Anda di halaman 1dari 93

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


APOTEK DUTA MEDIKA METRO
SKABIES

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Program Pendidikan Sarjana Farmasi

Oleh :

MIFTAH 2048201113
WINDA SALSA AL FARRAH 2048201137
WULAN CAHYA 2048201044

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA
SERANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI APOTEK DUTA
MEDIKA METRO

Komplek Perum Metro, Ruko Metro Niaga Blok A No. 01B-01Bm Panggung
Rawi, Kec. Jombang, Kota Cilegon

Oleh :

MIFTAH 2048201113
WINDA SALSA AL FARRAH 2048201137
WULAN CAHYA 2048201044

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kerja lapangan S1
Farmasi SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

Telah diperiksa dan disahkan :

Pada hari : , Tanggal : 2023

Apoteker pembimbing PKL Dosen pembimbing PKL

apt. David, S.Farm Faruk J. Kelutur, M.Pharm


SIPA: NIDN: 0402118702
503/07594/0158/B/DPMPTSP/2023

Ketua Program Studi S1 Farmasi


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SALSABILA SERANG

Dr. apt. Sofi Nurmay Stiani, M.Sc


NIDN: 042405860

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Duta Medika Metro dengan

lancar.

Penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan ini terwujud atas bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Fathiyati S.ST., Bd., M.kes. selaku Ketua STIkes Salsabila

2. Dr. apt. Sofi Nurmay Stiani, M.Sc selaku Ketua Program Studi S1 STIkes

Salsabila Serang.

3. Faruk Jayanto Kelutur, S.Si, M.Farm selaku dosen pembimbing dari

STIKes Salsabila Serang yang telah memberikan bimbingan, pengarahan,

selama Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan penyusunan laporan.

4. apt. David, S.Farm., selaku pembimbing dari Apotek Duta Medika Metro

yang telah memberikan bimbingan kepada kami selama melaksanakan

Praktik Kerja Lapangan (PKL).

5. Karyawan Apotek Duta Medika Metro atas bantuan dan kerja sama selama

Praktik Kerja Lapangan (PKL).

ii
6. Kedua orang tua kami masing-masing atas segala doa, sarana, dan

dukungan yang telah diberikan sehingga Laporan Praktik Kerja Lapangan

ini dapat terselesaikan.

7. Kepada seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan

Praktik Kerja Lapangan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan Praktik Kerja

Lapangan ini masih banyak kekurangan serta jauh dari sempurna karena

keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis dengan tulus

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga dapat

digunakan untuk perbaikan lebih lanjut.

Cilegon, Agustus 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ..................................................................................................... 3
1.4 Teknis Praktek Kerja Lapangan ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................ 4
2.1 Pengertian Apotek................................................................................. 4
2.2 Tugas dan Fungsi Apotek ..................................................................... 5
2.3 Tujuan Apotek ...................................................................................... 5
2.4 Persyaratan Apotek ............................................................................... 6
2.5 Pengelolaan Apotek ............................................................................ 11
2.6 Pelayanan Apotek ............................................................................... 21
2.7 Peraturan Perundang-undangan Apotek ............................................. 32
BAB III TINJAUAN KHUSUS SARANA PKL ............................................... 34
3.1 Sejarah,Visi dan Misi Apotek Duta Medika Metro ........................ 34
3.1.1 Sejarah ..................................................................................... 34
3.1.2 Visi Misi .................................................................................. 35
3.2 Sarana dan Prasarana Apotek Duta Medika Metro ......................... 35
3.3 Struktur Organisasi Apotek Duta Medika Metro ............................ 36
3.4 Tata Ruang Apotek Duta Medika Metro ......................................... 37
3.5 Kegiatan di Apotek Duta Medika Metro ......................................... 39
3.6 Kegiatan Teknis Kefarmasian di Apotek ........................................ 39
3.7 Administrasi di Apotek ................................................................... 44
3.8 Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Apotek................................... 44
BAB IV TUGAS KHUSUS SKABIES .............................................................. 48

iv
4.1 SKABIES ................................................................................. 48
4.1.2 Etiologi ................................................................................... 48
4.1.3 Patogenesis ............................................................................. 49
4.1.4. Gejala Klinis.......................................................................... 50
4.1.5 Klasifikasi Skabies ................................................................. 50
4.1.6 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 52
4.1.7 Pengobatan Skabies................................................................ 53
4.1.8 Pencegahan Skabies ............................................................... 54
4.2 Resep ........................................................................................ 56
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 75
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 75
5.2 Saran .................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77
LAMPIRAN ......................................................................................................... 79

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Resep 1 ........................................................................................................ 56


Gambar 4.2 Resep 2 ........................................................................................................ 61
Gambar 4.3 Resep 3 ........................................................................................................ 65
Gambar 4.4 Resep 4 ........................................................................................................ 69

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Maka dari itu, semua upaya kesehatan sangatlah penting untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun

pemerintah. Hal ini tidak terlepas pula dari tanggung jawab setiap orang untuk

ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,

keluarga maupun masyarakat. Sedangkan pengertian sehat itu sendiri menurut

Organisasi Kesehatan Dunia “World Health Organization” (WHO) tahun

1948 yaitu, suatu keadaan fisik, mental dan social kesejahteraan dan bukan

hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.

Pada zaman sekarang banyak masyarakat yang lebih memilih datang ke

apotek dibandingkan ke rumah praktik dokter ataupun puskesmas jika

mengalami penyakit yang ringan, seperti batuk, flu, demam, sakit

tenggorokan. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kefarmasiaan

kepada masyarakat, dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan dengan

benar dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh apoteker maupun asisten

apoteker itu sendiri.

Selain itu, apotek juga harus mudah diakses oleh masyarakat untuk

memperoleh obat termasuk konseling dan informasi obat. Apotek harus

1
memiliki ruang tunggu yang nyaman bagi pasien, tempat untuk

menyampaikan informasi terkait obat bagi pasien, ruangan atau tempat khusus

untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta

lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien, ruang peracikan obat serta

tempat pencucian alat.

Pekerjaan kefarmasiaan adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian

atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat

tradisional. Tanggung jawab apoteker dalam pelayanan obat yang diresepkan

dokter adalah harus mengutamakan kebutuhan dan keselamatn pasien. Selain

itu, tanggung jawab menyeluruh apoteker dalam pelayanan obat adalah

kepedulian terhadap masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk mewujudkan peran tenaga

kefarmasiaan di salah satu fasilitas kesehatan yaitu sarana apotek, peneliti

melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Duta Medika Metro.

1.2 Tujuan

Tujuan PKL meliputi :

1. Untuk memperkenalkan mahasiswa pada dunia kerja.

2. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profesional yang diperlukan

mahasiswa untuk memasuki dunia kerja.

3. Meningkatkan daya kreasi dan produktifitas terhadap mahasiswa yang

sesungguhnya.

2
4. Meluaskan wawasan dan pandangan mahasiswa terhadap jenis-jenis

pekerjaan di Apotek Duta Medika Metro.

1.3 Manfaat

Adanya PKL ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu :

1. Bagi mahasiswa :

Dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam

dunia kerja.

2. Bagi Program Studi

a. Dapat menjadi tolak ukur pencapaian kinerja Prodi, khususnya untuk

mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL.

b. Dapat menjalin kerja sama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Salsabila

Serang dengan Apotek Duta Medika Metro.

3. Bagi instansi tempat PKL

Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan

instansi di masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan

analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL.

1.4 Teknis Praktek Kerja Lapangan

Waktu : 01 Juli 2023 – 29 Juli 2023

Jam Kerja : 08.00-15.00 (shift pagi) dan 14.30-21.00 (shift malam)

Tempat : Apotek Duta Medika Metro

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Apotek

adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sediaan

farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Keputusan Menkes RI

Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004).

Menurut Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan

Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara

pemberian izin apotek.

Pasal 1 ayat (a) : “Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan

pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan

kesehatan lainnya kepada masyarakat”.

Pasal 1 ayat (i) : “Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli

indonesia (obat tradisional).

Pasal 1 ayat (i) : “Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli

indonesia (obat tradisional), bahan obat asli indonesia (bahan obat tradisional),

alat kesehatan dan kosmetika”.

4
Pasal 1 ayat (i) : “Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli

indonesia (obat tradisional), bahan obat asli indonesia (bahan obat tradisional),

alat kesehatan dan kosmetika”.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

5. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.3 Tujuan Apotek

Berdasarkan PERMENKES Republik Indonesia No. 9 Tahun 2017, tujuan

apotek adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek.

5
2. Memberikan perlindungan masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kefarmasian di Apotek

3. Menjamin kepastian hukum tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di apotek (Departemen Kesehatan RI, 2017)

2.4 Persyaratan Apotek

Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin

Apoteker (SIA). Surat Izin Apoteker (SIA) adalah surat yang diberikan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang

bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan

pelayanan apotek di suatu tempat tertentu.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2017 Tentang Apotek, pada BAB II pasal 4 menyebutkan persyaratan-

persyaratan tenaga kerja atau Personalia Apotek adalah sebagai berikut:

1. Lokasi Jarak minimum antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, tetapi tetap

mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,

jumlah penduduk, jumlah dokter. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dapat mengatur persebaran Apotek di wilayahnya dengan memperhatikan

akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kefarmasian.

2. Bangunan

Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat

menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Persyaratan

teknis bangunan apotek setidaknya terdiri dari (Permenkes No. 9 Tahun

2017):

6
a. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,

dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta

perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk

penyandang cacat, anak-anak, dan orang lanjut usia.

b. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.

c. Bangunan bersifat permanen dapat merupakan bagian dan/atau

terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah toko, rumah

kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi

persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta

memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan di

apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

a. Ruang tunggu

b. Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker

c. Ruang penyimpanan obat

d. Ruang peracikan dan penyerahan obat

e. Tempat pencucian obat

f. Kamar mandi dan toilet

3. Sarana, Prasarana, dan Peralatan Bangunan Apotek paling sedikit memiliki

sarana ruang yang berfungsi:

a. penerimaan Resep;

b. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas);

7
c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;

d. Konseling;

e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan; dan

f. papan nama yang memuat nama apotek

g. Nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor Surat Izin Apotek,

nomor telepon apotek.

h. Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:

a. Instalasi air bersih;

b. Instalasi listrik;

c. Sistem tata udara; dan

d. Sistem proteksi kebakaran

e. Ventilasi dan system sanitasi yang baik (Departemen

Kesehatan RI, 2017).

4. Tenaga Kerja atau Personel Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin

Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, tenaga kefarmasian adalah

tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker

dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah

lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi,

8
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi atau

Asisten Apoteker (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1332/Menkes/SK/2002, personil apotek terdiri dari:

a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah

memiliki Surat Izin Apotek.

b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek

c. Di samping APA dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu

pada hari buka apotek.

d. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA

selama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan

secara terus- menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan

tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.

e. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan

perundang- undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian

sebagai asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan

apoteker.

Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan

di apotek yaitu (Departemen Kesehatan RI, 2017) :

a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten

apoteker.

b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat

penerimaan, dan pengeluaran uang.

9
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan

administrasi apotek dan membuat laporan pembelian,

penjualan, penyimpanan, dan keuangan apotek.

d. Surat Izin Praktek Tenaga Kefarmasian

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan

pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat

tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa:

a. SIPA bagi Apoteker; atau

b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian (Depkes RI,

2016)

Sebelum mendapatkan SIPTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus

mempunyai STRTTK. Untuk memperoleh STRTTK sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian, seorang Tenaga Teknis Kefarmasian harus

memiliki Surat Tanda. Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK).

STRTTK ini dapat diperoleh jika seorang Tenaga Teknis Kefarmasian

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;

b. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang

memiliki surat izin praktek;

c. Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari apoteker yang

telah memiliki STRA di tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja;

dan

10
d. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika kefarmasian.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin

Kerja Tenaga Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian harus

mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan

harus melampirkan :

a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau

Analis Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;

b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktik;

c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan

etika kefarmasian;

d. Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki

STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi

yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan

e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua)

lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar (Kemenkes

RI, 2011)

2.5 Pengelolaan Apotek

Pengelolaan sebagai proses yang dimaksud untuk mencapai suatu

tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Tujuannya adalah

11
agar tersedianya seluruh pembekalan farmasi di apotek dengan mutu yang

baik, jenis dan jumlah yang sesuai kebutuhan pelayanan kefarmasian bagi

masyarakat yang membutuhkan.

Pengelolaan di apotek meliputi pengelolaan terhadap obat dan

pembekalan farmasi, pengelolaan terhadap resep, dan pengelolaan terhadap

sumber daya. Pengelolaan apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 35 Tahun 2016, meliputi:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

2. Pelayanan farmasi klinik Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

Dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014 meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian,

pencatatan dan pelaporan.

1. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola

penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat. Tujuan

dari perencanaan adalah agar proses pengadaan obat atau perbekalan

farmasi yang ada di apotek menjadi lebih efektif dan efisien sesuai

dengan anggaran yang tersedia.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan

perencanaan adalah:

12
a. Pemilihan Pemasok, kegiatan pemasok (PBF), service

(ketepatan waktu, barang yang dikirim, ada tidaknya diskon

bonus, layanan obat expire date (ED) dan tenggang waktu

penagihan), kualitas obat, dan perbekalan farmasi lainnya,

ketersediaan obat yang dibutuhkan dan harga.

b. Ketersediaan barang atau perbekalan farmasi (sisa stok, rata-

rata pemakaian obat dan satu periode pemesanan pemakaian

dan waktu tunggu pemesanan, dan pemilihan metode

perencanaan.

Adapun beberapa metode perencanaan, diantaranya:

a. Metode konsumsi merupakan perkiraan penggunaan obat

berdasarkan pemakaian sebelumnya sebagai perencanaan yang

akan datang.

b. Metode epidemiologi didasarkan pada penyebaran penyakit

yang paling banyak terdapat di lingkungan sekitar apotek.

c. Metode kombinasi merupakan kombinasi antara metode

konsumsi dan metode epidemiologi.

2. Pengadaan

Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi

dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan

pelayanan. Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang

mengatur berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada untuk membuat

13
suatu keputusan tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah

maupun sumbernya.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan adalah:

a. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki

izin edar atau nomor registrasi.

b. Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat

kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur

resmi.

d. Dilengkapi dengan persyaratan administrasi.

Pengadaan di apotek dapat dilakukan dengan cara pembelian

(membeli obat ke PBF) atau dengan cara konsinyasi (dimana PBF

menitipkan barang di apotek dan dibayar setelah laku terjual). Proses

pengadaan barang dengan cara pembelian dilakukan melalui beberapa

tahap, diantaranya adalah:

a. Persiapan

Persiapan ini dilakukan untuk mengetahui persediaan yang

dibutuhkan apotek untuk melayani pasien. Persediaan yang

habis dapat dilihat di gudang atau pada kartu stok. Jika barang

memang habis, dapat dilakukan pemesanan. Persiapan

dilakukan dengan cara data barang-barang yang akan dipesan

14
dari buku defektan termasuk obat-obat yang ditawarkan

supplier.

b. Pemesanan

Pemesanan dapat dilakukan jika persediaan barang habis,

yang dapat dilihat dari buku defektan. Pemesanan dapat

dilakukan langsung kepada PBF melalui telepon, E-mail

maupun lewat salesmen yang datang ke apotek. Pemesanan

dilakukan dengan menggunakan surat pemesanan (SP), surat

pemesanan minimal dibuat 2 lembar (untuk supplier dan arsip

apotek) dan di tanda tangani oleh apoteker. Biasanya SP dibuat

3 lembar. Untuk SP pembelian obat-obat narkotika dibuat

menjadi 4 lembar (3 lembar diserahkan pada PBF yaitu warna

putih, merah, biru dan satu lembar berwarna kuning sebagai

arsip si di apotek). Untuk obat narkotika 1 surat permintaan

hanya untuk satu jenis obat, sedangkan untuk psikotropika 1

surat permintaan bisa untuk satu atau lebih jenis obat.

c. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima

perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan

kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi

atau sumbangan. Penerimaan adalah kegiatan untuk menjamin

kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan

dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan.

15
Penerimaan merupakan kegiatan verifikasi

penerimaan/penolakan, dokumentasi dan penyerahan yang

dilakukan dengan menggunakan checklist yang sudah

disiapkan untuk masing-masing jenis produk yang berisi antara

lain :

a. Kebenaran jumlah kemasan dan mencocokkan faktur dengan

SP;

b. Kebenaran kondisi kemasan seperti yang diisyaratkan;

c. Kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan;

d. Kebenaran jenis produk yang diterima;

e. Tidak terlihat tanda-tanda kerusakan;

f. Kebenaran identitas produk;

g. Penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan

brosur;

h. Tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi

produk;

i. Jangka waktu daluarsa yang memadai.

3. Penyimpanan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara

dengan cara menempatkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang

diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan

fisik yang dapat merusak mutu obat. Penyimpanan harus menjamin

stabilitas dan keamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Metode

16
penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan

dan alfabetis dengan menerapkan prinsip First ln First Out (FIFO) dan

First Expired First Out (FEFO) disertai sistem informasi manajemen.

Untuk meminimalisir kesalahan penyerahan obat direkomendasikan

penyimpanan berdasarkan kelas terapi yang dikombinasi dengan

bentuk sediaan dan alfabetis.

Apoteker harus rnemperhatikan obat-obat yang harus disimpan

secara khusus seperti narkotika dan psikotropika yang memerlukan

suhu tertentu karena mudah terbakar, sitostatik dan reagensia. Selain

itu, apoteker juga perlu melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan

farmasi dan alat kesehatan yang diterima dan disimpan sehingga

terjamin mutu, keamanan dan kebermanfaatan sediaan farmasi dan alat

kesehatan.

4. Pendistribusian

Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan atau menyerahkan

sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai

kepada unit pelayanan pasien. Sistem distribusi yang baik harus:

a. Menjamin kesinambungan penyaluran atau penyerahan.

b. Mempertahankan mutu.

c. Meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kedaluarsa.

d. Menjaga ketelitian pencatatan.

17
e. Menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan dan ketentuan

lain yang berlaku.

f. Menggunakan sistem informasi manajemen.

5. Pemusnahan

Sediaan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar

yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan

sediaan farmasi harus dilaksanakan dengan cara yang baik dan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prosedur

pemusnahan obat hendaklah dibuat yang mencakup pencegahan

pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di

kalangan orang yang tidak berwenang.

Sediaan farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan terpisah

dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produk.

Penghapusan dan pemusnahan obat baik yang dilakukan sendiri

maupun oleh pihak lain harus didokumentasikan sesuai dengan

ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berikut

ketentuan pemusnahan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 34 Tahun 2014:

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan

jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan obat kedaluwarsa atau

rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan

oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan

18
Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain narkotika dan

psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh

tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau

surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara

pemusnahan.

b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)

tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh

Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di

Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang

dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep

menggunakan dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas

kesehatan kabupaten/kota.

6. Pengendalian

Pengendalian persediaan dimaksudkan untuk membantu

pengelolaan perbekalan (supply) sediaan farmasi dan alat kesehatan

agar mempunyai persediaan dalam jenis dan jumlah yang cukup

sekaligus menghindari kekosongan dan menumpuknya persediaan.

Pengendalian persediaan yaitu upaya mempertahankan tingkat

persediaan pada suatu tingkat tertentu dengan mengendalikan arus

barang yang masuk melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan

(scheduled inventory dan perpetual inventory), penyimpanan dan

pengeluaran untuk memastikan persediaan efektif dan efisien atau

19
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan, kerusakan, kedaluwarsa, dan

kehilangan serta pengembalian pesanan sediaan farmasi.

Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik

dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya

memuat nama obat, tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah

pengeluaran dan sisa persediaan.

1. Penarikan Kembali Sediaan Farmasi

Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan

produsen atau instruksi instansi pemerintah yang berwenang.

Tindakan penarikan kembali hendaklah dilakukan segera setelah

diterima permintaan instruksi untuk penarikan kembali. Untuk

penarikan kembali sediaan farmasi yang mengandung risiko besar

terhadap kesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai tingkat

konsumen. Apabila ditemukan sediaan farmasi tidak memenuhi

persyaratan, hendaklah disimpan terpisah dari sediaan farmasi lain

dan diberi penandaan tidak untuk dijual untuk menghindari

kekeliruan. Pelaksanaan penarikan kembali agar didukung oleh

sistem dokumentasi yang memadai.

1. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,

meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan

(kartu stok), penyerahan (nota atau struck penjualan) dan

20
pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan. Pelaporan

terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal

merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan

manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan

lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat

untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika,

psikotropika dan pelaporan lainnya.

2. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi merupakan tahapan untuk

mengamati dan menilai keberhasilan atau kesesuaian

pelaksanaan cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik disuatu

pelayanan kefarmasian. Untuk evaluasi mutu proses

pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan, dapat diukur

dengan indikator kepuasan dan keselamatan pasien/ pelanggan/

pemangku kepentingan (stakeholders), dimensi waktu (time

delivery), Standar Prosedur Operasional serta keberhasilan

pengendalian perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi.

2.6 Pelayanan Apotek

Pelayanan merupakan suatu peranan penting dalam mencapai

kepuasan konsumen, dimana apoteker mempunyai peran penting dan

bertanggung jawab dalam mewujudkan pelayanan yang berkualitas terhadap

kepuasan konsumen. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Kondiv, dkk

21
(2015) adalah bahwa pelayanan yang berkualitas meliputi, kebersihan apotek,

keramahan petugas, pelayanan informasi obat, ketersediaan obat, dan

kecepatan pelayanan.

Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan

Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan

dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup

pasien.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pengkajian resep, dispensing,

pelayanan informasi obat (PIO), konseling, pelayanan kefarmasian di rumah,

pemantauan terapi obat, dan monitoring efek samping obat, pelayanan farmasi

klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian yang

langsung bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Dalam menjamin suatu mutu pelayanan farmasi kepada masyarakat,

maka berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027 tahun 2004

terdapat tiga indikator yang digunakan dalam proses evaluasi mutu pelayanan

tersebut yaitu tingkat kepuasan konsumen, dimensi waktu pelayanan obat, dan

adanya dokumen prosedur tetap Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

No. 35 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No.

35 Tahun 2014, Pelayanan farmasi klinik meliputi:

22
1. Pengkajian Resep

Kajian administratif meliputi:

a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

b. Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon

dan paraf; dan

c. Tanggal penulisan resep.

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:

a. Bentuk dan kekuatan sediaan;

b. Stabilitas; dan

c. Kompatibilitas (ketercampuran obat).

Pertimbangan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi dan dosis obat;

b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat;

c. Duplikasi dan/atau poli farmasi;

d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat,

manifestasi klinis lain);

e. Kontra indikasi; dan

f. Interaksi.

Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka

Apoteker harus menghubungi dokter penulis resep.

23
2. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian

informasi obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai

berikut:

a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:

1. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep;

2. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik

obat.

b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan

c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:

1. Warna putih untuk obat dalam/oral;

2. Warna biru untuk obat luar dan suntik;

3. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi

atau emulsi.

d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat

yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan

yang salah. Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,

cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara

penulisan etiket dengan resep);

b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;

24
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien;

d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat

e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang

terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan

minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara

penyimpanan obat dan lain-lain;

f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara

yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin

emosinya tidak stabil;

g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau

keluarganya;

h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf oleh

Apoteker (apabila diperlukan);

i. Menyimpan resep pada tempatnya;

j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien dengan

menggunakan formulir 5 sebagaimana terlampir.

Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau

pelayanan swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada

pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan

dengan memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai Obat yang

25
tidak memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam

segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau

masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas

dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,

rute dan metode pemberian, farmakokinetika, farmakologi, terapeutik dan

alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,

efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau

kimia dari Obat dan lain-lain.

Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:

a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;

b. Membuat dan menyebarkan buletin/ brosur/ leaflet,

pemberdayaan masyarakat (penyuluhan);

c. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien.

d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa

farmasi yang sedang praktik profesi;

e. Melakukan penelitian penggunaan obat;

f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah;

g. Melakukan program jaminan mutu.

Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk

membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal

yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan Informasi Obat :

a. Topik Pertanyaan;

b. Tanggal dan waktu Pelayanan Informasi Obat diberikan;

26
c. Metode Pelayanan Informasi Obat (lisan, tertulis,);

d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain

seperti riwayat alergi, apakah hamil/menyusui, data

laboratorium);

e. Uraian pertanyaan;

f. Jawaban pertanyaan;

g. Referensi; pasien sedang

h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, per telepon) dan

i. Apoteker yang memberikan Pelayanan Informasi Obat.

4. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,

kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam

penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.

Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime

questions.

Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan

dengan metode Health Belief Model. Apoteker harus melakukan

verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang

digunakan. Kriteria pasien atau keluarga pasien yang perlu diberi

konsuling yaitu:

a. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatrik, gangguan fungsi hati

dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui).

27
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya:

TB, DM, AIDS, epilepsi).

c. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus

(penggunaan kortikosteroid dengan tapering down/off).

d. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit

(digoxin, fenitoin, teofilin).

e. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa obat

untuk indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga

termasuk pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang

diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.

f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah. Tahap kegiatan

konseling:

a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien

b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan Obat

melalui Three Prime Questions, yaitu:

Apa yang disampaikan dokter tentang Obat Anda?

Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian

Obat Anda?

Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang

diharapkan setelah Anda menerima terapi Obat tersebut?

c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi

kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah

penggunaan Obat

28
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk

menyelesaikan masalah penggunaan Obat

e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman

pasien

5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat

melakukan Pelayanan Kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,

khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan

penyakit kronis lainnya. Jenis Pelayanan Kefarmasian di rumah yang

dapat dilakukan oleh Apoteker, meliputi:

a. Penilaian/pencarian (assessment) masalah yang berhubungan

dengan pengobatan

b. Identifikasi kepatuhan pasien

c. Pendampingan pengelolaan Obat dan/atau alat kesehatan di rumah,

misalnya penyimpanan insulin

d. Konsultasi masalah Obat atau kesehatan secara umum

e. Monitoring pelaksanaan, efektivitas dan keamanan penggunaan

Obat berdasarkan catatan pengobatan pasien

f. Dokumentasi pelaksanaan Pelayanan Kefarmasian di rumah.

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat merupakan proses yang memastikan

bahwa seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif dan

29
terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek

samping. Kriteria pasien:

a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

c. Adanya multi diagnosis.

d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat

yang merugikan.

Kegiatan:

a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.

b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan

pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat

penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara

dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan

lainnya.

c. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah

terkait Obat antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak

diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat

yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah,

terjadinya reaksi Obat yang tidak diinginkan atau terjadinya

interaksi Obat.

30
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi

pasien dan menentukan apakah masalah tersebut sudah atau

berpotensi akan terjadi.

e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang

berisi rencana pemantauan dengan tujuan memastikan

pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak

dikehendaki.

f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi

yang telah dibuat oleh Apoteker harus dikomunikasikan

dengan tenaga kesehatan terkait untuk mengoptimalkan

tujuan terapi.

g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi

Obat.

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan

setiap respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan

yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk

tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi

fisiologis.

Kegiatan:

a. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai risiko

tinggi mengalami efek samping Obat. Mengisi formulir

Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

31
b. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.

Faktor yang perlu diperhatikan:

a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.

b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat

(Republik Indonesia, 2016)

2.7 Peraturan Perundang-undangan Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang diatur

dalam:

a. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang

Tenaga Kesehatan

b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2016

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017

Tentang Apotek.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian.

e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2016

Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.

f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014

Tentang Penggolongan Narkotika.

g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015

Tentang Penggolongan Psikotropika.

32
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015

Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika.

i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2021

Penggolongan, Pembatasan, dan Kategori Obat.

j. Peraturan Balai Pengawas Obat dan Makanan Nomor 28 tahun k. 2018

Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang disalahgunakan.

k. Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang

Obat Wajib Apotek, berisi Daftar Obat Wajib Apotek No. 1.

l. Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes /Per/X /1993

33
BAB III

TINJAUAN KHUSUS SARANA PKL

3.1 Sejarah,Visi dan Misi Apotek Duta Medika Metro

3.1.1 Sejarah

Apotek Duta Medika Metro merupakan apotek yang baru berdiri di

tahun 2023, apotek ini mulai beroperasi tepatnya pada tanggal 16 juni 2023 hal

ini dikarenakan adanya permintaan atau antusias yang tinggi dari masyarakat

Cilegon atas kebutuhan obat-obatan khususnya masyarakat Perumahan Metro

Cilegon.

Apotek Duta Medika Metro merupakan group dari Apotek Duta Medika.

Pada mulanya tanggal 8 Agustus 2008 berdirilah Apotek Duta Farma di Jl.

Kapten Piere Tendean KM 2 No. 98 Kota Cilegon, namun karena adanya

keterbatasan lokasi maka kemudian Apotek Duta Farma berpindah lokasi ke

Jalan Kapten Piere Tendean Lingkungan Kependilan dan berganti nama

menjadi Apotek Duta Medika. Kemudian membuka cabang di Perumahan

Metro Cilegon dengan nama Apotek Duta Medika Metro.

Apotek Duta Medika Metro merupakan sarana untuk penyaluran sediaan

farmasi dan alat kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Apotek Duta

Medika Metro memiliki 1 orang Apoteker Penanggung Jawab Apotek yaitu

apt. David S. S. Farm, 1 orang Asisten Apoteker yaitu Firman Firdaus,

A.Md.,Farm, dan 2 orang bagian penjualan.

34
3.1.2 Visi Misi

Visi : Melakukan Pelayanan Kefarmasian dengan sepenuh hati

Misi : Menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh

semua pihak

3.2 Sarana dan Prasarana Apotek Duta Medika Metro

1. Meja racik obat dilengkapi rak dan peralatan racik seperti gelas ukur,

botol semprot, mortar, stamper, label etiket, dll.

2. Kulkas untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu 2-8° C

seperti ovula, suppositoria

3. Wastafel

4. Rak obat ethical digunakan untuk menyusun obat ethical yang disusun

berdasarkan abjad.

5. Rak obat generik digunakan untuk menyimpan obat generik yang

disusun ANAL CASE berdasarkan abjad.

6. Rak obat sediaan salep, krim, gel, sediaan tetes.

7. Rak obat Prekursor dan OOT (Obat - Obat Tertentu)

8. Rak gudang obat

9. Lemari obat Narkotika dan Psikotropikaobat bebas terbatas.

10. Etalase obat bebas dan, meja kasir, mesin kasir

11. Dispenser udar

12. Ruang pendaftaran pasien / penerimaan resep

13. Ruang penyerahan obat / pelayanan PIO

35
14. Ruang Konseling Apoteker

15. Kursi tunggu pasien

16. Toilet

3.3 Struktur Organisasi Apotek Duta Medika Metro

36
3.4 Tata Ruang Apotek Duta Medika Metro

Lokasi Apotek Duta Medika Metro yang beralamat di Ruko Perum

Metro Cilegon Blok A No 1A-1B, Kel. panggung Rawi Kec. Jombang

cilegon yang letaknya sangat strategis. Apotek ini terletak di kawasan yang

terdapat penduduk yang cukup padat dan beroperasi selama 7 hari dalam

seminggu. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menunjukkan dedikasi

yang besar dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan.

Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik serta terdapat

tempat praktek dokter yang cukup memadai untuk melayani kebutuhan

pengobatan pelanggan dengan harapan masyarakat menaruh

kepercayaan yang tinggi.

37
Denah Ruangan Apotek Duta Medika Metro

38
3.5 Kegiatan di Apotek Duta Medika Metro

Apotek Duta Medika Metro beroperasi mulai pukul 08.00-21.30

WIB setiap hari Senin sampai dengan Minggu. Jam kerja dibagi menjadi 2

shift yaitu shift pagi mulai pukul 08.00-15.00 WIB dan Shift Siang mulai

pukul 14.00-21.30 WIB.

3.6 Kegiatan Teknis Kefarmasian di Apotek

1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

a. Perencanaan Kebutuhan (Pengadaan dan Pemesanan)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek,

dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai (BMHP) perlu diperhatikan

pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

Kegiatan perencanaan yang dilakukan di Apotek Duta Medika Metro

sesuai dengan peraturan tersebut, dimana di Apotek banyak

menyediakan obat-obatan, alat kesehatan. Hal ini dilakukan karena

letak Apotek yang strategis Apotek Duta Medika Metro juga

dikelompokkan berdasarkan fast moving maupun slow moving, fast

moving dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan barang

slow moving, dilakukan hal tersebut karena untuk memenuhi

permintaan konsumen.

39
b. Pengadaan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI 2014 Tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian, Pengadaan sediaan farmasi harus

melalui jalur resmi sesuai ketentuan Peraturan Perundang-Undangan,

dilakukannya hal ini untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian.

Kegiatan pengadaan di Apotek Duta Medika Metro sesuai

berdasarkan peraturan tersebut, yaitu dilakukan melalui distributor

resmi (PBF). Pengadaan/Pemesanan barang dilakukan setiap hari

dengan order ke PBF melalui tiga cara, menggunakan aplikasi melalui

telepon ataupun chat dan langsung melalui salesman yang datang

setiap hari, pengadaan barang di Apotek Duta Medika Metro sebagian

besar dilakukan dengan sistem jatuh tempo (kredit) dan sistem Cash on

Delivery (COD). Pemesanan dilakukan menggunakan surat pesanan

(SP), melakukan pemesanan barang dilihat dari buku defecta/buku

habis yang memuat tentang barang yang sudah habis dan barang yang

sudah menipis persediannya.

c. Penerimaan Barang

Kegiatan penerimaan di Apotek Duta Medika Metro dilakukan

untuk menjamin kesesuaian pesanan yang diterima yang diawali

dengan pengecekkan kesesuaian faktur dengan surat pesanan,

kesesuaian barang yang dilihat dari jenis barang, jumlah, tanggal

kadaluwarsa, harga serta kondisi barang yang diterima. Apabila sesuai

dengan pemesanan, Apoteker pengelola Apotek atau Asisten Apoteker

40
yang menerima menandatangani faktur dan memberi cap apotek

sebagai bukti penerimaan barang. Kemudian faktur asli yang diterima

dikembalikan kepada pengirim barang/sales dan salinannya disimpan

untuk arsip apotek, faktur ini dibuat sebagai bukti yang sah dari pihak

kreditur mengenai transaksi penjualan barang.

Faktur yang disimpan di Apotek Duta Medika Metro melalui tahap

pembukuan, yaitu dicatat dalam buku besar Apotek yang telah dibuat

dimana didalam buku tersebut yang mencantumkan tanggal

dikeluarkannya faktur, nama distributor, nama item, jumlah item,

nomor faktur, harga satuan, total harga, jumlah yang harus dibayar dan

tanggal jatuh tempo. Dalam tempo yang ditentukan sesuai perjanjian

yang telah disepakati, sales kembali ke apotek untuk menukarkan

dengan faktur asli kemudian dilakukannya pembayaran melalui

teransfer antar bank kemudian pihak apotek mengirimkan bukti

transfer kepada sales yang bersangkutan.

d. Penerimaan

Setelah barang diterima dari PBF, barang terlebih dahulu dicek

harganya, jumlah barang, sediaan, expired date, no batch. Dan apakah

ada kenaikan atau tidak barang sebelum disimpan pada tempatnya,

Penyimpanan sediaan farmasi di Apotek Duta medika Metro disusun

berdasarkan Alfabetis untuk mempermudah pengambilan obat, selain

disusun sesuai Alfabetis penyimpanan obat disusun berdasarkan:

41
1. Bentuk sediaan, contoh: obat dengan bentuk sediaan sirup, padat

(tablet, kapsul, kaplet) salep/krim, tetes mata, tetes telinga dan

sediaan steril injeksi dan suppo yang disimpan dilemari es.

2. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan

menggunakan sisten FEFO (First Expired First Out) dimana

barang yang baru datang akan disimpan dibagian belakang barang

yang sudah tersimpan sebelumnya dengan tetap memperhatikan

tanggal kadaluwarsa setiap sediaan obat

e. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu kegiatan penyaluran persediaan baik

obat maupun bahan obat sesuai dengan persyaratan guna menjaga

kualitas yang didistribusikan tersebut.

Penyaluran perbekalan farmasi di Apotek Duta Medika Metro

meliputi:

a. Pelayanan obat resmi tunai

Alurnya dimulai dengan diterimanya resep oleh petugas

apotek, selanjutnya dilakukan pemeriksaan kelengkapan, kemudian

diperiksa stok obat. Bila barang tersedia, maka akan dihitung dan

menginformasikan harga obat tersebut. Bila pasien setuju, pasien

akan membayar harga obat tersebut. Kemudian obat disiapkan oleh

bagian peracikan dan diberikan etiket serta aturan pakai yang jelas.

Setelah semua siap, dilakukan pemeriksaan ulang sebelum

diserahkan kepada pasien. Obat diserahkan kepada pasien disertasi

42
dengan informasi yang dibutuhkan serta Salinan resep atau kuitansi

apabila diperlakuan.

b. Pelayanan obat tanpa resep dokter

Dilakukan berdasarkan permintaan langsung dari pasien,

biasanya terdiri dari obat-obatan wajib apotek yang dapat diberikan

tanpa resep dokter atau obat-obat untuk pengobatan diri sendiri

(swamedikasi), asisten apoteker terlebih dahulu akan menanyakan

keluhan, gejala penyakit, dan menanyakan nama serta umur pasien.

f. Pengendalian dan Pemusnahan

Obat kadaluarsa atau rusak dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuksediaan. Pemusnahan obat keras, obat bebas terbatas dan obat

keras dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenanga kefarmasian

lain yang dimiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan

dibuktikan dengan berita acara pemusnahan. Resep yang disimpan

melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dimusnahkan.pemusnahan resep

dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas

laindi apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang

dibuktikan dengan berita acara pemusnahan resep, dan selanjutnya

dilaporkan kepada dinas Kesehatan kabupaten/kota. Untuk

pemusnahan yang di lakukan di Apotek Duta Medika Metro mengikuti

atau menyalurkan obat kadaluarsa dan resep yang sudah lama tersebut.

43
3.7 Administrasi di Apotek

Pengelolaan administrasi di Apotek Duta Medika Metro dilakukan

oleh pegawai administrasi dengan pengawasan apoteker dan pemilik

sarana apotek. administrasi bertugas dalam hal keuangan baik dalam

penjualan memalui resep maupun obat bebas, laporan keuangan nya

kemudian dibukukan setip hari pemeriksaan gula, antigen, asam urat dan

tensi sedangkan pengeluarannya antara lain untuk pembelian perbekalan

farmasi, gaji karyawan, pembayaran hutang dan pajak.

Pemasukan apotek duta medika antara lain berasal dari penjualan

obat bebas (OTC), dan penjualan obat melalui resep,

pemeriksaan cek kolesterol, pemeriksaan gula, antigen, asam urat, dan

tensi. Sedangkan pengeluaran antara lain untuk pembelian perbekalan

farmasi, gaji karyawan , pembayaran hutang dan pajak

3.8 Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Apotek

1. Pengkajian Resep

Pengkajian Resep merupakan salah satu pelayanan kefarmasian di

Apotek yang diatur dalam Permenkes RI No. 73 Tahun 2016.

Peraturan yang mengatur mengenai standar pelayanan kefarmasian di

Apotek yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016. Semua

tenaga kefarmasian yang bertugas di apotek dalam menjalankan

tugasnya wajib mengacu pada standar pelayanan kefarmasian yang

44
telah ditetapkan. Pelayanan obat atas resep dokter merupakan salah

satu pelayanan kefarmasian di Apotek.

Di Apotek Duta Medika Metro kegiatan pengkajian resep yang

dilakukan yaitu kajian administratif dan kajian kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis dilakukan Pertimbangan klinis sangat penting

dan seharusnya dilakukan karena meliputi ketepatan indikasi dan dosis

obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi atau

polifarmasi, reaksi yang tidak diinginkan, kontraindikasi, dan interaksi.

Kegiatan pengkajan resep meliputi kajian administrasi, kesesuaian,

farmasetik, dan pertimbangan klinis

1. Kajian administratif meliputi:

1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan

2. Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor

telepon dan paraf

3. Tanggal penulisan resep

2. Kajian kesesuain farmasetik meliputi:

1. Bentuk dan kekuatan sediaan

2. Stabilitas

3. Kompatibilitas (ketercampuran Obat).

3. Pertimbangan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi dan dosis Obat

2. Aturan, cara dan lama penggunaan Obat

3. Duplikasi dan/atau polifarmasi

45
4. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping

Obat, manifestasi klinis lain)

5. Kontra indikasi

Di Apotek Duta Medika Metro kegiatan pengkajian resep yang

dilakukan yaitu kajian administratif dan kajian kesesuaian farmasetik

dan pertimbangan klinis dilakukan Pertimbangan klinis sangat penting

dan seharusnya dilakukan karena meliputi ketepatan indikasi dan dosis

obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi atau

polifarmasi, reaksi yang tidak diinginkan, kontraindikasi, dan interaksi

obat.

2. Pelayanan Informasi Obat

Pelayanan informasi obat yang dilakukan di Apotek Duta Medika

Metro dilakukan dengan memberikan informasi kepada pasien,

menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan kepada pasien dan

keluarga pasien. Selain itu, apoteker juga membagikan pengalaman

pengetahuan serta keterampilan kepada mahasiswa farmasi yang

sedang berpraktek lapangan di Apotek Duta Medika Metro. Pemberian

informasi obat dilakukan pada saat penyerahan obat resep di bawah

pengawasan apoteker.

3. Konseling apoteker dan pasien

Konseling obat adalah proses interaktif antara Apoteker dengan

pasien/keluarga pasien untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman,

kesadaran, dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan prilaku dalam

46
penggunaan obat serta dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi

pasien. Berbeda dengan pelayanan informasi obat (PIO), konseling

merupakan proses interaktif dan biasanya lebih mendalam daripada

PIO karena output yang diharapkan adalah pasien paham, patuh, dan

sadar terhadap pengobatannya.

47
BAB IV

TUGAS KHUSUS SKABIES


4.1 SKABIES

4.1.1 Definisi Skabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklim tropis

dan subtropis, merupakan penyakit kulit menular. Skabies dalam bahasa Indonesia

sering disebut kudis, dan orang jawa menyebutnya gudig.

Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan

sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varietas Hominis. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah lingkungan yang kurang bersih

dan personal hygiene.

Penyakit kulit Skabies adalah kondisi dimana kulit mengalami rasa gatal

yang dikarenakan hewan kecil (tungau yang disebut Sarcoptes scabiei). Tungau

ini menggali lubang pada kulit dan menyebabkan rasa gatal pada area tersebut.

4.1.2 Etiologi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes

Scabiei varietas Hominis. Yaitu merupakan tungau berbentuk lonjong dan 10

gepeng, berwaarna putih kotor, punggungnya cembung, bagian dadanya rata, dan

tidak memiliki mata, tungau betina berukuran lebih besar dari pada jantan, ukuran

betinanya antara 0,3 - 0,45mm sedangkan tungau jantan memiliki ukuran 0,2 –

0,25 mm.

48
Penyakit scabies disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara

secara baik seperti pakaian , alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur

yang jarang diganti, kondisi kamar yang pengap, dan perilaku personal hygiene

yang kurang baik dapat memicu terjadinya gatal-gatal.

4.1.3 Patogenesis

Skabies memiliki metamorphosis lengkap dalam lingkaran hidupnya yaitu:

telur, larva, nimfa, dan tungau dewasa. Tungau betina dewasa bisa berjalan di

permukaan kulit dengan kecepatan 2 cm per menit untuk mencari tempat

menggali terowongan setelah menemukan lokasi yang sesuai tungau

menggunakan ambulakral untuk meletakan diri di permukaan kulit kemudian

membuat lubang di kulit dengan menggigitnya. Selanjutnya tungau masuk

kedalam kulit dengan membuat terowongan. Biasanya tungau betina menggali

terowongan pada startum corneum dengan kecepatan 0,5-5 mm per hari.

Kemudian tungau betina meletakkan 2 sampai 3 telurnya setiap harinya. Telur ini

akan menetas setelah 3-5 hari dan menjadi larva, yang akan membentuk kantong

dangkal di stratum korneum dimana larva-larva ini akan bertransformasi menjadi

dewasa dalam waktu 2 minggu. Di dalam kantong tersebut kutu ini kawin, dimana

kutu jantan mati tetapi kutu betina yang dibuahi menggali terowongan baru untuk

meneruskan hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 sampai 6

minggu timbulnya reaksi hipersensitivikasi dan rasa gatal yang ditimbulkan oleh

tungau tersebut. Terowongan tungau paling banyak terdapat ditangan dan

pergelangan tangan, selain itu bisa didapatkan juga di lipatan aksila, sekitar

payudara, area sekitar pusat, dan genetalia.

49
4.1.4. Gejala Klinis

Terdapat 4 gejala klinis dari penyakit Scabies:

1. Rasa gatal pada malam hari (Pruritus nokturna) yang disebabkan karena

aktivitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lembab.

2. Lesi yang khas dan patognommonik berupa terowongan kecil

3. Kelainan dapat berupa papula, vesikula, urtika, ekskoriasi dan krusta.

4. Tempat-tempat predileksi terdapat di sela-sela jari tangan, telapak tangan,

ketiak, daerah payudara, daerah pusar, perut bagian bawah daerah

genetalia, pantat, dan area lipatan kulit. Pada anak-anak terutama bayi lesi

bias terjadi di kepala bahkan muka.

4.1.5 Klasifikasi Skabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang manifiestasi klinisnya sering

menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga disebut the great imitator. Berikut

ini beberapa bentuk scabies agar tidak menimbulkan kesalahan diagnosis.

a. Skabies pada orang bersih merupakan scabies pada orang dengan

tingkat kebersihan yang baik. Rasa gatal biasanya tidak terlalu berat,

terdapat lesiberupa papul dan ditemui juga terowongan namun dengan

jumlah yang sedikit dan sering terjadi kesalahan diagnosis karena

gejalanya yang tidak khas.

b. Skabies bulosa terdapat pada bayi dan biasanya bayi akan mengalami

gatal pada waktu malam hari dan terdapat lesi di sela-sela jari tangan,

pergelangan tangan.

50
c. Skabies yang ditularkan oleh hewan biasanya terjadi pada manusia

yang biasa kontak dengan hewan. Misalnya pengembala, peternakan,

dan yang 13 mempunyai hewan peliharaan anjing yang kurang dirawat

kebersihannya. Gejala yang timbul biasanya rasa gatal yang

ringan,namun tidak terdapat terowongan dan tidak menyerang area

genetalia. Lokasi lesi biasanya di daerah yang terkena kontak langsung

dengan hewan.

d. Skabies pada orang terbaring di tempat tidur banyak ditemui pada

orang yang menderita penyakit kronik atau orang berusia lanjut yang

berbaring diatas tempat tidur dalam waktu yang lama biasanya timbul

lesi yang terbatas.

e. Skabies incognito sering menimbulkan gejala klinis yang tidak biasa,

lesi yang luas dan pengobatan dengan steroid topical dalam waktu

lama dapat menyebabkan luka bertambah parah. Hal ini disebabkan

karena berkurangnya respon imun dalam tubuh.

f. Skabies nodular terjadi akibat adanya reaksi hipersensivitas. Area

yang sering terkena adalah genetalia pada pria, lipatan paha, dan

aksila. Luka ini dapat menetap beberapa minggu bahkan bulan

walaupun sudah diobati dengan obat anti scabies.

g. Skabies yang disertai penyakit menular seksual lain seperti sifilis,

gonorrhea, herpes genitalis, pedikulosispubis, dan sebaginya. Oleh

sebab itu jika ditemui lesi di daerah genetalia perlu dilakukan

pemeriksaan lanjut guna menentukan suatu diagnose.

51
h. Skabies krustosa ditandai dengan lesi berupa krusta yang luas, skuama

generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Gejala utamanya pada

scabies ini biasanya ringan bahkan tidak ada sama sekali sehingga

penderita tidak merasakan keluhan apapun.

4.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi jenis tungau dan

produknya yaitu:

a. Kerokan Kulit

Kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah dilakukan dan

memberikan hasil yang paling memuaskan. Papula tau kanalikuli yang

utuk diteteskan dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan

kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk

mengangkat atap papula atau kanalikuli. Setalah itu taruh bahan di

gelas objek dan tutupi dengan kaca penutup lalu diperiksa di bawah

mikroskop.

b. Mengambil tungau dengan jarum

Pengambilan tungau dengan jarum dapat meningkatkan ketepatan

diagnosis dari 5% menjadi 95%. Namun tingkat kesulitannya tinggi

dan harus dengan orang yang berpengalaman terutama pada penderita

scabies yang lesinya tidak khas dan banyak terdapat infeksi sekunder.

Untuk mengambil tungau jarum ditusuk sandi terowongan dibagian

yang gelap. Pada saat jarum ditusukkan biasanya tungau akan

memegang ujung jarum sehingga dapat dengan mudah diangkat keluar.

52
c. Burrow ink test

Papul scabies diolesi tinta India menggunakan pena lalu dibiarkan

selama 20-30 menit kemudian dihapus dengan alcohol. Burrow ink test

bisa dilihat hasilnya jika tinta masuk ke dalam terowongan dan

membentuk gambar khas berupa garis zig zag. Tetapi pemeriksaan ini

hanya dapat dilakukan untuk mendekteksi terowongan bukan

mendekteksi tungau dan produknya.

4.1.7 Pengobatan Skabies

Prinsip pengobatan skabies adalah menggunakan skabisida topical diikuti

dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik pada penderita maupun

lingkungannya Obat ini tidak berbau, tidak menimbulkan iritasi kulit, serta tidak

menimbulkan kerusakan lainnya dan mudah diperoleh. Pengolesan obat topikal

pada umumnya selama 8-12 jam namun ada yang digunakan hingga 15 lima hari

berturut-turut, tergantung pada jenis skabisida. Pada umumnya,satu kali

pengolesan skabisida topikal cukup untuk menyembuhkan scabies. Meskipun

demikian, untuk mengetahui apakah terapi harus diulang. Perlu diperhatikan

waktu dimulainya awal terapi, kemajuan kesembuhan, dan menghubungkannya

dengan siklus hidup tungau, karena obat skabisida hanya bersifat membunuh

tungau. Sebelum mengoleskan skabisida, penderita biasanya dianjurkan untuk

mandi terlebih dahulu menggunakan sabun. Sabun yang dipakai adalah sabun

yang mengandung antiseptik kemudian sabun digunakan keseluruh tubuh, bukan

hanya area yang terkena scabies, kemudian dibilas dengan air bersih dan

keringkan badan dengan handuk. Setelah badan kering, skabisida dioleskan

53
keseluruh permukaan kulit, dari leher hingga keujung jari kaki. Apabila obat

terhapus sebelum waktunya misalnya karena berwudhu atau mencuci tangan maka

obat harus dioleskan lagi. Setelah mencapai batas waktu penggunaan obat, obat

dibersihkan dengan cara mandi menggunakan air bersih dan sabun yang

mengandung sulfur, dibilas seperti biasa kemudian badan dikeringkan dengan

handuk bersih, lalu handuk di jemur dibawah terik sinar matahari (Saleha, 2016).

Pengobatan yang cepat diperlukan untuk penderita yang sudah

terdiagnosis skabies. Untuk yang telah terdiagnosis skabies dan yang telah kontak

lama dengan penderita harus diberikan pengobatan. Kontak yang dimaksud antara

lain petugas kesehatan, pengunjung, teman kamar, orang di sekitar rumah atau

tempat tinggal yang sering berkontak dengan penderita.

4.1.8 Pencegahan Skabies

Kebersihan lingkungan adalah kunci untuk mencegah kekambuhan

penyakit skabies. Tungau skabies dapat bertahan hidup di luar tubuh hostnya

hanya 2-5 hari. Oleh sebab itu, desinfeksi lingkungan sekitar pada kasus skabies

membantu mencegah reinfestasi dan transmisi. Ketika sedang membersihkan

lingkungan penderita, harus selalu memperhatikan untuk memanaskan atau

merendam pakaian, selimut dan sprei.

Pencegahan penyakit skabies memiliki konsep yang sama dengan

preventive medicine yang membagi pencegahan penyakit menjadi tiga tingkatan

yaitu:

54
a. Pencegahan primer

Pada saat fase pre pathogenesis skabies, dilakukan dengan

menjaga kebersihan badan dengan mandi teratur minimal 2 kali sehari

menggunakan air mengalir dan sabun mandi yang mengandung antiseptik

lalu membersihkan area genetalia dan mengeringkannya menggunakan

handuk bersih, Penderita tidak boleh memakai handuk ataupun pakaian

secara bergantian. Semua pakaian, sprei, dan handuk harus dicuci dengan

air panas minimal 2 kali seminggu untuk mematikan tungau. Selanjutnya

pakaian dijemur di bawah terik sinar matahari lalu disetrika. Mengganti

sprei minimal 2 kali seminggu karna sprei adalah tempat yang sering

terkena kontak langsung dengan si penderita dan menjaga kebersihan

kamar sangat penting guna mencegah tungau berkembang biak. Hindarkan

kontak langsung yang lama dengan penderita skabies misalnya tidur

bersama di atas kasur. Seluruh anggota keluarga yang tinggal bersama

penderita skabies perlu di periksa guna mengetahui penyebaran tungau

serta memutuskan rantai penularan skabies.

b. Pencegahan sekunder

Ketika ada seseorang terkena skabies tindakan yang harus

dilakukan adalah mencegah orang di sekitar penderita skabies tertular.

Bentuk pencegahan sekunder adalah hindarkan kontak langsung yang lama

dengan penderita skabies misalnya melakukan hubungan seksual,

berpelukan dan tidur bersama di atas kasur. Seluruh anggota keluarga yang

55
tinggal bersama penderita skabies perlu di periksa guna mengetahui

penyebaran tungau serta memutuskan rantai penularan skabies.

4.2 Resep

1. Resep 1

Gambar 4. 1 Resep 1

b. Deskripsi Obat

1. Scabimite

Indikasi: Scabimite adalah obat antijamur atau anti parasit

berbentuk salep atau cream yang digunakan untuk mengobati

penyakit kudis atau scabies. Scabimite mengandung bahan aktif

permethrin, yaitu obat yang biasa digunakan untuk membunuh

tungau serta telur-telurnya. Permethrin adalah obat yang tergolong

ke dalam kelas pyrethrin

56
Efek samping: Rasa terbakar ringan bersifat sementara, perih,

gatal, ruam kulit , hiperestesia, bercak kemerahan pada kulit

Kontraindikasi: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

Komposisi : Permethrine 5%

Mekanisme kerja: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

Aturan pakai : oles pada seluruh tubuh 1 x 1 tube (habiskan)

2. Cinolon N

Indikasi : Cinolon-N adalah obat topikal yang dikemas dalam

bentuk krim. Obat ini mengandung fluocinolone acetonide dan

neomycin sulfate yang digunakan untuk mengobati inflamasi

(peradangan) pada kulit yang disertai dengan infeks

Efek samping : Iritasi, rasa terbakar, gatal, kekeringan kulit

Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap Fluocinolone Acetonide

dan/atau Neomycin Sulfate pada kulit.

Komposisi: Fluocinolone Acetonide 0.025%, Neomycin

Sulfate 0.5%

Mekanisme kerja : mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan

terutama oleh bakteri gram negatif dan positif

Aturan pakai : 2-3 x sehari (oles tipis-tipis)

3. Celestamine

57
Indikasi: Obat ini mengandung Betamethasone dan

dexchlorpheniramine maleate yang digunakan untuk membantu

meredakan gejala-gejala alergi, seperti kulit bengkak, kulit merah

gatal-gatal, kulit bentol, dan bersin-bersin.

Efek samping : Gangguan sendi, otot, dan tulang, gangguan saluran

pencernaan, gatal, ruam, gangguan Pernapasan

Kontraindikasi : Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:

Penderita tukak perut,Penderita infeksi jamur sistemik,Bayi baru

lahir dan bayi premature

Komposisi : betamethasone dan dexchlorpheniramine maleate

Mekanisme kerja : Celestamine bekerja dengan cara mengikat zat-

zat di dalam tubuh yang menyebabkan reaksi alergi, sehingga akan

mencegah atau meredakan reaksi alergi tersebut.

Aturan pakai : 3 x 1 tablet (setelah makan)

4. Amoksan

Indikasi : Amoxsan merupakan obat antibiotika yang digunakan

untuk mengatasi infeksi pada saluran pernafasan atas, infeksi

saluran kemih, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak serta demam

tifoid pada anak

Efek samping: Amoxsan merupakan obat antibiotika yang

digunakan untuk mengatasi infeksi pada saluran pernafasan atas,

infeksi saluran kemih, saluran cerna, kulit dan jaringan lunak serta

demam tifoid pada anak.

58
Kontraindikasi: Hipersensitivitas atau riwayat reaksi alergi berat

(misalnya anafilaksis, sindrom Stevens-Johnson) terhadap

amoksisilin atau -laktam lainnya (misalnya penisilin, sefalosporin,

karbapenem, monobaktam). Mononukleosis menular (dicurigai

atau dikonfirmasi).

Komposisi : Amoxicillin 500 mg

Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan

memutus rantai polimer peptidoglikan sehingga tidak terbentuk

Aturan pakai : 3 x 1 tablet (sesudah makan)

c. Pengkajian Resep

Kajian Administrasi

No Kriteria Ada Tidak


1. Nama dokter √
2. SIP dokter √
3. Alamat dokter √
4 Tanggal penulisan resep √
5 Tanda tangan dokter √
6 Nama pasien √
7 Alamat pasien √
8 Umur pasien √
9 Berat badan √
10 Nama obat √
11 Potensi obat √
12 Dosis √
13 Jumlah yang diminta √
14 Jenis kelamin √
15 Frekuensi kegunaan √

59
16 Petunjuk penggunaan lain √

Kajian Klinis

No Kriteria Ada Tidak


1. Ada indikasi tidak ada obat √
2. Ada obat tidak ada indikasi √
3. Over dosis √
4. Under dosis √
5. Interaksi obat √
6. Duplikasi √
7. Obat pilihan tidak tepat √
8. Alergi obat √
9. Efek samping √
10. Kontra indikasi √

Kajian Farmasetik

No Kriteria Ada Tidak


1. Bentuk sediaan √
2. Cara penggunaan √
3. Lama penggunaan √

60
c. Resep 2

Gambar 4. 2 Resep 2

a. Deskripsi Obat

1. Lerzin Drops

Lerzin merupakan obat yang mengandung Cetirizin.

Cetirizine adalah obat golongan antihistamin yang berfungsi untuk

meredakan gejala alergi seperti mata dan hidung berair, gatal pada

mata dan hidung, bersin-bersin, dan gatal pada kulit. Cetirizine

merupakan antihistamin yang secara kompetitif dan selektif

menghambat reseptor H1 di saluran pencernaan, pembuluh darah,

dan saluran pernapasan.

Lerzin Drops merupakan obat yang digunakan untuk

mengobati rinitis menahun, rinitis alergi seasonal, konjungtivitis,

61
pruritus, urtikaria idiopatik kronis. Obat ini dapat dikonsumsi oleh

orang dewasa dan anak-anak. Lerzin Drops termasuk dalam

kategori obat keras dan harus dengan resep dokter

Aturan Pakai : 1 x 1 sesudah makan

Efek samping : yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat

adalah: Gangguan jantung: Takikardia. Gangguan gastrointestinal:

Sakit perut, mulut kering, mual, diare, muntah. Gangguan umum

dan kondisi tempat pemberian: Kelelahan, asthenia, malaise,

edema. Gangguan sistem saraf: Pusing, sakit kepala, kejang,

agitasi. Gangguan kejiwaan: Somnolen, agresi, kebingungan,

depresi, halusinasi, insomnia

2. Cinolon N

Indikasi: Cinolon-N adalah obat topikal yang dikemas dalam

bentuk krim. Obat ini mengandung fluocinolone acetonide dan

neomycin sulfate yang digunakan untuk mengobati inflamasi

(peradangan) pada kulit yang disertai dengan infeks

Efek samping : Iritasi, rasa terbakar, gatal, kekeringan kulit

Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap Fluocinolone Acetonide

dan/atau Neomycin Sulfate pada kulit.

Komposisi: Fluocinolone Acetonide 0.025%, Neomycin Sulfate

0.5%

Mekanisme kerja: mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan

terutama oleh bakteri gram negatif dan positif

62
Aturan pakai : 2-3 x sehari oles tipis-tipis

3. Scabimite

Indikasi: Scabimite adalah obat antijamur atau anti parasit

berbentuk salep atau cream yang digunakan untuk mengobati

penyakit kudis atau scabies. Scabimite mengandung bahan aktif

permethrin, yaitu obat yang biasa digunakan untuk membunuh

tungau serta telur-telurnya. Permethrin adalah obat yang tergolong

ke dalam kelas pyrethrin

Efek samping: Rasa terbakar ringan bersifat sementara, perih,

gatal, ruam kulit , hiperestesia, bercak kemerahan pada kulit

Kontraindikasi: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

Komposisi : Permethrine 5%

Mekanisme kerja: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

Aturan pakai : oleshkan ke seluruh tubuh 1 x 1 tube (habiskan)

b. Pengkajian Resep

Kajian Administrasi

No Kriteria Ada Tidak


1. Nama dokter √
2. SIP dokter √
3. Alamat dokter √
4 Tanggal penulisan resep √
5 Tanda tangan dokter √

63
6 Nama pasien √
7 Alamat pasien √
8 Umur pasien √
9 Berat badan √
10 Nama obat √
11 Potensi obat √
12 Dosis √
13 Jumlah yang diminta √
14 Jenis kelamin √
15 Frekuensi kegunaan √
16 Petunjuk penggunaan lain √

Kajian Klinis

No Kriteria Ada Tidak


1. Ada indikasi tidak ada obat √
2. Ada obat tidak ada indikasi √
3. Over dosis √
4. Under dosis √
5. Interaksi obat √
6. Duplikasi √
7. Obat pilihan tidak tepat √
8. Alergi obat √
9. Efek samping √
10. Kontra indikasi √

Kajian Farmasetik

No Kriteria Ada Tidak


1. Bentuk sediaan √
2. Cara penggunaan √

64
3. Lama penggunaan √

d. Resep 3

Gambar 4. 3 Resep 3

a. Deskripsi Obat

1. Scabimite

Indikasi: Scabimite adalah obat antijamur atau anti parasit berbentuk

salep atau cream yang digunakan untuk mengobati penyakit kudis atau

scabies. Scabimite mengandung bahan aktif permethrin, yaitu obat

yang biasa digunakan untuk membunuh tungau serta telur-telurnya.

Permethrin adalah obat yang tergolongke dalam kelas pyrethrin

Efek samping: Rasa terbakar ringan bersifat sementara, perih, gatal,

ruam kulit , hiperestesia, bercak kemerahan pada kulit

Kontraindikasi: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

65
Komposisi : Permethrine 5%

Mekanisme kerja: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

Aturan pakai : oleskan ke seluruh tubuh 1 x 1 tube (habiskan)

2. Pibaksin

Pibaksin mengandung mupirocin, antibiotik yang bekerja dengan

menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat enzim

bacterial isoleucyl transfer-ribonucleic acid (tRNA) sintetase.

Mupirocin memiliki efek bakteriostatik pada konsentrasi minimal

dan efek bakterisidal pada konsentrasi yang tinggi.

Aturan pakai : Oleskan pada area yang terinfeksi 3 kali sehari

3. Baquinor Forte

Baquinor forte 500 mg kaplet merupakan obat antibiotik yang

mengandung Ciprofloxacin 500 mg. Ciprofloxacin merupakan

turunan Quinolon dengan aktivitas antibakteri spektrum luas. Obat

ini bersifat bakterisid yang efektif terhadap bakteri Gram negatif

dan Gram positif seperti S. aureus, S. pneumoniae,

Enterobacteriaceae, H. influenzae, N. gonorrhoeae, N.

meningitides, M. catarrhalis, P. aeruginosa,dan S. maltophilia.

Dalam penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap

Siprofloksasin atau antibiotik derivat kuinolon lainnya. Wanita

hamil dan menyusui. Anak-anak di bawah usia 12 tahun.

66
Efek Samping : Mual, diare, muntah, gangguan pencernaan,

dispepsia, nyeri abdomen, kembung, anoreksia, disfagia. Pusing,

sakit kepala, rasa letih, insomnia, agitasi, tremor.

Aturan pakai : 2 x 1 tablet (habiskan)

4. Sanmol Tablet

Sanmol merupakan obat dengan kandungan Paracetamol 500 mg.

Obat ini digunakan untuk meringankan rasa sakit pada keadaan

sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam. Sanmol bekerja

pada pusat pengatur suhu di hipotalamus untuk menurunkan suhu

tubuh (antipiretik) serta menghambat sintesis prostaglandin

sehingga dapat mengurangi nyeri ringan sampai sedang

(analgesik).

Aturan pakai : 3 x 1 sesudah makan

b. Pengkajian Resep

Kajian Administrasi

No Kriteria Ada Tidak


1. Nama dokter √
2. SIP dokter √
3. Alamat dokter √
4 Tanggal penulisan resep √
5 Tanda tangan dokter √
6 Nama pasien √
7 Alamat pasien √
8 Umur pasien √
9 Berat badan √

67
10 Nama obat √
11 Potensi obat √
12 Dosis √
13 Jumlah yang di minta √
14 Jenis kelamin √
15 Frekuensi kegunaan √
16 Petunjuk penggunaan lain √

Kajian Klinis

No Kriteria Ada Tidak


1. Ada indikasi tidak ada obat √
2. Ada obat tidak ada indikasi √
3. Over dosis √
4. Under dosis √
5. Interaksi obat √
6. Duplikasi √
7. Obat pilihan tidak tepat √
8. Alergi obat √
9. Efek samping √
10. Kontra indikasi √

Kajian Farmasetik

No Kriteria Ada Tidak


1. Bentuk sediaan √
2. Cara penggunaan √
3. Lama penggunaan √

68
e. Resep 4

Gambar 4. 4 Resep 4

a. Deskripsi Obat

1. Cortidex

Cortidex 0,5 mg merupakan obat dengan kandungan

Dexamethasone. Dexamethasone adalah obat anti inflamasi

golongan glukokortikoid yang berperan dalam mengurangi atau

menekan proses peradangan dan alergi yang terjadi pada tubuh.

Obat ini bekerja dengan cara menekan migrasi neutrofil,

menurunkan produksi mediator inflamasi, membalikkan

peningkatan permeabilitas kapiler, dan menekan respon imun. Obat

ini digunakan untuk supresi inflamasi dan gangguan alergi

69
Efek samping : gangguan sistem saraf: Sakit kepala, atrofi otot.

Gangguan kulit dan jaringan subkutan: Kerapuhan kulit.

Aturan pakai : 3 x 1 tablet sesudah makan

2. Baquinor Forte

Baquinor forte 500 mg kaplet merupakan obat antibiotik yang

mengandung Ciprofloxacin 500 mg. Ciprofloxacin merupakan

turunan Quinolon dengan aktivitas antibakteri spektrum luas. Obat

ini bersifat bakterisid yang efektif terhadap bakteri Gram negatif

dan Gram positif seperti S. aureus, S. pneumoniae,

Enterobacteriaceae, H. influenzae, N. gonorrhoeae, N.

meningitides, M. catarrhalis, P. aeruginosa, S. maltophilia. Dalam

penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.

Kontra Indikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap

Siprofloksasin atau antibiotik derivat kuinolon lainnya. Wanita

hamil dan menyusui. Anak-anak di bawah usia 12 tahun.

Efek Samping : Mual, diare, muntah, gangguan pencernaan,

dispepsia, nyeri abdomen, kembung, anoreksia, disfagia. Pusing,

sakit kepala, rasa letih, insomnia, agitasi, tremor.

Aturan pakai : 2 x 1 tablet sesudah makan (habiskan)

3. Datan Forte

Indikasi : DATAN digunakan untuk mengatasi nyeri ringan sampai

sedang pada sakit gigi dan setelah cabut gigi, sakit kepala, sakit

70
telinga, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri pasca operasi,

termasuk nyeri haid.

Komposisi : Mefenamid acid 500 mg

Kontraindikasi : Hipersensitif

Mekanisme kerja : DATAN 500 MG KAPLET mengandung zat

aktif Asam mefenamat (Mefenamic Acid). Asam mefenamat

bekerja dengan cara menghambat kerja enzim

siklooksigenase (COX)

Efek samping : Iritasi lambung, kolik usus, penyakit ginjal

Aturan pakai : 3 x 1 sesudah makan

4. Pibaksin

Indikasi : untuk mengatasi infeksi pada kulit, seperti infeksi kulit

impetigo, peradangan pada folikel rambut (folikulitis) dan infeksi

bakteri pada kulit (furunculosis)

Komposisi : Mupirocin 2%

Kontraindikasi : Hipersensitivitas

Efek samping : Rasa terbakar, perih, ruam

Mekanisme kerja : Pibaksin mengandung zat aktif Mupirocin yang

bekerja dengan cara menghambat produksi protein esensial yang

dibutuhkan oleh bakteri untuk bertahan hidup

Aturan pakai : Oleskan pada area yang terinfeksi 3 kali sehari

71
5. Scabimed

Indikasi : Scabimite adalah obat antijamur atau anti parasit

berbentuk salep atau cream yang digunakan untuk mengobati

penyakit kudis atau scabies. Scabimite mengandung bahan aktif

permethrin, yaitu obat yang biasa digunakan untuk membunuh

tungau serta telur-telurnya. Permethrin adalah obat yang tergolong

ke dalam kelas pyrethrin

Efek samping: Rasa terbakar ringan bersifat sementara, perih,

gatal, ruam kulit , hiperestesia, bercak kemerahan pada kulit

Kontraindikasi: Hindari penggunaan Scabimite pada pasien yang

hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan pyrethrin sintetik

Komposisi : Permethrine 5%

Mekanisme kerja : Hindari penggunaan Scabimite pada pasien

yang hipersensitif terhadap permethrin, pyrethroid, dan

pyrethrin sintetik

Aturan pakai : oles seluruh tubuh 1 x 1 tube (habiskan)

6. Cinolon N

Indikasi : Cinolon-N adalah obat topikal yang dikemas dalam

bentuk krim. Obat ini mengandung fluocinolone acetonide dan

neomycin sulfate yang digunakan untuk mengobati inflamasi

(peradangan) pada kulit yang disertai dengan infeks

Efek samping : Iritasi, rasa terbakar, gatal, kekeringan kulit

72
Kontraindikasi: Hipersensitifitas terhadap Fluocinolone Acetonide

dan/atau Neomycin Sulfate pada kulit.

Komposisi: Fluocinolone Acetonide 0.025%, Neomycin Sulfate

0.5%

Mekanisme kerja : mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan

terutama oleh bakteri gram negatif dan positif

Aturan pakai : oles ke seluruh tubuh 1 x 1 tube (habiskan)

b. Pengkajian Resep

Kajian Administrasi

No Kriteria Ada Tidak


1. Nama dokter √
2. SIP dokter √
3. Alamat dokter √
4 Tanggal penulisan resep √
5 Tanda tangan dokter √
6 Nama pasien √
7 Alamat pasien √
8 Umur pasien √
9 Berat badan √
10 Nama obat √
11 Potensi obat √
12 Dosis √
13 Jumlah yang di minta √
14 Jenis kelamin √
15 Frekuensi kegunaan √
16 Petunjuk penggunaan lain √

73
Kajian Klinis

No Kriteria Ada Tidak


1. Ada indikasi tidak ada obat √
2. Ada obat tidak ada indikasi √
3. Over dosis √
4. Under dosis √
5. Interaksi obat √
6. Duplikasi √
7. Obat pilihan tidak tepat √
8. Alergi obat √
9. Efek samping √
10. Kontra indikasi √

Kajian Farmasetik

No Kriteria Ada Tidak


1. Bentuk sediaan √
2. Cara penggunaan √
3. Lama penggunaan √

No Kriteria Ada Tidak


1. Stabilitas √
2. Inkompatibilitas √

74
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

Sarcoptes scabiei varian hominis, yaitu parasit yang mampu menggali

terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal. Penularan skabies dapat

terjadi dengan kontak langsung, tetapi dapat juga secara tidak langsung. Di

beberapa daerah skabies disebut juga penyakit kudis, the itch, sky-bees,

gudik, budukan, gatal agago. Skabies merupakan penyakit kulit yang

berhubungan dengan kebersihan diri. Prevalensi skabies akan meningkat

pada kelompok masyarakat yang hidup dengan kondisi kebersihan dan

lingkungan yang rendah. Hal ini biasanya berhubungan dengan

pengetahuan tentang skabies yang masih rendah.

Masyarakat sering menganggap penyakit kulit ini merupakan hal yang

biasa saja, hal ini diakibatkan rendahnya pengetahuan tentang faktor

penyebab dan bahaya dari penyakit skabies. Selain itu rendahnya

pengetahuan tentang pencegahan skabies menyebabkan prevalensi scabies

masih cukup tinggi di kelompok masyarakat. Pencegahan skabies juga

dapat dilakukan dengan cara membersihkan media yang dapat menjadi

transmisi tidak langsung seperti pakaian, seprai, handuk, dan lain-lain

harus dicuci menggunakan air panas diatas 50 C, kasur, bantal dan guling

75
harus dijemur paling sedikit 2 kali seminggu dan memperhatikan ventilasi

rumah agar cahaya matahari dapat masuk.

Pelayanan obat bagi pasien penderita penyakit kulit SCABIES di

Klinik Duta Medika Metro Cilegon sendiri dilaksanakan sesuai prosedur

karena dalam pelayanan obat bagi pasien penderita penyakit scabies di

Klinik Duta Medika Metro Cilegon di laksanakan dengan resep yang

sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien dan tentunya sudah

dianalisis oleh dokter yang menangani. Sistem pelayanan obat di Klinik

Duta Medika Metro Cilegon di laksanakan dengan baik sesuai standar

pelayanan operasional, memberikan pelyanan informasi obat untuk

menjamin keberhasilan terapi obat

5.2 Saran

Sebaiknya dalam penyimpanan obat LASA dan HIGH ALERT

diberi tanda khusus seperti label atau sticker sehingga dapat meminimalisir

dalam pengambilan dan penyerahan obat untuk pasien

76
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, S. C., Semiarty, R., & Gayatri. 2013. Hubungan Personal Hygiene

Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pendidikan Islam Darul Ulum ,

Palarik Air Pacah , Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun 2013. Jurnal

Kesehatan Andalas, Vol 2, No. 3, hlm 1-3.

Anwar AI, Sakka Z, Harfiah. Penyakit Skabies. Makassar: Dua Satu Press;2014

Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K,

Indriatmi W (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:

Badan Penerbit FKUI; 2017. P. 137-40.

Cintawati, & Hardiana, H. 2017. Pengukuran Faktor-Faktor Terhadap Pencegahan

Penyakit Skabies. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 16, No. 1, hlm 32-38.

Departemen Kesehatan RI. (2017). Sterkwerkende Geneesmiddelen Ordonanntie ,

Staatsblad 1949:419); Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotik, 1–36.

Kemenkes RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 889

Tahun 2011 tentang Registrasi, Ijin Praktek dan Izin Kerja Tenaga

Kefarmasian. Menkes, 4.

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Registrasi,

Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian, Jakarta, Kemenkes RI.

Peraturan Pemerintah RI No 51 Tahun (2009), Tentang Pekerjaan Kefarmasian,

PMK ; Jakarta.

77
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 73, (2016) Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Permenkes RI: Jakarta. Republik

Indonesia. (2016).

Sungkar S. Skabies: Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan, dan

Pencegahan. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2016.

78
LAMPIRAN

1. Surat Pesanan

Surat pesanan biasa Surat pesanan obat precursor

79
Surat Pesanan narkotik dan Psikotropika

80
2. SOP surat pesanan Narkotika dan Psikotropika

81
3. Copy Resep

4. Resep

82
5. Etiket

Etiket obat dalam (oral) Etiket obat luar (Topikal)

6. Faktur

83
7. SIPA Apoteker SIPTTK (Tenaga tekhnis kefarmasian)

8. Penyimpanan Obat

Penyimpanan obat prekursor Penyimpanan obat Otc

84
Penyimpanan Obat Ethical Penyimpanan Obat Generic

Penyimpanan obat dengan bentuk sediaan salep dan cairan

85
9. Sarana, Prasarana dan Peralatan Apotek Duta Medika Metro

86

Anda mungkin juga menyukai