APOTEK MINANG
KOTA PADANG
PERIODE II
Oleh :
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2018
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI APOTEK MINANG
DisetujuiOleh
Pembimbing
Apotek Minang
Disahkan Oleh
Koordinator
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktek dan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Minang.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat yang
diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker.Selesainya Laporan ini
tidak lepas dari doa dan dukungan orang tua, saudara, dan sahabat-sahabat tercinta.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak H. Zulkarni, R. S. Si, MM, Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi
2. Ibu Revi Yenti, M.Si, Apt selaku Koordinator Program Profesi Apoteker Sekolah
3. Ibu Dra. Hj. Lisma.CH. Lubis, Apt selaku Pemilik Sarana Apotek sekaligus
4. Ibu Noni Rahayu, M.Farm, Apt selaku pembimbing II yang telah memberikan
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN 1
32
32
3.5.3 PemesananBarang 36
3.5.5 PenyimpananBarang 38
3.5.7 Konsinyasi 41
3.8.1 Pembukuan 43
3.8.2 Pelaporan 44
53
II.1 Kesimpulan……………………………………………………… 53
II.2 Saran……………………………………………………….….….. 54
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 55
LAMPIRAN.....................................................................................................56
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
4. Surat Pesanan...........................................................................................59
9. Faktur Penjualan......................................................................................64
Rusak ...................... 72
Gambar Halaman
1. Etiket Tablet/Kapsul/Puyer......................................................................56
72
....... 74
BAB I
PENDAHULUAN
pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pada pasien (patient oriented)
kualitas hidup pasien. Dengan adanya perubahan tersebut, apoteker dituntut untuk
pasien agar dapat memberikan pelayanan yang baik. Adanya interaksi antara
besar dalam menjalankan fungsi apotek berdasarkan nilai bisnis maupun fungsi
sosial, terutama perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai penyalur
kedua fungsi tersebut. Kondisi masyarakat yang semakin kritis terhadap kesehatan
diterimanya.
diadakan kerjasama antara Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Perintis dengan
Olo No. 36, Padang. Pelaksanaan PKPA dimulai dari tanggal 27 Agustus – 06
Oktober 2018.
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di apotek antara
lain :
lain :
4. Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan selama 6 (enam) minggu setiap hari Senin
sampai Sabtu pukul 08.00 – 14.00 WIB ( shift pagi) dan 14.00 – 20.00 WIB (shift
sore). PKPA dilaksanakan di Apotek Minang dengan alamat Jl. Belakang Olo No. 36
Padang
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat
Apoteker, yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah memperoleh Surat Izin
diatur dalam :
tentang Apotek
Tenaga Kefarmasian.
Tenaga Kefarmasian.
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Pelayanan Farmasi Klinik, termasuk di komunitas
2.3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai
Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai kepada :
a. Apotek lainnya
b. Puskesmas
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
d. Instalasi Farmasi Klinik
e. Dokter
f. Pasien
g. Masyarakat
ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
Kesehatan No.73 Tahun 2016, pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
a. Perencanaan
Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi,
b. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian, maka pengadaan sediaan
farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima.
d. Penyimpanan
1) Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada
wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch, dan
tanggal kadaluwarsa.
2) Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga
terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan
kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.
5) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (first expire first out) atau FIFO (first
in first out).
e. Pemusnahan
1) Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan psikotropika
dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan
berita acara pemusnahan.
2) Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan resep dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan
lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep dan selanjutnya
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3) Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela
oleh pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan
kepada Kepala BPOM.
5) Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap
produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui peraturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan, dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan serta
pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok
baik secara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama
obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran, dan sisa
persediaan.
g. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stok), penyerahan (nota atau struk penjualan), dan pencatatan
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen apotek, meliputi
keuangan, barang, dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan
yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika, pelaporan psikotropika, dan
pelaporan lainnya.
2.3.1.1 Penggolongan Narkotika
a. Pemesanan Narkotika
Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis melalui
Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT. Kimia
Farma. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu surat
pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat untuk memesan satu jenis
obat narkotika
b. Penyimpanan Narkotika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1978)
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
Dibagi menjadi dua bagian masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin
dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40×80×100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok
atau lantai.
Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.
Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat
oleh umum.
c. Pelayanan resep yang mengandung narkotika
Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) UU No. 9 tahun 1976 tentang
Narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum
dilayani sama sekali.
Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan “iter” tidak boleh dilayani
sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan “iter”
pada resep-resep yang mengandung narkotika.
d. Pelaporan narkotika
mencantumkan SIK, SIA, nama jelas dan stempel apotek, kemudian dikirimkan
apotek, atau dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara
a. Pengkajian resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik, dan
pertimbangan klinis. Kajian administrasi meliputi :
1) Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan
2) Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon, dan paraf
3) Tanggal penulisan resep
harus menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan,
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
b. Dispensing
Apoteker di apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayanan
obat non resep untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat bebas atau bebas
terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan
metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau
kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan
meliputi :
pengobatan
Kriteria pasien:
3) Adanya multidiagnosis.
merugikan.
Kegiatan:
2) Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri
dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat dan riwayat alergi; melalui
wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
3) Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat antara lain
adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian obat tanpa indikasi,
pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,
terjadinya reaksi obat yang tidak diinginkan atau terjadinya interaksi obat
4) Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan
6) Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Kegiatan:
2017 Tentang Apotek, Ada 4 persyaratan lainnya yang harus terpenuhi dalam
a. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di
wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kefarmasian.
b. Bangunan
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien, dan dapat memberikan
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-
anak, dan lanjut usia. Bangunan apotek harus bersifat permanen, yaitu dapat berupa
bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, kantor, rumah toko,
rumah susun, dan bangunan sejenis lainnya.
c. Sarana, Prasarana, dan Peralatan
Bangunan apotek paling sedikit meiliki sarana ruang yang berfungsi untuk:
1) Penerimaan resep
2) Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan terbatas)
3) Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
4) Konseling
5) Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
6) Arsip
Sedangkan prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas :
1) Instalasi air bersih
2) Instalasi listrik
3) Sistem tata udara
4) Sistem proteksi kebakaran
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
pelayanan kefarmasian yang meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas, obat,
lemari pendingin, meja kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir
catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan kebutuhan (Menkes RI,
2017).
d. Ketenagaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2017 Tentang Apotek, Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek
dapat dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau tenaga
administrasi, dan wajib memiliki surat izin praktik.
1. Apoteker
Dalam melakukan pelayanan kefarmasian apoteker harus memiliki kriteria:
a) Persyaratan administrasi
berkesinambungan
mandiri.
e) Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi, dan tenaga menengah farmasi/
disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada tenaga
teknis kefarmasian yang telah diregistrasi. Untuk memperoleh STRTTK bagi tenaga
2) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat
izin praktek.
kefarmasian.
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 tahun 2011
tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, setiap tenaga
registrasi dan surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat tanda
registrasi tesebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi Tenaga Teknis
tempat fasilitas kefarmasian, kecuali dikatakan lain SIPA bagi apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian. Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek, maka
apoteker yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA pada fasilitas
2 (dua) lembar
20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan
lengkap.
- Fotokopi STRTTK
kefarmasian
- Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4
ketiga
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat diterima dan dinyatakan lengkap
karena:
3) Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat
izin
4) Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
rekomendasi KFN
Kabupaten/Kota.
dengan melampirkan :
e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan. Kemudian TIM dari BPPT-PM bersama
2. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan dan
terdiri atas:
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan, tim
Izin Apotek Keluar Apoteker pengelola Apotek (APA), Dinas Kesehatan bahwa
5. Paling lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja sejak Pemerintah Daerah
dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan sejak
10. Dalam hal pemerintah daerah menerbitkan SIA , maka penerbitannya bersama
4) Nama Apotek
Terhadap Apotek yang melakukan perubahan alamat di lokasi yang sama atau
perubahan nama Apotek tidak perlu dilakukan pemeriksaan setempat oleh tim
pemeriksa. Tata cara permohonan perubahan izin bagi Apotek yang melakukan
perubahan alamat dan pindah lokasi atau perubahan Apoteker pemegang SIA
a. Peringatan tertulis
c. Pencabutan SIA
(satu) bulan.
5) Dalam hal SIA dicabut selain oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, selain
a. Apabila apoteker pemegang SIA meninggal dunia, ahli waris apoteker wajib
psikotropika.
a. Papan nama apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama
b. Papan nama praktik apoteker, yang memuat paling sedikit informasi mengenai
d. Jadwal praktik apoteker harus berbeda dengan jadwal praktik apoteker yang
Apotek Minang pada awalnya adalah sebuah toko obat kemudian berubah menjadi
apotek pada tahun 1956. Setelah keluar Peraturan Pemerintah RI No 28 tahun 1983
maka izin apotek harus ditangani oleh Apoteker maka pada tahun 1983 Apotek
Pengelola Apotek (APA) Dra. Hj. Lisma CH.Lubis, Apt. Apotek Minang mempunyai
2 (dua) orang tenaga teknis kefarmasian, 4 (empat) orang sebagai tenaga adminstratif
apotek serta 1 (satu) orang karyawan laki-laki yang selalu standby di apotek.
Apotek Minang melakukan kegiatan setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai
21.00 WIB dari hari Senin sampai Sabtu. Pembagian kerja dibagi dalam 2 (dua) shift,
yaitu shift pagi dan sore. Untuk shift pagi ada 2 karyawan dengan jam kerja mulai
pukul 08.00 sampai 15.00 WIB dan shift sore ada 4 (lima) orang karyawan dengan
jam kerja mulai pukul 15.00 sampai 21.00 WIB. Sedangkan 1 orang karyawan yang
standby tidak berlaku shift dengan jam kerja mulai dari pukul 08.00 WIB – pukul
21.00 WIB.
3.4.5 Administrasi
yang stock tinggal sedikit dan yang sudah habis pada hari sebelumnya. Banyaknya
jumlah barang yang dipesan tergantung pada tingkat pemakaian oleh konsumen.
yang dibuat oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan terkadang dilakukan oleh karyawan
biasa tetapi sudah ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan No.
Surat Izin Praktek Apoteker. Pemesanan obat juga dapat dilakukan melalui telpon
maupun langsung dan dikuti dengan surat pemesanan barang yang dipesan telah
datang.
khusus Psikotropika yang dibuat dan ditanda tangani oleh APA dan pemesanan hanya
dilakukan oleh APA. Surat pemesanan ini dibuat rangkap 2 (dua) yaitu ( 1 lembar
pertama untuk PBF, 1 lembar untuk apotek ). Sama halnya dengan psikotropika untuk
obat narkotika menggunakan surat pesanan tersendiri yang terdiri dari rangkap 4
(empat) yaitu (lembar 1-3 untuk PBF dan lembaran ke 4 untuk arsip apotek).
Petugas menerima barang yang telah dipesan disertai dengan copy faktur dan
tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan atau dari apotek lain. Pada saat
penerimaaan barang dilakukan pengecekan terhadap nama, jenis dan jumlah barang,
potongan harga (kalau ada), batas kadaluarsa, harga satuan, dan jumlah total harga.
Jika sesuai dengan persyaratan di atas maka faktur diberi stempel dan diparaf oleh
Asisten Apoteker yang menerima barang. Barang yang diterima dicatat pada buku
penerimaan barang. Selanjutnya barang disusun pada tempatnya sambil dilakukan
pencatatan ke dalam buku stok barang.
3.5.3 Penyimpanan Barang
Barang disimpan pada tempat yang bersih, aman, tidak terkena cahaya matahari
langsung atau tidak lembab. Penyimpanan barang disusun berdasarkan abjad, suhu
penyimpanan dan bentuk sediaan serta jenisnya (generik dan non generik). Untuk
obat Narkotika dan Psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
3.5.4 Penjualan Barang di Apotek
Penjualan barang di Apotek ini ada beberapa jenis yaitu :
A. Penjualan obat dengan resep dokter.
Prosedur penerimaan resep dengan penjualan tunai adalah sebagai berikut :
1. Periksa kelengkapan resep : tanggal, nama pasien, alamat pasien, jumlah obat, cara
pakai, nama dan tanda tangan dokter, SIP dokter.
2. Perhitungan harga, dan konfirmasi kepada pasien. Bila pasien menyetujui, lanjut
dengan penomoran resep dan peracikan.
3. Untuk resep racikan dilakukan perhitungan, penimbangan bahan obat dan
pembuatannya.
4. Obat yang telah selesai diracik dikemas dan diberi etiket yang sesuai kemudian
diperiksa ulang oleh Asisten Apoteker mengenai nama pasien, nomor resep, nama
dan jumlah obat serta aturan pakai.
5. Obat diserahkan pada pasien dengan memanggil pasien. Pasien diminta membayar
sesuai harga obat.
6. Dalam penyerahan obat kepada pasien diberikan informasi yang diperlukan
mengenai obat.
7. Obat- obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang
(iter) dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat
juga dibuatkan jika diminta oleh pasien yang bersangkutan. Setiap hari resep yang
masuk dikumpulkan dan dibundel kemudian diberi tanggal.
B. Penjualan Bebas, kosmetik, dan Obat Herbal
Pelayanan terhadap obat bebas, kosmetik, dan obat herbal ini lebih sederhana
dibandingkan dengan pelayanan terhadap resep dokter. Petugas dapat langsung
mengambilkan obat yang diminta oleh konsumen setelah harga disetujui, kemudian
langsung dibayar dan dicatat pada buku penjualan. Pada saat pergantian shift, petugas
akan menghitung jumlah uang yang masuk dan diserah terimakan dengan petugas
berikutnya.
BAB IV
PEMBAHASAN
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah salah satu kegiatan yang
sangat bermanfaat bagi calon apoteker. Praktek ini dapat menambah pengalaman
serta dapat mengaplikasikan langsung teori-teori yang telah diperoleh selama masa
yang mungkin dihadapi dan cara mengatasi kendala tersebut. Selain itu diharapkan
agar para calon apoteker dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk
Apotek Minang selama 6 minggu, terhitung mulai dari tanggal 27 Agustus sampai
dengan tanggal 06 Oktober 2018. Dengan adanya kegiatan PKPA ini diharapkan
atau dunia kerja. Praktek ini dapat menambah pengalaman serta dapat menilai
kesesuaian antara teori yang diperoleh dengan realisasi di dunia kerja dan dapat
mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi setelah terjun ke dunia kerja
nantinya.
kepada calon apoteker untuk memiliki wawasan dan pengalaman dalam menjalankan
fungsi dari profesi apotekernya didunia kerja khususnya apotek, melalui kegiatan ini
dengan cara melihat dan mempelajari strategi dalam rangka pengembangan praktek
kefarmasian, dalam kegiatan ini para calon apoteker, di bimbing oleh apoteker
penanggung jawab apotek (APA), tenaga teknis kefarmasian lainnya dan petugas staf
segala hal yang terjadi di apotik mulai dari perencanaan, pengadaan sampai pelaporan
di apotek.
Untuk Apoteker penanggung jawab apotek (APA) di Apotek Minang
Sarana Apotek (PSA), dimana apotek ini buka selama 14 jam sehari yang di bagi
menjadi 2 shif, shif pagi dari jam 08.00-14.30 WIB, shif sore dari jam 14.30-22.00
WIB. Setiap shif dibagi hanya 1 orang tenaga teknis kefarmasian, dibantu oleh
pemesanan yang dibuat oleh Tenaga Teknis Kefarmasian tetapi sudah ditanda
tangani oleh APA dengan mencantumkan nama dan nomor Surat Izin Praktek
barang datang.
Pedagang Besar Farmasi (PBF) mengantar obat yang dipesan sesuai dengan SP
dan membawa faktur yang kemudian dilakukan penerimaan oleh petugas apotek yang
seperti nama obat, bentuk sediaan, jumlah obat, potongan harga (jika ada), kemasan,
batas kadaluarsa, harga satuan dan jumlah total harga. Jika sesuai dengan pemesanan
dan memenuhi persyaratan maka APA atau TTK menanda tanganinya serta memberi
stampel.
Barang yang diterima dicatat pada buku penerimaan barang. Selanjutnya barang
disusun pada tempatnya sambil dilakukan pencatatan ke dalam buku stok barang.
Sistem penyimpanan barang di Apotek Minang yaitu dimana barang disimpan pada
tempat yang bersih, aman, tidak terkena cahaya matahari langsung atau tidak lembab.
Penyimpanan barang disusun berdasarkan abjad, suhu penyimpanan dan bentuk
sediaan serta jenisnya (generik dan non generik). Untuk obat Narkotik dan
Psikotropik disimpan dalam lemari khusus. Untuk obat- obatan yang termolabil
dilakukan berdasarkan abjad dengan menggunakan sistem FIFO (Firts In First Out)
dan FEFO (Firts Expire First Out), obat yang mendekati expire akan dkeluarkan
lebih dahulu dan obat yang datang lebih dulu akan keluarkan dahulu, kemudian
dengan resep dan pelayanan penjualan obat tanpa resep. Selain itu, apotek Minang
juga bekerjasama dengan dokter spesialis, yaitu dokter spesialis kulit dan kelamin,
dokter spesialis gigi dan bedah mulut, dan dokter spesialis penyakit dalam. Apotek
obatan yang dibutuhkan masyarakat dan obat-obatan yang yang sering digunakan
oleh dokter yang praktek di apotek tersebut. Namun pengadaan tersebut tetap
masuk dan uang keluar tetap berjalan lancar tanpa adanya penumpukan barang yang
Pelayanan resep pada Apotek Minang dilakukan terlebih dahulu skrinning resep
nomor surat izin praktek dokter, alamat dokter, tanggal pembuatan resep, tanda R/
beserta nama obat yang diresepkan, nama pasien, usia pasien, dan tanda tangan
dokter. Untuk skrinning farmasetika dilihat obat-obat yang diresepkan apakah dosis
yang diberikan sudah sesuai. Sementara skrinning farmakologi melihat apakah obat-
obat yang diberikan tidak saling memberikan kontraindikasi satu sama lain.
Apoteker/ Asisten Apoteke mengerjakan dan menyerahkan resep sesuai dengan yang
diberikan pada dokter. Sehingga ketika ada kesalahan maupun komplain dapat
hal yang tidak dituliskan oleh dokter atau tulisan dokter kurang jelas. Ketika hal ini
pada tiap obat yang akan diberikan. Setelah itu, Asisten apoteker menanyakan
kesediaan pasien apakah obat ingin langsung ditebus semua atau tidak. Setelah pasien
sebagai pusat informasi, maka petugas harus dapat memberikan informasi yang benar
dan jelas kepada pasien sehingga obat dapat dipakai secara baik dan rasional.
Pelayanan non resep di Apotek Minang dapat berupa pembelian obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, maupun perbekalan farmasi seperti kassa, plester, dan
lain-lain. Obat bebas merupakan obat-obatan yang paling aman untuk dikonsumsi,
untuk mengobati penyakit ringan, dan dapat dibeli di Apotek maupun tempat lain
selain Apotek, misalnya Panadol, Bodrex, Kool Fever dan lain-lain. Sementara obat
bebas terbatas ialah obat keras yang masih tergolong aman jika dikonsumsi sesuai
aturannya. Biasanya terdapat tanda peringatan pada kemasan obat tersebut, misalnya
rohto, antimo, dextrometorfan HBr, dan lain-lain. Obat keras merupakan obat yang
penggunaannya tidak boleh sembarangan dan harus disertai dengan resep dokter,
kecuali dalam keadaan tertentu dapat diberikan kepada pasien tanpa resep dari dokter.
Obat keras yang dapat diberikan kepada pasien tanpa resep dokter adalah obat keras
yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (OWA), misalnya obat kontrasepsi.
Selain obat keras yang termasuk dalam OWA, beberapa obat keras dapat diberikan
kepada pasien jika pasien tersebut memang sudah rutin mengkonsumsinya dan
Sementara obat keras lainnya tidak dapat diberikan oleh Apoteker ataupun asisten
Pelayanan non resep di Apotek Minang sudah berjalan dengan baik dan tetap
sesuai dengan aturan yang berlaku. Pasien diberikan informasi mengenai cara
penggunaan obat serta informasi lainnya yang harus diketahui pasien saat
mengkonsumsi obat tersebut, terlebih lagi jika obat tersebut berupa obat keras atau
berupa obat antibiotik yang harus dikonsumsi hingga habis. Obat-obatan yang
dianggap dapat disalahgunakan pada pasien tidak diberikan kecuali pasien
menyerahkan resep dari dokter. Pembelian obat-obatan maupun perbekalan farmasi di
Apotek.
Resep yang masuk ke Apotik Minang dibundel setiap bulan dan untuk resep
Resep yang sudah disimpan lebih dari 5 tahun dapat dimusnahkan dengan cara
dibakar atau ditimbun dalam tanah. Waktu melakukan pemusnahan resep maka harus
dibuat berita acara pemusnahan resep yang memuat hari dan tanggal pemusnahan,
berat resep yang dimusnahkan, tempat pemusnahan, tanggal resep yang dimusnahkan,
Dalam hal pelaporan di apotek Minang yang dilakukan sudah sesuai dengan aturan
yang ada dan sudah memiliki sistem pembukuan dan pelaporan yang jelas. Pelaporan
di Apotek Minang dibagi menjadi dua, yaitu laporan harian, mencakup pendapatan
harian apotek (pendapatan waktu pagi dan malam dibedakan) serta pengeluaran
apotek yang setiap harinya Apotek Minang melakukan setor hasil penjualan ke PSA
setiap harinya. Laporan bulanan, yaitu mencakup laporan hasil penjualan dan
narkotika dan psikotropika ditanda tangani oleh APA dengan mengisi formulir yang
Kota Padang, tembusan pada Dinas Kesehatan Provinsi, Badan POM dan untuk arsip
apotek.
Pembukuan tersebut meliputi buku penjualan obat bebas, buku pencatatan resep
masuk, buku pesanan barang, buku penerimaan faktur, buku kas, buku pemakaian
obat psikotropika, buku pemakaian obat narkotika, buku pemakaian obat prekusor ,
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja profesi apoteker di Apotek Minang dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek sangat bermanfaat bagi calon
Apoteker karena dapat menambah keterampilan, pengetahuan, pengalaman dan
wawasan calon apoteker di bidang apotek.
2. Pengelolaan sediaan farmasi di Apotek Minang sudah berjalan dengan sistematis
mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan sampai pencatatan dan
pelaporan. Masing-masing karyawan mempunyai tugas dan tanggung jawab
sehingga memudahkan dalam pertanggung jawaban pada PSA dan Apoteker
Pengelola Apotek (APA).
3. Sistem Pelayanan Informasi Obat di Apotek Minang sudah berjalan dengan baik .
Baik untuk pelayanan resep maupun untuk pelayanan non resep atau swamedikasi
pada pasien.
4. Hubungan kerja sama antara Apotek Minang dengan dokter-dokter praktek
berjalan dengan baik dan harmonis sehingga membuat apotek ini memiliki
kepercayaan dari pasien dalam membeli obat yang diresepkan oleh dokter yang
dapat meningkatkan omset dari apotek.
5.2 Saran
Perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap, penilaian kepuasan konsumen terhadap
pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh Apotek Minang, misalnya dengan membuat
kuesioner yang dapat diisi langsung oleh pasien pada saat datang ke apotek sehingga dapat
diketahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen.
DAFTAR PUSTAKA