Anda di halaman 1dari 92

Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

LAPORAN PRAKTEK KERJA


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS PADANGSARI SEMARANG
PERIODE 15 – 28 FEBRUARI 2018

Disusun Oleh :

Mafidatul Khoiriyah 1061711068


Septin Rahayu Astutik 1061711106
Tania Rahma Maulida 1061711112
Y. F Evelyn Devitasari 1061711125

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI SEMARANG”
TAHUN 2018

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 i
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS PADANGSARI SEMARANG
PERIODE 15 – 28 FEBRUARI 2018

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar


Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”

Disetujui oleh :

Pembimbing Akademik
Praktek Kerja Profesi Apoteker Pembimbing Lapangan

Dr. M. Caecilia Nanny S., M.Sc., Apt. Lusi Dwi P., S. Farm., Apt.

Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Apoteker Kepala
STIFAR “Yayasan Pharmasi Semarang” Puskesmas Padangsari Semarang

Dr. Sri Haryanti, M.Si., Apt. dr. Julius Tjandra


NIP.196806302002121002

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 ii
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian tugas dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas
Padangsari, periode 15 Februari - 28Februari 2018 yang berjalan dengan baik dan
lancar tanpa suatu kendala yang cukup berarti.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai salah satu
syarat dalam mencapai gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
(PSPA) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang” dan sebagai
latihan kerja farmasis dalam menghadapi dunia kefarmasian khususnya di
Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang langsung berhadapan
dengan pasien.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dapat berjalan dengan baik
berkat bimbingan dan arahan serta bantuan baik moril maupun materil dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini tentu tidak lepas dari
kerjasama dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Endang Diyah Ikasari, M.Si., Apt.,selaku Ketua STIFAR “Yayasan
Pharmasi Semarang”.
2. Dra. Sri Haryanti, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker (PSPA) STIFAR “Yayasan Pharmasi Semarang”.
3. Dr. M. Caecilia Nanny Setiawati, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Padangsari Semarang
yang telah memberikan arahan, bimbingan, kritik, saran dan motivasi serta
dukungan dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.
4. dr. Julius Tjandra, selaku Kepala Puskesmas Padangsari yang telah
memberikan kesempatan dan kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
5. Lusi Dwi Purnowati, S.Farm., Apt., selaku Apoteker Puskesmas
Padangsari sekaligus kesediaannya sebagai pembimbing kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas yang telah memberikan bekal
ilmu selama kegiatan berlangsung, arahan, saran dan masukan dalam
penyusunan laporan ini.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 iii
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

6. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Profesi Apoteker (PSPA)
STIFAR “Yayasan Pharmasi Semarang” yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan tentang kefarmasian yang bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Padangsari yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
8. Segenap keluarga, rekan semasa kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA), rekan seprofesi PSPA angkatan XXVI tahun 2017/2018, serta
semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan kegiatan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu, terima kasih atas doa restu, dorongan nasehat dan motivasi
yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menjalankan dengan baik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat, rahmat dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan laporan ini,
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dalam penyempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini memberikan manfaat bagi
pembaca pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Semarang, Februari 2018

Penulis

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 iv
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker...................................................... 2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker.................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS................................................. 4
2.1 Puskesmas.................................................................................................. 4
2.2 Struktur Organisasi Puskesmas.................................................................. 5
2.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas.................................................................... 7
2.4 Program Pokok Puskesmas Padangsari..................................................... 9
2.5 Pengelolaan Sumber Daya Kefarmasian................................................... 9
2.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM)...................................................... 9
2.5.2 Sarana dan Prasarana..................................................................... 11
2.5.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.................................. 13
2.6 Administrasi .............................................................................................. 20
2.7 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas................................................. 20
2.7.1 Pelayanan Resep............................................................................ 20
2.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)................................................... 22
2.7.3 Konseling, Promosi dan Edukasi................................................... 23
2.7.4 Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap)............................. 24
2.7.5 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)...................................... 25
2.7.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO).................................................... 25
2.7.7 Evaluasi Penggunaan Obat............................................................ 26
2.7.8 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap........................... 26
2.7.9 Farmakoekonomi........................................................................... 27

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 v
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

2.7.10 Pengabdian Kepada Masyarakat..................................................... 27


BAB III PEMBAHASAN................................................................................ 29
3.1 Gambaran Umum Puskesmas Padangsari.................................................. 29
3.2 Organisasi Puskesmas Padangsari............................................................. 30
3.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas Padangsari.................................................. 31
3.4 Program Pokok Puskesmas Padangsari...................................................... 31
3.5 Manajemen Sumber Daya Kefarmasian Puskesmas Padangsari............... 32
3.5.1 Sumber Daya Manusia Kefarmasian.............................................. 32
3.5.2 Prasarana dan Sarana..................................................................... 34
3.5.3 Dana............................................................................................... 34
3.5.4 Perbekalan Farmasi........................................................................ 34
3.6 Administrasi............................................................................................... 40
3.7 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas Padangsari............................... 41
3.7.1 Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan............................................. 41
3.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO).................................................... 42
3.7.3 Konseling Obat.............................................................................. 43
3.7.4 Farmakoekonomi........................................................................... 44
3.7.5 Promosi dan Edukasi Masyarakat Sekitar Melalui Penyuluhan
dan Poster....................................................................................... 45
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 46
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 46
4.2 Saran........................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47
LAMPIRAN..................................................................................................... 48

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 vi
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Struktur Organisasi Puskesmas Padangsari............................................... 48
2. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)................... 49
3. Lembar Usulan Pengadaan Obat dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai) Bersumber Dana Jaminan Kesehatan Nasional.............................. 50
a. Lembar Usulan Pengadaan Obat Bersumber Dana Jaminan
Kesehatan Nasional .............................................................. 50
b. Lembar Usulan Pengadaan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
Bersumber Dana Jaminan Kesehatan Nasional................................... 51
4. Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)............................................. 52
5. Laporan Pemberitahuan Pemusnahan Obat Rusak atau Kadaluarsa......... 53
a. Surat Pemberitahuan Obat Rusak Atau Kadaluarsa ke Dinas
Kesehatan .............................................................. 53
b. Laporan Berita Acara Serah Terima Obat............................................ 54
c. Laporan Pemusnahan Obat ..............................................................55
d. Lampiran Berita Acara Pemusnahan obat............................................. 56
6. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika........................................... 57
7. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropik......................................... 58
8. Laporan Penggunaan Obat Generik........................................................... 59
9. Laporan Ketersediaan Obat dan Vaksin.................................................... 60
10. Laporan Pelayanan Kefarmasian............................................................... 61
11. Laporan Indikator Peresepan..................................................................... 62
12. Berita Acara Stock Opname...................................................................... 63
13. Brosur Untuk Prolanis ..........................................................................64
14. Dokumentasi Kegiatan Prolanis................................................................ 72
15. Jenis Lembar Peresepan dan Etiket Puskesmas Padangsari...................... 73
16. Ruang Farmasi ..........................................................................74
17. Dokumentasi Kegiatan Meracik Obat....................................................... 75
18. Lembar Pelayanan Kefarmasian (PIO dan Konseling).............................. 76
19. Dokumentasi Konseling dan PIO.............................................................. 77
20. Dokumentasi Posyandu Lansia dan Balita................................................ 78
21. Dokumentasi Senam Lansia dan Pegawai Puskesmas............................... 79
22. Layout Tata Letak Gudang Farmasi Puskesmas Padangsari..................... 80
23. Lembar Kartu Stock Obat.......................................................................... 81
24. Dokumentasi Gudang Farmasi.................................................................. 82
25. Tempat Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Vaksin...................... 83
26. Kegiatan Puskesmas Keliling.................................................................... 84

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 vii
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Kesehatan juga merupakan hak asasi manusia serta merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.Untuk mewujudkan hal tersebut, diselenggarakan
program pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dan terpenting
dari pembangunan nasional. Pembangunan dilakukan secara berkelanjutan,
terencana, dan terarah. Adapun tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dapat terwujud melalui
upaya kesehatan. Upaya kesehatan diselenggarakan melalui pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh serta berkesinambungan.
Puskesmas merupakan instalasi kesehatan yang didirikan oleh pemerintah
guna untuk menjamin kesehatan masyarakat. Puskesmas harus mampu mengelola
alat kesehatan dan obat-obatan dengan baik. Puskesmas perlu memberikan
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
yang dimaksud dengan puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat
kesehatan penduduk serta mendukung pembangunan kesehatan nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Puskesmas

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 1
2
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.


Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat, maka puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang
bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini berubah paradigmanya dari orientasi
obat (drug oriented) kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care), Sebagaimana konsekuensi perubahan orientasi tersebut,
Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (sumber daya
manusia (SDM), sarana, prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan
obat (compounding), penyerahan obat (dispensing), informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, sarana,
prasarana dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di puskesmas merupakan
suatu upaya dan sarana pelatihan serta pembelajaran bagi calon Apoteker.
Harapan dari kegiatan tersebut adalah calon Apoteker yang telah melakukan
PKPA di puskesmas, agar dapat mengerti dan memahami akan gambaran dan
realita dari pekerjaan kefarmasian di puskesmas, sehingga nantinya calon
Apoteker dapat membandingkan dan mengaplikasikan dengan pengetahuan dan
teori yang diperoleh pada perkuliahan. Salah satu puskesmas yang menjadi tempat
pelaksanaan PKPA tersebut ialah Puskesmas Padangsari. Melalui PKPA di
Puskesmas Padangsari yang dilaksanakan mulai 15 februari hingga 28 februari
2018, diharapkan calon Apoteker dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan
keterampilan dalam melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan pasien
di puskesmas.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Instalasi
Pemerintahan yaitu puskesmas bagi calon Apoteker adalah sebagai berikut:
1. Memberikan seperangkat kemampuan kepada mahasiswa berkenaan dengan
aktivitas nyata pada dunia kerja.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
3
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

2. Mahasiswa dapat menerapkan dan memiliki ketrampilan dalam melaksanakan


manajemen efektif dan efisien dalam rangka pelaksanaan tugas pokok regulasi
pembinaan dan pengawasan pekerjaan kefarmasian dan perbekalan farmasi
yang bermutu, aman dan berkhasiat/bermanfaat bagi klien atau masyarakat
yang membutuhkan.
3. Meningkatkan kemampuan dan pemahaman calon Apoteker tentang peran,
fungsi, tugas, posisi dan tanggung jawab Apoteker dalam pelayanan
kefarmasian di lembaga pemerintahan.
4. Memberi kesempatan agar mahasiswa mampu mempelajari strategi dan
pengembangan praktek profesi Apoteker serta memberi gambaran nyata
tentang permasalahan (problem solving). Praktek dan pekerjaan kefarmasian
di Instansi pemerintahan.
5. Mempersiapkan calon Apoteker agar memiliki sikap perilaku dan
profesionalisme untuk memasuki dunia praktek profesi dan pekerjaan
kefarmasian di lembaga pemerintahan.
6. Memberi kesempatan kepada calon Apoteker untuk belajar komunikasi dan
berinteraksi dengan tenaga kesehatan lainnya yang ada di lembaga
pemerintahan.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker


Manfaat dari kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Instalasi
Pemerintahan yaitu puskesmas bagi calon Apoteker adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui, memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker dalam
menjalankan pekerjaan kefarmasian di puskesmas.
2. Mendapatkan pengalaman praktik mengenai pekerjaan kefarmasian di
puskesmas.
3. Mendapatkan pengetahuan manajemen praktik yang ada di puskesmas.
4. Meningkatkan rasa percaya diri untuk menjadi seorang Apoteker yang mampu
bekerja secara profesional.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS

2.1 Puskesmas
Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat Pasal 1, yang dimaksud dengan puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masayarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Secara nasional standar wilayah kerja
puskesmas adalah satu kecamatan, apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu Desa/Kelurahan atau
Dusun/Rukun Warga (RW).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian menyatakan bahwa Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota memberikan tanggung jawab kepada puskesmas dalam upaya
pembangunan kesehatan sesuai dengan kemampuannya. Puskesmas memiliki
tanggung jawab dalam upaya pengembangan kesehatan, sedangkan tanggung
jawab utama dalam pembangunan kesehatan di Wilayah Kabupaten atau Kota di
pegang kendali sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di puskesmas tidak luput dari
tujuan utama kegiatan tersebut antara lain sebagai acuan bagi Apoteker dan
Asisten Apoteker serta sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan
pelayanan kefarmasian yang baik di puskesmas.
Puskesmas wajib mempunyai struktur organisasi sebagai penunjang
pelaksanaan upaya kesehatan. Tujuan dibentuk struktur organisasi sebagai
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Pasal 34 organisasi Puskesmas setidaknya

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 4
5
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

terdiri dari kepala puskesmas, kepala bagian sub tata usaha, penanggung jawab
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan keperawatan kesehatan masyarakat,
penanggung jawab Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), kefarmasian dan
laboratorium, dan penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.

2.2 Struktur Organisasi Puskesmas


Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di
satukabupaten atau kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota,
sedangkan penetapannya dilakukan sesuai Peraturan Daerah (Kepmenkes, 2004).
Pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut dapat dipergunakan
sebagai acuan :
1. Kepala puskesmas
2. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan sebagai berikut :
a. Data dan informasi
b. Perencanaan dan penilaian
c. Keuangan
d. Umum dan kepegawaian
3. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas, yang bertanggung jawab atas :
a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM
(Upaya Kesehatan Besumberdaya Masyarakat)
b. Upaya kesehatan perorangan
4. Jaringan pelayanan Puskesmas :
a. Unit pustu (puskesmas pembantu)
b. Unit pusling (puskesmas keliling)
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas. Khusus untuk
kepala puskesmas kriteria tersebut dipersyaratkan harus seorang sarjana dibidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat
(Permenkes 75, 2014).
Kepala puskesmas memiliki tanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan ditingkat kecamatan. Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan
besarnya peran kepala puskesmas dalam penyelenggaraan pembangunan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
6
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

kesehatan ditingkat kecamatan maka jabatan kepala puskesmas setingkat dengan


eselon IV-A (Permenkes 75, 2014).
Pejabat sementara ditunjuk dalam keadaan tidak tersedianya tenaga yang
memenuhi syarat untuk menjabat eselon IV-A. Pejabat sementara yang ditunjuk
harus sesuai dengan kriteria kepala puskesmas yakni seorang sarjana di bidang
kesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup bidang kesehatan
masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap (Permenkes 75,
2014).
Sarana untuk mempermudah puskesmas dalam melakukan tugasnya,
ditunjang dengan unit kesehatan yang lebih sederhana dalam bentuk sebagai
berikut :
1. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskemas Pembantu (Pustu) merupakan unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang
dilakukan puskesmas dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta
jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan
sarana yang terserdia. Pustu merupakan bagian integral dari puskesmas, dengan
kata lain puskesmas juga meliputi Pustu yang ada di wilayah kerjanya. Tugas
pokok Pustu adalah menyelenggarakan sebagian program kegiatan puskesmas
sesuai dengan kompetensi tenaga dan sumber daya lain yang tersedia.
2. Puskesmas Keliling (Pusling)
Puskesmas Keliling (Pusling) merupakan tim pelayanan kesehatan yang
terdiri dari tenaga kerja yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor atau roda
empat, perahu bermotor, perlatan kesehatan, peralatan komunikasi yang berasal
dari puskesmas. Pusling berfungsi untuk menunjang dan membantu kegiatan
pelaksanaan program puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belom tejangkau
atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana kesehatan. Kegiatan Pusling adalah
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat didaerah terpencil yang
tidak dijangkau oleh pelayanan Puskesmas, melakukan rujukan bagi kasus gawat
darurat dan melakukan penyuluhan dengan menggunakan alat audiovisual.
Adapun contoh struktur organisai Puskesmas secara umum dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
7
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Kepala Puskesmas

Unit Tata Usaha

Data dan Perencanaan Keuangan Umum dan


informasi dan penilaian kepegawaian

Unit Jaringan
Fungsional Pelayanan
PKM PKM

Upaya Kese. Upaya Kese. Unit Pustu Unit Pusling Bidan Desa
Masyarakat Perorangan Komunitas

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Secara Umum

2.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas


Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Pusat pergerakan pembangunan berwawasan kesehatan
Memiliki makna bahwa puskesmas berperan sebagai fasilitator dan
motivator dan turut serta memantau pembangunan kesehatan yang
diselenggarakan ditingkat kecamatan. Diharapkan setiap pembangunan kesehatan
yang dilaksanakan, seyogyanya dapat mendatangkan dampak positif terhadap
kesehatan (Permenkes RI 75, 2014).
2. Memberdayakan masyarakat dan keluarga
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non
instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan melakukan pemecahannya
dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada baik dari instansi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
8
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

lintas sektoral maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh


masyarakat. Sedangkan pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang
bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga
agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan pengambilan
keputusan pemecahannya yang benar tanpa atau dengan bantuan pihak lain
(Permenkes RI 75, 2014).
3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan
puskesmas bersifat holistik, komprehensif atau menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kasehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang
bersifat pokok (basic health service), yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai stategis untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat
pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory atau out patient service)
(Permenkes RI 75, 2014). Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan
pemerintahan yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan pemerintah
yang wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu, terjangkau,
adil dan merata (Permenkes RI 75, 2014).
Pelaksanaan fungsi puskesmas dapat dilakukan dengan cara
mengaplikasikan tugas-tugas puskesmas diantaranya merangsang masyarakat
termasuk swasta untuk melakukan kegiatan dalam rangka menunjang dirinya
sendiri, memberi petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali serta
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien, memberi bantuan
yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan
kesehatan kepada masyarakat, memberi pelayanan kesehatan langsung pada
masyarakat dan bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program kerja puskesmas (Permenkes RI 75, 2014).
Puskesmas mempunyai peran dan fungsi sebagai salah satu sarana
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satu peran puskesmas adalah
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara terpadu, dengan
melakukan kegiatan pokok. Puskesmas memiliki fungsi sebagai alat
pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya, memiliki peran dalam
membangun masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup
sehat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat pada wilayah kerjanya (Permenkes RI 75,2014)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
9
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

2.4 Program Pokok Puskesmas Padangsari


Sesuai dengan jumlah tenaga maupun fasilitas dari setiap puskesmas berbeda,
maka kegiatan pokok bagi puskesmas satu dengan puskesmas lain berbeda pula.
Kegiatan pokok puskesmas yang harus dilaksanakan meliputi: kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, usaha peningkatan gizi, kesehatan lingkungan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengobatan termasuk
pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan masyarakat,
kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat,
kesehatan kerja, kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, kesehatan mata,
laboratorium sederhana, pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
kesehatan, kesehatan lanjut usia, pembinaan pengobataan tradisional dan kegiatan
posyandu.
Pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas diarahkan pada keluarga sebagai
satuan terkecil. Setiap kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan dan dilakukan
dengan melalui Pendekatan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Pemerintahan
pusat sewaktu-waktu dapat meminta puskesmas untuk melaksanakan program
kesehatan tertentu seperti Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Pelaksanaan kegiatan
tersebut, bila petunjuk maupun perbekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat
bersama pemerintah daerah ( Makhfuldi dan Effendy N,2009).

2.5 Pengelolaan Sumber Daya Kefarmasian


2.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia (SDM) merupakan sumber daya yang paling penting
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, namun paling sulit
untuk dimanajemen. SDM memberikan sumbangan tenaga, bakat, kreatifitas, dan
usaha kepada organisasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
(Bogadenta, 2013). Pengelolaan SDM menjadi sebuah keharusan jika
menginginkan puskesmas mengalami kemajuan dan perkembangan.
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga apoteker sebagai penanggungjawab, yang
dapat dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah apoteker
di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap
maupun rawat jalan, serta memperhatikan pengembangan Puskesmas. Rasio untuk
menentukan jumlah apoteker di Puskesmas adalah 1 (satu) apoteker untuk 50
(lima puluh) pasien per hari(Permenkes 74, 2016).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
10
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menjelaskan


SDM untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di puskesmas adalah apoteker dan
dibantu oleh asisten apoteker yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Tenaga
Teknis Kefarmasian (TTK). Seseorang apoteker hendaknya memiliki kompetensi
dibidang kefarmasian.
Kompetensi Apoteker
a. Sebagai Penanggung Jawab
1) Mempunyai kemampuan untuk memimpin
2) Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk mengelola dan
mengembangkan pelayanan kefarmasian
3) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
4) Mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dengan pihak lain
5) Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, mencegah, menganalisis,
dan memecahkan masalah.
b. Sebagai Tenaga Fungsional
1) Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
2) Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian
3) Mampu mengelola praktis farmasi
4) Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
5) Mampu melaksanakan pendidikan dan pelatihan
6) Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan
Semua tenaga kefarmasian di Puskesmas harus selalu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan
kompetensinya. Upaya peningkatan kompetensi tenaga kefarmasian dapat
dilakukan melalui pengembangan profesional berkelanjutan. Semua tenaga
kefarmasian di Puskesmas melakukan Pelayanan Kefarmasian berdasarkan SPO
(Standar Prosedur Operasional) yang dibuat secara tertulis, disusun oleh Kepala
Ruang Farmasi dan ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
1. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah suatu proses atau upaya meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan di bidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan
dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk mengembangkan potensi dan
produktivitas tenaga kefarmasian secara optimal. Puskemas dapat menjadi tempat
pelaksanaan program pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan pengembangan
bagi calon tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain. Tujuan :

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
11
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

a. Tersedianya tenaga kefarmasian di Puskesmas yang mampu melaksanakan


rencana strategi Puskesmas.
b. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga
kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon tenaga
kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
2. Pengembangan Tenaga Kefarmasian dan Program Pendidikan
Dalam rangka penyiapan dan pengembangan pengetahuan dan keterampilan
tenaga kefarmasian maka Puskesmas menyelenggarakan aktivitas sebagai berikut:
a. Setiap tenaga kefarmasian di Puskesmas mempunyai kesempatan yang sama
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilannya
b. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus memberikan masukan kepada
pimpinan dalam menyusun program pengembangan staf
c. Staf baru mengikuti orientasi untuk mengetahui tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawabnya
d. Melakukan analisis kebutuhan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bagi tenaga kefarmasian
e. Tenaga Kefarmasian difasilitasi untuk mengikuti program yang diadakan oleh
organisasi profesi dan institusi pengembangan pendidikan berkelanjutan
terkait
f. Memberikan kesempatan bagi institusi lain untuk melakukan praktek, dan
penelitian tentang pelayanan kefarmasian di Puskesmas (Permenkes 74, 2016).
2.5.2 Sarana dan Prasarana
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi(Permenkes RI 74,2016) :
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh
pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang peracikan
disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum (air mineral) untuk
pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat, lemari pendingin, termometer

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
12
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang
ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika
memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling,formulir jadwal konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan
pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika
dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu
suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik.
Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
13
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

2.5.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan


Manajemen sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di puskesmas adalah
cara mengelola tahapan-tahapan dan kegiatan tersebut agar dapat berjalan dengan
baik dan saling mengisi, sehingga dapat tercapai tujuan pengelolaan sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien. Manajemen pengelolaan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu (Permenkes RI 74, 2016) :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan obat di puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan kesehatan
kesehatan di puskesmas yaitu apoteker, sehingga meningkatkan penggunaan obat
secara rasional. Perencanaan kebutuhan obat per tahun, puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Selanjutnya, Instalasi Farmasi Kabupaten
atau Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat
puskesmas di wilayah kerjanya. Ketepatan dan kebenaran data di puskesmas akan
berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara
keseluruhan di Kabupaten atau Kota (Permenkes 74, 2016).Proses perencanaan
obat yang dilakukan oleh DKK Semarang menggunakan metode epidemiologi
yang berdasarkan pola penyakit yang sering terjadi di daerah Kota Semarang.
Adapun team Perencanaan Obat Terpadu (POT), terdiri dari bidang pelayanan
kesehatan, IF Kota Semarang, Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
(P2P), Program Kesehatan Keluarga (Kesga), Puskesmas, bagian perencanaan dan
sekretariat Pemerintah Kota. Setelah perencanaan obat yang akan dibutuhkan
puskesmas disetujui oleh DKK Semarang, kemudian IF akan menyiapkan obat
yang disetujui DKK dan membagikan obat tersebut setiap tiga bulan sekali ke
setiap puskesmas.
Perencanaan dilakukan untuk mendapatkan jenis serta jumlah perbekalan
kesehatan yang mendekati kebutuhan, menigkatkan efisiensi penggunaan obat,
dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam perencanaan obat di
puskesmas yaitu :
a. Metode Konsumsi
Merupakan analisa data pemakaian obat pada tahun sebelumnya.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
14
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

b. Metode Epidemiologi
Merupakan kebutuhan obat berdasarkan pola dan frekuensi penyakit,
kemungkinan kenaikan kunjungan, safety stock dan lead time.
2. Permintaan atau Pengadaan Obat
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi adalah memenuhi
kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi di Puskesmas sesuai
dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
Permintaan obatterdiri dari permintaan rutin dan permintaan khusus.
Permintaan rutin dilaksanakan sesuai jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan permintaan khusus dilakukan diluar jadwal distribusi.
Permintaan khusus dilakukan apabila :
a. Kebutuhan pelayanan meningkat
b. Obat yang dibutuhkan tidak tersedia di Instalasi Farmasi
c. Terjadi kejadian luar biasa
d. Obat rusak atau kadaluarsa
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya. Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Penerimaan
obat dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa
oleh kepala puskesmas. Petugas penerima obat bertanggung jawab atas
pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan
obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat juga
wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi
kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, serta pemeriksaan lain yang
diperlukan sesuai dengan LPLPO, dan ditanda tangani oleh petugas penerima
serta diketahui oleh kepala puskesmas. Penerima obat juga dapat menolak jika
terdapat kekeliruan, kekurangan atau kerusakan pada obat. Keluar masuknya obat,
dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stock barang,
kemudian disusun sesuai dengan tempatnya (Permenkes RI 74,2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan obat-obatan yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia serta mutunya tetap terjamin.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
15
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Gudang obat merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua


perbekalan farmasi yang digunakan di puskesmas. Gudang obat berperan sebagai
tempat penyimpanan utama karena obat yang datang tidak semuanya dapat
langsung di distribusikan di unit-unit puskesmas. Gudang di puskesmas memiliki
persyaratan yaitu :
a. Luas minimal 3x4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang
disimpan.
b. Ruangan kering dan tidak lembab.
c. Memiliki cahaya dan ventilasi yang cukup, namun jendela harus mempunyai
pelindung untuk menghindarkan adanya cahaya langsung dan bertralis.
d. Dinding dibuat licin dan dicat warna cerah.
e. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam.
f. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda.
g. Lantai dibuat dari semen atau tegel atau keramik atau papan yang tidak
memungkinkan bertumpuknya debu dan kotoran lain, harus diberi alas papan
(palet).
h. Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci
dan terjamin keamanannya.
i. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan.
Dalam menyimpan obat-obat tersebut, supaya mudah jika akan di
distribusikan ke unit-unit Puskesmas. Berikut ini adalah cara pengaturan dan
penyimpanan obat di gudang puskesmas yaitu:
a. Obat diletakkan pada rak obat.
b. Obat disusun secara alfabetis untuk setiap bentuk sediaan.
c. Obat dirotasi dengan sistem First Expired First Out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO).
d. Obat narkotik disimpan di tempat khusus untuk obat narkotik.
e. Obat yang diletakkan pada lantai harus diberi alas palet.
f. Tumpukkan dus harus disusun dengan rapi dan sesuai dengan petunjuk.
g. Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
h. Vaksin, dan suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin.
i. Lisol dan desinfektan diletakkan terpisah dari obat lainnya.
Mutu obat akan tetap terjaga dengan baik jika dalam penyimpanan selalu
memperhatikan kondisi penyimpanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
kondisi penyimpanan diantaranya :
a. Kelembaban

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
16
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Udara yang lembab dapat mempengaruhi obat-obatan sehingga


mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu
memperhatikan hal-hal seperti : ventilasi ruangan harus baik, obat disimpan di
tempat kering, wadah harus selalu dalam kondisi tertutup rapat dan jangan
dibiarkan terbuka, bila memungkinkan dapat dipasang kipas angin atau AC,
biarkan pengering (silica gel) tetap dalam wadah tablet dan kapsul, dan jika
terdapat ruangan yang bocor harus segera diperbaiki.
b. Sinar matahari
Obat yang berbentuk cairan, larutan, atau injeksi pada umumnya tidak stabil
dan mudah rusak karena sinar matahari. Agar obat tidak mudah rusak karena
pengaruh sinar matahari, sebaiknya jendela-jendela di ruangan penyimpanan obat
diberi gorden.
c. Temperatur
Beberapa obat seperti krim, salep, dan suppositoria sangat sensitif terhadap
suhu panas, karena dapat meleleh, sehingga penyimpanannya harus dihindarkan
dari udara panas. Cara mencegah kerusakan yang disebabkan oleh panas antara
lain : ruangan harus memiliki ventilasi, exhouse atau dapat dipasang Air
Conditioner (AC).
d. Kontaminasi
Kontaminasi merupakan terjadinya pengotoran / pencemaran terhadap
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, bahan baku obat atau wadah obat akibat
masuknya mikroorganisme dari luar seperti bakteri atau jamur. Wadah obat yang
digunakan harus selalu bersih dan tertutup rapat guna mencegah adanya
kontaminasi bakteri atau jamur.
e. Pengotor
Ruangan yang kotor dapat mengundang hewan pengerat dan serangga yang
kemungkinan dapat merusak obat, etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca,
oleh sebab itu ruangan seharusnya dibersihkan setiap hari.
5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Perbekalan Farmasi
Pendistribusian merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan
farmasi dan perbekalan farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
17
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas


b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu
e. Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)dilakukan
dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian
obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringanPuskesmas dilakukan dengan cara penyerahan obat
sesuai dengan kebutuhan (floor stock) (Permenkes RI 74,2016).
6. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Perbekalan Farmasi
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari :
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa
d. Pencatatan dan Pelaporan Obat
Pencatatan dan pelaporan data penggunaan obat di puskesmas merupakan
rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik
obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di
puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.
Puskesmas mempunyai tanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan
pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung
pelaksanaan seluruh pengelolaan obat.
Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas
adalah LPLPO dan kartu stock. LPLPO juga dimanfaatkan untuk analisa
penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan
pembuatan laporan pengelolaan obat (Permenkes 74, 2016).
7. Penanganan Obat Hilang, Obat Rusak dan Kadaluarsa

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
18
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

a. Penanganan Obat Hilang


Kejadian obat hilang dapat terjadi karena adanya peristiwa pencurian obat
dari tempat penyimpanannya oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai tanggung
jawab.
Obat juga dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat
penyimpanannya ditemukan kurang dari catatan sisa stock pada kartu stock yang
bersangkutan. Pengujian silang antara jumlah obat dalam tempat penyimpanannya
dengan catatatn sisa stock pada kartu stock perlu dilakukan secara berkala, paling
tidak 3 (tiga) bulan sekali. Pengujian semacam ini harus dilakukan oleh kepala
puskesmas. Untuk menangani kejadian obat hilang ini, perlu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera
menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan kepada kepala
puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai
lampiran dari berita acara obat hilang yang diurus oleh kepala puskesmas.
2) Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian tersebut,
serta menerbitkan berita acara obat hilang.
3) Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai berita acara obat hilang
bersangkutan.
4) Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat yang
hilang tersebut pada masing-masing kartu stock.
5) Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi
kebutuhan pelayanannya, segera dipersiapkan LPLPO untuk mengajukan
tambahan obat.
6) Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada kepolisian
dengan membuat berita acara.
b. Penanganan Obat Rusak dan Kadaluarsa
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak layak pakai (karena
rusak atau kadaluarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Petugas ruang farmasi, kamar suntik atau unit pelayanan kesehatan lainnya
segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut kepada kepala
puskesmas melalui petugas gudang oleh puskesmas.
2) Petugas gudang obat puskesmas menerima dan mengumpulkan obat rusak
dalam gudang. Jika memang ditemukan obat tidak layak pakai maka harus
segera dikurangkan dari catatan sisa stock pada masing-masing kartu stock

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
19
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

yang dikelolanya. Petugas kemudian melaporkan obat rusak atau kadaluarsa


yang diterimanya dari satuan kerja lainnya, ditambah dengan obat rusak atau
kadaluarsa dalam gudang kepada kepala puskesmas.
3) Kepala puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali obat
rusak atau kadaluarsa kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, untuk
kemudian dibuatkan berita acara sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Pemusnahan Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas
Pelaksanaan pemusnahan obat dan perbekalan Kesehatan di puskesmas
didasarkan pada perMendagri RI No.17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor
34 Tahun 2007 tentang Pedoman Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang
Milik Daerah.
Tujuan pemusnahan perbekalan farmasi, yaitu melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat yang tidak memenuhi
persyaratan untuk keamanan dan kemanfaatan serta melaksanakan penghapusan
barang milik daerah dalam hal obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Alur proses pemusnahan perbekalan farmasi, antara lain :
1) Pemisahan dari tempat penyimpanan, meliputi :
a) Memisahkan obat-obat rusak dan kadaluarsa ke tempat yang sudah
ditentukan.
b) Membuat daftar obat-obat rusak dan kadaluarsa dan akan dilaporkan untuk
dihapuskan.
2) Pelaporan obat rusak dan kadaluarsa
a) Membuat surat kepada kepala DKK Semarang untuk membuat laporan
obat rusak dan kadaluarsa untuk dihapuskan.
b) Mengirimkan laporan kepada kepala DKK Semarang dan menunggu
persetujuan penghapusan.
3) Penyerahan obat rusak dan kadaluarsa
a) Setelah ada persetujuan penghapusan, obat rusak dan kadaluarsa
diserahkan kepada DKK Semarang untuk segera dilakukan pemusnahan.
b) Adanya penandatanganan berita acara serah terima obat rusak dan
kadaluarsa.

4) Pemusnahan Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
20
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

a) Dilaksanakan pemusnahan obat serentak di salah satu puskesmas dengan


incinerator.
b) Pemusnahan dilaksanakan oleh team pemusnahan obat dengan disaksikan
dari Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) dan
Puskesmas.
c) Penandatanganan berita acara pemusnahan obat rusak dan kadaluarsa
setelah dilaksanakan pemusnahan.

2.6 Administrasi
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di puskesmas menyatakan bahwa
administrasi adalah rangkaianaktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipandalam
rangka penatalaksanaanpelayanankefarmasian yang tertib baik untuk sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah
untuk dimonitor dan dievaluasi. Administrasi untuk obat dan perbekalan
kesehatan meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu
perencanaan, pengadaan melalui permintaan obat ke Instalasi Farmasi (IF)
Kabupaten/Kota, penerimaan, penyimpanan menggunakan kartu stock atau
komputer, pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan
pasien (Umum, Jamkesmas, Askes), penyimpanan bendel resep harian secara
teratur selama tiga tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita
acara. Kegiatan administrasi lain yaitu berupa pencatatan kesalahan pengobatan
(medication error), monitoring efek samping obat (MESO), medication record
(Permenkes 74, 2016).

2.7 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas


Peran fungsional apoteker yaitu melakukan penyiapan rencana kerja
kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan
pelayanan farmasi khusus. Adapun peran fungsional tersebut, anatar lain :
2.7.1 Pelayanan Resep
Resep adalah penerimaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan
yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
21
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
Surat Izin Praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal
penulisanresep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
b. Pemeriksaankesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan
fisik obat.
b. Peracikan obat.
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam / oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
obat dalam bentuk larutan.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis
dan jumlah obat.
b. Memanggil nama pasien dan memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
c. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya kurang stabil.
d. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
22
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dll (Permenkes 74, 2016).
2.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien(Permenkes RI 74,2016).
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan yang dilakukan untuk Pelayanan Informasi Obat meliputi:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengkordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan informasi
obat:
1. Sumber informasi Obat
2. Tempat
3. Tenaga
4. Perlengkapan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
23
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

2.7.3 Konseling, Promosi dan Edukasi


Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah
pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat inap,
serta keluarga pasien.Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat
(Permenkes RI 74,2016).
Kegiatan tenaga kefarmasian dalam melakukan konseling meliputi:
1. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
4. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien:
a. Pasien rujukan dokter.
b. Pasien dengan penyakit kronis.
c. Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi.
d. Pasien geriatrik.
e. Pasien pediatrik.
f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana:
a. Ruangan khusus.
b. Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat
risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial,
karateristikObat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat,
kebingungan ataukurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan
kefarmasian di rumah (HomePharmacy Care) yang bertujuan tercapainya
keberhasilan terapi Obat(Permenkes RI 74,2016).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
24
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

2.7.4 Visite Pasien (khusus Puskesmas rawat inap)


Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat,
ahli gizi, dan lain-lain (Permenkes RI 74, 2016).
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,pembuatan
dokumentasi dan rekomendasi.
Kegiatan visite mandiri:
a. Untuk Pasien Baru
1) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal
pemberian Obat.
3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,
mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan
pasien.
4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait
Obat yang mungkin terjadi.
b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru
1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.
2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.
c. Untuk semua pasien
1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.
2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam
satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pegobatan
pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga
pasien terutama tentang Obat.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
25
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.


d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat
yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis danlain- lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.
b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.
c. Memahami teknik edukasi.
d. Mencatat perkembangan pasien.
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinanterputusnya
kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu
juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar
terwujudkomitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan Obat
sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat(Permenkes RI 74,2016).
2.7.5 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
Tujuan:
1. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
1. Menganalisis laporan efek samping Obat.
2. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami
efek samping Obat.
3. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
4. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
2. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
2.7.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien mendapatkan
terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan
meminimalkan efek samping (Permenkes RI 74,2016).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
26
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Tujuan:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat
Kriteria Pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Membuat catatan awal.
3. Memperkenalkan diri pada pasien.
4. Memberikan penjelasan pada pasien.
5. Mengambil data yang dibutuhkan.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi
2.7.7 Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Setiap kegiatan pelayanan
farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar
Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut
diletakkan di tempat yang mudah dilihat(Permenkes RI 74,2016).
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
2.7.8 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap
Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014 pasal 25, Puskesmas non rawat
inap adalah Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolonganpersalinannormal. Pelayanan kesehatan rawat jalan meliputi
observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan kesehatan lainnya tanpa
dirawat inap. Sedangkan Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
27
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai


pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan (Permenkes 75, 2014). Puskesmas
perawatan (rawat inap) berfungsi sebagai pusat rujukan pasien yang gawat darurat
sebelum dibawa ke rumah sakit. Tindakan operatif terbatas seperti kecelakaan lalu
lintas, persalinan dengan penyulit dan penyakit lain yang bersifat gawat darurat.
Puskesmas perawatan sebagai Puskesmas rawat inap tingkat pertama memberikan
pelayanan kesehatan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi
medik dengan tinggal di ruang rawat inap Puskesmas(Permenkes 75, 2014).
2.7.9 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan suatu kegiatan mengukur dan membandingkan
antara biaya dan hasil konsekuensi dari biaya pengobatan. Tujuan dari kegiatan
farmakoekonomi adalah memberikan informasi dan membantu menentukan
pilihan atas alternatif pengobatan yang dilakukan, sehingga pengobatan menjadi
lebih efektif dan efisien (Bolan dkk, 2004).
Farmakoekonomi ini penting untuk tenaga kesehatan, industri farmasi,
perusahaan asuransi, maupun bagi pasien. Bagi tenaga kesehatan, khususnya
apoteker, farmakoekonomi berperan penting dalam pengambilan keputusan dalam
penggunaan obat yang rasional, karena penggunaan obat yang rasional, tidak
hanya mempertimbangkan nilai aman, mutu, tetapi juga mempertimbangkan nilai
ekonomisnya. Sedangkan bagi industri farmasi, farmakoekonomi digunakan untuk
studi farmakoekonomi dalam hal penelitian, pengembangan obat, promosi,
penetapan harga, dan strategi pemasaran. Peran fungsional apoteker dalam
farmakoekonomi yaitu pada tahap perencanaan, dimana dalam membuat
perencanaan dan pengadaan sedian farmasi perlu diperhatikan pola penyakit,
kemampuan masyarakat, dan budaya masyarakat (Cahyo, 2012).
2.7.10 Pengabdian Kepada Masyarakat
Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati diri
sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat yang
sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan eduasi.
Apoteker juga harus ikut membantu memberikan informasi, antara lain dengan
penyebaran leaflet atau brosur, poster dan penyuluhan. Pengabdian kepada
masyarakat juga dapat dilakukan dengan melakukan pelayanan kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care) (Cahyo, 2012).

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
28
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan


kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia
dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya (Diabetes Melitus,
Hipertensi). Dengan adanya aktifitas tersebut, maka perlu dibuat catatan
pengobatan pasien (medication record) oleh apoteker. Pelayanan home pharmacy
care dilakukan untuk memonitor keberhasilan terapi obat pasien dengan melihat
langsung kondisi pasien. Dengan adanya apoteker yang langsung datang ke rumah
pasien maka pasien akan merasa sangat diperhatikan dan apabila ada kesulitan
atau gejala efek samping yang timbul setelah minum obat maka apoteker dapat
langsung memberi saran/kebijakan yang bisa dilakukan oleh pasien. Dengan
adanya home pharmacy care ini, akan meningkatkan kepuasan pasien.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Puskesmas Padangsari


Puskesmas Padangsari merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kota Semarang yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau oleh
masyarakat serta merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat dasar
bagi masyarakat.
Puskesmas Padangsari berdiri pada tahun 1979, puskesmas ini dahulu
bernama Puskesmas Banyumanik. Puskesmas Padangsari beralamat di Jalan
Meranti Raya, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Puskesmas Padangsari mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari tiga kelurahan
yaitu: Kelurahan Pedalangan, Kelurahan Padangsari dan Kelurahan Jabungan,
dimana secara keseluruhan terdiri dari 33 RW (Rukun Warga) dengan luas
wilayah 751,4 Ha. Batas wilayah kerja Puskesmas Padangsari yaitu:
1. Bagian Utara : Kelurahan Sumurboto
2. Bagian Selatan : Kelurahan Gedawang
3. Bagian Barat : Kelurahan Srondol Wetan
4. Bagian Timur : Kelurahan Kramas Tembalang
Puskesmas Padangsari memberikan pelayanan kepada masyarakat selama
enam hari kerja dalam satu minggu, dengan pembagian jam kerja sebagai berikut:
1. Senin s/d Kamis (07.00 - 14.00 WIB)
2. Jumat (07.00 - 11.30 WIB)
3. Sabtu (07.00 - 12.00 WIB)
Puskesmas Padangsari memiliki visi, misi dan motto guna menyelaraskan
aspek pelayanan sehingga dapat bermanfaat sebagai sarana pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang berkembang dan maju sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Visi, misi dan motto Puskesmas
Padangsari dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut:
1. Visi :
Menjadikan Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan terdepan yang
santun dan profesional.
2. Misi :
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 29
30
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

b. Menerapkan sikap 3 S, Senyum, Salam, Sapa


c. Mengajak peran serta masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat demi terwujudnya masyarakat yang mandiri dibidang kesehatan.
3. Motto :
“Kami melayani dengan hati (Hangat, Atensi, Terib,Ikhlas)”
Visi, Misi dan Motto tersebut berguna sebagai motivasi dan penyemangat
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan di Puskesmas Padangsari untuk melayani
masyarakat secara adil dan merata sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang
mandiri dengan hidup bersih dan sehat.
Puskesmas Padangsari melakukan kegiatan Puskesmas Keliling (Pusling)
sebagai bentuk pelayanan kesehatan di luar gedung puskesmas, guna menjangkau
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kelurahan Jabungan. Namun
demikian Puskesmas Padangsari tidak memiliki Puskesmas Pembantu (Pustu).

3.2 Organisasi Puskesmas Padangsari


Struktur organisasi di Puskesmas Padangsari dipimpin oleh dr. Julius
Tjandra sebagai Kepala Puskesmas dan membawahi kelompok jabatan fungsional
dan sub bagian tata usaha. Struktur organisasi ini bersifat linier dimana wewenang
dari atasan atau Kepala Puskesmas dilimpahkan secara vertikal kepada staf tata
usaha dan staf fungsional. Begitu juga sebaliknya, staf tata usaha dan staf
fungsional melaporkan pertanggung jawabannya langsung kepada Kepala
Puskesmas.
Kelompok jabatan fungsional di Puskesmas Padangsari terdiri dari 3 unit,
yaitu:
1. Penanggung jawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium.
2. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat.
3. Penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan.
Farmasi berada di unit penanggung jawab UKP, Kefarmasian dan
Laboratorium, sedangkan apotek berada di unit penanggung jawab jaringan
pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Masing-masing
unit melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan wewenang yang
dilimpahkan. Unit pelayanan farmasi berdiri sendiri sebagai unitpelayanan dalam
bidang penyiapan obat dan pelayanan informasi obat kepada pasien dibawah
tanggung jawab apoteker. Semua pasien menebus atau mengambil obat setelah

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
31
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

melakukan pemeriksaan dan diberi informasi tentang pemakaian atau penggunaan


obat yang benar oleh apoteker.
Unit pelayanan farmasi Puskesmas Padangsari dipimpin oleh seorang
apoteker bernama Ibu Lusi Dwi Purnowati, S.Farm., Apt. Apoteker memiliki
peran dan tanggung jawab dalam pengelolaan perbekalan farmasi di Puskesmas
Padangsari.

3.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas Padangsari


Puskesmas Padangsari mempunyai tugas dan fungsi sebagai pusat
penggerak pembangunan dibidang kesehatan secara paripurna berupa pelayanan,
pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan kepada masyarakat. Upaya
tersebut diajarkan kepada masyarakat melalui kegiatan posyandu (balita dan
lansia). Kegiatan posyandu dilaksanakan di tiap-tiap RW, dimana jangkauan
wilayah kerja Puskesmas Padangsari terdiri dari 33 RW dan kegiatan posyandu
tersebut dilaksanakan setiap bulan.
Puskesmas Padangsari melakukan pemberdayaan masyarakat dan keluarga
dalam bidang kesehatan dengan mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat baik
secara individu maupun kelompok. Salah satu contoh perilaku hidup bersih dan
sehat adalah mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air
besar (BAB). Hal tersebut mungkin sangat sederhana bagi setiap orang, namun
sangat besar manfaatnya karena kuman dan bakteri yang menempel di tangan
dapat masuk ke dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan penyakit.
Puskesmas Padangsari memberikan pelayanan kesehatan tingkat dasar dan
bersifat pokok serta sangat dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat
yang tidak mampu. Puskesmas Padangsari hanya menjalankan pelayanan
kesehatan rawat jalan dan tidak menyediakan pelayanan rawat inap.Pelayanan
kesehatan rawat jalan diberikan kepada masyarakat yang datang berobat secara
adil dan merata sesuai dengan visi dan misi sesuai yang dijalankan. Pelayanan
diberikan dengan ramah dan sopan sehingga membuat pasien merasa senang dan
nyaman berobat di Puskesmas Padangsari.

3.4 Program Pokok Puskesmas Padangsari


Puskesmas wajib melaksanakan program pokok sesuai dengan kemampuan
masing-masing daerah, sedangkan program pokok yang dilakukan Puskesmas
Padangsari adalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB) dan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
32
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

pencegahan penyakit dengan imunisasi yang dilaksanakan di unit KIA. Kesehatan


lingkungan, peningkatan gizi masyarakat pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular serta pelayanan darurat kecelakaan merupakan upaya wajib yang
dilaksanakan baik di dalam gedung maupun diluar gedung seperti di sekolah-
sekolah, posyandu dan kegiatan Pusling.
Kegiatan puskesmas keliling dilaksanakan di wilayahKelurahan Jabungan.
Jabungan merupakan sebuah kelurahan dengan keadaan ekonomi yang rendah
mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Tempat tersebut menjadi sasaran
pusling karena wilayahnya yang jauh dari puskesmas dan penduduknya jika sakit
jarang untuk berobat, dengan adanya upaya Pusling masyarakat wilayah kelurahan
Jabungan yang ingin memeriksakan kesehatan tidak perlu jauh-jauh karena
adanya kegiatan Pusling. Upaya untuk melaksanakan pemerataan kesehatan di
daerah kurang terjangkau begitu dirasakan oleh masyarakat wilayah kelurahan
Jabungan.
Upaya kesehatan untuk usia lanjut yang umumnya disebut dengan nama
program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) dilaksanakan setiap satu bulan
sekali pada hari selasa dan rabu minggu kedua. Pemeriksaan yang dilakukan
ditunjukkan kepada lansia dengan penyakit umumnya adalah penyakit diabetes
mellitus dan hipertensi. Mahasiswa PKPA mendapatkan kesempatan untuk ikut
berpartisipasi pada kegiatan Prolanis pada tanggal 14Februari 2018 dengan materi
Gema Cermat ( Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat ). Contoh brosur
yang digunakan dalam kegiatan Prolanis terdapat dalam lampiran1. Kemudian
pada tanggal 19 Februari Mahasiswa PKPA mendapatkan kesempatan ikut
berpartisipasi pada kegiatan Posyandu Lansia yang di laksanakan di daerah
Padangsari, Kegiatan Posyandu Lansia meliputi; Pengecekan tekanan darah,
pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan dan pada tanggal 22
Februari Mahsiswa PKPA mendapatkan kesempatan untuk ikut berpartisipasi
pada kegiatan Puskesling yang di lakukan di kelurahan Jabungan, kegiatan
Puskesling meliputi ; pengecekan tekanan darah dan pemberian obat karena
masyarakat disini jauh dari puskesmas sehingga banyak masyarakat yang datang
ke Puskesling di kelurahan Jabungan.

3.5 Manajemen Sumber Daya Kefarmasian Puskesmas Padangsari


3.5.1 Sumber Daya Manusia Kefarmasian

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
33
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Sumber daya manusia kefarmasian terdiri atas seorang Apoteker yang


bernama ibu Lusi Dwi Purnowati., S.Farm., Apt dan dibantuoleh seorang tenaga
teknis kefarmasian yang bernama Risma Famela., A.md. Seluruh SDM bidang
farmasi di Puskesmas Padangsari bekerja sama melaksanakan tugas-tugas setiap
harinya yaitu :
1. Tugas Pokok
Tugas pokok yang bidang kefarmasian di Puskesmas Padangsari meliputi :
a. Apoteker menyusun perencanaan kebutuhan obat dan rencana kegiatan
program pengelolaan obat berdasarkan peraturan yang berlaku sebagai
acuan pelaksanaan tugas.
b. Apoteker melakukan pencatatan obat masuk, obat keluar dan pencatatan
resep
c. Melaksanakan pelayanan obat, meliputi :
1) Menyiapkan peralatan dan obat-obat di dalam Ruang Farmasi oleh TTK
2) Menerima resep dari pasien oleh Apoteker dan penyiapan obat oleh
TTK
3) Melakukan pengecekan obat dan etiket oleh Apoteker
4) Melakukan PIO dan konseling kepada pasien oleh Apoteker
d. Melakukan pendistribusian obat ke unit-unit di Puskesmas
e. Membuat laporan pengelolaan obat oleh Apoteker
2. Tugas Terintegrasi
Tugas terintegrasi bidang kefarmasian di Puskesmas Padangsari meliputi :
a. Melaksanakan kegiatan puskesmas keliling (Pusling) bersama dengan
tenaga kesehatan yang lain, dengan menyiapkan obat-obatan yang
dibutuhkan bagi pasien
b. Melaksanakan kegiatan posyandu bersama tenaga kesehatan yang lain,
pasien posyandu terdiri dari balita dan lansia
c. Melaksanakan kegiatan Prolanis dengan penyakit degeneratif setiap hari
selasa dan rabu minggu ke-2 setiap bulannya. Kegiatan ini dilakukan di
Puskesmas Padangsari.
Tujuan dari pengelolaan SDM kefarmasian yaitu meningkatkan kemampuan
dan kapasitas sumber daya manusia khususnya dibidang kefarmasian dalam
menyerap informasi terkini tentang perkembangan seputar farmasi dan tata kelola
unit farmasi Puskesmas Padangsari. Apoteker diikutsertakan seminar dibawah

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
34
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

naungan IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) dan TTK di ikut sertakan dalam seminar
dengan narasumber yang lebih senior dan sangat kompeten dibidangnya.

3.5.2 Prasarana dan Sarana


Prasarana dan sarana Ruang Farmasi yang dimiliki oleh puskesmas
Padangsari telah sesuai Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, antara
lain :
1. Papan nama “Ruang Farmasi” yang dapat terlihat jelas oleh pasien.
2. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, seperti rak alat-alat, mortir,
stamper, blender, kertas puyer, plastik obat dan etiket obat.
3. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien, misalnya poster.
4. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
5. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk suppositoria, serum
dan vaksin, lemari terkunci untuk penyimpanan psikotropika dan narkotika
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
6. Tersedia kartu stock untuk masing-masing jenis obat atau computer untuk
pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa, dapat dipantau
dengan baik.
7. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk
melakukan pelayanan informasi obat.
8. Gudang obat yang dilengkapi dengan AC, ex house, pintu teralis dan pintu
kayu.
9. Dua unit mobil ambulance dan tiga unit sepeda motor. Kendaraan ini
digunakan untuk kegiatan pusling, posyandu serta untuk mengambil sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi.
3.5.3 Dana
Sumber dana untuk menunjang kebutuhan farmasi dan operasional
Puskesmas Padangsari diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pasien
BPJS berlangsung sejak bulan Januari 2014, dana pembelian obat untuk pasien
BPJS sampai saat ini telah digunakan untuk pembelian Acetylsistein kapsul, dan
Lidocain 2% injeksi.
3.5.4 Perbekalan Farmasi
1. Seleksi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
35
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Seleksi berfungsi untuk menentukan obat yang benar-benar diperlukan


sesuai dengan populasi penduduk berdasarkan pola penyakit yang ada. Seleksi
perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari, berdasarkan atas Fornas dan Daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN).
2. Perencanaan
Puskesmas Padangsari membuat perencanaan obat untuk kebutuhan satu
tahun kedepan, dengan menggunakan metode konsumsi. Data yang digunakan
untuk membuat perencanaan adalah data tahun sebelumnya dengan rumus sebagai
berikut :
Penambahan 10% dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan jumlah
kunjungan pasien di Puskesmas. Perencanaaan tersebut dibuat dan menjadi
tanggung jawab apoteker, kemudian dokumen perencanaan diajukan kepada
Instalasi Farmasi (IF) Kota Semarang. Proses pembuatan perencanaan obat
berdasarkan pada anggaran yang tersedia, sisa persediaan obat berdasarkan
LPLPO, Fornas dan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).
3. Pengadaan
Penerimaan perbekalan farmasi dari Instalasi Farmasi diperoleh dengan
sistem dropping yang dilakukan setiap bulan sekali.Untuk mengatasi apabila
terjadi kekosongan atau kehabisan obat sebelum tiba waktu dropping obat, maka
apoteker dapat melakukan permintaan obat diluar perencanaan yang telah dibuat
dengan cara sistem “Bon Obat” kepada Instalasi Farmasi. Apabila terdapat
perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh puskesmas namun Instalasi Farmasi
tidak menyediakan atau perbekalan yang dibutuhkan sedang tidak tersedia atau
kosong, maka apoteker dapat memuat permohonan belanja sendiri dengan
menggunakan dana JKN. Permohonan ini dibuat dengan cara : apoteker membuat
daftar obat yang dibutuhkan oleh puskesmas, kemudian diajukan kepada Instalasi
Farmasi dan DKK untuk disetujui. Proses pembelian dengan dana JKN untuk
BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) harus ada persetujuan dari DKK. Pembelian
dengan dana JKN dapat dilakukan jika persediaan obat di IF tidak ada dan obat
tersebut dibutuhkan oleh puskesmas.
Setelah pengajuan belanja di acc oleh Instalasi Farmasi dan DKK maka
akan melakukan pembelian secara E-purchasing. Beberapa contoh obat yang
pengadaanya dibeli secara E-purchasing yaitu kloramphenikol tetes telinga dan
tetes mata, acetylsistein kapsul. Formpengajuan pembelanjaan obat dapat dilihat
pada lampiran 2.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
36
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

4. Penerimaan
Setiap penerimaan perbekalan farmasi dari Instalasi Farmasi Kota
Semarang, maka Puskesmas Padangsari menerima Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK). Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah, jenis, bentuk
sediaan, tanggal kadaluarsa, kondisi fisik dan nomor batch setiap barang
disesuaikan dengan SBBK. Penerimaan obat dilaksanakan oleh Lusi Dwi
Purnowati S. Farm., Apt, obat-obat yang diterima dicatat dan dibukukan pada
buku penerimaan obat dan kartu stok. Bersamaan dengan SBBK disertakan pula
berita acara penerimaan barang (serah terima obat). Form SBBK dan berita acara
serah terima obat.
5. Penyimpanan
Obat dan perbekalan farmasi yang telah diterima oleh puskesmas, kemudian
disimpan digudang obat puskesmas. Penyimpanan obat merupakan salah satu
indikator penting dalam sistem pengelolaan obat. Penyimpanan obat yang tepat
dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan akan dapat menjaga
keberlangsungan stock obat seperti yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Gudang obat di Puskesmas Padangsari terletak dibagian sisi kanan
bangunan dan tidak terlalu jauh dengan ruang farmasi. Letak gudang ini
mempermudah distribusi obat ke ruang farmasi sehingga dapat mempersingkat
waktu dalam pendistribusiannya.Form berita acara stok opname obat dan layout
letak gudang farmasi Puskesmas Padangsari dapat dilihat pada lampiran 3.
Gudang penyimpanan yang ada di Puskesmas Padangsari sudah memenuhi
beberapa persyaratan gudang yaitu:
a. Merupakan ruang tersendiri khusus untuk penyimpanan obat dan luasnya ±
4x6 meter dan berpintu ganda
b. Kering dan tidak lembab
c. Tidak terkena sinar matahari langsung
d. Lantai terbuat dari keramik dan terdapat alas papan (palet)
e. Dinding dicat dengan warna cerah (putih)
f. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda dan berteralis
g. Terdapat lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan terjamin keamanannya
h. Terdapat pengukur suhu dan hygrometer ruangan
i. Terdapat AC untuk menjaga kestabilan obat.
Gudang penyimpanan Puskesmas Padangsari dapat dilihat pada Lampiran 4.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
37
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Sistem penyimpanan obat yang digunakan di Puskesmas Padangsari adalah


sebagai berikut:
a. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaannya : padat, cair, semi padat
dan kemasan, penataan secara alfabetis dan berdasarkan metode First In First
Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Modifikasi metode
penyimpanan ini dimaksudkan untukmempermudah dalam pengambilan
perbekalan farmasi dan meminimalisir pemusnahan obat yang sudah
kadaluarsa.
b. Obat narkotika disimpan di lemari kayu khusus dan memiliki 2 pintu,
sedangkan obat psikotropika disimpan di lemari psikotropika terpisah dari
obat-obat daftar G lainnya, obat psikotropika yang tersedia adalah : Diazepam
tablet 2 mg, Diazepam injeksi 5 mg, Fenobarbital 30 mg, Haloperidol 5 mg,
Triheksipenidil.
c. Obat yang dipersyaratkan untuk disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjaga stabilitasnya, contohnya vaksin.
d. Alat kesehatan disimpan dalam almari tersendiri khusus alat kesehatan.
e. Obat LASA (Look Alike Sound Alike) adalah obat yang memiliki kemasan
yang terlihat mirip atau obat yang memiliki nama yang terdengar mirip. Obat
yang terindikasi merupakan LASA harus menjadi perhatian khusus terutama
pada saat dispensing obat karena bisa saja terjadi kesalahan dalam
pengambilan obat yang dapat berakibat fatal bagi pasien.
Contoh obat LASA di puskesmas Padangsari adalah : Amlodipin 5 mg dan
Amlodipin 10 mg, Chloramphenicol Salep Kulit,Chloramphenicol Salep Mata,
Chloramphenicol Tetes Mata, Chloramphenicol Tetes Telinga, Phenol Tetes
Telinga, Antasida, Antalgin, Antasida DOEN syrup, Domperidon syrup,
Paracetamol syrup, Amoxicillin 125 mg/5 ml sirup kering, Amoxicillin 250
mg/5 ml sirup kering, Ibuprofen syrup, dan Cotrimoxazol syrup.
f. Obat High Alert adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki resiko tinggi
menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan secara
tepat.
Contoh obat high alert di puskesmas Padangsari adalah : Digoxin, Metformin,
Glibenklamide, dan Glimepiride.
Obat dan perbekalan farmasi yang sudah tertata dengan rapi kemudian
dilakukan pencatatan pada kartu stock yang sudah ditaruh di tiap-tiap tempat
obatberdasarkan alfabetis. Setiap obat yang masuk dan keluar dari gudang, harus

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
38
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

dicatat di dalam buku penerimaan dan kartu stock. Hal ini akan mempermudah
dalam melakukan kontrol persediaan obat dan perbekalan farmasi.
Pengaturan tata ruang gudang di Puskesmas Padangsari sudah baik yaitu
obat sudah ditata sesuai dengan alfabetis, bentuk kemasan, sediaan dan secara
FEFO dan FIFO serta penyusunan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya
sudah tersusun dengan rapi.
6. Distribusi Obat
Perbekalan farmasi yang telah disimpan di gudang obat selanjutnya
didistribusikan di unit-unit pelayanan kesehatan puskesmas. Pendistribusian
perbekalan farmasi ditujukan agar bisa digunakan dan dimanfaatkan bagi
penderita yang sesuai dengan jenis penyakit atau keluhan yang dialami pasien
berdasarkan resep dokter. Biasanya proses distribusi obat dilakukan tiap satu
bulan sekali atau jika persediaan di tiap unit mengalami kekosongan.
Pendistribusian perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari yaitu di ruang
farmasi, yang selanjutnya didistribusikan ke ruang, Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Balai Pengobatan Umum, Balai Pengobatan Gigi, Laboratorium dan unit
penyakit tuberculosis. Pendistribusian keunit-unit dilakukan dengan menggunakan
buku bantu dengan format sederhana. Buku bantu tersebut berfungsi untuk
mencatat stok keluar dan masuk obat serta perbekalan farmasi pada tiap-tiap unit
tersebut.
Penyerahan obat ke pasien dilakukan dengan menggunakan resep. Resep
diterima pasien setelah menjalani pemeriksaan oleh dokter, kemudian pasien
meletakkan resep tersebut di kotak penerimaan resep. Apoteker melakukan
skrining resep, sedangkan tenaga teknis kefarmasian(TTK) yang menyiapkan
resep-resep tersebut. Setelah resep disiapkan, apoteker mengecek item obat dan
jumlah serta aturan pemakaian obat yang tertulis pada etiket. Sistem distribusi
obat yang dilakukan kepada pasien adalah individual prescription, karena dengan
sistem tersebut apoteker mempunyai kesempatan untuk berinteraksi langsung ke
pasien atau keluarga pasien untuk memberikan informasi mengenai obat dan
konseling.
Mahasiswa PKPA membantu mengerjakan resep, dimulai pada saat resep
diterima, melakukan skrining resep, mengecek jenis obat, jumlah dan aturan pakai
obat, mencocokkan nama sesuai dengan etiket serta mencocokkan alamat pasien.
Setelah semuanya sesuai dengan identitas pasien, obat diserahkan dengan
memberikan informasi mengenai cara minum obat yang benar kepada pasien serta
memberikan konseling kepada pasien dengan penyakit degeneratif.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
39
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

7. Pencatatan dan Pelaporan


Sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Padangsari menggunakan
suatu sistem informasi yang terhubung secara online dengan DKK Semarang.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) digunakan untuk mengetahui
penggunaan obat berdasarkan kunjungan resep yang masuk dalam ruang farmasi
puskesmas. Adapun pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Padangsari antara
lain :
a. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) : IF dan Arsip
LPLPO dibuat dari data yang diambil dari data resep selama satu bulan yang
masuk SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas), ditambahkan dengan resep dari
prolanis dan puskesmas keliling jika ada. LPLPO dibuat menggunakan form
LPLPO yang dipakai untuk permintaan dan pemakaian obat, serta ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas Padangsari, kemudian dibuat rangkap dua yang
selanjutnya diserahkan kepada IF Kota Semarang (asli), copy kedua untuk arsip
Puskesmas Padangsari. LPLPO sudah harus diterima oleh IF Semarang paling
lambat tanggal 5 setiap bulannya.
b. Laporan Narkotika
Laporan obat narkotika dibuat dari data yang diambil dari pemakaian obat
narkotika selama satu bulan. Puskesmas Padangsari hanya memiliki Codein HCl
10mg. Laporan narkotika menggunakan formulir narkotika yang ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas Padangsari dan dibuat rangkap tiga yang kemudian
diserahkan kepada IF Kota Semarang (asli), dan copy kedua untuk arsip
Puskesmas.
c. Laporan Psikotropika atau Obat Keras Tertentu (OKT) : IF dan Arsip
Laporan psikotropika atau OKT dibuat dari data yang diambil dari
pemakaian obat psikotropika atau OKT selama satu bulan, obat psikotropika yang
ada di Puskesmas Padangsari yaitu Diazepam tablet 2 mg, Diazepam injeksi 5 mg,
Fenobarbital 30 mg, Haloperidol 5 mg, Triheksilpenidil. Laporan tersebut
mengunakan formulir psikotropika yang ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas
dan diserahkan kepada IF Kota Semarang, copy kedua untuk arsip Puskesmas.
d. Laporan Triwulan Obat Generik
Membandingkan obat generik secara keseluruhan dengan obat asli
Indonesia. Contohnya: tensigard, hemorogard, hepagard.
Laporan obat generik dibuat tiap triwulan menggunakan formulir obat
generik yang ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan dibuat rangkap dua yang

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
40
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

selanjutnya diserahkan kepada IF Kota Semarang (asli) dan copy pertama untuk
arsip puskesmas.
e. Laporan Indikator Peresepan
Indikator peresepan dilaporkan setiap bulan kepada DKK Semarang. Fungsi
dari adanya laporan indikator peresepan adalah sebagai berikut :
1) Peresepan antibiotik tidak boleh lebih dari 30%
Penyakit yang menggunakan antibiotik sebagai indikator peresepan
diPuskesmas Padangsari ada 3 (tiga) :
a) ISPA non pneumonia dengan kode penyakit J06
b) Diare non spesifik dengan kode A09
c) Mialgia dengan kode M62
Resep yang ada kode tersebut dicatat dalam buku indikator peresepan untuk
mempermudah dalam membuat laporan peresepan setiap bulannya.
2) Untuk mengetahui kerasionalan dalam penulisan resep yaitu tidak boleh lebih
dari 3 (tiga) macam obat. Apabila dalam 1 (satu) resep lebih dari 3 (tiga)
macam obat maka bisa dikatakan resep tersebut tidak rasional atau
polifarmasi.
8. Pemusnahan Obat
Pemusnahan obat di Puskesmas Padangsari dilakukan 1 (satu) tahun 2 (dua)
kali. Pemusnahan harus disertai dengan laporan yaitu laporan obat ED / rusak,
berita acara pemusnahan obat, serta lampiran nama obat yang akan dimusnahkan.
Berkas tersebut dibuat dengan tembusan ke IF Kota Semarang. Pemusnahan obat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Obat dalam bentuk tablet, kapsul, dan salep dapat dimusnahkan dengan cara
ditanam / dikubur.
b. Untuk alat kesehatan (seperti spuit) dan limbah infeksius, proses
pemusnahannya dengan pihak ketiga.
Pemusnahan Resep di Puskesmas Padangsari dibendel menurut tanggal
kunjungan resep. Resep yang mengandung obat narkotika harus ditandai dengan
garis merah dibawah nama obatnya. Resep yang selama 3 (tiga) tahun disimpan
dapat dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar. Sebelum dikubur atau
dibakar, resep terlebih dahulu ditimbang, sedangkan resep yang mengandung obat
narkotika dihitung jumlahnya, disertai dengan berita acara pemusnahan
resepkemudian dihancurkan. Berita acara pemusnahan harus disebutkan hari dan
tanggal pemusnahan, serta berat resep yang dimusnahkan.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
41
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

3.6 Administrasi
Proses administrasi yang dilakukan di Puskesmas Padangsari antara lain
pencatatan, pelaporan dan pengarsipan semua sediaan farmasi. Segala bentuk
penerimaan obat dan perbekalaan farmasi dari IF Kota Semarang, DKK Semarang
dan pembelian secara langsung harus selalu di entry pada SIMPUS. From
penerimaan luar gedung terdiri dari : kode obat, nomor batch,tanggal kadaluarsa,
jumlah obat dan sumber. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menertibkan
pelaksanaan pelayanaan kefarmasiaan. Pengelolaan resep di puskesmas
menggunakan cara manual dan di jumlah tiap hari sesuai dengan pelayanaan
resep, kemudian dicatat dalam buku catatan harian dan direkap tiap bulan. Selain
itu juga, menggunakan sistem komputerisasi yaitu dengan SIMPUS agar lebih
mudah melakukan monitoring dan evaluasi dengan tepat dan benar.

3.7 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas Padangsari


3.7.1 Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan
Alur pelayanan resep pasien rawat jalan dari pasien datang sampai
mendapatkan obat dan Pelayanan Informasi Obat (PIO) yaitu, pertama pasien
datang masuk loket pendaftaran, untuk pasien yang memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Semarang dan BPJS tidak dikenai biaya dan untuk pasien yang
tidak mempunyai KTP Semarang dikenakan biaya. Kemudian pasien masuk ke
unit pelayanan kesehatan (BP umum, BP gigi, KIA, dan Laboratorium) sesuai
dengankeadaannya. Setelah itu pasien mendapatkan resep, resep kemudian masuk
ke ruang farmasi untuk mengambil obat yang diresepkan dan mendapatkan
PIO/konseling. Jika pasien tidak menerima resep berarti pasien diminta rujuk ke
rumah sakit. Resep yang masuk ke puskesmas kemudian dikelompokkan
berdasarkan jenis pelayanan yaitu gratis (warga Semarang dan BPJS) atau bayar.
Puskesmas Padangsari melayani resep pasien rawat jalan menggunakan
sistem distribusi obat Individual Patients System. Dimana ruang farmasi
menerima resep, melakukan skrining resep, menyiapkan dan menyerahkan obat
kepada pasien sesuai dengan permintaan dokter dilanjutkan dengan pemberian
informasi kepada pasien dan pemberian konseling bagi pasien yang
membutuhkan. Prosedur pelayanan resep di puskesmas sudah sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditentukan.
1. Penerimaan Resep

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
42
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Resep di puskesmas terbagi menjadi 4 warna sesuai dengan status pasien,


yaitu pasien berwarna putih (untuk pasien yang tidak memiliki KTP kota
Semarang dan KK Semarang (dikenai retribusi Rp. 5000,-),resep berwarna hijau
(untuk pasien yang memiliki KTP Semarang serta KK Semarang (umum)), resep
berwarna merah muda (BPJS pegawai negeri) dan kuning (BPJS swasta atau
mandiri). Selanjutnya, dilakukan skrining administratif (yang meliputi
kelengkapan administrasi resep), skrining farmasetik (yang meliputi kesesuaian
bentuk sediaan, dosis, stabilitas, cara dan lama pemakaian) dan skrining klinis
(meliputi efek samping obat, alergi, interaksi obat). Jika resep lolos dari tahapan
skrining tersebut maka obat dapat langsung disiapkan, sedangkan jika tidak lolos
pada tahapan skrining maka dilakukan konfirmasi ke dokter atau bidan yang
menulis resep dan pasien.
a. Pengambilan obat yang ditulis sesuai resep pasien
b. Peracikan obat untuk resep dengan permintaan obat yang dibuat serbuk atau
puyer
c. Resep dengan permintaan obat dalam kemasan, langsung disiapkan dan
dilayani.
Obat yang telah siap, kemudian diberi etiket. Obat yang digunakan atau
dikonsumsisecara oral diberi etiket putih, sedangkan obat yang digunakan untuk
pemakaian luar diberi etiket berwarna biru. Untuk sediaan obat dalam bentuk
larutan dan suspensi diberi tambahan “Kocok Dahulu”.
2. Penyerahan obat
Obat yang telah disiapkan sebelum diserahkan kepada pasien, diperiksa
kembali (double checking) terhadap nama, dosis, jenis, jumlah, cara pakai, nama
pasien, serta alamat pasien oleh apoteker. Dalam penyerahan obat oleh apoteker
dipastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya agar tidak
terjadi kesalahan dalam pemberian obat. Biasanya konfirmasi ulang kepada pasien
nama dan alamat pasien untuk memastikan lagi bahwa obat telah diserahkan pada
pasien yang bersangkutan. Pernyerahan obat disertai dengan pemberian informasi
dan konseling kepada pasien. Penyerahan obat di Puskesmas Padangsari
dilakukan oleh seorang apoteker, hal ini sesuai dengan PP No. 51 tahun 2009
yakni bahwa penyerahan obat di puskesmas harus dilakukan oleh seorang
apoteker.
3.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat disampaikan oleh apoteker, dengan memberikan
informasi yang meliputiaturan pakai obat, dosis, informasi khusus mengenai obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
43
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

tersebut yang dibutuhkan pasien baik indikasi, dosis, cara pemakaian, waktu
penggunaan obat, khasiat, kontraindikasi, interaksi obat dan lain-lain. Informasi
khusus diberikan atas hal yang ingin diketahui oleh pasien. Pasien yang diberi
pelayanan informasi obat di Puskesmas Padangsari adalah pasien yang menderita
penyakit Hipertensi. Apoteker Puskesmas Padangsari menjelaskan kepada pasien
penderita hipertensi tentang aturan minum obat hipertensi, cara menjaga tekanan
darah agar tetap normal dengan cara menghindari makanan yang tinggi garam,
beristirahat yang cukup, olahraga teratur, menghindari stress dan memperbanyak
minum air putih. Pelayanan informasi obat ini penting untuk menambah
kepatuhan pengobatan pasien. Pelayanan informasi obat biasanya dilakukan pada
saat obat diserahkan.
Apoteker Puskesmas Padangsari mempunyai peran untuk melakukan PIO.
Apoteker melakukan PIO setiap hari selama jam pelayanan berlangsung. PIO aktif
dapat dilakukan tiap kali penyerahan obat kepada pasien, dengan memberikan
informasi tentang nama obat, cara minum obat, khasiat obat dan efek samping
obat dengan dibantu dengan media etiket obat, sehingga membantu pasien agar
dapat mengkonsumsi obat dengan benar. PIO pasif dapat dilakukan jika pasien
sendiri menginginkan apoteker yang memberikan informasi tentang obat yang
diterimanya. PIO pasif jarang dijumpai, hal tersebut mungkin dikarenakan
kurangnya minat atau keinginan pasien untuk lebih mengetahui lagi tentang
pengobatannya ataupun pasien merasa pengobatan yang diterima sama dari waktu
ke waktu sehingga keinginan untuk menggali informasi tidak terlalu dipentingkan.
Terutama terjadi pada pasien yang menderita penyakit degeneratif. Pelayanan
Informasi Obat bertujuan agar terapi pengobatan dapat tercapai secara optimal.
Informasi yang diberikan pada saat PIO yaitu tentang cara penggunaan obat yang
benar, indikasi dan efek samping obat.
KASUS I
Seorang pasien dengan nama Tn. B, dengan usia 57 tahun, tinggi badan 165
cm, berat badan 80 Kg. Tn.B juga suka mengkonsumsi kopi. Tn.B melakukan
pemeriksaan di dokter dan diperoleh hasil pemeriksaan tensi pasien sebesar
140/90 mmHg . Dokter mendiagnosa hipertensi dan diberikan obat amlodipin 10
mg Tn. B akan menebus obat di instalasi farmasi. Setelah itu, Menanyakan
kepada apoteker tentang bagaimana pola hidup untuk pasien hipertensi.
Apoteker menjawab pertanyaan pasien Tn. B yakni pola hidup pasien
dengan hipertensi dengan olahraga yang teratur, mengurangi konsumsi makanan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
44
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

asin, memperbanyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengurangi konsumsi
kopi, melakukan diet seimbang untuk mengurangi berat badan.
3.7.3 Konseling Obat
Apoteker Puskesmas Padangsari juga memberikan konseling mengenai
penggunaan sediaan farmasi, pengobatan serta perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dan mencegah bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan yang salah dari sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya. Apoteker memprioritaskan kegiatan konseling terhadap pasien
lansia, pasien yang menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes
melitus, kolesterol, asam urat dan lain-lain serta pasien yang mendapat obat
dengan jenis yang banyak. Pasien yang mendapat konseling di Puskesmas
Padangsari adalah pasien lansia yang menderita hipertensi. Apoteker Puskesmas
Padangsari memberi konseling tentang aturan minum obat hipertensi, cara
menjaga tekanan darah agar tetap normal dengan cara menghindari makanan yang
tinggi garam, beristirahat yang cukup, olahraga teratur, menghindari stress dan
memperbanyak minum air putih.
KASUS I
Pasien dengan nama Tn. H berusia 61 tahun datang ke instalasi farmasi setelah
periksa ke dokter. Tekanan darah pasien yakni 160/100 mmHg. Dokter
memberikan resep amlodipin 10 mg (1x1), Pamol (3x1), vitamin B12 (2x1).
Apoteker memberikan konseling yakni untuk mengendalikan hipertensi pola
hidup dengan istirahat yang cukup, mengurangi makanan yang asin, olahraga
dengan teratur, mengonsumsi obat secara rutin, cek tensi secara berkala dan
jangan stres.
KASUS II
Pasien dengan nama Ny. E. Berusia 56 tahun datang ke instalasi farmasi setelah
periksa ke dokter. Tekanan darah pasien yakni 140/90 mmHg. Dokter
memberikan resep amlodipin 10 mg (1x1), vitamin B complex (1x1).
Apoteker memberikan konseling kepada pasien yakni untuk mengendalikan
hipertensi pola hidup dengan istirahat yang cukup, mengurangi makanan yang
asin , olahraga ringan dengan teratur, cek tensi secara berkala dan jangan stres.
3.7.4 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan suatu metode dalam mendapatkan pengobatan
dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi efektif dalam
merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinik yang baik di Puskesmas

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
45
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Padangsari. Farmakoekonomi diperlukan karena puskesmas merupakan salah satu


milik instalasi Pemerintah Daerah yang memiliki dana terbatas. Dimana hal yang
penting adalah bagaimana memberikan obat yang efektif dengan dana yang
tersedia, pengalokasian sumber daya yang tersedia secara efisien, kebutuhan
pasien, profesi pada pelayanan kesehatan (dokter, farmasis, perawat) dan
administrasi. Hal yang dipandang penting oleh pasien dari kesemuanya itu adalah
biaya. Indikator penting farmakoekonomi di puskesmas diukur dari keefektifan
pengobatan karena tidak dikenakan biaya (gratis) untuk pasien yang mempunyai
BPJS dan KTP Semarang. Sedangkan untuk pasien yang tidak mempunyai KTP
Semarang maka akan dikenakan biaya sebesar Rp 5.000,-. Puskesmas Padangsari
dari segi farmakoekonomi sudah efektif dan efisien, dengan tidak adanya
pembatasan dan perbedaan pemberian obat bagi pasien.
3.7.5 Promosi dan Edukasi Masyarakat Sekitar Melalui Penyuluhan dan
Poster
Apoteker harus berperan aktif dalam program promosi dan edukasi dalam
rangka pemberdayaan masyarakat. Apoteker Puskesmas Padangsari melakukan
kegiatan edukasi kesehatan terutama tentang obat dan penyakit melalui
penyuluhan yang dijadwalkan puskesmas ataupun permintaan penyuluhan kepada
lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain-lain. Kegiatan ini dapat
dilakukan di puskesmas sendiri ataupun di tempat lain, seperti posyandu lansia
dan balita. Selain melakukan penyuluhan program promosi dan edukasi dapat
diberikan lewat media leaflet, brosur, ataupun poster.
Mahasiswa memberikan penyuluhan pada waktu diadakan prolanis pada
tanggal 13 dan 14 Februari 2018 dengan memberikan penyuluhan melalui media
leaflet. Penyuluhan yang diberikan yaitu tentang Gema Cermat ( Gerakan
Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) karena banyak masyarakat yang masih
belum paham bagaimana cara menggunakan obat dengan tepat dan cara
menyimpan obat dengan tepat.
Beberapa pasien prolanis memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan
tema Gema Cermat, misalnya jika tidak mempunyai kotak obat, apakah boleh
menyimpan obat di kulkas. Sebaiknya menyimpan obat tdak didalam kulkas
karena suhu yang dingin dapat merusak stabilitas obat,kecuali suppositoria, ovula
dan vaksin. Jika tidak mempunyai kotak obat, sebaiknya obat disimpan pada
toples yang kering,tertutup rapat dan terhindar dari sinar matahari. Jika saya
terbiasa minum obat amlodipin 10 mg, tetapi pada saat obat saya habis,saya diberi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
46
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

obat amlodipin 5 mg, apakah tidak apa-apa jika saya minum dan bagaimana cara
penggunaannya. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah obat amlodipin 5 mg
boleh dikonsumsi dengan cara penggunaan diminum 1 x sehari 2 tablet pada
malam hari.
Pasien prolanis juga menanyakan tentang penggunaan antibiotik dengan
dosis tinggi menyebabkan rasa perih dilambungnya pasien. Kami menyarankan
pada pasien untuk segera memeriksakan ke dokter supaya mendapat penanganan
lebih lanjut

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Hasil PKPA mahasiswa di Puskesmas Padangsari Semarang mulai tanggal
15Februari s/d 28 Februari2018 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa PKPA di Puskesmas Padangsari telah dapat meningkatkan
pemahaman dan memperoleh gambaran nyata tentang peran, fungsi, posisi,
dan tanggung jawab apoteker.
2. Mahasiswa PKPA memperoleh bekal kemampuan profesional, wawasan,
pengetahuan managerial, pengalaman praktis dan keterampilan pengelolaan
perbekalan farmasi di Puskesmas, untuk mempersiapkan diri dalam
menjalankan profesi secara profesional untuk praktek di Puskesmas.
3. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya di
Puskesmas, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
dan penggunaan obat sudah berjalan dengan baik di Puskesmas Padangsari
telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Puskesmas Padangsari telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan
baik sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
5. Sistem pelaporan perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari telah
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sehingga
sudah terarah dengan baik.

4.2 Saran
Saran yang mungkin dapat dijadikan masukkan untuk Puskesmas
Padangsari yaitu :
1. Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari diharapkan
dapat dipertahankan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
2. Sebaiknya lebih dioptimalkan lagi kegiatan konseling, edukasi dan informasi
(KIE) kepada pasien tentang obat seperti cara pemakaian, frekuensi pemberian
dan cara penyimpanan obat yang benar demi tercapainya pengobatan yang
tepat dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Disediakan brosur dengan materi up to date dikalangan masyarakat yang dapat
diambil oleh pasien saat antre mengambil obat.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 47
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

DAFTAR PUSTAKA

Bogadenta, A. 2013. Manajemen Pengelolaan Apotek. D-Medika : Jakarta.


Cahyo, A. N. 2012. Tips Membuka Usaha Farmasi dan Alat – Alat Kesehatan.
D-Medika : Jakarta.
Makhfuldi dan Effendy, N. 2009 Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik dalam Keperawatan Jilid I. Penerbit Medika Salemba : Jakarta. Hal.
275 – 280.
Mangindara, Darmawansyah, Nurhayani dan Balqis. 2013. Analisis Pengelolaan
Obat di Puskesmas Kampala Kecamatan Sinjai Timur Kabupaten Sinjau
Tahun 2011. JurnalAKK Vol. 1 No.1 Hal. 1-55.
Permenkes RI. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian.Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Permenkes RI. 2014. Pusat Kesehatan Masyarakat.Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Permenkes RI. 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Pratama, N. R. 2011. Popularitas Dunia Famasi. Akademi Farmasi Putra
Indonesia : Malang.

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 48
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 1. Struktur Organisasi Puskesmas Padangsari

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 49
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 2. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 50
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 3. Lembar Usulan Pengadaan Obat dan BMHP (Bahan Medis


Habis Pakai) Bersumber Dana Jaminan Kesehatan Nasional

a) Lembar Usulan Pengadaan Obat Bersumber Dana Jaminan Kesehatan


Nasional

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 51
52
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

b) Lembar Usulan Pengadaan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)


Bersumber Dana Jaminan Kesehatan Nasional

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 4. Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 53
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 5. Laporan Pemberitahuan Pemusnahan Obat Rusak atau


Kadaluarsa

a) SuratPemberitahuan Obat Rusak Atau Kadaluarsa ke Dinas Kesehatan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 54
55
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

b) Laporan Berita Acara Serah Terima Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
56
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

c) Laporan Pemusnahan Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
57
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

d) Lampiran Berita Acara Pemusnahan obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 6. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 58
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 7. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropik

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 59
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 8. Laporan Penggunaan Obat Generik

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 60
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 9. Laporan Ketersediaan Obat dan Vaksin

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 61
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 10. Laporan Pelayanan Kefarmasian

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 62
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 11. Laporan Indikator Peresepan

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 63
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 12. Berita Acara Stock Opname

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 64
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 13. Brosur untuk Prolanis

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 65
66
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
67
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
68
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
69
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
70
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
71
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
72
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


15 Februari 2018 – 28 Februari 2018
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 14. Dokumentasi Kegiatan Prolanis

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 73
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 15. Jenis Lembar Peresepan dan Etiket Puskesmas Padangsari

a. Lembar Peresepan

b. Lembar Etiket

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 74
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 16. Ruang Farmasi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 75
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 17. Dokumentasi Kegiatan Meracik Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 76
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 18.Lembar Pelayanan Kefarmasian (PIO dan Konseling)

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 77
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 19. Dokumentasi Konseling dan PIO

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 78
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 20. Dokumentasi Posyandu Lansia dan Balita

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 79
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 21. Dokumentasi Senam Lansia dan Pegawai Puskesmas

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 80
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 22. Layout Tata Letak Gudang Farmasi Puskesmas Padangsari

II I VII VIII

RUANG
ampiran 15. Laporan Indikator Peresepan
TUNGG
U

III IX

KURSI TUNGGU KURSI TUNGGU

IV X

KURSI KURSI
TUNGGU TUNGGU

V
XI

XIII XII
VI TOILET TOILET
KARYAWAN PASIEN

LAPANGAN

TEMPAT PARKIR
KARYAWAN

VX
RUANG
AULA

KETERANGAN :
I : Loket Pendaftaran VI : Dapur
II : BP Umum VII : Ruang Farmasi
III : Ruang Kepala Puskesmas VIII : Ruang KIA
IV : Ruang TU IX : BP Gigi
V : Gudang Farmasi X : Laboratorium

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 81
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 23. Lembar Kartu Stock Obat

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 82
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 24. Dokumentasi Gudang Farmasi

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 83
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 25.Tempat Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Vaksin

a. Tempat Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika

b. Tempat Penyimpanan Vaksin

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 84
Laporan PKPA Puskesmas Padangsari Semarang Angkatan XXVI

Lampiran 26. Kegiatan Puskesmas Keliling

Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker


5 Februari 2018– 28 Februari 2018 85

Anda mungkin juga menyukai