Disusun Oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Apoteker (APT) Program Studi
Profesi Apoteker
Disusun Oleh :
apt. Unsyura DhipaBudaya,M.Farm Letkol Laut (K) apt. Hery wahjudi, S.SiM.Si
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Khusus Praktik Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) bidang industri di Lembaga Farmasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
(Lafial) Drs Mochamad Kamal Jakarta. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
berlangsung pada tanggal 1-12 September 2020. Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di
bidang Industri ini disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian Program Studi Profesi
Apoteker. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil pembelajaran, pengamatan dan informasi
yang diperoleh selama kegiatan PKPA industri berlangsung.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari adanya bimbingan, saran, pendapat, atau
perbaikan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Lektol Laut (K) apt. Hery Wahjudi, S.Si M.Si selaku pembimbing di
Lembaga Farmasi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Lafial) Drs.
Mochamad Kamal
2. Ibu apt. Diah Ramadhani, M.Si selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
3. Ibu apt. Rabima, M. Farm selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus
1945
4. Bapak apt. Unsyura Dhipa Budaya, M. Farm selaku Pembimbing PKPA Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945
5. Seluruh staf dan karyawan Lembaga Farmasi Angkatan Laut Drs. Mochamad
Kamal Jakarta yang telah memberikan bantuan dan perhatian selama pelaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini
6. Teman- teman profesi Apoteker angkatan 42, atas segala bantuan dan motivasi
yang telah diberikan
Dengan segala kerendahan hati, kami sadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk menjadi lebih
baik. Semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dalam rangka pengabdian profesi dan
dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang membaca laporan ini serta ilmu dan
pengalaman yang telah diperoleh selama PKPA di Lembaga Farmasi Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Laut (Lafial) Drs. Mochamad Kamal ini dapat berguna sebagai bekal
bagi penulis dalam rangka pengabdian profesi dan dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam dunia farmasi khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................II
KATA PENGANTAR..............................................................................................................III
DAFTAR ISI...........................................................................................................................V
DAFTAR TABEL....................................................................................................................VII
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................VIII
BAB I PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan............................................................................................................................59
4.2 Saran.......................................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................60
LAMPIRAN..................................................................................................................................61
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Oven Pengering Casburt dengan Pengatur Suhu yang digunakan dalam
pembuatan butiran dan manik-manik pelepasan terkontrol.................................13
Gambar 2. Skema metode granulasi basah............................................................................14
Gambar 3. Alat yang digunakan untuk menguji waktu alir....................................................17
Gambar 4. Alat yang digunakan untuk melakukan persen kompresibilitas terhadap
granul/massa cetak adalah berupa Jouling tester (Tappeddensitytester)
..............................................................................................................................
19
Gambar 5.Alat yang digunakan untuk melakukan uji kadar lembab terhadap granul/massa
cetak adalah berupa Oven
..............................................................................................................................
20
Gambar 6. Moisture Analyzer-Boeco BM035.......................................................................20
Gambar 7. Alat untuk melakukan uji keseragaman terhadap bobot adalah timbangan
analitik
..............................................................................................................................
21
Gambar 8. Jangka sorong.......................................................................................................22
Gambar 9. Alat uji ukur kekerasan tablet manual.................................................................23
Gambar 10. Uji ukur kekerasan tablet digital........................................................................24
Gambar 11. Alat uji kerapuhan..............................................................................................25
Gambar 12. Alat uji waktu hancur.........................................................................................26
Gambar 13. Proses Pengemasan Obat...................................................................................39
Gambar 14. Alat Mesin Stripping Tablet...............................................................................40
Gambar 15. Mesin Coding Inject Printer..............................................................................41
Gambar 16. Rekomendasi jumlah partikel di lingkunganproduk nonsteril...........................42
Gambar 17. Alat Uji Kebocoran Strip, Vacuum Leak Tester Erweka...................................44
Gambar 18. Layout Gudang Di Industri Farmasi..................................................................49
Gambar 19. Denah Lokasi Lafial Drs.Mochamad Kamal.....................................................61
Gambar 20. Struktur Organisasi Lafial Drs.MochamadKamal.............................................62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, memiliki peran strategis dalam
usaha pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tersedianya obat dalam jumlah, jenis dan
kualitas yang memadai menjadi faktor yang penting dalam pembangunan nasional
khususnya dibidang kesehatan. Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting
adalah tersedianya obat bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat. Hal itu disebabkan
karena obat digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan atau memelihara
kesehatan. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakat
akan arti pentingnya kesehatan, maka industri farmasi dituntut untuk menyediakan obat
dalam jenis dan jumlah yang memadai serta kualitas yang baik. Berkaitan dengan hal
tersebut, pada tataran global industri farmasi dikenal sebagai industri yang syarat dengan
inovasi yang berbasis pada penelitian dan pengembangan (R&D), industri farmasi
menghasilkan output ekonomi yang besar, investasi dan penyerapan tenaga kerja yang
memainkan peranan penting pada perekonomian negara-negara maju.
Teknologi farmasi berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tuntutan dalam pemenuhan kesehatan. Maka diperlukan lebih banyak lagi
studi Teknik pembuatan sediaan obat. Diharapkan dengan studi ini akan didapatkan suatu
produk yang lebih baik dan lebih efisien. Tablet merupakan suatu sediaan farmasetis yang
sangat digemari oleh masyarakat karena penggunaannya yang praktis. Keunggulan tablet
diantaranya merupakan sediaan kompak yang mudah digunakan, sediaan oral dengan
ketepatan ukuran serta variabilitas yang paling rendah, serta dapat memberikan stabilitas
obat dalam sediaan yang baik.
Seperti yang sudah diketahui, bahwa kegiatan industri farmasi tidak luput dari
memproduksi suatu obat salah satunya obat jenis tablet. Untuk menghasilkan suatu sediaan
tablet yang memenuhi persyaratan, jumlah atau konsentrasi dari bahan tambahan yang
digunakan harus benar-benar diperhitungkan termasuk bahan pengikat dan bahan
penghancur. Selain itu, dalam proses pembuatan tablet harus memperhatikan sistem
produksi yang baik berdasarkan sistem CPOB untuk menghindari adanya keluhan terhadap
produk tablet yang dihasilkan, dimulai dari penerimaan bahan awal sampai obat tersebut
dapat didistribusikan. Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk mengetahui secara
mendalam tentang produksi sediaan tablet di dalam industri farmasi. Dari latar
1
belakang tersebut
2
diharapkan bagi Mahasiswa/I calon Apoteker untuk dapat memahami tentang produksi
sediaan tablet berdasarkan prinsip CPOB di Industri Farmasi. Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut (Lafial) Drs. Mochamad
Kamal Jakarta merupakan salah satu sarana pelatihan bagi mahasiswa profesi apoteker
sebelum menjalankan perannya di bidang Industri Farmasi.
Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah
melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal pemasok.
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi
spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Dianjurkan
agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal dibicarakan dengan
pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi dan pengawasan bahan awal
tersebut, termasuk persyaratan penanganan, pemberian label dan pengemasan, juga
prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan dengan pabrik pembuat dan
pemasok (Fatmawati, 2015).
Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan
hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor bets/lot, tanggal penerimaan atau
penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal kadaluwarsa bila ada. Sebelum diluluskan
untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan
nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi
hendaklah tidak dipakai. Tiap pengiriman atau bets bahan awal hendaklah diberi nomor
rujukan yang akan menunjukkan identitas pengiriman atau bets selama penyimpanan dan
pengolahan. Nomor tersebut hendaklah jelas tercantum pada label wadah untuk
memungkinkan akses ke catatan lengkap tentang pengiriman atau bets yang akan
diperiksa. Apabila dalam satu pengiriman terdapat lebih dari satu bets maka untuk tujuan
pengambilan sampel, pengujian dan pelulusan, hendaklah dianggap sebagai bets yang
terpisah (Fatmawati,2015).
Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi
umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan,
dan tentang kesesuaian catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Sampel diambil
oleh personil dan dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pengawasan
Mutu. Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi
(Fatmawati,2015).
Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi. Dalam
keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap spesifikasi dapat
ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan pemastian identitas yang
dilakukan sendiri. Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada
suatu pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan terhadap
kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok. Bahan awal yang diterima hendaklah
dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian
Pengawasan Mutu (BPOM,2018).
Untuk menjamin identitas isi bahan awal dari tiap wadah hendaklah dibuat prosedur
atau dilakukan tindakan yang tepat. Wadah bahan awal yang telah diambil sampelnya
hendaklah diidentifikasi. Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah
ditempelkan hanya oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan label yang
digunakan oleh pemasok (misal dengan mencantumkan nama atau logo perusahaan). Bila
status bahan mengalami perubahan, maka label penunjuk status hendaklah juga diubah
(BPOM, 2018). Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk
meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam
kondisi yang baik. Hanya bahan awal yang sudah diluluskan oleh bagian Pengawasan
Mutu dan masih dalam masa
simpan yang boleh digunakan (BPOM, 2018).
Bahan awal, terutama yang dapat rusak karena terpapar panas, hendaklah disimpan
di dalam ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat. Bahan yang peka
terhadap kelembaban dan atau cahaya hendaklah disimpan di bawah kondisi yang
dikendalikan dengan tepat. Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh
personil yang berwenang sesuai dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan
bahan hendaklah disimpan dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan
(BPOM, 2018).
2.1.1 Area Penyimpanan Bahan Awal
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label hendaklah
memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut (BPOM, 2018):
1. Nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
2. Nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
3. Status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);dan
4. Tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bilaperlu.
Jika digunakan sistem penyimpanan terkomputerisasi yang divalidasi penuh, maka
semua keterangan di atas tidak perlu ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca pada label.
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan
rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina,
produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran.
Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi
penyimpanan yang baik; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat
penerangan yang cukup serta dipelihara dalam batas suhu yang ditetapkan Apabila kondisi
penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan, kondisi tersebut hendaklah
disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat dimana diperlukan.
Area penerimaan dan pengiriman barang hendaklah dapat memberikan perlindungan
bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan hendaklah didesain dan dilengkapi
dengan peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang bila perlu
sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan.
Apabila status karantina dipastikan dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka
area tersebut hendaklah diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas
bagi personil yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina barang
secara fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.
Hendaklah disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk
pengambilan sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area
penyimpanan, maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk
mencegah pencemaran atau pencemaran silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi
ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia. Area terpisah dan terkunci hendaklah
disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali
atau yang dikembalikan.
2.1.2 Penimbangan Bahan Awal ( BPOM, 2012 Hal 35)
Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai
prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan
akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk
antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan
dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian
produksi, adalah sangat penting untuk menghindarkan terjadinya kecampurbauran,
pencemaran silang, hilangnya identitas dan keraguan, maka hanya bahan awal, produk
antara dan produk ruahan
yang terkait dari satu bets saja yang boleh ditempatkan dalam area penyerahan. Setelah
penimbangan, penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan
hendaklah diangkut dan disimpan dengan cara yang benar sehingga keutuhannya tetap
terjaga sampai saat pengolahan berikutnya. Sebelum penimbangan dan penyerahan, tiap
wadah bahan awal hendaklah diperiksa kebenaran penandaan, termasuk label pelulusan
dari Bagian Pengawasan Mutu.
Kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat ukur yang dipakai hendaklah
sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau ditakar. Untuk tiap penimbangan atau
pengukuran hendaklah dilakukan pembuktian kebenaran identitas dan jumlah bahan yang
ditimbang atau diukur oleh dua orang personil yang independen, dan pembuktian tersebut
dicatat.Ruang timbang dan penyerahan hendaklah dijaga kebersihannya. Bahan awal steril
yang akan dipakai untuk produk steril hendaklah ditimbang dan diserahkan di area steril.
Kegiatan penimbangan dan penyerahan hendaklah dilakukan dengan memakai peralatan
yang sesuai dan bersih.
Bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa
ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke area
produksi. Sesudah ditimbang atau dihitung, bahan untuk tiap bets hendaklah disimpan
dalam satu kelompok dan diberi penandaan yang jelas.
Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personal yang berwenang sesuai
prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur dengan
akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar. Pembuatan dan
penimbangan sediaan tablet dengan menggunakan metode granulasi basah (BPOM,
2018). Sediaan padat memiliki prinsip pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
adalah dengan membuat granul terlebih dahulu. Granul yang dimaksud disini termasuk
sebagai komponen dalam. Jadi, diawal pembuatannya mula-mula hitung terlebih dahulu
jumlah masing-masing komponen dalam, kemudian timbang masing-masing komponen
tersebut dan setelah itu campur komponen dalam tersebut dalam suatu wadah. Buatlarutan
pengikat, bila terdapat zat warna dapat dicampur ke dalam larutan pengikat. Aduk
komponen dalam dengan larutan pengikat, dan campur homogen sampai didapat granulat
yang homogen dapat dilihat dengan pewarnaan yang merata. Kemudian ayak granulat
menjadi butiran-butiran, keringkan granul di oven pada suhu 40 – 60°C. Setelah granul
kering,kemudian timbang seluruh granulat untuk menghitung jumlah komponen luar.
Timbang komponen luar lalu campur dengan granul hingga homogen. Lakukan uji
granul. Jika pada saat melakukan pengujian ternyata semua granul memenuhi syarat,
maka dapat dilanjutkan dengan melakukan pencetakan tablet. Hasil tablet yang dicetak
kemudian dilakukan uji sediaan tablet (Sulaiman, 2007).
2.2 Pencampuran
Pencampuran adalah salah satu operasi farmasi yang paling umum. Sulit untuk
menemukan produk farmasi dimana pencampuran tidak dilakukan pada tahap pengolahan.
Pencampuran dapat didefinisikan sebagai proses di mana dua atau lebih komponen dalam
kondisi campuran terpisah atau kasar diperlakukan sedemikian rupa sehingga setiap
partikel dari salah satu bahan terletak sedekat mungkin dengan partikel bahan atau
komponen lain. Proses ini melibatkan pencampuran gas, cairan atau padatan dalam setiap
kombinasi dan rasio dua atau lebih komponen yang mungkin (Madinah, 2008).
2.3 PencetakanTablet
2.3.1 Metode granulasi basah
Granulasi basah adalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang
akan menghasilkan aglomerasi atau granul. Metode ini merupakan metode tertua
yang paling luas dan paling banyak digunakan dalam proses pembuatan tablet. Hal
tersebut disebabkan oleh karena hampir semua bahan obat/kebanyakan dapat
dicetak dengan metode ini dan memenuhi semua persyaratan tablet dengan baik
(Fatmawati, 2015). Metode ini biasanya digunakan apabila bahan aktif tahan
terhadap lembab dan panas.
Umumnya juga untuk bahan aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan
kompresibilitasnya tidak baik (Teknologi sediaan solid, 2018). Prinsip dasar untuk
metode granulasi basah yaitu (Gibson Mark, 2009):
1. Pencampuran kering: Bahan awal dicampur bersama. Sebelum pencampuran,
bahan dapat dideaglomerasi dengan proses penggilingan atau penyaringan.
Jika butiran memiliki kandungan obat yang rendah, zat aktif dapat dicampur
terlebih dahulu dengan salah satu bahan sebelum ditambahkan ke bejana
granulasi untuk memastikan keseragaman kandungan yang baik.
2. Penambahan cairan granulasi: Cairan granulasi ditambahkan ke bahan kering
dan dicampur untuk membentuk massa basah. Pencampuran cairan dengan
bahan kering menyebabkan aglomerasi bubuk. Aglomerasi ini dapat dikontrol
dengan mengubah jumlah fluida/cairan yang ditambahkan, intensitas
pencampuran, dan durasi pencampuran. Tergantung pada keadaan aglomerasi
yang dicapai, tahap ini dapat diikuti dengan proses pengayakan basah untuk
memecah aglomerat yang lebih besar.
3. Pengeringan: Cairan dikeluarkan dengan proses pengeringan.
4. Penggilingan: Butiran kering menjalani operasi pengayakan atau penggilingan
untuk mendapatkan distribusi ukuran partikel yang diinginkan.
Adapun beberapa keuntungan metode Granulasi Basah sebagai berikut :
1. Terbentuknya granul dapat memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas, proses
kompaksasi lebih mudah karena pecahnya granul membentuk permukaan baru
yang lebih aktif
2. Zat aktif dosis tinggi yang mempunyai aliran atau ketermampatan yang buruk
harus digranulasi dengan granulasi basah untuk memperoleh aliran dan kohesi
yang cocok untuk pengempaan.
3. Untuk bahan dengan dosis rendah dengan pewarna, maka distribusi lebih baik dan
menjamin keseragaman isi zat aktif
4. Granulasi basah mencegah pemisahan komponen-komponen campuran serbuk
yang homogen selama pemrosesan, pemindahan, dan penanganan.
5. Laju disolusi zat aktif yang tidak larut dapat ditingkatkan oleh granulasi basah
dengan pilihan palrut dan pengikat yang tepat. Bentuk sediaan lepas terkendali
dapat dibuat dengan pemilihan pengikat dan pelarut yangsesuai.
Terdapat juga kerugian metode granulasi basah sebaga berikut (Fatmawati, 2015):
Adapun juga proses pembuatan tablet secara granulasi basah menurut Fatmawati,
2015 yaitu :
a. Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dalam mesin penggiling.
Misalnya menggunakan mesin “Tornado Mill”
b. Pencampuran zat aktif, zat pengisi, sebagian zat disentegran dalam mesin
pencampur misalnya “Planetary mixer” atau “Twin shell blender”. Atau
pencampuran zat aktif, zat pengisi, zat pengikat kering/sebagian zat disintegran
(penambahan pengikat kering) dalam mesin “Planetary mixer” atau “Twin
shellblender”.
c. Penyiapan cairan penggranulasi basah, larutan mucilago atau suspensi atau
larutan gel. Atau penyiapan air, alkohol, atau hidroalkohol untuk mengaktifkan
pengikat kering
d. Pembuatan massa granulasi basah dengan cairan penggranulasi dalam mesin
seperti “Sigma blade mixer”
e. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstruksi melalui mesin
“oscillating granulator” dengan lempeng penyaring 6-12 mesh atau melalui
mesin “fitz mill” dilengkapi dengan lempeng penyaring besi yang diperforasi.
f. Granul lembab dikeringkan di oven pada suhu 500C –600C atau dalam pengering
“fluid beddryer”
g. Granul yang telah kering diekstruksi dalam mesin oscillating granulator dengan
lempeng penyaring 18-20 mesh atau dengan mesin fitz mill dengan lempeng
penyaring 18-20 mesh.
h. Granul ditapis melalui penyaring 18-20 mesh kemudian dipindahkan ke mesin
“twin shell blender” dan dicampurkan dengan disintegran glidan dan lubrikan
yang telah diayak dengan pengayak 200 mesh.
i. Massa dikempa menjadi tablet.
2.3.3 In Process Control Granulasi Basah
Menurut Fatmawati (2015), In process control yang dilakukan pada metode
granulasi basah adalah sebagai berikut :
1. IPC granul kering berupa penghitungan loss on drying (LOD), bulk density
atau tappeddensity).
2. Proses pencetakan tablet dimulai dengan melakukan start control terlebih
dahulu, jenis IPC yang dilakukan adalah : bentuk, warna, diameter dari 3
tablet rata-rata berat dari 3 kelompok tablet yang berjumlah 20, berat
individu dari 20 tablet, ketebalan dari 10 tablet, waktu hancur dari 6 tablet
pada air 370C, uji kekerasan dari 10 tablet dan friability test dari 20 tablet.
Pemeriksaan diatas juga dilakukan setelah mesin dimatikan dan akan
memulai pencetakanlagi
3. Selama proses pencetakan berlangsung, dilakukan IPC tablet meliputi : rata-
rata berat 20 tablet setiap 15 menit, berat individu dari 20 tablet, ketebalan dari
10 tablet yang dilakukan setiap jam, waktu hancur dari 6 tablet pada air 370C,
friability dari 20 tablet dan LOD yang dilakukan pada start control di pagi hari.
2.4 Evaluasi
Persyaratan tablet harus memenuhi spesifikasi fisik dan standar kualitas lainnya.
Ini termasuk kriteria berat, variasi berat, keseragaman isi, ketebalan, kekerasan,
disintegrasi, dan disolusi. Faktor-faktor ini harus dikontrol selama produksi (kontrol
dalam proses) dan diverifikasi setelah produksi setiap batch untuk memastikan bahwa
standar kualitas produk yang ditetapkan terpenuhi
Menurut Teknologi sediaan solid (2018), Granulat sebaiknya memenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :
a. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin teratur (homogen)
b. Sedapat mungkin memiliki distribusi butir yang kecil dan mengandung
bagian berbentuk serbuk tidak lebih dari10%
c. Memiliki daya hancur yang baik
d. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan
e. Tidak terlampau kering
f. Hancur baik di dalam air
2.4.1 Evaluasi sediaan granul / massa cetak
a) Uji WaktuAlir
Sifat-sifat mengalir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya. Partikel-
partikel padat saling tarik-menarik dan gaya yang bekerja antara partikel bila
mereka berhubungan terutama gaya permukaan. Gaya gesekan, gaya tegangan
permukaan, dan gaya mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya
partikel yang bentuknya tidak teratur. Sementara itu, gaya elektrostatik dan
gaya kohesi dapat mempengaruhi sifat mengalir dari zat padat. Granul-granul
yang diperoleh dari granulasi basah. Gaya gesekan umumnya lebih menonjol
dari pada gaya kohesi. Syarat yang ditetapkan adalah untuk 10 gram massa
massa tidak lebih dari 1detik.
Nilai Gambaran Alir
> 10 Mengalir bebas
4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Kohesif
< 1,6 Sangat kohesif
Tabel 1.Syarat waktu alir
Alat yang digunakan untuk melakukan metode uji waktu alir adalah dengan
metoda corong
c. Volume awal dicatat, kemudian ketuk atau hidupkan alat sampai tidak
terjadi pengurangan volume.
Uji kadar lembab dilakukan untuk melihat kelembaban granul pada metoda granulasi basah.
Adapun cara melakukannya adalah sebagai berikut
a. Timbang 5 gram granul yang sudah kering
b. Siapkan oven dengan suhu105C.
c. Masukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan pada suhu 105°C selama 2 jam,
kemudian timbang granul sampai bobot tetap (konstan).
d. Hitung selisih bobot. Selisih bobot itu adalahpersentasenya
e. Selain itu untuk melakukan uji kadar lembab terhadap granul dapat juga dilakukan
menggunakan alat yang bernama Moisture Analyzer.
20
Keuntungan menggunakan Moisture Analyzer-Boeco BM035
a. Waktu pengukuran lebih cepat.
b. Cara penggunaan alat lebih mudah.
c. Dapat mengurangi kesalahan pada penimbangan granul, karena
pada alat ini dapat terbaca berat dari sampel.
151 mg sampai
dengan 300 mg 7,5% 15%
21
Adapun cara melakukan uji keseragaman terhadap bobot tablet
menggunakan timbangan analitik adalah sebagai berikut.
1) Pilih 20 tablet
2) Timbang 20 tablet tersebut.
3) Timbang satu persatu.
4) Hitung bobotrata-ratanya.
5) Hitung persen penyimpangan tiap-tiap tablet dengan cara:
%penyimpangan=selisih wo− w1 X100%
w1
Keterangan:
Wo = bobot rata-rata
W1 = bobot tablet
c) Uji Keseragaman Ukuran
Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau, dan dikontrol. Ketebalan tablet
adalah satu-satunya variabel dimensi yang berhubungan dengan proses.Ketebalan
tablet dapat diukur memakai jangka sorong yang melengkung. Ketebalan harus
terkontrol agar dapat diterima oleh konsumen dan memudahkan dalam pengemasan
Kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
⅓ tebal tablet (Farmakope Indonesia, 1979). Untuk melakukan uji keseragaman
terhadap ukuran tablet adalah jangkasorong.
w0 − wf
%kerenyahan= x100%
wf
Keterangan :
Wo = Bobot massa awal
Wf = Bobot setelahputaran
Menggambarkan salah satu tata letak bentuk sediaan padat yang lebih
populer. Pada dasarnya pusat atau inti dari fasilitas tersebut adalah area gudang
penyimpanan bahan baku, komponen pengemas. dan stok curah, dengan operasi
pembuatan dan pengemasan terletak di perimeter luar. Seperti yang dapat diamati,
aliran bahan baku dankomponen berasal dari area penerima dan karantina ke
penyimpanan yang disetujui. Bahan ditimbang ke dalam jumlah batch di dispensing,
dan kemudian dipindahkan ke area produksi. Setelah selesai pembuatannya, tablet
yang sudah jadi ditempatkan di karantina, dan dipindahkan ke stok massal saat dirilis.
Ketika proses pengemasan dijadwalkan, tablet dan komponen pengemasan dikirim
dari stok massal dan area penyimpanan yang disetujui. Tata letak ini memiliki
keuntungan dari konservasi ruang karena memiliki wilayah pasokan yang dekat
dengan wilayah yang disuplai. Namun, kerugian yang signifikan adalah pola lalu
lintas material yang saling silang. dengan potensi kontaminasi atau campur aduk
(Lachman, 1990).
b. Tata Letak Kedua
Tata letak kedua yang terdiri dari penerimaan, penyimpanan bahan baku dan
komponen yang disetujui, dan pengeluaran di satu sisi, dengan manufaktur, karantina,
stok curah, dan pengemasan melintasi satu central koridor digambarkan pada diatas.
Pergerakan material dari satu area ke area lainnya adalah sama seperti pada Gambar 1.
Namun, karena tata letak yang dimodifikasi, aliran pada dasarnya melingkar,
menghilangkan banyak lalu lintas crossover yang ditunjukkan sebelumnya (Lachman,
1990).
c. Tata Letak Ketiga
Tata letak ketiga terdiri dari aliran garis lurus dasar untuk meminimalkan
kontaminasi atau campuran, memindahkan material di sepanjang jalur kritis.
Keuntungan utama dibandingkan tata letak lainnya adalah persilangan material yang
minimal, sehingga meminimalkan potensi kontaminasi atau campuran. Salah satu
kelemahannya adalah ruang tambahan yang dibutuhkan untuk mengakomodasi
konfigurasi ini (Lachman, 1990).
Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang
efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan kecampurbauran antar
produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin
tersebut digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara
yang tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah. Untuk mencegah
kecampurbauran perlu dilakukan pengendalian yang memadai baik secara fisik,
prosedural maupun penandaan. Hendaklah selalu tersedia alat timbang yang akurat dan
telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet selama-proses (CPOB 2018).
Tablet yang diambil dari ruang pencetak tablet untuk keperluan pengujian atau
keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam bets tablet yang bersangkutan.
Tablet yang ditolak atau yang disingkirkan hendaklah ditempatkan dalam wadah yang
ditandai dengan jelas mengenai status dan jumlahnya dicatat pada Catatan Pengolahan
Bets. Tiap kali sebelum dan setelah dipakai, punch and die hendaklah diperiksa
keausan dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi. Catatan pemakaian hendaklah
disimpan (CPOB,2012).
Untuk mengendalikan debu, hendaklah digunakan alat penghisap debu yang
dilengkapi dengan filter HEPA. Pemeriksaan kesiapan jalur pencetakan tablet
hendaklah dilakukan dan dicatat sebelum pencetakan tablet dilaksanakan. Tiap kali
sebelum dipakai, punch dan die hendaklah diperiksa terhadap keausan dan kerusakan,
di samping itu hendaklah secara berkala diperiksa pula tinggi punch dan diameter
lubang die. Jika ukurannya sudah di luar batas toleransi yang ditetapkan, punch dan die
hendaklah tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan variasi berat tablet yang
besar. Tiap hasil pengukuran punch dan die tablet hendaklah dicatat dan disimpan
(CPOB,2012).
d. Persyaratan Ruangan
Proses pembuatan tablet yang merupakan nonsteril dilakukan pada kelas E.
Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril, dimana
persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi non operasional adalah
3.520.000 partikel/m3 untuk partikel ukuran ≥ 0,5 µm dan 29.000 untuk partikel
ukuran ≥ 5 µm (CPOB, 2018).
Pemeriksaan kesiapan jalur pencetakan tablet hendaklah dilakukan dan
dicatatsebelum pencetakan tablet dilaksanakan. Catatan tersebut hendaklah
menjadibagian dari atau dilampirkan pada Catatan Pengolahan Bets (CPOB, 2012).
2.6 Sanitasi Ruang Pencetakan Tablet
Ruang Pencetakan Tablet meliputi:
1. Lantai
2. Dinding
3. Langit-langit
4. Panelkaca
5. Pintu
6. Meja
7. kursi.
2.6.1 Prosedur Sanitasi:
a. Lantai
Tiap hari kerja setelah selesai produksi atau bila terjadi ceceran produk atau
pergantian produk:
- Bersihkan lantai dengan menggunakan vacuumcleaner,
- Siapkan peralatan dan air untuk mengepel : Isi ember pertama dengan air
kran secukupnya, Isi ember kedua dengan air kran dan larutan disinfektan
untuk lantai. Taruh di dekat area pengepelan rambu pengaman warna
kuning yang bertuliskan “Awas Lantai Basah”.
- Pel lantai dengan menggunakan air kran diember pertama.
- Celupkan kain pel ke dalam air di emberpertama.
- Peras kain pel tersebut dengan alat peras di ember pertama.
- Laksanakan pengepelan dengan gerakan seka yang teratur dan
lurus sampai kain pel mulai menjadikotor.
- Bilas kain pel kotor di air ember pertama dan peras.
- Laksanakan pengepelan setelah mencelupkan kain pel dalam air di ember
kedua, peras kain pel tersebut pada alat peras di ember kedua.
- Ganti air bilasan bila air di ember pertama mulai kotor, buang air tersebut
melalui saluran pembuangan (drainage) di Ruang Pencucian. Bilas dan Isi
dengan air kran baru.
- Ganti disinfektan tiap awal bulan.
b. Dinding
Bersihkan dengan vacuum cleaner setiap hari.
c. Langit-langit
Bersihkan dengan vacuum cleaner pada tiap akhir pencetakan tablet dari
produk tertentu.
d. Panelkaca
Bersihkan dengan vacuum cleaner setiap hari
e. Pintu termasuk doorcloser
Bersihkan dengan vacuum cleaner setiap hari
f. Meja
Tiap hari kerja setelah selesai produksi atau bila terjadi ceceran produk atau
pergantian produk lakukan pembersihan sebagai berikut:
- Celupkan kain lap bersih ke dalam air 3 L air kran di ember 5L.
- Peras kain lap tersebut dengan tangan.
- Bersihkan seluruh permukaan meja, termasuk bagian bawah dan laci,
dengan kain lap basah.
- Tiap kali kain lap menjadi kotor, bilas kain lap tersebut dalam 3 L air kran
di ember 5 L yang dikhususkan untuk pembilasan kain lap yang menjadi
kotor.
- Peras kain lap tersebut dengan tangan.
- Celup kain laptersebut.
- Lanjutkan pembersihan meja.
- Buang air kotor dan ganti dengan 3 L air kran tiap kali air di
ember untuk pembersihan dan pembilasan menjadi kotor.
- Semprot permukaan meja dengan etanol 70% v/v dan biarkan mengering.
g. Kursi
Tiap hari kerja setelah selesai produksi atau bila terjadi ceceran produk
atau pergantian produk.
2.6.2 Pembersihan Mesin Cetak Tablet
Bahan yang digunakan pada pelaksanaan Protap ini adalah :
- Air Murni
- Larutan deterjen yang dibuat dengan menambahkan 20 ml Larutan deterjen
ke 1 L airkran
- Etanol 70%v/v
- Minyak foodgrade
Alat yang digunakan untuk pelaksanaan Protap ini adalah :
- Vacuum cleaner
- Kain lap berukuran 50 cm x 5 cm
- Sikatplastic
- Ember plastik 50 L
- Bak pembersihan dengan alas di sebelahnya terbuat dari SS304 dengan
valve point of use Air Murni di Ruang Pencucian Alat
- Tray plastik, 5 L
- Kuas plastik
a. Prosedur Pembersihan
1) Lepaskan bagian mesin tablet:
- Feedhopper
- Acrlyic guards
- Feedframe
- Turretguards
- Cover plate dari wormshaft
- Nylon breakplugs
- Spring steelstrips
- Die screws
- Tablet collecting chutes
- Dust collecting hood assemblies, dan taruh di ember plastik 50 L.
2) Bawa ember plastik 50 L berisi bagian mesin tablet yang dilepas ke
Ruang Pencucian Alat
3) Pembersihan Bagian Mesin Tablet yang Dapat Dilepas dengan cara
bersihkan tiap bagian mesin tablet di bak pembersihan dengan cara
sebagai berikut:
- Sikat dengan larutan deterjen hingga bersih darigranulat.
- Bilas dengan Air Murni hingga bebas dari larutan deterjen.
Taruhdi atas sebelah bak pembersihan agar tiris dari air bilasan
AirMurni.
- Semprotkan Etanol 70% di atas tersebut, biarkan mengering.
- Bersihkan ember plastik 50 L dengan Air Murni dan lap
hingga kering.
- Taruh tiap bagian mesin tablet di ember plastic 50 L dan
bawa kembali ke ruang pencetakan tablet
- Pasang tiap bagian tersebut pada mesin pencetak tablet yang sudah
dibersihkan.
4) Pembersihan Lower Punches
Lepaskan semua lower punches dan taruh di dalam tray plastik 5
L sesuai urutannya.
Bawa tray ke Ruang PencuciAlat
Bersihkan tiap lower punch di bak pembersihan dengan
cara sebagai berikut:
- Bilas dengan Air Murni dan sikat dengan sikat plastik
yang dibasahi larutan deterjen hingga bersih dari
granulat.
- Bilas dengan Air Murni hingga bebas deterjen.
- Taruh di atas sebelah bak pembersihan agar tiris dari Air Murni.
- Semprot dengan Etanol 70% danbiarkan mengering.
- Bersihkan tray dengan dengan Air Murni dan lap hingga kering.
- Taruh kembali di tray yang bersih dan kering.
5) Pembersihan Upper Punches
Lepaskan semua upper punches setelah plugnya dilepas dan taruh
di dalam tray khusus sesuai urutannya.
Bersihkan tiap upperpunch.
6) Pembersihan Dies
Lepaskan semua dies dan taruh di dalam tray sesuai
urutannya. Bersihkan tiap dies.
7) Pembersihan Bagian Mesin Tablet yang Melekat
Bersihkan semua bagian mesin tablet yang ada di Ruangan
Pencetakan Tablet seperti : Base plate di mana turret terpasang;
Camtracks;Dies
seats; Upper and lower punch holes; Permukaan turret; dan Permukaan
luar dan dalam mesin tablet
Bersihkan dengan menyapu dan mengumpulkan debu granulat dengan
menggunakan kuas nilon (nylon brush) dan menampung debu granulat di
wadah plastik 2 L dan bersihkan dengan kain lap yang dibasahi larutan
Etanol 70%.
8) Bilas kain lap yang kotor di dalam Air Murni di ember plastik 5 L, peras,
kemudian basahi dengan Etanol 70%.
9) Lanjutkan pembersihan dengan menggunakan lap yang dibasahi dan
biarkan mengering.
10) Pasang kembali tiap die ke dalam dies hole terkait dan tekan dengan jari
tangan pada bagian atas dies hingga dies menempati dies hole secara
sentral dan rata dengan permukaan turret.
11) Putar tiap dies screw hingga kedudukan dies benar dan kencang pada
dieshole.
12) Periksa semua permukaan dies apakah telah rata dengan permukaan turret.
13) Pasang tiap lower punch pada lower punch hole menurut nomornya.
14) Putar turret, periksa bahwa tiap lower punch bergerak bebas tanpa
hambatan ke atas dan kebawah.
15) Pasang tiap upper punch kembali pada tempatnya masing-masing.
36
2.7 Pengemasan (Lachman, 1994, BPOM, 2009)
Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau
produk baik yang sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ketangan konsumen
dengan kondisi baik.
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting,sebab suatu sediaan
tidak akan berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor
fisik (penyimpanan) maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada umumnya
pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau hasil
industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan, dan
distribusi sampai ketangan konsumen.
37
Pengemasan merupakan suatu proses pembungkusan produk dengan bahan lain
yang berguna dalam pengangkutan produk serta untuk melindungi produk dari pengaruh
luar. Kemasan ada tiga macam yaitu kemasan primer, sekunder dan tersier. Kemasan
primer adalah kemasan yang langsung kontak dengan produk. Kemasan sekunder adalah
kemasan yang tidak langsung kontak dengan produk tetapi kontak langsung pada
kemasan primer. Kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder, dengan tujuan untuk
memudahkan proses transportasi agar lebih praktis dan efisien disebut kemasan tersier.
Kemasan tersier bisa berupa kotak kardus dan petikayu.
Beberapa jenis bahan yang digunakan untuk kemasan primer, antara lain adalah
aluminium foil,plastik,dan botol kaca.Untuk kemasan sekunder adalah karton yang biasa
digunakan sebagai dus dan kertas yang biasa digunakan sebagai brosur tambahan,
sedangkan untuk kemasan tersier yang biasa digunakan adalah kotak kardus.
2.7.1 Proses Pengemasan
Proses pengemasan yang dilakukan, antara lain:
1. Proses Filling cairan ke dalam botol atau proses pengisian tablet / kapsul ke
dalam botol (proses kemasan primer)
2. Proses Stripping dan Blistering (memasukkan ke dalam strip dan blister) tablet
dan kapsul (proses kemasan primer)
3. Proses Labelling (pemberian label)
4. Proses Coding (pemberian kode), pemberian nomor batch dan tanggal
kadaluarsa pada kemasan
5. Proses penutupan kemasan dan Capping Machine (mesin penutup) dan
penyegelan dengan Sealing Machine (mesin penyegel)
6. Proses pengemasan atau kemasan sekunder yaitu pengemasan produk dan
unti- unit box lalu ke dalam master box yang berkapasitas lebih besar
7. Pemberian leaflet ke dalam kemasan
2.7.2 Syarat-Syarat Bahan Pengemas
a. Harus melindungi preparat dari keadaan lingkungannya
b. Tidak boleh bereaksi dengan produk
c. Tidak boleh memberikan rasa dan bau kepada produk
d. Tidak toksik
e. Disetujui oleh BPOM (FDA) dan harus tahan banting
2.7.3 Fungsi Bahan Pengemas
1. Sebagai wadah. Fungsi utama dari kemasan adalah sebagai wadah dari
produk yang dikemas agar tidak berceceran atau berserakan sehingga produk
yang terwadahi mudah disimpan, dihitung dan diangkut.
2. Sebagai pelindung dan menjaga stabilitas produk Kemasan dengan
persyaratan tertentu dapat melindungi produk, tetapi kadang terjadi
penyimpangan diluar kemampuan kita misalnya karena transportasi, gaya
mekanis, faktor lingkungan, hewan, penanganan dan metode pengemasan
yang kurang baik dan unsur penyimpanan.
3. Sebagai sarana informasi / promosi pengemasan mengikuti perkembangan IP
dan teknologi dengan bentuk standar seperti botol, plastik, kaleng
aluminium, kotak, kertas lipat sehingga konsumen tidak tahu produk
dalamnya. Oleh karena itu kemasan perlu dilengkapi informasi.
c. Pengemas Tersier
Pengemas tersier adalah pengemas yang digunakan untuk menggabungkan dan
melindungi kemasan sekunder agar memudahkan pengiriman produk ke jarak yang
lebih jauh. Biasanya pengemas tersier yang digunakan adalah master box atau yang
biasa disebut kardus. Ruang pengemasan tersier dilakukan sama di ruang kelas
sekunder yakni di ruang kelas F. Persyaratan yang harus dipenuhi hanya suhu dan
kelembapan saja. Suhu ruang kelas F yakni 20 – 28oC serta untuk kelembapan
sendiri itu tidak diklasifikasikan.
Proses Pengemasan Tersier Pada Tablet
Sebanyak 100 kotak karton obat disusun dan dikemas ke dalam kardus yang
dilipat. Obat-obat yang sudah dikemas, dibawa ke gudang karantina untuk
diperiksa oleh bagian Quality Assurance (QA). Jika sudah dinyatakan lolos uji,
maka barang disimpan di gudang penyimpanan produk jadi untuk kemudian
dilakukan serah terima barang dengan pihak distribusi. Proses pengemasan
tersier, setiap dus diberi label yang berisi nomor batch, manufacturing date, dan
expired date.
Gambar 17. Alat Uji Kebocoran Strip, Vacuum Leak Tester Erweka
b. Terbuat dari beton dilapisi ubin keramik dengan kriteria harus tahan terhadap
bahan kimia dan goresan, mudah diperbaiki, memerlukan penutupan celah,
keras, licin bila basah.
2) Pencahayaan : 200 Lux (satuan kekuatan cahaya) (BPOM,2009).
e. Pembagian Gudang
Gudang di industri farmasi dibedakan sebagai berikut:
1) Berdasarkan fungsinya gudang di industri farmasi terbagi dalam beberapa area
antara lain:
Area penyimpanan
Area penyimpanan harus memiliki kapasitas yang memadai untuk
menyimpan dengan rapi dan teratur. Bahan-bahan yang disimpan dalam gudang
antara lain bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, produk
jadi,produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang
ditolak, produk yang dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
Produk ditangani dan disimpan dengan cara yang sesuai untuk
mencegah pencemaran, campur baur dan pencemaran silang. Area
penyimpanan diberikan pencahayaan yang memadai sehingga semua kegiatan
dapat dilakukan secara akurat dan aman. Bahan atau produk yang
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus (seperti suhu dan kelembaban)
harus dikendalikan, dipantau dan dicatat, seperti :
- Obat, vaksin dan serum memerlukan tempat khusus seperti lemari
pendingin dan harus dilindungi dari kemungkinan putusnya aliran listrik.
- Bahan kimia harus disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah dari
gudang induk.
- Peralatan besar/alat berat memerlukan tempat khusus yang cukup untuk
penyimpanan dan pemeliharaannya.
Area penerimaan dan pengiriman
c. Area penerimaan dan pengiriman barang harus dapat memberikan perlindungan terhadap
bahan dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan harus didesain dan dilengkapi
dengan peralatan untuk pembersihan wadah barang.
Area karantina
Area karantina harus dibuat terpisah dengan penandaan yang jelas berupa
label kuning untuk produk karantina dan label hijau untuk produk yang
diluluskan dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang.
Area pengambilan sampel
Area pengambilan sampel dibuat terpisah dengan lingkungan yang
dikendalikan dan dipantau untuk mencegah pencemaran atau pencemaran
silang dan tersedia prosedur pembersihan yang memadai untuk ruang
pengambilan sampel.
Area bahan dan produk yang ditolak
Bahan dan produk yang ditolak disimpan dalam area terpisah dan terkunci
serta mempunyai penandaan yang jelas berupa label merah dan hanya boleh
diakses oleh personil yang berwenang.
Area bahan dan produk yang ditarik
Produk yang ditarik kembali dari peredaran karena rusak atau kadaluarsa
harus disimpan dalam area terpisah dan terkunci serta mempunyai penandaan
yang jelas dan hanya boleh diakses oleh personil yang berwenang.
Area penyimpanan bahan
Bahan aktif yang berpotensi tinggi, bahan radioaktif, narkotika,
psikotropika dan bahan yang yang mudah terbakar atau meledak disimpan di
daerah yang terjamin keamanannya. Bahan narkotika dan psikotropika
disimpan di tempat terkunci.
Area bahan pengemas
Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran produk. Bahan label disimpan di tempat terkunci (BPOM, 2006).
2) Berdasarkan suhu penyimpanan,yaitu:
a. Gudang suhu kamar (≤300C).
b. Gudang ber-AC (≤250C).
c. Gudang dingin (2-8oC).
d. Gudang beku (<0oC).
3) Berdasarkan jenis, yaitu:
a. Gudang bahan baku : gudang bahan padat dan bahancair.
b. Gudang bahan pengemas.
c. Gudang bahan beracun.
d. Gudang bahan mudah meledak/mudah terbakar (Gudang api).
e. Gudang obat jadi (BPOM,2009).
f. Kapasitas Gudang
Penentukan kapasitas gudang harus mempertimbangkan keadaan maksimum
pada saat terjadi keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan datang lebih
cepat (Priyambodo, 2007). Untuk menghitung besarnya kapasitas gudang yang
harus dipenuhi, maka diperlukan data tentang:
- Jumlah pesanan (order quantity) dalam suatu periodetertentu.
- Besarnya bahan.
- Variasi leadtime.
- Fluktuasi pemakaian (Priyambodo,2007).
53
pengembangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Lafial menyelenggarakan fungsi-fungsi
sebagai berikut :
1. Melaksanakan produksi obat-obatan.
2. Melaksanakan pengujian laboratorium instrumen,kimia,
3. Mikrobiologi, makanan dan minuman,instrumen.
4. Melaksanakan pembinaan material kesehatan.
5. Melaksanakan pendidikan dan latihan kefarmasian.
6. Melaksanakan penelitian dan pengembangan kefarmasian.
3.2 Visi dan Misi Lafial
3.2.1 Visi Lafial
Sebagai Lembaga Kefarmasian Matra Laut Nasional yang Profesional.
3.2.2 Misi Lafial
3.2.2.1 Melaksanakan produksi bekal kesehatan untuk kebutuhan anggota TNI Angkatan
Laut dan keluarga.
3.2.2.2 Melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam bidang matra laut.
Lafial merupakan salah satu unit pelaksana teknis Diskesal. Lafial mempunyai tugas
pokok dalam memproduksi obat-obatan, khususnya untuk anggota TNI Angkatan Laut beserta
keluarganya dan instansi lain yang terkait. Produksi yang dilaksanakan Lafial menggunakan
dana APBN, oleh sebab itu Lafial merupakan industri farmasi yang tidak berorientasi pasar.
Obat-obatan yang diproduksi Lafial merupakan me too product yaitu dengan mencontoh
sediaan yang telah beredar di pasaran. Obat-obat produksi Lafial dikhususkan bagi kalangan
intern TNI AL, sehingga obat-obat yang diproduksi oleh Lafial tidak didaftarkan ke BPOM
dan dipersyaratkan harus memiliki NIE dari BPOM.
3.3 Produksi di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut
Ada 2 bagian yang berperan penting di Lafial dalam melaksanakan produksi yaitu
Material Kesehatan (Matkes) dan Pengawasan Mutu (Wastu). Matkes melakukan
perencanaan produksi dan melakukan pengadaan bahan baku sesuai dengan perencanaan dari
DISKESAL dan melakukan perencanaan produksi berdasarkan PUT (Permintaan Untuk
Terima) dari fasilitas kesehatan TNI – AL seluruh Indonesia. Matkes melakukan pengadaan
bahan baku, sedangkan Wastu sendiri bertugas memeriksa bahan baku zat aktif yang datang
dari gudang DISKESAL dan bahan baku penolong yang dibeli dari supplier apakah
memenuhi persyaratan atau tidak utuk dilaksanakan produksi. Semua bahan awal, bahan
baku,bahan pengemas,bahan aktif,dan obat jadi harus memenuhi standar atau monografi yang
tertera dalam Farmakope Indonesia ed. IV atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh
regulator (pemerintah). Bahan baku yang telah diluluskan diberi label “HIJAU” sedangkan
bahan baku yang tidak lulus akan diberi label “MERAH”, sementara bahan baku yang
statusnya masih dalam proses karantina tidak diberi label kuning tetapi cukup dipisahkan dari
bahan baku yang telah lulus dan diikat dengan rantai. Selain itu, Wastu juga bertanggung
jawab dalam pengawasan produksi. dahulu oleh departemen Wastu, jika memenuhi syarat
bahan baku diberi label berwarna hijau (lulus) dan jika tidak memenuhi syarat diberi label
berwarna merah (tidak lulus) dan dikembalikan ke supplier. Standar yang digunakan untuk
pemeriksaan adalah Farmakope Indonesia Edisi III dan IV serta standar LAFIAL.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan organoleptik dan kemurnian bahan baku.
Jika ada obat yang dikembalikan karena klaim dari pemakai mengenai kualitas dan
efektifannya maka Departemen Wastu akan melakukan analisi secara fisika, kimia maupun
mikrobiologi dan hasil analisis dicocokkan dengan sampel pertingal. Ruang Wastu di
LAFIAL letaknya terpisah dari ruang produksi, dengan tujuan agar laboratorium Wastu bebas
dari pencemaran yang bisa mempengaruhi hasil pengujian.
Departemen Wastu dibagi menjadi tiga sub Departemen, yaitu : Sub Departemen
Analisis Instrumen, melakukan pemeriksaan pada sediaan tablet meliputi kadar, keragaman
bobot, disolusi, kerapuhan tablet, kekerasan tablet, disintegrasi, dan uji kebocoran pada
kemasan primer atau strip, untuk kapsul meliputi semua aspek diatas kecuali kerapuhan dan
kekrasan tablet. Untuk sediaan sirup dilakukan pemeriksaan organoleptik, PH, kejernihan dan
viskositas sedangkan pada sediaan salep dilakukan daya menyerap air, kandungan air,
konsistensi, penyebaran, termoesistensi, ukuran partikel, dan tes kebocoran. Sub Depatemen
Kimia, melakuakn pemeriksaan zat didasarkan atas reaksi-reaksi kimia yang terjadi terhadap
zat tersebut dengan menggunakan reagen-reagen tertentu. Pengujian ini bersifat kuantitatif
dan kualitatif. Selain itu Sub Depatemen Kimia juga melakukan pengujian ketika proses
produksi sedang berjalan (in proses control) dari bahan obat, obat setengah jadi, sediaan jadi
dan bahan pengemas sediaan. Sub Departemen Mikrobiologi melakukan pengujian cemaran
mikroba, pengujian koefisien fenol, pengujian kualitas air, pengujian potensi antibiotika,
pengujian kebersihan ruangan produksi dan pengujian jumlah partikel diruang produksi.
3.4 Ruangan Produksi Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut
Secara umum bangunan yang ada di LAFIAL secara keseluruhan telah memenuhi
ketentuan CPOB. Setiap tahapan dalam proses produksi dilakukan dalam ruangan tersendiri
dan terpisah. Bangunan pada ruangan produksi LAFIAL (dinding, lantai, dan langit – langit)
telah dilapisi dengan epoksi, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka sehingga mudah
dibersihkan. Lantai di daerah pengolahan dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan
memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Sudut antara dindng, lantai dan langit
– langit dalam daerah kritis berbentuk lengkungan.
LAFIAL hanya memproduksi sediaan beta laktam (Amoxicillin dalam bentuk tablet
dan syrup kering) dan sediaan non beta laktam ( Antalgin tablet, Imodial tablet, Vitarma
tablet, Triheksienidil tablet, Asiklovir tablet, Prednison tablet, Dipenhydramin syrup,
Paracetamol syrup, krim Gentamycin, krm hidrokortison, krim Chloracort, salep
Kloramfenikol). Sehubungan dengan hal tersebut ruangan produksi di LAFIAL hanya terdiri
dari black area (daerah hitam) dan grey area (daerah abu – abu). Secara keseluruhan ruangan
produksi di LAFIAL dinilai cukup baik, hal ini dapat dilihat dari bangunan produksi di
LAFIAL yang dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ruang untuk produksi beta laktam dan non
beta laktam.
Kedua ruang produksi tersebut berada dalam satu bangunan tetapi keduanya
dipisahkan dengan sekat dan system pengolahan udara yang terpisah. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang oleh bahan lain. Pada ruang produksi beta laktam,
terdapat air shower yang tidak terdapat di ruang non beta laktam. Ruangan beta laktam dan
non beta laktam juga dilengkapi dengan ruangan berikut ini ruang pencampuran awal, ruang
pembuatan granulasi basah, ruang pembuatan granulasi kering, ruang pengeringan, ruang
cetak tablet,ruang salut tablet, ruang pengemasan, pengisian kapsul, ruang pembersih kapsul,
ruang pembuatan salep, ruang pengisian syrup, ruang penutup botol.
Gudang di LAFIAL (kelas G) terbagi menjadi gudang beta laktam dan gudang non
beta laktam, yang masing – masing terdiri dari gudang bahan baku dan bahan pengemas,
dimana keduanya terletak dalam satu bangunan dengan ruang produksi, tetapi dipisahkan oleh
pintu antara agar tidak terkontaminasi. Hal ini untuk memudahkan aliran bahan baku ataupun
produk jadi.Gudang penyimpanan dilengkapi dengan air conditioner untuk mencapai kondisi
yang mendukung penyimpanan (suhu dan kelmbabvaban). Gudang penyimpanan bahan baku
non beta laktam dan beta laktam sudah dipisah.
3.5 Proses Produksi Tablet Non Steril Metode Granulasi Basah Di Lembaga Farmasi
TNI Angkatan Laut
Proses produksi diawali dengan pembelian bahan awal yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
Persediaan bahan awal diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah tertutup
rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik. Hanya bahan awal yang
sudah diluluskan oleh bagian Pengawasan Mutu dan masih dalam masa simpan yang boleh
digunakan.
Didalam proses ini dijelaskan tahap-tahap proses produksi mulai dari penimbangan
bahan, pencampuran, granulasi, pengeringan, penyaringan kering, menambahkan pelumas dan
pencampuran, serta pencetakan. Proses granulasi merupakan peristiwa penggabungan
partikel- partikel menjadi ukuran yang lebih besar. Tujuan dari granulasi adalah
meningkatkan sifat alir dan kemampuan kempa dari partikel. Bahan aktif yang dapat dibuat
tablet dengan metode ini adalah yang memiliki sifat tahan lembab dan panas.
Proses pencetakan tablet dimulai dengan melakukan start control terlebih dahulu, jenis
IPC yang dilakukan adalah : bentuk, warna, diameter dri 3 tablet, rata-rata berat dari 3
kelompok tablet yang berjumlah 20, berat individu dari 20 tablet, ketebalan dari 10 tablet,
waktu hancur dari 6 tablet pada air 370C, uji kekerasan dari 10 tablet dan friability test dari 20
tablet. Pemeriksaan diatas juga dilakukan setelah mesin dimatikan dan akan
memulaipencetakanlagi
Selama proses pencetakan berlangsung, dilakukan IPC tablet meliputi : rata-rata berat
20 tablet setiap 15 menit, berat individu dari 20 tablet, ketebalan dari 10 tablet yang dilakukan
setiap jam, waktu hancur dari 6 tablet pada air 370C, friability dari 20 tablet dan LOD yang
dilakukan pada start control di pagi hari 7.
Tablet harus memenuhi spesifikasi fisik dan standar kualitas lainnya. Ini termasuk
kriteria berat, variasi berat, keseragaman isi, ketebalan, kekerasan, disintegrasi, dan disolusi.
Faktor-faktor ini harus dikontrol selama produksi (kontrol dalam proses) dan diverifikasi
setelah produksi setiap batch untuk memastikan bahwa standar kualitas produk yang
ditetapkan terpenuhi. Kegiatan untuk melakukan uji terhadap sediaan tablet ini meliputi Uji
Waktu Alir, Persen Kompretabilitas, Uji Kadar Lembab, Uji Visual, Uji Keseragaman Bobot,
Uji Keseragaman Ukuran, Uji Kekerasan, Uji Kerapuhan, dan Uji Waktu Hancur. Proses
produksitablet di Lafial sudah mempunyai dokumen tetap (batch record),sehingga proses
yang dikerjakan selalu mengacu pada protap yang telah disusun dan tidak menyimpang dari
standar obat yang telah ditentukan.
Pembersihan alat setelah digunakan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun
bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam
kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan
bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Metode pembersihan
dengan cara vakum. pembersihan di Lafial dilakukan terhadap seluruh peralatanproduksi yang
bersentuhan dengan produk. Peralatan produksi yang terdapat di Lafial bersifat multi-purpose
equipments sehingga satu peralatan dapat digunakan untuk memproduksi berbagai produk.
Prosedur pembersihan dibutuhkan untuk menghilangkan residu produk sebelumnya sehingga
dapat meminimalkan potensi terjadinya pencemaran silang. Namun, prosedur pembersihan
yang dilakukan oleh industri farmasi belum tentu dapat menghilangkan residu tersebut secara
absolut.
Pengemasan merupakan suatu proses pembungkusan produk dengan bahan lain yang
berguna dalam pengangkutan produk serta untuk melindungi produk dari pengaruh luar.
Kemasan ada tiga macam yaitu kemasan primer, sekunder dan tersier. Kemasan primer
adalah kemasan yang langsung kontak dengan produk. Kemasan sekunder adalah kemasan
yang tidak langsung kontak dengan produk tetapi kontak langsung pada kemasan
primer.Kemasan lapis ketiga setelah kemasan sekunder,dengan tujuan untuk memudahkan
proses transportasi agar lebih praktis dan efisien disebut kemasan tersier. Kemasan tersier
bisa berupa kotak kardus dan petikayu.
Gudang berfungsi untuk melindungi bahan baku, bahan pengemas dan obat jadi dari
pengaruh luar, binatang pengerat dan serangga serta melindungi obat dari kerusakan. Agar
dapat menjalankan fungsi tersebut, maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara
benar atau yang sering disebut dengan manajemen pergudangan. Gudang harus memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan dalam cara pembuatan obat yang baik (CPOB) agar dapat
menjalankan fungsinya dengan benar.
Sistem distribusi hendaklah menghasilkan catatan sedemikian rupa sehingga
distribusi tiap bets/lot obat dapat diketahui untuk mempermudah penyelidikan atau
penarikan. Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan
terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut, belum
ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan prosedur
penyimpanan dan pengiriman obat, serta pengendalian kegiatan proses distribusi. Tujuan
pedoman ini adalah untuk menjamin mutu dan integritas obat selama proses penyimpanan
dan pengiriman obat.Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam penyimpanan
dan pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip CPOB dan CDOB.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Apoteker berperan penting dalam keseluruhan proses kegiatan baik dari segi produksi,
pengadaan, pengawasan mutu sediaan yang bertujuan untuk menjamin agar produk
yang dihasilkan bermutu tinggi.
2. Lembaga Farmasi Angkatan laut dalam memproduksi suatu tablet telah mempunyai
sarana dan prasarana yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam CPOB
sehingga mampu menjamin mutu dan kualitas yang dihasilkan.
4.2 Saran
Ka. Lafial
Pimpinan
Pelaksana
Kabag. Produksi Kabag. Wastu Kabag. Diklitbang Kabag. Matkes