PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
dependent) (Gardner DSL, 2012). DM tipe 1 mewakili sekitar 10% dari semua kasus
sampai 5 tahun, atau di usia remaja dan dewasa awal. Insiden diabetes tipe 1
bawah 15 tahun adalah 3,4%, dan kejadian paling tinggi pada anak di bawah usia 5
Diabetes melitus tipe 1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas
yang diperantarai oleh imun atau antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini
tergantung pada insulin eksogen (Chiang JL, 2014). Gejala klinik khas yang dapat
badan, dan hiperglikemia yang tidak berespons terhadap obat diabetik oral. Pada
anak-anak, sering kali ditemukan gejala yang akut dan berat dari poliuri, polidipsi,
dan ketonemi. Sedangkan pada dewasa tipe 1 berjalan lebih lama dan perlahan
dengan presentasi klinis pada awalnya menyerupai DM tipe 2 (Chiang JL, 2014).
Marker sistem imun pada destruksi sel beta ini terdiri dari autoantibodi sel pulau
1
langerhans, autoantibodi insulin, autoantibodi GAD65 serta autoantibodi tirosin
posfatase IA-2 dan IA-2 beta. Satu atau lebih dari autoantibodi tersebut ditemukan
pada 85-90% saat kondisi hiperglikemia puasa terdeteksi. DM tipe 1 juga berkaitan
erat dengan HLA yang tersambung dengan gen DQA dan DQB .dan juga dipengaruhi
oleh gen DRB. Pada DM tipe 1 proses destruksi sel beta bervariasi, dapat timbul
cepat (saat anak-anak dan remaja) dan paling umum terjadi, namun juga dapat terjadi
Pada kasus yang sangat jarang, diabetes dapat terjadi karena mutasi hanya dari
satu jenis gen, disebut diabetes monogenik. Diabetes monogenik dapat diwariskan
secara dominan ataupun resesif, atau muncul spontan akibat mutasi de novo. Pada
anak-anak, mutasi biasanya terjadi pada gen yang meregulasi fungsi sel beta
pankreas; pada kasus jarang, mutasi juga dapat menyebabkan resistensi insulin berat.
Hingga saat ini, sudah ditemukan 40 jenis subtipe diabetes monogenik, masing-
Diabetes familial disebut juga sebagai maturity onset diabetes of the young (MODY)
(Tengguna L, 2012).
2
diabetikum pada anak sering ditemukan pada penderita DM tipe 1 yang tidak patuh
jadwal suntikan insulin atau pemberian insulin yang dihentikan maupun kasus baru
DM tipe 1. Terdapat sekitar 13-80% dari 65.000 anak yang berusia <15 tahun dengan
diagnosis KAD. Angka kejadian KAD sebesar 15-70% di wilayah Eropa, Australia
dan Amerika dan lebih tinggi lagi di negara berkembang. Insidensi KAD pada anak
yang sudah terdiagnosis DM tipe 1 adalah sebesar 110% per pasien tiap tahunnya.
negara cukup konstan, di Amerika Serikat 0,15%, Kanada 0,18% dan Inggris 0,31%
(WHO, 2013).
Ketoasidosis diabetik (KAD) saat awitan diabetes melitus tipe-1 (DM tipe1)
lebih sering ditemukan pada anak yang lebih muda (usia <2 tahun) terutama karena
penanganan yang terlambat dan sosial ekonomi rendah sehingga memiliki akses yang
terbatas terhadap pelayanan kesehatan. Insidens KAD pada anak yang sudah
terdiagnosis DM tipe-1 adalah sebesar 1-10% per pasien tiap tahunnya. Risiko
terjadinya KAD pada kelompok ini meningkat pada anak dengan kontrol metabolik
buruk, riwayat KAD sebelumnya, anak yang tidak menggunakan insulin, gadis
remaja atau peripubertal, anak dengan gangguan makan (eating disorders), sosial
ekonomi rendah, dan anak dari keluarga yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Alvi
dkk menyatakan bahwa anak keturunan Asia usia < 5 tahun memiliki risiko 8x lebih
tinggi untuk mengalami KAD dibandingkan anak non-Asia pada usia yang sama
3
Pada tempat-tempat dengan fasilitas yang kurang memadai maka risiko
kematian akibat KAD lebih tinggi. Edema serebri bertanggung jawab atas 60-90%
kematian akibat KAD. Mortalitas akibat edema serebri sebesar 21-24%. Penyebab
morbiditas dan mortalitas pada KAD selain edema serebri adalah hipokalemia,
Faktor demografik yang meningkatkan risiko edema serebri adalah usia muda,
diabetes awitan baru, durasi gejala yang lebih lama. Secara klinis edema serebri
biasanya timbul dalam 12 jam pertama setelah terapi, namun dapat terjadi sebelum
terapi atau bahkan terkadang dapat timbul dalam 24-48 jam setelah terapi. Berikut ini
adalah faktor risiko yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya edema
makin beratnya asidosis saat diagnosis, terapi bikarbonat untuk koreksi asidosis,
natrium atau penurunan kadar natrium selama terapi, pemberian volume cairan yang
besar dalam 4 jam pertama, serta pemberian insulin dalam jam pertama terapi cairan
Penegakkan diagnosis KAD salah satunya dapat dilihat dari gejala klinis
KAD. Gejala klinis KAD pada anak yang dapat ditemukan adalah dehidrasi, nafas
cepat dalam, mual, muntah, nyeri perut seperti akut abdomen, penurunan kesadaran
progresif, leukositosis, shift to the left, peningkatan amilase non spesifik, demam (bila
terdapat infeksi) disertai dengan gejala klasik DM berupa poliuria, polidipsi, serta
4
penurunan berat badan yang progresif. Gejala tidak khas yang menyerupai penyakit
lain yaitu gastroenteritis, akut abdomen, keracunan, gangguan SSP, sindrom uremik,
dan lain-lain. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penurunan kesadaran bahkan sampai
yaitu turgor kulit menurun, mukosa mulut kering, kelopak mata cekung, ubun-ubun
cekung, nadi meningkat/tak teraba, tekanan darah menurun serta oliguria, dengan atau
tanpa disertai syok. Bisa juga ditemukan nafas berbau aseton. Perhitungan berat
badan sekarang, dan sebelum sakit terjadi penurunan yang signifikan. Diagnosis dan
tata laksana yang tepat sangat diperlukan pada pengelolaan kasus-kasus KAD untuk
American Diabetes Assosciation yaitu kadar glukosa darah >250 mg/dl, pH arteri
<7,25, HCO3- <18, terdapat keton urin, keton serum positif dan penurunan
kesadaran.
dalam penggunaan obat karena pasien mengalami komplikasi penyakit, oleh karena
itu kami mengangkat kasus ini untuk mendapatkan gambaran penggunaan obat secara
5
2. Bagaimana solusi jika terdapat Drug Related Problem’s (DRP’s) dari obat-
I.3 Tujuan
2. Untuk mencari solusi jika terdapat Drug Related Problem’s (DRP’s) dari
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
mengancam jiwa akibat kekurangan insulin relatif atau absolut yang ditandai oleh
anak. Pada anak-anak yang sering terjadi adalah DM -1 (insulin dependent), dan
2012). Diabetes melitus tipe 1 yang tidak ditatalaksana dengan baik akan
diproduksi oleh sel beta pankreas, sehingga terjadi hiperglikemia (WHO, 2017). Tipe
1 ini ditandai dengan berkurangnya sel beta pankreas yang diperantarai oleh imun
atau antibodi, sehinga sepanjang hidup penderita ini tergantung pada insulin eksogen
7
(Chiang JL, 2014). Gejala klinik khas yang dapat ditemukan sebagai akibat
yang tidak berespons terhadap obat diabetik oral. Pada anak-anak, sering kali
ditemukan gejala yang akut dan berat dari poliuri, polidipsi, dan ketonemi.
Sedangkan pada dewasa tipe-1 berjalan lebih lama dan perlahan dengan presentasi
klinis pada awalnya menyerupai DM tipe 2 (Chiang JL, 2014). Marker sistem imun
pada destruksi sel beta ini terdiri dari autoantibodi sel pulau langerhans, autoantibodi
insulin, autoantibodi GAD65 serta autoantibodi tirosin posfatase IA-2 dan IA-2 beta.
Satu atau lebih dari autoantibodi tersebut ditemukan pada 85-90% saat kondisi
hiperglikemia puasa terdeteksi. DM tipe 1 juga berkaitan erat dengan HLA yang
tersambung dengan gen DQA dan DQB .dan juga dipengaruhi oleh gen DRB. Pada
DM tipe 1 proses destruksi sel beta bervariasi, dapat timbul cepat(saat anak-anak dan
remaja) dan paling umum terjadi, namun juga dapat terjadi lambat (saat dewasa)
2.1.2 Etiologi
diabetikum pada anak sering ditemukan pada penderita DM tipe 1 yang tidak patuh
jadwal suntikan insulin atau pemberian insulin yang dihentikan maupun kasus baru
DM tipe 1. Terdapat sekitar 13-80% dari 65.000 anak yang berusia <15 tahun dengan
diagnosis KAD. Angka kejadian KAD sebesar 15-70% di wilayah Eropa, Australia
8
dan Amerika dan lebih tinggi lagi di negara berkembang. Insidensi KAD pada anak
yang sudah terdiagnosis DM tipe 1 adalah sebesar 110% per pasien tiap tahunnya.
negara cukup konstan, di Amerika Serikat 0,15%, Kanada 0,18% dan Inggris 0,31%
(WHO, 2013).
2.1.3 Patofisiologi
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila
hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh
9
akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
diabetes melitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung,
dalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial,
atau tidak langsung dari kekurangan insulin (Wolfdorf, J.,at al ., 2006; Savodelli, R
akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya
magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan
uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang
hebat sebagian akan dikompensasi oleh pernapasan kussmaul (Wolfdorf, J.,at al .,
2006).
rangkaian dari siklus interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk
10
membantu pemulihan metabolisme karbohidrat dan lipid normal. Apabila jumlah
insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga .
Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini
berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air
dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh
elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L
air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik
11
1. Klasifikasi ketoasidosis diabetic untuk kepentingan tata laksana, KAD
2. Manifestasi klinis
• Mual, muntah, nyeri perut, takikardi, hipotensi, turgor kulit menurun, dan
syok.
sampai koma.
kadar glukosa.
• Prinsip tata laksana KAD meliputi terapi cairan untuk mengkoreksi dehidrasi
12
elektrolit, mengatasi penyakit yang mendasari KAD serta monitor komplikasi
terapi.
• Anak dengan KAD harus dirawat di tempat yang memiliki perawat terlatih
- KAD berat.
- Aritmia
- Breathing: berikan oksigen pada pasien dengan dehidrasi berat atau syok.
• Timbang berat badan pasien Gunakan berat badan aktual untuk menghitung
13
- Turgor menurun – Hiperpnea
- Dehidrasi dianggap lebih dari 10% atau berat jika terdapat nadi yang
• Ukur kadar glukosa darah dan kadar beta hidroksi butirat/BOHB (atau
analisis gas darah (pH, HCO3 dan pCO2) vena, kadar BOHB, dan darah
• Periksa HbA1c.
• Jika terdapat demam atau tanda infeksi lainnya lakukan kultur (darah, urin,
14
- Hiperkalemia
- Interval PR memanjang
- QT memendek
- Terdapat gelombang U
- Interval QT melebar
- Gelombang T mendatar
- QTc memanjang
Ringer Asetat).
15
- Setelah itu, penggantian cairan harus dengan cairan yang memiliki
elektrolit.
untuk 48 jam.
berlebihan, maka cairan infus per hari tidak boleh melebihi 1,5-2x
permukaan tubuh.
• Salah satu indikator status hidrasi adalah kadar Natrium. Pada KAD
atau
Kadar Na+ harus tetap dalam kisaran normal yaitu 135–145 mEq/L
rehidrasi perlu dilakukan lebih lambat. Bila Na+ turun dibawah nilai
16
normal maka hal ini menunjukkan pemberian cairan yang terlalu cepat
glukosa darah.
• Kebutuhan cairan pada KAD yang sudah teratasi sama dengan kebutuhan
3. Insulin
• Jenis insulin yang boleh diberikan adalah short acting atau rapid acting.
17
- Insulin bolus tidak diperlukan pada tata lakasana KAD
tata laksana KAD maka buatlah line IVFD untuk insulin secara
atau
teratasi (pH > 7,30, bikarbonat > 15 mEq/L, BOHB < 1 mmol/L).
- Dosis insulin dapat diturunkan lebih rendah dari 0,05 U/kgBB/ jam
metabolik.
glukosa meskipun kadar glukosa darah belum turun < 300 mg/dL.
18
• Jika parameter KAD (seperti pH, anion gap, konsentrasi betahidroksi
terapi insulin (misalnya infeksi atau salah dalam pengenceran insulin dll).
diberikan insulin subkutan atau intramuskuler tiap jam atau tiap dua jam.
Insulin yang digunakan adalah insulin kerja cepat atau kerja pendek.
- Dosisnya dapat dimulai dari 0,3 U/kgBB dilanjutkan satu jam kemudian
dengan insulin lispro atau aspart dengan dosis 0,1 U/ kgBB/jam atau
- Jika kadar glukosa darah < 250 mg/dL (< 14 mmol/L) sebelum KAD
19
4. Kalium
• Pada semua pasien KAD perlu koreksi kalium, kecuali jika terdapat gagal
ginjal.
normal.
hipokalemia.
20
• Kalium dapat diberikan dengan konsentrasi 40 mEq/L. Selanjutnya
5. Asidosis
menit.
21
• Tanda vital (kesadaran, frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah, suhu)
tiap jam.
• Balans cairan tiap jam (jika terdapat penurunan kesadaran maka perlu
analisis gas darah harus diulang tiap 4-6 jam (pada kasus yang berat elektrolit
harus diperiksa tiap jam). Peningkatan leukosit dapat disebabkan oleh stres
mendeteksi BOHB.
22
2.1.7 Transisi ke insulin subkutan dan mulai asupan peroral (PPK IDAI, 2017)
• Cairan oral mulai diberikan jika sudah terdapat perbaikan klinis nyata.
• Jika sudah mulai diberikan cairan per oral maka jumlah cairan per oral ini
• Jika KAD sudah teratasi dan asupan per oral sudah ditoleransi dengan baik
maka waktu paling baik untuk mengganti insulin menjadi insulin subkutan
pertama harus diberikan 15-30 menit (insulin kerja cepat) atau 1-2 jam
Struktur Kimia
23
Terapi
Indikasi Menurunkan kadar asam dalam tubuh, seperti kelebihan
asam lambung, pH darah yang rendah (asidosis) dan
mengontrol pH urin.
Mekanisme Kerja Natrium bikarbonat bekerja pada tubuh sebagai alkalizer
sistemik. Dengan meningkatkan plasma bikarbonat pada
darah, senyawa ini menyangga konsentrasi ion hidrogen
berlebih sehingga meningkatkan pH darah.
24
napas, Kelemahan otot, Detak jantung tidak teratur,
hipertonisitas otot, berkedut
Peringatan Kategori C pada ibu hamil
Farmakodinamik Natrium bikarbonat adalah suatu garam monosodium
dari asam karbonat dengan efek alkalinisasi dan
pengganti elektrolit. Setelah terjadi disosiasi, sodium
bikarbonat akan membentuk ion natrium dan bikarbonat.
Pembentukan ion ini akan meningkatkan kadar
bikarbonat plasma dan bertindak
sebagai buffer kelebihan konsentrasi ion hidrogen,
sehingga pH darah meningkat.
Gambar sediaan
- NaCl 0,9 %
25
mengontrol homeostatis dengan absopsi atau ekskresi
pada tubulus.
Dosis NaCI 0.9%. Setiap 500 mL mengandung : 4,5 Natrium
Klorida (NaCl) Air untuk injeksi ad 500 mL.
- KCl
26
pada tubulus.
Pemberian Obat Intravena
Kontraindikasi Hipersensitivitas berat terhadap sediaan kalium
Efek Samping Pembengkakan terutama pada kaki, rasa kelelahan,
mulut kering
Peringatan Kategori C pada ibu hamil
Farmakokinetik Injeksi KCl langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
Setelah diinjeksi, KCl akan terdistribusi cepat ke dalam
jaringan melalui pembuluh darah, serta dieliminasi
melalui urine
Gambar sediaan
- Levemir
Indikasi Terapi DM
27
tekanan darah), gangguan refraksi, diabetes retinopati;
- Ranitidin
Komposisi Ranitidin
reseptor antagonislainnya.
28
Efek Samping Aritmia seperti takikardia, bradikardia, blok
hipersensitifitas.
Farmakokinetika Absorpsi: ranitidin di absorpsi dengan baik dari saluran
serum.
Sirosis
29
Gambar
- Dextrose 5 %,
30
- Novorapid
Indikasi Terapi DM
- Ceftriaxon
31
Kelas terapi Antibiotik golongan sefalosporin
Dosis 1x2 g
Sediaan Injeksi
Gambar
- Cefixime
32
Gambar
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Data Umum
No. MR : 18.41.XX
Agama : Islam
Umur : 15 Tahun
33
Ruangan : Rawat Inap Anak
INFECTION
Mulai Perawatan : 2 Juli 2021 pukul 03:30
Riwayat Penyakit
Sejak 2 hari SMRS pasien demam, nafsu makan menurun. Pasien tidak
suntik insulin
Sejak 1 hari SMRS pasien sakit perut, pusing, mual, nyeri ulu hati dan
Diabetes Melitus sejak 4 tahun SMRS. Pasien sudah dirawat 2 kali karena
34
3.3 Data Penunjang
Data Tanggal
Normal
02/07 03/07 04/07 05/07 06/07 07/07
Klinik
Kesadar E2V3M
E4V5M6 (kompos mentis)
an 5
TD
115/60 123/87 136/61 - - - 110/80
(mmHg)
Suhu 36.5 –
38,4 36.9 37,2 36,5 36,3 36
(°C) 37.5
Nadi (x /
<110 140 127 - - - -
menit)
Nafas
(x/menit 12 – 16 40 - - - - -
)
BB (kg) 51 - - - - 48
35
3.4 Data Laboratorium
HEMATOLOGI
Tanggal
Pemeriksaan Nilai Normal
02/07 03/07
Hemoglobin (g/dL) 10.3 – 14.9 13.1 –
6
Eritrosit (10 /μL) 4.0 – 5.2 4.48 –
Hematokrit (%) 32 – 42 39.4 –
MCV (fL) 73 – 87 H 87.9 –
MCH (pg) 24 – 30 29.2 –
MCHC (g/dL) 32 – 36 33.2 –
RDW-CV (%) 11.5 – 14.5 12.6 –
3
Leukosit (10 /μL) 4.8 – 10.8 H 29.2 –
3
Trombosit (10 /μL) 150 – 450 409 –
Basofil (%) 0–1 0 –
Eosinofil (%) 1–3 L0 –
Neutrofil (%) 50 – 70 H 75 –
Limfosit (%) 20 – 40 L 18 –
Monosit (%) 2–8 7 –
ALC (Absolute
36
Urine Lengkap
Tanggal/Pukul
02/07 02/07 03/07 –
Nilai Normal
Pemeriksaan
04.06 18.09 03.54
Kuning muda Kuning –
Warna Kuning Kuning
jernih keruh
Blood (UL) Negatif Negatif 1+ 1+ –
Urobilinogen (EU) 1 1 1 1 –
Keton Negatif 3+ 3+ 2+ –
Sedimen Urine
Eritrosit (LPB) 0–4 0–1 5–7 6–8 –
37
13.50 17.00 14.50
HH HH HH HH
PO2 mmHg 80 – 100
103.70 124.10 109.50 148.80
Bikarbonat (HCO3)
22 – 26 L 3.60 L 4.10 L 5.20 L 11.60
mEq/L
Kelebihan basa (BE)
-2 – +2 -24.7 -25.2 -20.5 -12.7
mEq/L
SO2 94 – 100 94.60 96.20 96.60 98.70
Kimia Klinik
Tanggal/Pukul
02/07 02/07
Pemeriksaan Nilai Normal
02.29 10.54
Glukosa Darah mg/dL 60 – 100 H 238 –
Kalsium mg/dL 8.8 – 10.4 – 9.52
Natrium (Na) mEq/L 135 – 145 – 143.2
Kalium ( K ) mEq/L 3,5 – 5.5 – H 5.6
Clorida ( Cl ) mEq/L 98 – 108 – H 112.2
Diagnosis:
Bacterial infection
Tatalaksana Awal :
- Ranitidin 3x50 mg IV
- Ceftriaxon 1x2 gr Drip dalam NaCl 0,9% 50 cc/jam IV (habis dalam sejam)
- Pasang catether
38
- Infus jalur 1 (kanan)
Cek GDR perjam (target penurunan GDR 75-100 mg/dL perjam, jika tidak
tercapai maka naikkan dosis insulin 0,4 cc/jam dari yang sebelumnya,
maksimal 4 cc/jam
Infus 2 jalur
Cek GDR perjam (target penurunan GDR 75-100 mg/dL perjam, jika tidak
tercapai maka naikkan dosis insulin 0,4 cc/jam dari yang sebelumnya,
maksimal 4 cc/jam
- Cek ulang AGD 6 jam selanjutnya (9.30) + Cek ulang elektrolit (Na,K,Cl,Ca)
39
3.4.1 Nilai Lembar Monitoring Gula Darah
GD
PAGI SIANG MALAM LV JAM
HARI/TA
01.00
NGGAL
GD GD GD
GD LV NV MAKAN+SNACK GD NV MAKAN+SNACK GD NV MAKAN+SNACK
2PP 2PP 2PP
324
+
3/7/21 366 9 1 Porsi 375 354 326
Novo
3 iu
289
377
+
4/7/21 1 Porsi 215 179 5 1/3 Porsi 322 14 +Novo
Novo
3 iu
2 iu
309
+
5/7/21 382 15 15 1 Porsi 273 1 Porsi 176 171 16 1 Porsi 96 15
Novo
2 iu
279
266
+
6/7/21 217 15 15 1 Porsi 234 ½ Porsi 152 194 16 1 Porsi 182 15 + Novo
Novo
1 iu
1 iu
243
+
7/7/21 317 15 18 1 Porsi
Novo
1 iu
40
Dokter Apoteker
Tanggal S
O
A P A P
02/07/2021 - Memiliki - Nadi: - KAD berat - Koreksi meylon - Disarankan
41
1x2 gr tambah 50 DM Tipe 1) (Analsis gas
cc NaCl 0,9 % 4. Infus Dektrosa 10% darah) per 12
diberikan untuk
(habis dalam 1 jam
mencegah terjadinya
jam) hipoglikemia - Disarankan Cek
- Inj Ranitidin sekaligus kandungan keton
mengkoreksi asidosis
3x50 mg urin
metabolic. (Konsesus
Nasional Pengelolaan - Disarankan
DM Tipe 1) memberikan
5. Pemberian insulin
supply oksigen
bertujuan untuk
menurunkan dan sesuai kebutuhan
mengendalikan kadar pasien
glukosa darah dan
menekan proses
lipolisis dan
ketogenesis.
(Konsesus Nasional
Pengelolaan DM Tipe
1)
6. Inj Ceftriakson untuk
mencegah infeksi
bakteri yang
sensitive.
(Formularium
42
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
7. Inj Ranitidin
diberikan pada pasien
dengan keadaan yang
menimbulkan
hipersekresi lambung
(Formularium
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
03/07/21 Sesak nafas - Tekanan - KAD Berat - Infus NaCl 0,9 % 1. NaCl mengembalikan - Disarankan
mulai menurun, darah 126/61 - Bacterial tambah KCl 20 keseimbangan monitoring
elektrolit pada
pasien mulai mmHg infection meg (60 cc/jam) tanda-tanda vital
keadaan dehidrasi
sadar - Nadi - Insulin 50 unit (Pharmacoteraphy pada pasien
127x/menit tambah 50 cc (Principles & - Disarankan cek
Practice))
- Suhu 37,1°C NaCl 0,9 % GDR secara
2. KCl membantu
- Pernapasan (4cc/jam) stop mengurangi defisit berkala
24x/menit setelah ½ jam Kalium pada pasien - Disarankan
KAD. (Konsesus
- GDR : 366- selesai minum monitor Balance
Nasional Pengelolaan
324 susu DM Tipe 1) cairan pasien
- Levemir® 3. Pemberian insulin - Disarankan
flexpen untuk bertujuan untuk
pemberian
43
maintenen 2x11 menurunkan dan supply oksigen
iu (07.00-19.00) mengendalikan kadar sesuai kebutuhan
glukosa darah dan
- Novorapid® pasien
menekan proses
flexpen 3x9 iu lipolisis dan - Disarankan Cek
- Inj Ceftriakson ketogenesis. kandungan keton
(Konsesus Nasional
1x2 gr tambah 50 urin
Pengelolaan DM Tipe
cc NaCl 0,9 % 1) - Pasien
(habis dalam 1 4. Inj Ceftriakson untuk disarankan untuk
mencegah infeksi
jam) melaksanakan
bakteri yang
- Inj Ranitidin sensitive. diet rendah gula
3x50 mg (Formularium
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
5. Inj Ranitidin
diberikan pada pasien
dengan keadaan yang
menimbulkan
hipersekresi lambung
(Formularium
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
6. Novorapid® Flexpen
digunakan untuk
44
mengendalikan
glukosa darah
sesudah makan
(termasuk kedalam
insulin kerja cepat).
(Pharmacotherapy
Handbook Edition 9)
7. Levemir® Flexpen
digunakan 1 atau 2
kali pada pagi dan
malam hari untuk
,mengontrol gula
darah pasien dalam
keadaan puasa
(diabsorbsi lebih
lambat).
(Pharmacotherapy
Handbook Edition 9)
45
3x50 mg Practice)) GDR secara
- Novorapid® 2. Inj Ceftriakson untuk berkala
mencegah infeksi
flexpen 3x12 iu - Disarankan
bakteri yang
- Levemir® sensitive. monitor Balance
flexpen untuk (Formularium cairan pasien
Spesialistik Ilmu
maintenen 2x12 - Pasien
Kesehatan Anak)
iu (07.00-19.00) 3. Inj Ranitidin disarankan untuk
diberikan pada pasien melaksanakan
dengan keadaan yang
diet rendah gula
menimbulkan
hipersekresi lambung - Disarankan
(Formularium koreksi
Spesialistik Ilmu
Levemir® dan
Kesehatan Anak)
4. Novorapid® Flexpen Novorapid® 1
digunakan untuk unit tiap
mengendalikan
kenaikan gula
glukosa darah
sesudah makan darah 50 diatas
(termasuk kedalam 200
insulin kerja cepat).
- Disarankan Cek
(Pharmacotherapy
Handbook Edition 9) kandungan keton
urin
46
5. Levemir® Flexpen
digunakan 1 atau 2
kali pada pagi dan
malam hari untuk
,mengontrol gula
darah pasien dalam
keadaan puasa
(diabsorbsi lebih
lambat).
(Pharmacotherapy
Handbook Edition 9)
05/07/21 - Pasien lemah - Suhu 37,1°C - KAD berat - Novorapid® 1. Novorapid® Flexpen - Disarankan
flexpen 3x16 iu digunakan untuk monitoring
- Infus bengkak - SPO2 99% - Bacterial
mengendalikan tanda-tanda vital
- GDR 309 infection - Levemir®
glukosa darah pada pasien
-171 flexpen untuk sesduah makan - Disarankan cek
maintenen 2x16 (termasuk kedalam GDR secara
insulin kerja cepat). berkala
iu (07.00-19.00)
(Pharmacotherapy - Disarankan
- Cefixime 2x200 Handbook Edition 9) monitor Balance
mg 2. Levemir® Flexpen cairan pasien
digunakan 1 atau 2 - Pasien
- Ranitidin 3x1
kali pada pagi dan disarankan untuk
tablet sehari malam hari untuk melaksanakan
,mengontrol gula
47
darah pasien dalam diet rendah gula
keadaan puasa - Disarankan
(diabsorbsi lebih koreksi
lambat).
(Pharmacotherapy Levemir® dan
Handbook Edition 9) Novorapid® 1
3. Cefixime diberikan unit tiap
untuk mencegah
kenaikan gula
infeksi bakteri karena
kadar leukosit pasien darah 50 diatas
tinggi 200
(Pharmacotherapy
- Disarankan Cek
Handbook Edisi 7)
4. Ranitidin diberikan kandungan keton
pada pasien dengan urin
keadaan yang
menimbulkan
hipersekresi lambung
(Formularium
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
06/07/21 - Pasien - Suhu 36,8°C - KAD berat - Novorapid® 1. Novorapid® Flexpen - Disarankan
mengalami - GDR : 217 - digunakan untuk monitor tanda-
48
mual 239 - Bacterial flexpen 3x16 iu mengendalikan tanda vital pada
- Dan badan - RR : infection - Levemir® glukosa darah pasien
flexpen untuk sesduah makan - Disarankan cek
masih terasa 20x/menit
maintenen 2x16 (termasuk kedalam GDR secara
letih iu (07.00-19.00) insulin kerja cepat). berkala
- Cefixime 2x200 (Pharmacotherapy - Pasien
mg Handbook Edition 9) disarankan
- Ranitidin 3x1 2. Levemir® Flexpen untuk
tablet sehari digunakan 1 atau 2 melaksanakan
kali pada pagi dan diet rendah gula
malam hari untuk sesuai anjuran
,mengontrol gula ahli gizi
darah pasien dalam - Disarankan
keadaan puasa koreksi
(diabsorbsi lebih
Levemir® dan
lambat).
(Pharmacotherapy Novorapid® 1
Handbook Edition 9) unit tiap
3. Cefixime diberikan
kenaikan gula
untuk mencegah
infeksi bakteri darah 50 diatas
(Pharmacotherapy 200
Handbook Edisi 7)
- Disarankan agar
4. Ranitidin diberikan
pada pasien dengan paisien istirahat
keadaan yang yang cukup
49
menimbulkan - Disarankan Cek
hipersekresi lambung kandungan
(Formularium
keton urin
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
07/07/21 - Badan terasa - Suhu : 36°C - KAD berat - Novorapid® - Novorapid® Flexpen - Disarankan cek
letih flexpen 3x16 iu digunakan untuk GDR secara
- Tekanan - Bacterial
- Levemir® mengendalikan berkala
darah : infection flexpen untuk glukosa darah - Memberikan
180/80mmH maintenen 2x16 sesduah makan terapi insulin
g iu (07.00-19.00) (termasuk kedalam
sesuai anjuran
- Cefixime 2x200 insulin kerja cepat).
- GDR : 317 - mg (Pharmacotherapy dokter
243 - Ranitidin 3x1 Handbook Edition 9)
tablet sehari - Levemir® Flexpen
- Boleh pulang digunakan 1 atau 2
kali pada pagi dan
malam hari untuk
,mengontrol gula
darah pasien dalam
keadaan puasa
(diabsorbsi lebih
lambat).
50
(Pharmacotherapy
Handbook Edition 9)
- Cefixime diberikan
untuk mencegah
infeksi bakteri karena
kadar leukosit pasien
tinggi
(Pharmacotherapy
Handbook)
- Ranitidin diberikan
pada pasien dengan
keadaan yang
menimbulkan
hipersekresi lambung
(Formularium
Spesialistik Ilmu
Kesehatan Anak)
51
3.6 Analisa Farmakoterapi
3.6.1 Terapi Farmakologi
Tanggal Pemberian
Nama Obat Rute Frekuensi
02/07/21 03/07/21 04/07/21 05/07/21 06/07/21 07/07/21
Meylon (NaHCO3)
IV √
100cc/jam
NaCl 0,9% + KCl 20
IV √ √
meq 60cc/jam
Dextrose 10% + KCl 20
IV √
meq 60cc/jam
Ceftriaxone 1x2 g + 50
IV √ √ √
cc NaCl 0,9%
Ranitidin 3x50 mg IV √ √ √
52
No Nama Obat Dosis Literatur Dosis yang diberikan Komentar
0,25mmol/kgBB Meylon 25 cc (habis Dosis yang diberikan
(Drug Doses Frank Shann 17th dalam 2 jam) sesuai dengan literatur
Edition)
Dosis
1 Meylon
= 0,25 mmol/kgBB x 50 kgBB
= 12,5 mmol (12 jam)
= 12,5 mmol x 2
= 25 mmol/24 jam
3 Ceftriaxone Anak-anak berusia diatas 12 Ceftriaxone 1x2 g/hari Dosis yang diberikan
tahun diatas atau dengan berat sesuai dengan literatur
badan 50 kg keatas diberikan
53
dengan dosis 1-2 g/hari
(Nelson’s, 2019)
Dosis
= 8mg/kgBB/hari x 50 kg
54
= 400 mg/hari
55
Bacterial Infection dr. FF, Sp.A
Ruangan : Perinatologi Apoteker : apt. RS, S.Farm
Check
No Drug Therapy Problem Penjelasan
List
1 Terapi obat yang tidak diperlukan
Obat telah diberikan sesuai dengan indikasi
Pasien mendapatkan terapi tambahan yang Tidak Pasien tidak mendapatkan terapi tambahan yang tidak
56
Check
No Drug Therapy Problem Penjelasan
List
tidak di perlukan diperlukan
Pasien masih memungkinkan menjalani Pasien harus menjalani terapi farmakologi untuk membantu
Tidak
terapi non farmakologi mengendalikan kadar gula darah dengan pemberian insulin
Terdapat duplikasi terapi Tidak Pasien tidak mendapat terapi yang duplikasi
Pasien mendapat penanganan terhadap efek Pasien tidak mendapatkan penanganan terhadap efek samping
Tidak
samping yang seharusnya dapat dicegah obat yang seharusnya dapat dicegah
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan yang diberikan tepat yaitu dalam bentuk
Bentuk sediaan tidak tepat Tidak
injeksi karena mempertimbangkan kondisi pasien
Terdapat kontra indikasi Tidak Tidak terdapat kontraindikasi
Kondisi pasien tidak dapat disembuhkan Kondisi pasien dapat diatasi oleh obat untuk mengurangi
Tidak
oleh obat keluhan pasien
Obat tidak diindikasikan untuk kondisi
Tidak Tidak ada obat yag tidak diindikasikan untuk pasien
pasien
Terdapat obat lain yang lebih efektif Tidak Pengobatan yang diberikan sudah efektif
3 Dosis tidak tepat
Dosis terlalu rendah Tidak Dosis yang didapat pasien sudah sesuai kondisi pasien
Frekuensi penggunaan tidak tepat Tidak Frekuensi penggunaan obat yang diterima pasien sudah tepat
57
Check
No Drug Therapy Problem Penjelasan
List
4 Reaksi yang tidak diinginkan
Obat aman untuk pasien dan memberikan efek yang sesuai
Obat tidak aman untuk pasien Tidak
dengan yang diharapkan
Terjadi reaksi alergi Tidak Pasien tidak menunjukan reaksi alergi dari penggunaan obat
58
Check
No Drug Therapy Problem Penjelasan
List
Terdapat kondisi yang tidak diterapi Tidak Pasien telah mendapatkan terapi sesuai dengan kondisinya.
Pasien membutuhkan obat lain yang Sinergis Tidak Pasien telah mendapatkan obat yang bekerja sinergis.
Pasien membutuhkan terapi profilaksis Tidak Pasien sudah mendapat terapi empiris
59
BAB IV
PEMBAHASAN
IGD di RSUD M.Natsir Solok pada tanggal 2 Juli 2021 . Menurut keterangan dari
keluarga pasien, keluhan utama pasien adalah sesak sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien demam sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, nafsu makan menurun, mual, sakit perut sebelum masuk rumah
sakit, sesak sejak 1 sebelum masuk rumah sakit dan pasien tidak suntik insulin.
Pasien menderita DM sejak 4 tahun yang lalu dan tidak pernah kontrol, hanya
mengatur sendiri pemakaian insulin (Levemir® dan Novorapid®) serta pasien sudah
Pada saat di IGD pasien diberikan tatalaksana awal berupa inj ranitidine serta
pemberian oksigen. Inj ranitidine diberikan untuk mengatasi mual pada pasien. Dari
hasil pemeriksaan hematologi lengkap, diketahui nilai leukosit sangat tinggi yaitu
29,2 103/µL. Dari analisa gas darah diketahui pH pasien rendah yaitu 7,027, nilai
HCO3 rendah yaitu 3,60 mEq/L. Dari data urinalisa diketahui Keton tinggi yaitu +3
Dari data vital pasien diketahui tekanan darah 123/87 mmHg, suhu 38,4°C,
nadi (Heart Rate) 140x / menit dan Respiratory Rate 40 x / menit. Dari data kimia
klinik diketahui Glukosa Darah tinggi yaitu 238 mg/dL, Pasien didiagnosa KAD
dm tipe 1, di karena pasien sebelum masuk rumah sakit sudah menggunakan obat
60
suntik insulin flexpen dan dilihat dari riwayat pasien yang menderita DM sejak 4
tahun yang lalu. Lebih dari 90% penderita diabetes pada anak dan remaja adalahDM
tipe 1. DM tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel β pancreas baik oleh proses
(IDAI, 2015)
Pada tanggal 2 Juli 2021 pasien di berikan terapi berupa infus meylon yang
diencerkan dengan NaCl 0,9% dengan koreksi (habis dalam 2 jam), infus NaCl 0,9%
dengan KCl, infus D10% dengan KCL, Insulin 50 unit dengan NaCl 0,9%, Inj.
digunakan untuk menurunkan kadar asam dalam tubuh, seperti kelebihan asam
asidosis metabolik berat yang disebabkan oleh berbagai faktor (misal pH darah
kurang dari 7.1) natrium bikarbonat (1,26%) dapat diberikan berupa infus dengan
Bikarbonat 84%) menurunkan kadar asam dalam tubuh atau pH darah yang rendah
ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik.
61
KCl membantu mengurangi defisit Kalium pada pasien KAD. (Konsesus Nasional
Pengelolaan DM Tipe 1). Dextrose adalah larutan steril yang digunakan untuk
menjaga cairan elektrolit serta karbohidrat (kalori dari gula) dan diberikan ketika
tipe 1. Berdasarkan durasi kerjanya insulin dibagi menjadi 5 yaitu yang pertama
insulin kerja cepat (rapid acting) dimana mempunyai awitan kerja yang cepat (5-15
menit) dengan puncak kerja 30-90 menit serta lama kerja berkisar 3-5 jam. Insulin ini
direkomendasikan untuk digunakan pada jam makan. Yang kedua yaitu insulin kerja
akut seperti ketoasidosis, penderita baru dan tindakan bedah. Yang ketiga yaitu
saat sebelum tidur mengingat lama kerjanya. Yang keempat yaitu insulin kerja
panjang (long acting) dimana masa kerjanya lebih dari 24 jam sehingga dapat
digunakan dalam regimen basal-bolus. Yang kelima yaitu insulin basal analog dimana
insulin jenis baru yang mempunyai kerja panjang sampai dengan 24 jam.
(IDAI,2015). Pada pemberian drip insulin pada pasien, kadar glukosa darah pasien
harus dipantau secara terus menerus untuk mencapai target kadar glukosa darah yaitu
100-200 mg/dL, jika dalam pemeriksaan rutin kadar glukosa darah masih tinggi maka
62
regimen terapi untuk drip insulin di naikkan dengan penambahan 0,4 cc/jam dengan
sering dipakai sebagai terapi gastritis, yang dikeluhkan seperti rasa tidak enak di ulu
diketahui asal usul penyebab infeksinya. Inj Ceftriakson untuk mencegah infeksi
bakteri yang sensitive dan termasuk kedalam spectrum luas. (Dipiro Edisi 8)
Pada tanggal 3 Juli 2021 pasien sudah sadar sepenuhnya dan menunjukkan
adanya perbaikan dilihat dari data laboratorium yang dibandingkan dengan data
laboratorium pada tanggal 2. Tetapi nilai GDR pasien masih sangat tinggi Untuk
terapi pada pasien, infus dextrose tidak perlukan lagi. Dan adanya penambahan terapi
insulin yaitu Novorapid dan Levemir. Adanya penambahan terapi insulin dikarenakan
masih tinggi kadar gula pasien sehingga diperlukan penambahan terapi insulin untuk
menurunkan kadar gula pasien. Regimen terapi insulin yang dipakai yaitu Basal-
Bolus Regimen dimana menggunakan insulin kerja cepat yaitu Novorapid pada saat
sebelum makan dan insulin basal yaitu Levemir yang diberikan pada pagi dan malam
sebelum tidur. Regimen ini biasanya digunakan pada anak remaja atau dewasa.
Pada tanggal 4 Juli pasien pasien masih mengalami pusing dan kadang
gelisah, nilai GDR pasien masih tinggi, dan terapi pasien untuk infus NaCl dan
Insulin tidak dilanjutkan lagi untuk inj. Ceftriaxon dan inj Ranitidin masih
63
dilanjutkan dan untuk mengontrol gula darah pasien masih tetap menggunakan
Pada tanggal 5 Juli nilai GDR masih tinggi, terapi inj, Ceftriakson diganti
dengan Cefixim tablet dengan frekuensi 2x200 mg serta inj. ranitidin yang diganti
dengan ranitidine tablet dengan frekuensi 3x150 mg. Alasan penggantian terapi dari
area jalur infus. Alasan pemilihan Cefixim karena Cefixim merupakan terapi
sediaan parenteral dan kedua obat merupakan antibiotic cepalosporin generasi ketiga.
Pada tanggal 6 Juli ditemukannya Drug Related Problem (DRP) yaitu pasien
tidak patuh atau memilih untuk tidak menggunakan obat sesuai dengan anjuran dokter
yaitu obat antibiotic Cefixime dengan alasan pasien mual ketika akan meminum obat.
Pada tanggal 7 Juli pasien sudah diperbolehkan pulang dengan terapi rawat
jalan berupa Novorapid, Levemir, Cefixime. Dimana pasien diberikan edukasi untuk
selalu menjaga pola makannya agar menghindari kadar gula darah yang tinggi, untuk
selalu control kadar gula darah secara rutin dan memberikan informasi tentang
pentingnya penggunaan obat antibiotic sehingga tidak terjadi resistensi bakteri, serta
menginformasikan kepada pasien tentang waktu dan pengguna insulin flexpen seperti
tempat penyuntikan di area berlemak yaitu dibawah lengan bagian atas, dibagian paha
dan di perut.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
(DRP) yaitu :
5.2 Saran
obat dalam terapi yang telah di berikan oleh dokter khususnya pada
Antibiotik Cefixime
insulin flexpen yang benar, mengnajurkan untuk rutin cek gula darah
65
serta memperbaiki pola hidup pasien, serta pentingnya penggunaan terapi
DAFTAR PUSTAKA
Chiang JL, Kirkman MS, Laffel LMB, et al, Type 1 Diabetes Through the Life Span:
A Position Statement of the American Diabetes Association, 2014
IDAI. 2017. Pedoman Praktis Klinis. . Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
IDAI. 2015. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 1. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Khan SA. Guidelines-What’s New. Classiûcation and Diagnosis of Diabetes. ADA
2017;39(Suppl.1):S13–S22
Ozougwu JC, Obimba KC, Belonwu CD, Unakalamba CB. The pathogenesis and
pathophysiology of type 1 and type 2 diabetes mellitus. Akademic Journal 2013;
4(4): 46-57
66
Tengguna L. Diabetes Monogenik pada Anak. CDK-248/vol.44 no1, 2017
Wolfdorf, J., at al., 2006. Diabetic Ketoacidosis in Infants, Children, and Adolescents
A consensus statement from the American Diabetes Association. American
Diabetes Association, Diabetes care volume 29, number 5, May 2006.
67