Anda di halaman 1dari 46

LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIK UMUM DAERAH PETALA BUMI PROVINSI RIAU

Praktek kerja lapangan (PKL) dilaksana dari tanggal 14 Januari sampai 3 Maret 2020.
Laporan ini disusun sebagai salah syarat untuk memenuhi kurikulum program SMK GEMA
NUSANTARA BUKITTINGGI.

Disusun Oleh:

Mahasiswa/i Smk Kesehatan Gema Nusantara Bukittinggi.

Disetujui Oleh:

Kepala kabit penunjang Pembimbing praktek


RSUD Petala Bumi Pekanbaru Kerja Industri

MUFTI UTAMA S,farm.Apt DIAN RIZKY,A.Md, Farm


NIP. 19810210 201102 1 001
Disetujui Oleh:

Kepala Sekolah Kepala Instalasi Farmasi


Smk Kesehatan Gema Nusantara RSUD Petala Bumi Pekanbaru

DEFI ENDRI MM,M.Pd FIRDAUS, S.Si, Apt, M.Farm


NIP. 19740907 199802 1 001 NIP. 19790412 201012 1 001
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya berupa kekuatan lahir dan
batin, serta semangat pada penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan praktek Industri
(PRAKERIN). Penyusun menyajiakn hasil seluruh kegiatan yang telah dilakukan selama
penyusun dalam masa kegiatan praktek kerja lapangan yang telah dilaksanakan di Instalasi
Farmasi RSUD PETALA BUMI.
Praktek kerja lapangan dimulai pada tanggal 14 Januari 2020 sampai dengan tanggal 03
Maret 2020. Adapun tanpa adanya bantuan dari pihak lain, penyusun tidak akan mampu
menyelesaikan laporan praktek kerja industri ini, oleh karena itu penyusun mengucapkan
banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam laporan ini terutama kepada:

1. Ibu Drg. Hj. Sumiarti, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi.
2. Bapak Firdaus S.Si,Apt,M.Farm, Selaku kepala Instalasi Farmasi RSUD Petala
Bumi.
3. Bapak Mufti Utama S,Farm.Apt, Selaku Kepala ruangan/Pembimbing Apotek
RSUD Petala Bumi.
4. Apoteker dan serta seluruh karyawan/i yang telah membantu selama praktek kerja
Industri (PRAKERIN) di RSUD Petala Bumi.
5. Bapak Defi Endri Mm,M.Pd, Selaku kepala sekolah Smk Terpadu Gema Nusantara
Bukittingi.
6. Ibu khuntum khaira Amd.farm, Selaku ketua jurusan farmasi Smk Terpadu Gema
Nusantara Bukittinggi.
7. Bapak Dian Rizky,A.Md.Fram, selaku pembimbing kegiatan praktek kerja Industri di
Rsud Petala Bumi Pekanbaru.
8. Bapak/Ibu Staf dan Guru Smk Terpadu Gema Nusantara Bukittinggi.
9. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
10. Teman-temannya telah ikut membantu penulisaan pihak-pihak yang tidak dapat
penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga selasainya laporan
praktek kerja lapangan ini.

2
Yang terakhir, Penulis minta maaf apabila selama melaksanakan Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN) di RSUD Petala Bumi banyak melakukan kesalahan. Selain itu,
penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Industri ini tidak terlepas dari kata
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, mengharapkan adanya kritikan dan saran untuk
menyempurnakan laporan praktek kerja lapangan.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
PEKANBARU, ...........Maret 2020

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri.....................................................................1
1.3 Waktu dan Tempat......................................................................................2
BAB II TUJUAN UMUM
2.1 Rumuah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit............................................................................3
2.1.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit................................................................3
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit............................................................................4
2.1.4 Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit..........................................................4
2.1.5 Tugas Pokok Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit....................................5
2.1.6 Fungsi Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit...............................................5
2.1.7 Pengelolaan Obat di Rumah Sakit............................................................6
2.1.8 Gambaran Umum Rumah sakit.................................................................6
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)........................7
2.2.2 Bidang Pekerja di IFRS.............................................................................7
2.2.3 Struktur Organisasi IFRS..........................................................................7
2.2.4 Tenaga Teknis Kefarmasian......................................................................8
2.3 PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PETALA BUMI
2.3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi Pekanbaru................11
2.3.2 Visi, Misi dan Motto RSUD Bumi Pekanbaru........................................11
2.3.3 Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi Pekanbaru...............12
2.3.4 Lokasi Rumah Sakit Umum dareah Petala Bumi....................................12
2.3.5 Sarana dan Prasarana..............................................................................13
BAB III KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3.1 Kegiatan Pelaksanaan Prakerin..................................................................16

4
3.2 kegiatan Pelayanan Resep di Apotek RSUD Petala Bumi.........................16
3.3 kegiatan Pengelolaan di Gudang Farmasi..................................................18
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penggolangan Obat di Rumah Sakit.............................................................20
4.2 Obat Rusak Atau Kadaluarsa........................................................................21
4.2.1 Kondisi yang mempercepat Kadaluarsa Obat ........................................22
4.2.2 Efek Memium Obat yang Rusak Atau Kadaluarsa.................................22
4.2.3 Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau kadaluarsa......................22
4.2.4 Cara Penangan an Obat Yang Sudah Rusak atau kadaluarsa..................22
4.2.5 Cara Penghancuran Obat Rusak atau kadaluarsa....................................23
4.3 Pengelolaan NarkotIka Dan Psiotropika di Rumah Sakit..........................24
4.3.1 Pengelolaan Narkotika............................................................................24
4.3.2 Pengelolaan Psikotropik..........................................................................25
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................27
5.2 Saran.................................................................................................................27
5.2.1 Untuk sekolah.........................................................................................27
5.2.2 Untuk IFRS.............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................29

5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyerahan dan penerimaan obat........................................................29

Lampiran 2. Etiket untuk obat pemakaian luar dan dalam.......................................30

Lampiran 3. Copy Resep Dokter dan Online...........................................................30

Lampiran 4. Gelang Pasien......................................................................................30

Lampiran 5. Plastik Obat.........................................................................................31

Lampiran 6. Kartu Stok Obat...................................................................................31

Lampiran 7. Penyimpanan Obat...............................................................................31

Lampiran 8. Kelengkapan Peracikan Obat.............................................................33

Lampiran 9. Tempat Obat.......................................................................................34

Lampiran 10. Alat Kesehatan ..................................................................................38

6
7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Khususnya garis-garis besar program


pengajaran disebutkan bahwa pendidikan Menengah Kejuruan sebagai bagian dari
Pendidikan Menengah dalam sistem pendidikan Nasional bertujuan Mempersiapkan siswa
untuk memasuki lapangan kerja serta Mengembangkan sikap profesionalisme, Mempersiapkan
siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetisi dan dapat mengembangkan diri,
Mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia kerja dan
industri pada saat ini maupun pada saat yang akan datang mempersiapkan tamatan agar
menjadi warga negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

Melihat tujuan diatas, perlu adanya suatu cara untuk meningkatkan, memperluas dan
memantapkan keterampilan yang dimilik siswa sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja
yang dipilih sehingga tidak merasa canggung bila memasuki ke dunia kerja, agar siswa
mengetahui dan mengenal lapangan kerja yang sesungguhnya.
Maka dibuatlah program praktek kerja lapangan sebagai wujud dari pelaksanannya
Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Praktek kerja lapangan ini merupakan suatu bentuk
penyelenggaraan kegiataan dari sekolah yang memadukan secara sistematis dan sinkron
anatara program pendidikan disekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui
kegiatan bekerja langsung didunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian prefesional.
Dalam dunia kerja banyak orang-orang yang belum profesional dalam bidangnya
masing-masing. Oleh karena itu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan kegiatan
PRAKERIN ini, mengenalkan siswa kepada dunia usaha dan memberikan dasar kepada siswa
untuk mengetahui dunia kerja secara langsung.
Dalam era globalisasi sekarang tidak sedikit orang yang dengan mudah bekerja sesuai
jurusan yang dipilihnya, tetapi SMK dengan jurusan-jurusannya itu dapat menyiapkan siswa
untuk siap kerja, sehingga dapat membantu siswa agar lebih terampil dan mempunyai
wawasan yang luas sebelum bekerja.

1.2 Tujuan Praktek kerja industri (prakerin)

1.2.1 Tujuan Umum

Dengan adanya prakerin diharapkan dapat mengimplementasikan materi yang selama


ini didapatkan dan diterapkan dengan baik dan menghasilkan tenaga kesehatan kefarmasian
tingkat smk atau menegah yang profesional, terampil, komunikasi efetif, terlatih dan dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang dinilai baik oleh masyarakat.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menerapkan keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari rumah sakit
secara efisien, efektif dan optimal.

1
2. Untuk mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem pengelolaan
perbekalan farmasi dan pelayanan obat di Rumah Sakit.
3. Meningkatkan dan menetapkan keterampilan siswa sebagai bekal untuk memasuki
dunia kerja sesuai dangan program keahliannya.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu keterampilan yang
dapat secara teori selama masa pendidikan, serta yang belum diberikan secara
intensif disekolah secara terpadu.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan sikap dispilin kerja, etika
yang baik dan penampilan yang baik sebagai tenga kesehatan.
6. Menjaga hubungan antara sekolah dan dunia kerja.
7. Memberikan pemahaman mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai seseorang
tenaga teknis kefarmasian.
8. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomis, bisnis, kewirausahaan dan
produktif.
9. Memilik sikap profesional untuk memudahkan memasuki lapangan perkerjaan
dibidang kefaramasian.

1.3 Waktu dan Tempat


Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini kami laksanakan pada:

Tanggal :14 Januari 2020 – 03 Maret 2020


Waktu :
Shift Pagi : 07:30 - 14:00
Shift Siang : 14:00 - 21:00
Shift Malam : 21:00 - 07:30
Tempat :Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi Provinsi Riau
(RSUD PETALA BUMI)
Jalan Dr. Soetomo No. 65 Pekanbaru - Riau

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RUMAH SAKIT

2.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan Keputusan Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


340/MENKES/PER/III/2010 adalah:

Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan rawat darurat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 TAHUN 2016,


Tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Tugas Rumah Sakit :

1. Menyelenggarakan pencegahan penyakit dan melaksanan upaya rujukan


kesehatan serta penyelenggarakan pendidikan, pelatihan, penelitian dan
pengembangan kesehatan.
2. Melaksanakan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis.
3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
4. Melaksanakan pelayanan rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap.
5. Menyelenggarakan pelayanan rujukan kesehatan.

Fungsi Rumah sakit:

1. Penyelenggaraan kebijakan dan pelaksanaan tugas pada Bagian Tata Usaha,


Bidang Pelayanan Medik, Bidang Keperawatan dan Bidang Penunjang Medik.
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pada Bagian Tata Usaha, Bidang
Pelayanan Medik, Bidang Keperawatan dan Bidang Penunjang Medik.
3. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pada Bagian Tata Usaha,
Bidang Pelayanan Medik, Bidang Keperawatan dan Bidang Penunjang Medik.
4. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan ruang lingkup tugasnya.
5. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
ruang lingkup tugasnya.
6. Penyelenggaraan tugas dan fungsi lain sesuai dengan tugas dan fungsinya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3
2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Tipe A


 Memberi pelayanan kesehatan rujukan tertinggi alias pusat.
 Rumah Sakit disebut rujukan fasilitas kesehatan tingkat tiga.
 Memberi pelayanan yang lebih lengkap mulai dari yang umum.
 Sampai subspesialis hingga kedokteran spesialis oleh pihak pemerintah.
2. Rumah Sakit Tipe B
 Memiliki kedokteran medis spesialis luas dan subspesialias terbatas.
 Peleyanan kesehatan rujukan dari setiap rumah sakit di kabupaten.
3. Rumah Sakit Tipe C
 Meberikan pelayanan hanya kedokteran subspesialis, namun sifatnya terbatas.
 Misalnya, pelayanan penyakit dalam:
- bedah
- kesehatan anak
- bidan
- kandungan
4. Rumah Sakit Tipe D
 Tipe C RS sementara atau transis.
 Jika pasien yang awalnya melakukan pemeriksaan di puskesmas kemudian
dirujuk ke rumaah sakit tipe D.
 Pasien Membutuhkan Penanganan Yang Lebih Lanjut, Maka Rumah Sakit
Tipe D Ini Akan Membuat Surat Rujukan Ke Faskes Yang Lebih Tinggi.
5. Rumah Sakit Tipe E
 Dikhususkan hanya memberikan satu pelayanan kesehatan saja misalnya:
o Khusus jantung.
o Paru.
o Ibu
o Anak
o Kanker

2.1.4 Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Kefarmasian di rumah sakit adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dan seluruh
aspek kefarmasian yang diperlukan di rumah sakit. Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu
informasi dan konsultasi seputar obat.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan


farmasi, pengadaan, pengamanan, penyimpanan dan distribusi obat, serta pengembangan
perbekalan farmasi.

4
Pelayanan peracikan obat hingga distribusi obat bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan maupun pasien umum.

2.1.5 Tugas pokok pelayanan farmasi di rumah sakit

Berdasarkan kepmenkes No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan


farmasi dirumah sakit, tugas pokok farmasi rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.


b. Menyelengarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi.
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi.
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan dibidang farmasi.
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah
sakit.

2.1.6 Fungsi pelayanan farmasi dirumah sakit


A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Memilih perbekalan sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku.
 Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi ketentuan yang
berlaku.
 Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
 Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
 Pelaporan dari pendistribusian perbekalan farmasi dari setiap unit.
 Pemusnahaan dari setiap perbekalan farmasi yang melewati masa ED.
B. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Alat Kesehatan Di Rumah Sakit
 Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien.
 Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
 Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
 Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
 Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga.
 Melakukan penyimpanan nutrisi parenteral.

5
 Melakukan penanganan obat kanker.
 Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
 Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
 Melaporkan setiap kegiatan.
2.1.7 Pengelolaan perbekalan farmasi.

Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut


persyaratan yang ditetapkan :

a. Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya.


b. Dibedakan menurut suhu dan kestabilannya.
c. Mudah atau tidaknya meledak.
d. Tahan atau tidaknya terhadap cairan.

Indikator Penyimpanan tersebut antara lain :

a. Persentase kesesuaian data stok antara barang (fisik) dengan kartu stok atau data
computer.
b. Turn Over Ratio (TOR).
c. Sistem penataan gudang.
d. Persentase stok mati.

2.1.8 PROFIL RUMAH SAKIT DAERAH PETALA BUMI

Sejarah Rumah Sakit Petala Bumi

Berdasarkan Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 Riau No Inst. 06/XII/1974


tanggal 09 Desember 1974, berdirilah Pusat Kesehatan Masyarakat Petala Bumi Sekretariat
Wilayah atau Daerah Tingkat I Riau, yang selanjutnya disebutkan dengan HC (Health
Centre) Petala Bumi, berkedudukan di Jalan Petala Bumi Pekanbaru.

HC Petala Bumi merupakan suatu Badan Usaha yang bergerak di bidang pengobatan
dan pelayanan kesehatan, khusus untuk pegawai beserta keluarganya di dalam Sekretariat
Wilayah atau Daerah Tingkat I Riau yang pada dasarnya bersifat sebagai suatu usaha sosial.

Tujuan dari HC Petala Bumi ialah meningkatkan derajat kesehatan pegawai serta
keluarganya di lingkungan Sekretariat Wilayah atau Daerah Tingkat I Riau.

Berdasarkan Perda Provinsi Riau No 09 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Daerah, HC Petala Bumi menjadi UPTD Dinas Kesehatan Provinsi Riau,
menjadi RS Petala Bumi dan pindah ke bangunan di jalan Dr. Soetomo no 65 Pekanbaru.
Bangunan tersebut merupakan milik Departemen Tenaga Kerja yang semula diperuntukkan
sebagai RS Khusus Tenaga Kerja. Selanjutnya diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Riau
menjadi RS Petala Bumi.

6
Pada Tahun 2010, RS Petala Bumi terintegrasi pada pada Kementerian Kesehatan
dengan kode registrasi Nomor 1471091.

Susunan Organisasi dan tata kerja RSUD Petala Bumi sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan Gubenur Nomor 51 Tahun 2015 sebagai berikut :

1. Direktur
2. Kepala Bagian Tata Usaha
a) Perencanaan dan Evaluasi.
b) Keuangan dan Perlengkapan.
c) Umum dan Kepegawaian.
3. Kepala Bidang Pelayanan V Medik
a) Perencanaan Pelayanan Medik.
b) Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Medik.
4. Kepala Bidang Sarana Penunjang Medik
a) Kasi Perencanaan Penunjang Medik.
b) Kasi Monitoring dan Evaluasi Penunjang Medik.
5. Kepala Bidang Keperawatan
a) Kasi Perencanaan Keperawatan.
b) Kasi Monitoring dan Evaluasi Keperawatan.

DIREKTUR
KOMITE MEDIK

KOMITE KEPERAWATANAN

SATUAN PEMERIKSA INTERNAL

KOMITE PROFESIONAL LAINNYA

BAGIAN TATA BIDANG BIDANG BIDANG


USAHA PELAYANAN MEDIK PENUNJANG KEPERAWATAN
MEDIK

SUB BAGIAN SEKSI PERENCANAAN SEKSI PERENCANAAN SEKSI


PERENCANAAN PELAYANAN MEDIK PENUNJANG MEDIK PERENCANAAN
PROGRAM KEPERAWATAN

SUB BAGIAN SEKSI MONEV SEKSI MONEV SEKSI MONEV


KEUANGAN PELAYANAN MEDIK PENUNJANG MEDIK KEPERAWATAN

SUB BAGIAN UMUM


& KEPEGAWAIAN

INSTALASI

7
2.1.9 Visi , Misi Dan Motto Rumah Sakit Petala Bumi

Visi RSUD Petala Bumi:

Unggul dalam Pelayanan

Misi RSUD Petala Bumi:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau.


2. Meningkatkan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia menuju Rumah Sakit
C plus.
3. Mewujudkan pengelolahan administrasi secara transparan dan bertanggung jawab.

MOTTO RSUD Petala Bumi

R = Ramah
S =Santun
P =Peduli
B =Bertanggung Jawab

2.1.10 Sarana dan Prasarana

Pelayanan kesehatan yang ada di RSUD Petala Bumi Pekanbaru

a. Pelayanan gawat darurat 24 jam.


b. Pelayanan rawat jalan meliputi
1. Poliklinik Spesialis Bedah.
2. Poliklinik Spesialis Anak.
3. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam.
4. Poloklinik Spesialis Kebidanan Dan Kandungan.
5. Poliklinik Spesialis Mata.
6. Poliklinik Spesialis Syaraf.
7. Poliklinik spesialis THT.
8. Poliklinik Spesialis Gigi.
9. Poliklinik Spesialis Kulit & Kelamin
10. Poliklinik Spesialis Jantung.
11. Poliklinik Spesialis Paru.

8
c. Pelayanan Rawat Inap
Kapasitas tempat tidur untuk rawat inap disediakan sebanyak 95 TT,yaitu :
Kelas I : 25 TT
Kelas 2 : 20 TT
Kelas 3 : 51 TT
d. Pelayanan Instalasi Bedah Sentral Meliputi :
Tindakan operasi baik umum maupun persalinan.
e. Pelayanan Penunjang meliputi :
1. Instalasi Radiologi yang dilengkapi dengan CT Scan.
2. Instalasi Laboratorium 24 Jam.
3. Instalasi Farmasi 24 Jam.
4. Instalasi Gizi.
5. IPAL.
6. Medical record (MR).
7. Laundry atau CSSD.
8. Fisioterapi.
9. Konsultasi Gizi.

Tujuan Umum RSUD Petala Bumi adalah :

Tujuan Umum RSUD Petala Bumi, yaitu terselenggaranya pembangunan kesehatan


secara berhasil guna dan berdaya dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

Tujuan Khusus RSUD Petala Bumi adalah :

A. Meingkatkan kualitas pelayanan.


B. Memberikan kemudahan pelayanan.
C. Tercapainya tingkat pemanfaatan sarana pelayanan rumah sakit.
D. Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten.
E. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana rumah sakit.
F. Sistem administrasi rumah sakit yang memenuhi peraturan.

9
Pelayanan kesehatan yang tersedia di RSUD Petala Bumi :

A. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam.


B. Pelayanan Rawat Jalan meliputi.

2.2 INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PETALA BUMI

2.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)

A. Tugas Instalasi Farmasi di Rumah Sakit (IFRS)


 Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
 Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
 Menyelenggarakan pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan.
B. Fungsi Rumah Sakit
 Penyelenggaran pelayanan pengobatan dan pemilihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
 Pemeliharan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
 Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
 Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2.2 Bidang Pekerja di Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS)

APOTEKER ASISTEN BIDAN UMUM


APOTEKER
1 Ka. Inst 1
2 Gudang 1 4 1
Farmasi
3 Apotek 5 12 4
4 Depo Ok 1
5 Pejabat 1
Pengadaan
6 Gas Medis 3
7 PPTK 1
8 Adm BPJS 1 1
9 Tugas 1
Belajar
Total 10 17 1 9

10
2.2.3 Struktur Organisasi IFRS RSUD PETALA BUMI

Plt. DIREKTUR

KEPALA INSTALASI FARMASI

ADMINISTRASI

KOORDINATOR BIDANG KOORDINATOR BIDANG KOORDINATOR


PENGELOLAAN SEDIAAN PELAYANAN FARMASI KLINIK BIDANG MANAJEMEN MUTU
FARMASI,ALKES DAN BMHP

PENANGGUNG JAWAB PENANGGUNG JAWAB


LOGISTIK SEDIAAN FARMASI APOTEK DAN DEPO FARMASI

STAF STAF
PENANGGUNG JAWAB LOGISTIK PENANGGUNG JAWAB
ALAT KESEHATAN DAN BAHAN
FARMASI KLINIS
MEDIS HABIS PAKAI

STAF STAF

PENANGGUNG JAWAB GAS


MEDIS

STAF

2.2.4 Tenaga Teknis Kefarmasian

Pengertian Tenaga Teknis Kefarmasian

Menurut Peraturan Pemerintah 51 Tahun 2009 Tentang pekerjaan kefarmasian


adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

11
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelanyanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional.

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madia Farmasi dan Tenaga
Menengah Farmasi atau Asisten Apoteker.

Tugas dan fungsi tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 pasal 5 Tahun


2009, Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:

1) Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi.


2) Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi.
3) Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi.
4) Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi.

Pekerjaan Kefarmasian Dalam Pengadaan Sediaan Farmasi di Pasal 6:

1. Pengadaan Sediaan Farmasi dilakukan pada fasilitas produksi, fasilitas


distribusi atau penyaluran dan fasilitas pelayanan sediaan farmasi.
2. Pengadaan Sediaan Farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan oleh Tenaga kefarmasian.
3. Pengadaan Sediaan Farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat
dan khasiat Sediaan Farmasi.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengadaan Sediaan Farmasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam
Peraturan Menteri.

Tugas Tenaga Teknis Kefarmasian:

Gudang Farmasi

 Mengecek stok barang (stock opname) tiap bulan untuk semua barang dan
sampling untuk beberapa barang tiap harinya. Kebijakan tiap kapan stock
opname ini dilaksanakan bisa berbeda di tiap rumah sakit.
 Membantu apoteker merencanakan serta memesan obat dan alat kesehatan
untuk seluruh rumah sakit tiap periode tertentu.
 Menerima barang yang diantarkan distributor dan mengecek kesesuaian barang
tersebut dengan faktur dan surat pesanan.

12
 Menyiapkan obat dan alat kesehatan yang dipesan satelit farmasi rawat jalan
atau rawat inap dan unit lainnya di rumah sakit.

Apotek Farmasi Rawat Jalan

 Menerima resep yang masuk dari pasien, mengonfirmasi apa saja obat yang
ditanggung oleh BPJS atau harga obat untuk pasien umum.
 Mengambil obat yang masuk kekomputer dan melakukan telah terhadap obat
yang diambil atau diminta oleh pasien dan membantu melakukan dari aspek
administratif dan farmasetisnya seperti nama, bentuk sediaan, jumlah, dan
etiket, etiket putih atau biru . Kalau terhadap obat yang menentukan dosisnya
atau aturan pakai biasanya itu apoteker yang melakukannya.
 Compounding (meracik obat) dan dispensing (mengambil dan mengemas obat
sesuai resep yang diminta oleh dokter atau pasien)
 Menghubungi dokter untuk mengonfirmasi resep yang bermasalah seperti
barang yang gak ada, salah aturan pakai dan menganti obat dengan yang lain
klu gak ada dan melakukan retur untuk obat yang bermasalah.
 Tenaga teknis kefarmasian membantu tenaga apoteker karena apoteker terbatas
dan semuanya sudah berbagi tugas menyerahkan obat kepada pasien dan
menelaah resep yang masuk.

Memberikan informasi tentang obat harus benar, jelas dan mudah dimengerti
serta cara penyampaiannya harus menggunakan bahasa yang mudah mengerti oleh pasien dan
harus dengan kebutuhan, selektif, etika, bijaksana dan hati-hati. Informasi yang diberikan
meliputi:

1) Cara pemakaian obat.


2) Cara penyimpanan obat.
3) Jangka waktu pengobatan.
4) Makanan dan minuman .
5) Infomasi lain yang diperlukan.

13
14
BAB III

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Kegiatan Pelaksanaan Prakerin

Selama kegiatan praktek kerja industri di RSUD Petala Bumi siswa/i di tempat masing-
masing dipelayanan dan gudang menggunakan sistem bergiliran setiap tiga hari. Siswa/i
bertugas dirawat inap, rawat jalan, gudang dan IGD. Bertujuan agar siswa/I mendapatkan
ilmu pengetahuan yang belum pernah didapatkan disekolah .

Apotek melakukan pelayanan mulai pukul pagi 07:30-14:00 WIB rawat jalan, rawat inap
dan IGD, siang 14:00-21:00 WIB dan malam 21:00-07:30 WIB Rawat jalan melayani
pasien umum dan BPJS selain menyerahkan resep juga menyerahkan kelengkapan syarat
tertentu sesuai yang disyaratkan rumah sakit umum daerah petala bumi.

Kegiatan di rawat jalan meliputi pelayanan resep yang diawali dengan menggunakan
sistem e-resep, untuk pasien rawat jalan dari poli, kalau untuk pasien BPJS datang ke Apotek
hanya membawa SEP ssebagai bukti datang pasien dengan sebagiannya dan pasien umum
dengan membayar tagihan obat, kalau untuk jamkesda atau kps dengan menunjukan kartu
berobatnya.

Resep masuk melalui e-resep (online) dengan cara di verifikasi terlebih dahulu, selesai
verifikasi dengan sebagiannya, print resep beserta bilingnya, obat disiapkan serta ditulis
etiketnya dan diserahkan didepan oleh apoteker.

Kegiatan di rawat inap sama perlakuannya, cuman membedakannya adalah kalau rawat
inap item yang diminta atau obat yang dibeli adalah obat, alkes atau BHP, kalau pagi obatnya
diantar ke atas, kalau sore atau malam obat diambil oleh keluarga pasien atau perawat yang
sedang bertugas.

3.2 Kegiatan Pelayanan Resep di Apotek RSUD PETALA BUMI

1. Resep Datang
Ketika di apotek, resep masuk kesistem komputer atau melalui e-resep
(Online) dengan cara diverfikasi terlebih dahulu , selesai di verfikasi , lalu diprint
resep beserta bilingnya.
2. Skrining Resep
Selanjutnya pihak memberikan resep kepada petugas penyekrening resep
(harus apoteker) segera melakukan skrining resep. Skirining resep ini antara lain:
1. Skrining administratif yaitu berguna untuk menghindari kesalahan penulisan
resep maupun pemalsuan resep:
• Resep Lengkap
2. Skrining farmasetis yaitu menyesuaian dengan kondisi pasien.
• Benar Obat.
• Benar bentuk, kekuatan dan jumlah.

15
3. Skrining klinis. Apabila tahap skrining ini bermasalah, maka kita harus dapat
mencari solusinya lalu memberikan solusi itu kepada dokter.
• Benar dosis, frekuensi dan aturan pakai.
• Benar rute pemberian.
• Tidak ada interaksi obat.
• Tidak ada duplikasi.
• Tidak ada alergi dan kotradiksi.
3. Pemberian Harga
Apabila pasien dengan harga yang kita berikan, maka akan segera dilakukan
penyiapan atau peracikan obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien tidak
setuju dengan harga yang diajukan. Maka penanganannya adalah mengajukan obat
alternative dengan jenis, jumlah, jumlah item dan harga sesuai kemampuan pasien.
Disinilah terkadang akan muncul copy resep. Karena dengan copy resep ini pasien
biasa menembus setelah obatnya terlebih dahulu, baru setelah itu, biasa ditembus
waktu berikutnya.
4. Penyimpanan atau peracikan
Tahap yang dilakukan pada penyiapan atau peracikan obat antara lain
penyiapan atau peracikan, dan penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahap ini
tidak harus apoteker, bias tenaga ahli kesehatan seperti Asisten apoteker, ataupun
tenaga terlatih lainnya.
5. Pemberian informasi, edukasi, dan konseling
Apoteker harus memberikan informasi yang benar:
1. Jelas dan mudah di mengerti yaitu berapa kali sehari minum obat, jam
berapa, sebelum atau sesudah makan dan efek samping obat.
Prinsip 7 benar pemberian obat pasie:
1. Benar pasien.
2. Benar obat.
3. Benar dosis.
4. Benar waktu cara pemberian.
5. Benar cara pemberian.
6. Benar kadaluarsa.
7. Benar pendokumentasian.
2. Akurat yaitu Pasien mengerti terhadap instruksi dari apoteker penyerahan
obat dan pasien disuruh mengulangi lagi sehingga terhindar dari kesalahan,
ED, penyimpanan obat dan cara pakainya.
3. Pemberian label atau etiket informasi tambahan untuk obat. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi:
- Nama pasien.
- Tanggal penulisan resep.
- Aturan pemakaian obat.
- Nama obat.
- Dosis obat.
- Tanggal ED.

16
3.3 Kegiatan Pengelolaan di Gudang Farmasi

Definisi gudang farmasi

Adalah tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusi dan pemeliharaan barang


persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan yang bertujuan akan
digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di kabupaten atau kodya yang
bersangkutan.

Kedudukan Gudang Farmasi

Sebagai teknis pelayanan yang dilakukan oleh gudang adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan

Penerimaan dan Pemeriksaan barang merupakan proses lanjutan setelah pengadaan dan
pelelangan barang selesai. Rekanan mengirimkan barang yang telah dipesan, diterima dan
dilakukan pemeriksaan barang. Pemeriksaan barang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
barang yang diterima (sesuai dengan spesifikasi obat) dengan SP. Selain itu dengan
pemeriksaan dapat diketahui kondisi barang yang diterima dan batas Expired Date (ED).

Syarat penerimaan barang:


1) Barang perbekalan farmasi sangat diupayakan bersumber dari penyediaan barang
atau jasa.
2) Obat dan alat kesehatan harus memiliki sertifikat anlisis.
3) Perbekalan farmasi khususnya harus menyertakan MSDS (Material Safety Data
Sheet) minimal pada pengiriman pertama kali.
4) Pemeriksaan kesesuaian jumlah barang dengan dukumen pengirimaan.
5) Pemeriksaan kesesuaian jenis dan spesifikasi barang dengan surat pesanan.
6) Barang yang diterima harus dalam keadaan baik.
7) Khusus untuk alat kesehatan atau kedokteran harus mempunyai certificate of
origin.
8) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun kecuali perbekalan farmasi resmi yang
memang tanggal kadaluwarsanya pendek.

2. Penyimpanan

Tujuan penyimpanan adalah menjaga dan memelihara mutu barang, menjaga


kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan serta menghindari
penggunaan yang tidak bertanggung jawab.

Kegiatan penyimpanan meliputi:

1. Pengaturan tata ruang.


2. Penyusunan stok.
3. Pengamanan mutu obat.
4. Pencatatan mutu obat.

17
5. ED.
6. Penyimpanan Khusus:
1. Obat High Alert
High Alert atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang
secara signifikasi berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan
salah atau pengelolaan yang kurang tepat.
Lemari diberi tanda batas merah dan diberikan stiker penandaan obat high
alert sebagai tanda obat yang berbahaya dan ditempelkan stiker obat High
Alert pada kemasan obat.
- Tempelkan label obat high alert pada setiap dos obat.
- Beri stiker obat high alert pada setiap ampul high alert yang akan
diserahkan kepada perawat.
- Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya dan diberi
stiker high alert.
- Sebelum perawat memberikan higah alert dilakukan double check
kepada perawat lain untuk memastikan 5 benar (Pasien, obat, dosis,
rute, waktu)
- Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, tempel stiker label nama obat pada botol infus dan diisi
dengan catatan sesuai ketentuan.
2. Obat Norum dan Lasa
Diberi label Norum dan Lasa warna kuning dan dilarang disimpan
berjejeran.
3. Obat Narkotik dan Psikotropik
- Terbuat dari bahan yang kuat.
- Harus diletakan disudut ruangan instalasi farmasi.
- Mempunyai dua pintu dengan dua buah kunci yang berbeda.
4. Obat Termolabil
- Menyusun obat ke dalam lemari pendingin penyimpanan obat di
instalasi farmasi.
- Membuat label nama obat dan menempelkan di rak obat termolabil
- Mengelompokkan obat termolabil berdasarkan cara pemakaiannya di
lemari pendingin.

Sistem penyimpanan barang digudang farmasi dikelompokan sesuai dengan jenis


persediaan, sifat fisika dan kimia, diurutkan sesuai dengan abjad, kemudian diletakan
berdasarkan FIFO (First in First Out).

3. Distribusi

Pendistribusi dari gudang farmasi ke farmasi sesuai dengan surat permintaan dari masing-
masing instalasi farmasi tersebut.

Permintaan barang dikelola dengan teknis operasional sebagai berikut:


18
1. Memeriksa formulir permintaan apakah ada persetujuan dari pejabat yang
berwenang.
2. Memeriksa persedian perbekalan farmasi yang diminta apakah tersedia atau tidak.
3. Menanyakan kembali apabila ada permintaan yang berlebihan atau tidak wajar.
4. Mengeluarkan perbekalan yang diminta secara FIFO atau FEFO.
5. Mencatat di kartu stok: tanggal pengeluaran, jumlah barang, dan unit peminta.
6. Menuliskan keterangan atau alasan pada salinan formulir permintaan apabila ada
permintaan yang tidak terlayani.
7. Mencatat perbekalan farmasi yang tidak terlayani dalam buku catatan evaluasi.
8. Meminta tanda tangan atau pengesahan kepala instalasi farmasi atau kepala sub
instalasi perbekalan farmasi sebagai tanda setujuanya permintaan.
9. Menyerahkan perbekalan farmasi yang diminta kepada petugas dari unit peminta.
10. Mangarsipkan formulir.

19
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Macam-macam bentuk sediaan obat


1. Tablet.
2. Kaplet.
3. Sirup.
4. Injeksi.
5. Inhalasi.
6. Kapsul.
7. Injeksi serbuk
8. Pil.
9. Tetes.
10. Salep.
11. Suppositoria.
4.2 Penggolongan obat di rumah sakit

Penggolangan obat di instalasi farmasi di rumah sakit diantaranya:

1. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja obat.

 Obat yang bekerja pada penyebab penyakit, misalnya penyakit akibat bakteri
atau mikroba.
Contoh: antibiotik
 Obat yang bekerja untuk mencegah kondisi patologis dari penyakit
Contoh: vaksin, dan serum.
 Obat yang bekerja menambah atau mengganti fungsi fungsi zat yang kurang,
Contoh: vitamin.

2. Penggolongan obat berdasarkan tempat atau lokasi pemakaian.

 Obat dalam yaitu obat obatan yang dikonsumsi peroral.


Contoh: tablet antibiotik dan parasetamol tablet.
 Obat luar yaitu obat-obatan yang dipakai secara topikal dan tubuh bagian luar.
Contoh: Krim.

3. Penggolongan obat berdasarkan cara pemakaian.

 Oral : obat yang dikonsumsi melalui mulut kedalam saluran cerna.


Contoh: tablet, kapsul, dan serbuk.
 Perektal: obat yang dipakai melalui rektum, biasanya digunakan pada pasien
yang tidak bisa menelan, pingsan, atau menghendaki efek cepat dan terhindar
dari pengaruh pH lambung, FFE di hati, maupun enzim-enzim di dalam tubuh
 Sublingual :pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah. masuk ke
pembuluh darah dan efeknya lebih cepat.
Contoh: obat hipertensi : tablet hisap dan hormon-hormon

20
 Parenteral : obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah baik secara
intravena, subkutan, intramuskular dan intrakardial.

4.3 Obat rusak atau kadaluarsa


4.3.1 kondisi yang mempercepat kadaluarsa obat

Meskipun obat belum mendekati tanggal kadaluarsa namun ada beberapahal


yang dapat mempercepat masa kadaluarsa, seperti penyimpanan yang tidak tepat.

1. Kelembaban
Tempat yang lembab akan mempercepat masa kadaluarsa obat karena akan
mempengaruhi stabilitas obat kemudian dapat menyebabkan penurunan kandungan.

2. Suhu
Suhu penyimpanan obat macam-macam, pada umumnya obat banyak
disimpan pada suhu kamar. Penyimpanan obat di kulkas, tidak diajukan jika tidak
dapat petunjuk. Obat-obat seperti minyak ikan, sebaiknya jangan disimpan di tempat
yang terlalu dingin. Insulin (Obat untuk penderita diabetes) merupakan contoh obat
yang akan rusak jika ditempatkan pada suhu yang tidak sesuai.

3. Cahaya
Obat sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar matahari
ataupun lampu secara langsung. Misalnya: Vaksin bila terkena sinar matahari
langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak.

4.3.2 Efek meminum obat yang rusak atau kedaluarsa

Efek meminum obat rusak atau kadaluarsa dapat menimbulkan:


1. Penyakit lama yang tidak sembuhnya atau tidak sembuh karena obat yang digunakan
sudah berkurang kekuatannya.
2. Obat yang kadaluarsa berubah menjadi beracun yang menimbulkan bahaya baru.

Menghindari obat yang sudah kadaluarsa diperlukan bagi obat-obat yang kurang stabil,
hormon, antibiotik. Meskipun terdapat tanggal kadaluarsa yang tercetak pada kemasan obat.
Karena penampilan fisik obat yang berubah, baik warna (timbul bintik atau noda), rasa dan
bau obat yang lain dari biasanya merupakan peringatan pada kita agar tidak mengkomsumsi
obat tersebut.

4.3.3 Prosedur tetap penanganan obat rusak atau kadaluarsa

Prosedur tetap penanganan obat rusak dan kadaluarsa adalah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi obat yang rusak atau kadaluarsa.


b) Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat penyimpanan obat
lainnya.

21
c) Membuat catatan nama, No batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang rusak dan
kadaluarsa.
d) Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalasi farmasi kabupaten atau kota.
e) Mendokumentasikan pencatatan tersebut.

4.3.4 Cara penanganan obat yang sudah rusak atau kadaluarsa


1. Jangan pernah membuang obat-obatan kadaluarsa sembarangan dilingkungan.
karena tanpa disadari sebenarnya dapat mempermudah pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk mengambil dan menyalahgunakan obat-obatan
tersebut.

2. Food dan drug administrasion (FDA) atau badan pengawas obat dan makanan
menganjurkan pada masyarakat untuk mengembalikan obat-obatan yang
sudah terpakai kembali ke pabriknya melalui daerahnya masing-masing.

3. Alternatif yang lain sebagai masyarakat yang sering mempunyai obat yang
sudah kadaluarsa dirumah dilakukan tindakatn seperti:
 Membuangnya dengan mencampurnya dengan bahan lain yang menjijikan
atau tidak menarik orang lain untuk menyentuhnya, seperti kotoran hewan
peliharaan, sisa makanan basi, ampas kopi atau susu. keluarkan obat dari
wadah aslinya, tempatkan semua obat yang sudah tidak terpakai disatu
tempat berisi bahan campuran yang lain lalu aduk menjadi satu. Ini dapat
mencegah penyalahgunaan obat. Setelah tercampur semua, masukan
kedalam kantong plastik, ikat rapat dan buang ketempat sampah.
 Dibuang ketoilet dan rendam dulu obat dalam bentuk padat seperti (tablet,
kaplet, kapsul) dalam wadah yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah obat
hancur maka obat dapat dibuang pada air yang mengalir. Untuk obat dalam
bentuk cairan biasa langsung dibuang kedalam toilet. Beberapa obat dapat
mencemari lingkungan jika bercampur dengan air atau tanah, oleh karena
itu dipastikan anda membaca petunjuk pembuangan obat dikemasan.
 Jangan pernah memusnahkan obat dengan cara dibakar secara terbuka
karena asapnya dapat saja berbahaya.

4.3.5 Cara penghancuran obat rusak atau kadaluarsa

Pemusnahan obat merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak


terpakai karena kadaluarsa atau rusak, ataupun mutunya sudah tidak memenuhi standar.
Tujuan dilakukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang memenuhi persyaratan
mutu keamanan dan kemanfaatan, selain itu pemusnahan juga bertujuan untuk menghindari
pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat atau perbekalan
kesehatan lainya yang sudah tidak layak untuk dipelihara.

22
Teknik dalam memusnahkan obat-obatan kadaluarsa yaitu:

1) Pengembalian pada penyumbangan atau produsen.


2) Penimbulan berarti penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah tanpa
perlakuan atau persiapan sebelumnya. Penimbunan merupakan metode yang tertua
dan paling sering digunakan dalam pembuangan limbah padat. Terdapat tiga macam
cara penimbulan yaitu:
 Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian.
 Penimbulan berteknologi.
 Penimbulan berteknologi tinggi.

3) Imobilisasi limbah
Limpah yang mencakup produk farmasi yang sudah kadaluarsa, tidak
digunakan dan terkontaminasi sehingga harus dibuang.
Contohnya:
- Sediaan farmasi (tablet, kapsul, sirup, injeksi, salep, krim, infus).
- Produk biologi seperti vaksin.

4) Pembakaran dengan teknologi


Teknologi incinerator ini adalah salah satu alat pemusnahan limbah yang
dilakukan pembakaran pada suhu tinggi dan secara terpadu dapat aman bagi
lingkungan sehingga pengoperasiannya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi
yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan dari
Kementrian Lingkungan hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/MENLH/3/1995.
Keuntungan dari incinerator adalah:
 Tidak diperlukan lahan besar.
 Mudah dalam pengoperasian.
 Hemat energy (minyak tanah).
 Terperatur tidak terlalu tinggi (800/150oC).
 Tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan mencemari lingkungan.
 Tidak bising dan kemasan kompak per unit.
 Tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar.
 Serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata atau batako.

4.4 Pengelolaan Narkotika Dan Psikotropika Di Rumah Sakit

4.4.1 Pengelolaan Narkotika

Pengolonggan narkotik diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya kemungkinan


penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotik di apotik meliputi :

a) Pemesanan narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan surat pesanan narkotik yang di tanda
tangani oleh apoteker pengelola apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke PT. Kimia
farma trade and distribution (satu satunya PBf narkotika yang legal di Indonesia)

23
dengan membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap empat. Satu lembar surat
pesanan asli dan dua lembar salinan surat pesanan diserahkan kepada pedagang besar
farmasi yang bersangkutan sedangkan satu lembar salinan surat pesanan sebagai arsip
di apotik. Satu surat pesanan hanya boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item)
narkotik.

b) Penerimaan narkotika
Penerimaan narkotika dari PBF harus di terima oleh APA atau dilakukan dengan
sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.

A) Penyimpanan narkotika
Obat yang termasuk golongan narkotika di apotik di simpan pada lemari yaitu:
1. Terbuat dari kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang di tempel
pada dinding atau diletakkan dilantai.
2. Memiliki dua kunci yang berbeda.
3. Terdiri dari dua pintu satu untuk pemakaian sehari-hari seperti kodein,
dan satu lagi berisi pethidin, morfin dan garam garamnya.
4. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umun, tetapi
dapat diawasi langsung oleh asisten apoteker yang bertugas dan
penanggung jawab narkotika.

B) Pelayanan narkotika
Apoteker hanya boleh melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan
resep yang di buat oleh apoteker itu sendiri yang belum di ambil sama sekali atau
baru di ambil sebagian. Apoteker tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa
resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep dan diberi garis merah di bawah obat narkotika.

C) Pelaporan narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan
obat narkotika di lakukan melalui online SIPNAP (sistim pelaporan narkotika dan
psikotropika) asisten apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika
dan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di
import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan atau sediaan, satuan, persediaan awal bulan). Password dan username di
dapatlkan setelah melakukan registrasi pada dinkes setempat.

D) Pemusnahan narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :

24
1) APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.

2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke


balai besar pengawas obat dan makanan.

3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri APA. Asisten


apoteker. Petugas balai POM, dan kepala suku dinas kesehatan
kabupaten atau kota setempat.

4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat berita acara


pemusnahan yang berisi :
a) Hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat dilakukannya
pemusnahan.
b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
c) Cara pemusnahan.
d) Petugas yang melakukan pemusnahan.
e) Nama dan tanda tangan apoteker pengelola apotik.

Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :

a) Kepala suku dinas kesehatan kabupaten atau kota.


b) Kepala balai besar pengawasan obat dan makanan DKI Jakarta.
c) Arsip apotik.

4.4.2 Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan psikotropika juga di atur secara khusus mulai dari pengadaan sampai
pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut.
Pelaksanaan pengelolaan psikotropika di apotik melipui :

a) Pemesanan psikotropika
Pemesanan psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2, diperbolehkan lebih
dari 1 item obat di dalam satu surat pesanan. Boleh memesan ke berbagai PBF.

b) Penerimaan psikotropika
Penerimaan psikotropika dari PBF harus di terima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat di terima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah psikotropika yang dipesan.

c) Penyimpanan psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika di letakkan di lemari yang terbuat dari kayu (atau
bahan lain yang kokoh dan kuat). Lemari tersebut mempunyai kunci ( harus terkunci)

25
yang dipegang oleh asisten apoteker sebagai penanggung jawab yang di beri kuasa
oleh APA.

d) Pelayana psikotropika
Apoteker hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinan resep
yang di buat sendiri oleh apoteker yang obatnya belum di ambil sama sekali atau
baru di ambil sebagia. Apoteker tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa
resep atau pengulangan resep yang di tulis oleh apotek lain.

e) Pelaporan psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika di lakukan setiap bulan melalui SIPNAP
(sistim pelaporan narkotika dan psikotropika). Apoteker setiap bulannya menginput
data penggunaan psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data
tersebut di import. Laporan meliputi laporan pemakain psikotropika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan atau sediaan, satuan, persediaan
awal bulan).

f) Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari kegiatan praktek kerja lapangan atau pkl yang dilaksanakan mulai dari tanggal 14
januari sampai 03 maret 2020 yang bertempat di Instalasi Farmasi Rumah sakit umum daerah
petala bumi pekanbaru dapat disimpulkan bahwa kegiatan praktek kerja lapangan ini sangat
bermanfaat bagi siswa ataupun siswi yang akan menjadi calon bagian dari tenaga kefarmasian
karena dapat menambah wawasan dan keterampilan bagi siswa maupun siswi yang akan
menjadi calon bagian dari tenaga kefarmasian.

Instalasi Rumah Sakit Umum Daerah Petala Bumi merupakan salah satu tempat
pelayanan dan tempat pengabdian bagi tenaga kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan juga tempat
pemberian informasi tentang kegunaan obat yang diperlukan oleh pasien.

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada
penulis agar dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan praktek langsung didunia kerja dan
berinteraksi langsung dengan masyarakat yang dibimbing oleh pihak institusi tersebut dan
Praktek Kerja Industri ini juga menambah wawasan kami dan kami pun dapat mengukur
sejauh mana ilmu yang kami miliki.

5.2 SARAN
5.2.1 Untuk Sekolah
 Sebaiknya pihak sekolah memberikan waktu lebih lama untuk kegiatan
Praktik Kerja lapangan.
 Saya menyarankan agar pihak sekolah lebih memperhatikan murid-muridnya
yang sedang Prakerin diluar sekolah.

5.2.2 Untuk IFRS


 Sebaiknya rak tempat obat diselesaikan secepatnya agar rak obat tersebut
terlihat lebih rapi.
 Sebaiknya untuk peracikan disediakan keranjang tersendiri untuk
penyimpanan alat-alat yang digunakan untuk peracikan.
 Sebaiknya tempat penyimpanan alat kesehatan dan ruangan kepala ruangan
dan staf yang lainnya dipisahkan agar lebih memudahkan gerak para petugas.

27
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan mentri kesehatan NO. 72 Tahun 2016

Undang-undang NO. 44 Tahun 2009

Keputusan Mentri Kesehatan NO. 1197/MENKES/SK/X/2004

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2009

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NO. HK. 03.05/I/8000/2010

Peraturan Gubernur NO. 51 Tahun 2015

28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Penyerahan dan Penerimaan obat

1.1 Ruang tunggu pasien

1.2 Tempat verifikasi

29
Lampiran 2 : Etiket biru untuk obat pemakaian luar dan putih untuk pemakaian dalam

Lampiran 3 : Copy Resep dokter dan online

Lampiran 4 : Gelang Pasien

1. ID-Brand Dewasa Pria (BLUE)


2. ID-Brand Anak/Bayi Pria (BLUE)
3. ID-Brand Dewasa wanita (PINK)
4. ID-Brand anak/bayi wanita (PINK)
5. ID-Brand Dewasa (KUNING)
6. ID-Brand anak/bayi (KUNING)
7. ID-Brand Dewasa (MERAH)
8. ID-Brand Anak/Bayi (MERAH)
9. ID-Brand Dewasa (UNGU)
10. ID-Brand Anak Wanita (UNGU)

30
Lampiran 5 : Plastik Obat

Lampiran 6 : Kartu Stok obat

Lampiran 7 : Penyimpanan Obat

7.1 Penyimpanan obat insulin dan suppositoria


1. Novorapid Flexpen
2. Lantus Solostar
3. Novomix Flexpen
4. Apidra Solostar
5. Epinephrine
6. Stolax
7. Biosat
8. Carbazochrome Sodium
Sulfonate
9. Tuberculin
10. Fetik Supos
11. Ovula
12. Methylergometrin Malet

31
7.2 Penyimpanan Obat narkotik dan Psikotropika

1. CODEIN TAB 15 & 10 MG


2. CLIXID TAB
3. PRONEURON TAB
4. DIAZEPAM TAB 2 MG
5. DIAZEPAM INJ
6. ALPRAZOLAM
7.

7.3 Penyimpanan Obat OKT dan Higah aleart

1. Otsu-D40
2. Meylon 84
3. Otsu-MgSO4
4. Otsu-KCL

32
Lampiran 8 : Kelengkapan Peracikan obat

11.1 Blender atau Penghancur untuk obat

11.2 Lumpang dan alu

11.3 Bungkus untuk sediaan puyer anak-anak

33
11.4 Cangkang kapsul

11.5 Papan Kapsul

11.6 Alat penjepit bungkus obat

34
Lampiran 9 : Tempat Obat

9.1 Obat keras, obat bebas dan bebas Terbatas

9.2 Antibiotik , Vitamin dan Tetes mata

35
9.3 Syrup

9.4 Ampul dan Salep

Salep

36
9.5 Infus

37
9.6 injeks

 Spuit 1, 3, 5, 10, 20, 50


 infuset macro
 Infuset pump macro
 Tree way pendek dan
panjang
 Blood set
 Mask nebu dewasa
 Mask nebu anak
 NRM dewasa
 Oxigen masker anak
 Oxigen masker dewasa
 Pembalut elastis
 dll

Lampiran 10 : Alat kesehatan

38
39

Anda mungkin juga menyukai