D. Peraturan Pemerintah;
E. Peraturan Presiden;
UUD 1945
Selain hukum dasar yang tertulis yaitu UUD masih terdapat lagi hukum dasar yang
tidak tertulis, tetapi berlaku dan dipatuhi oleh para pendukungnya, yaitu yang lazim
disebut konvensi, yang berasal dari bahasa Inggris convention, yang dalam
peristilahan ketatanegaraan disebut kebiasaan-kebiasaan ketatanegaraan. Misalnya ,
kebiasaan yang dilakukan oleh Presiden RI, setiap tanggal 16 agustus melakukan
pidato kenegaraan di muka Sidang Paripurna DPR. Pada tahun 1945 hingga tahun
1949, karena adanya maklumat pemerintah tertanggal 14 November 1945, yang telah
mengubah system pemerintahan dari cabinet presidensial ke cabinet parlementer.
Tetapi apabila keadaan Negara bahaya atau genting, cabinet beruah menjadi
presidensiil, dan sewaktu-waktu keadaan Negara menjadi aman kebinet berubeh
kembali menjadi parlementer lagi. Terhadap tindakan-tindakan tersebut tidak ada
peraturan yang tegas secara tertulis, pendapat umum cenderung melakukannya,,
apabila tidak dilaksanakan, dianggap tidak benar.
Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang terdiri dari Pembukaan
dan Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan). Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di
dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-Pasal
Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan
72 Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal Aturan Peralihan
dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA dihapus, dalam amandemen
keempat penjelasan tidak lagi merupakan kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan
Pasal-pasal UUD 1945 merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain
merupakan bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan.
Motivasi yang menjasi latar belakang pembuatan UUD bagi negara yang satu berbeda
dengan negara yang lain; hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain,
sejarah yang dialami oleh bangsa yang bersangkutan, cara memperoleh kemerdekaan
bangsanya, situasi dan kondisi pada saat menjelang kemerdekaan bangsanya, dan lain
sebagainya.
Menurut pendapat Bryce, hal-hal yang menjadi alas an sehingga suatu negara
memilliki UUD, terdpat beberapa macam, sebagai berikut :
Berdasarkan pendapat Bryce tersebut di atas, motivasi adanya UUD Negara Republik
Indonesia, yang sekarang lebih dikenal UUD 1945 adalah adanya kehendak para
Pembentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sesaat setelah Proklamasi
Kemerdekaan RI , tepatnya pada tanggal 18 agustus 1945. Hal ini ditujukan agar
terjamin penyelenggaraan Ketatanegaraan NKRI secara pasti (adanya kepastiaan
hukum), seperti menurut pendapat Bryce pada nomer 3 tersebut di atas, sehingga
stabilitas nasional dapat terwujud. Terwujudnya ketatanegaraan yang pasti dan
stabilitas nasional memberi makna bahwa system politik tertentu dapat dipertahankan,
yaitu system politik menurut UUD 1945.
Suatu system politik, pada umumnya harus mempunyai kemempuan memenuhi lima
fungsi utama, yaitu:
mempetahankan pola,
pengaturan dan penyelesaian ketegangan atau konflik,
penyesuaian,
pencapaian tujuan, dan
integrasi.
Dalam hal ini, system politik yang dianut oleh UUD 1945 dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Negara RI adalah merupakan suatu pola pemerintahan tertentu, dan
apabila penyelenggaraan Pemerintahan Negara RI, tetap dilaksanakan berdasarkan
UUD 1945, maka berarti system politik negara RI mempunyai kemampuan berfungsi
mempertahankan pola tertentu, yaitu pola penyelenggaraan Pemerintahan Negara RI
seperti ditentukan oleh UUD 1945.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya,
bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Maka telah cukup jika Undang-undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok,
hanya memuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan
penyelenggara negara lainnya untuk menyelenggarakan kehidupan bernegara. Hukum
dasar yang tertulis hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepeda undang-undang yang lebih
mudah caranya membuat, merubah dan mencabut.
Sifat aturan yang tertulis itu mengikat. Oleh karena itu maakin supel (elastis) sifat
aturan tersebut akan semakin baik. Jadi kita harus menjaga supaya system
Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan jaman. Jangan sampai kita membuat
Undang-undang yang mudah tidak sesuai dengan keadaan (verouderd).
Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu hukum
yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara negara, maupun mengikat
bagi setiap warga negara.
Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa
UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan yaitu memuat
aturan-aturan pokok yang setiap kali harus dikembangkan sesuai dengan
perkembangan jaman,serta memuat hak-hak asasi manusia.
Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan yang dapat
dan harus dilaksanakan secara konstitusional.
Undang-Undang Dasar 1945,dalam tertib hukum Indonesia,merupakan
peraturan hukum positif yang tertinggi. Disamping itu, juga sebagai alat
kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih rendah dalam hierarki
tertib hukum Indonesia.
Setiap sesuatu dibuat dengan memiliki sejumlah fungsi. Demikian juga halnya dengan
UUD 1945. Telah dijelaskan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang
mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga
mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada dan juga mengikat
setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma dan aturan-aturan yang harus
ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas. Undang-undang
Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar, yaitu hukum dasar yang
tertulis. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan
demikian setiap produk hukum sepertiundang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah
haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada
akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 2 UU No. 10
Tahun 2004).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan
yang tertinggi. Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat
kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih
rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi. UUD 1945 juga
berperan sebagai pengatur bagaimana kekuasaan negara disusun, dibagi, dan
dilaksanakan. Selain itu UUD 1945 juga berfungsi sebagai penentu hak dan kewajiban
negara, aparat negara, dan warga negara.
Oleh karena itu, UUD harus mengandung isi yang mewajibkan Pemerintah dan
Penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari UUD negara Indonesia.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtidee) yang menguasai
hukum dasar Negara baik hukum yang tertulis (UUD) maupun hukum yang tidak
tertulis. Undang-undang Dasar menciptakan pokok pikiran ini dalam Pasal-Pasalnya
KETETAPAN MPR
UU/PERPU
Materi Muatan
Materi muatan Perpres berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi
untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
Perpres merupakan peraturan yang dibuat oleh Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara sebagai atribusi dari Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
Perpres dibentuk untuk menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut perintah UU atau PP
baik secara tegas maupun tidak tegas diperintahkan pembentukannya.
PERDA PROVINSI
Peraturan Daerah (Perda Provinsi) adalah peraturan perundang-undangan
yang dibentuk oleh DPRD provinsi dengan persetujuan bersama gubernur.
Peraturan Daerah dibuat dengan untuk melaksanakan peraturan perundangan
yang lebih tinggi. Perda juga dibuat dalam rangka melaksanakan kebutuhan
daerah. Perda tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Pemerintah pusat dapat membatalkan Perda yang nyata-nyata bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi.
Proses penyusunan Peraturan Daerah Provinsi sesuai UU Nomor 12 Tahun
2011, sebagai berikut:
PERDA KAB/KOTA