Disusun Oleh :
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUSKESMAS PADANGSARI SEMARANG
PERIODE 15 – 28 FEBRUARI 2018
Disetujui oleh :
Pembimbing Akademik
Praktek Kerja Profesi Apoteker Pembimbing Lapangan
Dr. M. Caecilia Nanny S., M.Sc., Apt. Lusi Dwi P., S. Farm., Apt.
Mengetahui
Ketua Program Studi Profesi Apoteker Kepala
STIFAR “Yayasan Pharmasi Semarang” Puskesmas Padangsari Semarang
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian tugas dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas
Padangsari, periode 15 Februari - 28Februari 2018 yang berjalan dengan baik dan
lancar tanpa suatu kendala yang cukup berarti.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan sebagai salah satu
syarat dalam mencapai gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
(PSPA) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang” dan sebagai
latihan kerja farmasis dalam menghadapi dunia kefarmasian khususnya di
Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang langsung berhadapan
dengan pasien.
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dapat berjalan dengan baik
berkat bimbingan dan arahan serta bantuan baik moril maupun materil dalam
pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini tentu tidak lepas dari
kerjasama dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Endang Diyah Ikasari, M.Si., Apt.,selaku Ketua STIFAR “Yayasan
Pharmasi Semarang”.
2. Dra. Sri Haryanti, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker (PSPA) STIFAR “Yayasan Pharmasi Semarang”.
3. Dr. M. Caecilia Nanny Setiawati, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Padangsari Semarang
yang telah memberikan arahan, bimbingan, kritik, saran dan motivasi serta
dukungan dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.
4. dr. Julius Tjandra, selaku Kepala Puskesmas Padangsari yang telah
memberikan kesempatan dan kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
5. Lusi Dwi Purnowati, S.Farm., Apt., selaku Apoteker Puskesmas
Padangsari sekaligus kesediaannya sebagai pembimbing kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas yang telah memberikan bekal
ilmu selama kegiatan berlangsung, arahan, saran dan masukan dalam
penyusunan laporan ini.
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar Program Studi Profesi Apoteker (PSPA)
STIFAR “Yayasan Pharmasi Semarang” yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan tentang kefarmasian yang bermanfaat bagi penulis.
7. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Padangsari yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
8. Segenap keluarga, rekan semasa kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA), rekan seprofesi PSPA angkatan XXVI tahun 2017/2018, serta
semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan kegiatan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu, terima kasih atas doa restu, dorongan nasehat dan motivasi
yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menjalankan dengan baik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat, rahmat dan
karunia-Nya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan laporan ini,
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) ini, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dalam penyempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan
kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini memberikan manfaat bagi
pembaca pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker...................................................... 2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Profesi Apoteker.................................................... 3
BAB II TINJAUAN UMUM PUSKESMAS................................................. 4
2.1 Puskesmas.................................................................................................. 4
2.2 Struktur Organisasi Puskesmas.................................................................. 5
2.3 Tugas dan Fungsi Puskesmas.................................................................... 7
2.4 Program Pokok Puskesmas Padangsari..................................................... 9
2.5 Pengelolaan Sumber Daya Kefarmasian................................................... 9
2.5.1 Sumber Daya Manusia (SDM)...................................................... 9
2.5.2 Sarana dan Prasarana..................................................................... 11
2.5.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan.................................. 13
2.6 Administrasi .............................................................................................. 20
2.7 Peran dan Fungsi Apoteker di Puskesmas................................................. 20
2.7.1 Pelayanan Resep............................................................................ 20
2.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)................................................... 22
2.7.3 Konseling, Promosi dan Edukasi................................................... 23
2.7.4 Visite Pasien (Khusus Puskesmas Rawat Inap)............................. 24
2.7.5 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)...................................... 25
2.7.6 Pemantauan Terapi Obat (PTO).................................................... 25
2.7.7 Evaluasi Penggunaan Obat............................................................ 26
2.7.8 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap........................... 26
2.7.9 Farmakoekonomi........................................................................... 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Struktur Organisasi Puskesmas Padangsari............................................... 48
2. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)................... 49
3. Lembar Usulan Pengadaan Obat dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai) Bersumber Dana Jaminan Kesehatan Nasional.............................. 50
a. Lembar Usulan Pengadaan Obat Bersumber Dana Jaminan
Kesehatan Nasional .............................................................. 50
b. Lembar Usulan Pengadaan BMHP (Bahan Medis Habis Pakai)
Bersumber Dana Jaminan Kesehatan Nasional................................... 51
4. Lembar Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)............................................. 52
5. Laporan Pemberitahuan Pemusnahan Obat Rusak atau Kadaluarsa......... 53
a. Surat Pemberitahuan Obat Rusak Atau Kadaluarsa ke Dinas
Kesehatan .............................................................. 53
b. Laporan Berita Acara Serah Terima Obat............................................ 54
c. Laporan Pemusnahan Obat ..............................................................55
d. Lampiran Berita Acara Pemusnahan obat............................................. 56
6. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika........................................... 57
7. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropik......................................... 58
8. Laporan Penggunaan Obat Generik........................................................... 59
9. Laporan Ketersediaan Obat dan Vaksin.................................................... 60
10. Laporan Pelayanan Kefarmasian............................................................... 61
11. Laporan Indikator Peresepan..................................................................... 62
12. Berita Acara Stock Opname...................................................................... 63
13. Brosur Untuk Prolanis ..........................................................................64
14. Dokumentasi Kegiatan Prolanis................................................................ 72
15. Jenis Lembar Peresepan dan Etiket Puskesmas Padangsari...................... 73
16. Ruang Farmasi ..........................................................................74
17. Dokumentasi Kegiatan Meracik Obat....................................................... 75
18. Lembar Pelayanan Kefarmasian (PIO dan Konseling).............................. 76
19. Dokumentasi Konseling dan PIO.............................................................. 77
20. Dokumentasi Posyandu Lansia dan Balita................................................ 78
21. Dokumentasi Senam Lansia dan Pegawai Puskesmas............................... 79
22. Layout Tata Letak Gudang Farmasi Puskesmas Padangsari..................... 80
23. Lembar Kartu Stock Obat.......................................................................... 81
24. Dokumentasi Gudang Farmasi.................................................................. 82
25. Tempat Penyimpanan Narkotika, Psikotropika dan Vaksin...................... 83
26. Kegiatan Puskesmas Keliling.................................................................... 84
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS
2.1 Puskesmas
Definisi Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat Pasal 1, yang dimaksud dengan puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masayarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Secara nasional standar wilayah kerja
puskesmas adalah satu kecamatan, apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu Desa/Kelurahan atau
Dusun/Rukun Warga (RW).
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat, mampu menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian menyatakan bahwa Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota memberikan tanggung jawab kepada puskesmas dalam upaya
pembangunan kesehatan sesuai dengan kemampuannya. Puskesmas memiliki
tanggung jawab dalam upaya pengembangan kesehatan, sedangkan tanggung
jawab utama dalam pembangunan kesehatan di Wilayah Kabupaten atau Kota di
pegang kendali sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di puskesmas tidak luput dari
tujuan utama kegiatan tersebut antara lain sebagai acuan bagi Apoteker dan
Asisten Apoteker serta sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam pembinaan
pelayanan kefarmasian yang baik di puskesmas.
Puskesmas wajib mempunyai struktur organisasi sebagai penunjang
pelaksanaan upaya kesehatan. Tujuan dibentuk struktur organisasi sebagai
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Pasal 34 organisasi Puskesmas setidaknya
terdiri dari kepala puskesmas, kepala bagian sub tata usaha, penanggung jawab
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan keperawatan kesehatan masyarakat,
penanggung jawab Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), kefarmasian dan
laboratorium, dan penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
Kepala Puskesmas
Unit Jaringan
Fungsional Pelayanan
PKM PKM
Upaya Kese. Upaya Kese. Unit Pustu Unit Pusling Bidan Desa
Masyarakat Perorangan Komunitas
ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label obat, buku catatan pelayanan resep,
buku-buku referensi/standar sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang
ini diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika
memungkinkan disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.
3. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat digabungkan
dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku
catatan konseling,formulir jadwal konsumsi Obat (lampiran), formulir catatan
pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set
komputer.
5. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika
dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu
suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik.
Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan, setiap
fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat pemisahan yang
jelas antar fungsi.
b. Metode Epidemiologi
Merupakan kebutuhan obat berdasarkan pola dan frekuensi penyakit,
kemungkinan kenaikan kunjungan, safety stock dan lead time.
2. Permintaan atau Pengadaan Obat
Tujuan permintaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi adalah memenuhi
kebutuhan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi di Puskesmas sesuai
dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
Permintaan obatterdiri dari permintaan rutin dan permintaan khusus.
Permintaan rutin dilaksanakan sesuai jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan permintaan khusus dilakukan diluar jadwal distribusi.
Permintaan khusus dilakukan apabila :
a. Kebutuhan pelayanan meningkat
b. Obat yang dibutuhkan tidak tersedia di Instalasi Farmasi
c. Terjadi kejadian luar biasa
d. Obat rusak atau kadaluarsa
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di
bawahnya. Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh puskesmas. Penerimaan
obat dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa
oleh kepala puskesmas. Petugas penerima obat bertanggung jawab atas
pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan
obat berikut kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat juga
wajib melakukan pengecekan terhadap obat yang diserahterimakan, meliputi
kemasan, jumlah obat, bentuk sediaan obat, serta pemeriksaan lain yang
diperlukan sesuai dengan LPLPO, dan ditanda tangani oleh petugas penerima
serta diketahui oleh kepala puskesmas. Penerima obat juga dapat menolak jika
terdapat kekeliruan, kekurangan atau kerusakan pada obat. Keluar masuknya obat,
dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stock barang,
kemudian disusun sesuai dengan tempatnya (Permenkes RI 74,2016).
4. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan obat-obatan yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia serta mutunya tetap terjamin.
4) Pemusnahan Obat
2.6 Administrasi
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di puskesmas menyatakan bahwa
administrasi adalah rangkaianaktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipandalam
rangka penatalaksanaanpelayanankefarmasian yang tertib baik untuk sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah
untuk dimonitor dan dievaluasi. Administrasi untuk obat dan perbekalan
kesehatan meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian yaitu
perencanaan, pengadaan melalui permintaan obat ke Instalasi Farmasi (IF)
Kabupaten/Kota, penerimaan, penyimpanan menggunakan kartu stock atau
komputer, pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LPLPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan
pasien (Umum, Jamkesmas, Askes), penyimpanan bendel resep harian secara
teratur selama tiga tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita
acara. Kegiatan administrasi lain yaitu berupa pencatatan kesalahan pengobatan
(medication error), monitoring efek samping obat (MESO), medication record
(Permenkes 74, 2016).
penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor
Surat Izin Praktek (SIP), alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal
penulisanresep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur pasien, dan jenis kelamin pasien.
b. Pemeriksaankesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Pertimbangan klinik, seperti alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian
dosis.
d. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau
obatnya tidak tersedia.
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan
alat, dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan
fisik obat.
b. Peracikan obat.
c. Pemberian etiket warna putih untuk obat dalam / oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan
obat dalam bentuk larutan.
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis
dan jumlah obat.
b. Memanggil nama pasien dan memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
c. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosinya kurang stabil.
d. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat
dll (Permenkes 74, 2016).
2.7.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien(Permenkes RI 74,2016).
Tujuan:
1. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan
Obat (contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang
memadai).
3. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan yang dilakukan untuk Pelayanan Informasi Obat meliputi:
1. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
2. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,
surat atau tatap muka.
3. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
4. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
5. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Mengkordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan informasi
obat:
1. Sumber informasi Obat
2. Tempat
3. Tenaga
4. Perlengkapan
Tujuan:
1. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
2. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat
Kriteria Pasien:
1. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
2. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
3. Adanya multidiagnosis.
4. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
5. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
6. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang
merugikan.
Kegiatan:
1. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
2. Membuat catatan awal.
3. Memperkenalkan diri pada pasien.
4. Memberikan penjelasan pada pasien.
5. Mengambil data yang dibutuhkan.
6. Melakukan evaluasi.
7. Memberikan rekomendasi
2.7.7 Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan sesuai
indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional). Setiap kegiatan pelayanan
farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional. Standar
Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. SPO tersebut
diletakkan di tempat yang mudah dilihat(Permenkes RI 74,2016).
Tujuan:
1. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
2. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
2.7.8 Pelayanan Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap
Menurut Permenkes No. 75 Tahun 2014 pasal 25, Puskesmas non rawat
inap adalah Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolonganpersalinannormal. Pelayanan kesehatan rawat jalan meliputi
observasi, diagnosis, pengobatan, dan atau pelayanan kesehatan lainnya tanpa
dirawat inap. Sedangkan Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi
BAB III
PEMBAHASAN
naungan IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) dan TTK di ikut sertakan dalam seminar
dengan narasumber yang lebih senior dan sangat kompeten dibidangnya.
4. Penerimaan
Setiap penerimaan perbekalan farmasi dari Instalasi Farmasi Kota
Semarang, maka Puskesmas Padangsari menerima Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK). Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan terhadap jumlah, jenis, bentuk
sediaan, tanggal kadaluarsa, kondisi fisik dan nomor batch setiap barang
disesuaikan dengan SBBK. Penerimaan obat dilaksanakan oleh Lusi Dwi
Purnowati S. Farm., Apt, obat-obat yang diterima dicatat dan dibukukan pada
buku penerimaan obat dan kartu stok. Bersamaan dengan SBBK disertakan pula
berita acara penerimaan barang (serah terima obat). Form SBBK dan berita acara
serah terima obat.
5. Penyimpanan
Obat dan perbekalan farmasi yang telah diterima oleh puskesmas, kemudian
disimpan digudang obat puskesmas. Penyimpanan obat merupakan salah satu
indikator penting dalam sistem pengelolaan obat. Penyimpanan obat yang tepat
dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan akan dapat menjaga
keberlangsungan stock obat seperti yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Gudang obat di Puskesmas Padangsari terletak dibagian sisi kanan
bangunan dan tidak terlalu jauh dengan ruang farmasi. Letak gudang ini
mempermudah distribusi obat ke ruang farmasi sehingga dapat mempersingkat
waktu dalam pendistribusiannya.Form berita acara stok opname obat dan layout
letak gudang farmasi Puskesmas Padangsari dapat dilihat pada lampiran 3.
Gudang penyimpanan yang ada di Puskesmas Padangsari sudah memenuhi
beberapa persyaratan gudang yaitu:
a. Merupakan ruang tersendiri khusus untuk penyimpanan obat dan luasnya ±
4x6 meter dan berpintu ganda
b. Kering dan tidak lembab
c. Tidak terkena sinar matahari langsung
d. Lantai terbuat dari keramik dan terdapat alas papan (palet)
e. Dinding dicat dengan warna cerah (putih)
f. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda dan berteralis
g. Terdapat lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu
terkunci dan terjamin keamanannya
h. Terdapat pengukur suhu dan hygrometer ruangan
i. Terdapat AC untuk menjaga kestabilan obat.
Gudang penyimpanan Puskesmas Padangsari dapat dilihat pada Lampiran 4.
dicatat di dalam buku penerimaan dan kartu stock. Hal ini akan mempermudah
dalam melakukan kontrol persediaan obat dan perbekalan farmasi.
Pengaturan tata ruang gudang di Puskesmas Padangsari sudah baik yaitu
obat sudah ditata sesuai dengan alfabetis, bentuk kemasan, sediaan dan secara
FEFO dan FIFO serta penyusunan obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya
sudah tersusun dengan rapi.
6. Distribusi Obat
Perbekalan farmasi yang telah disimpan di gudang obat selanjutnya
didistribusikan di unit-unit pelayanan kesehatan puskesmas. Pendistribusian
perbekalan farmasi ditujukan agar bisa digunakan dan dimanfaatkan bagi
penderita yang sesuai dengan jenis penyakit atau keluhan yang dialami pasien
berdasarkan resep dokter. Biasanya proses distribusi obat dilakukan tiap satu
bulan sekali atau jika persediaan di tiap unit mengalami kekosongan.
Pendistribusian perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari yaitu di ruang
farmasi, yang selanjutnya didistribusikan ke ruang, Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Balai Pengobatan Umum, Balai Pengobatan Gigi, Laboratorium dan unit
penyakit tuberculosis. Pendistribusian keunit-unit dilakukan dengan menggunakan
buku bantu dengan format sederhana. Buku bantu tersebut berfungsi untuk
mencatat stok keluar dan masuk obat serta perbekalan farmasi pada tiap-tiap unit
tersebut.
Penyerahan obat ke pasien dilakukan dengan menggunakan resep. Resep
diterima pasien setelah menjalani pemeriksaan oleh dokter, kemudian pasien
meletakkan resep tersebut di kotak penerimaan resep. Apoteker melakukan
skrining resep, sedangkan tenaga teknis kefarmasian(TTK) yang menyiapkan
resep-resep tersebut. Setelah resep disiapkan, apoteker mengecek item obat dan
jumlah serta aturan pemakaian obat yang tertulis pada etiket. Sistem distribusi
obat yang dilakukan kepada pasien adalah individual prescription, karena dengan
sistem tersebut apoteker mempunyai kesempatan untuk berinteraksi langsung ke
pasien atau keluarga pasien untuk memberikan informasi mengenai obat dan
konseling.
Mahasiswa PKPA membantu mengerjakan resep, dimulai pada saat resep
diterima, melakukan skrining resep, mengecek jenis obat, jumlah dan aturan pakai
obat, mencocokkan nama sesuai dengan etiket serta mencocokkan alamat pasien.
Setelah semuanya sesuai dengan identitas pasien, obat diserahkan dengan
memberikan informasi mengenai cara minum obat yang benar kepada pasien serta
memberikan konseling kepada pasien dengan penyakit degeneratif.
selanjutnya diserahkan kepada IF Kota Semarang (asli) dan copy pertama untuk
arsip puskesmas.
e. Laporan Indikator Peresepan
Indikator peresepan dilaporkan setiap bulan kepada DKK Semarang. Fungsi
dari adanya laporan indikator peresepan adalah sebagai berikut :
1) Peresepan antibiotik tidak boleh lebih dari 30%
Penyakit yang menggunakan antibiotik sebagai indikator peresepan
diPuskesmas Padangsari ada 3 (tiga) :
a) ISPA non pneumonia dengan kode penyakit J06
b) Diare non spesifik dengan kode A09
c) Mialgia dengan kode M62
Resep yang ada kode tersebut dicatat dalam buku indikator peresepan untuk
mempermudah dalam membuat laporan peresepan setiap bulannya.
2) Untuk mengetahui kerasionalan dalam penulisan resep yaitu tidak boleh lebih
dari 3 (tiga) macam obat. Apabila dalam 1 (satu) resep lebih dari 3 (tiga)
macam obat maka bisa dikatakan resep tersebut tidak rasional atau
polifarmasi.
8. Pemusnahan Obat
Pemusnahan obat di Puskesmas Padangsari dilakukan 1 (satu) tahun 2 (dua)
kali. Pemusnahan harus disertai dengan laporan yaitu laporan obat ED / rusak,
berita acara pemusnahan obat, serta lampiran nama obat yang akan dimusnahkan.
Berkas tersebut dibuat dengan tembusan ke IF Kota Semarang. Pemusnahan obat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Obat dalam bentuk tablet, kapsul, dan salep dapat dimusnahkan dengan cara
ditanam / dikubur.
b. Untuk alat kesehatan (seperti spuit) dan limbah infeksius, proses
pemusnahannya dengan pihak ketiga.
Pemusnahan Resep di Puskesmas Padangsari dibendel menurut tanggal
kunjungan resep. Resep yang mengandung obat narkotika harus ditandai dengan
garis merah dibawah nama obatnya. Resep yang selama 3 (tiga) tahun disimpan
dapat dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar. Sebelum dikubur atau
dibakar, resep terlebih dahulu ditimbang, sedangkan resep yang mengandung obat
narkotika dihitung jumlahnya, disertai dengan berita acara pemusnahan
resepkemudian dihancurkan. Berita acara pemusnahan harus disebutkan hari dan
tanggal pemusnahan, serta berat resep yang dimusnahkan.
3.6 Administrasi
Proses administrasi yang dilakukan di Puskesmas Padangsari antara lain
pencatatan, pelaporan dan pengarsipan semua sediaan farmasi. Segala bentuk
penerimaan obat dan perbekalaan farmasi dari IF Kota Semarang, DKK Semarang
dan pembelian secara langsung harus selalu di entry pada SIMPUS. From
penerimaan luar gedung terdiri dari : kode obat, nomor batch,tanggal kadaluarsa,
jumlah obat dan sumber. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menertibkan
pelaksanaan pelayanaan kefarmasiaan. Pengelolaan resep di puskesmas
menggunakan cara manual dan di jumlah tiap hari sesuai dengan pelayanaan
resep, kemudian dicatat dalam buku catatan harian dan direkap tiap bulan. Selain
itu juga, menggunakan sistem komputerisasi yaitu dengan SIMPUS agar lebih
mudah melakukan monitoring dan evaluasi dengan tepat dan benar.
tersebut yang dibutuhkan pasien baik indikasi, dosis, cara pemakaian, waktu
penggunaan obat, khasiat, kontraindikasi, interaksi obat dan lain-lain. Informasi
khusus diberikan atas hal yang ingin diketahui oleh pasien. Pasien yang diberi
pelayanan informasi obat di Puskesmas Padangsari adalah pasien yang menderita
penyakit Hipertensi. Apoteker Puskesmas Padangsari menjelaskan kepada pasien
penderita hipertensi tentang aturan minum obat hipertensi, cara menjaga tekanan
darah agar tetap normal dengan cara menghindari makanan yang tinggi garam,
beristirahat yang cukup, olahraga teratur, menghindari stress dan memperbanyak
minum air putih. Pelayanan informasi obat ini penting untuk menambah
kepatuhan pengobatan pasien. Pelayanan informasi obat biasanya dilakukan pada
saat obat diserahkan.
Apoteker Puskesmas Padangsari mempunyai peran untuk melakukan PIO.
Apoteker melakukan PIO setiap hari selama jam pelayanan berlangsung. PIO aktif
dapat dilakukan tiap kali penyerahan obat kepada pasien, dengan memberikan
informasi tentang nama obat, cara minum obat, khasiat obat dan efek samping
obat dengan dibantu dengan media etiket obat, sehingga membantu pasien agar
dapat mengkonsumsi obat dengan benar. PIO pasif dapat dilakukan jika pasien
sendiri menginginkan apoteker yang memberikan informasi tentang obat yang
diterimanya. PIO pasif jarang dijumpai, hal tersebut mungkin dikarenakan
kurangnya minat atau keinginan pasien untuk lebih mengetahui lagi tentang
pengobatannya ataupun pasien merasa pengobatan yang diterima sama dari waktu
ke waktu sehingga keinginan untuk menggali informasi tidak terlalu dipentingkan.
Terutama terjadi pada pasien yang menderita penyakit degeneratif. Pelayanan
Informasi Obat bertujuan agar terapi pengobatan dapat tercapai secara optimal.
Informasi yang diberikan pada saat PIO yaitu tentang cara penggunaan obat yang
benar, indikasi dan efek samping obat.
KASUS I
Seorang pasien dengan nama Tn. B, dengan usia 57 tahun, tinggi badan 165
cm, berat badan 80 Kg. Tn.B juga suka mengkonsumsi kopi. Tn.B melakukan
pemeriksaan di dokter dan diperoleh hasil pemeriksaan tensi pasien sebesar
140/90 mmHg . Dokter mendiagnosa hipertensi dan diberikan obat amlodipin 10
mg Tn. B akan menebus obat di instalasi farmasi. Setelah itu, Menanyakan
kepada apoteker tentang bagaimana pola hidup untuk pasien hipertensi.
Apoteker menjawab pertanyaan pasien Tn. B yakni pola hidup pasien
dengan hipertensi dengan olahraga yang teratur, mengurangi konsumsi makanan
asin, memperbanyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengurangi konsumsi
kopi, melakukan diet seimbang untuk mengurangi berat badan.
3.7.3 Konseling Obat
Apoteker Puskesmas Padangsari juga memberikan konseling mengenai
penggunaan sediaan farmasi, pengobatan serta perbekalan kesehatan lainnya,
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dan mencegah bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan yang salah dari sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya. Apoteker memprioritaskan kegiatan konseling terhadap pasien
lansia, pasien yang menderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes
melitus, kolesterol, asam urat dan lain-lain serta pasien yang mendapat obat
dengan jenis yang banyak. Pasien yang mendapat konseling di Puskesmas
Padangsari adalah pasien lansia yang menderita hipertensi. Apoteker Puskesmas
Padangsari memberi konseling tentang aturan minum obat hipertensi, cara
menjaga tekanan darah agar tetap normal dengan cara menghindari makanan yang
tinggi garam, beristirahat yang cukup, olahraga teratur, menghindari stress dan
memperbanyak minum air putih.
KASUS I
Pasien dengan nama Tn. H berusia 61 tahun datang ke instalasi farmasi setelah
periksa ke dokter. Tekanan darah pasien yakni 160/100 mmHg. Dokter
memberikan resep amlodipin 10 mg (1x1), Pamol (3x1), vitamin B12 (2x1).
Apoteker memberikan konseling yakni untuk mengendalikan hipertensi pola
hidup dengan istirahat yang cukup, mengurangi makanan yang asin, olahraga
dengan teratur, mengonsumsi obat secara rutin, cek tensi secara berkala dan
jangan stres.
KASUS II
Pasien dengan nama Ny. E. Berusia 56 tahun datang ke instalasi farmasi setelah
periksa ke dokter. Tekanan darah pasien yakni 140/90 mmHg. Dokter
memberikan resep amlodipin 10 mg (1x1), vitamin B complex (1x1).
Apoteker memberikan konseling kepada pasien yakni untuk mengendalikan
hipertensi pola hidup dengan istirahat yang cukup, mengurangi makanan yang
asin , olahraga ringan dengan teratur, cek tensi secara berkala dan jangan stres.
3.7.4 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan suatu metode dalam mendapatkan pengobatan
dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi efektif dalam
merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinik yang baik di Puskesmas
obat amlodipin 5 mg, apakah tidak apa-apa jika saya minum dan bagaimana cara
penggunaannya. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah obat amlodipin 5 mg
boleh dikonsumsi dengan cara penggunaan diminum 1 x sehari 2 tablet pada
malam hari.
Pasien prolanis juga menanyakan tentang penggunaan antibiotik dengan
dosis tinggi menyebabkan rasa perih dilambungnya pasien. Kami menyarankan
pada pasien untuk segera memeriksakan ke dokter supaya mendapat penanganan
lebih lanjut
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Hasil PKPA mahasiswa di Puskesmas Padangsari Semarang mulai tanggal
15Februari s/d 28 Februari2018 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa PKPA di Puskesmas Padangsari telah dapat meningkatkan
pemahaman dan memperoleh gambaran nyata tentang peran, fungsi, posisi,
dan tanggung jawab apoteker.
2. Mahasiswa PKPA memperoleh bekal kemampuan profesional, wawasan,
pengetahuan managerial, pengalaman praktis dan keterampilan pengelolaan
perbekalan farmasi di Puskesmas, untuk mempersiapkan diri dalam
menjalankan profesi secara profesional untuk praktek di Puskesmas.
3. Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya di
Puskesmas, mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
dan penggunaan obat sudah berjalan dengan baik di Puskesmas Padangsari
telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Puskesmas Padangsari telah melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan
baik sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
5. Sistem pelaporan perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari telah
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sehingga
sudah terarah dengan baik.
4.2 Saran
Saran yang mungkin dapat dijadikan masukkan untuk Puskesmas
Padangsari yaitu :
1. Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi di Puskesmas Padangsari diharapkan
dapat dipertahankan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
2. Sebaiknya lebih dioptimalkan lagi kegiatan konseling, edukasi dan informasi
(KIE) kepada pasien tentang obat seperti cara pemakaian, frekuensi pemberian
dan cara penyimpanan obat yang benar demi tercapainya pengobatan yang
tepat dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
3. Disediakan brosur dengan materi up to date dikalangan masyarakat yang dapat
diambil oleh pasien saat antre mengambil obat.
DAFTAR PUSTAKA
a. Lembar Peresepan
b. Lembar Etiket
II I VII VIII
RUANG
ampiran 15. Laporan Indikator Peresepan
TUNGG
U
III IX
IV X
KURSI KURSI
TUNGGU TUNGGU
V
XI
XIII XII
VI TOILET TOILET
KARYAWAN PASIEN
LAPANGAN
TEMPAT PARKIR
KARYAWAN
VX
RUANG
AULA
KETERANGAN :
I : Loket Pendaftaran VI : Dapur
II : BP Umum VII : Ruang Farmasi
III : Ruang Kepala Puskesmas VIII : Ruang KIA
IV : Ruang TU IX : BP Gigi
V : Gudang Farmasi X : Laboratorium