DISUSUN OLEH:
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Amd.Farm pada Program Studi D3 Farmasi Fakultas Farmasi dan Kesehatan
Institut Kesehatan Helvetia Medan
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Disahkan oleh :
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Industri PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA), serta
menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Industri
tersebut. Laporan ini disusun berdasarkan kombinasi teori yang dipelajari selama
proses kuliah serta hasil pengamatan selama melakukan Praktek Kerja Lapangan
berlangsung.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terimakasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam membantu serta membimbing
kami sehingga laporan ini dapat disusun, antara lain penulis ingin sampaikan
kepada :
1. Ibu Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc.,M.Kes. selaku Penasehat
Yayasan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
2. Bapak Iman Muhammad, SE.,S.Kom.,MM.,M.Kes. selaku Ketua Yayasan
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
3. Bapak Dr. H. Ismail Efendi, S.Si.,M.Si. selaku Rektor Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
4. Ibu Dr. dr. Hj. Arifah Devi Fitriani, M.Kes. selaku Wakil Rektor I Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
5. Bapak Apt.H. Darwin Syamsul, S.Si.,M.Si., selaku Dekan Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia.
6. Ibu Apt. Hafizhatul Abadi, S.Farm., M.Kes., selaku Ketua Program Studi
D3 Farmasi Institut Helvetia Medan.
7. Apt.H. Darwin Syamsul, S.Si.,M.Si.,selaku pembimbing I yang telah
membantu kami menyelesaikan laporan ini.
8. Bapak Drs. Budiono, Apt. Selaku pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan selama melaksanakan PKL.
9. Seluruh staf dan karyawan Industri PT. Mutiara Mukti Farma (MUTIFA)
yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, atas kerja sama dan bantuan
yang diberikan selama kami melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
10. Orang tua kami yang tidak henti-hentinya memberikan doa, dukungan serta
materi sehingga Laporan Praktek Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan.
11. Rekan se- angkatan yang selalu memberikan dukungan, sehingga penyusun
semangat dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
3
Medan, Maret 2022
Penulis
4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1. Latar Belakang........................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
.........................................................................................................................................10
i
2.7.2 Personalia.................................................................................................12
2.7.4 Peralatan..................................................................................................16
2.7.6 Produksi....................................................................................................18
2.7.10 Dokumentasi...........................................................................................27
BAB III...............................................................................................................................28
GAMBARAN UMUM.........................................................................................................28
ii
3.5.4 Departemen Research and Development (R&D).............................................38
BAB IV..............................................................................................................................44
BAB V...............................................................................................................................49
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................49
5.2 Saran................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................52
iii
iv
i
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di industri bertujuan untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan Program Studi D3 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang
selanjutnya disingkat CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaannya.(1)
dari sistem program pengajaran serta wadah yang tepat untuk mengaplikasikan
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
Salah satu industri farmasi yang ada di Sumatera Utara yang berfungsi
untuk membuat obat yang bekualitas tinggi dan memenuhi kebutuhan obat di
1
wilayah Sumatera adalah PT. MUTIFA PHARMA Pembuatan obat adalah
bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan
pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan (1). Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka perlu dilakukan praktek kerja lapangan (PKL) agar
ini didapatkan dari bangku perkuliahan sesuai dengan fungsi dan kompetensi ahli
pekerjaan bagi lulusan Ahli Madya Farmasi. Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini
dilaksanakan agar para lulusan Ahli Madya Farmasi lebih terampil saat bekerja di
Industri Farmasi.
Farmasi
2
3. Meningkatkan pengetahuan tentang pengawasan mutu dan produksi sesuai
farmasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat.(1) Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam
menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas,
keamanan dan mutu dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan.
Karena menyangkut soal nyawa manusia, industri farmasi dan produknya diatur
dalam CPOB.
4
2.2 Persyaratan Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
wajib memperoleh izin industri farmasi dari Direktur Jenderal. Persyaratan untuk
memperoleh izin industri farmasi sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1) terdiri
atas:
4. Memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker Warga Negara
5. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat baik langsung atau tidak langsung
6. Dikecualikan dari persyaratan pada huruf (a) dan (b), bagi pemohon izin
Republik Indonesia.(1)
5
2.3 Izin Usaha Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16
undangan.
11. Daftar pustaka wajib antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir.
12. Surat pernyataan yang asli mengenai kesediaan bekerja penuh dari masing-
6
13. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab
14. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-
15. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat baik langsung
kefarmasian.
16. Paling lama dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
a. Sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
7
2. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur Jenderal dengan
elektronik.
6. Direktur Jenderal dapat mengubah bentuk dan isi formulir laporan sesuai
kebutuhan.(1)
mengenai kegiatan usahanya sekali dal enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat yang dihasilkan paling lambat tanggal 15 Januari dan 15 Juli
1. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
8
4. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi
yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan
agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan
menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas,
bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Prosedur yang dilakukan
dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi yang diproduksi
9
2.7 Aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Beberapa aspek CPOB antara lain :
1. Manajemen mutu
2. Personalia
4. Peralatan
6. Produksi
7. Pengawasan mutu
kembalian
10. Dokumentasi
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan bagi
pengguna karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”
yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran pada seluruh
10
Manajemen mutu di desain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar dlam
rangka mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan. Unsur dasar
1. Infrastuktur atau sistem mutu yang tepat. Unsur ini mencakup struktur
Pengawwassan Mutu
Bagian dari CPOB yang fokkus pada
pelaksanaan pengujian lingkungan
fasilitas,bahan,komponen dan sesuai
dengan standar
11
2.7.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Industri
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah
pengawasan mutu dan kepala bagian manajement mutu (pemastian mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian produksi dan
kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) atau kepala bagian pengawasan
dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda. Mengenai pelatihan, industri
12
2.7.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan untuk pembuatan obat memiliki ukuran, rancang bangun,
konstruksi, serta letak ynag memadai agar memudahkan dalam pelaksanaan kerja,
mempunyai ventilasi udara yang baik, serta sistem pengolahan limbah, serta
2. Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personil dan bahan atau produk atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil
13
Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan:
1. Penimbangan bahan
5. Pengolahan
6. Pencucian peralatan
7. Penyimpanan peralatan
9. Pengemasan
11. Pengemasan
hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penyimpanan atau terhadap ketepatan dan ketelitian fungsi dari peralatan. Area
yang menjadi perhatian utama dalam aspek bangunan dan fasilitas adalah area
sarana pendukung.
14
1. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
2. Area Produksi
sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat
mencegah pencemaran dan pencemaran silang, pengendali suhu dan, bila perlu,
luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada
3. Area Penyimpanan
menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti
bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,
15
4. Area Pengawasan Mutu
konstruksi yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Pasokan udara
5. Sarana Pendukung
hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak
boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang
letaknya terpisah. Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area
2.7.4 Peralatan
Peralatan harus dirawat menurut jadwal agar tetap berfungsi baik dan
catatan harian yang menunjukkan tanggal, waktu, kekuatan dan nomor batch atau
lot produk yang diolah dengan peralatan tersebut serta pelaksanaan pembersih.
16
2.7.5 Sanitasi dan Hygiene
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi hendaklah di terapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil,
pembersih dan desinfeksi dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
melalui suatu program sanitasi dan hygene yang menyeluruh dan terpadu. Untuk
dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih
kotor (yang dapat di pakai ulang) hendaklah di simpan dalam wadah tertutup
produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer juga
maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan, serta di jaga
dan di simpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum di pakai, kebersihan
nya di periksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bet
17
2.7.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin hasil produk yang
memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin
edar. Penanganan bahan dan produk jadi seperti penerimaan dan karantina,
distribusi hendaklah dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
1. Bahan Awal
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu
perihal pemasok. Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah
langsung dari produsen. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa
2. Validasi Proses
sesuai dengan prosedur yang telah dtetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan
18
hendaklah dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru
cocok untuk pelaksanaan produksi rutin dan bahwa proses yang telah ditetapkan
dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan akan senantiasa
ulang harus dilakukan secara rutin terhadap proses dan prosedur produksi untuk
memastikan bahwa proses dan prosedur tersebut tetap mampu memberikan hasil
yang diinginkan.(12)
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindari. Resiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.Tingkat
rsiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar.
Diantara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang dapat menimbulkan
tertentu, bahan sitotoksik dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
dalam dosis besar dan sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
19
4. Sistem Penomoran Batch dan lot
Penomoran batch dan lot harus dijelaskan secara rinci untuk memastikan
bahwa tiap batch atau lot produk antara, ruahan atau produk jadi dapat
diidentifikasi. Sistem penomoran batch atau lot yang digunakan pada tahap
batch dan lot harus menjamin bahwa nomor batch dan lot yang sama tidak dipakai
secara berulang. Alokasi nomor batch dan lot harus segera dicatat dalam suatu
buku log. Catatan tersebut harus mencakup tanggal pemberian nomor, identitas
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
dari gudang, area penyerahan atau antar bagian produksi sangat penting. Cara
pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tercakup dalam prosedur
tertulis. Semua pengeluaran bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan
20
6. Pengembalian
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan
benar dan direkonsiliasi. Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk
7. Pengolahan
dikendalikan agar selalu berada pada tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan
untuk memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan
awal, produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan
8. Kegiatan Pengemasan
yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang
dikemas.
21
9. Pengawasan Selama Proses
harus dilakukan selama proses dari tiap batch produk hendaklah dilaksanakan
sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu
dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksud untuk memantau hasil dan
mevaldasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
a. Selama parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah diperiksa
pengemasan induk.
22
yang ditentukan.Prosedur tertulis hendaklah mencantumkan cara penyerahan
11. Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan dan Obat Jadi
Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah tidak diletakkan langsung dilantai
dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya. Bahan dan produk
Obat yang baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
23
4. Memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk.
5. Ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk.
Pembuatan Obat yang baik (CPOB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspesi diri
harus dilakukan secara rutin dan disamping itu, pada situasi khusus misalnya
dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang
dan cacatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak
minimal dan seragam. Daftar ini hendaklah berisi pernyataan mengenai ketentuan
1. Personalia
24
5. Peralatan
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
25
2.7.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Produk dan Produk
Kembalian
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembai dari satu
atau beberapa batch atau seluruh batch produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila
ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresikoterhaap
kesehatan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
atau lasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan
keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan.
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setalah
1. Produk kembalian yan masih memenuhi spesifikai dan karena itu dapat
3. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses
ulang.
26
Prosedur hendaklah mencakup :
pengawasan mutu.
ulang.
2.7.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
personil memerima uraian tugas yang relavan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
induk atau formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan
27
2.7.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap batch produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu
(pemastian mutu).
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
lapran validasi.
4. Pelaksanaan validasi.
28
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut
29
BAB III
GAMBARAN UMUM
28
Kesehatan RI No. 43MenkesSKII1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik CPOB, bahwa setiap industri farmasi harus mengacu pada pedoman
tersebut, maka untuk memenuhi ketentuan tersebut PT. MUTIFA telah
membangun pabrik yang baru di Jl. Karya Jaya No. 68 Km 8,5 Namorambe. Pada
Mei 1994 produksi telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini
kegiatan administrasi juga telah dilakukan dilokasi tersebut.
Pada tanggal 27 Juli 1994 PT. MUTIFA diberikan sertifikat sebagai industri
farmasi yang telah memenuhi CPOB. Bentuk sediaan yang telah diproduksi
sampai saat ini terdiri dari 8 jenis sediaan yaitu : tablet, sirup, salep, serbuk oral,
serbuk obat luar dan cairan obat luar sebanyak 114 item. Pendistribusian sediaan
yang diproduksi PT. MUTIFA Medan meliputi wilayah : Provinsi Sumatera
Utara, Riau, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Untuk wilayah Sumatera obat
didistribusikan melalui PBF Mekada Abadi. Untuk memproduksi obat-obatan
dilakukan dengan sistem skala prioritas, yang mengutamakan obat yang lebih
cepat laku di pasaran. Hal ini tidak berlaku untuk obat Inpres dan Askes. Bahan
baku, yaitu bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk pembuatan sediaan obat diperoleh dari RRC, Amerika Serikat,
Jerman, Belanda, India, Taiwan, dan Switzerland melalui distributor masing-
masing.
29
3.2 Visi dan Misi Industri PT. Mutifa
30
3.3 Lokasi dan Sarana Produksi
PT. Mutifa Medan berada di JL. Karya Jaya No. 68 Km 8,5 Namorambe
Medan. Luas areal PT.Mutifa Meedan mempunyai luas areeal 9600 m2 dan luan
bangunan 6259 m2.
31
32
Sumber arus listrik brasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN),dengan apabila
arus listrik PLN terputus digunakan generator. Sumber air beraal dari sumur
a. Bangunan Utama
- Ruang Pertemuan
Manajer QA
- Gudang bahan Baku. Didalam gudang bahan baku ini terdiri dari ruangan seperti
Ruang kepala gudang bahan baku,ruang karantina ,ruang dingin, dan rang
sampling.
33
- Gudang bahan kemasan . Didalam gudang ini terdiri dari ruangan seperti
Ruang kepala gudang bahan kemasan,ruang etiket dan brosur, serta ruang dingin
- Gudang obat jadi. Didalam gudang ini terdiri dari ruangan seperti ruangg kepala
Gudang obat jadi,ruang karantina,ruang tempat obat jadi yang diluluskan, dan
- Ruang kelas E
- Ruang kelas F
d. Laboratorium
1) Bangunan β -Lactam
Produk beta laktam diproduksi didalam bangunan tersendiri dan terpisah dengan
produk non beta laktam. Bangunan ini jugga mempunyai sistem tata udara yang
berbeddan dan terpisah dengan produk non beta lakktam. Ruang produksi
kontaminasi silang terhadap proses produksi obat serta terlewatnya salah satu
2) Bangunan tekhnik
3) Bangunan R & D
4) Kantina
laktam dan non beta laktam. Supply udara yang disalurkan kedalam ruang
34
produksi ni berasal dar 2 sumber , yaitu berasal dari udara yang disirkulasi
kembali (Sebanyak 80%) dan berasal dari udara bebas (sebanyak 20%). Supply
udara tersebut kemudian melewati filter yang terdapat didalam filter house
35% ,medium fileter penyaringan sebesar 95% dan hepa filter efiensi 99.95%.
selanjutnya , Supply udara ini melewati colling coil (evaporator) yang akan
menurunkan satu (T) dan kelembaban relatif (RH) udara. Kemudian dipompa
melalui ducting (saluran udara) jumlah udara yang masuk ke dalam ruang
beta laktam maupun non beta laktam 20 kali perjam dan untuk koridor 25 kali per
jam.
35
3.5.1 Depatemen Produksi
Departemen produksi di PT. MUTIFAterdiri atas tiga bagian yaitu:
36
3.5.2 Departemen Pemastian Mutu/Quality Assurance(QA)
37
h.Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa
sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mututetap dijaga selama masa edar atau masa simpan obat.
i.Tersedia prosedur inspeksi diri atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu.
j.Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh
perusahaank.Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan didokumentas
l.Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak
pada mutu produk. m.Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui.
n.Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungani
38
produk yang dihasilkan.Bagian registrasi juga bekerja sama dengan
departemen R&D dalam melakukan pendaftaran terhadap obat baru.
Dalam waktu bersamaan dengan trial formulasi skala produksi yang
dilakukan oleh departemen R&D, bagian registrasi ini melakukan pendaftaran
produk ke BPOM. Bagian registrasi ini dibantu oleh seorang administrasi
desain yang bertugas membuat desain kemasan suatu produk.
39
3.5.6 Departemen Keuangan (Finance)
Departemen keuangan di PT. MUTIFAmerencanakan anggaran dan
kontrol biaya setelah ramalan penjualan (forecasting) dibuat oleh bagian
pemasaran, membayar biaya operasional industri dan mengurus
penggajian karyawan.
40
a. Production Planning Setelah ramalan penjualan (forecasting) dibuat
oleh bagian pemasaran (marketing), selanjutnya oleh bagian disusun
perencanaan produksi (production planning) dan Rencana Anggaran
Belanja Perusahaan (RABP) sebagai acuan untuk memenuhi permintaan
bagian pemasaran tersebut. Perencanaan produksi periodic (semester dan
triwulan).
1. rencana produksi
2. Infentory Control
Infentory (persediaan) di industri farmasi terdiri dari raw material (bahan
baku), packing maerial (bahan pengemas), finished Product (obat jadi), work in
process (Barang tengah jadi).
Tujuan diadakanya persediaan anatara lain:
a. Untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelangganb.
b. Untuk memperlancar proses produksi
c. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan
(stockout).
d. Untuk menghadapi fluktasi harga.
41
3.5.9 Pengolahan Limbah
Departemen teknik dan QC bekerja sama menangani limbah di PT.
MUTIFA. Departemen teknik memusatkan perhatian pada pemeliharaan
instalasi pengolahan limbah sedangkan departemen QC memantau proses
pengolahan limbah dan tolak ukurnya agar memenuhi persyaratan baku mutu
lingkungan. Limbah di PT. MUTIFAdibagi dua yaitu limbah beta laktam dan
limbah non beta laktam.
a. Limbah cair Limbah cair yang berasal dari gedung beta laktam dialirkan ke
bak/kolam perusakan cincin beta laktam dengan menggunakan larutan NaOH,
setelah itu dialirkan/digabung dengan limbah cair non beta laktam di
bak penampungan, dan seterusnya diolah bersama.
42
c. Limbah udara Limbah udara berupa debu produksi disedot dan
dikumpulkan oleh dust collector.
d. Limbah suara Limbah suara sistem penanganannya samadengan penanganan
limbah suara di non beta laktam
1.Limbah cair Limbah cair ini berasal dari limbah produksi, limbah
laboratorium, limbah domestik, dan limbah bengkel. Diagram sistem
pengolahan limbah cair dapat dilihat pada lampiran 6.Tolak ukur yang dipakai
untuk pemantauan limbah cair adalah berdasarkan baku mutu air limbah
yang diisyaratkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No.51/MENLH/10/1995tentang Baku Mutu Limbah Cair Industri.
2. Limbah padat
Limbah padat ini berasal dari:
a.Bekas kemasan bahan awal (bahan baku/bahan kemasan) seperti
kertas, kotak karton, wadah kayu/plastik/kaca, drum, kaleng.
b.Buangan proses produksi seperti tepung sisa proses, produk
antara/ruahan yang rusak atau kotor, kemasan (aluminium foil, botol, dus).
c.Buangan bahan hasil pengujian laboratorium seperti tablet bekas
pengujian kekerasan, waktu hancur, dan lain-lain.
d.Bahan awal dan produk jadi yang rusak.
e.Wadah bekas bahan produksi (plastik dan tong rusak)f.Limbah padat
domestik.
43
3.Limbah Suara
Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset, mesin sistem penunjang
(AHU, mesin boiler).Cara pengendalian limbah suara ini dapat diatasi dengan
menggunakan ear insert oleh pekerja. Tolak ukur yang digunakan untuk
pemantauan limbah suara adalah angka kebisingan dan getaran di dalam dan di
luar area pabrik yang diukur sesuai dengan angka kebisingan maksimum 65 dB
dan getaran maksimum 7,5 Hz.
44
BAB IV
dari tenaga kerja tetap yang merupakan tenaga kerja langsung adalah pekerja pada
terdaftar yang memiliki pengalaman praktis yang memadai pada bidang masing-
Medan mengirim pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai CPOB
ketentuan CPOB.
pemastian mutu, dan R & D dipimpin oleh manager yang berbeda, dimana
tugasnya secara efektif, serta tidak mempunyai kepentingan lain diluar pabrik
45
dilakukan pemeriksaan fisik maupun mental untuk menjamin karyawan mampu
pakaian kerja, sarung tangan, penutup kepala dan masker dalam proses produksi
tersebut.
produksi (dinding, lantai dan langit-langit) licin, bebas dari retakan dan
Produksi PT.Mutifa Medan sudah dilapisi dengan cat epoksi. Rancang bangun
juga dibuat sedemikian rupa dimana ara tablet, sirup, dan kapsul masing-masing
terpisah dari arus lalulintas barang yang masuk memiliki jalur yang terpisah
dengan jalur karyawan. Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam CPOB.
46
Menurut pengamatan kami, peralatan yang adda, telah dikalibrasi sesuai
dengan jadwal dan dirawat serta dibersihkan seccara teratur untuk menjaga mutu
produk yang dihasilkan tetap baik, namun ada beberapa mesin yang kemampuan
menyebabkan waktu kerja karyawan menjadi tidak effektif dan efisien, serta
antara dan produk ruah adalah bahan yang inert. Perawatan tiap perlatan
penghisap debu disebut dustcollector yang dilengkapi dengan saringan udara baik.
obat dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap agar selalu diperoleh obat jadi
yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Prosedur tetap pembuatan obat yang
kesiapan jalur dan dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan selama proses
47
saat bentuk pengawasan mutu produk IPC yang dilakukan adalah evaluasi
pada setiap waddah, alat dan ruangan yang sedang dipakai dalam proses produksi.
didokumentasikan.
totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa
obat yangg dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
terrsebut disebut produk jaddi. Produk jadi tersebut dikarantina terlebih dahulu
obat jaddi. Pemeriksaan dan pemastian mutu tidak hanya dilakukan saat proses
limbah cair. Limbah padat (debu) dari ruangan produksi dikumpulkan diruang
48
tempat penyimpanan , sementara limbah B3 dan kemudian dikirim ke perusahaan
Limbah cair yang sebagian besar nerasal dari sisa sampel bahan diuji,
pengolahan limbah cair yang mana limbah ccair ini nantinya akan ditampung
didalam penampungnya yang terdiri dari 5 bak yaitu bak penampung, yang mana
limbah cair yang berasal dari ruang produksi dialirkan dan ditampung dibak
menetralkan bahan organik yang terdapat pada limbah, lalu dialirkan ke dalam
bak aerasi yang terdiri dri 2 bak dimana bak tersebut terjadi penguraian bahan
BAB V
49
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambilkan dari hasil laporan
dan benar agar semua produk yang dihasilkam PT. MUTIFA memenuhi
persyaratan mutu, aman dan berkhasiat. Seperti pada pembuatan tablet, sirup,
kapsul dan obat luar, dari awal penimbangan bahan sampai pengemasan telah
memenuhi persyaratan.
berikut:
persyaratn.
50
5. Dalam pembuatan Sirup PT.Mutifa telah memenuhi kriteria sebagai
berikut:
Uji kadar zat berkasiat pada sirup telah memenuhi spesiffikasi yang
ditentukan
kontrol. Dan limbah cair yang dibuang telah memenuhi syarat baku mutu
lingkungan.
5.2 Saran
Penyusunan berharap karyawan maupun pekerja di PT. Mutifa
masing.
keseimbangan.
51
PT. Mutifa dapat lebih meningkatkan kualitas dan mutu untuk dapat
sumatra utara.
DAFTAR PUSTAKA
Farmasi.(Jakrta;Menkes.1990)
52
4. BPOM RI. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan
53