Anda di halaman 1dari 13

1

BAB IV
KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi (RSIJPK) dilaksanakan pada tanggal 22 Mei – 20 Juni 2017.
Praktek kerja dimaksudkan agar calon apoteker memiliki pengalaman dalam
menghadapi dunia kerja dan mampu terjun langsung ke masyarakat guna
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengamatan peran apoteker di rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada
pasien (Depo Farmasi).
Tabel 1. Kegiatan Harian Praktek Kerja Profesi Apoteker Di RSIJ Pondok Kopi
No Waktu Lokasi Kegiatan
1. 22 Mei 2017 Depo 1. Mempelajari sistem pelayanan resep
Eksekutif 2. Mempelajari sistem penyimpanan obat di
depo eksekutif
3. Mempelajari penyiapan obat pasien
2. 23 Mei 2017 Depo IGD 1. Mempelajari sistem pelayanan resep di
depo IGD
2. Mempelajari menyiapkan permintaan
obat dan alkes untuk pasien
3. 24-29 Mei 2017 Logistik 1. Mempelajari sistem distribusi obat untuk
masing-masing depo
2. Mempelajari sistem penerimaan obat
3. Mempelajari sistem penyimpanan obat
di logistik obat
4. Membantu menyiapkan obat yang
dibutuhkan masing-masing depo
4. 30 Mei 2017 Kesling Diskusi penanganan limbah rumah sakit
5. 31 Mei 2017 Unit 1. Mempelajari sistem distribusi alkes
untuk masing-masing depo
2. Mempelajari menyiapkan alkes yang
dibutuhkan masing-masing depo
6. 2 Juni 2017 CSSD Diskusi tentang CSSD
7. 5 Juni 2017 Depo OK 1. Mempelajari sistem penyiapan obat dan
alkes di depo OK
2. Mempelajari penyiapan obat dan alkes
2

untuk keperluan operasi dan anastesi

8. 6-15 Juni 2017 Depo 1. Mempelajari sistem pengadaan barang di


Rawat depo rawat inap
Inap 2. Mempelajari sistem penyimpanan obat di
rawat inap
3. Mempelajari sistem pelayanan resep
4. Skrining resep
5. Membantu menyiapkan obat dan alkes
untuk pasien
6. Melakukan kegiatan Unit Dose
Dispensing
7. Melakukan pemantauan terapi obat di
ruang perawatan
9 16-20 Depo 1. Mengamati sistem pelayanan resep
BPJS 2. Mengamati sistem penyimpanan
3. Melakukan cek stok obat
4. Melakukan penarikan obat kadaluwarsa
5. Mencatat waktu tunggu resep
6. Membantu penyiapan obat pasien

B. Pembahasan
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai di RSIJPK
a. Pemilihan
Pemilihan obat di RSIJPK dilakukan oleh Komite Farmasi dimana
daftar obat yang diusulkan merupakan usulan dari staf medik fungsional.
Data yang diusulkan meliputi nama obat, bentuk sediaan, kekuatan
sediaan, nama pabrik obat serta dokumen Evidence Based Medicine
(EBM). Selanjutnya bersama KFT melakukan pertimbangan rasionalitas
farmakoterapi berdasarkan EBM dan dasar pertimbangan bisnis.
Sedangkan untuk alat kesehatan ditentukan oleh tim Health Technology
Assesment (HTA) dengan mempertimbangkan kualitas dan harga.
Kemudian direksi akan menetapkan dan memberlakukan Formularium
RSIJPK.
3

Proses penawaran dilakukan pada bulan maret dan september.


Untuk proses negosiasi harga dan diskon dilakukan oleh Central
Purchasing yaitu Koperasi Sinergi Surya Medika (SSM) yang merupakan
koperasi milik muhammadiyah, sistem ini mengharuskan industri farmasi
melakukan penawaran langsung kerjasama kepada koperasi SSM.
Penyusunan dan revisi formularium rumah sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat
agar dihasilkan formularium rumah sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan obat yang rasional.
b. Perencanaan
Perencanaan pembelian obat dan alat kesehatan di RSIJPK
menggunakan kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi
yang berdasarkan data pemakaian sebelumnya, anggaran yang tersedia
untuk perencanaan tahunan, penetapan prioritas (ABC) dan defekta untuk
perencanaan harian. Untuk pasien BPJS, pemilihan obat dilakukan
berdasarkan e-catalog, LKPP, dan FORNAS. Sedangkan jaminan in
health berdasarkan aplikasi SIMO.
c. Pengadaan
Sistem pengadaan perbekalan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai (BMHP) di RSIJPK dilaksanakan oleh bagian
gudang logistik. Pertama, pengadaan dapat dilakukan dengan pembelian
langsung ke PBF (Perusahaan Besar Farmasi) dengan menggunakan surat
pesanan. Pembelian dilakukan berdasarkan surat pesanan barang yang
ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala Logistik yang
ditujukan kepada distributor dengan mengacu pada analisa stok
(koordinator gudang) dan defecta (pemakaian sediaan farmasi).
Pembelian untuk poli kulit, poli gigi, dan laboratorium dilakukan secara
tentatif tergantung permintaan poli tersebut. Setelah barang datang maka
langsung didistribusikan ke poli masing-masing. Jika terjadi kekosongan
obat, dapat dilakukan pembelian CITO dengan mencari di apotek sekitar
dengan copy resep dan apotek rekanan dengan membuat PO.
4

Kedua, pengadaan dapat dilakukan dengan menerima obat donasi/


hibah. Obat donasi yaitu obat baru yang diberikan oleh supplier dan juga
donasi dari DINKES. Obat donasi/ hibah harus disertai dengan sertifikat
analisa dan bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet (MSDS). Selain itu sediaan farmasi dan alat kesehatan harus
mempunyai Nomor Izin Edar (NIE) dan expired date minimal 2 (dua)
tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan tertentu (vaksin,
reagensia, dan lain-lain).
d. Penerimaan
Penerimaan barang dari distributor dilakukan di gudang logistik
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK. Khusus
untuk narkotika, barang diterima oleh apoteker yang telah mempunyai
STRA. Barang yang diterima harus disertai faktur pembelian yang
digunakan untuk menyesuaikan nama dan jumlah barang dengan surat
pesanan kemudian kondisi fisik barang dan expired date. Jika obat sudah
sesuai antara faktur dan surat pesanan selanjutnya dibuat Berita Acara
Penerimaan Barang 2 rangkap kemudian diserahkan ke bagian keuangan.
Berita Acara Penerimaan Barang ini sebagai kelengkapan administrasi
dan digunakan apabila diperlukan. Semua dokumen terkait penerimaan
harus tersimpan dengan baik.
e. Penyimpanan
Penyimpanan sediaan di logistik obat di RSIJPK disusun
berdasarkan bentuk sediaan, jenis bahan dan suhu penyimpanan dan
diurutkan secara alfabetis dengan menggunakan sistem FEFO (First
Expired First Out) dan FIFO. Sediaan farmasi yang memiliki suhu
penyimpanan khusus, disimpan dalam lemari pendingin yang dilengkapi
termometer.
Obat narkotika dan psikotropika dipisah penyimpanannya dari
sediaan lain. Narkotika disimpan dalam lemari double lock, yang mana
kuncinya menyilang dan dipegang oleh apoteker. Untuk obat Narkotika
di RSIJPK disimpan sentral di farmasi outlet BPJS. Obat High Alert
5

penyimpanannya juga di lemari terpisah, tapi yang membedakan dengan


lemari sediaan farmasi lainnya adalah pemberian tanda merah di
sekeliling tempat penyimpanan dan bertuliskan High Alert serta
dilakukan pengecekan berulang pada setiap wadah obatnya. Untuk obat
LASA/NORUM di setiap kotak penyimpanannya diberi stiker LASA dan
diberi jarak 1-2 obat yang tidak termasuk LASA.
f. Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang
bersumber dari gudang logistik maupun pelayanan unit, berdasarkan
permintaan dari masing-masing depo (baik farmasi maupun ruang
perawatan) yang dilakukan secara komputerisasi. Pemenuhan permintaan
disesuaikan dengan jumlah stok yang ada di logistik maupun pelayanan
unit. Sedangkan distribusi obat ke pasien menggunakan sistem resep
individual (rawat jalan), untuk pasien rawat inap menggunakan sistem
resep individual dan sistem distribusi unit dose. Pengawasan dan
pengendalian pendistribusian dibutuhkan untuk tetap menjamin mutu,
stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
g. Pemusnahan
Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang tidak
digunakan lagi harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kemenkes RI,
2016). Pemusnahan yang dilakukan di instalasi farmasi RSIJPK terhadap
sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang sudah kadaluwarsa
menggunakan incenerator dimana bagian kesling RSIJPK bekerja sama
dengan pihak ketiga. Pemusnahan terhadap resep yang telah disimpan
sekurang-kurangnya selama 3 tahun dilakukan dengan cara dibakar yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan. Pemusnahan resep non
narkotika dilakukan dengan ditimbang terlebih dahulu, sedangkan untuk
resep narkotika dihitung lembar resepnya kemudian dibakar.
h. Pengendalian
6

Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP yang


dilakukan di RSIJPK yaitu dengan cara menggunakan kartu stok. Selain
itu dilakukan analisis ABC, evaluasi obat slow moving (3 bulan), evaluasi
obat tidak laku (6 bulan) dan stock opname yang dilakukan 1 tahun dua
kali. Stock opname ini berfungsi untuk mengetahui jumlah aset yang
dimiliki oleh IFRS yang kemudian digunakan sebagai laporan keuangan
rumah sakit serta untuk memastikan expired date dari masing-masing
obat.
i. Pelaporan
Pelaporan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan
kepada Suku Dinas Kesehatan wilayah setempat dengan menggunakan
program SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) yang
berisi laporan pemakaian obat, pemasukan dan sisa obat Narkotika dan
Psikotropika seluruh unit di RSIJPK oleh Manajer Farmasi.
Pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika tersebut paling
sedikit terdiri dari :
1) Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika dan Psikotropika.
2) Jumlah sediaan awal dan akhir bulan.
3) Jumlah yang diterima dan yang diserahkan.
2. Unit-Unit Pelayanan Farmasi di RSIJ Pondok Kopi
a. Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan
Unit pelayanan farmasi rawat jalan di RSIJPK merupakan farmasi
utama. Outlet ini melayani pasien BPJS, asuransi dan pengobatan umum
dengan loket yang terpisah.
Di RSIJPK hanya terdapat terdapat 1 jenis resep yaitu resep
manual. Untuk resep manual pasien menyerahkan resep ke depo farmasi.
Resep yang diterima oleh petugas farmasi dilakukan penyiapan obat dan
penulisan etiket. Etiket terdiri dari etiket printed dan manual. Pada etiket
manual dicantumkan nomor resep, nama pasien, nama obat dan aturan
pakai. Sedangkan etiket printed dicantumkan nomor rekam medik,
tanggal lahir, nama pasien, nomor resep, dan nama dokter. Setelah obat
7

selesai dikemas dilakukan pengecekan ulang oleh petugas farmasi


kemudian disusun berdasarkan nomor antrian. Sebelum diserahkan
kepada pasien petugas farmasi bagian penyerahan kembali mengecek
ulang obat yang akan diberikan tujuannya agar tidak terjadi kesalahan
pada penyerahan obat. Pada proses penyerahan obat, petugas
memberikan informasi secara jelas kepada pasien tentang nama obat,
kegunaan maupun cara pakai supaya pasien patuh terhadap terapi.
b. Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap
Kegiatan di unit pelayanan farmasi rawat inap di RSIJPK yaitu
melayani amprahan alat kesehatan per pasien per hari dan resep untuk
pasien rawat inap berupa Unit Dose Dispensing yang dibagi menjadi 2
shift yaitu pagi dan sore, dan pelayanan farmasi klinis. Pelayanan farmasi
klinis meliputi rekonsiliasi obat, Monitoring Efek Samping Obat
(MESO), Pemantauan Terapi Obat (PTO), dan Pelayanan Informasi Obat
(PIO) untuk pasien pulang serta cek obat high alert, emergency kit, dan
IV admixture.
Sistem pelayanan resep di RSIJPK yang dilakukan untuk melayani
pasien rawat inap adalah Unit Dose Dispensing (UDD). Pelayanan UDD
ini ditujukan untuk semua pasien rawat inap di kelas I, II, III, dan VIP.
Ruangan di RSIJPK yang sudah menggunakan sistem distribusi UDD,
antara lain: An-Nur I, An-Nur II, An-Nas I, An-Nas II, An-Nashr I, An-
Nashr II, dan An-Najmi. Pelayanan ini dilakukan senin sampai sabtu
dengan metode dispensing dan pengendalian obat dilakukan oleh petugas
farmasi di rawat inap. UDD dilakukan untuk obat oral dan injeksi. Obat
dikemas dalam kemasan unit tunggal dan di dispensing dalam bentuk
siap pakai. Obat yang disiapkan dimasukkan dalam klip wadah yang
warnanya berbeda-beda untuk pemberian pagi, siang, sore dan malam.
Setelah etiket lengkap, selanjutnya obat yang telah disiapkan diserahkan
kepada perawat di ruang perawatan. Pada hari sabtu, pelayanan UDD
untuk pasien dipersiapkan untuk dua hari ke depan yakni minggu dan
senin sampai jam UDD selanjutnya.
8

c. Pelayanan Unit
Pelayanan unit hanya 1 shift yaitu jam 07.30 – 16.30. Pelayanan
unit merupakan kegiatan untuk melayani permintaan dari ruangan
perawatan, poliklinik dan unit terkait lainnya di RSIJ Pondok Kopi sesuai
dengan daftar standar obat dan alkes di ruang perawatan dan poliklinik
RSIJ Pondok Kopi, yang disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi dan
ditetapkan oleh direksi. Tugas dan tanggung jawab pelayanan unit adalah
menyediakan obat dan alkes untuk keperluan ruangan keperawatan,
poliklinik dan bagian lain di RSIJ Pondok Kopi.
Tujuan pelayanan unit adalah melayani pasien yang di rawat inap
atau rawat jalan yang membutuhkan obat dan alkes secara cepat karena
kegawatan, pemakaian rutin atau paket tindakan untuk kepentingan
pasien yang bersangkutan. Permintaan barang dilaksanakan setiap hari
senin, rabu, dan jumat sesuai dengan kebutuhan unit kerja. Permintaan
dapat berasal dari rawat jalan, rawat inap, unit hemodialisa, IGD, dan
OK. Pelayanan unit hanya menyiapkan obat dan alkes untuk perawatan
umum. Setiap unit yang bersangkutan membuat permintaan (amprahan)
satu hari sebelumnya agar pelayanan unit dapat menyiapkan permintaan
tersebut. Kemudian petugas pelayanan unit menginput permintaan obat
dan alkes tersebut secara komputerisasi.
Pelayanan Unit di RSIJ Pondok Kopi meliputi kegiatan produksi
dan repacking. Kegiatan yang dilakukan antara lain pembuatan obat
nonsteril dan pengenceran. Untuk produksi sediaan nonsteril, seperti
handrub. Sedangkan untuk kegiatan repacking adalah perhydrol 3%,
betadine 50 mL, 100 mL, 200 mL, dan 250 mL. Setelah selesai setiap
produk yang diproduksi ataupun di repacking diberi label nama,
kekuatan/volume, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluwarsa.
d. Unit Pelayanan Farmasi IGD
Depo IGD dibuka 24 jam untuk melayani permintaan dari perawat
atas instruksi dokter IGD yang bersifat emergency. Permintaan obat dan
alkes menggunakan form permintaan obat dan alkes. Obat dan alkes ini
9

disiapkan oleh tenaga teknis kefarmasian. Ada beberapa paket alkes yang
disediakan oleh depo farmasi di IGD. Hal ini untuk mempermudah dan
mempercepat pengadaan obat/alkes apabila akan ada tindakan yang
dilakukan oleh perawat.
1) Paket nebu: sungkup, ventolin, farbivent.
2) Paket NGT: NGT, spuit 50 cc catheter tip.
3) Paket urin: urine bag, folley catheter, water for injection 25 mL,
spuit 5 cc dan 20 cc.
4) Paket infus: cairan dasar, infus set, soft cloth, iv catheter, alcohol
swab.
5) Paket jahit: softsilk, lidocain, spuit 5 cc.
6) Paket syringe pump : NaCl 25 mL, spuit 50 cc, extention tube.
e. Unit Pelayanan Farmasi OK dan ICU
Depo OK dan anastesi dibuka 24 jam untuk menyediakan
kebutuhan obat dan alkes yang dibutuhkan di kamar bedah, anastesi dan
ICU. Penanggung jawab depo OK dan anastesi adalah tenaga teknis
kefarmasian dan bertanggung jawab langsung ke Ka.Ur Farmasi Rawat
Inap. Depo OK menyiapkan beberapa paket untuk operasi, seperti: CVD
set, catheter set, paket HCU, paket injeksi, paket spinal, paket suction
cannula, paket NGT stomach tube atau feeding tube, paket anastesi
spinal dan paket anastesi umum.
Setiap pagi petugas farmasi di depo OK melakukan pendataan
keperluan tindakan operasi selama satu hari. Lalu petugas farmasi
menyiapkan obat- obatan injeksi dan alkes sesuai daftar barang yang
dibutuhkan ke dalam kontainer, setiap kontainer diberi nama pasien dan
nama operasi pasien yang bertujuan untuk menghindari kesalahan atau
tertukar pada saat akan digunakan.
f. Cental Sterilization Supply Departement (CSSD)
CSSD di RSIJ Pondok Kopi bertugas untuk menyediakan fasilitas
dan menyelenggarakan pelayanan sterilisasi. Kegiatan yang dilakukan
CSSD adalah pelayanan sterilisasi alat kesehatan dan instrumen untuk
10

semua ruang di RSIJ Pondok Kopi yang membutuhkan peralatan steril.


Adapun fungsi dari CSSD meliputi penerimaan barang yang akan
disterilkan, dekontaminasi, proses sterilisasi, pengemasan, penyimpanan,
dan pendistribusian. Indikasi keberhasilan rumah sakit adalah menekan
angka infeksi atau rendahnya infeksi nosokomial di rumah sakit sehingga
CSSD merupakan salah satu unsur penting di rumah sakit yang terlibat
dalam proses pencegahan dan pengurangan tingkat infeksi nosokomial.
Adapun alur barang keluar masuk di CSSD yaitu pada saat
menyerahkan barang yang akan disterilkan petugas mengisi form bon
penerimaan/ pengambilan barang, catat nama ruangan, nama alat yang
akan disterilkan satu persatu dan jumlah alatnya, tanda tangan petugas
yang menyerahkan dan yang menerima.
3. Pelayanan Farmasi Klinik di RSIJ Pondok Kopi
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin (Kemenkes RI, 2016). Pelayanan farmasi klinik meliputi:
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian dan pelayanan resep meliputi pengkajian administrasi,
kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Pelayanan resep dimulai
dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai termasuk
peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Kegiatan ini
untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.
Di Rumah Sakit RSIJPK sudah melakukan pengkajian dan
pelayanan resep untuk menjamin pemberian obat dengan adanya telaah
resep meliputi aspek : kejelasan penulisan resep, benar nama pasien,
11

benar nama obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian,
benar cara pemberian, ada tidaknya polifarmasi, ada tidaknya duplikasi,
interaksi obat yang mungkin terjadi, ada tidaknya kontraindikasi dan
alergi (Lampiran 5). Pengkajian / telaah resep dilakukan oleh Apoteker di
RSIJPK.

b. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat dilakukan pada pasien rawat inap. Rekonsiliasi
dilakukan oleh petugas farmasi atau perawat dengan cara melakukan
wawancara kepada pasien atau keluarga pasien. Pencatatan yang
diverifikasi dalam rekonsiliasi obat meliputi nama obat, dosis, frekuensi,
rute pemberian, obat mulai diberikan, tindak lanjut (diganti, dilanjutkan
atau dihentikan) (Lampiran 9). Kemudian dilakukan pembandingan
dengan obat yang di order pertama kali pada saat masuk rawat inap bila
ada ketidakcocokan maka dokter harus dihubungi kurang dari 24 jam.
Apabila ada perubahan terapi maka harus dilakukan komunikasi dengan
pasien dan/atau keluarga pasien atau perawat.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Kegiatan PIO yang dilakukan oleh RSIJPK meliputi menjawab
pertanyaan dan memberi informasi kepada pasien terkait nama obat,
aturan pakai, dan cara penggunaan obat kepada pasien, menyediakan
informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan
formularium rumah sakit, dan melakukan pendidikan berkelanjutan bagi
tenaga kefarmasian. PIO dilakukan pada pasien rawat inap yang akan
pulang oleh apoteker. Apoteker melakukan PIO langsung ke kamar rawat
pasien yang akan pulang dengan menjelaskan nama obat, cara
penggunaan, kegunaan obat, perhatian khusus pada obat (bila ada) dan
cara penyimpanan obat.
d. Konseling
Kegiatan konseling obat di RSIJPK belum dilakukan secara
maksimal dimana apoteker tidak selalu memberikan konseling terhadap
12

pasien-pasien yang seharusnya mendapatkan konseling, kegiatan


konseling hanya dilakukan atas permintaan pasien sedangkan pasien di
RSIJPK rata-rata jarang meminta apoteker untuk melakukan konseling
terhadap obat yang mereka terima sehingga kegiatan konseling sangat
jarang dilakukan.
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Di RSIJPK, PTO meliputi informasi mengenai pasien (nama, No.
RM, jenis kelamin dan tanggal lahir), penilaian yang diamati (kesesuaian
instruksi pengobatan dengan obat yang diberikan, alergi obat), efek yang
mungkin terjadi, tindak lanjut petugas dan tanda tangan petugas. PTO
dilakukan di rawat inap oleh apoteker setiap hari pada saat pengecekan
obat – obat yang sudah disiapkan secara unit dose distribution (UDD).
Apabila ada ketidakcocokan, apoteker menghubungi dokter untuk
mendapatkan solusi dan diinformasikan ke perawat.
f. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Di RSIJPK, MESO dilakukan bila ada laporan dari pasien.
Apoteker menggali informasi apa saja yang dikeluhkan oleh pasien dan
obat apa saja yang sedang dikonsumsi. Informasi tersebut ditulis di
lembar MESO, yang kemudian dikaji secara lengkap dan memastikan
bahwa efek samping yang ditimbulkan memang dari obat tersebut.
Apabila terbukti, maka laporan mengenai efek samping ini disampaikan
ke tim farmasi dan terapi untuk dikaji lebih lanjut apakah efek samping
tersebut berbahaya atau tidak bagi pasien. Bila efek samping tersebut
membahayakan pasien, maka tim farmasi dan terapi mengisi lembar
monitoring efek samping obat kemudian dikirim ke Badan POM.
g. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril harus dilakukan di IFRS dengan teknik
aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi
petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat. Kegiatan dispensing steril yang dilakukan di
RSIJ Pondok Kopi yaitu:
13

Pencampuran Obat Suntik


Melakukan pencampuran obat suntik sesuai dengan kebutuhan
pasien, salah satunya dengan mencampur sediaan intravena dengan
sediaan intravena lain maupun sediaan intravena ke dalam cairan infus.
Pencampuran obat suntik di Farmasi RSIJPK dilakukan untuk obat-obat
elektrolit pekat (NaCl 3%, MgSO4 20% dan 40 %, Meylon, KCl,
Dextrose 40%) dan antibiotik untuk pemakaian infus intravena.
Sedangkan untuk antibiotik pemakaian bolus masih dilakukan
pencampuran oleh perawat di ruang rawat inap. Alurnya adalah dokter
menulis intruksi di resep, kemudian perawat menyalinnya ke form
permintaan pencampuran obat. Setelah itu di kirim ke farmasi, diinput
harganya kemudian dilakukan pencampuran di ruangan khusus. Dan
diserahkan oleh Apoteker atau TTK kepada perawat.

Anda mungkin juga menyukai