Anda di halaman 1dari 96

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK KSATRIA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Kurikulum

Program Studi DIII Farmasi

DISUSUN OLEH:

FADILA OKTAMELINDA :
(2021014) FAUZIAH AFDALLENI :
(2021016)

PRODI DIII FARMASI


STIKES RANAH MINANG
PADANG
2024
LEMBARAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI APOTEK KSATRIA
(11 Desember 2023- 06 Januari 2024)

Disusun Oleh :

FADILA OKTAMELINDA :
(2021014) FAUZIAH AFDALLENI :
(2021016)

Disetujui Oleh:

Pemilik Sarana Apotek/ Dosen Pembimbing


PKL Apoteker Pengelola Apotek

(NETTI KEMALA SARI, M.Farm,Apt) (SELVI MERWANTA, M.Farm, Apt)


LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
(11 Desember 2023- 06 Januari 2024)

Disusun Oleh:

FADILA OKTAMELINDA :
(2021014) FAUZIAH AFDALLENI :
(2021016)

Disahkan Oleh:

KETUA PROGRAM STUDI DIII FARMASI


STIKES RANAH MINANG PADANG

(VIVALDI ERSIL, M.Farm,Apt)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Ksatria. Praktek Kerja Lapangan

(PKL) dilaksanakan di Apotek Ksatria dari tanggal 11 Desember 2023- 06 Januari

2024.

Selama penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini, penulis tidak

lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan berupa nasehat,

bimbingan serta pengarahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar

besarnya kepada:

1. Orangtua yang selalu memberikan do’a dan dukungan selama praktek kerja

lapangan sehingga sampai ke tahap ini.

2. Bapak Suherman dan Ibu Rosna selaku pemilik Apotek Ksatria yang telah

memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan praktek kerja lapangan di

Apotek Ksatria.

3. Ibu Netti Kemala Sari, M.farm,Apt selaku Apoteker Apotek Ksatria dan Ketua

Stikes Ranah Minang Padang.

4. Seluruh Karyawan di Apotek Ksatria yang selalu memberikan dukungan dan

bantuan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL).

5. Bapak / Ibu staf Dosen di Program Studi DIII Farmasi STIKes Ranah Minang.

iii
6. Teman-teman yang telah ikut membantu penulis dan pihak-pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu sehingga selesainya

laporan praktek kerja lapangan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak leaps dari kekurangan maupun

ketidak sempuranaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat

berguna bagi penulis serta bagi pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

Padang, 07 Januari 2024

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iii

KATA PENGANTAR.....................................................................................iv

DAFTAR ISI....................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Sejarah Apotek..................................................................................1

1.2 Lokasi Apotek...................................................................................1

1.3 Struktur Organisasi dan Job describtion............................................2

1.4 Pelayanan Apotek..............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................19

2.1 Pengertian Apotek............................................................................19

2.2 Peraturan dan Perundang-undangan tentang Apotek/TTK..............20

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek................................................................25

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek dan Pencabutan Izin Apotek............25

2.5 Peran dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian/ Asisten Apoteker di

Apotek…..........................................................................................28

2.6 Pengelolaan Apotek….....................................................................30

2.7 Jenis-jenis Pajak di Apotek….........................................................31

v
BAB III KEGIATAN APOTEK....................................................................32

3.1 Pengadaan........................................................................................32

3.1.1 Pengadaan Barang.................................................................32

3.1.2 Pemesanan Barang.................................................................34

3.1.3 Penerimaan Barang................................................................35

3.1.4 Penyimpanan Barang.............................................................36

3.1.5 Pengiriman Barang................................................................36

3.1.6 Pengendalian..........................................................................36

3.1.7 Pencatatan dan pelaporan.......................................................37

3.2 Pelayanan Kefarmasian...................................................................39

3.2.1 Pelayanan Resep Obat dan Alkes.........................................39

3.2.2 KIE.........................................................................................40

3.3 Administrasi Apotek........................................................................40

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................42

BAB V PENUTUP..........................................................................................46

5.1 Kesimpulan.................................................................................................47

5.2 Saran...........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................48

LAMPIRAN.....................................................................................................49

vi
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi


Lampiran 2 Denah Tata Ruang Apotek
Lampiran 3 Bagan Alur Pengadaan Barang
Lampiran 4 Bagan Alur Pengadaan Resep
Lampiran 5 Daftar Obat Prekursor Farmasi
Lampiran 6 Daftar Obat Psikotropika Beserta Khasiat
Lampiran 7 Daftar Obat Narkotika Beserta Khasiat
Lampiran 8 Daftar Alat Kesehatan dan Kegunannya
Lampiran 9 Daftar Obat Tetes dan Obat Yang Digunakan Secara Khusus
Lampiran 10 Format Buku Administrasi Apotek
Lampiran 11 Format Laporan Apotek
Lampiran 12 Contoh Surat Pesanan
Lampiran 13 Contoh Faktur Penjualan Apotek
Lampiran 14 Contoh Copy Resep
Lampiran 15 Contoh Etiket
Lampiran 16 Contoh Kartu Stok
Lampiran 17 Contoh Faktur PBF
Lampiran 18 Foto Pelayanan Resep
Lampiran 19 Berita Acara Pemusnahan Obat

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Apotek

Apotek Ksatria berdiri pada awal tahun 2000 dengan Pemilik Sarana

Apotek (PSA) Ibu Hj. Rosna. Pada awal berdiri Apotek Ksatria hanya memiliki

satu petak rungan bangunan didalamnya saja. Seiring berjalannya waktu

sekarang Apotek Ksatria sudah memiliki tiga petak ruangan bangunan

didalamnya. Sejak awal berdiri sampai sekarang Apotek Ksatria sudah berjalan

23 tahun, dan hanya memiliki satu apoteker yaitu Ibu Netti Kemala

Sari,M.farm,Apt.

Apotek Ksatria juga memiliki asisten apoteker dan juga staf yang bekerja di

sana.

1.2 Lokasi Apotek

Apotek Ksatria memiliki lokasi yang sangat strategis, yaitu di Jalan

Ksaatria Petak No. 7-8 Pasar Tarandam Padang. Bangunanya terdiri dari area

ruang tunggu, penjualan obat bebas, bebas terbatas, penjualan alat kesehatan,

ruang peracikan, lemari obat, dan tempat penjualan obat.

1
1.3 Struktur Organisasi dan Job Describtion

Dalam melaksanakan tugas dan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat dan

penanganan administrasi secara teratur, diperlakukan personil-personil atau

struktur organisasi yang teratur, yang dapat menguasai bidang masing-masing.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Apotek Ksatria mempunyai struktur

organisasi sebagai berikut:

Pemilik Sarana Apoteker Pengelola Apotek


Apotek Suherman & Netti Kemala Sari
Rosna M.Farm,Apt

Asisten Apoteker Non Asisten Apoteker


1. Desi Rusda, 1. Adek
Amd. Farm 2. Bunga Septiani
2. Dian Novita, 3. Azcia Azzahra
Amd.Farm
3. Mariastuti,
Amd.Farm

2
1.3.1 Tugas Pokok dan Fungsinya
Tugas dan Tanggung Jawab Personalia Apotek

Pelayanan yang berorientasi pada pasien dapat dilaksanakan dengan baik jika

apotek mempunyai manajemen yang baik. Manajemen yang baik ditandai dengan

adanya pembagian tugas fungsi dan tanggung jawab kerja yang jelas dan diketahui

oleh karyawan apotek. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas ini semua

karyawan akan mendapat tugas secara adil dan sesuai dengan fungsinya masing-

masing.

A. Pemilik Sarana Apotek (PSA)

Secara umum Pemilik Sarana Apotek (PSA) memiliki kuasa

penuh atas kegiatan usaha apotek secara keseluruhan, tugas dan

kewajibannya meliputi:

 Memimpin seluruh kegiatan apotek

 Mengatur dan mengawasi administrasi apotek

 Membayar pajak-pajak yang berhubungan dengan apotek

 Melakukan kegiatan untuk pembangunan apotek

B. Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Apoteker Pengelola Apotek (APA) secara umum bertanggung jawab

terhadap semua kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan kefarmasian demi

kelangsungan jalannya apotek. Tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek antara lain

 Memimpin, menentukan kebijakan, melaksanakan pengawasan, dan

melaksanakan pengendalian pada apotek sesuai undang-undang yang


3
berlaku.

4
 Mengawasi mutu dan kualitas obat yang tersedia.

 Mengontrol dan mengkoordinasiakan kerja tenaga teknis

kefarmasian

 Mengelola dan mengawasi persediaan perbekalan farmasi di apotek

untuk memastikan ketersediaan barang atau obat sesuai dengan

kebutuhan dan rencana yang telah ditetapkan.

 Membuat laporan yang terdiri dari laporan pemakaian obat

Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan OTT serta laporan

pemusnahan obat resep.

C. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK)

Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) bertanggung jawab dalam hal teknis di

apotek. Seorang tenaga teknis kefarmasian harus memiliki keahlian, keterampilan dan

pengetahuan kefarmasian. Tugas-tugas TTK diantaranya adalah :

 Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya

berdasarkan resep yang diterima.

 Melayani penjualan obat bebas dan merangkap sebagai penerima

resep dan penyerahan obat kepada pasien.

 Membuat dan meracik obat sesuai dengan resep dokter.

 Membuat kwitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya ditebus

sebagian atau bila diperlukan oleh pasien.

 Memeriksa kebenaran obat yang diserahkan pada pasien

 Pemesanan dan pembelian obat setelah disetujui oleh APA.

5
 Menyusun, mencatat dan memeriksa alur masuknya obat-obatan

dengan mencatat secara rutin dan kartu stok

 Mencatat dan merinci jumlah keluar masuknya obat narkotika,

psikotropika,obat keras dan generic dibuat lapran pemakaiannnya

oleh APA.

1.4 Pelayanan Apotek

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.73 Tahun 2016, pelayanan

kefarmasian di apotek dibagi menjadi 2, yaitu manajerial berupa pengelolaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan

farmasi klinik.

1.1.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai (BMHP)

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,dan bahan medis habis

pakai dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

meliputi :

1. Perencanaan

Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi,alat

kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit,

pola konsumsi, budaya dan kemampuan masyarakat.

6
2. Pengadaan

Untuk menjamin kualitas pelayanan keframasian maka pengadaan

sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan

perundang- undangan.

3. Penerimaan

Penerimaan dilakukan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan

dengan kondisi fisik yang diterima.

4. Penyimpanan

Menurut Permenkes No 73 tahun 2016, tata cara penyimpanan dan pengeluaran

obat adalah sebagai berikut :

a. Obat/bahan harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal

pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus

dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah

baru. Wadah sekurang-kurangnya membuat nama obat, nomor batch dan tanggal

kadaluwarsa.

b. Semua obat/bahan harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin

keamanan dan kestabilitasnya.

c. Terdapat penyimpanan obat yang tidak dipergunakan untuk penyimpanan

barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi

d. Sistem penyimpanan dilakukan dengaan memperhatikan bentuk sediaan dan

kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis.

7
e. Pengeluaran obat memakai sitem FIFO ( First In First Out ) dan FEFO (First

Expire First Out).

5. Pemusnahan

Menurut Permenkes No. 73 tahun 2016, tata cara pemusnahan obat adalah

sebagai berikut :

a. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan

bentuk sediaan. Pemusmahan obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung

narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh

petugas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat selain

narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh

tenaga teknis kefarmasian lain yang memiliki berita acara pemusnahan.

b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh

sekurang-kurangnya petugas lain di apotek dengan cara dibakar atau cara

pemsnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan. Resep dan

dselanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang

tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan

perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarka pemerintah.

e. Penarikan oleh BPOM ( mandatory recall) dengan tetap memberikan laporan

kepada Kepala BPOM.

f. Penarikan alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan terhadap

produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.


8
6. Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan

atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk

menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakkan,

kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian

persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual dan

elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal,

kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

7. Pencatatan

Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan farmasi,

alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan (surat

pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok), penyerahan obat (nota atau struk

penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

8. Pelaporan

Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan

internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen

Apotek, meliput keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal

merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi pelaporan narkotika,

psikotropika dan laporan lainnya.

1.4.2 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinik di Apotek Ksatria merupakan bagian dari

pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
9
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dam bahan medis habis pakai dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pelayanan

farmasi klinik meliputi :

9. Pengkajian resep

Kegiatan pengajian resep meliputi administasi, kesesuaian farmasetik dan

pertimbangan klinis.

Kajian administrasi meliputi :

a. Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan

b. Nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf

c. Tanggal penulisan resep

Kajian sesuai farmasetik meliputi :

a. Bentuk dan kekuatan sediaan

b. Stabilitas

c. Kompatibilitas ( ketercampuran obat)

Pertimbangan klinis meliputi :

a. Ketepatan indikasi dan dosis obat

b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat

c. Duplikasi dan/atau polifarmasi

d. Reaksi obat yang tidak diinginkan ( alergi, efek samping obat, manifestasi

klinis lain)

e. Kontra indikasi, dan

f. Interaksi

10
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker

harus menghubungi dokter penulis resep. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan,

pemeriksaan sediaan, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai, termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian

informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan

terjadinya kesalahan pemberian obat ( medication error).

10. Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

obat. Setelah melakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai berikut :

1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep

 Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep

 Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik

obat

 Melakukan peracikan obat bila di perlukan

2. Memberi etiket sekurang-kurangya meliputi :

 Warna putih untuk obat dalam/oral

 Warna biru untuk obat luar dan suntik

 Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspense

atau emulsi.

 Memasukan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat

berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan

yang salah.

Setelah penyiapan obat dilakukan sebagai hal berikut :

11
 Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan

pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket,

cara penggunaan

 Pemeriksa jenis dan jumlah obat ( kesesuai atara penulisan etiket

dengan resep )

 Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

 Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

 Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat

 Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang

terkait dengan obat antara lain manfaat obat, makan dan minum

yang hars dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan

obat dan lain-lain

 Penyerahan kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang

baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin

emosinya tidak stabil

 Memastikan bahwa yang di terima obat adalah pasien atau

keluarganya

 Mmbuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh

apoteker (apabila diperlukan)

 Menyimpan resep pada tempatnya

 Apabila apoteker membuat catatan pengobatan pasien. Apoteker di

apotek juga dapat melayani obat non resep atau pelayan

swamedikasi. Apoteker harus memberikan edukasi kepada pasien

yang memerlukan obat non resep untuk penyakit ringan dengan

memilihkan obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai.

12
11. Pelayanan infomasi obat (PIO)

Pelayan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

Apoteker dalam pemberian informasi meengenai obat yang tidak memihak,

dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek

penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.

Informasi mengenai obat termasuk obat resep,obat bebas dan obat

herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan

metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif,

efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek

samping,interaksi stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari

obat dan lain-lain.

Kegiatan pelayanan informasi obat di apotek meliputi :

 Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis

 Membuat dan menyebarkan buletin/ brosur/ leaflet, pembedayaan

masyarakat (penyuluhan)

 Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien

 Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada pasien

 Farmasi yang sedang praktik profesi

 Membuat penelitian penggunaan obat

 Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah

 Melakukan program jaminan mutu

Pelayan informasi obat didokumentasikan untuk membantu penelusuran kembali

dalam waktu yang relatif singkat. Hal-hal diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan

informasi obat :

13
 Topik pertanyaan

 Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan

 Metode pelayanan informasi obat ( lisan, tertulis, lewat telepon )

 Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi lain

seperti riwayat alergi, apakah pasien sedang hamil/ menyusui , data

laboratorium)

 Uraian pertanyaan

 Jawaban pertanyaan

 Referensi

 Metode pemberian jawaban ( lisan, tertulis, per telepon) dan data

apoteker yang memberikan pelayanan informasi obat.

12. Konseling

Konseling merupakan proses interaktif antara apoteker dengan

pasien/keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan

kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan

menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, apoteker

menggunakan three prime questions. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah,

perlu dilanjutkan dengan metode health belief model. Apoteker harus melakukan

verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat yang digunakan.

Menurut Permenkes Nomor 73 tahun 2016, kriteria pasien/keluarga pasien yang

perlu diberi konseling :

 Pasien jondisi khusus ( pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati

dan/atau ginjal, ibu hamil dan menyusui)

14
 Pasien dengan terapi jangka panjang/ penyakit kronis (misalnya :

TB, DM, AIDS dan epilepsi)

 Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit

( digoksin, fenitoin, teofilin)

 Pasien dengan polifarmasi, pasien menerima beberapa obat untuk

indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk

pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat

disembuhkan dengan satu jenis obat

 Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah

Menurut Permenkes Nomor 73 Tahun 2016, tahap kegiatan konseling sebagai

berikut :

a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien

b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime

Questions, yaitu :

 Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda ?

 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat anda ?

 Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang yang diharapkan

setelah anda menerima terapi obat tersebut ?

c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien

untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat

d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah

penggunaan obat

15
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien, apoteker

mendokumentasikan konseling dengan menerima tanda tangan pasien sebagai

bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam koseling.

13. Pelayanan Kefarmasian di Rumah ( Home Pharmacy Care)

Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan

pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.

Menurut Permenkes Nomor 73 tahun 2016 jenis pelayanan kefarmasian di rumah

yang dapat dilakukan oleh apoteker, meliputi:

 Penilaian/ pencarian (assessment) masalah yang berhubungan

dengan pengobatan

 Identifikasi

 Pendampingan pengelolaan obat dan/atau alat kesehatan dirumah,

misalnya cara pemakaian obat asma, penyimpanan insulin

 Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum

 Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat

berdasarkan catatan pengobaran pasien

 Dokumentasi pelaksanaan pelayanan kefarmasian di rumah

14. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan terapi obat merupakan proses yang memastikan bahwa

seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkauan dengan

memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.

Menurut Pemenkes Nomor 73 tahun 2016, adapun kriteria pasiennya sebagai

berikut :

16
 Anak-anak dan lanjut usia, ibut hamil dan menyusui

 Menerima obat lebih dari 5 (lima)jenis

 Adanya multidiagnosis

 Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati

 Menerima obat dengan indeks terapi sempit

 Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan

merugikan Menurut Permenkes RI tahun 2014,adapun kegiatannya sebagai

berikut :

 Memilih pasien yang memenuhi kriteria

 Mengambil data yang membutuhkan yaitu riwayat pengobatan

pasien yang terdiri dari riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat

dan riwayat alergi melalui wawancara dengan pasien atau keluarga

pasien atau tenaga kesehatan lain.

 Melakukan identifikasi masalah terkait obat. Masalah terkait obat

antara lain adalah adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian

obat tanpa indikasi, pemilihan obat yang tidak tepat, dosis terlalu

tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi obat yang tidak

diinginkan atau terjadinya interaksi obat

 Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan

menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan

terjadi.

 Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi

rencana pemantauan dengan tujuan memastikan pencapaian efek

terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.

17
 Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah

dibuat oleh apoteker harus dikomunikasi dengan tenags kesehatan

terkait untuk mengoptimalkan tujuan terapi

 Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terasi obat.

15. Monitoring efek samping obat ( MESO)

Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap

respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharap yang terjadi pada

dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis

dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis.

Menurut Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 faktor yang perlu diperhatikan

dalam melakukan monitoring efek samping obat sebagai berikut :

 Kerja sama dengan tim kesehatan lain

 Kertersediaan formulir monitoring efek smping obat

16. Swamedikasi

Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh

masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan

obat- obatan yang dijual bebas di pasaran yang bisa didapat tanpa resep dokter

dan diserahkan oleh apoteker di apotek. Swamedikasi biasanya dilakukan

masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit ringan dan keluhan-keluhan

seperti batuk, flu (influenza), demam, nyeri, kecacingan, diare, biang keringat

dan lain- lain. Salah satu teknik dalam mendapatkan informasi pasien ketika

pelayanan swamedikasi yaitu melalui metode WWHAM :

W: Who is the patient (siapa pasiennya)

W: What are the symptoms (apa gejalanya)


18
H: How long have the symptoms (berapa lama timbul gejalanya)

A: Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)

M: Medication being tak

en (obat apa yang sedang digunakan)

19
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek

Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2017 apotek adalah sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 apotek merupakan

suatu tempat distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai

standar dan etika kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan

telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Sedangkan tenaga kefarmasian adalah

tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga

teknis kefarmasian.

Menurut Permenkes Nomor 73 tahun 20016 pelayanan kefarmasian yaitu

suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan

dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien. Standar pelayanan kefarmasian di apotek

meliputi standar pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai, serta pelayanan farmasi klinik.

20
2.2 Peraturan dan Perundang-undangan tentang Apotek/TTK

2.2.1 Landasan hukum apotek

Regulasi mengenai apotek telah mengalami beberapa kali perubahan dan

penambahan. Adapun regulasi atau peraturan yang mengatur tenteng apotek dan

pelayanan kefarmasian di apotek sebagai berikut:

1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropik

3) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotik

4) Permenkes No. 9 Tahun 2017 Tentang Apotek

5) Permenkes No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

6) Permenkes No. 80 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraanm Pekerjaan Asisten

Tenaga Kesehatan

7) Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian

8) Peraturan Kepala BPOM RI No. 28 Tahun 2018 Tentang Obat-obat Tertentu

Yang Sering Disalah Gunakan.

9) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 Tahun 2021 Tentang Perubahan

Penggolongan, Pembatasan dan Kategori Obat.

10) Peraturan menteri Kesehatan RI No. 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan

Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan

21
11) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 14 Tahun 2021 Tentang Standar

Kegiatan Usaha dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha

Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.

12) Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang

Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika dan

Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.

2.2.2 Persyaratan Pendirian Apotek

Berdasarkan Permenkes No. 14 Tahun 2021 untuk mendirikan apotek

harus memenuhi persyaratan umum yaitu:

a. Apotek diselenggarakan oleh apoteker sebagai pelaku usaha perseorangan atau

nonperseorangan berupa perseroan terbatas, yayasan atau koperasi dengan

melampirkan surat perjanjian kerjasama dengan apoteker.

b. Apoteker yang mendirikan apotek dengan bentuk nonperseorangan maka

pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan oleh apoteker yang bersangkutan.

c. Data Penanggung Jawab Teknis meliputi KTP, STRA, dan SIPA.

d. Bukti Pembayaran Pendapatan Anggaran Daerah (PAD).

e. Izin apotek mengikuti masa berlaku SIPA penanggung jawab maksimal 5 tahun.

Dalam pendirian apotek harus memenuhi persyaratan khusus sesuai Permenkes

Nomor 14 Tahun 2021 yaitu:

a. Peta Lokasi

Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan

komoditi lainnya diluar Sediaan Farmasi (misalnya di pusat perbelanjaan,

apartemen, perumahan) dengan tetap memenuhi persyaratan kesehatan

22
lingkungan dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota setempat. Apotek

tidak berada didalam lingkungan Rumah Sakit.

b. Bangunan

Bangunan, sarana dan prasarana, peralatan dan pengaturan ruang Apotek harus

memperhatikan fungsi:

1) Keamanan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan dalam pemberian

pelayanan.

2) Perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang

disabilitas, anak-anak, dan lanjut usia.

3) Keamanan dan mutu Obat, Sediaan Farmasi Lain, Alat Kesehatan dan

BMHP dan komoditi lain yang dikelola.

c. Sarana dan Prasarana

Apotek setidaknya memiliki ruang yang berfungsi ruang penerimaan resep,

ruang pelayanan resep dan peracikan, ruang penyerahan obat, ruang konseling,

ruang penyimpanan obat, sediaan farmasi lain, alat kesehatan dan BMHP dan

komoditi lain dan ruang arsip beserta peralatannya yang mengacu pada

Permenkes tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Apotek wajib memasang di dinding bagian depan bangunan, secara jelas dan

mudah dibaca berupa:

1. Papan nama Apotek yang memuat informasi paling sedikit nama Apotek,

nomor Izin Apotek dan Alamat Apotek.

2. Papan nama praktik Apoteker yang memuat informasi paling sedikit nama

Apoker, nomor SIPA dan jadwal praktik Apoteker.

23
d. Sumber Daya Manusia

Apotek harus memiliki struktur organisasi sumber daya manusia yang

ditetapkan oleh penanggung jawab apotek. Struktur organisasi paling sedikit

terdiri dari:

1) Informasi tentang SDM apotek, meliputi:

a) Apoteker penanggung jawab

b) Direktur

c) Apoteker lain dan/atau TTK, tenaga administrasi jika ada.

2) Tugas pokok dan fungsi masing-masing SDM apotek

Persyaratan Sumber Daya Manusia dalam penyelenggaraan apotek yaitu:

1. Memiliki penanggung jawab teknis dengan kualifikasi:

a) Apoteker dan

b) Warga Negara Indonesia.

2. Apoteker penanggung jawab dapat dibantu oleh Apoteker lain

dan/atau TTK, asisten tenaga kefarmasian dan/atau tenaga

administrasi.

3. Jumlah Apoteker dan tenaga lain disesuaikan dengan jam

operasional Apotek dan mempertimbangkan analisa beban kerja.

4. Jika Apotek membuka layanan 24 jam, maka harus memiliki

paling sedikit dua orang Apoteker.

5. Seluruh Apoteker dan/atau TTK harus memiliki Surat Izin Praktik.

6. Seluruh tenaga kefarmasian dan nonkefarmasian yang bekerja di

Apotek wajib bekerja sesuai dengan standar profesi, standar

prosedur operasional, standar pelayanan, etika profesi,

menghormati hak pasien, serta mengutamakan mutu dan

24
keselamatan pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

 Persyaratan Bangunan

Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dari memenuhi

persyaratan teknis. Luas bangunan untuk standar apotek adalah minimal 4x15m2 (60m2)

selebih nya dapat diperuntukan untuk ruang praktek dokter. sehingga dapat menjamin

kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.

b. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk


penempatan brosur/materi informasi.
c. Ruang tertutup untuk konseling bagi pasien yang di lengkapi dengan meja dan
kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d. Ruang racikan.
e. Keranjang sampah yg tersedia bagi staf maupun pasien.
f. Bangunan apotek harus di lengkapi dengan sumber air yang memenuhi
syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran,
ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek.

 Perlengkapan Apotek

Untuk perlengkapan apotek meliputi semua peralatan yang diperlukan dalam


pelaksanaan pengelolaan apotek,yang terdiri dari :

a. Alat pembuatan, pengelolahan, peracikan obat seperti : timbangan, mortar,


gelas piala dan perlengkapan lain nya yang wajib dimiliki oleh apotek.
b. Wadah untuk bahan pengemas dan bahan pembungkus seperti: etiket, wadah
pengemas dan pembungkus untuk penyerahan obat.

25
c. Perlengakapan dan tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti: lemari
dan rak untuk penyimpanan obat, lemari pendingin, lemari untuk penyimpanan
narkotika dan psikotropika.
d. Alat administrasi seperti: blanko pemesanan obat, kartu stok obat, faktur, nota
penjualan, salinan resep, alat tulis dan sebagianya.
e. Pustaka seperti: farmakope edisi terbaru dan kumpulan peraturan perundang-
undangan serta buku buku penunjang lain yang berhubungan dengan apotek.

 Perbaikan Apotek

Untuk perbaikan apotek terdiri dari :

a. Perbaikan kesehatan di bidang farmasi berupa obat atau bahan obat, sekurang
kurang nya terdiri dari obat generik sesui dengan daftar obat essensial nasonal
(DOEN).
b. Wadah pengemas bungkus zat sesuai dengan ukuran dan kebutuhan.
c. Perbekalan administrasi yang meliputi blangko pemesanan obat, blanko kartu
stok obat, blanko salinan resep, buku pembelian obat, buku pencatatan
pemakain narkotika dan lain lain.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Permenkes No. 9 Tahun 2017, Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai;
dan

b. Pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek dan Pencabutan Izin Apotek

2.4.1 Persyaratan Pendirian Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2018, apotek


diselenggarakan oleh pelaku usaha perseorangan yaitu apoteker dengan memenuhi
persyaratan:
26
a) STRA
b) Surat izin praktik apoteker
c) Denah Bangunan
d) Daftar sarana dan prasarana
e) Berita acara pemeriksaan.
Apotek juga dapat di selenggarakan oleh pelaku usaha nonperseorangan
dengan melakukan perjanjian kerjasama dengan apoteker yang disahkan oleh notaris.
Pelaku Usaha wajib mengajukan permohonan izin Usaha melalui Lembaga

OSS dalam bentuk Dokumen Elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan dibidang informasi dan transaksi elektronik. Lembaga OSS

menerbitkan NIB (Nomor Identitas Berusaha) setelah Pelaku Usaha melakukan

Pendaftaran melalui pengisian data secara lengkap dan mendapatkan NPWP. Pelaku

Usaha yang telah mendapatkan NIB dapat diterbitkan Izin Usaha oleh Lembaga OSS.

2.4.2 Pencabutan Izin Apotek

Izin apotek dapat dicabut berdasarkan dari kehendak pelaku usaha, temuan

pelanggaran atau masa berlaku izin apotek telah habis. Menurut Permenkes No. 9

Tahun 2017, Pencabutan SIA dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota

berdasarkan:

1. Hasil pengawasan dan/atau

2. Rekomendasi Kepala Balai POM.

Surat izin apotek dapat dicabut kepala kantor wilayah apabila:

1. Apoteker ini tidak lagi dapat memenuhi persyaratan sebagai penanggung


jawab apotek

2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam penyediaan, penyimpanan, dan


penyerahan perbekalan farmasi.

27
3. Apoteker apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara
terus-menerus

4. Terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan terhadap undang-undang lainya


yang terjadi di apotek.

5. Surat izin apoteker pengelola apotek dicabut

6. Pemiliksaran apotek terlibat pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.

7. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan.

Pencabutan dilakukan setelah peringatan tertulis 3 kali berturut-turut dengan

tanggung waktu 6 bulan stelah menetepkan pembekuan izin apotek. Pemekuan izin

dapat di cair kan apa bila apotek telah menyelesaikan seluruh persyaratan yang telah

ditetapkan. Kepala dinas kesehatan kebupaten / kota wajib melaporkan pelaksaan

pemberian izin,pencairan izin,pencabutan izin apotek sekali setahun kepada kepala

dinas kesehatan kebupaten / kota.

Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola atau apoteker pengganti
wajib mengamakan perbekalan farmasinya. Pengaman tersebut di lakukan dengan
cara sebagai berikut :

1. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik,obat keras


tertentu, dan obat lainya serta resep yang ada di apotek.
2. Narkotika, psikotropika dan resep harus di masukan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci.
3. Apoteker penanggung jawab apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada
kepala dinas kesehatan kebupaten / kota atau petugas di beri wewenang
tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventerasi.
Dalam hal izin apotek dicabut, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Pelaku
usaha wajib melakukan:
a. Pengamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP di Apotik.
Pengamanan dilakukan dengan cara pengalihan tanggung jawabkepada
Apoteker lain yang memiliki SIPA dan/atau kepada Pemerintah Daerah

28
Kabupaten/Kota yang berwewenang menggunakan berita acara disertai
penyerahan:
- Dokumentasi Resep, resep narkotika dan resep psikotropika,
- Data obat narkotik dan psikotropik, yang dilengkapi dengan daftar jenis dan
jumlah.
- Data obat keras dan/atau obat keras tertentu, yang dilengkapi dengan daftar
jenis dan jumlah.
- Data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP lainnya.
- Dokumen pengadaan (surat pesanan), dan
- Dokumen pelaporan pelaksanaan pelayanan kefarmasian.
b. Pencabutan Sertifikat Standar Apotek.
c. Pengajuan penghapusan data Registrasi Apotek.

2.5 Peran dan Fungsi Tenaga Teknis Kefarmasian/Asisten Apoteker di


Apotek

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani
pekerjaan kefarmasian.
 Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian.
 Terdiri dari : Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan
Tenaga menengah Farmasi atau Asisten Apoteker.
 Memahami prinsip dasar compounding, persiapan, kalkulasi, racikan serta
kemasan.
 Dalam hal pelayanan resep masalah yang timbul antara lain berupa
kemampuan membaca resep, ketersediaan obat dan kecepatan pelayanan.
 Memahami prinsip dasar pengadaan obat, penyimpanan, jalur pendistribusian,
pelayan dan evaluasi.
Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya
yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat yang
dapat dibeli tanpa resep dokter. Memberi informasi:
1. Yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat yang diserahkan kepada
pasien.

29
2. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat.
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/ Asisten Apoteker.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib
memiliki surat tanda registrasi berupa STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus memenuhi
persyaratan:
1) Memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
2) Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
surat izin praktik;
3) Memiliki rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
4) Membuat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian.
Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan contoh
sebagaimana tercantum dalam formulir 4 terlampir.
Surat permohonan STRTTK harus melampirkan :
a) Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi
atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b) Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik;
c) Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan tugas ketentuan etika
kefarmasian;
d) Surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau
pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun
Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e) Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

30
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi harus menerbitkan STRTTK paling lama 10
(sepuluh) hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 5 terlampir.
STRTTK dapat dicabut karena :
a) Permohonan yang bersangkutan;
b) Pemilik STRTTK tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan surat keterangan dokter;
c) Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian; atau
d) Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan dengan
putusan pengadilan.
Pencabutan STRTTK disampaikan kepada pemilik STRTTK dengan tebusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi
yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian. SIKTTK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas kefarmasian.

2.6 Pengelolaan Apotek


Pengelolaan apotek meliputi:
1. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan
penyerahan obat dan bahan obat.
2. Pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi lainya.
3 Pelayanan informasi mengenai obat dan perbekalan farmasi yang wajib di
dasarkan pada kepentingan masyarakat.
4. Melayani informasi, mengenai obat dan perbekalan farmasi yang wajib di
dasarkan pada kepentingan masyarakat yang meliputi :
 Pelayanan informat tentang obat dan Perbekalan kefarmasian lainnya baik
yang diberikan maupun kepada masyarakat.

 Pengamatan dan pelaporan informasi mengenaikhasiat, keamanan, bahaya


dan mutu dari obat perbekalanfarmasi lainnya.

31
2.7 Pajak - Pajak Apotek

Pajak merupakan pungutan yang diwajibkan oleh negara, apotek sebagai


badan usaha tidak terlepas dari perpajakan,karna itu apotek harus mempunyai
pembukan yang baik untuk memudahkan pembayaran pajak. Berdasarkan PPNo. 25
tahun 1980, apotek di kelola oleh apoteker yang bertanggung jawab untuk membayar
pajak sepenuhnya. Pajak yang harus dibayar oleh apotek antara lain:

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah Kota Padang dan daerah :

 Berupa pajak relame, pajak iklan dan pajak papan nama apotek.

 Pajak Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

 Pajak kendaraan dinas apotek.

 Pajak parkir lokasi apotek.

2. Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat :

1. Berupa biaya materai.

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

4. Pajak perseroan.

3. Pajak pendapatan
4. Pajak atas bunga, deviden, dan royalti (PDBR).

32
BAB III
KEGIATAN
APOTEK

3.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alkes dan Bahan Medis Habis Pakai

3.1.1 Perencanaan

Perencanaan pengadaan barang di Apotek Ksatria dilakukan dengan 2 cara,

yaitu berdasarkan analisa pareto dan buku defekta. Analisa pareto merupakan cara

perencanaan dan pengadaan barang berdasarkan riwayat penjualan yaitu dengan

melihat jumlah penjualan barang sebelumnya selama periode waktu tertentu. Dengan

melihat riwayat pejualan sebelumnya akan terlihat obat yang penjualannya tinggi,

sedang, ataupun rendah sehingga perencanaan barang dapat dilakukan lebih efektif

dan efisien. Selain analisa pareto, penggunaan buku defekta dengan sistem manual

juga diperlukan dalam perencanaan barang apotek untuk mengetahui kekosongan obat

dalam waktu tertentu. Buku defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data

obat yang jumlah stoknya yang hampir habis atau bahkan kosong. Barang-barang

yang dicatat lalu dibuat ke dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dan

dikirim pada bagian pengadaan.

3.1.2 Pengadaan

Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan

Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengadaan sediaan farmasi di Apotek Ksatria sudah dilakukan melalui jalur resmi.

barang didasarkan pada barang yang telah habis atau persediaan barang di gudang

33
tinggal sedikit. Banyaknya pesanan tergantung pada tingkat kebutuhan. Pemesanan

34
barang melalui PBF dilakukan menggunakan surat pesanan yang ditandatangani oleh

APA dengan mencantumkan nama dan Nomor SIPA. Surat pesanan umumnya dibuat

rangkap dua yang terdiri dari warna putih (asli) untuk leveransir dan warna kuning

untuk arsip.

Jenis surat pesanan:

a. Surat pesanan obat umum (Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas,

Obat Keras).

b. Surat pesanan Psikotropika atau OKT di buat rangkap 2.

c. Surat pesanan Prekursor di buat rangkap 2.

d. Surat pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT) di buat rangkap 2.

e. Surat pesanan Narkotika di buat rangkap 4.


Untuk keperluan yang sifatnya mendesak dimana persediaan obat tidak ada,

maka dapat dilakukan pembelian obat langsung pada apotek lain untuk memenuhi

permintaan konsumen. Pembelian obat dilakukan secara tunai ataupun kredit dan

pemilihan PBF didasarkan pada jenis obat yang dipesan. Pemesanan obat golongan

Narkotika hanya dapat dilakukan melalui PBF Kimia Farma yang diberi wewenang

oleh pemerintah untuk melakukan penjualan obat Narkotika dengan menggunakan surat

pesanan khusus yang ditanda tangani oleh (APA). Surat Pesanan obat golongan

narkotika menggunakan model N-9 terdiri dari rangkap 4 (putih, kuning, merah, biru).

Didalam surat pesanan tersebut dicantumkan nama pemesan (nama APA), jabatan,

alamat rumah, nama distributor, alamat dan nomor telepon distributor, serta nama

sarana pemesan (nama Apotek), kemudian ditanda tangani oleh APA dan diberikan

stemple apotek. Setiap lembar SP hanya digunakan untuk 1 jenis dan 1 kekuatan obat

narkotika.

35
Tata cara pemesanan obat-obat psikotropika, prekursor, dan OOT dengan

pemesanan obat lainnya yakni dengan surat pesanan yang ditandatangani oleh APA

dan dikirim ke PBF. Pemesanan psikotropika, prekursor, dan OOT menggunakan

surat pesanan khusus, yang masing-masing terdiri dari rangkap 2, tiap lembar boleh

untuk memesan lebih dari satu macam obat.

3.1.3 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,

jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan

kondisi fisik yang diterima. Sediaan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke

apotek disertai faktur dan tanda terima barang dari PBF yang bersangkutan. Petugas

apotek bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap nama apotek dan

sediaan farmasi yang diterima meliputi kesesuain nama obat, bentuk sediaan,

kekuatan sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi barang. Bila

telah memenuhi syarat, maka faktur di stempel dan ditandatangani oleh apoteker atau

tenaga teknis kefarmasian yang menerima, setelah barang diterima kemudian dicatat

pada buku penerimaan barang yang dibedakan untuk masing-masing PBF. Barang

kemudian disimpan sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dipersyartakan, dan

kemudian dicatat pada kartu stok.

Penerimaan obat golongan narkotika, psikotropika, prekursor, dan OOT dari

PBF harus dilakukan oleh APA atau TTK yang didelegasikan. Pada saat penerimaan

dilakukan pemeriksaan kesesuain nama apotek, nama obat, bentuk sediaan, kekuatan

sediaan, jumlah, tanggal kadaluarsa, nomor batch dan kondisi obat. Jika telah sesuai

36
dan memenuhi syarat APA kemudian membubuhkan tanda tangan pada faktur asli

berikut stempel pada semua rangkap dari lembaran faktur. Bila barang tidak sesuai

dengan surat pesanan maka barang dikembalikan. Faktur asli kemudian dibawa oleh

pengantar barang yang bersangkutan dengan pertinggal faktur di apotek. Petugas

kemudian mencatat bukti penerimaan barang ke dalam kartu stok barang.

3.1.4 Penyimpanan

Penyimpanan sedemikian rupa diatur agar memudahkan pencarian,

pengawasan dan terlindung dari kerusakan. Penyimpanan dilakukan dengan cara

pengelompokkan berdasarkan bentuk sediaan, disusun berdasarkan urutan abjad

dan dengan sistem FEFO dan FIFO. FEFO (First Expiry First Out) artinya

barang yang akan lebih dahulu kadaluarsa (ED) yang akan dikeluarkan terlebih

dahulu. FIFO (First In First Out) artinya barang yang masuk pertama keluar

pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk akan

dijual terlebih dahulu. Penyimpanan obat dilakukan sebagai berikut:

1. Kapsul, kaplet dan tablet dalam kemasan strip atau blister disimpan dalam

kotaknya dengan nama obat pada bagian luar dan disusun pada rak

berdasarkan abjad.

2. Obat-obatan dalam bentuk sirup dan suspensi disimpan dalam kemasannya

dan disusun pada rak tersendiri berdasarkan abjad.

3. Obat tetes mata dan tetes telinga disimpan dalam kemasannya masing- masing

dan disusun pada rak berdasarkan abjad.

4. Salep dan krim disusun pada rak tersendiri berdasarkan abjad.

5. Obat - obatan yang dalam penyimpanan memerlukan kondisi khusus seperti

37
insulin dan suppositoria disimpan dalam kulkas berdasarkan abjad.

6. Obat narkotika, obat psikotropika, prekursor dan obat-obat tertentu disimpan

dalam lemari khusus yang dilengkapi kunci ganda sesuai ketentuan peraturan

dan disusun berdasarkan abjad.

7. Obat generik disusun pada lemari berdasarkan abjad.

8. Bahan-bahan baku untuk keperluan peracikan serta wadahnya disimpan pada

rak tersendiri.

9. Obat - obatan bebas dan peralatan kesehatan disimpan dalam etalase depan.

3.1.5 Pemusnahan dan Penarikan

Pemusnahan terhadap obat-obatan yang rusak, obat kadaluarsa, resep

serta faktur yang telah disimpan lebih dari 5 tahun dilaporkan ke Dinas

Kesehatan Kota. Pelaksanaan pemusnahan dilakukan oleh pihak ketiga yang

sudah direkomendasikan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota. Berita acara

pemusnahan ditujukan kepada BPOM, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kota.

3.1.6 Pengendalian

Pengendalian pada apotek dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah

persediaan sesuai kebutuhan pelayanan. Hal ini bertujuan untuk menghindari

terjadinya kekurangan, kekosongan, ataupun kadaluarsanya barang yang dapat

berakibat pada tidak maksimalnya pelayanan. Pengendalian persediaan dapat

dilakukan menggunakan kartu stok.

Untuk pengendalian di Apotek Ksatria dilakukan menggunakan kartu stok harian

untuk melihat stok persediaan obat. Barang yang masuk akan disimpan sesuai dengan
38
sediaannya dan sesuai abjad. Setelah itu di catat di kartu stok sesuai dengan nama

39
sediannya. Obat yang keluar di catat di kartu stok sesuai dengan jumlah obat yang

keluar pada resep. Jika jumlah persediaan obat sudah habis atau tidak mencukupi

untuk pelayanan berikutnya maka dilakukan pemesanan kepada PBF sesuai dengan

jumlah yang dibutuhkan dan dicatat di buku pemesanan barang. Untuk kartu stok

barang yang kosong akan dipisahkan dan ditempatkan pada tempat khusus.

3.1.7 Pencatatan dan Pelaporan

a. Pencatatan

Semua kegiatan dan transaksi di Apotek Ksatria selalu dilakukan

pencatatan. Pencatatan dilakukan agar semua hal tercatat jelas, dan bila terjadi

kesalahan dapat dengan mudah diketahui penyebabnya.

Pencatatan yang dilakukan Apotek Ksatria, yaitu:

1. Kartu stok

2. Buku defekta

3. Penjualan barang

4. Pemesanan barang

5. Pembelian barang

6. Penerimaan barang

7. Daftar harga

8. Kas atau keuangan

9. Pemakaian obat golongan narkotika, psikotropika, prekursor farmasi, dan

OOT

Pengarsipan resep yang masuk setiap hari diarsipkan berdasarkan

tanggal, bulan dan tahun. Lalu dipisahkan menurut resep narkotika,

psikotropika, prekursor farmasi, dan OOT. Khusus untuk resep-resep

40
narkotika,

41
psikotropika, precursor farmasi, dan OOT diarsipkan tersendiri secara terpisah

dan diberi garis merah untuk narkotika dan garis biru untuk psikotropika.

Setiap bulan, resep dibundel dan disimpan pada lemari penyimpanan resep.

b. Pelaporan

Apotek Ksatria membuat beberapa laporan, yaitu:

1. Laporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika

Pelaporan dilakukan tiap 1 (satu) kali dalam sebulan dan dilakukan secara

online melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotikan dan Psikotropika) yang

secara otomatis akan terkirim ke Badan POM, Dinas Kesehatan Provinsi, dan

Dinas Kesehatan Kota. Setiap bulan apoteker akan menginput data

penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP yang mana data di

impor paling lama sebelum tanggal 10 bulan berikutnya. Data yang dilaporkan

meliputi nama, bentuk sediaan, kekuatan, jumlah persediaan awal dan akhir

bulan, jumlah yang diterima dan jumlah yang diserahkan), password dan

username didapatkan setelah registrasti pada dinas kesehatan setempat.

2. Laporan Penggunaan Prekursor Farmasi dan OOT

Pelaporan dilakukan tiap 1 (satu) kali dalam sebulan secara manual.

Laporan prekursor farmasi dan OOT memuat nama sediaan, bentuk sediaan,

kandungan prekursor yang dimuat dalam sediaan, jumlah stok awal dan

jumlah stok akhir. Tembusan laporan ini kepada Kepala Dinkes Tingkat Kota,

Balai POM, Dinkes Provinsi dan arsip.

3. Laporan Penjualan Harian

Laporan penjualan harian memuat seluruh hasil penjualan resep maupun

non resep perhari yang berasal dari laporan penjualan dari tiap shift kerja.

42
4. Laporan Keuangan

Laporan keuangan Apotek Ksatria terdiri dari laporan neraca dan laporan

laba rugi perusahaan. Laporan neraca perusahaan merupakan laporan

keuangan perusahaan yang menggambarkan harta/set, utang, dan modal

perusahaan pada periode tertentu. Neraca perusahaan juga menggambarkan

laba dan rugi perusahaan dalam periode tertentu. Sedangkan laporan laba rugi

memuat data penjualan dan biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.

3.2 Pelayanan Kefarmasian

3.2.1 Pengkajian Resep

Saat resep masuk dilakukan pengkajian dahulu, meliputi pengkajuan

administratif, pengkajian farmasetik, dan pengkajian klinis. Untuk pelayanan resep-

resep obat keras dan psikotropika harus dengan resep dokter. Resep narkotika

pelayanannya harus dengan resep asli, jika dengan copy resep maka copy resep harus

berasal dari Apotek Ksatria.

3.2.2 Dispensing

Setelah didapatkan kepastian mengenai resep, kemudian petugas melakukan

dispensing sesuai dengan permintaan resep. Pada Apotek Ksatria dilakukan

perhitungan harga terlebih dahulu, jika didapatkan persetujuan dari pasien maka

penyiapan obat kemudian dilakukan, jika terdapat resep racikan maka dilakukan

perhitungan, penimbangan bahan obat dan pembuatannya. Obat yang sudah siap atau

selesai diracik, kemudian dikemas dan diberi etiket yang sesuai dan kemudian

diperiksa kembali oleh tenaga teknis kefarmasian mengenai nama pasien, nomor

resep, nama dan


43
jumlah obat serta aturan pakai sesuai petunjuk dokter.

44
3.2.3 Pelayanan Informasi Obat

Saat penyerahan obat, apoteker Apotek Ksatria akan memberikan pelayanan

informasi obat kepada pasien seperti indikasi, cara penggunaan, cara penyimpan obat,

efek samping, dan hal-hal lain yang dibutuhkan pasien.

3.2.4 Konseling

Pada kondisi tertentu, apoteker juga melakukan konseling kepada pasien guna

meningkatkan pemahaman, kepatuhan dan membantu menyelesaikan masalah yang

dihadapi pasien.

3.3. Penjualan Obat

Penjualan obat pada Apotek Ksatria memiliki 2 cara:

1. Tunai, langsung atau cash.

2. Transfer bank (BCA), kemudian bukti

transfer dikirimkan ke WhatsApp Apotek

Ksatria.

3.3.1 Penjualan Obat Bebas

Penjualan obat bebas lebih sederhana dibandingkan dengan pelayanan terhadap

resep dokter. Petugas langsung mengambilkan obat yang diminta oleh pasien

45
setelah harga disetujui, kemudian langsung dibayar dan langsung dicatat pada buku

penjualan bebas.

3.3.2 Penjualan dengan Resep Dokter

Pelayanan resep di Apotek Ksatria dilaksanakan sesuai resep yang datang.

Berikut prosedur penjualan obat dengan resep dokter di Apotek Ksatria:

1. Periksa kelengkapan resep berupa kelengkapan administratif dan farmasetik resep.

2. Dilakukan perhitungan harga, jika pasien setuju resep disiapkan.

3. Dilakukan penyiapan obat jika terdapat resep racikan maka dilakukan

perhitungan, penimbangan bahan obat dan pembuatannya.

4. Obat yang sudah siap atau selesai diracik, kemudian dikemas dan diberi etiket

yang sesuai, kemudan diperiksa kembali oleh tenaga teknis kefarmasian

mengenai nama pasien, nomor resep, nama dan jumlah obat serta aturan pakai

sesuai petunjuk dokter.

5. Obat diserahkan pada petugas penyerahan obat dan dilakukan pemeriksaan ulang

lagi. Setelah itu obat diserahkan kepada pasien dengan memanggil pasien dengan

menanyakan kembali namanya. Jika dalam resep dokter terdapat obat narkotika,

maka tenaga teknis kefarmasian menanyakan alamat jelas dan nomor telepon

pasien yang diperlukan.

6. Dalam penyerahan obat kepada pasien diberikan informasi terkait obat.

7. Obat-obat yang tidak diambil seluruhnya oleh pasien atau resep yang diulang

(iter) dibuat salinan resepnya dan diserahkan bersama obat, salinan resep dapat

juga dibuat jika diminta oleh pasien yang bersangkutan.

46
BAB IV

PEMBAHASAN

Apotek Ksatria melakukan pekejaan kefarmasiannya sesuai dengan Permenkes

No. 73 tahun 2016. Pada perencanaan, dilakukan berdasarkan analisa pareto dan buku

defekta. Analisa pareto merupakan cara perencanaan dan pengadaan barang

berdasarkan history penjualan yaitu dengan melihat jumlah penjualan barang

sebelumnya selama periode waktu tertentu. Dengan melihat history penjualan

sebelumnya akan terlihat obat yang penjualannya tinggi, sedang ataupun rendah

sehingga perencanaan lebih efektif dan efisien.

Selain analisa pareto, penggunaan buku defekta dengan sistem manual juga

diperlukan dalam perencanaan barang apotek untuk mengetahui kekosongan obat

dalam waktu tertentu. Buku defekta merupakan buku yang berisi catatan atau data

obat yang dicatat lalu dibuat ke dalam permintaan barang dan dilakukan pengadaan.

Pemeriksaan stok obat dan resep dilakukan setiap hari. Pemeriksaan ini juga akan

menentukan pemesanan obat harian Apotek Ksatria, obat dengan persediaan hampir

habis langsung dilakukan pemesanan.

Pemesanan dilakukan kepada PBF ataupun distributor resmi dengan

menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditanda tangani oleh Apoteker. Surat Pesanan

di Apotek Ksatria dibagi menjadi beberapa jenis antara lain: surat pesanan obat keras

dan surat pesanan obat bebas dan bebas terbatas yang dibuat oleh Apotek sebanyak 2

rangkap (putih dan pink) untuk PBF yang berwarna putih dan sebagai arsip apotek

yang berwarna pink. Selanjutnya surat pesanan narkotika yang terdiri dari 4 rangkap (

Putih,
47
Biru, Kuning, dan Merah). Didalam surat pemesanan tersebut dicantumkan nama

48
pemesan (nama APA), jabatan, alamat rumah, nama distributor, alamat dan nomor

telepon distributor, serta nama sarana pemesan (nama APA), kemudian ditanda

tangani oleh APA dan diberikan stempel apotek. Setiap lembar SP hanya digunakan

untuk 1 jenis dan 1 kekuatan obat narkotika. Untuk surat pesanan psikotropika,

prekursor farmasi dan obat – obat tertentu terdiri dari 2 rangkap, 1 diserahkan ke PBF

dan 1 sebagai pertinggal di Apotek. Surat pesanan psikotropika, prekursor farmasi,

dan obat – obat tertentu boleh memuat lebih dari satu jenis obat. Surat pesanan juga

harus mencantumkan SIK dan tanda tangan APA.

Penerimaan sediaan farmasi dan alkes dapat dilakukan oleh Apoteker

Pengelola Apotek (APA) atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang didelegasikan.

Perbekalan farmasi yang telah dipesan akan dikirim ke apotek disertai faktur,

kemudian petugas apotek melakukan pemeriksaan terhadap barang yang diterima

meliputi nama apotek, nama obat, kemasan, jumlah, expired date, nomor batch dan

kondisi barang serta dilakukan pencocokan antara faktur dengan surat pesanan.

Selanjutnya pihak apotek akan menandatangani faktur disertai dengan pemberian

stempel apotek. Khusus obat narkotik, psikotropika, prekusor dan obat-obat tertentu

Apoteker Penanggung Jawab harus langsung menerima obat, atau jika Apoteker

berhalangan maka dapat diwakilkan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah

diberi delegasi oleh Apoteker.

Perbekalan farmasi dan alkes yang datang dari distributor akan disimpan dan

disusun secara alfabetis dengan sistem FIFO dan FEFO berdasarkan bentuk sediaan,

stabilitas dan jenis obat. Obat disimpan dilemari obat dan untuk obat yang

memerlukan kondisi suhu tertentu disimpan di lemari pendingin. Obat golongan

narkotik disimpan di lemari khusus dengan kunci ganda yang dipegang oleh Apoteker

dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang diberi delegasi oleh Apoteker. Obat golongan
49
psikotropik, prekursor

50
dan obat-obat tertentu disimpan di lemari tepisah dari obat lain untuk mempermudah

pengawasan obat.

Pengendalian obat di Apotek Ksatria dilakukan dengan membuat kartu stock

untuk masing-masing obat dan diletakkan disebelah obat. Setiap obat yang masuk

(pengadaan) dan keluar (penjualan) di catat pada kartu stock masing-masing meliputi

tanggal, nomor resep, jumlah obat yang masuk dan keluar serta jumlah total obat.

Untuk obat-obatan golongan narkotik, psikotropik, prekursor dan obat-obat tertentu

dicatat di buku khusus yang kemudian direkap satu kali sebulan paling lambat tanggal

10 setiap bulannya sebagai dokumen pelaporan. Hal ini penting dilakukan untuk

mempermudah dalam pengontrolan stock obat dan melihat kesesuaian antara jumlah

fisik obat dengan jumlah obat pada kartu stok.

Pelaporan obat dilakukan secara online yaitu melalui aplikasi SIPNAP (Sistem

Pelaporan Narkotik dan Psikotropik) untuk obat golongan narkotik dan psikotropik.

Sedangkan obat golongan prekursor dan obat-obat tertentu pelaporannya dilakukan

secara manual yang dibuat 3 rangkap dan ditujukan ke BPOM, Dinkes

Kabupaten/Kota dan Dinkes Provinsi. Pemusnahan obat dilakukan jika obat sudah

kadaluarsa atau obat rusak. Obat dimusnahkan berdasrakan jenis dan bentuk

sediaannya. Pemusnahan obat dan serta faktur yang sudah lebih dari lima tahun

dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota. Pelaksanaan pemusnahan dilakukan oleh pihak

ketiga yang sudah direkomendasikan oleh Dinas Lingkungan. Berita acara

pemusnahan ditujukan kepada BPOM, Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kota.

Resep yang masuk diterima oleh asisten apoteker, kemudian dilakukan

perhitungan harga. Harga obat diberitahu ke pasien, apabila pasien setuju dengan

51
harga yang sudah dihitung selanjutnya dilakukan skrinning terhadap resep. Obat

52
disiapkan berdasarkan jumlah permintaan pada resep dan diracik untuk resep

racikan. Jika obat yang diresepkan kosong, maka dapat dilakukan penggantian

dengan merk dagang lain yang memiliki kandungan zat aktif sama atas persetujuan

pasien. Obat yang telah disiapkan dilakukan pengecekan ulang untuk meminimalkan

kesalahan pemberian obat kepada pasien. Pengecekan obat di apotek ini dilakukan

sebanyak tiga kali, pertama pada petugas yang mengambil obat, kedua pada petugas

yang menghitung harga, dan terakhir pada petugas yang akan menyerahkan obat

kepada pasien. Penyerahan obat disertai dengan pemberian informasi obat.

53
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Apotek


Ksatria (11 Desember 2023-06 Januari 2024), maka dapat disimpulkan:

1. Peran seorang Tenaga Teknis Kefarmasian di Apotek yaitu sebagai


tenaga Profesional, Manager dan Retailer. Semua peran ini harus
dijalankan dengan baik agar dapat memperoleh kegiatan apotek yang
optimal. Setiap orang yang berperan dalam mengelola apotek harus
menjalankan fungsinya masing-masing agar dapat mengelola apotek
dengan baik.
2. Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan mendapatkan kesempatan untuk
mempelajari secara langsung di lapangan untuk memahami peran,
fungsi, dan tanggung jawab apoteker dalam menjalani praktik
kefarmasian di apotek mulai dari tata cara pengelolaan sediaan farmasi
(perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, penataan obat,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan) hingga
pelayanan farmasi klinik di apotek (pengkajian resep, dispensing,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), dan konseling)
3. Mahasiswa Praktek Kerja Lapangan mendapatkan keterampilan dalam
berinteraksi dan berkomunikasi serta meningkatkan kepercayaan diri
yang lebih besar untuk menjadi apoteker profesional yang
melaksanakan pharmaceutical care dengan cara komunikasi efektif
terhadap pasien.
4. Apotek Ksatria telah melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasiannya sesuai dengan Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek baik pada bagian
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai maupun Pelayanan Farmasi Klinik.

54
4.2 Saran

1. Apotek sebaiknya menjadwalkan kegiatan rutin untuk membersihkan


etalase obat terutama obat slow moving sehingga kemasan obat tetap
terjaga kebersihannya.
2. Dengan banyaknya pasien/ pelanggan yang datang ke Apotek Ksatria
maka lebih baik dilakukan penambahan karyawan tenaga teknis
kefarmasian.

55
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian. 2009;3:1–8

Kementerian Kesehatan RI. Permenkes No. 9 tahun 2017 tentang Apotek.

Deparatemen Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 73 tahun


2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Departemen Kesehatan
RI. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotik,
Psikotropik dan Prekursor Farmasi. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

56
Lampiran 1: Struktur Organisasi

Pengelola Apotek Apoteker

Asisten Asisten Asisten


Apoteker Apoteker Apoteker

Non Tenaga Teknis Non Tenaga Teknis


Kefarmasian Kefarmasian

57
Lampiran 2: Denah Tata Ruang Apotek

58
Lampiran 3: Bagan Alur Pengadaan Barang

59
Lampiran 4: Bagan Alur Pelayanan Resep

 Skrining resep:
- Nama dan Alamat
dokter
- Tanggal resep, SIP,
Paraf Dokter
- Nama, alamat,  Hitung harga  Penyediaan
umur, jenis obat di resep obat
kelamin, dan BB
 Kelengkapan  Pemberiaan
pasien
resep etiket
- Nama obat, potensi
obat, dosis, jumlah
 Penyerahan obat:
- Nama pasien,
jumlah obat, signa,
alamat,
PIO/Konseling

 Kelengkapan obat Pembungkusan obat Obat


 Jumlah obat Racikan
 Signa obat

60
Lampiran 5: Daftar Obat Prekursor Farmasi

No. Nama Zat Aktif No. Nama Zat Aktif


Obat Obat
Actifed Pseudoephedrine 8. Rhinos Pseudoephedrine
1.
Expt Syr HCl 30 mg SR cap HCl 120 mg
Alco Pseudoepehedrin 9. Tremenza Pseudoepehdrine
2. Syr
drops 7,5 mg Hcl 30 mg
Alleryn Phenylpropanolam 10. Teraa F Phenilpropanolami
3. syrup
i
tab n 15 mg
n 3,12 mg
Ceparcetin Ephedrin 4 mg 11. Triaminic Pseudoephedrin
4.
syr Expt syr HCl 15

Ericaf tab Ergotamin maleat 12. Tuselix Ephedrin 5 mg


5. 1
Syr
mg
Lapifed Pseudoephedrin 13. Tuzalos Phenilpropanolami
6.
Syr HCl 30 mg Tab n 15
Rhinofed Pseudoephedrin 14. PK Kalsium
7.
tab Hcl 30 mg kristal Permanganat

61
Lampiran 6: Daftar Obat Psikotropika beserta Khasiat

NAMA OBAT KHASIAT


Alprazolam 0,5 mg Meringankan rasa nyeri sedang
hingga
Berat
Alprazolam 1 mg Ansietas, campuran ansietas dan
depresi dan gangguan panik
Alganax -0,5mg (Alprazolam Ansietas, campuran ansietas dan
0,5mg) depresi dan gangguan panik
Alganax- 1mg (Alprazolam 1 mg) Ansietas, campuran ansietas dan
depresi dan gangguan panik
Asabium Ansietas, campuran, kondisi
psikoneuretik yang berhubungan
dengan ansietas
Ativan (Lorazepam 0,5 mg) Ansietas
Ativan ( Lorazepam 1 mg) Ansietas
Braxidin Terapi gangguan saraf otonom dan
somotik karena cemas,mengatasi
gejala tukak usus 12 jari, mengobati
iritasi dan kejang , usus
sindroma,iritasi usus,
colitis,diare,dismenore
Clobazam Ansietas, kondisi psikoneuretik yang
berhubungan dengan ansietas
Esilgan (Estazolam 1 mg) Semua bentuk gangguan tidur
disebabkan oleh gugup,ansietas
tegang,psikosis dan nyeri setelah
operasi,trauma
Esilgan (Estazolam 2 mg ) Semua bentuk gangguan tidur
disebabkan oleh gugup,ansietas
tegang,psikosis dan nyeri setelah
operasi,trauma
Melidox Mengendalikan factor emosional dan
somatic pada gangguan
gastrointestinal .
Proncuron Meringankan rasa nyeri sedang
hingga berat
Valisanbe 2 (Diazepam 2) Ansietas,insomnia,terapi tambahan
pada kondisi putus alkohol
Valisanbe 5 (Diazepam 5) Ansietas,insomnia,terapi tambahan
pada kondisi putus alkohol akut.
Kejang demam dan spasme otot

62
Lampiran 7: Daftar Obat Narkotika Beserta Khasiat

NAMA OBAT KHASIAT


Codeine phosphate Antitusif
hemihydrate 20mg
Codeine phosphate Antitusif
hemihydrate 10mg
Codipront Antitusif
Codikaf Antitusif
Coditam Antitusif

63
Lampiran 8: Daftar Alat Kesehatan Beserta Kegunaannya

No. Alkes Kegunaan No. Alkes Kegunaa


n
Spuit Menyuntikkan 11. Kassa steri Penutup
1.
atau menghisap luka
cairan atau gas
I.V Catheter Memasukkan 12. plester Melindungi
2.
cairan infus luka
melalui intravena
Masker Menutupi hidung 13. Termometer Mengukur
3.
dan mulut suhu
Transofix Transfer cairan 14. Underpad Menahan
4.
steril cairan
Needle Jarum untuk 15. Alat cek gula Memantau
5.
menyuntikkan darah kadar gula
(Glukometer) darah
Handscoon Mencegah 16. Inhaler, Terapi
6.
infeksi silang dan Nebulizer inhalasi
penularan kuman
testpack Alat uji 17. Tensimeter Mengukur
7.
kehamilan tekanan
darah
Infus set Memberikan 18. Alkohol Swab Membersih
8.
cairan infus ke kan luka,
pasien alat medis
RL Infus Mempertahankan 19. Cutimed gel Mendukung
9.
hidrasi proses
debriment
luka

64
Dextrose Memenuhi 20. Leucoplast Perekat
10.
kebutuhan gula penutup
tubuh luka,
perekat tube
.

65
Lampiran 9: Daftar Obat Tetes dan obat lain yang digunakan
secara khusus

No. Nama Zat Aktif No. Nama Zat Aktif


Obat Obat
C Lyteers NaCl, KCl 16. Vagistin Metronidazol
1.
ovula , Nystatin
Rohto Tetrahidrozolin 17. Boraginol Lithospermi
2.
n supp Radix
Extractum
Insto Tetrahidrozolin HCl, 18. Cygest Progesterone
3.
Benzalkonium Klorida 200
C cenfresh Carboxymethylcellulo 19. Dulcolac Bisacodil
4.
se sodium Supp
C Xitrol Deksametason, 20. Fladystin Metronidazol
5.
neomycin sulfat, Ovula , Nystatin
polimixyn b sulfate
C Kalium Iodida, 21. Kaltrofen Ketroprofen
6.
Vitrolenta Natrium Iodida Supp
C Catarlent K-Iodida, K-Klorida, 22. Neo Metronidazol
7.
Na Tiosufat Gynoxa , Nystatin
Ovula
Vital ear Tymol 23. Otopain E Polimiksin B
8.
oil D Sulfate,
Neomycin S,
Fludokortiso
n, Lidokain
Erlamyceti Chloramphenicol 24. Pronalges Ketoprofen
9.
near drops Supp

66
Flamar eye Natrium Diklofenak 25. Superhoid Benzokain,
10.
drops Zink Oxyde,
Alucol
Nasonex Mometasone Furoate 26. Pamol Paracetamol
11.
Nasal monohydrate 125
spray
Avamys Fluticasone Furoate 27. Proris Ibuprofen
12.
nasal spray Supp

Modexa Mometason Furoate 28. Faktu Policresulen,


13.
nasal spray Monohydrate Supp Cinchocain

Nasacort Triamcinolon 29. Flagistaty Metronidazol


14.
Acetonide n Ovula , Nystatin

C Floxa Ofloxacin 30. Cygest Progesteron


15.
400

67
Lampiran 10: Format Buku Administrasi Apotek

68
Lampiran 11: Format Laporan Apotek
a. Laporan Narkotika

69
70
b.Laporan Psikotropika

71
72
c.Laporan OOT

73
74
d.Laporan Prekursor

75
76
77
78
Lampiran 12: Contoh Surat Pesanan

79
80
81
82
83
Lampiran 13: Contoh Faktur Penjualan Apotek

84
Lampiran 14: Contoh Copy Resep

85
Lampiran 15: Contoh Etiket

86
Lampiran 16: Contoh Kartu Stok

87
Lampiran 17: Contoh Faktur PBF

88

Anda mungkin juga menyukai