Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTEK KERJA APOTEK (PKA)

APOTEK RUMAH SAKIT BERSALIN ANNISA


JL.GARUDA NO.66 TANGKERANG TENGAH MARPOYAN
DAMAI PEKANBARU
02 April – 28 April 2018

DISUSUN OLEH :

SUNDARI (1548402069)

RIZKI PARSIYATI (1548402060)

REZKI WULAN SEPTIANI (1548402058)


TRI REZKI ALFISAPURI (1548402070)

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

PRAKTEK KERJA APOTEK PRODI D-III ANAFARMA DI


RUMAH SAKIT BERSALIN ANNISA PEKANBARU
(02 April – 28 April 2018)

Laporan ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Program Studi
D-III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab

Disetujui Oleh

Pembimbing Lokasi PKA Pembimbing PKA


D-III Anafarma

(Murni Adisty Lucita, S.Farm.Apt) (Isna Wardaniati, M.Farm.Apt)


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Apotek ini Telah Diseminarkan di Hadapan Tim


Penguji Program Studi D-III Analis Farmasi dan Makanan Universitas
Abdurrab Pekanbaru Pada Tanggal 08 Mei 2018

Penguji I Penguji II

(Annisa Fauzana, M. Farm., Apt) (Isna Wardaniati, M. Farm., Apt)

Disahkan oleh:

Ketua Program Studi


D-III Analis Farmasi dan Makanan
Universitas Abdurrab Pekanbaru

(Ira Oktaviani RZ, M. Farm, Apt)


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan

Praktek Kerja Apotek (PKA) di Rumah Sakit Bersalin Annisa di Jalan Garuda No.

66 Tangkerang Tengah, Pekanbaru pada tanggal 02 April sampai dengan 28 April

2018 dan dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Apotek tepat pada

waktunya.

Dalam pembuatan laporan praktek kerja apotek, penulis banyak mendapat

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materi, moril, informasi,

maupun dari segi administrasi.

Oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ira Oktaviani RZ, M. Farm, Apt selaku ketua program Studi D-III Analis

Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab Pekanbaru.

2. Ibu Isna Wardaniati, M.Farm.,Apt selaku pembimbing PKA D-III Analis

Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab Pekanbaru.

3. Dr. H. Djasmudin jalal, MKM selaku Direktur Rumah Sakit Annisa.

4. Ibu Yanti Prihatini, SKp selaku Manager Operasional Rumah Sakit Annisa.

5. Murni Adisty Lucita, S.Farm.Apt,. dan Lestari Susanto, S.Farm.Apt selaku

apoteker Rumah Sakit Bersalin Annisa sekaligus pembimbing lapangan.

6. Semua staf atau karyawan Rumah Sakit Bersalin Annisa.

i
7. Ayah dan ibunda serta keluarga yang telah memberikan motivasi dan

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik kerja apotek.

8. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam PKA dan menyelesaikan

laporan ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang sebesar - besar nya atas

segala bantuan yang telah diberikan. Dalam laporan praktek kerja apotek ini,

penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari cara

penulisan maupun segi isi. Demi tercapainya kesempurnaan laporan praktek kerja

apotek ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca yang bersifat membangun. Demikian laporan praktek kerja lapangan

penulis sajikan, semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Pekanbaru, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Informasi Tentang Lahan ............................................................ 1
1.1.1 Rumah Sakit Bersalin Annisa.......................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Apotek ...................................................... 1
1.3 Manfaat Praktek Kerja Apotek .................................................... 3
BAB II KEGIATAN PRAKTIK KERJA APOTEK ................................ 3
2.1 Orientasi Intalasi Farmasi............................................................. 5
2.2 Apotek .......................................................................................... 5
2.3 Pengelolaan Apotek Rumah Sakit Bersalin Annisa ..................... 5
2.3.1 Pemesanan Obat ................................................................. 6
2.3.2 Penerimaan Obat ................................................................ 6
2.3.3 Penyimpanan Obat ............................................................. 9
2.3.4 Pencatatan Obat Narkotika dan Psikotropika ..................... 9
2.4 Distribusi Obat ........................................................................... 10
2.4.1 Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi) ........................ 11
2.4.2 Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi) ...................... 11
2.5 Resep .......................................................................................... 12
2.5.1 Salinan Resep (Copy resep) ............................................. 12
2.5.2 Resep yang memerlukan penanganan segera ................... 13
2.5.3 Resep yang dapat dan tidak dapat diulang ....................... 14
2.5.4.Resep yang mengandung Narkotika ................................. 14
2.6 Etiket .......................................................................................... 15

iii
2.7 Penggolongan Obat berdasarkan tanda Khusus ......................... 15
2.7.1 Penggolongan Obat berdasarkan pemakaian.................... 16
2.7.2 Berdasarkan Rute Penggunaan ........................................ 19
2.7.3 Berdasarkan Bentuk Sediaan ............................................ 19
2.8 Pengeluaran Obat di Apotek....................................................... 20
2.8.1 Pembelian Obat Dengan Resep ........................................ 20
2.8.2 Pembelian Obat Tanpa Resep ......................................... 20
2.9 Pengarsipan Resep ...................................................................... 21
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 23
5.1 Kesimpulan................................................................................. 23
5.2 Saran .......................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24
LAMPIRAN ................................................................................................ 25

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Logo Obat ............................................................................... 25

Lampiran 2. Peringatan Khusus pada Obat Bebas Terbatas ........................ 26

Lampiran 3. Copy Resep .............................................................................. 27

Lampiran 4. Kartu Stok ................................................................................ 28

Lampiran 5. Surat Pesanan ........................................................................... 29

Lampiran 6. Surat Pesanan Narkotika .......................................................... 30

Lampiran 7. Surat Pesanan Psikotropika ..................................................... 31

Lampiran 8. Surat Pesanan Obat-Obatan Tertentu ...................................... 32

Lampiran 9. Faktur Penjualan ...................................................................... 33

Lampiran 10. Etiket ...................................................................................... 34

Lampiran 11. Singkatan Resep .................................................................... 35

Lampiran 12. Tugas Resep ........................................................................... 37

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Obat Bebas ....................................................................... 25

Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas ......................................................... 25

Gambar 3. Logo Obat Keras ....................................................................... 25

Gambar 4. Logo Obat Psikotropika ............................................................ 25

Gambar 5. Logo Obat Narkotika ................................................................. 25

vvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Informasi Tentang Lahan

1.1.1 Rumah Sakit Bersalin Annisa

a. Sejarah

Tahun 1997 berdiri dengan nama “ Klinik dan Rumah Sakit

Bersalin Annisa “ dengan tujuan membantu masyarakat dalam bidang

kesehatan terutama dalam persalinan yang hadir dengan 3 kelas

perawatan namun pada pertengahan 2009 meningkat menjadi 10 unit

tempat tidur dan akhir 2009 menjadi 16 unit tempat tidur. Peningkatan

status terjadi pada 06 November 2011 yakni menjadi “ Rumah Sakit

Bersalin (RSB) Annisa” sehingga dengan beriringannya waktu jumlah

pasien meningkat. Pada tahun 2012 berkembang menjadi 25 unit tempat

tidur.

RSB Annisa adalah rumah sakit tipe C Khususnya bersalin yang

mulai dirintis sejak tahun 1996 dan mulai berjalan sebagai rumah sakit

bersalin sejak tahun 2012. Saat ini RSB Annisa menangani 2000 sampai

2400 pasien setiap tahunnya dengan omset rata - rata 350 juta rupiah.

Dengan melayani pasien umum, Dokter Gigi, Spesialis Kebidanan,

Spesialis Anak, Bidan dan Tenaga Medis yang profesional dibidangnya.

Saat ini RSB Annisa akan meningkatkan pelayanan menjadi rumah

sakit umum tipe B yang melayani masyarakat di Pekanbaru dan

sekitarnya.

1
b. Visi

Menjadi tempat pelayanan kesehatan yang profesional,

terjangkau dan islami bagi seluruh keluarga Indonesia.

c. Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan berorientasi kepada

kepuasan pelanggan.

2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan

meningkatkan pemberdayaan individu dalam menengani masalah

kesehatan.

3. Menjadikan semua kegiatan pelayanan bernilai spiritual.

4. Pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau semua lapisan

masyarakat.

d. Data pegawai di Rumah Sakit Bersalin Annisa terdiri dari dokter

spesialis 5 orang, dokter umum 6 orang, bidan atau perawat 21 orang,

penunjang medis 10 orang, penunjang non medis 9 orang.

e. Dokter di Rumah Sakit Bersalin Annisa terdiri dari dokter umum,

dokter gigi, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis

anak, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis internis, dan dokter

spesialis bedah.

f. Fasilitas ruangan di Rumah Sakit bersalin Annisa terdiri dari UGD,

apotek, laboratorium, KB dan imunisasi, kamar operasi, kamar

pemulihan, poli klinik umum dan spesialis, ruang bersalin, ruang

perawatan, rawat jalan, dan rawat inap.

2
1.2 Tujuan Praktik Kerja Apotek

Adapun tujuan dilaksanankan Praktik Kerja Apotek yang dilaksanankan

di Apotek Rumah Sakit Bersalin Annisa adalah sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan jurusan prodi D-III Analis

Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab.

2. Mampu memahami dan mempraktikkan secara langsung standar

pelayanan kefarmasian di apotek

3. Mampu melaksanakan peran, fungsi dan kompetensi ahli farmasi yaitu

pelayanan kefarmasian di apotek meliputi identifikasi resep, perencanaan

dan melaksanakan peracikan obat yang tepat

4. Untuk mengetahui penyimpanan dan tata cara penyusunan obat yang benar

5. Untuk mengetahui tugas dan fungsi sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Apotek

Adapun manfaat dilaksanankan Praktik Kerja Apotek yang dilaksanakan di

Apotek Rumah Sakit Bersalin Annisa adalah sebagai berikut:

1. Dapat memahami standar pelayanan apotek

2. memiliki kemampuan dasar sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian seperti

identifikasi resep, perencanaan dan peracikan obat, menulis etiket, copy

resep dan sutat pesanan.

3. Dapat mengetahui berbagai macam sediaan obat dan alat kesehatan yang

tersedia di apotek

3
4. Dapat meningkatkan wawasan keilmuan tentang situasi dalam dunia kerja

sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian

4
BAB II

KEGIATAN PRAKTIK KERJA APOTEK

2.1 Orientasi Intalasi Farmasi

Orientasi Instalasi Farmasi dilakukan pada saat pertama datang ke

RSB Annisa. Adapun yang dimaksudkan orientasi instalasi farmasi ini

adalah untuk mengenal lingkungan instalasi farmasi. Kegiatan yang

dilakukan antara lain perkenalan dengan para karyawan Instalai Farmasi,

mengetahui tata letak obat yang ada di Instalasi Farmasi dan turun

langsung dalam setiap kegiatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi.

Pada hari pertama mahasiswa PKA mendapatkan penjelasan tentang

instalasi farmasi dan peraturan yang berlaku di RSB Annisa dari apoteker

pengelola instalasi farmasi tersebut. Dalam hal ini setiap mahasiswa PKA

harus mematuhi peraturan yang berlaku yang telah ditetapkan di Instalasi

Farmasi tersebut dan bekarja sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.

2.2 Apotek

a. Pengertian apotek

Apotek merupakan salah satu tempat tertentu unruk melakukan

pekerjaan kafarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.1027 tahun 2004 apotek

adalah tempat tertentu, tempat dilakukan kefarmasian dan penyaluran

5
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009

apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kafarmasian oleh Apoteker ( Syamsuni, 2006: 7: Keputusan Menteri

Kesehatan, 2004: Peraturan Pemerintah RI, 2009)

2.3 Pengelolaan Apotek Rumah Sakit Bersalin Annisa

2.3.1 Pemesanan Obat

Pemesanan obat berdasarkan pada jenis obat yang sudah

habis dari jumlah minimum obat pada hari sebelumnya. Banyaknya

jumlah pemesanan barang tergantung pada banyaknya kebutuhan.

Barang-barang yang akan dipesan tersebut ditulis pada buku

orderan, barang-barang yang kosong tersebut dipesan oleh apoteker

maupu asisten apoteker dengan sepengetahuan apoteker melalui

Surat Pesanan (SP). Pemesanan dilakukan melalui Pedagang Besar

Farmasi (PBF) yang menjual obat tersebut. SP obat ini dibuat

rangkap tiga dengan tiga warna yaitu warna putih (asli) diserahkan

kepada PBF obat yang akan dipesan, warna pink dan kuning

ditinggalkan di apotek. Pada saat pemesanan barang juga

dinyatakan tanggal kadaluarsanya. Apotek Annisa mempunyai

empat SP obat yaitu SP obat golongan narkotika, psikotropika,

prekursor, obat keras, dan obat bebas.

6
a. Pemesanan Narkotika

Apotek Rumah Sakit mendapatkan obat narkotika dari PBF

Kimia Farma sebagai distribusi tunggal yang ditetapkan oleh

pemerintah. Pemesanan dilakukan dengan :

 Menggunakan surat pesanan narkotika rangkap empat

ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.

 Dilengkapi dengan nomor SIK/SIPA serta stempel

apotek. Pemesanan narkotika dalam satu lembar surat

pesanan adalah satu item (satu jenis obat) dan dibuat

rangkap empat dengan warna yang berbeda-beda.

 Warna putih (asli) dikirim ke PBF.

 Warna merah (copy) diserahkan ke Dinkes Provinsi.

 Warna kuning (copy) untuk arsip apotek.

 Warna biru (copy) untuk arsip apotek.

SP narkotika tersebut masing-masing untuk dinas

kesehatan, BPOM general manager perdagangan/

penanggung jawab narkotika Kimia Farma dan arsip

apotek.

7
b. Pemesanan Psikotropika

Untuk memesan barang atau golongan psikotropika surat

pemesanan psikotropika terdiri dari dua rangkap :

 Rangkap pertama berwarna putih untuk PBF.

 Rangkap dua warna merah muda untuk arsip apotek.

c. Pemesanan Obat Bebas dan Obat Keras

Untuk pemesanan obat bebas dan obat keras, apotek

menyertakan SP yang berisi nama obat dan jumlah obat yang

dipesan. SP dibuat rangkap dua:

 Putih (asli) untuk PBF.

 Merah muda (copy) untuk arsip apotek.

d. Pemesanan Obat Prekursor

SP obat prekursor ini berisi obat golongan prekursor

(jumlah dan nama obatnya).

2.3.2. Penerimaan Obat

Obat yang datang lansung diterima oleh apoteker atau asisten

apoteker. Penugasan akan memeriksa obat yang datang dan

disesuaikan dengan SP kemudian diperiksa nama sediaan, jumlah,

dosis, expire date dan kondisi sediaan. Setelah pemeriksaan selesai

faktur ditanda tangani oleh Apoteker dan diberi stempel apotek. Jika

obat yang datang tidak sesuai dengan SP atau ada kerusakan fisik

maka obat dikembalikan atau ditukar ke PBF yang bersangkutan.

8
2.3.3 Penyimpanan Obat

Obat yang datang kemudian diterima dan di input ke dalam

sistem komputer dan dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal

penambahan atau pengurangan jumlah barang yang diisi atau ambil,

sisa obat dan paraf petugas yang melakukan penambahan atau

pengurangan obat. Kartu stok diletakkan pada masing-masing obat.

Obat-obat generik disimpan pada lemari khusus obat generik

dan disusun secara alfabetis. Obat-obat paten disimpan pada lemari

khusus dan disusun secara alfabetis. Obat-obat sirup, suspensi, drops,

injeksi atau cairan infusa Pada lemari khusus dan disusun secara

alfabetis berdasarkan bentuk sediaan. Untuk salep, krim, tetes mata,

tetes telinga, dan gel disimpan pada lemari khusus dan disusun secara

lafabetis dan obat juga disimpan berdasarkan sifat Farmakologi

(Khasiat obat).

Obat narkotika dan psikotropika disimpan didalam lemari

khusus yang tidak mudah dijangkau orang dan harus dalam keadaan

terkunci. Obat yang khusus pada suhu dingin dan sejuk disimpan

didalam lemari pendingin sesuai suhunya. Semua obat disimpan pada

kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan obat. alat

kesehatan disimpan di lemari khusus.

9
2.3.4. Pencatatan Obat Narkotika dan Psikotropika

Pelaporan di apotek Rumah Sakit Bersali Annisa terdiri atas

pelaporan obat narkotika, psikotropika, dan prekursor. dalam hal ini

meskipun obat tersebut tidak digunakan dalam jangka waktu 1 bulan

tetapi harus tetap dilaporkan. Pelaporan terbagi 2 macam yaitu:

a. Pelaporan secara online

Pelaporan secara online yaitu penggunaan narkotika dan

psikotropika dilakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan

Narkotika dan Psikotropika) apoteker setiap bulan menginput data

penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP lalu

setelah data diinput data tersebut di import ( paling lama sebelum

tanggal 10 bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan

pemakaian narkotika dan psikotropika untuk bulan bersangkutan

( nomor urut, nama bahan atau sediaan, satuan, persediaan awal

bulan). Arsip tersebut langsung dilaporkan oleh apoteker ke dinas

kesehatan setempat.

b. Pelaporan secara Langsung

Pelaporan secara langsung yaitu pelaporan penggunaan

narkotika dan psikotropika. Apoteker setiap bulan menginput dan

penggunaan narkotika dan psikotropika melalui SIPNAP (Sistem

Pelaporan narkotika dan psikotropika) apoteker setiap bulan

menginput data narkotika dan psikotropika oleh apoteker ke Balai

POM (paling lama sebelum tanggal 10 bulan berikutnya).

10
Laporan meliputi laporan narkotika dan psikotropika untuk bulan

bersangkutan (nomor urut, nama bahan atau sediaan, satuan,

persediaan awal bulan).

2.4 Distribusi Obat

Distribusi obat di RSB Annisa terbagi menjadi dua sistem yaitu:

2.4.1. Sistem Pelayan Terpusat (Sentralisasi)

Sentalisasi merupakan sistem pendistribusian perbekalan

farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi.

Pada sentralisasi seluruh perbekalan farmasi setiap unit pemakaian

baik kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dari pusat

pelayanan farmasi, desentralisasi di RSB Annisa adalah apotek.

Resep dari dokter dikirim oleh perawat kepada apoteker/tenaga

teknis kefarmasian, kemudian resep diproses dan obat disiapkan

untuk didistribusikan kepada pasien.

2.4.2 Sistem Pelayana Terbagi (Desentralisasi)

Desentralisasi merupakan sistem pendistribusian perbekalan

farmasi yang mempunyai cabang didekat perawat unit atau

pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi atau

satelit farmasi. Sistem desentralisasi di RSB Annisa adalah IGD,

ruang bedah, ruang bersalin, poli anak, laboratorium, dan balai

pengobatan khusus BPJS. Pada desentralisasi penyimpanan dan

pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh

11
pusat pelayana farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung

jawab terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi yang

ada di depo farmasi.

2.5 Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seseorang dokter

kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) untuk menyiapkan dan

atau membuat, meracik, serta menyerahkan obat kepada pasien. Yang

berhak menulis resep adalah dokter, dokter gigi, dan dokter hewan

(Syamsuni, 2006 : 10).

Resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap. Jika resep tidak

jelas atau tidak lengkap apoteker harus menanyakan kepada dokter

penulis resep tersebut. Resep yang lengkap harus memenuhi hal-hal

sebagai berikut:

 Nama, alamat, dan nomor izin praktek dokter, dokter

gigi, dan dokter hewan.

 Tanggal penulisan resep.

 Tanda R pada bagian kiri setiap penulisan resep.

 Nama setiap obat dan komposisinya.

 Aturan pemakaian obat yang tertulis.

 Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12
 Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk

resep dokter hewan.

 tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang melebihi

dosis maksimalnya ( Syamsuni. 2006: 11).

2.5.1. Salinan resep (copy resep)

Salinan resep adalah salinan tertulis dari suatu resep.

salinan resep selain memuat semua keterangan yang termuat

dalam resep asli harus memuat pula:

 Nama dan alamat apotek

 Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek

 Tanda tangan atau paraf apoteker pengololah apotek

 Tanda det = detur untuk obat yang sudah diberikan

atau tanda ne = det = ne detur untuk obat yang belum

diberikan

 Nomor resep dan tanggal pembuatan

 Harus ada ppc = pro copy conform

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep atau merawat penderita-penderita yang bersangkutan, petugas

lain yang berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Arief, 2008 : 16)

13
2.5.2. Resep yang Memerlukan Penanganan Segera

Dokter menulis dibagian kanan atas resep : Cito, Statim, Urgent =

segera, Periculum In Mora (PIM) yang artinya berbahaya dila ditunda.

Resep yang harus dilayani dahulu adalah PIM, Urgen, Statim, Cito

(Anief, 2008 : 16).

2.5.3. Resep yang dapat atau tidak dapat diulang

Jika dokter menghendaki agar resepnya dapat diulang, maka dalam

resep ditulis kata interliteretur dan berapa kali resep boleh diulang.

Misalnya tertulis iter 3x artinya resep dapat dilayani sebanyak 1+3 kali =

4 kali ( Syamsuni, 2006: 11).

Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa

sepengetahuannya diulang, dokter akan menulis tanda Ne Iteretur (N.I)

artinya tidak boleh diulang. Jadi resep yang tidak boleh diulang ialah

resep yang mengandung obat narkotika atau obat lain yang ditetapkan

oleh Menkes c.q. Dirjen POM. Harus dengan resep baru ( Anief, 2008:

16).

2.5.4. Resep yang Mengandung Narkotika

Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak

boleh ada iterasi (ulangan); ditulis nama pasien tidak boleh m.i = mihi

ipsi = untuk dipakai sendiri, alamat pasien dan aturan pakai (signa) yang

jelas, tidak boleh ditulis sudah tahu pakainya (usus cognitus) (Anief,

2008: 16).

14
Resep yang mengandung narkotika ini tidak boleh diulang, tetapi

harus dengan resep baru. Resep-resep ini harus disimpan terpisah dari

resep lainnya (Syamsuni, 2006: 11).

2.6 Etiket

Penyerahan obat perbekalan kesehatan dibidang farmasi atas dasar resep

harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk obat dalam dan obat

luar dengan warni biru. Pada etiket harus dicantumkan:

 Nama dan alamat apotek

 Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek

 Nomor dan tanggal pembuatan

 Nama pasien

 Aturan pemakaian

 Tanda lain yang diperlukan misalnya : Kocok Dulu, Tidak Boleh

Diulang Tanpa Resep Dokter (Anief, 2008: 19).

2.7 Penggolongan Obat Berdasarkan Tanda Khusus

a. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dijual bebas dan tidak berbahaya,

masyarakat dapat menemukannya sendiri tanpa pengawasan dokter.

Obat bebas tersebut dalam kemasan asli dan pabrik dengan disertai

lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Contoh : Vitamin C, Dexamethason,

Parasetamol, dan lain-lain.

15
b. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas diperoleh dari apotek. Dalam bungkus asli dan

pabrik dengan disertai lingkaran berwarna biru sesuai tanda obat bebas

terbatas. Disamping itu ada tanda peringatan dan nomor P. Nomor 1- 6.

Obat yang termasuk dalam golongan obat terbatas (daftar W) yaitu obat

keras dengan batasan tertentu kandungan zat berkhasiat dan harus ada

tanda peringatan (P) dan boleh dijual bebas.

c. Obat Keras

Obat keras adalah semua obat yang mempunyai takaran/dosis

maksimum (DM) atau yang tercantum dalam daftar obat keras yang

ditetapkan oleh pemerintah. Pada kemasan obat ini terdapat tanda

lingkaran merah dan garis tepi hitam huruf K yang menyentuh garis

tepi.

d. Obat Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika baik alamiah

maupun sintetis yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas

pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika termasuk obat keras.

Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Psikotropika Golongan I : Hanya digunakan untuk kepentingan

pengembangan iptek dan tidak untuk pengobatan potensi

ketergantungan sangat kuat. Contoh : MDMA (Metilen Dioksi

Metampetamin), Pilosin, mescalin.

16
2. Psikotropika Golongan II : Untuk kepentingan iptek dan untuk

pengobatan. Potensi ketergantungan kuat. Contoh : Amfetamin,

Fenetilina.

3. Psikotropika Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan banyak digunakan dala terapi dan untuk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan

sindrom ketergantungan. Contoh : Amobarbital, flunitrazepam,

siklobarbital.

4. Psikotropika Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat

pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk

tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Diazepam, alprazolam,

fenobarbital.

5. Obat Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik

sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan yaitu :

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan

dalam terapi. Serta mempunyai potensi sangat tinggi

17
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, kokain,

ganja.

2. Golongan II : Narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi

dan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Contoh : metadon, morfin, opium, petidin.

3. Golongang III : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan,

banyak digunakan dalam terapi, dan untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Kodein,

garam-garam narkotika.

e. Obat Prekursor

Prekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan

kimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk

keperluan proses produksi Industri Farmasi atau produk antara

keperluan rumahan dan produk jadi yang mengandung efedrin,

pseudoefedrin, norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin,

ergometrin, atau potassium permanganate.

18
3.7.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Pemakaian

a. Obat Dalam

Obat dalam adalah obat yang dimasukkan (ditelan) masuk melalui

kerongkongan lalu kelambung. Obat dalam dipakai secara oral

(hisap/ditelan). Contoh : Tablet, kapsul, dan sirup.

b. Obat Luar

Obat luar adalah obat yang tidak digunakan melalui mulut, secara

umum dipakai pada permukaan luar tubuh. Obat luar dapat dipakai

melalui permukaan kulit dengan mengoleskan. Contoh : Salep, krim,

dan injeksi.

3.7.2 Berdasarka Rute Penggunaan

a. Melalui oral/peroral (ditelan)

b. Melalui rektal (anus/dubur)

c. Secara parenteral/injeksi (pembuluh darah)

d. Secara inhalasi (di hidung atau di mulut)

e. Penggunaan topikal (pada permukaan kulit)

f. Membran selaput lendir/mukosa (mata, hidung, telinga, vagina)

g. Implantasi (ditanam dibawah kulit)

3.7.3 Berdasarkan Bentuk Sediaan

1. Padat (serbuk, pil, tablet, kapsul, suppositoria)

2. Setengah padat (krim, salep, gel, pasta, dan sabun)

3. Cairan (larutan, elixir, sirup, emulsi, suspensi, infusa, injeksi, inhalasi,

irigasi).

19
2.8. Pengeluaran Obat di Apotek

Pengeluaran obat di apotek RSB Annisa terbagi menjadi 2 yaitu:

2.8.1. Pembelian Obat Dengan Resep

Apoteker/AA menerima resep dari tenaga medis kemudian obat

diinput ke komputer kemudian petugas meracik atau mengambil obat

sesuai dengan resep. Kasir mengonfirmasikan harga obat kepada

pasien, Setelah pasien membayar obat yang telah disetujui oleh kasir

menyerahkan struk kepada pasien bukti pembayaran. Setelah obat

disiapkan dan diberi etiket, petugas memeriksa kembali kesesuaian

obat dengan resep kemudian memberikan informasi dosis, cara

pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan kepada pasien.

Resep kemudian disimpan untuk diarsipkan, untuk obat yang kurang

atau diambil sebagian maka petugas membuatkan salianan resep.

Pembelian obat golongan narkotika da psikotropika dilakukan

berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung obat golongan

narkotika diberi tanda garis merah dibawah nama obatnya dan dicatat

nomor resep, tanggal penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan

alamat dokter serta jumlah obat. Apotek tidak boleh megulang

penyerahan obat narkotika dan psikotropika atas dasar salinan resep

apotek lain, salinan resep harus diambil di apotek yang menyimpan

resep asli.

20
2.8.2 Pembelian Obat Tanpa Resep

Pelayanan obat ini dilakukan atas permintaan langsung dari pasien,

biasanya terdiri dari Obat Wajib Apotek (OWA) yang diberikan

langsung dari tanpa resep dokter. Apoteker/AA terlebih dahulu

bertanya kepada pasien mengenai keluhan yang dirasakan, kemudian

memberikan beberapa pilihan obat yang bisa digunakan. setelah

pasien setuju obat langsung dibayar oleh pasien dan uang pembayaran

obat tanpa resep diserahkan kekasir.

2.9. Pengarsipan Resep

Pengarsipan resep adalah penyimpanan resep asli dan copy resep yang

telah dilayani di Apotek RSB Annisa. Pengarsipan resep dikelompokkan

berdasarkan tanggal resep, lalu dibuat bundelan perbulan kemudian diurutkan

tanggal dan nomor resep. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penelusuran

resep. Untuk resep narkotika dan psikotropika dibundel dan disimpan

tersendiri.

21
Ada 4 jenis bundelan resep :

1. Obat Narkotika dan Psikotropika

2. Obat Bebas

3. Obat Bebas Terbatas

4. Obat Keras

22
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari kegiatan Praktek Kerja Apotek yang telah kami

lakukan di RSB Annisa, pengolahan apotek RSB Annisa meliputi pemesanan

obat, penerimaan obat, dan pendistribusian obat di RSB Annisa sudah sesuai

dengan SOP dan undang-undang tentang obat-obatan No 35 tahun 2009.

1.2 Saran

Sebelum melakukan Praktek Kerja Apotek (PKA) mahasiswa harus

melakukan pembekalan ilmu-ilmu tentang kefarmasian dan kode etik farmasi,

sehingga (PKA) bisa berjalan lancar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh.2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta

Syamsuni, H. 2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Kesehatan . Jakarta

24
Lampiran 1. Logo Obat

Obat bebas adalah obat-obat yang dijual


belikan secara bebas karena dalam
penggunanya tidak memebahayakan
masyarakat dan dapat digunakan sendiri
tanpa pengawasan dokter. Contoh:
bodrexin, inzana, oralit.

Obat Bebas Terbatas adalah golongan


obat dalam jumlah tertentu penggunaannya
aman tetapi bila terlalu banyak akan
menimbulkan kurang enak. Pemakaiannya
tidak perlu dibawah pengawasan dokter.
Contoh: intunal, chlorpeniramin maleat.

Obat keras adalah obat yang hanya dapat


diperoleh dengan resep dokter. Obat ini
hanya boleh dijual di apotek dan dengan
resep dokter pada saat membelinya.
Contoh: golongan antibiotik, ambroxol.
Psikotropika adalah zat atau obat yang
dapat menurunkan aktifitas otak atau
merangsang susunan saraf pusat. Contoh:
amfetamin, diazepam
Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menimbulkan pengaruh bagi mereka
yang menggunakannya. Contoh: codein,
cafein, morfin.

Generik adalah obat dengan nama generik


nama resmi yang telah ditetapkan
farmakope indonesia dan WHO untuk zat
yang berkhasiat yang dikandungnya.
Contoh: omeprazole, lansoprazole.

Gambar 1. Contoh Logo Obat

25
Lampiran 2. Peringatan Khusus pada Obat Bebas Terbatas

P no. 1 P no. 4
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Bacalah aturan memakainya Hanya untuk dibakar
P no. 2 P no. 5
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk kumur, jangan ditelan Tidak boleh ditelan
P no. 3 P no. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian luar badan Obat wasir, jangan ditelan

Gambar 2. Contoh Peringatan Khusus pada Obat Bebas Terbatas

26
Lampiran 3. Copy Resep

Gambar 3. Copy Resep

27
Lampiran 4. Kartu Stok

Gambar 4. Kartu Stok

28
Lampiran 5. Surat Pesanan

Lampiran 5. Surat Pesanan

29
Lampiran 6. Surat Pesanan Narkotika

Gambar 6. Surat Pesanan Narkotika

30
Lampiran 7. Surat Pesanan Psikotropika

Gambar 7. Surat Pesanan Psikotropika

31
Lampiran 8. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

Gambar 8. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu

32
Lampiran 9. Faktur Penjualan

Gambar 9. Faktur Penjualan

33
Lampiran 10. Etiket

Etiket Obat Dalam Etiket Luar

Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Bersalin Annisa
Rumah Sakit Bersalin Annisa
Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653 Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653
No: tgl:
No: tgl:
Nama: Tablet
Nama:
X Sehari Capsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan
OBAT LUAR

Etiket Obat Sirup

Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Bersalin Annisa
Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653
No: tgl:
Nama: Sendok makan
X Sehari Sendok teh
Sendok Obat
Sebelum/Sesudah makan

Gambar 9. Contoh Etiket

34
Lampiran 11. Singkatan Resep

Singkatan Kepanjangan Keterangan

a.c Ants.coenam Sebelum makan

Add Adde Tambahkan

C Cohlear Sendok makan

Caps Capsula Kapsul

Cth Colear Sendok the

Dd De die Tiap hari

Det Detur Diserahkan

d.id Da in dimino Berikan setengahnya

d.t.d Da tales dosis Berikan sekian takaran

Gtt Guttae Tetes

Inf Infusum Infusa

Mf Misce fac Campur dan buatlah

p.c Post coenam Sesudah makan

P.i Periculum in mora Berbahaya bila ditunda

s.ue Signa usus externum Tanda obat luar

Tab Tablet Tablet

Vesp Vespere Sore

Gambar 10. Singkatan Resep

35
RIZKI PARSIYATI

36
Lampiran 12. Tugas Resep

Resep 1

 Kekurangan Resep

 Tanggal resep

 No. resep

 Umur pasien

 Terjemahan Resep

 R/ = Recipe = ambillah

 S = Signa = tanda

37
 dd = De die = setiap hari

 S. u. e = signa usum exsternum = untuk pemakaian luar

 Syr = Sirup

 3 = tiga

 5 = lima

 I = satu

 Farmakologi Obat

 Isprinol syr

K : Methisoprinol 500 mg; 250 mg/ml

In : Imunomodulator untuk Virus dan defisiensi system

imun

Es : Ruam kulit atau gatal, rasa lelah atau lesu, dan

diare

Ds : Dws dan anak: 50 mg/kg BB/ hari dalam 3-4

dosis terbagi, dapat ditingkatkan s/d 100 mg/kg

BB/hari dalam 4-6 dosis terbagi; Pengobatan

dilanjutkan 1-2 hari setelah gejala penyakit

mereda.

 Zamel syr

K : Vit A 2.000 iu Tiamin 5 mg, riboflavin 2mg

In : Pencegahan dan pengobatan defisiensi vit/mineral

pada anak dalam masa pertumbuhan

38
DS : Anak 1-3 tahun; sehari 1x2,5 ml, 4-6 tahun; sehari

1x5 ml, >6 tahun; sehari 1x7,5ml

 Bufect Forte syr

K : Ibuprofen 100 mg/5 ml suspensi; 200 mg/5ml

susp. forte; 200 mg tablet salut

In : Meringankan nyeri pada penyakit gigi atau

pencabutan gigi, nyeri kepala, nyeri setelah

operasi, dan menurunkan demam

Ds : Harus diminum setelah makan, dosis yang

dianjurkan; 3-4x sehari, dewasa: 2 sdtk suspensi/1\

sdtk susp.forte/1 tablet. anak-anak: 20 mg/kg

BB/harisuspensi/susp. fortedalam dosis terbagi, 1-2

tahun: ¼ tablet, 3-7 th; ½ tablet.

 Tremenza syr

K : Psudoefedrine HCL 60 mg (30 mg), triprolidin

HCL 2.5 mg (1.25) tiap tablet (5 ml sirup)

In : Meringankan gejala flu karena alargi pada sal

nafas atas yang memerlukan dekongestan dan

antihistamin

Ds : Sehari 3-4x. Dws dan anak 12 th atau lebih: 1

tablet atau 2 sdtk; anak 6-12 th, ½ tablet atau 1

sdtk; 2-5 th, ½ sdtk

 Spuit 3 cc

39
 Cara Kerja

 Ambil 1 botol isprinol sirup, beri etiket warna putih.

 Ambil 1 botol zamel sirup, beri etiket warna putih.

 Ambil 1 botol Bufect forte sirup, beri etiket warna putih.

 Ambil 1 botol Tremenza sirup, beri etiket warna putih.

 Etiket

Isprinol syr Zamel syr

Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Bersalin Annisa Rumah Sakit Bersalin Annisa
Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653 Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653
No: tgl: No: tgl:
Nama: Sendok makan Nama: Sendok makan
2 X Sehari 4 cc Sendok teh 1 X Sehari 5 cc Sendok teh
Sendok Obat Sendok Obat
Sebelum/Sesudah makan Sebelum/Sesudah makan

Bufect forte syr Tremenza syr

Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Bersalin Annisa Rumah Sakit Bersalin Annisa
Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653 Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653
No: tgl: No: tgl:
Nama: Sendok makan Nama: Sendok makan
3 X Sehari 3 cc Sendok teh 3 X Sehari 3 cc Sendok teh
Sendok Obat Sendok Obat
Sebelum/Sesudah makan Sebelum/Sesudah makan

40
 Copy Resep

RUMAH SAKIT BERSALIN ANNISA


Jl Garuda No. 66 Tangkerang Tengah Marpoyan Damai Pekanbaru
Telepon (0761)848652, 085264596519

Copy Resep

Dokter : dr Dewi Shandi Laila Sp.A

Tanggal resep : -

No. resep :-

Nama pasien : Wan naufal

Umur :-

R/ Isprinol syr I
S 2 dd 4 cc (7 hari)
det
R/ Zamel syr I
S1 dd 5 cc
det
R/ Bufect Forte syr I
S 3 dd 3 cc
det
R/ Tremenza syr I
S 3 dd 3 cc
det
R/ Spuit 3 cc
s.u.e
det

Pcc

Ttd

41
Resep 2

 Kekurangan Resep

 No. resep

 Terjemahan Resep

 R/ = Recipe = Ambillah

 S = Signa = Tanda

 dd = De die = Setiap hari

 Cth = Cochlear these = Sendok the

 Mf = Misca Fac = Campur, buatlah

42
 dtd = Denture tales dosis = Berikanlah dengan takaran

 Pulv = Pulvis = Serbuk

 No = Nomero = Jumlah

 XV = Lima belas

 2 = Dua

 I = Satu

 Farmakologi Obat

 Cefixim syr

K : Cefixim 100 mg 15 ml

In : Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

yang sensitif

Es : Gastrointestinal, reaksi hifersensitivitas, perubahan

pada flora bakteri , defisiensivitamin

Ds : Dws; sehari 2x1,5-3 mg; Anak-anak; 10-15

ml/kg/hari

 Parasetamol syr

K : Parasetamol 120 mg/ml

In : Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala

dan menurunkan demam

Es : Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat

menyebabakan kerusakan hati.

Ds : 0-1 tahun; ½ sendok takar 3-4x sehari, 1-2 tahun;

1 sendok takar 3-4x sehari, 2-6 tahun; 1-2 sendok

43
takar 3-4x sehari, 6-9 tahun; 2-3 sendok takar 3-4x

sehari, 9-12 tahun; 2-4 sendok takar 3-4x sehari,

atau sesuai petunjuk dokter.

 Ambroxol

K : Ambroxol Hidroklorida 30 mg/5 mg/5 ml sirup

In : sebagai sekretolitik yang dapat mempermudah

pengeluaran sekret yang kental dan lengket

didalam saluran pernafasan.

Ds : Dws dan anak diatas 12 tahun sehari 2-3x 1 tablet,

Anak 6-12 tahun sehari 2-3x ½ tablet.

 Tremenza

K : Psudoefedrine HCL 60 mg (30 mg), triprolidin

HCL 2.5 mg (1.25) tiap tablet (5 ml sirup)

In : Meringankan gejala flu karena alargi pada sal

nafas atas yang memerlukan dekongestan dan

antihistamin

Ds : Sehari 3-4x. Dws dan anak 12 th atau lebih: 1

tablet atau 2 sdtk; anak 6-12 th, ½ tablet atau 1

sdtk; 2-5 th, ½ sdtk

 Dexamethason

K : Dexamethaso 0,5 mg

In : Rhinitis alergi, dermatitis kontak, penyakit serum,

karditis reumatik akut

44
Es : saluran pencernaan, dermatologi, sistem saraf,

gangguan cairan, dan elektrolit, reaksi

hifersensitivitas.

Ds : Sehari awal 0,75-9 mg. Anak-anak < 1 tahun: 0.1

0,25 mg; 1-5 tahun: 0,25-1,0 mg; 6-12 tahun: 0.25

2 mg.

 CTM

K : Klorfeniramin Maleat 4 mg per kaplet

In : Sebagai antihistamin pada penyakit elergi seperti

hay fever, urtikaria, eksim, reaksi onat.

Es : Pusing, gangguan koordinasi, Mual, muntah, dan

ngantuk,

Ds : Anak 6-12 tahun: 3-4x sehari ½ kaplet, Dewasa: 3-

4x 1 kaplet.

 Perhitungan Dosis

 Ambroxol ½ x 15 = 7,5 tablet

 Tremenza ½ x 15 = 7,5 tablet

 Dexamethason ½ x 15 = 7,5 tablet

 Ctm ½ x 15 = 7,5 tablet

 Cara Kerja

 Ambil 1 botol cefixim sirup, beri etiket warna putih.

 Ambil 1 botol parasetamol sirup, beri etiket warna putih.

45
 Ambil ambroxol 7,5 tablet, tremenza 7,5 tablet, dexamethason 7,5

tablet, ctm 7,5 tablet gerus masukkan dalam lumpang, gerus

sampai homogen, beri etiket warna putih.

 Etiket

Cefixcim syr Parasetamol syr

Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi


Rumah Sakit Bersalin Annisa Rumah Sakit Bersalin Annisa
Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653 Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653
No: tgl: No: tgl:
Nama: Sendok makan Nama: Sendok makan
2 X Sehari 1 Sendok teh 4 X Sehari 11/2 Sendok teh
Sendok Obat Sendok Obat
Sebelum/Sesudah makan Sebelum/Sesudah makan

Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Bersalin Annisa
Jl. Garuda No. 66 Telp. (0761) 848653
No: tgl:
Nama: Tablet
3 X Sehari 1 Capsul
Bungkus
Sebelum/Sesudah makan

46
 Copy resep

RUMAH SAKIT BERSALIN ANNISA


Jl Garuda No. 66 Tangkerang Tengah Marpoyan Damai Pekanbaru
Telepon (0761)848652, 085264596519

Copy Resep

Dokter : dr. Agung Sp.A

Tanggal resep : 06/03/2018

No. resep :-

Nama pasien : Ratu syakira

Umur : 5 tahun

R/ Cefixim syr I
S 2 dd 1 cth (habiskan)
det
R/ Parasetamol syr I
S4 dd 1 ½ cth
det
R/ Ambroxol tab ½
Tremenza tab ½
Dexamethason tab ½
Ctm tab ½
M.f pulv dtd No XV
S 3 dd 1 pulv
det

Pcc

Ttd

47

Anda mungkin juga menyukai