DI LEMBAGA FARMASI
DISUSUN OLEH :
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
PUSKESAD) Bandung.
2019 sampai 30 Agustus 2019. Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi
Apoteker yang kami laksanakan di LAFI PUSKESAD sebagai salah satu syarat
gambaran yang jelas mengenai industri farmasi yang merupakan salah satu tempat
1. Kolonel Ckm Drs. Mas’ud, M.Si, Apt. selaku Kepala Lembaga Farmasi
2. Letnan Kolonel Ckm Drs. Asran, Apt, selaku wakil kepala Lembaga
5. Ibu Revi Yenti, M.Si, Apt., selaku Ketua Prodi Apoteker Sekolah Tinggi
Pertahanan
Bandung
10. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga laporan praktek kerja
pengalaman yang kami peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker
ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan pihak yang
memerlukan.
Penu
lis
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Penerapan CPOB di Lafi Puskesad...........................................................85
4.1.1 Manajemen Mutu...........................................................................85
4.1.2 Personalia.......................................................................................85
4.1.3 Bangunan dan Fasilitas..................................................................86
4.1.4 Peralatan.........................................................................................89
4.1.5 Sanitasi dan Higiene.......................................................................89
4.1.6 Produksi..........................................................................................91
4.1.7 Pengawasan Mutu..........................................................................92
4.1.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu &Persetujuan Pemasok........................92
4.1.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat dan Penarikan
Kembali Produk dan Produk Kembalian........................................93
4.1.10 Dokumentasi..................................................................................93
4.1.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak..............................95
4.1.12 Kualifikasi dan Validasi.................................................................96
4.2 Kegiatan PKPA ............................................................97
4.2.1 Observasi Seksi Non Beta Laktam.................................................97
4.2.2 Observasi Seksi Beta Laktam.......................................................106
4.2.3 Observasi Seksi Sefalosporin.......................................................107
4.2.4 Observasi Seksi Kemas................................................................108
4.2.5 Observasi Instalasi Penyimpanan.................................................110
4.2.6 Observasi Laboratorium Pengawasan Mutu................................112
4.2.7 Observasi Sistem Pengolahan Air................................................114
4.2.8 Observasi Sistem Tata Udara.......................................................128
4.2.9 Observasi Sistem Pengolahan Limbah.........................................132
PENDAHULUAN
satu bagian dari elemen militer bangsa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai
benteng pertahanan Negara maka aspek kesehatan dari para anggota militer TNI
untuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah dan kualitas yang
prajurit TNI AD, pemerintah kemudian membentuk suatu lembaga yang disebut
sebagai Pusat Kesehatan Angkatan Darat (PUSKESAD) yang mana salah satu
Puskesad).
pihak swasta yang berperan dalam hal ini adalah industri farmasi sebagai penyedia
Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat merupakan
bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan
nasional, maka Industri Farmasi dituntut untuk dapat menyediakan obat dalam
jenis, jumlah, dan kualitas yang memadai. Salah satu industri farmasi yang ada di
Puskesad).
obat-obatan yang bermutu dan diperuntukkan bagi seluruh prajurit dan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) TNI AD serta keluarga mereka di seluruh Indonesia. Sejak
keperluan pendidikan, tugas operasi dan latihan prajurit TNI AD. LAFI Puskesad
sudah menerapkan prinsip-prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) guna
menjamin obat yang dihasilkan aman, berkhasiat, dan bermutu sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
industri farmasi terutama dalam penerapan CPOB. Adanya peran penting ini
yang baik untuk menjamin pelaksanaan CPOB. Selain itu, Apoteker juga dituntut
memadai agar memenuhi standar kompetensi yang diperlukan. Salah satu cara
farmasi. Oleh karena itu, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Yayasan Perintis
Padang sebagai salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga Apoteker
berlokasi di Jl. Gudang Utara No. 26 Bandung, dengan waktu pelaksanaan pada
adalah :
sesungguhnya.
di industri farmasi.
Angkatan Darat (LAFI AD), website farmasi, data-data primer dan sekunder
lainnya.
tanggal 5–30 Agustus 2019 di Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LAFI AD) di
Jalan Gudang Utara No. 26 Kelurahan Sumur Bandung Kota Bandung. Praktek di
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat meliputi seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat mulai
distribusikan.
Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur Jenderal pada
kefarmasian dan alat kesehatan serta telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang berlaku
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
kefarmasian.
kepala BPOM.
farmasi menemukan obat dan atau bahan obat hasil produksinya yang tidak
mutu, industri farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Persyaratan pada poin (a) dan (b) tidak
2010). Izin usaha industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah
3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan permohonan dari pemohon izin
Tata cara pemberian persetujuan prinsip dan izin usaha industri farmasi
disertakan dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Izin industri farmasi akan terus berlaku selama industri farmasi tersebut
terjadi perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab atau
1. Melakukan pemindah tanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
4. Dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak
245/MENKES/SK/V/1990.
- Persetujuan prinsip batal apabila setelah 3 (tiga) tahun dan atau setelah jangka
pembangunan fisik.
farmasi.
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
3. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
telah diatur dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
Obat yang Baik Tahun 2012 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 13 Tahun 2018, yang mengacu pada
PIC/s GMP Guideline doc. PE 009-14, July 2018 serta WHO TRS 981 Tahun
2012 ; WHO TRS 986 Tahun 2013 ; WHO TRS 992 Tahun 2014; WHO TRS 996
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
pengendalian mutu
CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang memastikan obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
a) semua proses pembuatan obat ditetapkan secara jelas, dikaji secara sistematis
b) tahap kritis dalam proses pembuatan, dan perubahan signifikan dalam proses
divalidasi;
prosedur dan instruksi yang disetujui sesuai Sistem Mutu Industri Farmasi;
dan
d) prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa jelas, tidak
bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada fasilitas yang tersedia.
Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji
pasien pengguna disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak
tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau pabrik untuk
yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada semua tingkat di
mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu yang didesain
secara komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup Cara Pembuatan
Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah
bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan
tanggung jawab legal diberikan kepada pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) dan
Konsep dasar Manajemen Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
dan Manajemen Risiko Mutu adalah saling terkait. Konsep dasar yang diuraikan
ketersediaan personel yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang
relevan telah dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan
produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya
dinilai memuaskan.
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan
diinvestigasi;
e) Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan
kuantitatif sesuai dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan
pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara
g) Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel produk jadi
semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang
diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala
a) Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk jadi;
metode analisis;
f) Kajian terhadap variasi Izin Edar yang diajukan, disetujui atau ditolak
g) Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang
tidak diinginkan;
atau peralatan;
pendaftaran;
k) Status kualifikasi peralatan dan sarana penunjang kritis yang relevan misal
sistem tata udara (HVAC), sistem pengolahan air, gas bertekanan, dan
lain-lain; dan
tetap mutakhir.
pencegahan atau validasi ulang yang telah dilakukan sesuai dengan yang
misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dll yang dijustifikasi secara
ilmiah.
2.2.2 Personalia
sebab itu industri farmasi harus bertanggung jawab untuk menyediakan personel
tugas. Tanggung jawab individual secara jelas dipahami oleh masing-masing dan
menetapkan dan menyediakan sumber daya yang memadai dan tepat (manusia,
finansial, bahan, fasilitas dan peralatan) untuk menerapkan dan mengawasi Sistem
Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala Pemastian Mutu Tugas
spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab hendaklah
tidak ada gap ataupun tumpang tindih tanggung jawab yang tercantum pada uraian
tugas
dalam regulasi nasional, dan hendaklah selalu hadir untuk melaksanakan tanggung
dan tujuan perusahaan terkait mutu dan hendaklah memastikan kesesuaian dan
Produksi, Kepala Pengawasan Mutu, dan Kepala Pemastian Mutu. Posisi kunci
Mutu dan Kepala Pemastian Mutu harus independen satu terhadap yang lain.
sebagai berikut:
perusahaan;
terhadap pemasok);
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu
produk jadi;
sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan sesuai dengan
memiliki tanggung jawab bersama atau menerapkan bersama, semua aspek yang
pemeliharaan Sistem Mutu Industri Farmasi yang efektif. Hal ini termasuk, sesuai
3. Higiene pabrik;
4. Validasi proses;
5. Pelatihan;
9. Penyimpanan catatan;
mutu produk dan Sistem Mutu Industri Farmasi dan mendorong perbaikan
berkelanjutan; dan
13. Memastikan komunikasi yang tepat waktu dan efektif dan proses eskalasi
tepat.
diperlukan.
dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa
lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
lain yang dapat menurunkan mutu obat. Berikut klasifikasi ruangan berdasarkan
seperti dinding, lantai dan langit-langit hendaklah licin, bebas dari keretakan dan
sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi.
Lantai di daerah pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaan
yang rata dan memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Dinding juga
hendaklah kedap air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut
berbentuk lengkungan.
2.2.4 Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
2.2.5 Produksi
Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap produk
akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi
produksi adalah :
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
1. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisis saja, tetapi
hendaklah dilakukan dalam ruangan atau tempat yang suhunya diatur. CPOB
3. Sejuk : 8-15°C
4. Dingin : 2-8°C
ruangan ganti pakaian biasa atau ruangan produksi lain hendaklah memiliki
perbedaaan tekanan udara 10-15 Pa. Tekanan udara dalam ruangan yang memiliki
risiko yang lebih tinggi terhadap suatu produk hendaklah selalu lebih tinggi dari
penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan
langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh karyawan yang
melaksanakan tugas.
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi obat jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
memuaskan.
Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa:
dan produksi.
suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan.
ruang produksi agar terbebas dari sumber cemaran maupun getaran yang dapat
dan kimia hendaklah terpisah satu sama lain karena perbedaan jenis pengujian,
4. Validasi
5. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat
7. Pengujian stabilitas.
keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku, produk obat
2.2.7 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar
yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi
khusus, misalnya bila terjadinya penarikan kembali obat jadi atau terjadi
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai dengan kebutuhan
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.Semua hasil inspeksi diri dicatat dan
Audit mutu berfungsi sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu tersebut
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau dapat juga oleh suatu
tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
(pemastian mutu) bersama bagian lain yang terkait. Daftar pemasok yang disetujui
untuk bahan awal dan bahan pengemas disiapkan dan ditinjau ulang. Evaluasi
Produk
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif. Personil yang bertanggung jawab untuk
menangani keluhan dan tindakan yang hendak dilakukan harus memahami cara
Penganganan keluhan dan laporan serta hasil evaluasi penyelidikan beserta tindak
lanjut yang dilakukan harus dicatat dan dilaporkan kepada manajemen. Tindak
lanjut setelah penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan berupa :
1. Tindakan perbaikan
2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan;
masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan
dicatat dan dilaporkan. Untuk setiap pemusnahan produk kembalian dibuat Berita
2.2.9 Dokumentasi
yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi
yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima
uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko
terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat
penting.
Dokumen hendaknya dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up-
to-date. Bila suatu dokumen direvisi hendaknya dijalankan suatu sistem untuk
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
kepada penerima kontrak dan memastikan bahwa semua prosedur yang diproses
dan bahan yang dikirimkan oleh penerima kontrak memenuhi spesifikasi yang
atau pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan atau
produk lain. Penerima kontrak adalah Industri Farmasi yang menerima pekerjaan
dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang
yang memiliki sertifikat CPOB. Penerima kontrak hendaklah membatasi diri dari
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
pemastian mutu. Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap
Badan POM dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat.
yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV merupakan dokumen yang
dokumen yang digunakan. RIV dapat dibuat tersendiri untuk suatu proyek besar
dan/atau kompleks, misalnya bangunan dan fasilitas baru, sistem HVAC, sistem
dokumen RIV.
validasi retrospektif, selain validasi proses ada pula validasi pembersihan, validasi
Kualifikasi mencakup :
pengelolaan material (bahan baku, bahan pengemas, produk setengah jadi dan
pengangkutan dan jam kerja. Kegiatan utama dalam material manajemen adalah
(Priyambodo, 2007) :
disebabkan oleh : biaya lembur, biaya instal (set up) mesin karena adanya
output, dll.
3. Delivery time
Ditentukan untuk produksi obat-obat tender yang jumlahnya besar dan order
Periodik dipecah lagi menjadi Rencana Produksi Bulanan, Mingguan dan Harian.
(dari dalam perusahaan itu sendiri) maupun faktor eksternal. Faktor internal antara
lain kapasitas terpasang, kapasitas produksi, jumlah persediaan dan aktifitas lain
bahan baku/ bahan pengemas, aktifitas kompetitor dan kapasitas eksternal (untuk
bagi perusahaan, yaitu menanggung biaya atau resiko yang berkaitan dengan
keputusan persediaan. Oleh karena itu, sasaran akhir dari pengendalian persediaan
(MSL), merupakan lembaga yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun
obatan yang dibutuhkan oleh tentara Belanda. Pada tanggal 1 Juni 1950, lembaga
ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan dibagi menjadi dua
menjadi Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD) dan Depot Obat Tentara
Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan Darat (DOAD).
Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan
Darat (Lafi AD). Pada tanggal 15 Oktober 1970, Lafi AD dipisah kembali
kembali menjadi Lafi Puskesad dan pada tanggal 1 April 2005, Lafi Puskesad
dipisah kembali menjadi Lafi Puskesad dan Gudang Pusat (Gupus) II. Pada
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 5 Agustus 2019 – 30 Agustus 2019 37
awalnya, kegiatan produksi Lafi Puskesad dilakukan di Jalan Gudang Utara No.
25 Bandung dengan luas tanah 6.562 m2 dan luas bangunan 3.382 m2.
sebab itu, pada tahun 1995 diajukanlah Rencana Induk Pembangunan (RIP) Lafi
Puskesad dengan lokasi di Jalan Gudang Utara No. 26 Bandung dengan luas tanah
Pada tanggal 28 Februari 1996, RIP tersebut mendapat persetujuan dari Dirjen
POM Depkes RI dengan surat No. 02.01.2.4.96.665. Barulah pada tahun 1997
dimulai pembangunan sarana fasilitas Lafi Puskesad sesuai dengan RIP yang
sudah disetujui tersebut. Pada tahun 2000, Lafi Puskesad telah berhasil
selanjutnya pada tahun 2001 diperoleh satu sertifikat CPOB untuk sediaan serbuk
injeksi steril antibiotik β-laktam dan turunannya, serta pada tanggal 1 Juni 2006
diperoleh lima sertifikat CPOB untuk fasilitas non β-laktam yaitu sediaan tablet
serbuk oral non-antibiotika dan cairan obat oral non-antibiotika. Pada tahun 2016
LAFI Puskesad hanya memiliki empat sertifikat CPOB untuk sediaan non β-
laktam yaitu untuk sediaan tablet biasa, kapsul keras, serbuk oral, dan cairan obat
luar non-antibiotika, sedangkan untuk sediaan tablet salut sudah disatukan dengan
salut non-antibiotika.
bagi keperluan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), Lafi
3.2.1 Visi
3.2.2 Misi
3. Mampu menjadi mitra industri farmasi lain dalam memenuhi kebutuhan obat
nasional.
badan pelaksana Pusat yang berkedudukan langsung di bawah suatu Pusat Kesehatan
Angkatan Darat (Puskesad). Tugas pokok dari Lafi Puskesad yaitu membantu Pusat
sebagai berikut :
produksi obat.
produksi, pengawasan selama proses produk antara, produk ruahan dan produk
jadi.
penunjang.
Puskesad.
kegiatan di bidang latihan kesatuan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi
Puskesad.
Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Orgas
JemenMutu.
Tekfi.
Kasirenprogar.
Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kasietuud) dijabat oleh
Kasietuud dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh dua
satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD berpangkat Letnan Ckm. Kepala
Kaurminperslog.
(Kasilitbangprod).
Personel (Kasilitbangsistodapers).
dan Mikro).
oleh Pama AD berpangkat Kapten Ckm dan satu Perwira Urusan yang
Asisten Apoteker, Analis, Perawat Umum, SMU dan tenaga lainnya dengan
pengadaan barang untuk produksi obat Lafi Puskesad dilakukan berdasarkan data
disusun berdasarkan kalender latihan, pendidikan, dan operasi satuan TNI AD.
Kesehatan Daerah Militer (Kesdam), Satuan Kesehatan (Satkes) dan Rumah Sakit
Pemerintah yang isinya mengatur pengadaan barang atau material dan jasa.
spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Puskesad. Disamping itu,
administrasi dan fisik, sedangkan uji kimia dan uji mutu dilakukan oleh
karantina (gudang transit). Setelah barang lulus uji mutu, maka dibuat Laporan
Hasil Pengujian (LHP) dan Berita Acara (BA) penerimaan. Bila barang yang
dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta atau tidak memenuhi syarat,
maka barang akan dikembalikan untuk diganti, kemudian barang yang lolos
administrasi dan uji mutu dipindahkan ke ruang (Gudang) sesuai jenisnya yang
ada di Gudang Pusat II yang disertai dengan surat Perintah Penerimaan Material
(PPnM).
bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah
terdiri dari apoteker dan analis yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam
persiapan, selama proses produksi dan setelah proses produksi. Beberapa kegiatan
Instalwastu diantaranya:
didokumentasikan.
meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan bahan pengemas.
(LHP)
1. Laboratorium kimia
pemeriksaan mutu secara kimia, seperti lemari asam dan climatic chamber
2. Laboratorium mikrobiologi
untuk uji sterilitas dan laboratorium untuk uji potensi atau uji lainnya.
Air Flow dan alat pembaca daya hambat bakteri (Read Biotic) serta alat-alat
3. Ruang fisika
Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet yang disertai dengan uji ketebalan dan diameter tablet, alat uji
keregasan tablet, alat uji kebocoran strip dan alat uji waktu hancur tablet.
5. Ruang timbang
Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh pertinggal bahan baku obat
dan obat jadi dengan masa simpan minimal satu tahun setelah masa
kadaluarsa.
7. Gudang reagen
8. Perpustakaan
9. Ruang staf
produk yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana
bahan pengemas.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat
kembalian.
validasi proses produksi dan pengawasan mutu bekerja sama dengan Instalprod
dan Instalwastu.
dihasilkan oleh Lafi Puskesad berupa produk β-laktam dan non β-laktam. Obat-
obatan yang diproduksi oleh Lafi Puskesad tidak diregistrasi ke Badan POM,
karena obat Lafiad hanya digunakan untuk lingkungan prajurit, PNS TNI AD
BPOM.
Rencana produksi dibuat berdasarkan jumlah dan jenis obat yang diminta,
jenis peralatan yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah sumber
daya manusia, jam kerja dan waktu produksi yang dibutuhkan, serta sistem
pendukung dan ketersediaan bahan baku obat. Ada tiga alur besar dalam proses
produksi yang meliputi alur proses, alur personel, dan alur material.
terperinci pengolahan suatu produk dalam bentuk sediaan, kekuatan, dan ukuran
bets di mana segala macam alat yang digunakan ditulis. Prosedur Pengemasan
Batch Record ini disusun oleh masing-masing Kasi produksi, diperiksa oleh
penyiapan bahan kemas yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Instalsimpan
berdasarkan catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets untuk setiap
Alur personel dan alur barang memiliki alur yang berbeda. Alur personel
dimulai ketika personel hendak memasuki ruang produksi. Personel harus melepas
pakaiannya di loker kelas F dan menggantinya dengan baju kelas F (jas lab).
Personel melewati koridor kelas F dan memasuki ruang kerja kelas F yang
untuk mengganti jas lab dengan baju kelas E (cover all). Kemudian memasuki
ruang interlock/air lock/ruang antara atau air shower dan melewati koridor kelas
tempat diletakkannya LAF (Laminar Air Flow) yang merupakan ruang produksi
kelas A, terlebih dahulu melewati ruang kelas D dan C. Di antara dua ruang yang
adalah sebagai berikut: bahan awal yang masih dikemas dalam kemasan sekunder
ruang antara/interlock yang membatasi ruang kelas F dan E dimana ruang antara
mengikuti ruang tingkat kebersihan yang lebih tinggi yaitu ruang kelas E untuk
dilepas kemasan sekundernya dan dikeluarkan dari ruang antara oleh petugas
Instalsimpan yang berada di ruang kelas E, kemudian bagian luar dari kemasan
primer) dan selama proses produksi dilakukan IPC untuk produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, sehingga dapat diputuskan apakah produk jadi itu ditolak
atau diluluskan. Jika lulus, maka Instalsimpan akan mengirimkan produk jadi ke
Kasi sediaan non β-laktam adalah seorang Apoteker. Seksi ini melakukan
kegiatan produksi tablet, kapsul, sirup, dan sediaan cairan obat luar non β-laktam:
a. Sediaan tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang timbang, ruang mucilago, ruang
elektrik, mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap, mesin
mesin strip tablet. Tablet yang diproduksi oleh Lafi Puskesad adalah
tablet biasa, tablet kunyah, tablet salut film, dan tablet salut enterik
dengan ukuran diameter 6,5; 7,5; 10; 12; 13; 15 mm. Metoda pembuatan
tablet yang biasa digunakan adalah metoda cetak langsung dan granulasi
sebagai berikut:
pada tahap ini adalah jumlah, kecepatan putaran mesin, dan lama
5) Proses pengeringan
6) Proses pengayakan
7) Proses pengeringan
mencapai kadar air sekitar 2-5%, tergantung jenis tablet yang dibuat.
8) Proses pengayakan
Massa yang telah kering lalu diayak kembali dengan ayakan ukuran
9) Pengawasan mutu
Granul yang telah lulus dalam uji mutu (IPC) kemudian dibuat massa
Massa cetak yang telah lulus uji mutu kemudian dicetak dengan mesin
kecepatan putaran.
(stripping).
Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus uji mutu, distrip
menyebabkan kemasan tidak dapat melekat satu sama lain dan juga
berikut:
2) Pengayakan
dihasilkan.
3) Pencampuran
menggunakan mixer.
5) Pencetakan
7) Penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut (untuk tablet salut) maka
(stripping).
kebocoran strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas
b. Sediaan sirup
antara lain mixer, colloid mill, panci double jacket, drum stainless,
yakni:
3) Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) yang
diinginkan.
4) Pengawasan mutu
yang terdiri dari uji homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH, dan
berat jenis.
6) Pengawasan mutu
mutu yang meliputi keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif,
c. Sediaan Kapsul
2) Pencampuran/granulasi
3) Pengawasan mutu
4) Pengisian kapsul
aktif, dan waktu hancur kapsul dan uji disolusi untuk kapsul
tertentu.
5) Polishing
6) Penyetripan
7) Pengawasan mutu
yakni uji kebocoran strip. Kapsul yang telah lulus uji mutu siap
3) Pencampuran
4) Pengawasan mutu
yang terdiri dari kadar zat aktif, berat jenis, dan pH.
6) Pengawasan mutu
mutu yang meliputi keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif,
a. Gedung
System), air washer, air shower, dan ruang penyangga (air lock), serta
b. Ruangan
peroral.
c. Kelas Kebersihan
28°C.
d. Personel
untuk mandi.
berupa sediaan injeksi sefalosporin generasi ke-3. Sampai saat ini, Seksi
karena masih menunggu proses sertifikasi dari Badan POM. Adapun hal
Flow (LAF) dan HEPA filter. Di ruang ini terdapat juga ruang
system).
ada penambahan udara segar (fresh air) sebanyak 10-20%. Hal ini
HEPA filter pada langit-langit ruangan. Udara segar (fresh air) yang
berasal dari luar ruangan pun mengalami proses yang sama. Sebelum
masuk ke dalam ruangan, udara segar yang telah disaring dan udara
yang berasal dari grill outlet yang juga telah disaring akan dicampur
grill inlet.
4. Seksi Kemas
produk ruahan tablet, kapsul, sirup dan cairan obat luar, sebagai berikut:
seal. Tiap sak plastik berisi 25 strip dan tiap strip berisi 10 tablet.
dus berisi 50 sak, untuk diameter tablet 10–13 mm 1 dus berisi 30 sak,
yang sama seperti pada pengemasan tablet. Isi tiap dus adalah 20 sak
kapsul.
dan brosur, dimana tiap dus berisi 36 botol untuk botol bervolume 60
tiap dus berisi 36 botol untuk botol bervolume 60 ml, dan 10 botol
untuk bervolume 1 L.
kegiatan pengamanan dan pemeliharaan material yang berupa: bahan baku, bahan
Barang dari rekanan tidak langsung diterima oleh Instalsimpan Lafi tetapi
diperiksa secara administrasi dan fisika oleh tim komisi dan uji mutu oleh
barang tersebut telah memenuhi syarat, maka barang tersebut akan dipindahkan ke
gudang bahan produksi, diantaranya gudang bahan baku, gudang bahan pengemas
dan gudang bahan pendukung. Tim komisi akan membuat Berita Acara
berdasarkan jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan di atas rak, barang
dengan ukuran besar disimpan di atas pallet, barang yang higroskopis dan
bets, sedangkan Sistem First in First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO),
First Unstable First Out (FUFO) tetap menjadi prioritas, namun demikian barang
yang diterima oleh Instalsimpan adalah barang yang langsung di pakai oleh
Instalasi Produksi. Material produksi tersebut oleh Instalasi Produksi diolah dan
dikemas menjadi produk jadi, kemudian seksi kemas menyerahkan produk jadi
8. Kartu Kendali
Kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang staging (digunakan untuk penyimpanan
bahan baku obat yang sudah ditimbang) dan ruang sampling. Kelas G terdiri dari
ruang administrasi, gudang bahan baku, gudang bahan pendukung, gudang bahan
kemas, gudang cairan, gudang sejuk untuk menyimpan bahan baku obat dan
sefalosporin.
5. Rak, pallet.
Sisjang)
pemeliharaan dan perbaikan terhadap alat produksi dan alat laboratorium sehingga
1. Listrik
sebesar 1000 kV. Pada saat ini belum digunakan generator karena masih
2. Pengolahan Air
Sumber air bersih didapat dari suplai Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) yang kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi
pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang telah memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun
nonsteril. Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Puskesad adalah
kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Air yang
3) Resin Kation
4) Resin Anion
5) Tanki penampung
dengan keperluan.
HPW.
3. Boiller (Steam)
dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi
membutuhkannya.
4. Udara Bertekanan
juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan
proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan
limbah cair.
melalui air washer, dimana limbah padat (debu-debu) disedot oleh blower
dari ruangan yang berdebu seperti ruang strip, isi kapsul, cetak, coating,
campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air
ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan
(Lampiran 14) :
didestruksi.
b. Bak Ekualisasi
Bak penampungan air limbah yang mengalir dari bak sedimentasi awal,
1) Pump/pompa
tidak merata baik pada jam kerja ataupun di luar jam kerja serta
otomatis.
2) Pengaduk
mengendap.
Pada Bak Aerasi terjadi proses biologi. Bak ini dilengkapi dengan dua
alat yaitu:
1) Diffuser
mengendap.
2) Aerator
Air dari bak aerasi bila diffuser tidak aktifakan mengalir ke dalam
e. Bak Koagulasi
Pada bak ini terjadi proses kimia dimana terdapat dua alat, yaitu:
2) Pengaduk
f. Bak Flokulasi
sedangkan air yang belum bersih akan mengalir ke bak sedimentasi tiga
h. Bak Kontrol
Air yang terdapat dalam bak ini diperiksa kadar COD (Chemical
Dissolve Solid) dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat, maka air dapat
tekanan udara, suhu, kelembaban dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem
ini adalah untuk menyediakan aliran udara kering, bersih dan dingin yang
medium filter dan HEPA filter, sedangkan udara yang masuk ke ruang-
ruang kelas B dan C disaring kembali dengan HEPA filter. Ruang kelas A
dilengkapi dengan LAF. Pada ruang produksi tekanan udara ruangan akan
lebih negatif dari tekanan udara pada koridor.. Hal ini dimaksudkan untuk
yang tinggi ke yang lebih rendah. Pada ruang produksi β-laktam , tekanan
udara di dalam ruang produksi juga lebih rendah daripada koridor supaya
Relative Humidity : 45 – 55 %
Sirkulasi udara : > 120 kali per jam dan bersifat Laminar
aliran udara yang berdebu dengan air (RotoKlon). Hasil olahan air washer
untuk hasil olahan air washer dari produksi β-laktam terlebih dahulu
melewati destruktor.
Cara Kerja AHS: Sistem tata udara secara umum dapat dijelaskan
secara singkat sebagai berikut: Suplai udara dalam sistem tata udara
berasal dari udara luar (udara terbuka) dikenal istilah fresh air. Volume
fresh air yang masuk ke sistem ditentukan oleh volume damper yang telah
terpasang. Udara tersebut disaring pada saringan pertama / pre filter yang
disaring kembali untuk yang kedua kalinya oleh medium filter yang
Cooling Coil udara tersebut diatur suhu dan kelembabannya sesuai dengan
yang dikehendaki.
fresh air yang diproses. Suplai udara untuk ruang kelas A dan B
udara segar melalui damper yang dapat mencukupi suplai oksigen ± 20%.
Sistem ini dibuat dengan proses pengolahan seperti aliran udara untuk
dan B.
3.6.7 Dokumentasi
diproduksi.
3. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik bahan
baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi serta hasil
pengujiannya.
catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets yang sudah diisi disimpan di
Pemastian Mutu.
Jenis produk yang diproduksi oleh Lafi Puskesad berupa tablet, kaplet,
kapsul, sirup kering, cairan obat luar, cairan oral dan salep obat luar yang
(TNI AD). Beberapa obat yang diproduksi oleh Lafi Puskesad (Terlampir).
PEMBAHASAN
tugas pokok Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yaitu dalam penyediaan obat-
yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat. Obat-obatan yang diproduksi Lafi
Puskesad tidak dipasarkan dan hanya digunakan untuk kebutuhan kesehatan intern
Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad) merupakan suatu badan
pelaksana pusat yang berada dibawah Pusat Kesehatan Angkatan Darat yang
Lafi Puskesad.
terbukti dengan telah diperolehnya tiga buah sertifikat CPOB untuk sediaan Non
β-laktam, tiga buah sertifikat CPOB untuk sediaan β-laktam dan sertifikat CPOB
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri
dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 5 Agustus 2019 – 30 Agustus 2019 84
jadi serta obat kembalian, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
mutu agar obat yang diproduksi sesuai dengan tujuan penggunaannya serta tidak
mutu di Lafi Puskesad dilakukan oleh pemastian mutu atau pastitu. Pastitu sudah
berdiri sejak dua januari 2013 dalam jangka waktu tersebut tugas-tugas yang
sudah dilakukan antara lain pelulusan produk, menyetujui protab dan menyimpan
dokumen-dokumen.
Tugas dan tanggung jawab di Lafi Puskesad sudah sesuai dengan pedoman
CPOB yaitu memastikan bahwa desain dan pengembangan obat dilakukan dengan
diuraikan secara jelas dan pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait
4.1.2. Personalia
dari struktur organisasi dan pendelegasian tugas dalam bentuk job description
jawabnya.
Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (QC) dan Kepala Instalasi Produksi. Personil
yang terdapat dalam struktur organisasi memiliki tugas dan tanggungjawab yang
jelas, sehingga personil yang bekerja dapat mengetahui tugas, wewenang dan
tanggungjawab masing – masing. Oleh karena itu setiap bagian instalasi dipimpin
oleh orang yang berbeda yang saling terkoordinassi antara satu dengan yang lain.
ketersediaan tenaga kerja yang cukup, bebas pencemaran dan tidak mencemari
masyarakat tidak sesuai dengan yang disyaratkan dalam CPOB, hal ini terjadi
karena situasi dan kondisi LAFI AD yang memanfaatkan bangunan yang sudah
ada.
laktam, non β-laktam, dan sefalosporin. Untuk bangunan sediaan injeksi kering
sefalosporin dilengkapi ruang kelas A dan saat ini belum dilakukan produksi,
masih dilakukan proses sertifikasi. Kondisi ruangan bangunan produksi juga telah
diatur dengan adanya system tata udara HVAC agar sesuai dengan persyaratan
dengan penggunaan epoksi. Pada area produksi yang dapat menimbulkan banyak
Lafi Puskesad memproduksi dua jenis sediaan obat, yakni sediaan golongan
pada bangunan yang terpisah yang dilengkapi dengan peralatan pengendali udara
a. Instalasi Produksi
menjadi beberapa kelas sesuai dengan CPOB. Produksi tablet dilakukan di ruang
kelas E, terdiri dari ruang penimbangan, ruang campur, ruang granulator, ruang
pengeringan, ruang karantina, ruang cetak tablet, ruang coating, ruang stripping,
ruang IPC dan ruang cuci alat. Produksi kapsul dilakukan di ruang kelas E terdiri
dari ruang pencampuran, ruang pengisian, polishing, dan ruang strip. Sedangkan
terpisah dari produk lainnya. Ruang kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang
karantina, ruang stagging, ruang isi kapsul, ruang stripping, ruang salut film,
ruang cetak tablet, ruang campur, ruang isi sirup kering, ruang botol bersih, ruang
simpan alat, dan ruang In Proses Control. Ruang loker kelas F terdiri dari loker
pria dan wanita, ruang pengemasan sekunder, ruang gudang kemas, ruang
dinding dan langit-langit dilapisi cat epoksi, permukaannya rata, halus dan
dihindari adanya celah, tidak terdapat sambungan agar tidak terjadi pertumbuhan
mikroba, mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih, tidak melepas atau
melalui filter udara yang dilengkapi dengan pre-filter, medium filter dan hepa
filter. Hepa filter mampu menyaring partikel berukuran 0,3 μm dengan tingkat
kemampuan 99,97%.
b. Instalasi Penyimpanan
cairan, gudang bahan baku obat (suhu sejuk dan suhu ruangan, gudang obat jadi,
tikus, termohidrometer, pallet plastik, lemari psikotropik, rak obat dan AC.
dengan adanya pembagian ruangan yang jelas untuk setiap bagian di Instalasi
4.1.4. Peralatan
dengan ukuran yang memadai dan ditempatkan pada tempat yang sesuai akan
Peralatan yang ada di Lafi Puskesad telah didesain dan dikontruksi sesuai
dimana bahan tersebut tidak menimbulkan reaksi, adisi atau pun absorbsi yang
peralatan dilakukan sesuai prosedur tertulis dan sesuai jadwal untuk mencegah
pelaksanan pemeliharaan dan pemakain alat dicatat dalam buku harian (log book).
Gedung produksi β-laktam dan Non β-laktam telah memiliki sanitasi yang
baik dan selalu dibersihkan secara berkala sesuai dengan prosedur tetap
kembali tanpa perlu pembersihan ulang dengan catatan alat dan ruangan
tersebut tertera label bersih dari QC. Jika lebih dari satu minggu dilakukan
3. Higiene Perorangan
olahraga setiap minggunya dan pemeriksaan rutin setiap enam bulan atau dua
belas bulan sekali. Karyawan yang sedang menderita flu, diare, sakit kulit dan
penyakit menular lain tidak boleh memasuki ruang produksi. Setiap akan
ruangan dan melalui air shower untuk membersihkan partikel – partikel yang
menggunakan alkohol.
pakaian yang sesuai untuk produksi yang dilengkapi dengan alat pelindung
diri seperti masker, penutup kepala, alas kaki, dan sarung tangan. Untuk
4.1.6. Produksi
menjadi produk ruahan dan pengemasan produk ruahan menjadi produk jadi.
Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil Analisa terhadap produk akhir,
melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi sejak
dan sirup. Proses produksi sediaan β-laktam, non β-laktam dan sefalosporin
tahunan dan tidak bergantung pada permintaan pasar. Selain itu, obat yang
diproduksi Lafi Puskesad tidak selalu sama dari tahun ke tahun karena produksi
obat yang dilakukan Lafi Puskesad tergantung perintah dari Puskesad yang
hasil produksi Lafi Puskesad. Pengawasan mutu bertujuan untuk memastikan obat
masa edar produk jadi. Cakupan pengawasan mutu antara lain pengambilan
sampel, pengujian sampel, penentuan status lulus atau tidak lulus berdasarkan
hasil pengujian terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi.
baku, bahan kemas dan obat jadi, In Process Control, penanganan sampel
pertinggal dan sampel pembanding, melakukan uji stabilitas, uji dalam rangka
terhadap personil, bangunan dan fasilitas, penyimpanan bahan baku dan obat jadi,
Inspeksi diri di Lafi Puskesad telah dilakukan minimal setahun sekali, tindakan
dan berjumlah tiga orang atau lebih. Tim inspeksi independen atau tidak berkaitan
penilaian inspeksi yang objektif. Sedangkan audit mutu biasanya dilakukan oleh
BPOM dan juga dilakukan oleh pihak luar yang melakukan Toll In manufacturing
di Lafi Puskesad.
contoh pertinggal pada nomor bets yang sama. Jika contoh pertinggal tersebut
mengalami cacat, maka Kalafi akan melaporkan kepada Puskesad. Tetapi jika
pengujian pada sampel pertinggal menunjukkan bahwa kualitas obat masih baik
dan sesuai dengan persyaratan, kemungkinan terjadi masalah pada saat distribusi
pendistribusian.
4.1.10. Dokumentasi
organisasi perusahaan dan merupakan bagian yang sangat esensial dari pemastian
ada di Lafi Puskesad. Penyampaian informasi secara menyeluruh dan cepat akan
Pengemasan Bets
diantaranya :
2. Buku pengeluaran
6. Bukti penyerahan
yang dapat menyebabkan mutu produk tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara
pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan
mutu).
menjadi dua (maklon) yaitu toll out dan toll in. Toll out adalah manufacturing Lafi
adalah berupa kerja samatoll in dari industri farmasi lain terutama untuk produk-
terkait harus memiliki sertifikat CPOB untuk sediaan yang sama, sedangkan
nomor registrasi hanya harus dimiliki oleh industri yang melakukan tool out.
Maklon bisa dilakukan mulai dari proses awal sampai akhir produksi atau hanya
pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan
dilakukan untuk membuktikan bahwa proses atau metode dapat memberikan hasil
bagian dari validasi yang dilakukan khusus untuk mesin, peralatan produksi
dilakukan dengan cara swab dan bilasan air, serta validasi metode analisis.
pada saat adanya mesin atau peralatan baru dan jika terjadi penurunan kinerja dari
mesin dan peralatan. Validasi dan kualifikasi dilaksanakan menurut prosedur tetap
kualifikasi sistem tata udara (HVAC), kualifikasi udara bertekanan, dan yang
1. Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang timbang, ruang mucilago, ruang
campur, ruang granulator, ruang pengering, ruang ayak, ruang cetak, ruang
penghisap debu, dan lapisan epoksi pada dinding dan lantai. Peralatan yang
mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap, mesin pencampur
pengering/FBD, granulator, mesin cetak tablet, mesin salut film, dan mesin
strip tablet. Tablet yang diproduksi oleh Lafi Puskesad adalah tablet biasa,
tablet kunyah, dan tablet salut film, tablet salut enterik dengan ukuran
diameter 6,5; 7,5; 10; 12; 13; 15 mm. Metode pembuatan tablet yang biasa
digunakan adalah metode cetak langsung dan granulasi basah, tetapi yang
lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah dengan tahap sebagai
berikut:
yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah jumlah putaran mesin, dan
homogen sampai terbentuk massa yang dapat dikepal dan tidak menempel
pada alat.
e. Proses pengeringan
Massa yang telah diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
pengeringan.
f. Proses pengayakan
g. Proses pengeringan
h. Proses pengayakan
Massa yang telah kering lalu diayak kembali dengan ayakan ukuran mesh
i. Pengawasan mutu
Granul yang telah lulus dalam uji mutu (IPC) kemudian dibuat massa cetak
k. Pengawasan mutu
debu/fines yang masih ada pada permukaan tablet. Parameter yang harus
m. Pengawasan mutu
dan kiri mesin cetak yang meliputi keragaman bobot, kekerasan tablet dan
tablet, kadar bahan aktif, dan uji disolusi untuk tablet tertentu pada hasil
n. Proses penyalutan
warna dan kecepatan pemutaran panci. Sedangkan untuk tablet yang tidak
o. Pengawasan mutu
p. Proses stripping
stripping harus dipanaskan terlebih dahulu. Suhu mesin tidak boleh terlalu
rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak dapat melekat satu sama
lain dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan
perlekatan yang buruk atau pelelehan pada stripnya. Selain suhu yang
q. Pengawasan mutu
dan nomor bets setiap 30 menit sekali. Tablet yang telah distrip akan
dikirim ke Seksi Kemas untuk dikemas sekunder, lalu obat jadi dikirim ke
2. Sediaan sirup
pengisian, dan ruang pencucian alat. Peralatan yang digunakan antara lain
mixer, colloid mill, panci double jacket, drum stainless, mesin pengisi sirup,
penutup botol, dan pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian (In
c. Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) yang telah
d. Pengawasan mutu
Pengujian mutu dilakukan terhadap hasil pencampuran yang terdiri dari uji
Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian, penutupan dan
menggunakan mesin ban berjalan yang bekerja secara semi otomatis. Pada
yang meliputi keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif, pH larutan,
dan bobot jenis. Setelah lulus uji mutu, dilakukan proses pengemasan
produksi sirup basah dan cairan obat luar dapat dilihat pada Lampiran 9.
3. Sediaan Kapsul
mesin polishing, dan mesin strip. Adapun alur proses produksi kapsul, yakni
sebagai berikut :
b. Pencampuran/granulasi
cangkang kapsul.
c. Pengawasan mutu
d. Pengisian kapsul
terhadap keragaman bobot, kadar zat aktif, dan waktu hancur kapsul dan
e. Polishing
f. Penyetripan
Setelah proses polishing, kapsul siap distrip dengan cara yang sama seperti
g. Pengawasan mutu
meliputi uji kebocoran strip secara visual, penandaan ED dan nomor bets
setiap 30 menit sekali.Kapsul yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan
obat jadi dikirim ke Instalsimpan. Alur proses produksi kapsul dapat dilihat
pada.
sampai tanda batas yang telah ditentukan sesuai volume yang diinginkan.
e. Pengisian, penutupan, dan labelling. Setelah lulus uji mutu maka dapat
f. Pengawasan mutu
keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif, pH dan bobot jenis. Produk
1. Gedung
washer, air shower, dan ruang penyangga (air lock), serta lantai, dinding, dan
2. Ruangan
c. Ruang kelas G, adalah ruangan untuk gudang Bahan Baku Obat (BBO)
3. Personel
penutup kepala, sepatu, dan sarung tangan sesuai dengan tempat atau ruangan
sebaliknya.
merupakan turunan β-laktam. Namun sampai saat ini, Seksi Sefalosforin belum
serbuk injeksi yang dilengkapi dengan laminar air flow (LAF) dan HEPA
filter. Di ruang ini terdapat juga ruang antara yang dilengkapi dengan air
g. Ruang kelas G, adalah ruangan untuk gudang bahan baku obat, bahan
penambahan udara segar (fresh air). Hal ini dimaksudkan karena ruang
l. Secara umum, udara kotor didalam ruangan disedot melalui grill outlet
kemudian disaring dengan beberapa filter yakni pre filter dan medium
filter. Khusus untuk ruang kelas B ditambah HEPA filter. Udara segar (air
fresh) yang beraal dari luar ruangan mengalami proses yang sama.
Sebelum masuk ke dalam ruangan, udara segar yang telah disaring dan
udara yang berasal dari grill outlet yang juga telah disaring akan dicampur
grill inlet.
Pengemasan dilakukan pada produk ruahan tablet, kapsul, sirup dan salep.
bahan pengemasan polycellonium. Tablet yang sudah di-strip, dipilih yang telah
lulus uji IPC kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan
brosur lalu disegel, setiap sak plastik berisi 25 strip, tiap-tiap strip berisi 10 tablet.
Hasil segel kemudian dimasukkan ke dalam dus yang dilengkapi dengan slip pak
dimana setiap dus isinya berbeda sesuai dengan ukuran diameter tablet.
Tablet diameter 6,5 dan 7,5 mm = setiap dus berisi 50 sak plastik
IPC kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan brosur lalu
disegel. Hasil segel kemudian dimasukkan ke dalam dus yang dilengkapi dengan
Untuk sirup dipak ke dalam dus, dilengkapi dengan sendok takar, brosur
dan slip pak. Untuk produk ruahan β-laktam, pengemasan dilakukan di ruang
kemas β-laktam.
dengan melipat box sebagai kemasan sekunder. Selanjutnya obat jadi diambil
sesuai dengan jumlah strip tiap kemasan dan di cek ulang berupa kerusakan
kemasan. Obat jadi yang sudah di cek kemudian dimasukkan kedalam box
persatu box-box yang sudah berisi obat jadi. Dengan monitoring berat ini dapat
diketahui apakah isi box berlebih atau kurang. Setelah dipastikan isi box sesuai
maka selanjutnya dilakukan proses sealing dan pengemasan dalam kardus ukuran
besar.
kemudian seksi kemas membuat laporan administrasi yang terdiri dari laporan
tetapi diterima oleh Gudang Pusat II sesuai aturan penerimaan barang kemudian
diperiksa barang yang datang dari tender secara administrasi dan fisik oleh tim
PPHP (Panitia Pemeriksaan Hasil Pngadaan) yang dibentuk oleh Kapuskesad dan
karantina. Bila barang barang tersebut telah memenuhi syarat maka barang
gudang bahan baku, gudang bahan pengemas dan gudang bahan pendukung. Tim
tembusan Instal simpan, kemudian LAFI akan membentuk tim komisi intern yang
bertugas menerima serta memeriksa jumlah dan keadaan barang dari Gupus 2.
Pengiriman barang dari Gupus 2 ke LAFI disertai dengan SKB (Surat Kirim
berdasarkan jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan di atas rak, barang
masuk ke ruang staging untuk dilakukan proses produksi, setelah obat jadi akan
dibawa ke Instalsimpan untuk administrasi dan ada berita acara jumlah obat jadi
kemudian obat jadi akan di serahkan ke Gupus, kemudian dari Gupus akan
didistribusikan.
5. Bukti penyerahan
7. Kartu gudang
8. Kartu kendali
kemas, gudang cairan, gudang sejuk untuk menyimpan obat jadi dan bahan baku
obat yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu 15-25º C. Material untuk
Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat. Secara
umum, tugas dan tanggung jawab instalwastu ada 5, yaitu Sampling, Testing,
f. Memastikan bahwa suatu batch obat tetap memenuhi persyaratan mutu selama
untuk pembacaan daya hambat antibiotik terhadap bakteri, Climatic Chamber, alat
1. Laboratorium Kimia
pemeriksaan mutu secara kimia seperti lemari asam dan Climatic Chamber.
2. Laboratorium Mikrobiologi
pembaca daya hambat antibiotik terhadap bakteri (Read Biotic) serta alat-alat
penunjang lainnya seperti inkubator untuk jamur dan bakteri, lemari pendingin
dan autoklaf.
3. Laboratorium Fisika
Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet yang disertai dengan uji ketebalan dan diameter tablet, alat uji keregasan
tablet, alat uji kebocoran strip dan alat uji waktu hancur tablet.
4. Ruang Instrumen
Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh pertinggal obat jadi dengan
6. Ruang Timbang
7. Gudang Reagen
8. Perpustakaan
9. Ruang Staff
mendapatkan air yang sesuai dengan spesifikasi dan kualitas air. Ada empat
Water
Air pasokan berasal dari air baku seperti sumur, sungai atau air PDAM.
Mutu air pasokan hendaklah dipantau secara rutin. Air yang digunakan oleh Lafi
Puskesad berasal dari PDAM karena air tersebut telah mengalami pengolahan
tidak stabil. Air tanah tidak digunakan karena mengandung mineral-mineral yang
setempat antara lain pemerian, pH, kesadahan, kadar besi, silika, mikroba;
pemakaian air sebagai APF atau air pasokan ke tahapan lanjut pengolahan air,
Bila air pasokan berasal dari sistem "in-house" misal air yang diperoleh
dari air sumur, pengolahan air baku, langkah pengolahan yang digunakan dan
rutin sesuai metode yang ditentukan Jika air disimpan, desain sistem dan
pemantauan pemenuhan spesifikasi secara berkala. Air pasokan yang dibeli dalam
tangki (tanker) menimbulkan masalah dan risiko tambahan, yang tidak terjadi
pada air pasokan yang disalurkan melalui pipa. Kegiatan penilaian pemasok dan
kendaraan pengirim, hendaklah diperlakukan dengan cara yang sama seperti untuk
mikroba pada filter karbon dan water softener. Bila mikroba telah menginfeksi
pengolahan air.
Proses pengolahan potable water ini sebagian besar dilakukan secara fisika
dan sebagian kecil secara kimia. Air baku yang digunakan bersumber dari air
Air yang dipakai dalam cooling tower harus memiliki kadar kesadahan, silika
dan minyak yang kecil. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pendinginan
terjadi penyerapan panas pada air sehingga temperatur air meningkat. Bila saat
itu kadar kesadahan, silika dan minyak dalam air tinggi maka akan terbentuk
sistem. Selain itu kadar besi dalam air harus memiliki kadar yang rendah agar
water memiliki kadar suspensi dan zat pengotor yang lebih sedikit
P-8 P-7
Well Water
E-4 E-8
P-12
Storage Tank
P-3 Potable Water
E-7
P-2 Dosing
P-5 P-4
Sand Catridge Carbon Zeolite P-14
City Water Pump
Filter filter Filter Filter
V-1
E-2 P-9 P-19 P-20 P-10 P-18
Storage Tank
E-1
Keterangan :
a. Storage Tank
Tahap ini dilakukan agar selama proses pengolahan potable water dapat
dikendalikan alirannya
b. Sand Filter
Filter ini terdiri dari pasir silika. Dapat menyaring suspensi berukuran partikel
250-500 nm. Contohnya adalah pasir dan endapan kasar yang tersuspensi.
endapan-endapan halus.
d. Carbon Filter
Filter ini terdiri dari karbon aktif. Dapat menyaring koloid yg berukuran 1-100
nm dan juga dapat menyerap minyak, bau, warna dan zat-zat organik lainnya.
e. Zeolite Filter
Filter ini terdiri dari zeolite yang memiliki kapasitas perubahan kation lebih
baik daripada karbon aktif. Dapat menyerap logam berat, bau, kopi, darah, cat,
sampah radioaktif, arsenik dan bahan-bahan beracun lain yang dapat ditemukan
dalam air. Dapat membuat air yang berada dalam kondisi pH asam menjadi
dapat berfungsi juga sebagai perisai penyaringan fisik untuk bakteri pathogen.
f. Chlorinasi
dengan tujuan sebagai zat desinfektan. Ditambahkan ke dalam air hingga kadar
Dalam proses pembuatan obat diperlukan air yang higienis, steril, dan murni
sehingga proses dan penetapan standar kualitas air dilakukan secara ketat dan
Alat proses yang telah dipakai harus dibersihkan dari sisa-sisa produk dan
pembersih, dibilas dengan potable water, lalu alat proses dibilas dengan
terakhir. Dengan kemurnian yang tinggi dan temperatur lebih dari 70⁰C
diharapkan purified water dapat membersihkan alat proses dari sisa residu
cairan sebagai pelarut sehingga kualitas purified water harus selalu dijaga.
Air umpan ketel harus terhindar dari zat-zat yang dapat menyebabkan
pengolahan secara kimia karena sumber airnya yaitu potable water yang
kandungan mineral dan ion saja yang harus dihilangkan agar air menjadi murni.
teknik pemurnian yang sesuai dan terkualifikasi atau tahapan teknik, dapat
digunakan untuk membuat Air Murni. Secara umum digunakan proses penukaran
ion, ultrafiltrasi dan/ atau proses RO. Teknik destilasi dapat juga digunakan.
Water/ HPW)
Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (ATPT) hendaklah dibuat dari
Air Murni. ATPT hendaklah memenuhi standar kualitas air untuk lnjeksi
diizinkan dalam produksi air untuk lnjeksi. Destilasi adalah teknik yang dipilih;
fase, dan dalam beberapa hal digunakan suhu tinggi pada peralatan proses,
air pasokan optimal atau cukup untuk pengolahan yang terus menerus;
Highly purified
Purified Water Water for injection
Peraturan
water
Europhean pharm, Europhean pharm, Europhean pharm,
terbaru CPOB
USP USP USP
Cunductivity at
1,3 μS/cm 1,3 μS/cm 1,3 μS/cm
250C
Heavy metals - 0,1 ppm 0,1 ppm
Nitrat - 0,2 ppm 0,1 ppm
Total Organic
<500 pb <500 pb <500 pb
Carbon
Microbial limit <100 cfu/mL <100 cfu/mL <100 cfu/mL
Endotoksin - <0,25 Eu/mL <0,25 Eu/mL
a. Kualifikasi
Sistem APF, Air Murni, ATPT dan Air untuk lnjeksi berdampak langsung
validasi KD, Kl dan KO, tetapi hanya fokus pada pendekatan KK yang hendaklah
panjang.
a. Fase 1
memantau sistem secara intensif. Selama jangka waktu pengujian ini sistem
kinerja.
pengujian:
ditetapkan;
tiap titik penggunaan dan titik sampel lain yang telah ditetapkan;
pemeliharaan;
sistem.
b. Fase 2
secara umum hendaklah sama seperti fase 1. Pada fase ini,air dapat digunakan
ditetapkan; dan
Produksi dan distribusi air dengan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan
c. Fase 3
dapat digunakan untuk tujuan pembuatan obat selama fase ini, yang memiliki
2.
b. Pemantauan Sistem
secara Berkesinambungan
aliran, tekanan, suhu, konduktivitas, dan IOC, serta pengujian sampel offline (di
titik penggunaan dan titik sampel yang spesifik. Sampel dari tempat penggunaan
hendaklah diambil dengan cara yang sama ketika air dialirkan untuk penggunaan.
nitrat, IOC, Angka Lempeng Total (ALT), bakteri patogen spesifik dan terhadap
Program kalibrasi;
perawatan selesai;
Pengkajian Sistem
Sistem APF (Air Murni, ATPT dan Air untuk lnjeksi) hendaklah dikaji
secara berkala pada interval waktu yang ditentukan.Tim evaluasi terdiri dari
bagian Teknik, bagian Pemastian Mutu, bagian Produksi dan bagian Perawatan.
Kinerja sistem;
Kehandalan;
Tren mutu,
Peyimpangan;
lnvestigasi;
Perubahan instalasi;
Buku log;
Kebutuhan investigasi;
CAPA
Kualifikasi (KD, FAT, Kl, SA I, KO, KK) atau dokumen verifikasi setara
Sistem APF (Air Murni, ATPT dan air untuk injeksi) adalah sistem yang
cenderung menjadi subyek inspeksi Badan POM dari waktu ke waktu. Pengguna
Daftar berikut dapat dijadikan acuan dalam inspeksi atau audit terhadap
Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem dengan
penandaan fungsi alat mulai dari awal inlet sampai titik pengguna lengkap
sampel;
Fase Duras
Frekuensi Parameter
validasi i
-Pemeriksaan Kimia
-Conductivity
-Pemeriksaan
mikrobiologi
-Pemeriksaan Kimia
-Conductivity
-Pemeriksaan
Mikrobiologi
Kualifikasi 1 Setiap 1 minggu -Pemeriksaan Kimia
-TOC
-Pemeriksaan
Mikrobiologi
produksi; beta laktam, non beta laktam dan sefalosporin. Pemisahan sistem
HVAC ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antar produk.
1. Beta laktam
Perbedaan tekanan ini bertujuan agar partikel beta laktam dari ruangan
b. Suhu pada ruang penyimpanan bahan baku (zat aktif) berkisar antara 8
tambahan.
d. Jumlah pertukaran udara yang terjadi pada ruang produksi beta laktam
adalah 20 x /menit.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 5 Agustus 2019 – 30 Agustus 2019 128
e. Filter udara yang digunakan adalah pre filter (G4), medium filter (F8)
lingkungan di sekitarnya.
b. Suhu pada ruang penyimpanan bahan baku (zat aktif) dan ruang
c. Filter udara yang digunakan adalah pre filter (G4), medium filter (F8)
d. Jumlah pertukaran udara yang terjadi pada ruang produksi beta lactam
adalah 20 x /menit
3. Sefalosporin
lingkungan.
filter dan laminar air flow untuk menjaga jumlah partikel agar tercipta
suatu kondisi steril; ruang kelas B juga menggunakan hepa filter tetapi
ke ruangan kelas C dan D. jika ada ruang kelas E dan F maka udara
bersih dan terjaga dari kontaminasi karena akan bersentuhan langsung dengan
produk. Udara diambil dari udara luar dan diberi kompresi, kemudian difilter
pendistribusian, maka bahan pipa, tangki dan katup yang digunakan terbuat
stainless steel kelas SS 316 dan hanya menggunakan satu jalur distribusi
tiba-tiba.
Kompresor yang digunakan adalah kompresor bebas minyak (Oil Free Scroll
Air Compressor Ingersoll Rand® AS 2-11 kw); yang bermaksud bebas oli di
melumaskan area gear yang dipisahkan dengan segel. Sementara untuk tipe
alat pengering udara yang digunakan adalah Refrigerated Air Dryer dan unit
alat penyaring udaranya adalah pre filter (posisi: setelah udara keluar dari
kompresor dan dari air receiver), oil removal, active carbon filter (setelah
udara keluar dari air dryer) dan final filter (pada masing-masing ruangan,
kecuali pada bangunan beta lactam, hanya ada satu buah yang posisinya
adalah 23 ruangan; dengan rincian 7 ruangan beta lactam (ruang mixing, ruang
cetak kaplet, ruang cuci alat, ruang isi kapsul, ruang strip, ruang isi serbuk,
dan ruang cuci botol); 11 ruangan di fasilitas non beta produksi padat (ruang
isi kapsul 1 dan 2, ruang strip 1, 2, 3 dan 4, ruang salut 2, ruang cuci alat dan
ruang campur); 5 ruangan pada fasilitas non beta produksi cair (ruang isi
cairan luar, ruang isi cairan oral, ruang campur tetes telinga, ruang cuci alat 1
dan 2, ruang cuci botol, dan ruang pengemasan). Contoh pemanfaatan sistem
pada alat Fluid Bed Dryer (FBD) untuk menggerakan granul basah.
filter udara, pemeriksaan baut yang longgar dan dipadatkan. Sementara untuk
pemeriksaan cooing fan serta penggantian selang yang bocor. Selain tindakan
dihitung dengan alat particle counter; dan Dew Point untuk mengecek jumlah
padat dimulai saat penyedotan debu oleh dust collector dengan bantuan blower
padat yang dihasilkan dari proses penyalutan tablet, limbah terlebih dahulu diolah
dengan sistem air washer agar berubah bentuk menjadi limbah cair yang
kemudian akan dikumpulkan bersama limbah cair lainnya pada bak sedimentasi.
washer (limbah padat atau debu disedot oleh blower kemudian dikumpulkan
NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, lalu kembali
dinetralkan dengan pemberian HCl. Limbah hasil destruksi ini dialirkan ke bak
pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan Poly
Alumunium Chloride (PAC) pada bak koagulan dan flokulan polimer anionik pada
yang terdapat pada bak aerasi untuk menghancurkan zat – zat organik yang
urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri serta aerator yang memompa oksigen.
Air limbah yang masuk dari produksi β -laktam (dari bak destruksi) maupun
sedimentasi pertama.
Pada tahap ini terjadi pengendapan kembali, didalam bak ini terdapat sekat-
berlangsung lama dan kotoran dapat terhenti oleh sekat-sekat tersebut. Air
3. Bak Ekualisasi
Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air
kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini
mengendap.
Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara
kontinyu. Di dalam bak ini terdapat bakteri aerob yang berguna untuk
memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu di dalam bak ini
penjernih air limbah. Pada bak ini terdapat 2 alat defuser yang berfungsi
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak clarifier. Dalam bak ini
6. Bak Koagulasi
Air dari bak clarifier masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak ini
Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000
L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak penampung koagulan dan terjadi
proses kimia.
7. Bak Flokulasi
Dari bak koagulasi air dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk
dalam 1000 L air. Pada bak flokulasi, air yang sudah jernih mengalir ke bak
kontrol melalui bidang yang miring ke satu arah untuk menahan endapan dan
partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi.
Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak
kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan masuk
ini menahan endapan dan partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air
limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak
akhir).
Dari bak flokulasi, air yang masih mengandung endapan dialirkan ke dalam
bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian bawah bak. Pada
bak ini diberi karung dan serabut yang berfungsi sebagai penyaring untuk
menampung endapan, sedangkan air yang lebih jernih masuk ke dalam bak
penampung cairan.
Dari bak ini air yang kemungkinan masih mengandung endapan dialirkan ke
Air yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai
Solid), dan pH (6-9) dari air yang terdapat dalam bak kontrol ini, jika hasilnya
5.1 Kesimpulan
Darat (Lafi Puskesad) pada periode 05 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2019
2. Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang besar di Lafi Puskesad.
(Quality Assurance). Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
Prosedur Tetap (Protap) tahun 2010 tentang Tugas dan Tanggung Jawab
Pengelolahan Air Limbah Lafi Puskesad.
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun
1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.
Gudang Instalsimpan
Penimbangan
Pemeriksaan Batch
Record Pengecekan Peralatan
Ruangan dan Jenis
Pemeriksaan produk ½ jadi Jumlah Bahan Baku,IPC
oleh Instalasi. Wastu Proses Produksi
Pengepakan
Pengecekan Alat. Ruang,
Produk Ruah, Label, Wadah
Pemeriksaan produk obat jadi Ins simpan
oleh Instalasi. Wastu (Gudang karantina)
Pemeriksaan Batch
Uji Stabilitas oleh Gudang Pusat II
Instalasi.Wastu
Distribusi
Pengepakan
Pengguna/User
Cek Ulang
Gudang Daerah
LEMBAGA FARMASI
NOMOR : / /201
6. TGL DALUAWARSA :
11. PERMINTAAN DARI 12. MAKSUD PENGUJIAN :
No.....
Contoh :..No..
a. Pemerian
b. Identifikasi
c. Kemurnian
d. Kelarutan
e. Keasaman/Kebasaan
l. Kadar : % (Syarat : - )
14. PEMERIKSAAN LAIN :
15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap
17. KESIMPULAN :
16. CATATAN :
18. PEMERIKSA :
NOMOR : / P /201
4. - JUMLAH :
9. DITERIMA TANGGAL :
Botol
- - 201
- SELESAI KEMAS TGL : -
10. MULAI DIUJI TANGGAL :
-201
- - 201
5. KEMASAN :
11. SELESAI DIUJI TANGGAL :
6. TGL DALUAWARSA :
- - 201
7. TANGGAL PEMBUATAN : - -
2011
Pem.
Lab. :
12. PERMINTAAN DARI : Ins. 13. MAKSUD PENGUJIAN :
201
a. Pemerian :
b. Identifikasi :
c. pH Larutan :
f. Kadar :
(Syarat : %- %)
g. Hasil Jadi :
18. PEMERIKSA :
Gambar 11. Blanko Laporan Hasil Pengujian Larutan/ Sirup
Penimbangan
Pencampuran
Granulisasi
Pengeringan
Pengayakan
Pencampuran
QC
Pencetakan
QC
Produk Jadi
Intalsimpan
Gambar 12. Skema Alur Proses Produksi Tablet Secara Granulasi Basah
Cetak Langsung
Pencampuran
Wastu
Pencetakan
Wastu/IPC
Tablet non
coating Penyalutan
Wastu/IPC
Stripping
Wastu/IPC
Produk Jadi
Wastu
Pengemasan Sekunder
Wastu
Instal SIMPAN
Gambar 13. Skema Alur Produksi Tablet Biasa/ Salut dengan Metode Cetak
Langsung
Penimbangan
Pencucian botol
Pencampuran
Pengeringan
wastu
Pengisian &Penutupan
wastu
QC
QC
Bentuk 02
BUKTI PENYERAHAN
Dari :
Kepada :
Nama Barang Surat perintah
SIMPAN
( ) ( )
MENGETAHUI,
KARTU GUDANG
AWA
BAK
SEDIMENTASI I
Limbah
Beta
laktam
Instalsimpan
Barang masuk ke
koridor kelas E
Final inspection
Instalsimpan Gupus II
Distribusi
Gambar 25. Alur Material Bahan Baku Obat dalam Proses Produksi
alkohol
6 Lafihistamin Mebhidrolin Tablet
7 Lafinazole Miconazole Nitrat Salep
Larutan
8 Lafiodine Povidon Iodin 10%
antiseptic
9 Lafitens Captopril Tablet
10 Metron Metronidazol Tablet
11 Neodiare Attapulgit Tablet
12 Neolafimag Sanalmin, Simetikon Tablet kunyah
Parasetamol, Klorfeniramin Maleat,
13 Neostopflu Tablet
Fenilpropanolamin
Antalgin, Klordiazepoksid, Tiamin
Sianokobalamin, Kofein
15 Neurobiad Vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12 Tablet
16 Ponstad Asam Mefenamat Kaplet, Kapsul
Fe gluconas, Mn Sulfat, Cu sulfat, Asam
17 Sangobiad Kapsul
Folat, Sianokobalamin, vitamin C
18 Solvonad Bromheksin HCl Tablet
19 Sultrim Trimetoprim, Sulfametoksazol Tablet, Sirup
20 Thiamfi Tiamfenikol base Kapsul
21 Yudhavit Ekstrak ginseng, Vit A, Vit B1, Vit B2, Kaplet