pemeriksaan Pemeriksaan

Surat Rekomendasi
Izin Apotek/Toko
Obat/UMOT

Dinas Penanaman modal dan Sura Penundaan Rekomendasi izin


Pelayanan Terpadu Satu Pintu Apotek/ Toko Obat/ UMOT
(DPMPTSP)

Surat Rekomendasi izin Apotek/ Toko Obat/


UMOT dari Dinkes kota Bekasi

Surat Izin Apotek/Toko Obat/UMOT

46
Lampiran 13. Kertas Resep dan tiket

47
Lampiran 14. Rancangan Kebutuhan Obat UPTD Puskesmas Perumnas II

DAFTAR USULAN KEBUTUHAN OBAT-OBATAN PKD TAHUN 2021


UPTD PUSKESMAS PERUMNAS II

RATA-RATA Rencana KEBUTUHAN


RKO
HARGA PEMAKAIAN Kebutuhan SETAHUN TOTAL
NO NAMA OBAT SATUAN 2020
SATUAN 2020 (jan sd 2021 (pemakaian 12 HARGA
(perbulan)
Oktober 2020) (Perbulan) bln +3 bln
buffer)
1 2 3 4 5 6 7 8=7*15bln 9=8*4
I OBAT CATALOG
1. SEDIAAN ORAL TAB/KAPSUL
1
2
3
TOTAL NILAI KEBUTUHAN
Bekasi,
Mengetahui
Pengelola Obat Puskesmas Kepala UPTD Puskesmas

48
Lampiran 15. Form LPLPO Puskesmas

LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) PUSKESMAS

PUSKESMAS : PERUMNAS II DOKUMEN NOMOR TGL


KECAMATAN : BEKASI SELATAN PELAPORAN : PUSKESMAS
PROVINSI : JAWA BARAT PERMINTAAN : DINKES
IF

PENGELUARAN
STOCK STOCK KEBUTUHA P E MB E RIA
NO NAMA OBAT SAT PENERIMAA PERSEDIAA STOCK OPT PERMINTAA KET
AWAL PEMAKAIAN ED/RUSAK RECALL AKHIR N N
N N N
PERBULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

A. OBAT-OBATAN

1. SEDIAAN ORAL TAB/KAPSUL

JUMLAH R/ PERSENTASI RESEP DENGAN


KUNJUNGAN RESEP JUMLAH JENIS OBAT POLIFARMASI
DENGAN ANTIBIOTIK

Mengetahui/Menyetujui Yang Menyerahkan Yang Melaporkan Yang Menerima Pengelola Obat


Kabid SDK Ka UPTD Instalasi Farmasi Kepala UPTD bendahara barang Puskesmas
Dinas Kesehatan Kota Bekasi

dr. Fikri Firdaus, MKKK Devi Aulia, S.Si , Apt drg. Ariska Agustina drg. Meirini regina dau Desmeri, S.Si,.Apt
NIP.19790926 200902 1 001 NIP. 19760314 200501 2010 NIP. 19810810 200801 2 013 NIP. 19780504 200604 2 010 NIK TKK. 6823

49
Lampiran 16. Laporan Narkotika dan Psikotropika UPTD Puskesmas Perumnas II
LAPORAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA TAHUN 2020
UPTD PUSKESMAS PERUMNAS II

NO BULAN DIAZEPAM 2 MG TABLET DIAZEPAM RECTAL 5 MG(stesolid) PHENOBARBITAL 30 MG CODEIN 10 MG TABLET


SAW T P K SAK SAW T P K SAK SAW T P K SAK SAW T P K SAK
1 JANUARI
2 PEBRUARI
3 MARET
4 APRIL
5 MEI
6 JUNI
7 JULI
8 AGUSTUS
9 SEPTEMBER
10 OKTOBER
11 November
12 Desember
JUMLAH 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mengetahui Bekasi,
Ka UPTD Puskesmas Perumnas II Petugas Pengelola Obat

drg. Ariska Agustina Desmeri,Ssi.Apt


NIP.19810810 200801 2 013 NIK. 6823

50
Lampiran 17. Laporan Bulanan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas

Laporan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


Tahun 2020

Nama Puskesmas :
Jenis Puskesmas :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Laporan Bulan/Tahun :

Sumber Daya Manusia


1 Jumlah Apoteker ASN
2 Jumlah Apoteker Non ASN
3 Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) ASN
4 Jumlah Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) Non ASN

Pelayanan Kefarmasian
1 Jumlah Pengkajian dan Pelayanan Resep
2 Jumlah Konseling
3 Jumlah Infomasi Obat

Mengetahui Bekasi,
Kepala Puskesmas Penanggung Jawab Farmasi

NIP.-

Laporan ditujukan kepada :


1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
3. Direktorat Pelayanan Kefarmasian - Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan

51
Lampiran 18. Surat Bukti Barang Keluar

52
Lampiran 19. Berita Acara Serah Terima Obat

53
Lampiran 20. Penyiapan Obat dan Pelayanan Informasi Obat di Puskesmas
Perumnas II

54
Lampiran 21. Pemberian Informasi Obat dengan Leaflet di Puskesmas
Perumnas II

55
Lampiran 22. Penyuluhan di Puskesmas Perumnas II

56

Anda mungkin juga menyukai