DI APOTEK KSATRIA
DISUSUN OLEH:
FADILA OKTAMELINDA :
(2021014) FAUZIAH AFDALLENI :
(2021016)
Disusun Oleh :
FADILA OKTAMELINDA :
(2021014) FAUZIAH AFDALLENI :
(2021016)
Disetujui Oleh:
Disusun Oleh:
FADILA OKTAMELINDA :
(2021014) FAUZIAH AFDALLENI :
(2021016)
Disahkan Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Ksatria. Praktek Kerja Lapangan
2024.
Selama penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis tidak
lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan berupa nasehat,
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada:
1. Orangtua yang selalu memberikan do’a dan dukungan selama praktek kerja
2. Bapak Suherman dan Ibu Rosna selaku pemilik Apotek Ksatria yang telah
Apotek Ksatria.
3. Ibu Netti Kemala Sari, M.farm,Apt selaku Apoteker Apotek Ksatria dan Ketua
5. Bapak / Ibu staf Dosen di Program Studi DIII Farmasi STIKes Ranah Minang.
iii
6. Teman-teman yang telah ikut membantu penulis dan pihak-pihak yang tidak
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak leaps dari kekurangan maupun
ketidak sempuranaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
Apotek…..........................................................................................28
v
BAB III KEGIATAN APOTEK....................................................................32
3.1 Pengadaan........................................................................................32
3.1.6 Pengendalian..........................................................................36
3.2.2 KIE.........................................................................................40
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................42
BAB V PENUTUP..........................................................................................46
5.1 Kesimpulan.................................................................................................47
5.2 Saran...........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................48
LAMPIRAN.....................................................................................................49
vi
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Apotek Ksatria berdiri pada awal tahun 2000 dengan Pemilik Sarana
Apotek (PSA) Ibu Hj. Rosna. Pada awal berdiri Apotek Ksatria hanya memiliki
didalamnya. Sejak awal berdiri sampai sekarang Apotek Ksatria sudah berjalan
23 tahun, dan hanya memiliki satu apoteker yaitu Ibu Netti Kemala
Sari,M.farm,Apt.
Apotek Ksatria juga memiliki asisten apoteker dan juga staf yang bekerja di
sana.
Ksaatria Petak No. 7-8 Pasar Tarandam Padang. Bangunanya terdiri dari area
ruang tunggu, penjualan obat bebas, bebas terbatas, penjualan alat kesehatan,
1
1.3 Struktur Organisasi dan Job Describtion
2
1.3.1 Tugas Pokok dan Fungsinya
Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apotek
Pelayanan yang berorientasi pada pasien dapat dilaksanakan dengan baik jika
apotek mempunyai manajemen yang baik. Manajemen yang baik ditandai dengan
adanya pembagian tugas fungsi dan tanggung jawab kerja yang jelas dan diketahui
oleh karyawan apotek. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas ini semua
karyawan akan mendapat tugas secara adil dan sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
kewajibannya meliputi:
kelangsungan jalannya apotek. Tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek antara lain
4
Mengawasi mutu dan kualitas obat yang tersedia.
kefarmasian
apotek. Seorang tenaga teknis kefarmasian harus memiliki keahlian, keterampilan dan
Membuat kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya ditebus
5
Menyusun, mencatat dan memeriksa alur masuknya obat-obatan
oleh APA.
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan
farmasi klinik.
meliputi :
1. Perencanaan
kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit,
6
2. Pengadaan
perundang- undangan.
3. Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya membuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
b. Semua obat/bahan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
7
e. Pengeluaran obat memakai sitem FIFO ( First In First Out ) dan FEFO (First
5. Pemusnahan
Menurut Permenkes No. 73 tahun 2016, tata cara pemusnahan obat adalah
sebagai berikut :
a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
pemsnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan. Resep dan
c. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
f. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual dan
7. Pencatatan
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan obat (nota atau struk
8. Pelaporan
pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
9
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dam bahan medis habis pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pelayanan
9. Pengkajian resep
pertimbangan klinis.
b. Nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf
b. Stabilitas
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan ( alergi, efek samping obat, manifestasi
klinis lain)
f. Interaksi
10
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan,
pemeriksaan sediaan, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
10. Dispensing
obat
atau emulsi.
Memasukan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang salah.
11
Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
cara penggunaan
dengan resep )
terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makan dan minum
keluarganya
Mmbuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh
12
11. Pelayanan infomasi obat (PIO)
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek
herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan
masyarakat (penyuluhan)
dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
informasi obat :
13
Topik pertanyaan
laboratorium)
Uraian pertanyaan
Jawaban pertanyaan
Referensi
12. Konseling
menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,
perlu dilanjutkan dengan metode health belief model. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.
14
Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis (misalnya :
pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat
berikut :
Questions, yaitu :
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda ?
Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang yang diharapkan
penggunaan obat
15
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien, apoteker
dengan pengobatan
Identifikasi
seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkauan dengan
berikut :
16
Anak-anak dan lanjut usia, ibut hamil dan menyusui
Adanya multidiagnosis
berikut :
obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu
terjadi.
17
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharap yang terjadi pada
dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis
16. Swamedikasi
obat- obatan yang dijual bebas di pasaran yang bisa didapat tanpa resep dokter
seperti batuk, flu (influenza), demam, nyeri, kecacingan, diare, biang keringat
dan lain- lain. Salah satu teknik dalam mendapatkan informasi pasien ketika
19
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
suatu tempat distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai
standar dan etika kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan
tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian.
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
20
2.2 Peraturan dan Perundang-undangan tentang Apotek/TTK
penambahan. Adapun regulasi atau peraturan yang mengatur tenteng apotek dan
Apotek.
Tenaga Kesehatan
21
11) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 14 Tahun 2021 Tentang Standar
12) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
e. Izin apotek mengikuti masa berlaku SIPA penanggung jawab maksimal 5 tahun.
a. Peta Lokasi
Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan
22
lingkungan dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota setempat. Apotek
b. Bangunan
Bangunan, sarana dan prasarana, peralatan dan pengaturan ruang Apotek harus
memperhatikan fungsi:
pelayanan.
3) Keamanan dan mutu Obat, Sediaan Farmasi Lain, Alat Kesehatan dan
ruang pelayanan resep dan peracikan, ruang penyerahan obat, ruang konseling,
ruang penyimpanan obat, sediaan farmasi lain, alat kesehatan dan BMHP dan
komoditi lain dan ruang arsip beserta peralatannya yang mengacu pada
Apotek wajib memasang di dinding bagian depan bangunan, secara jelas dan
1. Papan nama Apotek yang memuat informasi paling sedikit nama Apotek,
2. Papan nama praktik Apoteker yang memuat informasi paling sedikit nama
23
d. Sumber Daya Manusia
terdiri dari:
b) Direktur
a) Apoteker dan
administrasi.
24
keselamatan pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Persyaratan Bangunan
persyaratan teknis. Luas bangunan untuk standar apotek adalah minimal 4x15m2 (60m2)
selebih nya dapat diperuntukan untuk ruang praktek dokter. sehingga dapat menjamin
Perlengkapan Apotek
25
c. Perlengakapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti: lemari
dan rak untuk penyimpanan obat, lemari pendingin, lemari untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika.
d. Alat administrasi seperti: blanko pemesanan obat, kartu stok obat, faktur, nota
penjualan, salinan resep, alat tulis dan sebagianya.
e. Pustaka seperti: farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan perundang-
undangan serta buku buku penunjang lain yang berhubungan dengan apotek.
Perbaikan Apotek
a. Perbaikan kesehatan di bidang farmasi berupa obat atau bahan obat, sekurang
kurang nya terdiri dari obat generik sesui dengan daftar obat essensial nasonal
(DOEN).
b. Wadah pengemas bungkus zat sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.
c. Perbekalan administrasi yang meliputi blangko pemesanan obat, blanko kartu
stok obat, blanko salinan resep, buku pembelian obat, buku pencatatan
pemakain narkotika dan lain lain.
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;
dan
Pendaftaran melalui pengisian data secara lengkap dan mendapatkan NPWP. Pelaku
Usaha yang telah mendapatkan NIB dapat diterbitkan Izin Usaha oleh Lembaga OSS.
Izin apotek dapat dicabut berdasarkan dari kehendak pelaku usaha, temuan
pelanggaran atau masa berlaku izin apotek telah habis. Menurut Permenkes No. 9
berdasarkan:
27
3. Apoteker apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara
terus-menerus
tanggung waktu 6 bulan stelah menetepkan pembekuan izin apotek. Pemekuan izin
dapat di cair kan apa bila apotek telah menyelesaikan seluruh persyaratan yang telah
Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola atau apoteker pengganti
wajib mengamakan perbekalan farmasinya. Pengaman tersebut di lakukan dengan
cara sebagai berikut :
28
Kabupaten/Kota yang berwewenang menggunakan berita acara disertai
penyerahan:
- Dokumentasi Resep, resep narkotika dan resep psikotropika,
- Data obat narkotik dan psikotropik, yang dilengkapi dengan daftar jenis dan
jumlah.
- Data obat keras dan/atau obat keras tertentu, yang dilengkapi dengan daftar
jenis dan jumlah.
- Data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP lainnya.
- Dokumen pengadaan (surat pesanan), dan
- Dokumen pelaporan pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
b. Pencabutan Sertifikat Standar Apotek.
c. Pengajuan penghapusan data Registrasi Apotek.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian.
Terdiri dari : Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan
Tenaga menengah Farmasi atau Asisten Apoteker.
Memahami prinsip dasar compounding, persiapan, kalkulasi, racikan serta
kemasan.
Dalam hal pelayanan resep masalah yang timbul antara lain berupa
kemampuan membaca resep, ketersediaan obat dan kecepatan pelayanan.
Memahami prinsip dasar pengadaan obat, penyimpanan, jalur pendistribusian,
pelayan dan evaluasi.
Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya
yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang
dapat dibeli tanpa resep dokter. Memberi informasi:
1. Yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat yang diserahkan kepada
pasien.
29
2. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi berupa STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi
persyaratan:
1) Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
2) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
3) Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
4) Membuat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian.
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam formulir 4 terlampir.
Surat permohonan STRTTK harus melampirkan :
a) Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi
atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
c) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan tugas ketentuan etika
kefarmasian;
d) Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau
pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun
Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e) Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
30
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi harus menerbitkan STRTTK paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 5 terlampir.
STRTTK dapat dicabut karena :
a) Permohonan yang bersangkutan;
b) Pemilik STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter;
c) Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian; atau
d) Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan
putusan pengadilan.
Pencabutan STRTTK disampaikan kepada pemilik STRTTK dengan tebusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi
yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian. SIKTTK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.
31
2.7 Pajak - Pajak Apotek
Berupa pajak relame, pajak iklan dan pajak papan nama apotek.
4. Pajak perseroan.
3. Pajak pendapatan
4. Pajak atas bunga, deviden, dan royalti (PDBR).
32
BAB III
KEGIATAN
APOTEK
3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai
3.1.1 Perencanaan
yaitu berdasarkan analisa pareto dan buku defekta. Analisa pareto merupakan cara
melihat jumlah penjualan barang sebelumnya selama periode waktu tertentu. Dengan
melihat riwayat pejualan sebelumnya akan terlihat obat yang penjualannya tinggi,
sedang, ataupun rendah sehingga perencanaan barang dapat dilakukan lebih efektif
dan efisien. Selain analisa pareto, penggunaan buku defekta dengan sistem manual
juga diperlukan dalam perencanaan barang apotek untuk mengetahui kekosongan obat
dalam waktu tertentu. Buku defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data
obat yang jumlah stoknya yang hampir habis atau bahkan kosong. Barang-barang
yang dicatat lalu dibuat ke dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dan
3.1.2 Pengadaan
Pengadaan sediaan farmasi di Apotek Ksatria sudah dilakukan melalui jalur resmi.
barang didasarkan pada barang yang telah habis atau persediaan barang di gudang
33
tinggal sedikit. Banyaknya pesanan tergantung pada tingkat kebutuhan. Pemesanan
34
barang melalui PBF dilakukan menggunakan surat pesanan yang ditandatangani oleh
APA dengan mencantumkan nama dan Nomor SIPA. Surat pesanan umumnya dibuat
rangkap dua yang terdiri dari warna putih (asli) untuk leveransir dan warna kuning
untuk arsip.
Obat Keras).
maka dapat dilakukan pembelian obat langsung pada apotek lain untuk memenuhi
permintaan konsumen. Pembelian obat dilakukan secara tunai ataupun kredit dan
pemilihan PBF didasarkan pada jenis obat yang dipesan. Pemesanan obat golongan
Narkotika hanya dapat dilakukan melalui PBF Kimia Farma yang diberi wewenang
oleh pemerintah untuk melakukan penjualan obat Narkotika dengan menggunakan surat
pesanan khusus yang ditanda tangani oleh (APA). Surat Pesanan obat golongan
narkotika menggunakan model N-9 terdiri dari rangkap 4 (putih, kuning, merah, biru).
Didalam surat pesanan tersebut dicantumkan nama pemesan (nama APA), jabatan,
alamat rumah, nama distributor, alamat dan nomor telepon distributor, serta nama
sarana pemesan (nama Apotek), kemudian ditanda tangani oleh APA dan diberikan
stemple apotek. Setiap lembar SP hanya digunakan untuk 1 jenis dan 1 kekuatan obat
narkotika.
35
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika, prekursor, dan OOT dengan
pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pesanan yang ditandatangani oleh APA
surat pesanan khusus, yang masing-masing terdiri dari rangkap 2, tiap lembar boleh
3.1.3 Penerimaan
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Sediaan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke
apotek disertai faktur dan tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Petugas
apotek bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap nama apotek dan
sediaan farmasi yang diterima meliputi kesesuain nama obat, bentuk sediaan,
kekuatan sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi barang. Bila
telah memenuhi syarat, maka faktur di stempel dan ditandatangani oleh apoteker atau
tenaga teknis kefarmasian yang menerima, setelah barang diterima kemudian dicatat
pada buku penerimaan barang yang dibedakan untuk masing-masing PBF. Barang
PBF harus dilakukan oleh APA atau TTK yang didelegasikan. Pada saat penerimaan
dilakukan pemeriksaan kesesuain nama apotek, nama obat, bentuk sediaan, kekuatan
sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi obat. Jika telah sesuai
36
dan memenuhi syarat APA kemudian membubuhkan tanda tangan pada faktur asli
berikut stempel pada semua rangkap dari lembaran faktur. Bila barang tidak sesuai
dengan surat pesanan maka barang dikembalikan. Faktur asli kemudian dibawa oleh
3.1.4 Penyimpanan
dan dengan sistem FEFO dan FIFO. FEFO (First Expiry First Out) artinya
barang yang akan lebih dahulu kadaluarsa (ED) yang akan dikeluarkan terlebih
dahulu. FIFO (First In First Out) artinya barang yang masuk pertama keluar
pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk akan
1. Kapsul, kaplet dan tablet dalam kemasan strip atau blister disimpan dalam
kotaknya dengan nama obat pada bagian luar dan disusun pada rak
berdasarkan abjad.
3. Obat tetes mata dan tetes telinga disimpan dalam kemasannya masing- masing
37
insulin dan suppositoria disimpan dalam kulkas berdasarkan abjad.
dalam lemari khusus yang dilengkapi kunci ganda sesuai ketentuan peraturan
rak tersendiri.
9. Obat - obatan bebas dan peralatan kesehatan disimpan dalam etalase depan.
serta faktur yang telah disimpan lebih dari 5 tahun dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kota.
3.1.6 Pengendalian
untuk melihat stok persediaan obat. Barang yang masuk akan disimpan sesuai dengan
38
sediaannya dan sesuai abjad. Setelah itu di catat di kartu stok sesuai dengan nama
39
sediannya. Obat yang keluar di catat di kartu stok sesuai dengan jumlah obat yang
keluar pada resep. Jika jumlah persediaan obat sudah habis atau tidak mencukupi
untuk pelayanan berikutnya maka dilakukan pemesanan kepada PBF sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan dan dicatat di buku pemesanan barang. Untuk kartu stok
barang yang kosong akan dipisahkan dan ditempatkan pada tempat khusus.
a. Pencatatan
pencatatan. Pencatatan dilakukan agar semua hal tercatat jelas, dan bila terjadi
1. Kartu stok
2. Buku defekta
3. Penjualan barang
4. Pemesanan barang
5. Pembelian barang
6. Penerimaan barang
7. Daftar harga
OOT
40
narkotika,
41
psikotropika, precursor farmasi, dan OOT diarsipkan tersendiri secara terpisah
dan diberi garis merah untuk narkotika dan garis biru untuk psikotropika.
Setiap bulan, resep dibundel dan disimpan pada lemari penyimpanan resep.
b. Pelaporan
Pelaporan dilakukan tiap 1 (satu) kali dalam sebulan dan dilakukan secara
secara otomatis akan terkirim ke Badan POM, Dinas Kesehatan Provinsi, dan
impor paling lama sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. Data yang dilaporkan
meliputi nama, bentuk sediaan, kekuatan, jumlah persediaan awal dan akhir
bulan, jumlah yang diterima dan jumlah yang diserahkan), password dan
Laporan prekursor farmasi dan OOT memuat nama sediaan, bentuk sediaan,
kandungan prekursor yang dimuat dalam sediaan, jumlah stok awal dan
jumlah stok akhir. Tembusan laporan ini kepada Kepala Dinkes Tingkat Kota,
non resep perhari yang berasal dari laporan penjualan dari tiap shift kerja.
42
4. Laporan Keuangan
Laporan keuangan Apotek Ksatria terdiri dari laporan neraca dan laporan
laba dan rugi perusahaan dalam periode tertentu. Sedangkan laporan laba rugi
memuat data penjualan dan biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.
resep obat keras dan psikotropika harus dengan resep dokter. Resep narkotika
pelayanannya harus dengan resep asli, jika dengan copy resep maka copy resep harus
3.2.2 Dispensing
perhitungan harga terlebih dahulu, jika didapatkan persetujuan dari pasien maka
penyiapan obat kemudian dilakukan, jika terdapat resep racikan maka dilakukan
perhitungan, penimbangan bahan obat dan pembuatannya. Obat yang sudah siap atau
selesai diracik, kemudian dikemas dan diberi etiket yang sesuai dan kemudian
diperiksa kembali oleh tenaga teknis kefarmasian mengenai nama pasien, nomor
44
3.2.3 Pelayanan Informasi Obat
informasi obat kepada pasien seperti indikasi, cara penggunaan, cara penyimpan obat,
3.2.4 Konseling
Pada kondisi tertentu, apoteker juga melakukan konseling kepada pasien guna
dihadapi pasien.
Ksatria.
resep dokter. Petugas langsung mengambilkan obat yang diminta oleh pasien
45
setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar dan langsung dicatat pada buku
penjualan bebas.
4. Obat yang sudah siap atau selesai diracik, kemudian dikemas dan diberi etiket
mengenai nama pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai
5. Obat diserahkan pada petugas penyerahan obat dan dilakukan pemeriksaan ulang
lagi. Setelah itu obat diserahkan kepada pasien dengan memanggil pasien dengan
menanyakan kembali namanya. Jika dalam resep dokter terdapat obat narkotika,
maka tenaga teknis kefarmasian menanyakan alamat jelas dan nomor telepon
7. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang
(iter) dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat
46
BAB IV
PEMBAHASAN
No. 73 tahun 2016. Pada perencanaan, dilakukan berdasarkan analisa pareto dan buku
sebelumnya akan terlihat obat yang penjualannya tinggi, sedang ataupun rendah
Selain analisa pareto, penggunaan buku defekta dengan sistem manual juga
dalam waktu tertentu. Buku defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data
obat yang dicatat lalu dibuat ke dalam permintaan barang dan dilakukan pengadaan.
Pemeriksaan stok obat dan resep dilakukan setiap hari. Pemeriksaan ini juga akan
menentukan pemesanan obat harian Apotek Ksatria, obat dengan persediaan hampir
menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditanda tangani oleh Apoteker. Surat Pesanan
di Apotek Ksatria dibagi menjadi beberapa jenis antara lain: surat pesanan obat keras
dan surat pesanan obat bebas dan bebas terbatas yang dibuat oleh Apotek sebanyak 2
rangkap (putih dan pink) untuk PBF yang berwarna putih dan sebagai arsip apotek
yang berwarna pink. Selanjutnya surat pesanan narkotika yang terdiri dari 4 rangkap (
Putih,
47
Biru, Kuning, dan Merah). Didalam surat pemesanan tersebut dicantumkan nama
48
pemesan (nama APA), jabatan, alamat rumah, nama distributor, alamat dan nomor
telepon distributor, serta nama sarana pemesan (nama APA), kemudian ditanda
tangani oleh APA dan diberikan stempel apotek. Setiap lembar SP hanya digunakan
untuk 1 jenis dan 1 kekuatan obat narkotika. Untuk surat pesanan psikotropika,
prekursor farmasi dan obat – obat tertentu terdiri dari 2 rangkap, 1 diserahkan ke PBF
dan obat – obat tertentu boleh memuat lebih dari satu jenis obat. Surat pesanan juga
Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke apotek disertai faktur,
meliputi nama apotek, nama obat, kemasan, jumlah, expired date, nomor batch dan
kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dengan surat pesanan.
stempel apotek. Khusus obat narkotik, psikotropika, prekusor dan obat-obat tertentu
Apoteker Penanggung Jawab harus langsung menerima obat, atau jika Apoteker
berhalangan maka dapat diwakilkan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah
Perbekalan farmasi dan alkes yang datang dari distributor akan disimpan dan
disusun secara alfabetis dengan sistem FIFO dan FEFO berdasarkan bentuk sediaan,
stabilitas dan jenis obat. Obat disimpan dilemari obat dan untuk obat yang
narkotik disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda yang dipegang oleh Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberi delegasi oleh Apoteker. Obat golongan
49
psikotropik, prekursor
50
dan obat-obat tertentu disimpan di lemari tepisah dari obat lain untuk mempermudah
pengawasan obat.
untuk masing-masing obat dan diletakkan disebelah obat. Setiap obat yang masuk
(pengadaan) dan keluar (penjualan) di catat pada kartu stock masing-masing meliputi
tanggal, nomor resep, jumlah obat yang masuk dan keluar serta jumlah total obat.
dicatat di buku khusus yang kemudian direkap satu kali sebulan paling lambat tanggal
10 setiap bulannya sebagai dokumen pelaporan. Hal ini penting dilakukan untuk
mempermudah dalam pengontrolan stock obat dan melihat kesesuaian antara jumlah
Pelaporan obat dilakukan secara online yaitu melalui aplikasi SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotik dan Psikotropik) untuk obat golongan narkotik dan psikotropik.
Kabupaten/Kota dan Dinkes Provinsi. Pemusnahan obat dilakukan jika obat sudah
kadaluarsa atau obat rusak. Obat dimusnahkan berdasrakan jenis dan bentuk
sediaannya. Pemusnahan obat dan serta faktur yang sudah lebih dari lima tahun
Kesehatan Kota.
perhitungan harga. Harga obat diberitahu ke pasien, apabila pasien setuju dengan
51
harga yang sudah dihitung selanjutnya dilakukan skrinning terhadap resep. Obat
52
disiapkan berdasarkan jumlah permintaan pada resep dan diracik untuk resep
racikan. Jika obat yang diresepkan kosong, maka dapat dilakukan penggantian
dengan merk dagang lain yang memiliki kandungan zat aktif sama atas persetujuan
pasien. Obat yang telah disiapkan dilakukan pengecekan ulang untuk meminimalkan
kesalahan pemberian obat kepada pasien. Pengecekan obat di apotek ini dilakukan
sebanyak tiga kali, pertama pada petugas yang mengambil obat, kedua pada petugas
yang menghitung harga, dan terakhir pada petugas yang akan menyerahkan obat
53
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
54
4.2 Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotik,
Psikotropik dan Prekursor Farmasi. Jakarta.
56
Lampiran 1: Struktur Organisasi
57
Lampiran 2: Denah Tata Ruang Apotek
58
Lampiran 3: Bagan Alur Pengadaan Barang
59
Lampiran 4: Bagan Alur Pelayanan Resep
Skrining resep:
- Nama dan Alamat
dokter
- Tanggal resep, SIP,
Paraf Dokter
- Nama, alamat, Hitung harga Penyediaan
umur, jenis obat di resep obat
kelamin, dan BB
Kelengkapan Pemberiaan
pasien
resep etiket
- Nama obat, potensi
obat, dosis, jumlah
Penyerahan obat:
- Nama pasien,
jumlah obat, signa,
alamat,
PIO/Konseling
60
Lampiran 5: Daftar Obat Prekursor Farmasi
61
Lampiran 6: Daftar Obat Psikotropika beserta Khasiat
62
Lampiran 7: Daftar Obat Narkotika Beserta Khasiat
63
Lampiran 8: Daftar Alat Kesehatan Beserta Kegunaannya
64
Dextrose Memenuhi 20. Leucoplast Perekat
10.
kebutuhan gula penutup
tubuh luka,
perekat tube
.
65
Lampiran 9: Daftar Obat Tetes dan obat lain yang digunakan
secara khusus
66
Flamar eye Natrium Diklofenak 25. Superhoid Benzokain,
10.
drops Zink Oxyde,
Alucol
Nasonex Mometasone Furoate 26. Pamol Paracetamol
11.
Nasal monohydrate 125
spray
Avamys Fluticasone Furoate 27. Proris Ibuprofen
12.
nasal spray Supp
67
Lampiran 10: Format Buku Administrasi Apotek
68
Lampiran 11: Format Laporan Apotek
a. Laporan Narkotika
69
70
b.Laporan Psikotropika
71
72
c.Laporan OOT
73
74
d.Laporan Prekursor
75
76
77
78
Lampiran 12: Contoh Surat Pesanan
79
80
81
82
83
Lampiran 13: Contoh Faktur Penjualan Apotek
84
Lampiran 14: Contoh Copy Resep
85
Lampiran 15: Contoh Etiket
86
Lampiran 16: Contoh Kartu Stok
87
Lampiran 17: Contoh Faktur PBF
88