Diajukan untuk memenuhi persyaratan Profesi Apoteker pada Program Studi Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada
Disusun oleh :
Muhamad Adipraja, S.Farm
52119035
Agustus 2020
Laporan ini disusun untuk mememnuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker STIKes Bakti Tunas
Husada Tasikmalaya
Disetujui Oleh :
Mengetahui:
Kepala PSPA
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Gambar 2.1 Konsep Dasar dan Proses Desain Sistem Pengolahan Air
Prinsip umum terkait sistem pengololaan air berdasarkan Petunjuk Teknis
SaranaPenunjang Kritis Industri Farmasi meliputi:
1. Sistem produksi, penyimpanan, dan distribusi air untuk produksi
hendaklah dirancang, dipasang, dilakukan commissioning, divalidasi,
dan dirawat untuk memastikan air yang dihasilkan dapat diandalkan
sesuai kualitas yang diinginkan. SPA tidak boleh dioperasikan di luar
kapasitas yang dirancang.
2. Air hendaklah diproduksi, disimpan, dan didistribusikan dengan cara
yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, kontaminasi kimia atau
fisika (misal debu dan pengotor).
3. Penggunaan sistem setelah instalasi, commissioning, validasi, dan setiap
perawatan yang tidak direncanakan atau pekerjaan modifikasi
hendaklah mendapatkan persetujuan bagian pemastian mutu.
4. Mutu sumber air dan air olahan hendaklah dipantai secara teratur,
meliputi parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan bila perlu,
kontaminasi endotoksin, kinerja sistem pemurnian air, penyimpanan,
dan distribusi juga hendaklah dipantau. Catatan hasil pemantauan,
analisis tren, dan setiap tindakan yang diambil hendaklah disimpan.
5. Bila SPA disanitasi secara kimia sebagai bagian dari program
pengendalian kontaminasi biologi, hendaklah mengikuti prosedur yang
telah divalidasi untuk memastikan bahwa bahan sanitasi secara efektif
telah hilang.
Bila SPA disanitasi secara kimia sebagai bagian dari program pengendalian
kontaminasi biologi, hendaklah mengikuti prosedur yang telah divalidasi untuk
memastikan bahwa bahan sanitasi secara efektif telah hilang.
Sistem pengololaan air di lembaga farmasi angkatan darat (LAFI AD)
menggunakan teknologi WTP (Water Treatment Proses). Produk akhir yang
dihasilkan adalah air baku farmasi yang digunakan untuk kegiatan di industri
farmasi. Air di industri farmasi minimal menggunakan purified water. Ada 3 jenis
air yang digunakan di LAFI AD, yaitu :
1. Highly purified water (HPW): untuk suplai air ruang produksi
sefalosporin.
2. Purified water (PW): digunakan untuk ruang produksi non beta lactam
dan laboratorium mikorbiologi.
3. Air demineralisasi : digunakan untuk mesin autoclave dan untuk mesin
boiler.
Sistem penyambungan pipa yang digunakan adalah orbital welling yaitu
sistem pengelasan menggunakan komputerisasi, dimana sambungan pipa tidak
boleh ada hambatan atau cekungan. Air yang digunakan untuk ruang produksi dan
QC harus di looping selama 24 jam non stop tanpa berhenti. Looping untuk ruang
beta laktam tidak kembali ke ruang SPA. Sirkulasi hanya antara ruang beta laktam
dan tangki beta laktam. Sedangkan looping untuk ruang non beta laktam dan
laboratorium mikrobiologi kembali ke ruang SPA.
Air baku farmasi terproses dari air baku konsumsi dengan teknologi WTP
dengan tahap sebagai berikut :
1. Pre treatment
Berfungsi untuk menyaring cemaran awal dengan kecepatan alir
minimal 1400L/menit. Media yang digunakan adalah sand filter untuk
menghilangkan cemaran yaitu minimal 2 identitas awal hilang (warna dan
rasa). Kemudian melalui karbon aktif untuk menghilangkan bau lalu
masuk ke softener filter I untuk mensadahkan air dan mengurangi salah
satu nilai TDS. Setelah melalui softener I dilanjutkan dengan softener
filter II yang berfungsi untuk meghilangkan kesadahan yang belum
tersadahkan pada softener filter I. Hasil dari pre treatment adalah air
konsumsi murni dengan ukuran partikel 0,5 mikron.
2. Reverse Osmosis (RO) system
Air konsumsi murni dari hasil pre treatment kemudian dilanjutkan pada
RO system. Ada 2 tahap reverse osmosis yaitu RO I dan RO II. Reverse
osmosis yang pertama dilakukan dengan cara diberi tekanan memasuki
ukuran 1/10000 mikron dengan hasil 40% dan 60% reject (masuk bak
sedimentasi atau saluran limbah). Hasil dari reverse osmosis I akan lanjut
ke reverse osmosis II dengan diberi tekanan sampai memasuki ukuran
1/100000 mikron. Hasil dari RO II 30% dan 70% reject ( dikembalikan ke
sumber awal).
3. EDI system
Hasil dari reverse osmosis selanjutkan akan melalui EDI sistem dengan
penukaran ion positif dan negatif menjadi muatan listrik.
4. UV lamp system
UV lamp berfungsi merusak sebagian mikroba sehingga tumbuh
kembang mikroba terkendali.
5. Produk
Air hasil dari UV lamp akan masuk ke tangki penampung utama dan
mengalami pateurisasi dengan diberi uapa suhu 80-85ᵒC selama 12 jam.
Hasil akhir dari proses pengolahan air ini adalah air baku farmasi (Purified
Water). Apabila pipa pengalir air dari penampung utama ke atau dari ruang
produksi non beta laktam dan laboratorium mikrobiologi terpapar panas
ekstrim (>29ᵒC) maka akan dibuang secara otomatis oleh sistem.
Parameter air baku farmasi :
1. Keasaman / pH (pH 5-7)
2. TDS (<10 ppm)
3. Conductivity ( air baku farmasi tidak akan menghantaran listrik)
4. Total organic carbon (TOC) mengidentifikasi jumlah bakteri yang
hidup,rusak dan dibung.
2) Sistem Tata Udara
Sistem tata udara adalah suatu sistem yang mengondisikan lingkungan
melalui pengendalian suhu, kelembaban nisbi, arah pergerakan udara dan mutu
udara, termasuk pengendalian partikel dan pembuangan kontaminan yang ada
diudara, seperti vapors dan fumes (BPOM, 2013). Sistem tata udara merupakan
salah satu sarana penunjang kritis industri farmasi yang memegang peranan
penting untuk perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk, memastikan
produksi obat yang bermutu dan memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi
personil dan juga bagi lingkungan terhadap bahan berbahaya melalui sistem
perlindungan udara yang aman dan efektif seperti dijelaskan pada gambar 2.2.
Sistem tata udara menjadi satu sarana penunjang kritis dengan peran yang
penting sehingga perlu didesain, dibuat, di-commissioning, dikualifikasi, dan
dioperasikan, serta dirawat dengan tepat sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Dalam penggunaannya terdapat beberapa parameter kritis tata udara yang dapat
mempengaruhi produk, antara lain suhu, kelembaban, partikel udara (viable dan
nonviable), perbedaan tekanan antar ruang dan pola aliran udara, volume alir
udara dan pertukaran udara, dan sistem filtrasi udara. Setiap parameter memiliki
standar yang ditoleransi masing-masing tergantung dengan kelas ruangan dari
industri farmasi seperti dijabarkan pada Petunjuk Teknis Sarana Penunjang Kritis
Industri Farmasi (BPOM, 2013)
Gambar 2.9 Contoh Aplikasi Sistem Tata Udara Ruang Kelas A dan B
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan
diIndustri PT LAFI AD secara daring, dapat disimpulkan, yaitu:
1. Calon apoteker harus mampu mengetahui peran dan pekerjaan apoteker atau
farmasi di lingkungan industri
2. Calon apoteker dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan seputar
produksi, Quality control dan Quality asurance.
3. Calon apoteker mendapat gambaran pekerjaan di lingkungan industri
4. Calon apoteker dapat mengetahui dan pengertian CPOB yang berada di PT.
Lafi AD
5. Calon apoteker dapat mengetahui bahwa PT. Lafi AD hanya memproduksi
obat-obatan sesuai permintaan rumah sakit angkatan darat
6. Calon apoteker dapat mengetahui adanya kekhususan (pangkat) sebagai
apoteker di PT. Lafi AD
4.2 Saran
Dikarenakan adanya pandemi covid-19 mahasiswa tidak dapat terjun
langsung ke lapangan yang berdampak kurang maksimalnya proses pembelajaran
dan banyaknya keterbatasan karena pelaksanaan PKPA secara daring/online,
dalam pengerjaan laporan semoga mahasiswa dapat tambahan ilmu mengenai
industri dan laporan ini ada manfaatnya untuk bahan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA