Anda di halaman 1dari 136

LAPORAN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


FARMASI PERAPOTEKAN

APOTEK KIMIA FARMA PELENGKAP RSUP


dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
PERIODE 09 JANUARI – 03 FEBRUARI 2017

NUR AISYAH
151 2016 0022

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Program Pendidikan Profesi Apoteker

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah penulis ucapkan selain


rasa syukur kehadirat Allah Subhanahuwata’ala, atas nikmat kesehatan
dan kesempatan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas khusus Praktik Kerja Profesi Apoteker di Apotek
Kimia Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Profesi
Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
Penulismenyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
banyak terimakasih yang tulus kepada :
1. Bapak Bayu Budi Santoso, S.Farm., Apt. selaku pembimbing dan
Manajer Apotek Kimia Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
2. Bapak Muhardiman, S.Si., Apt, selaku Manajer Bisnis Apotek Kimia
Farma Wilayah Makassar.
3. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Bapak Rahmat
Kosman,S.Si.,M.Kes.,Apt.,Wakil Dekan I Ibu Nurlina., S.Si.,M.Si.,Apt,
Wakil Dekan II Ibu Rahmawati, S.Si.,M.Kes.,Apt,dan Wakil Dekan III
Bapak Herwin,S.Farm.,M.Si.
4. Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas Muslim Indonesia
Bapak Muzakkir Baitz.,S.Si.,M.Si.,Apt.
5. Koordinator PKPA Farmasi Perapotekan Fakultas Farmasi Universitas
Muslim Indonesia Bapak Hendra Herman.,S.Farm.,M.Sc.,Apt.
6. Segenap dosen-dosen, pegawai dan pengelola Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
7. Seluruh staf, karyawan dan karyawati Apotek Kimia Farma Pelengkap
RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
8. Rekan mahasiswa Program Profesi Apoteker Universitas Muslim
Indonesia khususnya peserta PKPA Farmasi Perapotekan Apotek
Kimia Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
atas kerja samanya selama pelaksanaan PKPA Perapotekan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan
semua pihak khususnya dalam pengembangan ilmu kefarmasian.

Makassar, Februari 2017


Penulis

Nur Aisyah
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Tujuan PKPA Apotek 2

I.3 Manfaat PKPA Apotek 3

I.4 Waktu Pelaksanaan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Apotek 4

II.1.1 Pengertian Apotek 4

II.1.2 Landasan Hukum Apotek 4

II.1.3 Tugas dan Fungsi Apotek 6

II.1.4 Persyaratan Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek 6

II.1.5 Apoteker Pengelola Apotek 12

II.1.6 Pencabutan Surat Izin Apotek 14

II.1.7 Operasional Apotek 15

II.2 Tinjauan Pustaka Kimia Farma 26

II.2.1 Sejarah Kimia Farma 26


II.2.2 Struktur Organisasi 27

II.2.3 Budaya Perusahaan 27

II.2.4 Kegiatan Usaha Kimia Farma Apotek 29

II.2.5 Kimia Farma Bisnis Manager Makassar 30

II.2.6 Apotek Kimia Farma Pelengkap 32

II.3 Tinjauan Pustaka Tugas Khusus 32

II.3.1 Analisa Penolakan Resep 32

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil dan Kegiatan Umum 35

III.1.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi 40

III.1.2 Pelayanan Resep 43

III.1.3 Menajerial Apotek 77

III.1.4 Studi Kelayakan Apotek 78

III.2 Hasil dan Kegiatan Khusus 94

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan 97

IV.2 Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 99

LAMPIRAN 100
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Persyaratan Administrasi Resep Racikan 47

2. Persyaratan Administrasi Resep Narkotika 60

3. Persyaratan Administrasi Resep Injeksi 66

4. Persyaratan Administrasi Resep Penggunaan Khusus 72

5. Tabel Pareto Penolakan 128

6. Tabel Analisis Penolakan 129


DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek 100
2 Struktur Organisasi Kimia Farma Unit Makassar 101
3 Struktur Organisasi Kimia Farma Pelengkap 102
4 Skema Pengadaan Perbekalan Farmasi 103
5 Skema Pengadaan Narkotika 104
6 Skema Pengadaan Psikotropika 104
7 Form Surat Pesanan Narkotika 105
8 Form Surat Pesanan Psikotropika 106
9 Form Surat Pesanan Obat Jadi Prekursor Farmasi 107
10 Form Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika 108
11 Form Laporan Penggunaan Morphin, Pethidin, dan
Derivatnya 109
12 Form Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika 110
13 Form Laporan Penggunaan Sediaan Mengandung
Prekursor 111
14 SOP Pelayanan Residensial (Home Care) 112
15 SOP Pelayanan Informasi Obat 113
16 SOP Perencanaan Perbekalan Farmasi 114
17 SOP Pengadaan Perbekalan Farmasi 115
18 SOP Penerimaan Perbekalan Farmasi 116
19 SOP Penyimpanan Perbekalan Farmasi 117
20 SOP Pembayaran Perbekalan Farmasi 118
21 SOP Pengelolaan Perbekalan Farmasi Kadaluarsa/Rusak 119
22 SOP Pemeriksaan Tanggal Kadaluarsa Perbekalan Farmasi 120
23 SOP Pembuatan Pemusnahan Perbekalan Farmasi 121
24 Daftar Wajib Obat Apotek (DOWA) Bagian 1 122
25 Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Bagian 2 124
26 Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Bagian 3 126
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1 Grafik Pareto Penolakan 128

2 Dena Apotek Kimia Farma Pelengkap 132

3 Dena Lokasi Apotek (Studi Kelayakan) 133


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan


praktik kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker (Permenkes, 2014). Sesuai ketentuan perundangan yang
berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional.
Dalam mengelola apotek, apoteker senantiasa harus memiliki
kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik,
mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
serta kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang
waktu, dan membantu memberikan pendidikan dan pengetahuan
(KepMenKes, 2014).
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan
mutu kehidupan pasien. Standar pelayanan kefarmasian di apotek
meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (PerMenKes, 2014).
Untuk melakukan hal tersebut maka apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat
melaksanakan pelayanan kefarmasian secara optimal dengan berinteraksi
langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah
pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang
membutuhkan. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan
terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah, serta mengatasi masalah
terkait obat (drug related problems), masalah farmakoekonomi, dan
farmasi sosial (sociopharmacoeconomy) (PerMenKes, 2014).
Apoteker sebagai pengelola apotek tidak hanya berbekal ilmu
kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen.
Pengendalian persediaan obat juga penting sebab apotek harus
mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasien dengan baik.
Apotek harus mempunyai produk yang dibutuhkan oleh pasien/konsumen
dalam jumlah yang dibutuhkan pasien pada waktu mereka memerlukan.
Bila pada sebuah apotek tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya
pada waktu mereka memerlukan, apatek kehilangan penjualan. Bila hal ini
sering terjadi, maka apotek akan kehilangan konsumen.
Di Apotek Kimia Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo sering kali terjadi penolakan obat atau permintaan obat
yang tidak terlayani. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti,
persediaan obat yang kosong di apotek, obat yang tidak pernah ada di
apotek (tidak ada master) dan obat yang kosong di gudang atau kosong
distributor.
Dengan adanya analisa penolakan obat/barang, diharapkan dapat
dijadikan sebagai acuan untuk perencanaan pengadaan obat di apotek
dan untuk mengevaluasi kekosongan obat yang terjadi di apotek.
Sehingga dapat meminamilisr terjadinya penolakan obat dan dapat
meningkatkan omset/pendapatan dari apotek itu sendiri.
1.2 Tujuan PKPA di Apotek
Tujuan PKPA perapotekan yaitu :
1. Untuk memahami dan mengetahui fungsi Apoteker di Apotek.
2. Untuk memahami dan mengetahui Tugas Khusus yang telah
diberikan.
3. Untuk mengetahui dan melakukan pelayanan resep di Apotek.
4. Mampu membuat studi kelayakan Apotek.
1.3 Manfaat PKPA di Apotek
Manfaat PKPA perapotekan yaitu mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai.
2. Menerapkan kegiatan pelayanan farmasi klinis.
3. Memahami penerapan sistem manejerial di Apotek.
4. Membuat studi kelayakan dalam perencanaan pembuatan Apotek
baru.
1.4 Waktu Pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan di
Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar, dan
dilaksanakan selama 4 minggu yaitu pada tanggal 09 Januari – 03
Februari 2017.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Umum Apotek


II.1.1 Pengertian Apotek
Menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker
(Permenkes, 2014). Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan
untuk masyarakat di bidang kesehatan. Untuk mengelolah apotek,
dibutuhkan seorang Apoteker sebagai tenaga profesional dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian, karena memiliki pengetahuan tentang
obat-obatan serta manajemen apotek (Pasaribu, 2008).
Seiring dengan terjadinya perubahan orientasi dari drug’s oriented
menjadi pasien oriented, maka seorang Apoteker dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan tentang obat, dan mampu untuk melakukan
interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi yang dilakukan dapat
berupa pelayanan informasi obat, monitoring penggunaan dan efek
samping obat, serta mengetahui tujuan akhir terapi dari penggunaan obat
yang diberikan kepada pasien (Pasaribu, 2008).
II.1.2 Landasan Hukum Apotek (Hardjono, 2001)
Landasan hukum pendirian sebuah apotek berpedoman pada:
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 Tentang
Kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek.
3. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 Tentang Apotek.
4. Peraturan Pemerintah No. 32 Tentang Tenaga Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang
Obat Wajib Apotek.
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 919/Menkes/Per/X/1993/Tentang
Kriteria Obat yang dapat Diserahkan Tanpa Resep.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993/ Tentang
Obat Wajib Apotek No.2.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 925/Menkes/Per/X/1993 Tentang
Daftar Perubahan Golongan Obat No.1.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 Tentang
Peredaran Psikotropika.
10. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 Tentang
Obat Wajib Apotek No.3.
11. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2010 Tentang
Ketentua dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
12. Peraturan Menteri Kesehatan No. 187/Menkes/Per/III/1991 Tentang
Pelaksanaan Masa Bakti dan izin Kerja Apoteker.
13. Keputusan Menteri Kesehatan No. 397b/Menkes/SK/VII/1991 Tentang
Larangan Peredaran Obat Tradisional yang Tidak Terdaftar.
14. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian izin Apotek.
15. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2017 Tentang Perubahan
Penggolongan Narkotika.
16. Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek.
17. Peranturan Pemerintah No. 72 Tentang Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/IX/1993
Tentang Ketentuan dan Pembarian Izin Apotek sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1322/Menkes/Per/IX/202 Tentang Ketentuan Pemberian Izin Apotek.
19. Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
20. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/20014
Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
22. Undang-undang No. 5 Tahun1997 Tentang Psikotropika.
23. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika.
II.1.3 Tugas dan Fungsi Apotek
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tugas dan
fungsi apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan
sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional,
dan kosmetik.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional.
II.1.4 Persyaratan Apotek dan Apoteker Pengelola Apotek
Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek, dimana
setiap apotek wajib memiliki izin apotek yang mana tertuang dalam Pasal
12 dan Pasal 13, yaitu sebagai berikut :
1. Setiap pendirian apotek wajib memiliki izin dan Menteri.
2. Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota.
3. Izin yang dimaksud merupakan Surat Izin Apotek (SIA).
4. SIA berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memnuhi
persyaratan.
5. Untuk memperoleh SIA, apoteker harus mengajukan permohonan
tertulis kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
menggunakan formulir Permohonan Surat Izin Apotek (SIA).
6. Permohonan tersebut harus ditandatangani oleh apoteker disertai
dengan kelengkapan dokumen administratif meliputi :
a. Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli.
b. Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP).
c. Fotokopi nomor pokok wajib pajak apoteker.
d. Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan.
e. Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
7. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima permohonan
dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif,
pemerintah daerah kabupaten/kota menugaskan tim pemeriksa untuk
melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan
menggunaan formulir Dinas Kesehatan/Penyelenggara Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
8. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak tim pemeriksaan
ditugaskan, tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan
setempat yang dilengkapi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota dengan melampirkan formulir
Berita Acara Pemeriksaan Apotek.
9. Paling lama 12 hari kerja sejak pemerintah daerah kabupaten/kota
menerima laporan dan dinyatakan memenuhi syarat maka pemerintah
daerah kabupaten/kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai
POM, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota, dan organisasi
Profesi.
10. Apabila Hasil pemeriksaan tidak memenuhi persyaratan maka
pemerintah daerah kabupaten/kota mengeluarkan surat penundaan
paling lama dalam 12 hari kerja.
11. Permohonan yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan dapat
melengkapi persyaratan paling lambat 1 bulan sejak surat penundaan
dikeluarkan.
12. Apabila permohonan tidak memenuhi perlengkapan persyaratan maka
pemerintah daerah kabupaten/kota mengeluarkan surat penolakan.
13. Apabila pemerintah daerah kabupaten/kota dalam menerbitkan SIA
melebihi jangka waktu yang ditentukan, maka Apoteker pemohon
dapat menyelengggarakan Apotek dengan menggunakan BAP
sebagai pengganti SIA.
Adapun persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam mendirikan
sebuah Apotek antara lain:
a. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
Untuk memperoleh SIPA seorang apoteker harus memperoleh
Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Cara memperoleh STRA sesuai
dengan Permenkes No. 31 Tahun 2016 tentang Registrasi, Izin Praktek,
dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian pada Pasal 12 menyatakan sebagai
berikut :
1. Apoteker mengajukan permohonan kepada Komite Farmasi
Nasional (KFN) dengan menggunakan formulir Permohonan Surat
Tanda Registrasi Apoteker.
2. Surat permohonan STRA harus melampirkan :
a. Fotokopi ijazah Apoteker,
b. Fotokopi surat sumpah/janji apoteker,
c. Fotokopi sertifikasi kompetensi profesi yang masih berlaku,
d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktik,
e. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etika profesi, dan
f. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua)
lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
3. Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi
informatika atau secara online melalui website KFN.
4. KFN harus menerbitkan STRA paling lama 10 hari kerja sejak surat
permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
Setelah mendapatkan STRA apoteker harus segera mengurus
SIPA. Untuk memperolah SIPA sesuai dengan Permenkes RI Nomor 889
Tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian, seorang apoteker harus memiliki Surat Izin Praktek Apoteker
(SIPA) sesuai yang tertuang dalam pasal 21 yaitu sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota tempat
pekerjaan kefarmasian dilaksanakan dengan menggunakan formulir
Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)/Surat Izin Kerja (SIK).
2. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan :
a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional
(KFN).
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat
keteranga
dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan
fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran.
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi.
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4
sebanyak 2 (dua) lembar.
3. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus menerbitkan SIPA dan
SIKA paling lama 20 hari kerja sejak permohonan diterima dan
dinyatakan lengkap. Berdasarkan KEPMENKES RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002, personil apotek terdiri dari :
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki
Surat Izin Apotek (SIA).
2. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek
disamping APA dan atau menggantikan pada jam tertentu pada hari
buka Apotek.
3. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK), dan tidak bertindak
sebagai APA di apotek lain.
4. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker.
Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan apotek,
diantaranya :
1. Juru Resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten
Apoteker.
2. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat
penerimaan dan pengeluaran uang.
3. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan
dan keuangan apotek.
b. Bangunan dan Kelengkapannya
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1332/MENKES/SK/X/2002, Apotek harus mempunyai luas bangunan
yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis. Luas bangunan untuk
standar apotek adalah minimal 4x15 m² (60 m²). Terdiri dari ruang tunggu,
ruang administrasi, ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang
peracikan, ruang penyerahan obat, kamar mandi dan toilet. Bangunan
apotek juga harus dilengkapi sumber air yang memadai serta penerangan
yang baik.
c. Papan Nama Apotek
Didalam peraturan IAI dengan nomor PO.005/PP.IAI/1418/VII/2014,
setiap apoteker yang berpraktek di apotek diwajibkan untuk memasang
papan nama praktik berukuran 80 cm x 60 cm berbahan kayu atau bahan
lain yang sesuai. Selain memuat identitas apoteker, papan tersebut juga
harus mencantumkan hari dan jam praktek apoteker tersebut.
Secara detail, aturan tersebut menjelaskan bahwa papan praktik
yang dimaksud harus mencantumkan beberapa hal berikut tanpa ada
tambahan lain :
1. Logo Ikatan Apoteker Indonesia,
2. Nama dan atau sebutan professional sesuai Surat Ijin Praktik Apoteker
(SIPA),
3. Nomor Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA),
4. Nomor Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA),
5. Hari dan jam praktik.
6. Nama, alamat dan nomor telepon apotek.
d. Perlengkapan Apotek
Dalam lampiran KEPMENKES No. 1332 tahun 2002, tentang berita
acara pemeriksaan apotek, dituliskan tentang perincian hal yang diperiksa
dan persyaratan yang harus dipenuhi, yakni :
1. Alat pembuatan, pengolahan, peracikan :
a) Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditera
minimal satu set.
b) Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera minimal
satu set.
c) Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi :
a) Lemari dan rak untuk penyimpanan obat.
b) Lemari pendingin.
c) Lemari untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika.
3. Wadah pengemas dan pembungkus :
a) Etiket.
b) Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat.
4. Alamat administrasi :
a) Blangko pesanan obat.
b) Blangko kartu stok obat.
c) Blangko salinan resep.
d) Blangko faktur dan nota penjualan.
e) Buku catatan narkotika.
f) Buku pesanan obat narkotika.
g) Format laporan obat narkotika.
5. Buku acuan :
a) Buku standar yang diwajibkan yakni Farmakope Indonesia edisi
terbaru 1 buah.
b) Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan apotek.
II.1.5 Apoteker Pengelola Apotek
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan
sumpah jabatan apoteker. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka
apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam
pengelolaan apotek, seorang apoteker harus mampu menyediakan dan
memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,
mampu berkomunikasi antar profesi, dan menempatkan diri sebagai
pimpinan dalam situasi multidisipliner.
a. Kewenangan dan Kewajiban Apoteker di Apotek
1. Kewenangan :
a) Berhak melakukan pekerjaan kefarmasian.
b) Berwenang menjalankan peracikan obat (pembuatan dan
penyerahan obat-obatan untuk kesehatan).
c) Berwenang menyelenggarakan apotek di suatu tempat setelah
mendapat SIA dari Dinas Kesehatan.
d) Berwenang menerima dan menyalurkan obat keras melalui
pedagang besar farmasi atau apotek.
2. Kewajiban Apoteker
a) Menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi
yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
b) Melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi oleh kepentingan masyarakat.
c) Berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
d) Memberikan informasi berkaitan dengan penggunaan obat yang
disarankan kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman
dan rasional atas permintaan masyarakat.
e) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker pendamping atau apoteker pengganti dalam pengelolaan
apotek.
f) Apabilah apoteker menganggap bahwa terdapat kekeliruan resep
atau penulisan resep yang tidak cepat, apoteker harus
memberitahukan kepada dokter penulis resep.
g) Menyerahkan resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lain:
kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika: serta berita
acaranya jika menyerahkan tanggung jawab pengelolaan
kefarmasian.
h) Mengamankan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku jika SIA nya dicabut.
i) Menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti jika
berhalangan melaksanakan tugasnya (PERMENKES 2002).
b. Syarat Menjadi Apoteker Pengelolah Apotek
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi apoteker pengelola
apotek berdasarkan Permenkes Nomor 31 Tahun 2016 pasal 18 yaitu
sebagai berikut :
1. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
2. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai apoteker.
3. Memiliki SIPA dari MENKES.
4. SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan untuk 1
(satu) tempat fasilitas kefarmasian.
5. Dikecualikan dari ketentuan, SIPA bagi Apoteker di pelayanan
kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian.
6. Dalam hal ini Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, makan
Apoteker yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada
fasilitas pelayanan kefarmasian lain.
II.1.6 Pencabutan Surat Izin Apotek
Setiap apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Sesuai dengan KEPMENKES RI No.
1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut Surat
Izin Apotek apabila :
1. Apoteker sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai apoteker
pengelola apotek.
2. Surat Izin Kerja Apoteker pengelolah apotek dicabut.
3. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan dibidang obat.
4. Apoteker pengelola apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari
2 tahun.
5. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai narkotika, obat keras, psikotropika, serta
ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
6. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan menyimpan
dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan erjamin
keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dan memusnahkan
perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang
digunakan dan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat paten.
7. Apoteker tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.
Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau
apoteker pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasinya.
Pengamanan tersebut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :
1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat
keras tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang tersisa di
apotek
2. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat
yang tertutup dan terkunci. Apoteker pengelola apotek wajib
melaporkan kepada Kepaa Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau
petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai
laporan inventaris.
II.1.7 Operasional Apotek
Pengelolaan apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan apoteker
untuk melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/2002 pengelolaan
apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu : (Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 1332/Menkes/SK/2002)
1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan,
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan,
penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan,
penyaluran, dan penyerahan perbekalan farmasi yang meliputi
pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun
kepada masyarakat, pengamatan pelaporan mengenai khasiat,
keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi
lainnya.
2. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan
administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain
perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan
fungsi apotek.
Pelayanan kefarmasian menurut Permenkes RI No. 35 tahun 2014
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
Kefarmasian di Apotek meliputi 2 (dua) kegiatan yaitu pelayanan yang
berdisat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai (perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pengontrolan, pemusnahan, pencatatan
dan pelaporan) dan pelayanan farmasi klinik yang meliputi pelayanan
resep,dan pemberian informasi obat atau sediaan farmasi lainnya.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek harus
menjamin ketersediaan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau,
serta wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian sebagaimana yang
ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Sediaan tersebut harus didukung
oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola
penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat
(Permenkes, 2014).
Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan,
bahan medis habis pakai yang bertanggung jawab yaitu Apoteker
pengelola Apotek, hl tersebut seperti yang disebutkan dalam
pedoman praktek apoteker yang telah dibuat oleh Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI, 2013).
2. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan makan pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam pengadaan yang bertanggung jawab
yaitu Apoteker (Permenkes, 2014).
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu pelayanan, dan harga yang tertera
dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima, serta yang
bertanggung jawab dalam penerimaan yaitu Teknisi Kefarmasian
(Permenkes, 2014).
4. Penyimpanan Obat
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik.
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan ke
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch, dan tanggal
kadaluarsa. Penyimpanan obat dilakukan dengan memperhatikan
bentuk sediaan obat, kelas terapi serta disusun secara alfabetis.
Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan
FIFO (First In First Out). Penyimpanan obat yang masuk ke apotek
merupakan tanggung jawab dari kepala gudang/personil yang telah
ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pengawasan
penyimpanan sediaan farmasi-alat kesehatan (Permenkes, 2014 dan
IAI 2013).
5. Pemusnahan (Permenkes, 2014)
a) Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan
jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau
rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan
oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin
kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
b) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di apotek
dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan
dengan Berita Acara Pemusnahan Resep dan selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pemusnahan obat kadaluarsa dan resep yang telah melebihi batas
waktu penyimpanan merupakan tanggung jawab dari Apoteker
Pengelola Apotek (IAI, 2013).
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-
kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan. Pengendalian
merupakan tanggung jawab dari kepala gudang dan personel
gudang yang kemudian (Permenkes, 2014).
7. Pencatatan dan pelaporan (Permenkes, 2014)
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi
pengadaan (surat pesanan dan faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
sesuai kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan
internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan
manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, psikotropika dan
pelaporan lainnya.
Pencatatn dan pelaporan narkotika merupakan tanggung jawab dari
Apoteker Penanggung Jawab Apotek yang dibantu oleh Tenaga
Kefarmasian.
Pengelolaan Psikotropika
Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997
merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
a) Pemesanan psikotropika
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika sama dengan
pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pemesanan yang sudah
ditanda tangani oleh APA yang dikirim ke Pedagang Besar Farmasi
(PBF). Pemesanan psikotropik memerlukan surat pemesanan khusus
dan dapat dipesan apotek ke PBF atau pabrik obat.
Penyaluran psikotropik diatur dalam Undang-Undang No. 5
Tahun 1997 pasal 12 ayat (2) menyatakan bahwa penyerahan
psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya,
rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan
resep. Satu lembar surat pesanan psikotropik memuat satu items obat
psikotropika.
b) Penyimpanan psikotropika
Obat golongan psikotropika merupakan salah satu golongan obat yang
cenderung disalahgunakan, sehingga disaranakan untuk menyimpan
obat psikotropika dalam suatu rak atau lemari khusus yang terpisah
dengan obat lain.
c) Penyerahan psikotropika
Penyerhan psikotropika oleh apotek hanya dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada
pasien berdasarkan resep dokter.
d) Pelaporan psikotropika
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997, pabrik obat, PBF,
sarana peyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga penelitian dan atau
kegiatan yang berhubungan denga spikotropika dan wajib
melaporkannya kepada Menteri Kesehatan secara berkala, yaitu setiap
bulan paling lambat tanggal 10 kepada Dinas Kesehatan Propinsi
dengan tembusan kepada Kepala Dinkes setempat dan BPOM.
e) Pemusnahan psikotropika
Berdasaran Undan-Undang No. 5 Tahun 1997 pasal 53 tentang
psikotropika, pemusnahan psikotropika dilakukan bila berhubungan
dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan
persyaratan yang berlaku atau tidak dapat digunakan lagi dalam proses
psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenui syarat untuk digunakan
pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat berita acara dan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7 hari setelah
mendapat kepastian. Berita acara tersebut memuat :
1. Hari, tanggal , bula dan tahun pemusnahan.
2. Nama pemegang ijin khusus atau apoteker pengelolah apotek.
3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari
apotek lain.
4. Nama dan jumlah pskotropika yang dimusnahkan.
5. Cara pemusnahan.
6. Tada tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.
Pengelolaan narkotika
Berdasarkan Undang-Undang N0. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika, narkotika didefinisikan sebagai suatu zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi
sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
1. Pemesanan narkotika
Pemesanan narkotika hanya dapat dilakukan oleh PBF Kimia farma.
Pemesanan narkotik bagi apotek harus ditanda tangani oleh APA
dengan menggunkan surat pesanan 4 rangkap dimana tiap jenis
pemesanan narkotik menggunakan satu surat pesanan yang dilengkapi
dengan nomor SIK apoteker dan stempel apotek.
2. Penyimpanan narkotika
Narkotik yang ada di apotek wajib disimpan secara khusus
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh MENKES dalam UU No.
35 tahun 2009 pasal 14 ayat (1). Syarat tempat penyimpanan narkotik :
a. Seluruhnya terbuat dari kayu dan bahan lain yang kuat.
b. Mempunyai kunci ganda yang kuat.
c. Dibagi menjadi dua bagian, masing-masing bagian dengan kunci
yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan
morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika,
sedangkan bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika
lain yang dipakai sehari-hari.
d. Apabilah tempat tersebut berukran 40 x 80 x 100 cm, maka lemari
tersebut harus dibuat pada tembok dan lantai.
3. Pelayanan resep narkotik
Apotek hanya melayani pembelian narkotik berdasarkan resep
dokter. Dengan ketentuan yang dimuat dalam surat edaran BPOM No.
336/EE/SE/1977 yang menyatakan bahwa :
1. Apoteker dapat melayani resep yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali.
2. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi
salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep aslinya.
3. Salinan resep dari resep narkotik dengan tulisan iter tidak boleh
dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh
menambahkan tulisan iter pada resep yang mengandung narkotik.
4. Pelaporan narkotika
Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2)
dinyatakan bahwa industri farmasi, PBF, sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,
balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib
membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai
pemasukan dan pengeluaran narkotik. Laporan tersebut meliputi
laporan pemakaian narkotik dan laporan pemakaian morfin dan petidin.
Laporan harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek dengan
mencantumkan SIK, SIA, nama jelas, stempel apotek, kemudian dikirim
kepada Kepala DINKES RE Propinsi setempat dengan tembusan
kepada :
a. Kepala DINKES Kabupaten/Kota.
b. BPOM setempat.
c. Penanggung jawab narkotik PT. Kimia Farma.
d. Arsip.
Laporan yang ditandan tangani oleh APA meliputi:
a. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotik.
b. Laporan penggunaan bahan baku narkotik.
c. Laporan khusus penggunaan morfin dan petidin.
Laporan narkotik dibuat setiap sebulan sekali selambat-
lambatnya setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
5. Pemusnahan narkotika
Menurut PERMENKES No. 28/Menkes/Per/I/1978 Pasal 9
menyatakan bahwa pemegang khusus dan atau APA dapat
memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.
Berdasarkan PERMENKES pemusnahan narkotika dilakukan apabila :
1) Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku
dan tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
2) Kadaluarsa.
3) Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
4) Berkaitan dengan tindak pidana.
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 pasal 61,
pemusnahan narkotik dilaksanakan oleh pemerintah, orang atau badan
usaha yang bertanggung jawab atas produksi atau peredaran narkotika,
sarana kesehatan tertentu serta lembaga ilmu pengetahuan dengan
disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk oleh MENKES. Pelaksanaan
pemusnahan narkotik yang rusak atau tidak memenuhi persyaratan
pada apotek adalah:
1) Bagi apotek di tingkat propinsi, pelaksanaan pemusnahan disaksikan
oleh petugas dari BPOM.
2) Bagi apotek di tingkat Kabupaten/Kota pemusnahan disaksikan
Kepala DINKES Tingkat II.
Pemusnahan narkotik yang telah dilakukan harus dibuatkan
berita acara pemushnahan paling sedikit 3 rangkap, yang memuat:
1) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pemusnahan.
2) Nama pemegang ijin khusus atau apoteker pengelola.
3) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek
tersebut.
4) Nama dan jumlah narkotik yan dimusnahka.
5) Cara pemusnahan.
6) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi.
6. Pelanggaran terhadap ketetuan pengelolaan apotek
Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotik,
dijelaskan bahwa pelanggaran terhadap ketentuan mengenai
penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenakan sanksi
administratif oleh MENKES, yang berupa teguran, peringatan, denda
administratif, penghentian sementara kegiatan, atau pencabutan ijin.
b. Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek meliputi :
1. Pengkajian Resep,
Kegiatan pengkajian resep meliputi administratif, kesesuaian
farmasetik, dan pertimbangan klinis. Kajian administratif meliputi:
nama pasien, umur, jenis kelamin, berat, badan, nama dokter, nomor
surat, izin praktek, alamat, nomor telepon, paraf, tanggal penulisan
resep. Kajian kesesuaian farmasetik meliputi: bentuk dan kekuatan
sediaan, stabilitas, kompatibilitas. Kajian klinis meliputi: ketepatan
indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat,
duplikasi atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontra
indikasi, interaksi. Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil
skrining maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep
untuk mengkonfirmasi (Permenkes, 2014).
2. Dispensing,
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyarahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep maka dilakukan
hal-hal seperti menyiapkan obat sesuai dengan resep, melakukan
peracikan jika perlu, memberikan etiket, memasukkan obat dalam
wadah. Setelah dilakukan penyiapan obat, dilakukan cek kembali
kesesuaian obat yang telah disiapkan dengan yang tertulis pada
resep (Permenkes, 2014).
3. Pelayanan Informasi Obat (PIO),
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi obat yang diberikan meliputi
dosis, bentuk sediaan, formulasi, rute, cara pemberian,
farmakokinetik, farmakologi, keamanan penggunaan pada ibu hamil
dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, harga, dan lain-lain
(Permenkes, 2014).
4. Konseling,
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien, atau keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahanman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker wajib
mengawali dengan three prime question. jika dinilai pengetahuan
pasien rendah, akan dilanjutkan dengan metode Health Belief Model.
Apoteker wajib melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga
pasien benar-benar mengerti tentang obat yang digunakan
(Permenkes, 2014).
Kriteria pasien yang perlu diberikan konsumen adalah pasien kondisi
khusus (pediatrik, geriatri, gangguan fungsi hati atau ginjal, ibu hamil
dan ibu menyusui), pasien dengan terapi obat jangka panjang (TB,
DM, AIDS, epilepsi), pasien yang menggunakan obat dengan
instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid), pasien yang
menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitol,
teofilin), pasien dengan polifarmasi, dan pasien dengan tingkat
kepatuhan rendah (Permenkes, 2014).
5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Care)
Jenis pelayanan kefarmasian di rumah yang dapat dilakukan oleh
apoteker adalah penilaian masalah yang berhubungan dengan
pengobatan, mengidentifikasi kepatuhan pasien, pendampingan
pengelolaan obat atau alat kesehatan di rumah, konsultasi masalah
obat, monitoring pelaksanaan, dan dokumentasi pelaksanaan
(Permenkes, 2014).
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO),
PTO merupakan proses yang memastikan bahwa pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping
(Permenkes, 2014).
7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosis, dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis (Permenkes,
2014).
II.2 Tinjauan Pustaka Kimia Farma
II.2.1 Sejarah Kimia farma
Sejarah PT. Kimia Farma Apotek dimulai hampir dua abad yang
lalu yaitu tahun 1817 yang kala itu merupakan perusahaan farmasi
pertama didirikan Hindia Belanda di Indonesia bernama NV Chemicalien
Handle Rathkamp & Co. Kemudian pada awal kemerdekaan
dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia dan seterusnya pada
tanggal 16 Agustus 1971 menjadi PT (Persero) Kimia Farma, sebuah
perusahaan farmasi negara yang bergerak dalam bidang industri farmasi,
distribusi, dan apotek. Sampai dengan tahun 2002, apotek merupakan
salah satu kegiatan usaha PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, yang
selanjutnya pada awal tahun 2003 dipisahkan menjadi PT. Kimia Farma
Apotek (Kimiafarmaapotek.co.id).
PT. Kimia Farma Apotek menjadi anak perusahaan PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk sejak tanggal 4 Januari 2003 berdasarkan akta
pendirian No. 6 tahun 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Ny. Imas
Fatimah, S.H di Jakarta dan telah diubah dengan akta No.42 tanggal 22
April 2003 yang dibuat di hadapan Notaris Nila Noordjasmani Soeyasa
Besar, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No:
C-09648 HT.01.01 TH 2003 tanggal 1 Mei 2003 (Kimiafarmaapotek.co.id).
Pada tahun 2010 dibentuk PT Kimia Farma Diagnostika dan
merupakan anak perusahaan PT. Kimia Farma Apotek yang
melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha Perseroan di bidang
laboratorium klinik (Kimiafarmaapotek.co.id).
Saat ini PT. Kimia Farma Apotek bertransformasi menjadi health
care provider company, suatu perusahaan jaringan layanan kesehatan
terintegrasi dan terbesar di Indonesia, yang pada akhir tahun 2015
memiliki 725 apotek, 300 klinik dan praktek dokter bersama, 42
laboratorium klinik, dan 10 optik, dengan visi menjadi perusahaan jaringan
layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi
kesehatan masyarakat di Indonesia (Kimiafarmaapotek.co.id).
II.2.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT.Kimia Farma Apotek adalah sebagai berikut
(kimiafarmaapotek.co.id dan Putra dkk, 2011) :
1. Dewan Komisaris
2. Direktur Utama PT. Kimia Farma Apotek
3. Direktur Operasional, terdiri dari:
a. Manajer Operasional
b. Manajer Bisnis
c. Manajer Merchandiser dan Logistik
4. Direktur Keuangan, SDM, dan Umum, terdiri dari:
e. Manajer Umum dan SDM
f. Manajer Keuangan dan Akuntansi
g. Manajer Teknologi Informatika
5. Direktur Pengembangan, membawahi Manajer Pengembangan Usaha
II.2.3 Budaya Perusahaan
Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan
nilai-nilai inti Perseroan (corporate values) yaitu I.C.A.R.E yang menjadi
acuan/pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk
berkarya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut
adalah budaya perusahaan (corporate culture) perseroan :
a. Innovative
Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif untuk membangun
produk unggulan.
b. Customer first
Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja.
c. Accountable
Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah yang
dipercayakan oleh perusahaan dengan memegang teguh
profesialisme, integritas dan kerja sama.
d. Responsible
Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja tepat waktu, tepat
sasaran dan dapat diandalkan, serta senantiasa berusaha untuk tegar
dan bijaksana dalam menghadapi setiap masalah.
e. Eco-Friendly
Menciptakan dan menyediakan baik produk maupun jasa layanan
yang ramah lingkungan.
Lima asas sebagai Ruh Budaya Perusahaan yang terdiri dari :
a. Kerja Ikhlas:
Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan bersama.
b. Kerja Cerdas:
Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan memberikan solusi
yang tepat.
c. Kerja Keras:
Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap kemampuan
untuk mendapatkan hasil terbaik.
d. KerjaAntusias:
Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan semangat untuk
mencapai tujuan bersama.
e. Kerja Tuntas:
Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk menghasilkan
output yang maksimal sesuai dengan harapan.
II.2.4 Kegiatan Usaha Kimia Farma Apotek
Kimia Farma Apotek menyediakan berbagai layanan dan usaha di
bidang kesehatan, yaitu apotek, klinik, optik, dan laboratorium klinik
(kimiafarmaapotek.co.id).
d. Apotek
Saat Ini kami Memiliki lebih dari 725 Apotek yang beroperasi di 34
Provinsi di Indonesia dengan lebih dari 800 tenaga Apoteker
professional yang berpraktek melayani kebutuhan kesehatan
masyarakat Indonesia. Kegiatan usaha Apotek meliputi pelayanan obat
resep, non resep, serta alat kesehatan dengan kelengkapan produk
untuk upaya kesehatan paripurna, baik preventif, kuratif, rehabilitatif,
dan promotif, serta produk lainnya yang terkait dengan jumlah SKU
lebih dari 20 ribu jenis (kimiafarmaapotek.co.id).
Apotek dikembangkan sebagai ritel modern dan dioperasikan dengan
standar Good Pharmacy Practice (GPP) sesuai standar internasional
dari International Pharmaceutical Federation. Pelayanan apotek
terintegrasi secara sistem dengan klinik, laboratorium klinik, optik dan
layanan kesehatan Perseroan lainnya, dan sebagian juga terintegrasi
secara fisik atau dalam satu atap (kimiafarmaapotek.co.id).
e. Klinik
Klinik kesehatan Kimia Farma merupakan jaringan klinik pertama yang
tersebar di seluruh Indonesia. Kami menyediakan jasa pengobatan
kuratif, penanganan gawat darurat tingkat pertama, bedah minor,
pelayanan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala, tumbuh
kembang dan pemeriksaan kehamilan, keluarga berencana, deteksi
dini, rehabilitasi medik terbatas, penyuluhan kesehatan, pelayanan K3
tingkat primer, kunjungan ke rumah (Home Care Service) dan rujukan.
Dengan kekuatan jaringan yang luas, kami juga bermitra dengan
berbagai penyedia layanan asuransi untuk memudahkan akses
pengguna asuransi kepada layanan kesehatan primer yang berkualitas
(kimiafarmaapotek.co.id).
f. Optik
Sebagai komitmen kami sebagai penyedia layanan One Stop Health
Care Solution (OSHCS), layanan optik kami hadirkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan alat penglihatan yang bermutu. Kegiatan
usaha optik berada dibeberapa apotek dan akan terus dikembangkan
baik secara mandiri maupun dengan pola kerja sama operasi
(kimiafarmaapotek.co.id).
g. Laboratorium klinik
Kegiatan usaha Laboratorium Klinik diselenggarakan oleh anak
perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Diagnostika yang bergerak dalam
bidang jasa layanan pemeriksaan laboratorium rutin, khusus dan
rujukan serta layanan pemeriksaan kesehatan (medical checkup–
MCU), baik untuk karyawan, calon karyawan dan masyarakat umum
(kimiafarmaapotek.co.id).
II.2.5 Kimia Farma Bisnis Manager (BM) Makassar
Apotek Kimia Farma Makassar memiliki 28 yang tersebar di
beberapa daerah, yaitu :
Tabel 2.1 Daftar Apotek Kimia Farma yang termasuk dalam BM
Makassar
No Nama Apotek Alamat Apotek Kota Nomor Phone
Apotek Kimia Farma Jl. Jend A.Yani 17 –
1 Makassar 0411 3620942
33 19
Apotek Kimia Farma Jl. St. Hasanuddin
2 Makassar 0411 3617110
38 No. 48
Apotek Kimia Farma Jl. Dr. Ratulangi No.
3 Makassar 0411 873789
250 59
Apotek Kimia Farma
4 Jl. Hertasning Makassar 0411 442945
462
Apotek Kimia Farma Jl. Daeng Tata
5 Makassar 0411 880685
501 No.BBA
Apotek Kimia Farma
6 Jl. Pettarani No.18 Makassar 0411 857287
502
Apotek Kimia Farma Jl. Cendrawasih No.
7 Makassar 0411 875940
548 233
Apotek Kimia Farma Jl. Urip Sumoharjo
8 Makassar 0411 449936
199 Erlina No. 32
Jl. Perintis
Apotek Kimia Farma
9 Kemerdekaan Km Makassar 0411 585904
Pel 8 RSUP Wahidin
11
Jl. Perintis
Apotek Kimia Farma
10 Kemerdekaan Km Makassar - -
Pel RS Unhas
11
Jl. Perintis
Apotek Kimia Farma
11 Kemerdekaan Km Makassar 0411 518921
577
14 No. 195A
Apotek Kimia Farma Jl. Sultan Alauddin
12 Makassar 0411 865538
602 No. 222
Jl. Per.
Apotek Kimia Farma
13 Kemerdekaan Km Makassar 0411 4813615
Sudiang
19 No. 5
Apotek Kimia Farma Jl. Boulevard Komp.
14 Makassar 0411 442098
Boulevard Ruby No. 17
Apotek Kimia Farma
15 Jl. Kima Raya 1 Makassar 0411 515965
Kima
Apotek Kimia Farma Jl. Sultan
16 Gowa 0411 869842
601 Hasanuddin No. 8
Apotek Kimia Farma Jl. Pengayoman No.
17 Makassar 0411 438432
Pengayoman C2 16
Apotek Kimia Farma Jl. Adhyaksa Baru
18 Makassar - -
Lacasino No. 45
Apotek Kimia Farma Bumi Tamalanrea
19 Makassar - -
BTP Permai M/39
Apotek Kimia Farma Jl. Urip Sumohardjo
20 Makassar - -
Urips No. 36
Jl. Perintis
Apotek Kimia Farma
21 Kemerdekaan Km Makassar - -
Perintis
11
Apotek Kimia Farma
22 Jl. Poros Maccopa Maros 0411 372020
600
Apotek Kimia Farma
23 Jl. Dr. Kayadoe Ambon 0911 351677
Pel Ambon
Apotek Kimia Farma Jl. Diponegoro No.
24 Ambon 0911 3822693
Urimeseng 66
Apotek Kimia Farma Jl. Nurussamawati
25 Pare-Pare 0421 22237
31 No. 30
Apotek Kimia Farma Jl. Bau Masepe No.
26 Pare-Pare 0421 21892
248 Gelora 404
Apotek Kimia Farma Jl. Lanto Dg.
27 Bulukumba 0413 2510117
Bulukumba Pasewang No. 80
Apotek Kimia Farma Tana
28 Jl. Pongtiku Raya 0423 24141
201 Toraja
II.2.6 Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar,
terletak di jalan Perintis Kemerdekaan KM 11 Makassar dengan nomor
telepon (0411) 585904.
Apotek Pelengkap RSUP dr.Wahidin Sudirohusodo terdiri dari 1
lantai, memiliki 1 orang Pharmacy Manager, 1 orang APA, 5 orang tenaga
teknis kefarmasian dan 2 orang tenaga pembantu layanan farmasi.
Pembagian ruangan di apotek pelengkap yakni terdiri dari berbagai
area yaitu, area pelayanan resep, area pelayanan informasi obat dan area
swalayan farmasi. Pada area pelayanan farmasi terdiri dari bagian
penerimaan resep, kasir pelayanan, penyediaan dan peracikan obat,
penyerahan obat dan ruang tunggu. Area swalayan farmasi, konsumen
dapat langsung melihat dan memilih obat atau alat kesehatan yang
diinginkan dan dapat dibantu oleh petugas untuk mencari obat yang
diinginkan.
II.3 Tinjauan Pustaka Tugas Khusus
II.3.1 Analisa Penolakan Resep
Pengaturan penyediaan obat merupakan hal yang sangat penting
di Apotek. Persediaan obat yang lengkap di Apotek merupakan salah satu
cara untuk menarik kepercayaan (pasien), namun banyaknya obat yang
tidak tersedia, atau kekosongan obat di apotek dapat menyebabkan
kerugian Apotek. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan keseimbangan
antara besar persediaan dan besarnya permintaan barang.
Untuk mencapai keseimbangan tersebut perlu dipertimbangkan hal
hal seperti kecepatan gerak atau perputaran persediaan barang serta obat
yang laku keras.
Untuk mengendalikan persediaan obat diperlukan pencatatan
mengenai arus keluar masuk barang sehingga ada keseimbangan antara
obat yang terjual dengan obat yang harus dipesan kembali.
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persedian sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan system
pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini
bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian perediaan dilakukan menggunakan kartu stok
sekurang – kurangnya memuat nama obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Analisa penolakan resep merupakan kegiatan untuk mengkaji
tentang obat-obat yang sering ditolak atau kosong stok di apotek.
Adapun aspek yang diamati :
a. Obat yang diminta oleh pasien.
b. Jumlah obat yang diminta.
c. Penyebab kekosongan obat :
- Kosong stok di apotek.
- Tidak pernah ada.
- Kosong distributo..
d. Solusi :
- Tolak
Obat di tolak apabila obat yang diminta pasien memang tidak pernah
ada di apotek, obat yang memang kosong distributor serta telah
diupayakan menghubungi di apotek kimia farma lain namun obat
diminta tidak ada.
- Ganti
Apabila obat yang diminta oleh pasien kosong stok di apotek, maka
pihak apotek menyarankan kepada pasien untuk mengganti dengan
obat yang memiliki kandungan dan indikasi obat yang sama.
- Janji
Apabila obat yang diminta oleh pasien kosong stok di apotek, maka
pihak apotek memberikan solusi kepada pasien untuk dipinjamkan obat
yang diminta pasien di apotek Kimia Farma lain ataupun digudang atau
pasien dijanji obatnya diambilkan dengan memberikan kartu bon sisa
untuk dibawa kembali oleh pasien pada saatakan mengambil obat
dihari yang telah dijanjikan oleh pihak apotek.
e. Jenis pembelian :
- UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri)
Pembelian obat oleh seseorang tanpa resep dokter seperti obat
bebas tertbatas, obat wajib apotek.
- Tunai
Pembelian obat oleh seseorang dengan resep umum atau dengan
kata lain tidak menggunakan jaminan kesehatan.
- Kredit
Pembelian obat oleh seseorang dengan resep yang menggunakan
jaminan kesehatan seperti IOM, Askes dan jaminan kesehatan lainnya.
- HV
Pembelian obat oleh seseorang tanpa resep, pembelian obat bebas
ataupun produk di swalayan apotek Kimia Farma.
f. Harga obat yang diminta
Harga obat yang diminta pasien tetapi kosong stok di apotek dicatat
untuk melihat nominal jumlah harga obat seberapa besar kerugian yang
dialami apotek.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil dan Kegiatan Umum


Pembahasan Mengenai Tugas Khusus
1. Good Pharmacy Practice
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya
dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care.
Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada
pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang
komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari
pasien. Pharmaceutical care adalah patient centered practice yang
mana merupakan praktisi yang bertangung jawab terhadap
kebutuhan terapi obat pasien dan memegang tanggung jawab
terhadap komitmen.
Pada supervisi GPP ada beberapa standar yang menjadi patokan
yakni :
1. Standar 1 tentang Fasilitas Peralatan dan Layanan Penunjang
(Facility, Equipment and Auxiliary Service).
2. Standar 2 tentang Manajemen Mutu (Quality Management).
3. Standar 3 tentang Mutu Pelayanan Famasi (Quality Pharmacy
Service).
4. Standar 4 tentang Hukum, Regulasi dan Kode Etik (Law,
Regulations and Ethics).
5. Standar 5 tentang Partisipasi Dalam Kegiatan Sosial dan
Kesehatan Masyarakat (Social and Community Participation).
PT. Kimia Farma Apotek, untuk selanjutnya disingkat KFA,
adalah anak perusahaan PT. Kimia Farma (persero) Tbk, yang
khusus bergerak di bidang ritel farmasi dan jasa layanan kesehatan
lainnya. Dalam menjalankan roda bisnisnya, KFA selalu membuat
improvement untuk menjaga eksistensi dan pertumbuhan kinerja dari
tahun ke tahun. Salah satu program yang dirintis mulai tahun 2009
adalah program pencapaian akreditasi Good Pharmacy Practice
(GPP) yang berarti Cara Pelayanan Farmasi yang Baik.
PT. KFA telah membuat Buku Standar GPP. GPP akan
berjalan dengan baik apabila didukung oleh:
1. Regulasi berupa pengawasan, pembinaan dan penegakan hukum,
yang menjamin bahwa Pelayanan Kefarmasian di apotek
dilaksanakan secara konsisten oleh Apoteker yang memiliki Surat
Ijin Praktik Apoteker (SIPA), dan Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA) yang masih berlaku.
2. Pendidikan Profesional Berkelanjutan (CPD = Continuing
Professional Development) untuk menghasilkan Apoteker yang
mempunyai kompetensi sejalan dengan perkembangan penyakit
dan pengobatan.
3. Terpenuhinya 5 standar GPP yaitu :
- Fasilitas, Peralatan dan Layanan Penunjang,
- Manajemen Mutu (SDM, proses, produk),
- Mutu Pelayanan,
- Hukum, Regulasi dan Kode Etik, serta
- Partisipasi Sosial dan Kemasyarakatan, yang merupakan
indikator kualitas pelaksanaan GPP.
Klasifikasi pemenuhan standar GPP dibagi menjadi 5 rating.
Rating yang paling rendah adalah belum mendapat bintang, yaitu
untuk apotek yang belum melaksanakan GPP dan belum diaudit.
Selanjutnya rating bintang 1 (*) hingga yang tertinggi adalah rating
bintang 5 (*****) yaitu klasifikasi untuk apotek yang telah memenuhi
semua standar, terdokumentasi dan terlaksana secara konsisten,
serta sudah diaudit oleh auditor internal dan auditor eksternal. Yang
menjadi target PT. KFA adalah pencapaian rating tertinggi ***** untuk
apotek-apotek pelayanannya.
2. Analisis Potensi Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi,
prosedur, hubungansosial dan infrastruktur dimana usaha menjual
barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan
uang. Potensi pasar adalah Adalah ungkapan mengenai
peluang penjualan maksimum untuk produk jasa tertentu selama
periode waktu yang ditentukan,misalnya satu tahun. Analisis potensi
pasar adalah suatu kegiata analisis yang bertujuan untuk
mengetahui potensi pasar dan memanfaatkan potensi tersebut untuk
menjadi suatu keuntungan bagi seseoran atau perusahaan tertentu.
Beberapa hal yang harus diperhatiakan dalam analisis
potensi pasar adalah Fator internal, faktor eksternal dan dari aspek
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (analisis SWOT).
Faktor internal meliputi doter praktek, penjualan obat dan daftar
kunjungan pasien serta analisis penolakan. Faktor eksternal meliputi
Rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter prakter dan saingan apotek
diwilayah dekat apotek. Analisis SWOT meliputi kekuatan apotek,
Kelemahan apotek, peluang apotek, dan ancaman untuk apotek.
Setelah melakukan analisis pasar, kita dapat mencari
langkah untuk meningkatkan omzet pemasukan apotek, meliputi :
1. peningkatan kerjasama dengan rumah sakit, klinik , puskesmas
dan fasilitas kesehatan yang lain.
2. Pengusulan kerja sama dengan perusahaan – perusahaan
dekat apotek untuk melayani permintaan pengobatan dari
karyawan – karyawan perusahaan.
3. Perbaikan neon boks yang masih belum terlihat jelas oleh
pelanggan sehingga dapat terlihat dari kejauhan
4. Pelaksanaan Home care salah satu bentuk pelayanan prima
pharmaceutical care.
5. Mengoptimalkan program telefarma.
6. Mengoptimalkan program deliveri service untuk kebutuhan obat
pasien.
3. PIO dan Home Care
PIO (Pelayanan Informasi Obat) merupakan kegiatan
penyediaan informasi tentang obat untuk tenaga kesehatan, pasien,
dan keluarga pasien serta masyarakat. Kegiatan PIO berupa
penyediaan dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau
pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan informasi
obat memberika informasi obat dengan tidak menunggu pertanyaan
melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya
penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya.
Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat
memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang
diterima
Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya
merupakan kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat.
Pertanyaan yang masuk dapat disampaikan secara verbal (melalui
telepon, tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimili atau e-
mail). Pertanyaan mengenai obat dapat bervariasi dari yang
sederhana sampai yang bersifat urgen dan kompleks yang
membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai secara seksama
Pelayanan kefarmasian di rumah oleh apoteker adalah
pendampingan pasien oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian
di rumah dengan persetujuan pasien atau keluarganya. Pelayanan
kefarmasian di rumah terutama untuk pasien yang tidak atau belum
dapat menggunakan obat dan atau alat kesehatan secara mandiri,
yaitu pasien yang memiliki kemungkinan mendapatkan risiko
masalah terkait obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan
sosial, karateristik obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas
penggunaan obat, kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang bagaimana menggunakan obat dan atau alat
kesehatan agar tercapai efek yang terbaik .
Dalam melaksanakan Home Care seorang apoteker harus
memperhatikan SOAP (Subjek, Objek, Asessment dan Plan) dari
pasien. SOAP tersebut terdiri dari :
a. Status subjektif / pengamatan subjektif merupakan gejala yang
dilaporkan pasien yang tidak dapat ditegaskan secara mandiri
oleh pengamat dan dikaji dengan pertanyaan sbb:
Bagaimana perasaan saudara ?
Apa gejala saudara ?
Gejala subjektif didokumentasikan dengan huruf S.
b. Gejala objektif membantu dalam mengevaluasi kemujaraban
atau toksisitas terapi yang dikaji dan didokumentasikan. Gejala
objektif dapat diukur oleh mengamat, mencakup :
Demam, Tanda – tanda vital : denyut jantung, suhu, kecepatan
pernafasan, adanya luka – luka pada kulit, kontraksi pada perut
pada waktu palpasi, data/ Nilai Labolatorium, dll.
c. Setelah kemajuan dan status pasien diketahui dari gejala
subjektif, tanda –tanda objektif parameter klinik, Farmasis
mendokumentasi suatu pengkajian dari terapi obat pasien
berkaitan dengan efekasi dan toksisitas. Pertanyaan yang
diajukan kepada diri sendiri antara lain :
Apakah pasien merespon pada terapi ?
Apakah masih ada tanda – tanda toksisitas ?
Apakah hal kepatuhan / psikososial mempengaruhi regimen
obat?
Apakah ada masalah yang berkaitan dengan obat baru dan
perlu didaftar dibawah masalah iniatau ditambah masalah baru
dalam daftar masalah ?
d. Pemantauan dan mendokumentasi informasi SOA adalah
langkah kritis tetapi Perencanaan intervensi dan penerapan
adalah langkah yang paling penting dalam mengotimalkan
perawatan seorang pasien.
4. Mercandising
Marchandise merupakan produk – produk yang dijual digerai.
Sedangan mercandising adalah egiatan pengadaan barang – barang
sesuai dengan bisnis yang dijalani digerai. Selain pengadaan
marcandising juga meliputi strategi – strategi yang digunakan untuk
memajang dan menjual barang hingga sampai kepada pelanggan.
Pada kimia farma apote bebrapa hal yang menjadi strategi
merchandising yakni penggunaan rak – rak atau dalam istilabh
dikenal sebagai gondola, beberapa jenis gondola yang digunakan
adalah :
1. Wall gondola / gondola dinding adalah rak yang menempel pada
dinding
2. Island gondola merupakan rak – rak yang berada di tengah –
tengah ruangan yang menghadap kekiri atau kekanan
3. End gondola merupakan gondola yang dilengkatkan pada island
gondola yang menghadap ke depan dan ke belakang pintu
masuk.
4. Books gondola bukan merupakan rak tempat obat tetapi boks
yang terletak diatas gondola dinding digunakan sebagai space
untuk promosi produk – produk Kimia Farma maupun produk
pihak ketiga dan merupakan salah satu sumber pemasukan
untuk apotek.
Selain penggunaan gondola, marchandising juga meliputi segala hal
yang dapat menarik minat pengunjung atau pasien yang datang ke
apotek.
III.1.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan
mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran.
Perencanaan yang dilakukan di Apotek Kimia Farma Sudiang
dilakukan berdasarkan metode konsumsi dan metode pola penyakit,
tetapi terbatas pada penyakit-penyakit Pasien PRB (pasien rujuk
balik).
b. Pengadaan
Pengadaan yang dilakukan di Apotek kimia Farma yaitu melalui
system Distribusi Center (DC) dan melalui system P4 (Program
pengadaan pola pareto), kebutuhan apotek akan terbaca by system
untuk pemenuhan barang 1 minggu ke depan. Selain itu pengadaan
dapat juga dilakukan dengan membuat Bon Permintaan Barang
Apotek (BPBA) ke Bisnis Manager bila terdapat barang yang
sifatnya mendesak (cito) dengan permintaan barang dari konsumen
cukup sering dengan tujuan untuk menghindari penolakan
obat/resep atau melakukan droppingan antara Apotek Kimia Farma
yang lain yang memiliki persediaan stock sesuai yang dibutuhkan
kemudian dicatat dan dilaporkan ke Bisnis Manager. Sedangkan
untuk pengadaan Psikotropika dan Narkotika itu dipesan langsung
oleh apotek tersebut.
c. Penerimaan
Dari hasil pengacakan P4, outlet menerima faktur dari gudang
bersama barang sesuai dengan hasil pengacakan P4 mingguan.
Barang yang datang dicocokkan dengan jumlah yang ada di faktur,
dicek expired datenya (barang yang datang dengan expired date
kurang dari 6 bulan dikembalikan ke pengadaan), diperiksa
kesesuaian kemasan. Jika barang tidak datang tapi ada di faktur
maka didroping kembali ke pengadaan by system.
d. Penyimpanan
Barang yang datang dari pengadaan (BM) disimpan sesuai
dengan kategori masing-masing obat berdasarkan jenis obatnya,
bentuk sediaan dan kelas terapinya serta disusun secara alfabetis.
Obat OTC (over the counter) disimpan di swalayan sesuai gondola .
Swalayan farmasi berisi medicine, multivitamin & minerals, food
supplement, tradisional medicine, topical, milk and nutrition,
personal care, oral care, first aid, skin care, soap and bodywash,
paper product diapers, baby and child care. Penyusunan barang
menurut kategori tersebut dimaksudkan untuk memudahkan
konsumen dalam mencari dan memilih barang yang akan dibeli.
Barang Ethical (obat keras disimpan di lemari obat bagian dalam
ruang peracikan). Obat jenis suppositoria dan insulin diletakkan di
kulkas obat. Penyimpanan dilakukan dengan system FEFO (first
expired first out) dan FIFO (first in first Out).
e. Pemusnahan
Pemusnahan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin tidak terdistribusinya obat-obat yang rusak dan
kadaluarsa ke konsumen/ klien. Apotek Kimia Farma Sudiang tidak
melakukan pemusnahan obat karena barang yang mendekati
expayer date minimal 3 bulan akan dikembalikan ke Bisnis
Manager. Obat-obat yang kadaluarsa selain narkotika dan
psikotropik itu dimusnahkan di Bisnis Manager.
f. Pengendalian
Pengendalian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma Sudiang
dilakukan dengan kegiatan uji petik dan stock opname. Uji petik
adalah pengujian atas satuan barang yang hanya dilakukan
terhadap sebagian barang yg dipetik dengan satuan barang
tersebut. Uji petik dilakukan dengan cara mengambil minimal 20
macam obat secara acak tiap hari oleh karyawan. Dalam uji petik
diperiksa kesesuaian stock computer dengan fisik. Barang yang
mendekati expayer date minimal 3 bulan dikembalikan ke
pengadaan dalam kemasan utuh untuk diretur ke distributor
masing-masing. Untuk barang yang kurang laku (KL) dan tidak laku
(TL) ditawarkan ke outlet yang laku atau di dropping ke bagian
pengadaan /gudang. Sedangkan stock opname dilakukan terhadap
semua barang tanpa kecuali dengan mencocokkan juga stock fisik
dengan jumlah yang ada didaftar.
g. Pencatatan dan pelaporan
Narkotika dan psikotropika dilaporkan tiap bulan ke Dinas
Kesehatan kota secara online menggunakan aplikasi Sistem
Pelaporan Narkotika dan psikotropika (SIPNAP) dari dinkes kota
dan ditembuskan ke BPOM. Hasil pelaporan dicetak dan diarsipakn
di outlet.
III.1.2 Pelayanan Farmasi Klinis
Kegiatan pelayanan Farmasi Klinis di Apotek Kimia Farma
Pelengkap meliputi :
Kajian administratif meliputi:
1) Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2) Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon
dan
paraf; dan
3) Tanggal penulisan resep.
Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1) Bentuk dan kekuatan sediaan;
2) Stabilitas; dan
3) Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
1) Ketepatan indikasi dan dosisobat;
2) Aturan, cara dan lama penggunaan obat;
3) Duplikasi dan/atau polifarmasi;
4) Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi
klinis lain);
5) Kontraindikasi; dan
6) Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka
apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.
Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian
informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal
sebagai berikut :
1. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep dan
mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik
obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi : Warna putih
untuk obat dalam/oral; warna biru untuk obat luar dan suntik;
menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi
atau emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk
obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian
antara penulisan etiket dengan resep);
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan
minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara
penyimpanan obat dan lain-lain;
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara
yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya tidak stabil;
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya;
8. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
apoteker (apabila diperlukan);
9. Menyimpan resep pada tempatnya, dan apoteker membuat
catatan pengobatan pasien.
Apoteker di Apotek juga dapat melayani obat non resep atau
pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada
pasien yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat
bebas atau bebas terbatas yang sesuai.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat, informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat
bebas dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan,
harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
Kegiatan pelayanan informasi obat di Apotek meliputi :
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;
7. Melakukan program jaminan mutu.
Pelayanan informasi obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.
Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan
pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,
kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam
penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
Untuk mengawali konseling. Apoteker menggunakan three prime
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus
melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan.
Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya.
Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
A. Pelayanan Resep Racikan
Skrining Administratif
Tabel III. 1 Persyaratan administratif resep
Bagian Resep Kelengkapan Ada Tidak Ada Keterangan
Inscription Nama Dokter √ Disamarkan
SIP √ Tidak Ada
No. Telepon √ 0851 0009 804
Alamat √ Tidak Ada
Praktek
Tempat dan √
Tanggal Makassar 16
Penulisan Januari 2017
Resep
Invocatio Tanda R/ √ R/ Lansoprazole
Prescriptio Nama Obat √ XXX
Bentuk √ S 2 dd 1
Sediaan R/ Buscopan 10 mg
Dosis Obat √ Domperidon 10 mg
Jumlah yang √ Alprazolam 0,25 mg
Diminta m.f Pulv dd da in
Signature Aturan Pakai √ caps XX
S 2 dd 1
R/ Neurosanbe XXX
S 1 dd 1
Nama Pasien √ Disamarkan
Umur Pasien √ 55 Tahun (Dilihat
dari Tanggal Lahir
Pasien)
Bobot Badan √
Pasien Tidak Ada
Alamat Pasien √ Tidak Ada
Subscriptio Paraf/Tanda √ Ada
Tangan Dokter
Berdasarkan skrining administrasi resep di atas, terdapat beberapa
kekurangan dalam resep, yaitu :
1. Tidak tercantum nomor SIP pada lembar resep. Nomor SIP
diperlukan untuk menjamin keabsahan resep yang ditulis bahwa
dokter penulis resep memiliki kompetensi dan telah mendapatkan
surat izin untuk melakukan praktek. Sebaiknya dilakukan komunikasi
kepada dokter yang bersangkutan untuk mengonfirmasikan nomor
SIP nya.
2. Tidak tercantum nomor telepon pasien. Nomor telepon penting
untuk menghubungi pasien jika terdapat kesalahan saat pelayanan
resep secara cepat ataupun untuk pengontrolan penggunaan obat.
Nomor telepon dapat diminta oleh farmasis saat pelayanan resep.
3. Tidak tercantum alamat pasien. Alamat pasien diperlukan untuk
mencegah jika terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam penyerahan
obat, bisa diantisipasi dengan cara menanyakan langsung alamat
pasien pada saat melayani resep.
4. Tidak adanya nama terang dan paraf dari penerima obat. Hal
tersebut diperlukan agar kita dapat mengetahui siapa yang menebus
obat pasien.
5. Berat badan dan tinggi badan. Hal tersebut diperlukan namun dapat
langsung ditanyakan ke pasien.
6. Jam pemberian Obat. Hal tersebut diperlukan agar pasien dapat
mengetahui dan meminum obat tepat waktu.
Skrining Farmasetik
a. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan untuk obat di dalam resep (OOP,
2010) :
1. Tablet yang berisi Buscopan 10 mg, Domperidon 10 mg, dan
Alprazolam 0,25 mg. Untuk obat kedua yaitu Lansoprazole dalam
bentuk Kaplet.
2. Pada R/ Ketiga neurosanbe kaplet. Pasien ini merupakan pasien
dewasa sehingga pemberian obat dengan bentuk sediaan kapsul
dan Kaplet sudah tepat.
b. Kesesuaian Dosis
1. Obat racikan
a) Buscopan® 10 mg (OOP : 2010)
Setiap tablet Buscopan mengadung Hyoscine butylbromida 10
mg. Dosis Lazim dewasa sehari 10-50 mg. Dosis yang
diberikan dokter adalah dosis sekali minum sehari 20 mg. Dosis
yang diberikan masuk dalam range dosis lazim.
b) Domperidon® 10 mg (OOP : 2010)
Setiap tablet mengandung domperidon 10 mg. Dosis lazim
dewasa sehari 10-40 mg. Dosis yang diberikan dokter adalah
dosis sehari 20 mg. Dosis yang diberikan masuk dalam range
dosis lazim.
c) Alprazolam® 0,25 mg (Dexa Medika)
Setiap tablet mengandung alprazolam 0,25 mg. Dosis lazim
dewasa sehari 0,25-4 mg. Dokter memberikan dosis sehari 0.5
mg. Dosis tersebut masuk dalam range dosis lazim.
2. Obat Non Racikan
a) Lansoprazole® (OOP : 2010).
Dosis lazim dewasa : 15-30 mg satu kali sehari. Dosis yang
diberikan dokter kepada pasien yaitu 30 mg dua kali sehari.
Dosis masuk dalam range dosis lazim dan tidak melebihi dosis
maksimum.
b) Neurosanbe® (Sanbe Farma)
Dosis lazim dewasa 1-2 tablet sehari. Dosis maksimum 4 tablet
sehari. Dokter memberikan dosis 1 kali sehari. Dosis masuk
dalam rangen dosis lazim.
c. Pertimbangan Klinis
1. Ketepatan Indikasi
Obat-obat yang diresepkan oleh dokter untuk pasien adalah
Buscopan® (Hyoscine Butylbromide) 10 mg. Obat ini termasuk
golongan antiolinergik atau antispasmodik. Hyoscine butylbromide
berfungsi mengurangi kontraksi otot lambung, otot polos organ-
organ di perut sehingga diindikasikan untuk meredakan nyeri perut
akibat keram pada otot lambung, otot usus, saluran kencing,
kantung kencing, kantung empedu dan rahim. Domperidon®
bekerja dengan cara menghindari refluks empedu dari duodenum
ke lambung. Alprazolam® memiliki efek yang sama dengan
Benzodiazepine yang memiliki efek sebagai anti cemas, hipnotik
(membuat mengantuk). Lansoprazole® merupakan obat golongan
penghambat pompa proton yang biasa digunakan untuk
menurunkan produksi asam lambung. Neurosanbe® (Vitamin B1,
Vitamin B6 dan Vitamin B12) merupakan vitamin yang sangat baik
untuk kesehatan saraf (neuron). Vitamin ini biasa diresepkan untuk
pasien yang mengalami pegal-pegal otot, kesemutan dan pasien
anemia (OOP : 2010).
2. Kerasionalan Obat
Menurut American Medical Association (AMA) kombinasi dari 3
obat dalam racikan tidak rasional sedangkan dalam resep tersebut
terdapat 3 jenis obat yang diracik, sehingga dapat disimpulkan
bahwa resep racikan tidak rasional menurut AMA (Edwards :
2000).
3. Aturan, Cara, dan Lama Penggunaan Obat
Penggunaan obat lansoprazole® yang diberikan oleh dokter telah
rasional yaitu pemberian 2 kali dalam sehari selama kurang lebih
15 hari (2 minggu). Sedangkan untuk resep racikannya telah
sesuai karena pemberian yang dianjurkan oleh dokter 2 kali sehari
selama 10 hari, pengobatan untuk gangguan lambung minimal 2
minggu. Selanjutnya neurosanbe® sebagai multivitamin yang
diberikan satu kali sehari tidak sesuai dengan dosis lazim 3 kali
sehari sehingga tidak akan memberikan efek yang signifikan (OOP
: 2010).
4. Polifarmasi dan Duplikasi Obat
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang
banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Sedangkan duplikasi obat adalah pemberian lebih dari satu obat
yang mempunyai khasiat dan mekanisme kerja obat yang sama
(OOP : 2010). Pada resep terdapat 5 macam obat yang
mengindikasikan polifarmasi pengobatan. Resep yang polifarmasi
adalah resep yang mengandung lebih dari 3 macam obat.
Banyaknya jumlah obat dalam resep juga akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya interaksi antara obat yang satu dengan
obat yang lain. Interaksi yang muncul dapat bersifat sinergis dan
antagonis tergantung dari mekanisme kerjanya masing-masing.
5. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug
reaction (ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan penggunaan obat yang
timbul sebagai bagian dari aksi farmakologis obat yang
kejadiannya mungkin tidak dapat diperkirakan (Edwards, 2000).
ROTD yang mungkin terjadi yaitu :
a. Lansoprazole®
Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan lansoprazole
biasanya sangat jarang terjadi, seperti gangguan lambung-
usus, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan
rasa kantuk atau sukar tidur (OOP : 2010).
b. Boscopan®
Efek yang diakibatkan karena penggunaan buscopan seperti
gelisah, bingung, eksitasi, halusinasi dan delirium. Tetapi efek
tersebut hanya akan terjadi apabila dosis yang diberikan terlalu
tinggi (MIMS : 2013)
c. Domperidon®
Efek yang tidak diinginkan sangat jarang terjadi dan berupa
kejang-kejang usus sementara dan reksi alergi kulit (MIMS :
2013).
d. Alprazolam®
Pada permulaan terapi dapat terjadi efek yang tidak diinginkan,
tetapi biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa
waktu. Efek yang sering terjadi adalah rasa kantuk, ataxia, letih-
lesu dan reaksi psikis (pikiran kacau, daya reaksi diperlambat)
(OOP : 2010).
6. Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan
untuk pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat-obat
tersebut. Namun, kontraindikasi yang secara langsung berkaitan
dengan kondisi klinik pasien maupun obat-obat lain yang
dikonsumsi pasien, tidak ditemukan adanya kontraindikasi (MIMS :
2013).
d. Uraian Obat
1. Lansoprazole® (Brosur)
Komposisi
Lansoprazole 30 mg
Nama Paten
Lancid, Lanpracid, lazol, Prazotec, Ulceran
Farmakologi
Lansoprazole® menghambat sistem enzim H+, K+ ATP ase (pompa
proton) pada sel parietal mukosa lambung secara spesifik
sehingga produksi asam lambung tahap akhir dihambat.
Indikasi
Ulkus duodenum, ulkus gaster jinak, esofagitis refluks.
Kontraindikasi
Pasien yang hipersensitivitas terhadap lansoprazole.
Efek Samping
Efek yang tidak diinginkan pada penggunaan lansoprazole
biasanya sangat jarang terjadi, seperti gangguan lambung-usus,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, vertigo, gatal-gatal dan rasa
kantuk atau sukar tidur.
Peringatan dan Perhatian
Pengawasan ketat pada psien gangguan fungsi hati dan gagal
jantung kongestif.
Dosis
Ulkus duodenum/refluks esofagitis : 1 kapsul sehari selama 4
minggu.
Ulkus gaster jinak : 1 Kapsul sehari selama 8 minggu.
Pasien usia lanjut, pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal,
tidak diperlukan penyesuaian dosis. Jangan melebihi 30 mg/hari.
Sebaiknya diminum pagi hari sebelum makan.
2. Buscopan® (Brosur)
Komposisi
Nyoscine-N-Butylbromide
Nama Paten
Buscopan, Buscotica, Hyscopan
Farmakologi
Buscopan® mempunyai efek antispasmodik spesifik pada otto
polos saluran pencernaan, saluran biliaris (empedu), saluran
genito urinarius (saluran kemih).
Indikasi
Spasme saluran pencernaan, spasme dan diskinesia sistem bilier,
spasme traktus genito urinarius (saluran kemih).
Kontraindikasi
Buscopan jangan diberikan kepada pasien :
 Penderita miastenia gravis dan megakolon.
 Hipersensitivitas atau alergi terhadap Hyoscine-N-
Butylbromide.
 Takikardia .
 Glaukoma sudut sempit.
Efek Samping
Pada kasus yang jarang perna dilaporkan terjadinya reaksi
hipersensitif, khususnya reaksi pada kulit, dan pada kasus yang
sangat jarang perna dilaporkan terjadinya sesak nafas.
Peringatan dan Perhatian
 Hati-hati pemberian buscopan pada penderita glauoma,
obstruksi saluran pencernaan atau urinarius dan takiaritmia
karena risiko komplikasi antikolinergik tinggi pada penderita.
 Karena kemungkinan antikolinergik dapat mengurangi keringat,
buscopan harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan
temperatur tubuh yang meningkat dan situasi dimana
temperatur sekitarnya tinggi.
Dosis
Dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun : 1-2 tablet, 4 kali sehari.
3. Domperidon® (Brosur)
Komposisi
Domperidon 10 mg
Nama Paten
Costil, Dom, Vometa, Vometa FT, Vomitas, Yaridon.
Farmakologi
Domperidon® merupakan antagonis dopamin yang mempunyai
efek antiemetik (anti muntah).
Indikasi
Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional.
Untuk mual dan muntah akut.
Untuk mual dan muntah yang disebabkan oleh pemberian
levodopa dan bromokriptin lebih dari 12 minggu.
Kontraindikasi
 Hipersensitivitas terhadap domperidon.
 Penderita dengan prolaktinoma tumor hipefise yang
mengeluarkan prolaktin.
Efek Samping
Meskipun jarang, dapat terjadi efek samping mengantuk, reaksi
ekstrapiramidal distonik, parkinson, tardive diskinesia (pada pasien
dewasa dan lanjut usia) dan dapat diatasi dengan obat
antiparkinson.
Peringatan dan Perhatian
 Hati-ahti penggunaan domperidon pada wanita hamil dan
menyusui.
 Domperidon® tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang.
 Hati-hati penggunaan domperidon pada penderita gangguan
fungsi hati dan ginjal.
Dosis
Dispepsia fungsional :
 Dewasa dan lanjut usia : 10-20 mg, 3 kali sehari dan jika perlu
10-20 mg, sekali sebelum tidur malam tergantung respon klinik.
Pengobatan jangka melebihi 12 minggu.
Mual dan muntah :
 Dewasa (termasuk lanjut usia) : 10-20 mg, dengan interval
waktu 408 jam.
 Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi) :
0,2-0,4 mg/KgBB sehari, dengan interval waktu 4-8 jam.
4. Alprazolam® (Brosur)
Komposisi
Alprazolam 0,25 mg
Nama Paten
Xanax, Alganax, Zypraz, Alviz.
Farmakologi
Alprazolam® sebagai derivat triazole dari 1,4 benzodiazepin adalah
suatu antidepresi, antipanik dan antiansietas.
Indikasi
 Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala
ansietas.
 Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi.
 Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik
dengan atau tanpa agoraphobia.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitivitas terhadap benzodiazepin,
penderita glaukoma sudut sempit akut, penderita insufisiensi
pulmonaria akut.
Efek Samping
Yang jarang terjadi : perubahan berat badan, nervousness,
gangguan memori/amnesia, pandangan kabur, sakit kepala,
depresi, insomnia termor.
Peringatan dan Perhatian
 Pasien-pasien dengan kecenderungan ketergantungan obat
dan alkohol harus diberikan dengan sangat hati-hati, karena
dapat meningkatkan resiko ketergantungan.
 Tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyesui.
 Hati-hati pemberian obat ini pada pasien gangguan fungsi ginjal
dan hati, insufisiensi pulmonarik kronik.
Dosis
Pasien lanjut usia dosis diberikan mulai 0,5-0,75 mg, dalam dosis
terbagi. Dosis lazim diberikan 0,5-0,75 mg sehari dalam dosis
terbagi, dapat ditambah sesuai kebutuhan dan toleransi tubuh.
5. Neurosanbe® (Brosur)
Komposisi
Vitamin B1, Vitamin B6 dan Vitamin B12.
Nama Paten
Neurosanbe
Farmakologi
 Vitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi
asam alfa-keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat.
 Vitamin B6 di dalam tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat
dan piridoksal fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme
protein dan asam amino.
 Vitamin B12 berperan dalam sintesa asam nukleat dan
berpengaruh pada pemotongan sel dan memelihara integrasi
jaringan saraf.
Indikasi
Untuk pengobatan kekurangan vitamin B1, Vitamin B6 dan B12
seperti polyneuritis.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap komponen obat ini.
Efek Samping
Pemakaian vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan sindroma neuropati.
Peringatan dan Perhatian
Sebaiknya tidak digunakan untuk pasien yang sedang menerima
terapi levodopa.
Dosis
Dosis : 1 tablet sehari atau menurut petunjuk dokter.
e. Penyiapan Obat
1. Obat Racikan
a) Penyiapan Obat
Buscopan® 10 mg = 20 tablet
Domperidon® 10 mg = 20 tablet
Alprazolam® 0,25 mg = 20 tablet
b) Pencampuran dan Pengemasan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan 20 tablet Buscopan, 20 tablet Domperidon, 20
tablet Alprazolam ke dalam blender obat.
3. Diblender obat selama ±30 detik hingga obat tercampur
homogen.
4. Dimasukkan serbuk homogen ke dalam cangkang kapsul
sebanyak 20 kapsul.
5. Dimasukkan 20 kapsul ke dalam sak plastik dan diberi etiket
warna putih dengan aturan pakai dikonsumsi tiap 8 jam
masing-masing 1 kapsul setelah makan.
2. Obat Non Racikan
a) Penyiapan Obat
Lansoprazole® = 30 Kapsul
Nerosanbe® = 30 Tablet
b) Pengemasan dan Pemberian Etiket
1. Sejumlah 30 kapsul Lansoprazole 30 mg dimasukkan ke
dalam plastik obat, dan diberi etiket berwarna putih dengan
aturan penggunaan diminum tiap 12 jam pada pagi, dan
malam masing-masing 1 kapsul dapat diminum sebelum
makan.
2. Sejumlah 30 tablet nerosanbe dimasukkan ke dalam plastik
obat, dan diberi etiket berwarna putih dengan aturan
penggunaan diminum satu kali sehari pada pagi hari setelah
makan.
B. Pelayanan Resep Narkotika/Psikotropika
Skrining Administratif
Tabel III. 2 Persyaratan administratif resep
Bagian Resep Kelengkapan Ada Tidak Ada Keterangan
Inscription Nama Dokter √ Disamarkan
SIP √ Tidak Ada
No. Telepon √ 0812 4171 181
Alamat √ Tidak Ada
Praktek
Tempat dan √
Tanggal Makassar 25 Januari
Penulisan 2017
Resep
Invocatio Tanda R/ √ R/ Alprazolam 1 mg No
Prescriptio Nama Obat √ LX
Bentuk √ S 2 dd 1
Sediaan
Dosis Obat √
Jumlah yang √
Diminta
Signature Aturan Pakai √
Nama Pasien √ Disamarkan
Umur Pasien √ 50 Tahun
Bobot Badan √
Pasien Tidak Ada
Alamat Pasien √ Tidak Ada
Subscriptio Paraf/Tanda √ Ada
Tangan Dokter
Berdasarkan skrining administrasi resep di atas, terdapat beberapa
kekurangan dalam resep, yaitu :
1. Tidak tercantum nomor SIP pada lembar resep. Nomor SIP
diperlukan untuk menjamin keabsahan resep yang ditulis bahwa
dokter penulis resep memiliki kompetensi dan telah mendapatkan
surat izin untuk melakukan praktek. Sebaiknya dilakukan komunikasi
kepada dokter yang bersangkutan untuk mengonfirmasikan nomor
SIP nya.
2. Tidak tercantum nomor telepon pasien. Nomor telepon penting untuk
menghubungi pasien jika terdapat kesalahan saat pelayanan resep
secara cepat ataupun untuk pengontrolan penggunaan obat. Nomor
telepon dapat diminta oleh farmasis saat pelayanan resep.
3. Tidak tercantum alamat pasien. Alamat pasien diperlukan untuk
mencegah jika terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam penyerahan
obat, bisa diantisipasi dengan cara menanyakan langsung alamat
pasien pada saat melayani resep.
4. Tidak adanya nama terang dan paraf dari penerima obat. Hal
tersebut diperlukan agar kita dapat mengetahui siapa yang menebus
obat pasien.
5. Berat badan dan tinggi badan. Hal tersebut diperlukan namun dapat
langsung ditanyakan ke pasien.
6. Jam pemberian Obat. Hal tersebut diperlukan agar pasien dapat
mengetahui dan meminum obat tepat waktu.
Skrining Farmasetik
a. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan untuk obat di dalam resep yaitu
berbentuk tablet, dengan nama obat Alprazolam 1 mg (OOP : 2010).
b. Kesesuaian Dosis
Alprazolam 1 mg (Dexa Medika)
Setiap tablet mengandung alprazolam 1 mg. Dosis lazim dewasa
sehari 0,25-4 mg. Dokter memberikan dosis sehari 2 mg. Dosis
tersebut masuk dalam range dosis lazim.
c. Pertimbangan Klinis
1. Ketepatan Indikasi
Alprazolam memiliki efek yang sama dengan Benzodiazepine yang
memiliki efek sebagai anti cemas, hipnotik (membuat mengantuk).
Lansoprazole merupakan obat golongan penghambat pompa
proton yang biasa digunakan untuk menurunkan produksi asam
lambung (OOP : 2010).
2. Kerasionalan Obat
Berdasarkan resep obat yang diberikan telah rasional.
3. Aturan, Cara, dan Lama Penggunaan Obat
Dokter memberikan resep penggunaan Alprazolam 2 kali sehari
sebanyak 1 tablet. Penggunaan alprazolam maksimum pemakaian
3 bulam. Berdasarkan resep dokter memberikan obat dengan
penggunaan selama 1 bulan.
4. Polifarmasi dan Duplikasi Obat
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang
banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Sedangkan duplikasi obat adalah pemberian lebih dari satu obat
yang mempunyai khasiat dan mekanisme kerja obat yang sama
(OOP : 2010). Pada resep hanya terdapat 1 macam obat yang
menandakan bahwa tidak adanya polifarmasi.
5. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug
reaction (ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan penggunaan obat yang
timbul sebagai bagian dari aksi farmakologis obat yang
kejadiannya mungkin tidak dapat diperkirakan (Edwards, 2000).
ROTD yang mungkin terjadi saat penggunaan Alprazolam yaitu :
Pada permulaan terapi dapat terjadi efek yang tidak diinginkan,
tetapi biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
Efek yang sering terjadi adalah rasa kantuk, ataxia, letih-lesu dan
reaksi psikis (pikiran kacau, daya reaksi diperlambat).
6. Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan
untuk pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat-obat
tersebut. Namun, kontraindikasi yang secara langsung berkaitan
dengan kondisi klinik pasien maupun obat-obat lain yang
dikonsumsi pasien, tidak ditemukan adanya kontraindikasi.
d. Uraian Obat
Alprazolam® (Brosur)
Komposisi
Alprazolam 1 mg
Nama Paten
Xanax, Alganax, Zypraz, Alviz.
Farmakologi
Alprazolam sebagai derivat triazole dari 1,4 benzodiazepin adalah
suatu antidepresi, antipanik dan antiansietas.
Indikasi
 Antiansietas termasuk neurosis ansietas, gejala-gejala ansietas.
 Antidepresi termasuk ansietas yang berkaitan dengan depresi.
 Antipanik termasuk penyakit-penyakit atau gangguan panik
dengan atau tanpa agoraphobia.
Kontraindikasi
Penderita yang hipersensitivitas terhadap benzodiazepin, penderita
glaukoma sudut sempit akut, penderita insufisiensi pulmonaria akut.
Efek Samping
Yang jarang terjadi : perubahan berat badan, nervousness, gangguan
memori/amnesia, pandangan kabur, sakit kepala, depresi, insomnia
termor.
Peringatan dan Perhatian
 Pasien-pasien dengan kecenderungan ketergantungan obat
dan alkohol harus diberikan dengan sangat hati-hati, karena
dapat meningkatkan resiko ketergantungan.
 Tidak boleh diberikan pada wanita hamil atau menyesui.
 Hati-hati pemberian obat ini pada pasien gangguan fungsi ginjal
dan hati, insufisiensi pulmonarik kronik.
Dosis
Pasien lanjut usia dosis diberikan mulai 0,5-0,75 mg, dalam dosis
terbagi. Dosis lazim diberikan 0,5-0,75 mg sehari dalam dosis terbagi,
dapat ditambah sesuai kebutuhan dan toleransi tubuh.
e. Penyiapan Obat
a) Penyiapan Obat
Alprazolam® = 60 Tablet
b) Pengemasan dan Pemberian Etiket
Sejumlah 60 tablet Alprazolam 1 mg dimasukkan ke dalam plastik
obat, dan diberi etiket berwarna putih dengan aturan penggunaan
diminum tiap 12 jam pada pagi, dan malam masing-masing 1 tablet
dapat diminum sesudah makan.
C. Pelayanan Resep Injeksi
Skrining Administratif
Tabel III. 3 Persyaratan administratif resep
Bagian Resep Kelengkapan Ada Tidak Ada Keterangan
Inscription Nama Dokter √ Disamarkan
SIP √ Tidak Ada
No. Telepon √ 0852 4227 5029
Alamat √ Tidak Ada
Praktek
Tempat dan √
Tanggal Makassar 24 Januari 2017
Penulisan
Resep
Invocatio Tanda R/ √ R/ Flamicort 10 mg Vial
Prescriptio Nama Obat √ No. I
Bentuk √ S Pro IV
Sediaan
Dosis Obat √
Jumlah yang √
Diminta
Signature Aturan Pakai √
Nama Pasien √ Disamarkan
Umur Pasien √ 19 Tahun (Dilihat dari
Tahun Lahir Pasien)
Bobot Badan √
Pasien Tidak Ada
Alamat Pasien √ Tidak Ada
Subscriptio Paraf/Tanda √ Ada
Tangan Dokter
Berdasarkan skrining administrasi resep di atas, terdapat beberapa
kekurangan dalam resep, yaitu :
1. Tidak tercantum nomor SIP pada lembar resep. Nomor SIP
diperlukan untuk menjamin keabsahan resep yang ditulis bahwa
dokter penulis resep memiliki kompetensi dan telah mendapatkan
surat izin untuk melakukan praktek. Sebaiknya dilakukan komunikasi
kepada dokter yang bersangkutan untuk mengonfirmasikan nomor
SIP nya.
2. Tidak tercantum nomor telepon pasien. Nomor telepon penting untuk
menghubungi pasien jika terdapat kesalahan saat pelayanan resep
secara cepat ataupun untuk pengontrolan penggunaan obat. Nomor
telepon dapat diminta oleh farmasis saat pelayanan resep.
3. Tidak tercantum alamat pasien. Alamat pasien diperlukan untuk
mencegah jika terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam penyerahan
obat, bisa diantisipasi dengan cara menanyakan langsung alamat
pasien pada saat melayani resep.
4. Tidak adanya nama terang dan paraf dari penerima obat. Hal
tersebut diperlukan agar kita dapat mengetahui siapa yang menebus
obat pasien.
5. Berat badan dan tinggi badan. Hal tersebut diperlukan namun dapat
langsung ditanyakan ke pasien.
6. Jam pemberian Obat. Hal tersebut diperlukan agar pasien dapat
mengetahui dan meminum obat tepat waktu.
Skrining Farmasetik
a. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan untuk obat di dalam resep yaitu
berbentuk vial, dengan nama obat Flamicort 10 mg (MIMS : 2013).
b. Kesesuaian Dosis
Flamicort® 10 mg vial (Dexa Medika)
Tiap vial mengandung 10 mg Triamcinolone acetonide. Dosis awal
pemberian flamicort yaitu 10 mg. Berdasarkan resep dokter
memberikan 1 vial dalam sehari, artinya dosis sudah sesuai.
c. Pertimbangan Klinis
1. Ketepatan Indikasi
Flamicort biasa digunakan untuk terapi tambahan untuk
pemakaian jangka pendek pada osteoarthritis sinovitis, rheumatoid
arthiritis, bursitis akut dan sub-akut, injeksi alergi, penyakit
dermatologi dan kolagen (OOP : 2010)
2. Kerasionalan Obat
Berdasarkan resep obat yang diberikan telah rasional.
3. Aturan, Cara, dan Lama Penggunaan Obat
Dokter meresepkan pemakaian flamicort dengan cara intravena.
Berdasarkan literatur pemakaian dengan cara intarvena denagn
penggunaan awal 10 mg per vial (MIMS : 2013).
4. Polifarmasi dan Duplikasi Obat
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang
banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Sedangkan duplikasi obat adalah pemberian lebih dari satu obat
yang mempunyai khasiat dan mekanisme kerja obat yang sama
(OOP : 2010). Pada resep hanya terdapat 1 macam obat yang
menandakan bahwa tidak adanya polifarmasi.
5. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug
reaction (ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan penggunaan obat yang
timbul sebagai bagian dari aksi farmakologis obat yang
kejadiannya mungkin tidak dapat diperkirakan (Edwards, 2000).
ROTD yang mungkin terjadi saat penggunaan Flamicort yaitu
Katarak, peningkatan tenakan intraokular dan gangguan
gastrointestinal, namun efek tersebut jarang terjadi.
6. Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan
untuk pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat-obat
tersebut. Namun, kontraindikasi yang secara langsung berkaitan
dengan kondisi klinik pasien maupun obat-obat lain yang
dikonsumsi pasien, tidak ditemukan adanya kontraindikasi (OOP :
2010).
d. Uraian Obat
Flamicort® 10 mg (Brosur)
Komposisi
Triamcinolone acetonida
Nama Paten
Flamicort
Farmakologi
Flamicort® (Triamcinolone) memiliki efek antiinflamasi dan
pembentukan glikogen yang lebih besar, dan berkurangnya efek
samping retensi garam dalam cairan tubuh.
Indikasi
IA/IB injeksi terapi tambahan untuk pemakaian jangka pendek pada
osteoarthritis sinovitis, rheumatoid arthiritis, bursitis akut dan sub-akut,
arthiritis gout akut dan tenosinovitis nonsptik, epikondilitis dan
osteoarthritis sesudah trauma.
ID Injeksi pengobatan dermatosis dan tumour cystic pada tendon.
IM injeksi alergi, penyakit dermatologi dan kolagen, gangguan rematik,
edema.
Kontraindikasi
Injeksi jamur sistemik. IM : Idiopatik trombositopenia purpura.
Efek Samping
Cushingoid, Amenorrhea, hiperhidrosis, gangguan mental dan
neurologi, hipertensi intracranial, pangkreatitis akut dan osteonokrosis
aseptik. Otot lemas, katarak, peningkatan tekanan intraokular.
Gangguan gastrointestinal.
Peringatan dan Perhatian
Gagal jantung kongestif atau hipertensi, diabetes melitus, infeksi,
gagal ginjal kronik, uremia, tuberkulosa aktif atau laten, vaksin
smallpox atau imunisasi lainnya. Pemakaian jangka panjang.
Kehamilan dan laktasi. Usia lanjut, anak.
Dosis
IA/IB Awal 10 mg/mL boleh bertukar-tukar 2,5-5 mg untuk Smaller joint
dan 5-15 mg large joint.
ID max : 1 mg/suntikan.
IM Awal 2,5-60 mg/hari.
Dewasa dan anak diatas 12 tahun awal 60 mg ke bagian dalam otot
gluteal.
Anak 6-12 tahun awal 40 mg.
e. Penyiapan Obat
a) Penyiapan Obat
Flamicort® 10 mg Vial
b) Pengemasan dan Pemberian Etiket
Sebanyak 1 vial obat flamicort dimasukkan ke dalam sak plastik
dan diberikan etiket berwarna biru
D. Pelayanan Resep Penggunaan Khusus
Skrining Administratif
Tabel III. 4 Persyaratan administratif resep
Bagian Resep Kelengkapan Ada Tidak Ada Keterangan
Inscription Nama Dokter √ Disamarkan
SIP √ Tidak Ada
No. Telepon √ 0822 0100 125
Alamat √ Tidak Ada
Praktek
Tempat dan √
Tanggal Makassar 20 Januari 2017
Penulisan
Resep
Invocatio Tanda R/ √ R/ Avamys No. I
Prescriptio Nama Obat √ S 1 dd 1 Spray
Bentuk √
Sediaan
Dosis Obat √
Jumlah yang √
Diminta
Signature Aturan Pakai √
Nama Pasien √ Disamarkan
Umur Pasien √ 29 Tahun (Dilihat dari
Tahun Lahir Pasien)
Bobot Badan √
Pasien Tidak Ada
Alamat Pasien √ Tidak Ada
Subscriptio Paraf/Tanda √ Tidak Ada
Tangan Dokter
Berdasarkan skrining administrasi resep di atas, terdapat beberapa
kekurangan dalam resep, yaitu :
1. Tidak tercantum nomor SIP pada lembar resep. Nomor SIP
diperlukan untuk menjamin keabsahan resep yang ditulis bahwa
dokter penulis resep memiliki kompetensi dan telah mendapatkan
surat izin untuk melakukan praktek. Sebaiknya dilakukan komunikasi
kepada dokter yang bersangkutan untuk mengonfirmasikan nomor
SIP nya.
2. Tidak tercantum nomor telepon pasien. Nomor telepon penting untuk
menghubungi pasien jika terdapat kesalahan saat pelayanan resep
secara cepat ataupun untuk pengontrolan penggunaan obat. Nomor
telepon dapat diminta oleh farmasis saat pelayanan resep.
3. Tidak tercantum alamat pasien. Alamat pasien diperlukan untuk
mencegah jika terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam penyerahan
obat, bisa diantisipasi dengan cara menanyakan langsung alamat
pasien pada saat melayani resep.
4. Berat badan. Hal tersebut diperlukan namun dapat langsung
ditanyakan ke pasien.
Skrining Farmasetik
a. Kesesuaian Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan yang diberikan untuk obat di dalam resep yaitu
berbentuk semprot, dengan nama obat Avamyst ® (Fluticasone
Furoate) (MIMS : 2013).
b. Kesesuaian Dosis
Avamyst® (Fluticasone Furoate)
Penggunaan Avamyst yaitu 1 kali sehari 1 spray di lubang hidung.
c. Pertimbangan Klinis
1. Ketepatan Indikasi
Avamyst digunakan untuk mengobati asma, biasanya obat
diberikan singkat dari 2-3 minggu.
2. Kerasionalan Obat
Berdasarkan resep obat yang diberikan telah rasional.
3. Aturan, Cara, dan Lama Penggunaan Obat
Dokter meresepkan pemakaian Avamyst dengan dosis 1 kali sehari
sebanyak 1 spray atau semprot.
4. Polifarmasi dan Duplikasi Obat
Polifarmasi merupakan penggunaan obat dalam jumlah yang
banyak dan tidak sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Sedangkan duplikasi obat adalah pemberian lebih dari satu obat
yang mempunyai khasiat dan mekanisme kerja obat yang sama
(OOP : 2010). Pada resep hanya terdapat 1 macam obat yang
menandakan bahwa tidak adanya polifarmasi.
5. Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug
reaction (ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan penggunaan obat yang
timbul sebagai bagian dari aksi farmakologis obat yang
kejadiannya mungkin tidak dapat diperkirakan (Edwards, 2000).
ROTD yang mungkin terjadi saat penggunaan Avamyst yaitu
Epistaksis, ulserasi nasal, untuk anak-anak dapat menghambat
pertumbuhan.
6. Kontraindikasi
Obat-obat yang diresepkan secara umum dikontraindikasikan
untuk pasien yang memiliki hipersensitifitas terhadap obat-obat
tersebut. Namun, kontraindikasi yang secara langsung berkaitan
dengan kondisi klinik pasien maupun obat-obat lain yang
dikonsumsi pasien, tidak ditemukan adanya kontraindikasi (OOP :
2010).
d. Uraian Obat
Avamyst® (Brosur)
Komposisi
Fluticasone Furoate
Nama Paten
Avamyst
Farmakologi
Avamyst (Fluticasone Furoate) menghambat pembentukan mediator
peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien. Selain itu berfungsi
mengurangi sekresi mukus dan menghambat proses peadangan.
Indikasi
Pengobatan gejala-gejala rinitis aleri pada orang dewasa, remaja ≥ 12
tahun, dan anak usia 6-11 tahun.
Kontraindikasi
Untuk pasien yang hipersensitivitas terhadap zat obat.
Efek Samping
Epistaksis, ulserasi nasal.
Peringatan dan Perhatian
Penyakit hati berat, gangguan fungsi adrenal, riwayat peningkatan
TIO, glaukoma dan ampul atau katarak. Hindari penggunaan jangka
lama dengan dosis tinggi. Lakukan pemantauan berkala terhadap
tinggi badan anak yang mendapat terapi jangka lama. Hamil dan
laktasi.
Dosis
Dewasa dan remaja ≥ 12 tahun : Dosis awal 2 semprotan pada tiap
lubang hidung. Dosis rumat : 1 semprotan pada tiap lubang hidung.
Anak 6-11 tahun : Dosis awal 1 semprotan pada tiap lubang hidung,
lalu kurangi dosis menjadi 1 semprotan pada tiap lubang hidung jika
gejala sudah terkendali. Semua dosis diberikan 1 kali/hari. Hanya
untuk pemberian intra nasal.
e. Penyiapan Obat
1. Penyiapan Obat
Avamyst®
2. Pengemasan dan Pemberian Etiket
Diberikan Avamyst dan diberikan etiket biru.
f. Cara Menggunakan Obat Khusus
1. Cuci tangan dengan air dan sabun.
2. Bersihkan hidung dari kotoran yang dapat menghambat masuknya
obat.
3. Buka tutup obat semprotan dan masukkan ujung semprotan ke
dalam lubang hidung, tutup lubang hidung lainnya dengan tangan.
4. Sambil menarik napas, secara bersamaan semprotan obat ke
dalam hidung.
5. Lakukan hal yang sama pada lubang hidung lainnya (jika
diperlukan).
6. Setelah selesai, tutup kembali botol semprot dan bersihkan tangan
dengan air dan sabun.
III.1.3 Manajerial Apotek
Penerapan sistem managerial di Apotek Kimia Farma Pelengkap meliputi :
1. Pengaturan beban kerja
Pengaturan beban kerja dilakukan secara proporsional, baik itu
apoteker pengelola apotek, apoteker pendamping, dan asisten
apoteker masing-masing mempunyai tugas perorangan.
2. Pengaturan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang
a. Apoteker bertugas mengawasi semua kegiatan yang dilakukan
di apotek (fungsi managerial dan pelayanan, konseling,
pelaporan dan control).
b. Apoteker pendamping bertugas untuk membantu APA dalam
pelaksanaan tugas dan mengawasi semua kegiatan jika
apotekernya tidak ada.
c. Asisten Apoteker melaukan uji petik tiap hari minimal 20 item
tiap hari, membertsihkan dan mengatur barang sesuai dengan
bagian gondola masing-masing, serta melakukan penjualan.
3. Pengawasan (supervisi)
Pengawasan (supervisi) dilakukan oleh apoteker penangguang
jawab.
4. Promosi dan strategi penjualan
Apoteker Pengelola Apotek melaukan promosi dengan cara
sosialisasi ke instansi seperti Puskesmas.
III. 1. 4 Studi Kelayakan Apotek
PROPOSAL
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK
“Reysa Farma”
Jl. P. Diponegoro Kota Serui, Papua

I. Latar Belakang
Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh
pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana
pelayanan kesehatan, salah satunya adalah apotek. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2003, maka
definisi apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian,
penyalur sediaan, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat. Dalam peraturan ini seorang apoteker bertanggungjawab
atas pengelolaan apotek, sehingga pelayanan obat kepada
masyarakat akan lebih terjamin keamanannya, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Apotek merupakan suatu institusi yang di dalam pelaksanaanya
mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan
(patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya
sebagai unit pelayanan kesehatan, fungsi apotik adalah menyediakan
obat‐obatan yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Sedangkan fungsi apotek sebagai institusi
bisnis, apotek bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dan hal ini
dapat dimaklumi mengingat investasi yang ditanam pada apotek dan
operasionalnya juga tidak sedikit. Pada saat ini kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat
sebagai komoditi menjadi pelayanan yang berfokus pada pasien yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peran apoteker
diharapkan dapat menyeimbangkan antara aspek klinis dan aspek
ekonomi demi kepentingan pasien.
Apotek merupakan tempat pengabdian seorang apoteker yang
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker dimana apoteker dapat
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam
memberikan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien
dalam pengobatan yang rasional. Sebagai salah satu tenaga
kesehatan, seorang apoteker harus mampu menempatkan profesinya
diantaranya yaitu pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pelayanan atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat.
Dalam mendirikan sebuah apotek, keberadaan apotek sangat
penting. Saat ini jumlah apotek yang berdiri di kecamatan-kecamatan
masih terbatas sehingga masyarakat sulit untuk mendapatkan obat,
informasi obat serta pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan didirikannya apotek
dapat memperluas akses obat murah dan terjamin kepada masyarakat
serta bertujuan juga untuk menertibkan peredaran obat-obat palsu dan
ilegal, serta memberikan kesempatan kepada apoteker untuk
memberikan pelayanan kefarmasian.
II. Tujuan Pendirian Apotek
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan informasi akan
perbekalan farmasi (obat, bahan obat dan alat kesehatan)
termasuk memberikan edukasi dan konsultasi kesehatan kepada
pasien.
2. Menyediakan berbagai macam perbekalan farmasi dan alat
kesehatan
3. Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
bidang farmasi
III. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi apotek yang menerapkan pelayanan kefarmasian
yang bermutu, berkualitas dan terpercaya serta menguntungkan
bagi konsumen dan karyawan.

2. Misi
Misi dari apotek ini adalah:
a. Menyediakan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi
lainnya yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat.
b. Melaksanakan Pharmaceutical Care secara profesional.
c. Mengevaluasi kinerja di apotek secara rutin dan menyeluruh
serta senantiasa melakukan perbaikan.
d. Mengutamakan keselamatan dan kepentingan pasien.
e. Melaksanakan sistem manajemen yang efektif dan efisien.
IV. Strategi
Strategi dari apotek antara lain:
1. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta
perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan pola kebutuhan
masyarakat sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan
mempercepat tercapainya keuntungan yang besar.
2. Menjamin terapi obat yang diberikan kepada pasien tepat, efektif,
nyaman dan aman.
3. Membuka praktek Apoteker bagi masyarakat yang membutuhkan
informasi obat yang digunakan secara khusus.
4. Memberikan KIE kepada pasien.
5. Meningkatkan kualitas kinerja karyawan dan memberlakukan
sistem reward dan punishment bagi seluruh karyawan.
6. Merancang standar prosedur operasi dan standar kerja organisasi.
7. Melakukan efisiensi biaya pengobatan.
8. Melakukan sosialisasi dan edukasi peranan apoteker kepada
masyarakat serta informasi obat.
V. Aspek-Aspek Apotek
a. Nama dan Alamat Apotek
Apotek yang akan didirikan bernama “Reysa Farma”
terletak di Jl. P. Diponegoro, Kota Serui, lokasi apotek yang
strategis dan akan mendukung keberhasilan apotek dan kaitannya
dengan profit.
b. Denah Lokasi: terlampir
c. Data-data pendukung:
1. Kepadatan Penduduk
Apotek Reysa Farma berada di daerah dengan
kepadatan penduduk yang lumayan tinggi, dekat dengan
perumahan warga, kantor, Rumah Sakit, dan sekolah.
2. Tingkat sosial dan ekonomi
Apotek Reysa Farma berada di lingkungan yang tingkat
pendidikan masyarakatnya tinggi, mengingat penduduknya
sebagian besar pegawai, dan wiraswasta. Tingkat kesadaran
akan kesehatan masyarakat sedang. Tingkat ekonomi &
konsumsi penduduk secara umum cenderung menengah
keatas.
3. Pelayanan kesehatan lain
Sarana pelayanan kesehatan di sekitar apotek yaitu
terdapat Kantor Lurah, Bank, Puskesmas dan Rumah Sakit.
4. Jumlah Pesaing
Jumlah Apotek ada 3 jaraknya ± 7 km. Dengan melihat
lokasi yang strategis maka diharapkan apotek dapat
berkembang degan cepat.
5. Situasi dan Kondisi Apotek
Lingkungan Apotek “Reysa Farma” relatif ramai karena
berada di daerah perumahan penduduk. Serta mudah
dijangkau karena terletak di jalur ramai yang biasa dilewati
masyarakat untuk berangkat bekerja, maupun mengantar
anaknya sekolah dan memiliki area parkir luas.
VI. Peluang dan Prospek Pemasaran
Melihat lokasi apotek yang strategis dan memperhatikan pola
pengobatan mandiri masyarakat (Swamedikasi), maka pendirian
Apotek “Reysa Farma” mempunyai prospek pemasaran yang cukup
bagus karena:
1. Kepadatan penduduk yang tinggi sebab merupakan daerah
pemukiman penduduk, kantor Lurah, Pasar Serui, Sekolah,
Puskesmas dan Rumah Sakit.
2. Letak apotek yang strategis dekat dengan jalan raya.
3. Lingkungan calon Apotek relatif aman
4. Penerapan staretegi pemasaran yang mengedepankan citra
apotek yang lebih ekonomis, informatif, pelayanan ramah, lengkap
dan memberikan kenyamanan bagi konsumen yang didukung
dengan sarana dan prasarana yang ada di Apotek.
5. Menyediakan pelayanan kesehatan seperti: pelayanan dan
konsultasi obat dengan apoteker, menyediakan pemeriksaan
kesehatan (TD, BB, dan gula darah).
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari survey pendahuluan
terhadap posisi strategis daerah/ peta lokasi dan keberadaan
kompetitor, dapat diterangkan beberapa hal yang penting. Hal ini
dapat dilihat dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
terhadap apotek “Reysa Farma” yang akan didirikan (Swot Analisis).
1. Kekuatan/Strength
Yang menjadi kekuatan kompetitif apotek “Reysa Farma”
yang akan didirikan adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan obat, bahan obat, alkes serta perbekalan
farmasi lainnya di apotek Reysa Farma relatif lengkap sesuai
kebutuhan masyarakat yang mampu mencapai kepuasan
pelanggan sehingga akan meningkatkan omset apotek.
b. Tingkat ekonomi dan konsumsi yang cukup tinggi (menengah
keatas).
c. Harga ekonomis dan terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
d. Apotek dengan pelayanan berbasis Pharmaceutical
Care dengan tepat, cermat dan cepat.
e. Letak/lokasi apotek mudah dijangkau (denah terlampir)
f. Memiliki Apoteker yang memiliki pengetahuan tentang obat-
obatan dan pengobatan, memberikan pelayanan yang ramah
dan sopan.
g. Apoteker “Reysa Farma” menerapkan konsep pelayanan
kefarmasian “No Pharmacist No Service”
2. Kelemahan/Weakness
Membutuhkan waktu untuk sosialisasi kepada
masyarakat untuk memperoleh pelanggan yang loyal.
3. Peluang/Opportunity
a. Potensi daerah
(1) Jumlah penduduk tinggi karena merupakan daerah
pemukiman penduduk, kantor Lurah, Pasar Serui,
Sekolah, Puskesmas dan Rumah Sakit sehingga menjadi
sumber pelanggan apotek yang potensial.
b. Lokasi daerah
(1) Calon lokasi apotek Reysa Farma strategis karena terletak
di Sebelah jalan raya yang merupakan akses utama
masyarakat sekitar sehingga mempermudah masyarakat
untuk mengakses obat, yang dulunya susah karena 2
apotek pesaing lainnya berada sangat jauh sehingga
masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk memperoleh obat
lagi karena selain dekat dengan Rumah Sakit juga dekat
dengan Puskesmas.
4. Ancaman/Threat
Ada 2 Apotek kompetitor di daerah tersebut, dimana jarak
antara Apotek berada ± 7 km, serta 2 mini market yang berjarak ±
2 km.
VII. Aspek Pasar dan Pemasaran
1. Potensi pasar
Letak/lokasi apotek strategis dan mudah dijangkau karena
dekat pemukiman, kantor Lurah, Pasar Serui, Sekolah,
Puskesmas dan Rumah Sakit sehingga menjadi sumber
pelanggan apotek yang potensial.
Perkiraan konsumen:
a. Resep
b. Konsumen yang membeli OTC, alkes dan komoditi lain.
2. Market Share
a. Jumlah pesaing terdekat di sekitar apotek “Reysa Farma”: 2
apotek yang berjarak ± 7 km.
b. Jumlah perkiraan pasien di sekitar apotek “Reysa Farma”
setiap hari sebanyak 7 pembelian resep, 50 pembelian OWA
dan 150 obat bebas
VIII. Rencana Strategi Pengembangan
1. Penetapan harga yang kompetitif dibandingkan dengan apotek
yang ada di sekitar.
2. Kerja sama dengan dokter praktek dalam pelayanan kesehatan
guna meningkatkan keberhasilan terapi yang rasional (Rencana
setelah 1 tahun apotek berdiri).
3. Sosialisasi ke warga di sekitar apotek melalui penyebaran brosur
atau leaflet kesehatan dan memberikan edukasi kemasyarakat
langsung tentang obat dan peran apoteker setiap dua minggu
sekali di bulan awal apotek didirikan dan 2 bulan sekali di bulan-
bulan berikutnya.
4. Memberikan pelayanan kefarmasian dengan komunikasi yang
efektif dan elegan untuk mendapatkan customer loyality sesuai
dengan Branch image yang akan apotek “Reysa Farma” bangun.
5. Memperbanyak produk yang ditawarkan dengan menyesuaikan
pola kebutuhan pasien.
6. Pada tahun pertama pendirian rutin melaksanakan penyuluhan
tentang obat dan penyakit kepada masyarakat.
IX. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Untuk dapat mengelola sebuah apotek diperlukan Human
Capital yang memiliki komunikasi efektif dan elegan dalam menangani
setiap kegiatan baik yang berhubungan dengan administratif maupun
pelayanan di Apotek sehingga visi dan misi Apotek dapat terlaksana.
Apotek “Reysa Farma” merekrut 5 karyawan dengan susunan sebagai
berikut:
1. Apoteker Pengelola Apotek :1 orang
2. Apoteker Pendamping :1 orang
3. Asisten Apoteker :2 orang
4. Administrasi umum :2 orang
Dasar pertimbangan perekrutan karyawan tersebut adalah:
1. Jam kerja: 07.00-21.30, dibagi menjadi 2 shift yaitu jam 07.00-
14.00 dan jam 14.00-21.30 (Hari minggu dan hari besar
keagamaan libur). Shiff 1 : APA + AA + Administrasi masuk mulai
07.00-14.00 dan Shiff 2 : Aping + AA + Administrasi jam 14.00-
21.30.
2. Dana yang tersedia (bagian aspek modal dan biaya dari PSA).
3. Sumber daya manusia merupakan Human Capital, oleh karena itu
SDM di Apotek “Reysa Farma” haruslah orang-orang yang
memiliki kelebihan yang tidak dapat ditiru oleh apotek lain yang
mampu menciptakan keunggulan yang kompetitif sehingga akan
menciptakan kepuasan customer dan meningkatnya profit apotek.
X. Alat dan Perbekalan Farmasi Yang Diperlukan
1. Bangunan
a. Bangunan apotek terdiri dari ruang pelayanan resep, ruang
peracikan, kasir, ruang kerja apoteker dan konsultasi obat
(konselin), ruang administrasi, ruang praktek dokter (rencana
setelah 1 tahun apotek berdiri), ruang tunggu pasien, tempat
parkir, mushola, dan toilet.
b. Bangunan dilengkapi dengan AC, penerangan, sumber air
yang memenuhi persyaratan, ventilasi dan sanitasi yang
mendukung dan tempat sampah.
c. Papan nama berukuran panjang 100 cm dan lebar 60 cm
dengan tulisan hitam di atas dasar putih, tinggi huruf minimal 7
cm dengan tebal 7 mm, dilengkapi dengan neon box. Papan
nama terdiri dari papan nama apotek dan papan
nama apoteker dengan SIA dan jam kerja apoteker terpasang
jelas.
2. Perbekalan Farmasi
a. Obat Keras (Obat dengan Resep dan OWA)
b. Obat bebas (OTC) dan bebas terbatas
c. Alat kesehatan: timbangan badan, pispot, masker,
termometer, tensimeter, perban, sarung tangan (hand scun),
kateter, spuit, dll.
d. Kosmetik, Produk jamu, makanan dan minuman kesehatan,
perlengkapan bayi (bedak, botol susu bayi, sabun, susu,
madu, energy drink, dll).
e. Bahan baku obat
3. Perlengkapan
a. Alat pembuatan, pengolahan, dan peracikan
 Timbangan
 Thermometer
 Mortir dan stamper
 Blender
b. Alat perbekalan farmasi
 Pot plastik berbagai ukuran
 Lemari pendingin
 Lemari dan rak penyimpanan obat
 Lemari penyimpanan untuk narkotika, psikotropika, dan
bahan berbahaya lainnya
c. Wadah pembungkus dan pengemas
 Etiket
 Kertas puyer
 Streples
 Wadah pengemas dan pembungkus lainnya (tas plastik)
d. Alat administrasi
 Blanko pesanan obat
 Blanko kartu stok obat
 Blanko copy resep
 Blanko faktur dan nota penjualan
 Blanko kuitansi
 Buku defecta
 Buku standar
 Buku pembelian
 Buku penerimaan
 Buku pembukuan keuangan
 Buku pencatatan narkotik dan psikotropik
 Buku pesanan narkotik dan psikotropik
 Buku laporan obat narkotik dan psikotropik
 Buku pencatatan penyerahan resep
 Alat-alat tulis dan kertas
e. Perlengkapan lainnya
 Alat pemadam kebakaran
 Alat kasir dan kertas
 Komputer
 Kalkulator
XI. Tenaga Kerja
1. Struktur Organisasi
APA
(Direktur)

APING
p

AsistenApoteker Administrasi

Keterangan:
Garis koordinasi :
Garis instruksi :
2. Jumlah tenaga kerja
a. Apoteker :1 orang
b. Apoteker Pendamping :1 orang
c. Asisten Apoteker :2 orang
d. Administrasi umum :2 orang
XII. Studi Kelayakan Apotek
Berikut adalah perkiraan modal dan gaji karyawan yang
diperlukan untuk apotek “Reysa Farma”.
1. Modal
a. Perlengkapan Apotek

Etalase kaca di depan uk 1x1 : 3x @ 800.000,- Rp. 2.400.000,-


Etalase kaca di depan uk 2x1 : 2x @ 1.600.000,- Rp. 3.200.000,-
Meja 3x @ 125.000 Rp. 375.000,-
Kursi 5x @ 50.000 Rp. 250.000,-
Kursi ruang tunggu (panjang) 2x @ 200.000 Rp. 400.000,-
Komputer Rp. 4.000.000,-
Software Rp. 6.000.000,-
Printer Rp. 1.000.000,-
Telepon Rp. 500.000,-
Timbangan mg dan gram Rp. 4.000.000,-
Timbangan badan Rp. 120.000,-
Lemari es Rp. 1.500.000,-
Lemari narkotik dan psikotropik Rp. 450.000,-
Alat peracikan obat (Stemper, Mortir) Rp. 100.000,-
Alat gelas (Beker glass, Gelas ukur 50 ml,100 ml, Rp. 500.000,-
Batang pengaduk, tabung reaksi)
Perlengkapan administrasi Rp. 500.000,-
Buku standard kefarmasian Rp. 2.000.000,-
Stempel apotek Rp. 150.000,-
Kalkulator 2x @ 75.000 Rp. 150.000,-
Dispenser+gallon Rp. 350.000,-
AC 2x @ 1.500.000 Rp. 3.000.000,-
Papan nama neon box Rp. 500.000,-
Lampu Rp. 500.000,-
Jam dinding Rp. 100.000,-
Alat Kebersihan Rp. 100.000,-
Alat Makan Rp. 100.000,-
TV 14 Inch Rp. 600.000,-
Alat Pemadam Kebakaran Fire Indo 2x @ 200.000 Rp. 400.000,-
TOTAL Rp. 32. 445.000,-

b. Biaya Perizinan
1. Biaya Perizinan Rp. 2.000.000,-
2. Modal Operasional (obat) Rp. 50.000.000,-
3. Modal Operasional (Alkes) Rp. 10.000.000,-
4. Cadangan Modal Rp. 4.755.000,-
Total Modal Rp. 100.000.000,-
1. Rencana Anggaran Tahun Ke-1
a. Biaya tetap perbulan tahun ke-1

1) GajiKaryawan
APA (1 orang) Rp. 2.000.000,-
Apoteker pendamping (1 orang) Rp. 1.500.000,-
Asisten Apoteker (2 orang) Rp. 2.400.000,-
Administrator (1 orang) Rp. 2.000.000,-
Jumlah Rp. 7.900.000,-
2) Biaya lain-lain:
Beban Listrik, air, telepon, bensin dan Rp. 500.000,-
keamanan
Lain-lain Rp. 500.000,-
Jumlah Rp. 1.000.000,-
Biaya Keseluruhan Rp. 8.900.000,-
Biaya tetap tahun ke-1
Rp.
Biaya tetap bulanan x 12
Rp.
THR
Rp. 106.800.000,-
Total
7.900.000,-

114.700.000,-

b. Perhitungan BEP tahun ke-1


a. Penjualan obat dari resep 1 tahun pada tahun
pertama di asumsikan resep yang masuk adalah 7
resep per hari dengan harga rata-rata per resep
adalah berkisar Rp70.000,- maka untuk per tahunnya
dapat dihitung:
7 lembar x 26 hari x 12 bulan x Rp 70.000,- = Rp. 152.880.000,-
(Margin 30%)
b. Penjualan obat bebas
26 hari x 12 bulan x Rp 800.000,- = (Margin 10%) Rp. 249.600.000,-
c. Penjualan OWA
26 hari x 12 bulan x Rp 900.000,- = (Margin 25%) Rp. 280.800.000,-
d. Penjualan Produk Farmasi Lain (suplemen, produk
herbal, kosmetik, sabun, alkes, dll.)
26hari x 12 bulan x Rp 500.000,- = (Margin 20%) Rp. 156.000.000,-
Total Pendapatan 1 Tahun Rp. 839.280.000,-

c. Pengeluaran rutin tahun ke-1


a. Pembelian obat resep (70% x Rp. 152.880.000,-) Rp. 107.016.000,-
b. Pembelian obat bebas (90% x Rp. 249.600.000,-) Rp. 224.640.000,-
c. Pembelian OWA (75% X Rp. 280.800.000,-) Rp. 210.600.000,-
d. Produk Farmasi Lain (80% X Rp. 156.000.000,-) Rp. 124.800.000,-
e. Biaya tetap 1 tahun Rp. 114.700.000,-
Total pengeluaran 1 tahun Rp. 781.756.000,-

d. Pengeluaran Laba Rugi tahun ke-1


1. Pemasukan tahun ke-1 Rp. 839.280.000,-
2. Pengeluaran tahun ke-1 Rp. 781.756.000,-
Laba kotor Rp. 57.524.000,-

Rp. 8.392.800,
Pajak final (1% x 839.280.000,-)

Laba bersih Rp. 49.131.200,-


e. Perhitungan BEP tahun ke-1
1. Pay Back Periode
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
Pay Back Periode = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑝. 100.000.000,−
Pay Back Periode = 𝑅𝑝. 49.131.200,−

= 2,03 tahun
2. ROI (Return On Investment)
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROI = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑥 100%
𝑅𝑝. 49.131.200,−
ROI = 𝑅𝑝. 𝑥 100%
100.000.000,−

= 49,13 %
3. Break Event Point (BEP)
1
𝑩𝑬𝑷 = 𝑥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1–
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒃𝒆𝒍 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 −
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑅𝑝. 781.756.000 − 𝑅𝑝. 114.700.000

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑅𝑝. 667.056.000


1
𝐵𝐸𝑃 = 𝑅𝑝.667.056.000 𝑥 𝑅𝑝. 114.700.000
1−
𝑅𝑝.839.280.000

1
𝐵𝐸𝑃 = 𝑥 𝑅𝑝. 114.700.000
0,2

𝐵𝐸𝑃 = 𝑅𝑝. 573.500.000, −⁄𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

𝐵𝐸𝑃 = 𝑅𝑝. 477.916.667, −⁄𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛

4. Margin
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝐵𝐸𝑃
𝑅𝑝. 114.700.000
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 𝑥 100%
𝑅𝑝. 573.500.000

𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 = 20%

5. Prosentase BEP
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
%𝐵𝐸𝑃 = 𝑥 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 − 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

𝑅𝑝. 114.700.000
%𝐵𝐸𝑃 = 𝑥 100%
𝑅𝑝. 839.280.000 − 𝑅𝑝. 667.056.000

𝑅𝑝. 114.700.000
%𝐵𝐸𝑃 = 𝑥 100%
𝑅𝑝. 172.224.000

%𝐵𝐸𝑃 = 66,599%

2. Rancangan Pendapatan Untuk 5 Tahun Ke Depan

Pendapatan tahun ke-1 Rp. 839.280.000,-


Perkiraan pendapatan tahun ke-2 naik 10%= Rp. 923.208.000,-
Perkiraan pendapatan tahun ke-3 naik 10%= Rp. 1.015.528.800,-
Perkiraan pendapatan tahun ke-4 naik 10%= Rp. 1.117.081,680,-
Perkiraan pendapatan tahun ke-5 naik 10%= Rp. 3.895.098.480,-
III.2 Hasil dan Kegiatan Khusus
Pengadaan persediaan obat di apotek dilakukan dengan mengikuti
sistem komputerisasi. Persediaan dan transaksi barang di Apotek Kimia
Farma dicatat dalam sistem dan dapat dilihat
oleh Tim Pengadaan di gudang sehingga memudahkan untuk
mengetahui dimana Outlet yang memiliki persediaan barang yang
dibutuhkan dan persediaan barang yang kosong. Kemudian Tim
Pengadaan akan melakukan pengiriman obat ke Kimia Farma
berdasarkan pareto penjualan sesuai kebutuhan masing-masing apotek.
Jalur pengadaan obat di Apotek Kimia Farma yaitu sebagai berikut
:

Kekosongan obat dapat terjadi akibat dari ketidaksesuaian barang


yang dipesan dengan barang datang, ataupun adanya permintaan baru
dalam resep obat atau permintaan. Obat yang dicari oleh konsumen juga
tidak dijual di Kimia Farma. Selain itu, obat yang diinginkan belum
datang/dikirim dari gudang. Hal ini dikarenakan sistem pareto yang
digunakan oleh Kimia Farma, dimana gudang akan melakukan pengiriman
berdasarkan penjualan apotek sesuai yang tertera di sistem.
Analisa penolakan obat/barang di Apotek Pelengkap RSUP dr.
Wahidin Sudirohusodo dilakukan selama 12 hari. Data diambil sejak
tanggal 09 Januari sampai 21 Januari 2017. Ada 3 hal yang dicatat dalam
penolakan resep, meliputi alasan penolakan (kosong apotek/gudang,
kosong distributor, tidak ada dalam master), solusi yang ditawarkan oleh
pihak apotek (ganti, tolak, janji), dan jenis obat yang ditolak (HV, UPDS,
tunai, kredit).
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan sejak tanggal 09 Januari
sampai 21 Januari 2017, penolakan resep dilakukan karena obat/barang
yang diminta sedang kosong di apotek atau gudang, kemudian dan
beberapa kali ditolak karena obat/barang sedang kosong
distributor/penyalur, serta obat yang ditolak karena kelengkapan resep
tidak sesuai.
Dapat dilihat pada tabel “Penolakan Resep” yakni penolakan obat
didominasi karena stok obat kosong di apotek. Hal ini dapat
mengindikasikan bahwa sistem perencanaan dan pengadaan obat/barang
yang dilakukan oleh pihak Apotek tidak efektif dan efisien sehingga tidak
dapat memenuhi kebutuhan konsumen/pasien.
Sementara itu, ada juga obat/barang yang ditolak karena
kelengkapan resep yang tidak sesuai.
Penolakan obat/barang tentu saja akan berpengaruh terhadap
pendapatan apotek, sehingga tidak jarang pihak apotek menawarkan
beberapa solusi, misalnya mengganti obat dengan obat lain yang hanya
berbeda merk tapi kandungan kimia yang dimiliki sama. Beberapa produk
yang sedang kosong di apotek diberikan solusi dengan mencari di apotek
lain, atau konsumen dijanjikan untuk kembali di hari lain setelah
obat/barang yang dibutuhkan dikirim dari gudang.
Namun banyak dari pasien yang menolak untuk mengganti obat
yang tertulis diresep atau obat non resep dengan obat lain yang memiliki
khasiat yang sama karena pasien beranggapan jika obat pengganti tidak
lebih baik dibandingkan dengan obat yang mereka cari. Selain itu,
beberapa pasien juga tidak ingin mengganti obat karena harus sesuai
dengan resep yang dituliskan oleh dokter. Adapula pasien yang tidak ingin
obat paten digantikan dengan obat generik karena pasien merasa obat
paten lebih baik dan lebih berkhasiat dibandingkan obat generik.
Jenis pembelian obat/barang yang ditolak paling banyak secara
berurutan adalah Resep (Tunai), UPDS dan HV, sedangkan penolakan
resep kredit tidak pernah terjadi. Hal ini karena masih kurangnya resep
kredit yang masuk ke apotek.
Jenis pembelian tunai lebih mendominasi karena Apotek Kimia
Farma yang ada di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan apotek
Pelengkap sehingga jumlah konsumen/pasien adalah orang orang yang
ingin membeli obat secara tunai berdasarkan resep dari dokter.
Penolakan obat di Apotek dilakukan dengan cara mencatat obat
yang ditolak, kemudian obat yang ditolak dilaporkan kebagian pemesanan
untuk melakukan pemesanan barang dengan menggunakan Surat
Pesanan (SP), proses ini biasa di sebut “Service Level’. Surat pesanan
yang telah dibuat dilaporkan atau dikirim ke gudang agar dapat di proses
dengan cepat.
Selama menunggu barang yang dipesan datang, pihak apotek
biasanya melakukan cara Dropping atau pinjaman ke apotek lain agar
obat yang kosong dapat terisi, hal tersebut dilakukan agar penolakan yang
terjadi diapotek dapat diminimalisir.
Dari grafik “pareto penolakan” dapat diketahui bahwa sejak tanggal
09 Januari sampai 21 Januari 2017 penolakan obat yang paling banyak
secara berurutan yaitu, Pareto C, Pareto A dan Pareto C. Berdasarkan
tabel pareto penolakan dapat diketahui total kehilangan peluang Apotek
selama 12 hari sebesar Rp. 10.324.817.
Berdasarkan perkiraan hitung kasar jumlah pendapatan apotek
selama 12 hari sebanyak Rp. 250.000.000. Namun dengan adanya
penolakan resep dapat dipastikan apotek mengalami kemunduran omset
atau jumlah pendapatan yang berkurang dari perkiraan hitung kasar yang
telah ditetapkan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
a. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka apotek harus dikelola
oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek
Kimia Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang
apoteker harus mampu menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu
berkomunikasi antar profesi, dan menempatkan diri sebagai
pimpinan dalam situasi multidisipliner.
b. Analisa penolakan resep merupakan kegiatan untuk mengkaji
tentang obat-obat yang sering ditolak atau kosong stok di apotek.
Analisis penolakan obat/barang yang telah dilakukan dari tanggal
09 Januari sampai 21 Januari 2017 yang paling banyak secara
berurutan yaitu, Pareto C, Pareto A dan Pareto B, serta Apotek
mengalami kehilangan peluang sebesar Rp. 10.324.817. Penolakan
obat/barang di Apotek Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo
paling banyak karena obat/barang kosong di apotek. Solusi yang
ditawarkan oleh pihak apotek untuk mengganti obat/barang diminta
dengan obat lain tidak berhasil, kebanyakan obat/barang ditolak di
Apotek Pelengkap RSUP dr. Wahidin Suidirohusodo dan
berdasarkan jenis pembelian obat/barang yang ditolak di Apotek
Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo yang mendominasi
yaitu pembelian berdasarkan resep (Tunai).
c. Berdasarkan telaah resep di Apotek Kimia Farma Pelengkap RSUP
dr. Wahidin Sudirohusodo, ditinjau dari aspek administratif masih
kurang lengkap karena tidak mencantumkan alamat dokter, nomor
SIK dokter, nomor telpon dokter, nomor telpon pasien, alamat
pasien dan paraf dokter. Ditinjau dari aspek farmasetik bentuk
sediaan obat sudah tepat, sedangkan dosis sediaan masuk dalam
range dosis lazim.
d. Melihat dari banyak aspek studi kelayakan yang telah dilakukan
seperti aspek lokasi, aspek pasar, aspek ekonomi dan permodalan,
aspek managerial dan aspek teknis maka Apotek “Reysa Farma”
yang akan didirikan di Jl. P. Diponegoro, Serui layak untuk
didirikan.
IV.2 Saran
a. Sebaiknya pihak apotek melengkapi ketersediaan obat – obat yang
sering kosong stok di apotek untuk menghindari terjadinya
penolakan resep yang berulang sehingga dapat menurunkan
persentase penolakan resep di apotek.
b. Sebaiknya dokter dalam menulis resep memberikan paraf, tanda
tangan atau stempel yang bersangkutan agar dapat memperjelas
keabsahan resep. Selain itu, identitas pasien yang dianggap perlu
juga sebaiknya dicantumkan, seperti nomor telpon pasien dan
alamat pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi., Dkk. 2013. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. PT.
Buana Ilmu Populer. Jakarta.

Edwards, R, and Aronson, J.K. 2000. Adverse Drug Reactions :


Definitions, Diagnosis, And Management, The Lancet., Vol. 356, No.
9237; 1255-1259.

Hardjono, S. 2001. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Apotek.


Fakultas Farmasi Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.

Ikatan Apoteker Indonesia. 2013. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia.


Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

Pasaribu, Juliana Sari. 2008. Laporan Praktek Kerja Farmasi


Komunitas/Apoteker di Apotek Kimia Farma Pematang Siantar. E-
repository. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun 2016 tentang Registrasi,


Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2009 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 Tahun 2011 tentang Registrasi,


Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

Tan, H. T., dan Rahardha, K. 2010. Obat-Obat Penting : khasiat,


Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo.
Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Kimia Farma Apotek

Dewan Komisaris

Direktur Utama PT. KFA

Direktur Operasional Direktur Pengembangan

Manager Manager Manager Manager Manager Manager


Operasional Merchandise & Pengembangan Usaha Teknologi Umum & SDM Keuangan &
Logistik Informatika Akuntansi

Manager
Bisnis
Lampiran 2. Struktur organisasi Kimia Farma unit Makassar

Manager
Bisnis

Supervisor Supervisor Supervisor


Pengadaan Keu. & Akt. Teknologi
Informasi

Pelaksana Adm. Pelaksana Adm. Pelaksana Pelaksana Adm. Pelaksana Adm.


Hutang Dagang Piutang Dagang Pemegang Kas Kas/Bank Umum SDM &
Pajak
Lampiran 3. Struktur organisasi Kimia Farma Pelengkap RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Pharmacy Manager (PhM)

Apoteker Penanggung
Jawab

Asisten Asisten Asisten Asisten NonAsisten


Apoteker Apoteker Apoteker Apoteker Apoteker
Lampiran 4. Skema pengadaan perbekalan farmasi

Bagian Pengadaan
(Gudang)

3 SPB
Barang 2
4/5
+ Faktur
Pelunasan Faktur
Faktur Asli 1 Pemasok/PBF
Barang/droping
BPBA

BPBA 6 Copy R/ 8
APP KF lain APP KF Pel. Apotek III
RSUP
Barang/droping Barang + kwitansi
7 9
Mendesak

Keterangan:
APP : Apotek Pelayanan
BPBA : Bon Permintaan Barang Apotek
PBF : Pedagang Besar Farmasi
SPB : Surat Permintaan Barang
Lampiran 5. Skema pengadaan narkotika

BM
BPBA (PENGADAAN) SP Khusus
Narkotika Narkotika
1
2
Faktur
4 Faktur
+Barang 3

APP DISTRIBUTOR

Lampiran 6. Skema pengadaan psikotropika

BPBA BM SP Khusus
BPBA
Psikotropika (PENGADAAN) Psikotropika
1 2
SPB Psikttropika Faktur
4
Faktur
+Barang 3
APP DISTRIBUTOR
Lampiran 7. Contoh form surat pesanan narkotika
Lampiran 8. Contoh form surat pesanan psikotropika
Lampiran 9. Contoh form surat pesanan obat jadi prekursor farmasi
Lampiran 10. Contoh form laporan penggunaan sediaan jadi narkotika
LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN JADI NARKOTIKA
NAMA APOTEK : ………………………… BULAN : …………………………
NO. IZIN APOTEK : ………………………… TAHUN : …………………………
ALAMAT : …………………………
TELEPON : ………………………….

Pengeluaran
Jumlah Untuk Persediaan
Nama Persediaan Pemasukan
No. Satuan keseluruhan akhir bulan Ket.
sediaan awal bulan Lain- Jml.
(4+7) Pembuatan (8-11)
Tgl Dari Jumlah lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Makassar, …………….. 20..


Apoteker Pengelola Apotek

( )
No. SIPA
Lampiran 11. Contoh form laporan penggunaan morphin, pethidin, dan derivatnya
LAPORAN PENGGUNAAN MORPHIN, PETHIDIN, DAN DERIVATNYA
NAMA APOTEK : ………………………… BULAN : …………………………
NO. IZIN APOTEK : ………………………… TAHUN : …………………………
ALAMAT : …………………………
TELEPON : ………………………….

Pemasukan Pasien Dokter


Nama
No. Satuan Tanggal Nama Keterangan
Narkotika Jumlah Nama Alamat Spesialis
Nomor Penyerahan Alamat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Makassar, …………….. 20..


Apoteker Pengelola Apotek

( )
No. SIPA
Lampiran 12. Contoh form laporan penggunaan sediaan jadi psikotropika
LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN JADI PSIKOTROPIKA
NAMA APOTEK : ………………………… BULAN : …………………………
NO. IZIN APOTEK : ………………………… TAHUN : …………………………
ALAMAT : …………………………
TELEPON : ………………………….

Pengeluaran
Jumlah Untuk Persediaan
Nama Persediaan Pemasukan
No. Satuan Keseluruhan akhir bulan Ket.
Sediaan awal bulan Lain- Jml.
(4+7) Pembuatan (8-11)
Tgl Dari Jumlah lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Makassar, …………….. 20..


Apoteker Pengelola Apotek

( )
No. SIPA
Lampiran 13. Contoh form laporan penggunaan sediaan mengandung prekursor
LAPORAN PENGGUNAAN SEDIAAN MENGANDUNG PREKURSOR
NAMA APOTEK : ………………………… BULAN : …………………………
NO. IZIN APOTEK : ………………………… TAHUN : …………………………
ALAMAT : …………………………
TELEPON : ………………………….

Pengeluaran
Jumlah Untuk Persediaan
Nama Persediaan Pemasukan
No. Satuan keseluruhan akhir bulan Ket.
sediaan awal bulan Lain- Jml.
(4+7) Pembuatan (8-11)
Tgl Dari Jumlah lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Makassar, …………….. 20..


Apoteker Pengelola Apotek

( )
No. SIPA
Lampiran 14. SOP Pelayanan Residensial (HOME CARE)
Nama Halaman ….. dari
Sarana STANDAR PROSEDUR No. ………
Pelayanan OPERASIONAL PELAYANAN Tanggal berlaku
.......................... RESIDENSIAL ................................
(HOME CARE)
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pelayanan kefarmasian yang
diberikan di rumah untuk pasien yang keadaan fisiknya tidak memungkinkan
datang ke Apotek.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek
3. CARA HOME CARE
1. Dengan melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien.
2. Dengan melalui telepon.
4. RUANG LINGKUP
4.1. Informasi penggunaan sediaan farmasi-alkes.
4.2. Konseling pasien.
4.3. Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan sediaan farmasi-alkes
dan kondisi pasien setelah menggunakan serta kepatuhan pasien dalam
menggunakannya.
5. PROSEDUR
5.1. Melakukan seleksi pasien melalui kartu/catatan PMR.
5.2. Menawarkan kepada pasien untuk dilakukan pelayanan home care.
5.3. Mempelajari riwayat pengobatan pasien dari PMR.
5.4. Melakukan kesepakatan untuk melaksanakan kunjungan ke rumah.
5.5. Melakukan kunjungan ke rumah.
5.6. Melakukan tindak lanjut dengan memanfaatkan sarana komunikasi yang
ada atau kunjungan berikutnya secara berkesinambungan.
5.7. Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan setelah kunjungan dan
tindak lanjut yang telah dilakukan.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 15. SOP Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Nama Halaman ….. dari
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Sarana
Pelayanan Tanggal berlaku
PELAYANAN INFORMASI OBAT
......................... ...............................

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, tidak bias,
faktual, terkini, mudah dimengerti, etis dan bijaksana.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu
pengobatan pasien (medication record) atau kondisi kesehatan pasien baik
lisan maupun tertulis.
3.2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk
memberikan informasi.
3.3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak
bias, etis dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis.
3.4. Informasi yang perlu disampaikan kepada pasien :
Jumlah, jenisdan kegunaan masing-masing obat.
Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi : bagaimana
cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai obat, seberapa
banyak/dosis dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan,
frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan.
Bagaimana cara menggunakan peralatan kesehatan.
Peringatan atau efek samping obat.
Bagaimana mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat.
Tata cara penyimpanan obat (sediaan farmasi/alkes).
Pentingnya kepatuhan penggunaan obat
3.5. Menyediakan informasi aktif (brosur, leaflet dll).
3.6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 16. SOP Perencanaan Perbekalan Farmasi
Nama Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Sarana
Pelayanan Tanggal berlaku
PERENCANAAN PERBEKALAN
.......................... ................................
FARMASI
... ..

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan perencanaan
Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis
yang sesuai kebutuhan dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi-alat
kesehatan di sarana pelayanan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1.Melakukan review terhadap : pola penyakit, kemampuan daya beli
masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat.
3.2.Melakukan kompilasi penggunaan sediaan farmasi-alat kesehatan setiap
bulan
3.3.Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang
akan diadakan
3.4.Melakukan monitoring distributor sediaan farmasi-alat kesehatan untuk
menjamin keabsahan distributor dan menjamin bahwa sediaan farmasi-alat
kesehatan yang diadakan memenuhi persyaratan mutu.
3.5.Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan sediaan farmasi-alat
kesehatan dan prakiraan pembelian ke masing-masing distributor serta
frekuensi pengadaan sediaan farmasi-alat kesehatan.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 17. SOP Pengadaan Perbekalan Farmasi
Nama Halaman 1 dari 1
Sarana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Pelayanan Tanggal berlaku
PENGADAAN PERBEKALAN
.......................... ................................
FARMASI
... ..

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pengadaan sediaan
farmasi-alat kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker .
3. PROSEDUR
1. Memeriksa Sediaan Farmasi- Alat Kesehatan yang sudah habis atau hampir
habis (diketahui melalui pengamatan visual atau dari kartu stok pada setiap
obat), dicatat di buku daftar obat habis (defecta).
2. Pemesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang habis pada PBF
dilakukan perminggu atau sesuai dengan kebiasaan datangnya PBF.
3. Menentukan pesanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang meliputi jenis
(termasuk di dalamnya bentuk sediaan dan kekuatan), jumlah, dan PBF yang
dipilih.
4. Menulis di blanko Surat Pesanan (SP) :
- Surat Pesanan Obat dan Alat Kesehatan
a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek).
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah
obat yang dipesan.
- Surat Pesanan Narkotika
a. Ditujukan pada PBF Kimia Farma, dibuat rangkap empat (tiga untuk PBF
Kimia Farma dan satu arsip apotek).
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA sebagai
pemesan, jenis dan jumlah yang dipesan serta tujuan penggunaan.
c. Satu lembar SP hanya dapat digunakan untuk memesan satu jenis
Narkotika.
- Surat Pesanan Psikotropika
a. Dibuat rangkap dua (masing-masing untuk PBF dan arsip apotek)
b. Ditulis Nomor urut lembar SP, Nama, alamat dan jabatan APA sebagai
pemesan, Nama dan alamat PBF, jenis dan jumlah obat yang dipesan.
c. Satu lembar SP dapat digunakan untuk memesan lebih dari satu jenis
Psiktropika. SP ditandatangani oleh APA dan diberi stempel apotek.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 18. SOP Penerimaan Perbekalan Farmasi
Nama Halaman 1 dari 1
Sarana
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Pelayanan Tanggal berlaku
PENERIMAAN PERBEKALAN
.......................... ................................
FARMASI
... ..

1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan sediaan
farmasi- alat kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Teknisi kefarmasian.
3. PROSEDUR
1. Dicocokkan antara SP dengan faktur meliputi :
a. Nama PBF.
b. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan.
c. Kekuatan sediaan farmasi-alat kesehatan dan bentuk sediaan yang
dipesan.
d. Jumlah yang dipesan.
e. Harga
Bila tidak sesuai dikonfirmasi dengan PBF.
2. Dicocokkan antara isi faktur dan sediaan farmasi-alat kesehatan yang datang
meliputi :
a. Jenis sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan.
b. Jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan yang dipesan.
c. Nomor batch
Bila jenis dan jumlah sediaan farmasi-alat kesehatan tidak sama,
dikembalikan dan ditukar dengan yang tertera pada faktur dan SP. Bila
nomor batch tidak sesuai dengan yang tertera maka pada faktur dituliskan
nomor batch barang yang diterima dan harus dimintakan tanda tangan
pengirim sebagai bukti bahwa batch yang dikirim tidak sesuai dan sudah
disesuaikan dengan sepengetahuan si pengirim.
3. Sediaan farmasi-alat kesehatan diperiksa kondisi fisiknya antara lain :
a. Wadahnya harus baik dan tertutup rapat.
b. Kondisi sediaan tidak rusak (bentuk, warna, bau).
c. Tanggal kedaluarsa masih jauh.
Bila rusak atau tanggal kedaluarsa sudah dekat, diretur kepada PBF.
Setelah pemeriksaan dan pencocokan selesai, faktur ditandatangani pihak
apotek dan diberi stempel apotek. Faktur asli diberikan kepada PBF dan
salinannya disimpan sebagai arsip apotek.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 19. SOP Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Nama Halaman 1 dari 1
Sarana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Pelayanan PENYIMPANAN PERBEKALAN Tanggal berlaku
.......................... FARMASI ..................................
...
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penyimpanan Sediaan
Farmasi - Alat Kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Kepala Gudang/Personil yang ditunjuk bertanggung jawab atas pelaksanaan dan
pengawasan penyimpanan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan.
3. PROSEDUR
1. Setelah obat sesuai dengan pesanan, obat dilakukan penyimpanan sesuai
dengan spesifikasi obat tersebut (suhu dan kelembabannya) untuk menjamin
stabilitas obat.
2. Obat disimpan dengan susunan sedemikian rupa sehingga memudahkan
pengambilan
3. Penataan obat dapat dilakukan dengan penggolongan antara lain :
a. Berdasarkan kelas terapi.
b. Bentuk sediaan.
c. Alfa betis.
d. Gabungan antara ketiganya.
4. Penyimpanan khusus (di lemari pendingin)
Ada beberapa sediaan yang tidak stabil/rusak jika disimpan pada suhu kamar,
antara lain :
suppositoria, ovula, tablet amoxicillin dengan asam klavulanat, sediaan
dengan bakteri lacto bacillus, tablet salut gula dan selaput, sirup, beberapa
sediaan injeksi, albumin, serum, insulin dan lain-lain.
5. Metode FIFO dan FEFO
Metode First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang lebih dulu dikeluarkan
lebih dulu, hal ini untuk menghindari obat kedaluarsa. Penataan juga
berdasarkan metode First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang
mempunyai kadaluarsa lebih awal dikeluarkan lebih dulu.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 20. SOP Pembayaran Perbekalan Farmasi
Nama Halaman 1 dari 1
Sarana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Pelayanan PEMBAYARAN PERBEKALAN Tanggal berlaku
.......................... FARMASI ..................................
...
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pembayaran Sediaan
Farmasi – Alat Kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Personel keuangan.
3. PROSEDUR
1. Pembayaran secara tunai.
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan barang
sesuai prosedur penerimaan barang :
- Jika barang sudah sesuai pesanan, dapat dilakukan pembayaran.
b. Setelah pembayaran, faktur asli yang ditandatangani pihak PBF dan
salinannya akan langsung diberikan kepada penerima barang di apotek.
2. Pembayaran secara kredit.
a. Pihak PBF mengirim barang ke apotek dan dilakukan pemeriksaan barang
sesuai prosedur penerimaan barang :
- Jika barang sudah sesuai pesanan, faktur ditandatangani petugas
penerima dan diberi stempel apotek. Faktur asli dibawa oleh PBF, apotek
membawa faktur copy.
- Jika tidak sesuai pesanan, dikonfirmasi ke pengirim atau retur
b. Sebelum waktu jatuh tempo pembayaran, salesakan datang ke apotek
membawa faktur asli dan faktur pajak.
c. Faktur asli ditandatangani oleh salesman, nama terang sales dan stempel
lunas untuk
menyatakan pihak apotek sudah melunasi tagihan faktur tersebut dan diberi
stempel apotek.
d. Kemudian pihak apotek membuat kuitansi bukti pembayaran atas pelunasan
faktur tersebut yang ditandatangani oleh salesman PBF tersebut dan nama
terang.
e. Faktur asli dan faktur pajak diserahkan kepada apotek dan disimpan
sebagai arsip apotek.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 21. SOP Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Kadaluwarsa/rusak
Nama Halaman 1 dari 1
Sarana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Pelayanan PENGELOLAAN PERBEKALAN Tanggal berlaku
.......................... FARMASI KADALUWARSA/RUSAK ..................................
...
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan penanganan Sediaan
Farmasi – Alat Kesehatan kadaluarsa dan rusak.
2. PENANGGUNG JAWAB
Personel gudang.
3. PROSEDUR
1. Obat-obat yang ED nya kurang dari 4 bulan dipisahkan beserta fakturnya.
2. Menghubungi distributornya untuk mengambil obat tersebut.
3. Salesman akan menukar obat-obat tersebut dengan obat baru dengan ED yg
lebih lama atau diganti dengan uang.
4. Untuk obat-obatyang tidak bisa diretur maka obat-obat ED dikumpulkan
tersendiri dan
pemusnahan dilakukan tiap tahun dan juga obat-obat yang rusak.
5. Pembuatan berita acara pemusnahan sediaan farmasi-alat kesehatan
6. Berita acara dibuat rangkap dua dan dikirim kepada :
1. Ka. Dinkes Kabupaten
2. Ka. Dinkes Provinsi
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 22. SOP Pemeriksaan Tanggal Kadaluwarsa Perbekalan
Farmasi

Nama STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Halaman 1 dari 1


Sarana PEMERIKSAAN TANGGAL No. ………..
Pelayanan KADALUWARSA PERBEKALAN Tanggal berlaku.
FARMASI
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk melakukan kegiatan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa
untuk menghindari penggunaan sediaan farmasi-alat kesehatan yang tidak
terjamin mutu, stabilitas, potensi dan keamanannya.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala (1, 2 atau 3
bulan sekali)
3.2. Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa melalui 2 (dua) cara yaitu :
Melakukan pemeriksaan secara berkala untuk masing-masing sediaan
farmasi-alat kesehatan. Melakukan pemeriksaan pada saat pengambilan
obat pada tahapan penyiapan sediaan farmasi-alat kesehatan.
3.3. Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa secara berkala :
Menetapkan petugas yang ditunjuk bertanggungjawab terhadap pemeriksaan
tanggal kadaluwarsa.
Melakukan pemeriksaan tanggal kadaluwarsa untuk masing-masing obat
pada satu bagian dari rak.
Untuk sediaan farmasi-alat kesehatan yang mendekati tanggal kadaluwarsa
(1 – 3 bulan sebelumnya) beri perhatian khusus agar didistribusikan sebelum
tanggal kadaluwarsa. Atau mengembalikan (retur) kepada distributor sesuai
dengan persyaratan yang disepakati.
Menyisihkan sediaan farmasi-alat kesehatan yang telah kadaluwarsa dan
simpan ditempat tersendiri dengan diberi label/ tulisan : OBAT
KADALUWARSA.
Melakukan prosedur di atas kembali untuk bagian rak yang lain.
Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri.
4.4 Pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada saat pengambilan sediaan farmasi-
alat kesehatan :
Pada saat mengambil obat untuk pelayanan harus selalu melakukan
pemeriksaan tanggal kadaluwarsa.
Sisihkan sediaan farmasi-alat kesehatan yang telah kadaluwarsa dan simpan
ditempat tersendiri dengan diberi label/ tulisan : OBAT KADALUWARSA.
Mencatat hasil pemeriksaan tanggal kadaluwarsa pada buku tersendiri.
Dilaksanakan Oleh Diperiksa Oleh

Pelaksana Apoteker Penanggungjawab


Lampiran 23. SOP Pembuatan Pemusnahan Perbekalan Farmasi

Nama Halaman 1 dari 1


Sarana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL No. ………..
Pelayanan PEMBUATAN PEMUSNAHAN Tanggal berlaku
.......................... PERBEKALAN FARMASI ..................................
...
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan pemusnahan Sediaan
Farmasi – Alat Kesehatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker Pengelola Apotek.
3. PROSEDUR
3.1. Melakukan inventarisasi Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang akan
dimusnahkan.
3.2. Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan Berita Acara Pemusnahan
Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan).
3.3. Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan.
3.4. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan.
3.5.Membuat laporan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang
sekurangkurangnya memuat :
Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat
Kesehatan.
Nama dan jumlah Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang dimusnahkan.
Nama Apoteker pelaksana pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan.
Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat
Kesehatan
3.6. Membuat laporan pemusnahan Sediaan Farmasi - Alat Kesehatan yang
ditanda tangani oleh Apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan
(Berita Acara terlampir).
Dilaksanakan oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh

Pelaksana Apoteker / Tenaga Teknis Apoteker Penanggung


(Nama Lengkap) Kefarmasian Jawab
Lampiran 24. Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Bagian 1
NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN
Aminofilin Supp. Maks 3 Supp.
Maks 20 Tablet
Asam Mefenamat
Sirup 1 Botol
Asetilsistein Maks 20 Dus
Astemizole Maks 20 Tablet
Betametason Maks 1 Tube
Bisakodil Supp. Maks 3 Supp.
Maks 2 Tablet
Bromhexin
Sirup 1 Botol
Desoksimetason Maks 1 Tube
Dexchlorpheniramine Maleat Maks 20 Tablet
Difluocortolon Maks 1 Tube
Dimenthinden Maleat Maks 20 Tablet
Ekonazol Maks 1 Tube
Eritromisin Maks 1 Botol
Framisetna SO4 Maks 2 Lembar
Fluokortolon Maks 1 Tube
Fopredniliden Maks 1 Tube
Gentamisin SO4 Maks 1 Tube
Glafenin Maks 20 Tablet
Heksakklorofene Maks 1 Botol
Hexetidine Maks 1 Botol
Hidrokortison Maks 1 Tube
Hidroquinon Maks 1 Tube
Hidroquinon + PABA Maks 1 Tube
Homochlorcyclizin HCl Maks 20 Tablet
Maks 20 Tablet
Karbosistein
Sirup 1 Botol
Maks 10 Tablet
Ketotifen
Sirup 1 Botol
Kloramfenikol Maks 1 Tube
Lidokain HCl Maks 1 Tube
Linestrenol 1 Siklus
Maks 6 Tablet
Mebendazol
Sirup 1 Botol
Mebhidrolin Maks 20 Tablet
Maks 20 Tablet
Metampiron
Sirup 1 Botol
Lampiran 25. Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Bagian 2
NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN
Maks 6 Tablet (600 mg)
Albendazol
Maks 3 Tablet (400 mg)
Bacitracin Maks 1 Tube
Benorilate Maks 10 Tablet
Bismuth Subcitrate Maks 10 Tablet
Carbinoxamin Maks 10 Tablet
Clindamisin Maks 1 Tube
Dexametason Maks 1 Tube
Dexpanthonel Maks 1 Tube
Diclofenac Maks 1 Tube
Diponium Maks 10 Tablet
Fenoterol Maks 1 Tabung
Flumetason Maks 1 Tube
Hydrocortison Butyrat Maks 1 Tube
Maks 10 Tablet (400 mg)
Ibuprofen
Maks 10 Tablet (600 mg)
Isoconazol Maks 1 Tube
Maks 1 Tube (Krim)
Ketokonazole (Kadar <2 %)
Maks 1 Botol (Scalp Sol.)
Levamizole Maks 3 Tablet (50 mg)
Methylprednisolon Maks 1 Tube
Niclosamide Maks 4 Tablet (500 mg)
Noretisteron Maks 1 Siklus
Omeprazole Maks 7 Tablet
Oxiconazole (Kadar < 2%) Maks 1 Tube
Pipazetate Maks 1 Botol Sirup
Piratiasin Kloroteofilin Maks 10 Tablet
Pirenzepine Maks 20 Tablet
Piroxicam Maks 1 Tube
Polymixin B Sulfate Maks 1 Tube
Prednisolon Maks 1 Tube
Scopolamin Maks 10 Tablet
Silver Sulfadiazin Maks 1 Tube
Sucralfate Maks 20 Tablet
Sulfasalazine Maks 20 Tablet
Tioconazole Maks 1 Tube
Urea Maks 1 Tube
Lampiran 26. Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) Bagian 3
NAMA OBAT JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER PASIEN
Allupurinol Maks 10 Tablet (100 mg)
Aminofilin Supp. Maks 3 Supp.
Asam Azeleat Maks 1 Tube (5 gram)
Asam Fusidat Maks 1 Tube (5 gram)
Maks 20 tablet
Bromhexin
Maks 1 Botol Sirup
Diazepam Maks 20 Tablet
Diklofenak Natrium Maks 10 Tablet (25 mg)
Famotidin Maks 10 Tablet (20 mg, 40 mg)
Maks 1 Tube (5 gram)
Gentamisin
Maks 1 Botol (5 mL)
Glafenin Maks 20 Tablet
Heksetidin Maks 1 Botol
Klemastin Maks 10 Tablet
Maks 1 Tube (5 gram)
Kloramfenikol (Obat Mata)
Maks 1 Botol (5 mL)
Kloramfenikol (Obat Telinga) Maks 1 Botol (5 mL)
Maks 6 Tablet
Mebendazol
Maks 1 Botol
Metampirin + Klordiazepoksid Maks 20 Tablet
Maks 10 Tablet
Mequitazin
Maks 1 Botol (60 mL)
Motretinida Maks 1 Tube (5 gram)
Orsiprenalin Maks 1 Tube (Inhaler)
Piroksikam Maks 10 Tablet (10 mg)
Maks 10 Tablet
Prometazin Teoklat
Maks 1 Botol (60 mL)
Ranitidin Maks 10 Tablet (150 mg)
Satirizin Maks 10 Tablet
Siproheptadin Maks 10 Tablet
Toisiklat Maks 1 Tube (5 gram)
Tolnaftat Maks 1 Tube (5 gram)
Tretinoin Maks 1 Tube (5 gram)

Anda mungkin juga menyukai