Disusun Oleh :
Khaerul Umam, S.Farm 1061921044
Titis alfiyah Tahrir, S.Farm 1061922084
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
DI PUKESMAS KARANGDORO SEMARANG
Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Apoteker pada
Program Studi Profesi Apoteker
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang
Disetujui oleh :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker Kepala
STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang Pukesmas Karangdoro Semarang
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tim penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hikmat, dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktek kerja program studi profesi apoteker di Puskesmas Karangdoro
Semarang. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Apoteker di
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar–besarnya kepada :
1. apt. Dr. Sri Haryanti, M.Si., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan
Pharmasi Semarang.
2. apt. Dr. Endang Diyah Ikasari, M.Si., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang.
3. apt. Tris Harni Pebriani, M.Pharm.Sci., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, masukkan, arahan, dan motivasi yang
sangat bermanfaat bagi penulis selama praktek kerja ini berlangsung.
4. dr. Wahyudi selaku Kepala Puskesmas Karangdoro yang telah memberikan
kesempatan dan kesediaannya kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
5. apt. Dyah Yantiningrum, S.Farm., selaku Apoteker Puskesmas Karangdoro
sekaligus pembimbing lahan atas kesediaannya kepada penulis untuk
melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA).
6. Seluruh staf Puskesmas Karangdoro Semarang yang telah banyak memberikan
bantuan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA).
7. Segenap keluarga, rekan sesama kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
serta semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Karangdoro Semarang periode 15 Desember – 28
Desember 2020
Kami berharap Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan hasil yang
baik dan bermanfaat sehingga dapat menjadi panduan dalam menghadapi persaingan
dan lingkungan kerja yang semakin penuh tantangan di masa yang akan datang.
Semoga Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan dalam penyusunan, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat
membangun dalam penyempurnaan laporan ini sangat penulis harapkan.
Atas perhatian, dukungan, bantuan, serta kerjasama dari pembaca kami ucapkan
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.2. Tujuan.............................................................................................................2
1.3. Manfaat...........................................................................................................3
2.7. Administrasi..................................................................................................22
2.8.4. Farmakoekonomi...................................................................................25
3.1. Seleksi...........................................................................................................31
3.2. Perencanaan..................................................................................................31
3.3. Pengadaan.....................................................................................................32
3.4. Penerimaan....................................................................................................33
3.5. Penyimpanan.................................................................................................33
3.6. Distribusi.......................................................................................................36
3.8.3. Visite......................................................................................................48
4.1. Kesimpulan...................................................................................................51
4.2. Saran.............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................52
LAMPIRAN................................................................................................................54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Pukesmas Karangdoro.............................................................5
Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Karangdoro...............................................6
Gambar 3. Struktur Pelayanan.......................................................................................7
Gambar 4. Alur Pelayanan Pasien.................................................................................9
Gambar 5. Kartu Berobat.............................................................................................28
Gambar 6. Skema Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi Puskesmas Karangdoro....31
Gambar 7. Penandaan Label Warna Kadaluwarsa......................................................34
Gambar 8. Contoh penandaan label yang mendekati ED pada obat...........................34
Gambar 9. Label Penandaan LASA dan HIGH ALERT...........................................35
Gambar 10. Lemari Penyimpanan Obat TB................................................................36
Gambar 11. Lemari Pendingin: (a) Vaksin, (b) Obat Luar dan Injeksi.......................36
Gambar 12. Alur Pelayanan Resep di Ruang Farmasi................................................38
Gambar 13. Tampilan Awal SIMPUS.........................................................................39
Gambar 14. Tampilan Pemberian Obat.......................................................................39
Gambar 15. Tampilan Tambah Obat Jenis Baru.........................................................39
Gambar 16. Tampilan Menu Daftar Obat....................................................................40
Gambar 17. Tampilan Penerimaan Obat.....................................................................40
Gambar 18. Tampilan Penerimaan Obat Luar Gedung...............................................40
Gambar 19. Tampilan Pemusnahan Obat....................................................................41
Gambar 20. Tampilan Return Obat.............................................................................41
Gambar 21. Tampilan Pencariam Obat Pasien............................................................42
Gambar 22. Tampilan Form Rekap Dalam Gedung....................................................42
Gambar 23. Tampilan Form Rekap Data Kunjungan Resep.......................................42
Gambar 24. Contoh Form PIO Pasien 1......................................................................45
Gambar 25. Contoh Form PIO Pasien 2......................................................................46
Gambar 26. Pelaksanaan Promosi Kesehatan..............................................................47
Gambar 27. Leaflet Promkes Herbal Terapi Asam Lambung.....................................48
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pusat Kesehatan
Masyarakat Karangdoro Semarang adalah agar mahasiswa PKPA STIFAR
Yayasan Pharmasi Semarang :
1. Memahami peraanan tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek
pelayanan kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan
dan etika farmasi yang berlaku dan dalam bidang kesehatan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami sistem manajemen pengelolaan perbekalan
farmasi di Puskesmas meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, dan distribusi.
3. Mengetahui dan memahami alur pelayanan kesehatan di puskesmas
khususnya di ruang farmasi.
1.3. Manfaat
Manfaat dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Pusat Kesehatan
Masyarakat Karangdoro Semarang adalah agar mahasiswa PKPA STIFAR
Yayasan Pharmasi Semarang :
BAB II
TINJAUAN TEMPAT PKPA
2.1. Sejarah dan Latar Belakang Pukesmas Karangdoro
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masayarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Secara nasional standar wilayah kerja
Puskesmas adalah satu kecamatan, apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu Desa/Kelurahan atau
Dusun/Rukun Warga (RW).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian menyatakan bahwa Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota memberikan tanggung jawab kepada Puskesmas dalam upaya
pembangunan kesehatan sesuai dengan kemampuannya. Puskesmas memiliki
tanggung jawab dalam upaya pengembangan kesehatan, sedangkan tanggung
jawab utama dalam pembangunan kesehatan di Wilayah Kabupaten atau Kota di
pegang kendali sepenuhnya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.
Terlaksananya pelayanan Kefarmasian yang bermutu di Puskesmas tidak luput
dari tujuan utama dari kegiatan tersebut antara lain sebagai acuan bagi Apoteker
dan Asisten Apoteker serta sebagai pedoman bagi Dinas Kesehatan dalam
pembinaan pelayanan kefarmasian yang baik di Puskesmas.
Struktur organisasi minimal di puskesmas menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 34 ayat 2 terdiri dari kepala puskesmas,
kepala sub bagian tata usaha, penanggung jawab Upaya Kesehatan Masyarkat
(UKM) dan keperawatan kesehatan masyarakat, penanggung jawab Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP), kefarmasian, dan laboratorium serta
penanggung jawab jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan (Depkes RI, 2014). Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas
adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun
warga (RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional
bertanggung jawab langsung kepada dinas kabupaten atau kota (Depkes RI,
2006).
Puskesmas Karangdoro berdiri pada tahun 1985 terletak di Jalan Raden
Patah, Kota Semarang. Sebelum pemberian nama Karangdoro, dahulu bernama
Puskesmas Kaligawe yang berada di Jalan Sumur Umbul 78, masyarakat umum
menyebutnya dengan sebutan posis, karena berseberangan dengan pos penjaga
zaman dahulu. Ketika pindah ke Jalan Raden Patah, puskesmas memiliki fasilitas
yang sudah cukup lengkap untuk melaksanakan pelayanan kesehatan primer
diantaranya sudah tersedia fasilitas rawat inap, selain itu poli gigi, poli umum,
poli lansia, KIA, ruang MTBS dan gizi, ruang promkes dan konseling,
laboratorium, ruang bersalin, serta IGD.
Puskesmas Karangdoro memiliki luas daerah kerja 373,25 Ha. Puskesmas
Karangdoro mempunyai tiga Kelurahan Binaan yaitu Kelurahan Rejomulyo yang
terdiri dari 7 RW, Mlatibaru terdiri dari 9 RW, Kemijen terdiri dari 11 RW.
Letaknya yang strategis membuatnya mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.
RGD
Konsultasi Gizi Laboratorium Konsultasi
Sanitasi
Konsultasi
Ruang Bersalin Ruang
Dokter
Perawatan
Persalinan
Rujuk Rumah Ruang
Sakit Farmasi
Ruang
nifas
Puas
Adminitrasi Unit Pengaduan
Pasien Pulang
Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
dengan pelayanan kefarmasian, sedangkan prasarana adalah tempat fasilitas dan
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Dalam
upaya mendukung pelayanan kefarmasian di puskesmaas diperlukan sarana dan
prasarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
Puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap,
jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien, serta yang diperlukan
untuk menunjang pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang
memiliki fungsi :
a. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, satu meja dan
keranjang untuk letak kartu pasien. Ruang Penerimaan Resep ditempatkan pada
bagian paling depan dan hendaknya mudah terlihat oleh pasien Puskesmas.
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan (Produksi Sediaan Secara Terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Diruang peracikan
disediakan alat peracikan, timbangan obat, air mineral untuk pengencer, bahan
pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruang, blanko salinan resep, etiket
dan label obat, buku catatan pelayanan resep, buku referensi/standar sesuai
kebutuhan, dan alat tulis. Ruangan diatur agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi
udara jika memungkinkan disediakan pendingin ruangan (AC).
c. Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran obat. Ruangan Penyerahan Obat dapat juga
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
d. Ruang Konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,
buku referensi, leaflet, alat bantu konseling, buku catatan konseling, formulir
jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan pasien, dan satu set
komputer.
e. Ruang Penyimpaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperature,
kelembaban, ventilasi, pencahayaan yang cukup, pemisahan untuk menjamin
mutu produk dan keamanan petugas. Ruang penyimpanan yang baik perlu
dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari
f. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai serta pelayanan kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan persyaratan dan teknik
managemen yang baik (Peraturan Menteri Kesehatan, 2016).
3) Metode Kombinasi
Metode ini menutupi kelemahan kedua metode sebelumnya. Diharapkan
dapat meminimalisir kekurangan dari masing-masing metode pendahulunya
(Bogadenta, 2013).
b. Permintaan atau Pengadaan Obat
Permintaan atau pengadaan obat merupakan suatu kegiatan pengumpulan
dalam rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan di Puskesmas. Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan
obat di masing-masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit di
wilayah kerjanya (Permenkes 30, 2014). Menurut Peraturan Pemerintah No. 74
Tahun 2016, tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
adalah memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan
diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat
(Permenkes 74, 2016).
Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas
adalah obat essensial yang jenis dan itemnya telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN).
Berdasarkan UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan PP No.72 Tahun 1999
tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, maka penyediaan obat
hanya boleh dilakukan oleh seorang Apoteker. Oleh sebab itu Puskesmas tidak
diperkenankan melakukan pengadaan obat secara sendiri-sendiri. Permintaan
obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan
oleh kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala
Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit (Permenkes
74, 2016).
Pengadaan dibuat dengan cara, membuat surat pesanan berupa LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang dibuat oleh apoteker
dan ditandatangani oleh kepala Puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat 5
rangkap, 3 lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, 1 lembar untuk
gudang farmasi, dan 1 lembar untuk arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap akhir
bulan dan permintaan barang akan diterima setiap awal bulan.
Permintaan obat terdiri dari permintaan rutin dan permintaan khusus.
Permintaan rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan permintaan khusus dilakukan di luar
jadwal distribusi. Permintaan khusus dilakukan apabila :
1) Kebutuhan pelayanan meningkat.
2) Obat yang dibutuhkan tidak tersedia di Instalasi Farmasi.
3) Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
4) Obat rusak dan kadaluwarsa.
Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir LPLPO yang
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, selanjutnya diproses
oleh UPOPPK Kabupaten/Kota. Data yang diperlukan untuk membuat LPLPO,
yaitu :
1) Data pemakaian obat periode sebelumnya.
2) Jumlah kunjungan resep.
3) Data penyakit.
4) Frekuensi distribusi obat.
5) Sisa stok.
c. Penerimaan
Obat yang berbentuk cairan, larutan, atau injeksi pada umumnya tidak
stabil dan mudah rusak karena sinar matahari. Agar obat tidak mudah rusak
karena pengaruh sinar matahari, sebaiknya jendela-jendela di ruangan
penyimpanan obat diberi gorden.
3) Temperatur
Beberapa obat seperti krim, salep, dan suppositoria sangat sensitif terhadap
suhu panas, karena dapat meleleh, sehingga penyimpanannya harus dihindarkan
dari udara panas. Cara mencegah kerusakan yang disebabkan oleh panas, antara
lain ruangan harus memiliki ventilasi, exhouse atau dapat dipasang Air
Conditioner (AC).
4) Kontaminasi
Kontaminasi merupakan terjadinya pengotoran atau pencemaran terhadap
sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, bahan baku obat atau wadah obat akibat
masuknya mikroorganisme dari luar seperti bakteri atau jamur. Wadah obat yang
digunakan harus selalu bersih dan tertutup rapat guna mencegah adanya
kontaminasi bakteri atau jamur.
5) Pengotor
Ruangan yang kotor dapat mengundang hewan pengerat dan serangga yang
kemungkinan dapat merusak obat, etiket dapat menjadi kotor dan sulit terbaca,
oleh sebab itu ruangan seharusnya dibersihkan setiap hari.
e. Distribusi obat
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan subunit/satelit
farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan Sediaan Farmasi subunit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah
kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Subunit di
Puskesmas dan jaringannya, antara lain :
Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas.
1) Puskesmas pembantu.
2) Puskesmas keliling.
3) Posyandu.
4) Polindes.
Berikut adalah macam-macam distribusi obat kepada pasien yaitu :
1) Unit Dose Dispensing (UDD)
farmasis, perawat) dan administrasi. Hal yang dipandang penting oleh pasien dari
kesemuanya itu adalah biaya. Indikator penting farmakoekonomi di Puskesmas
diukur dari keefektifan pengobatan karena tidak dikenakan biaya (gratis) untuk
pasien yang mempunyai BPJS dan KTP Semarang, sedangkan untuk pasien yang
tidak mempunyai KTP Semarang maka akan dikenakan biaya sebesar Rp 5.000,-.
2.8.5. Pelayanaan Promosi dan Edukasi Masyarakat Sekitar Melalui
Penyuluhan dan Poster
Apoteker harus berperan aktif dalam program promosi dan edukasi dalam
rangka pemberdayaan masyarakat. Apoteker dapat melakukan kegiatan edukasi
kesehatan terutama tentang obat dan penyakit melalui penyuluhan yang
dijadwalkan Puskesmas ataupun permintaan penyuluhan kepada lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain-lain. Kegiatan ini dapat dilakukan di
Puskesmas sendiri ataupun di tempat lain, seperti posyandu lansia dan balita.
Selain melakukan penyuluhan program promosi dan edukasi dapat diberikan
lewat media leaflet, brosur, ataupun poster.
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR Setiawan#3387986700007#25-12-1995#Gigi#23-12-2020
Sebagai contoh :
Kegiatan PKPA diawali dengan pembekalan materi dari Program Studi Profesi
Apoteker STIFAR Yayasan Pharmasi Semarang serta pemberian arahan oleh
Apoteker Puskesmas Karangodoro sebagai pembimbing lapangan.
Apoteker sesuai dengan fungsinya melakukan kagiatan manajerial dan farmasi
klinik. Kegiatan yang dilakukan oleh seorang apoteker di puskesmas mencakup tugas
manajemen farmasi yaitu melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
serta beberapa tugas farmasi klinik oleh apoteker di Puskesmas Karangdoro, sebagai
berikut:
1. PIO (Pelayanan Informasi Obat)
Kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang akurat
dan terkini oleh Apoteker kepada pasien, masyarakat, professional kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas.
2. Visite
Kegiatan kunjungan Apoteker ke ruang rawat inap pasien baik secara mandiri
atau bersama tim kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung
dan mengkaji masalah terkait obat, pemantauan terapi obat dan reaksi obat yang tidak
dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat
kepada dokter, pasien dan professional kesehatan lainnya.
3. Konseling
Kegiatan pemberian informasi tentang segala hal terkait dengan obat yang
bertujuan membantu pasien dalam mengatasi masalah penggunaan obat, sehingga
pengobatan menjadi lebih rasional, efektif dan aman.
4. Promkes (Promosi Kesehatan)
Upaya yang dilakukan Apoteker untuk meningkatkan kemampuan pasien,
individu sehat, keluarga dan masyarakat agar dapat meningkatkan kesehatan dan
mencegah masalah-masalah terkait kesehatan.
Pengelolaan obat/perbekalan farmasi di Puskesmas Karangdoro menggunakan
manajemen pengelolaan obat dengan sistem satu pintu yang bertujuan agar obat yang
diperlukan selalu tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang
terjamin. Ruang farmasi akan melakukan pendistribusian obat atau BMHP (Bahan
Medis Habis Pakai) ke ruang-ruang yang membutuhkan. Pengelolaan obat yang
dilakukan meliputi, seleksi, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, administrasi, pencatatan dan pelaporan serta dilakukan pemantauan
ketersediaan obat setiap bulannya untuk menjamin tidak adanya kekosongan obat di
Puskesmas Karangdoro.
Perencanaan
Pengadaan
3.1. Seleksi
Proses seleksi obat bertujuan untuk menentukan jenis dan bentuk sediaan
obat yang dibutuhkan di Puskesmas Karangdoro sehingga sesuai dengan terapi
yang diperlukan. Seleksi obat mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), Formularium Nasional (FORNAS) dan pada prosesnya melibatkan
tenaga kesehatan selain apoteker seperti dokter penulis resep, bidan, perawat
serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
3.2. Perencanaan
Perencanaan merupakan pelaksanaan kegiatan untuk pengadaan obat yang
telah diseleksi sesuai dengan jenis dan jumlah kebutuhan perbekalan farmasi
yang telah ditetapkan oleh puskesmas.
3.3. Pengadaan
Pengadaan obat Puskesmas Karangdoro dilakukan dari 2 sumber dana
yaitu:
a. Sistem Droping dari Instalasi Farmasi Kota Semarang
Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) merupakan pengadaan perbekalan
farmasi dari Instalasi Farmasi yang diperoleh dengan sistem dropping setiap
bulan sekali. Sistem dropping berdasarkan atas kebutuhan obat yang
sesungguhnya di masing-masing puskesmas. Apabila terjadi kekosongan atau
kehabisan obat sebelum tiba waktu dropping obat, maka apoteker dapat
melakukan permintaan obat di luar perencanaan yang telah dibuat dengan cara
sistem “Bon Obat” kepada Instalasi Farmasi Kota Semarang.
b. Sistem pembelian obat langsung dapat dilakukan dengan menggunakan
BLUD/JKN
Pembelian obat dilakukan apabila terjadi kekosongan obat dan tidak
tersedia di Instalasi Farmasi dengan menggunakan dana sendiri dari puskesmas
(BLUD) dengan tetap mengacu pada Formularium Nasional (FORNAS)
menurut FASKES tingkat I melalui aplikasi SIMANIS. Pembelian obat
dilakukan dengan melihat obat yang masuk dalam daftar E-catalog dan
menggunakan mekanisme e-purchasing, sedangkan obat-obat yang tidak
termasuk dalam daftar e-catalog dapat dilakukan pembelian melalui Pedagang
Besar Farmasi (PBF) dengan persetujuan dari Instalasi Farmasi Kota Semarang
dan Dinas Kesehatan Kota Semarang bagian pelayanan kesehatan. Permohonan
ini dibuat dengan cara apoteker membuat daftar obat yang dibutuhkan oleh
3.4. Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi yang didapatkan dari PBF dan IF kota
dilakukan oleh penanggung jawab perbekalan farmasi Puskesmas Karangdoro
disertai dengan bukti penerimaan perbekalan farmasi berupa faktur dan Surat
Bukti Barang Keluar (SBBK). Perbekalan farmasi yang diterima di lakukan
pengecekan untuk mengetahui kesesuaian perbekalan farmasi dengan faktur,
pengecekan meliputi jenis perbekalan farmasi, jumlah perbekalan farmasi,
kesesuaian bentuk sediaan obat, tanggal kadaluwarsa perbekalan farmasi (ED),
nomor batch perbekalan farmasi dan kekuatan obat. Perbekalan farmasi dan
faktur yang telah diterima kemudian dicatat dalam buku registrasi penerimaan
barang. Perbekalan farmasi yang sudah sesuai dilakukan penyimpanan
digudang sesuai dengan suhu dan kelompok perbekalan farmasi, kemudian di
lakukan pencatatan dalam kartu stock masing-masing perbekalan farmasi.
3.5. Penyimpanan
Penyimpanan obat dan BMHP adalah suatu kegiatan pengaturan terhadap
sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari
kerusakan fisik dan kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan.
Perbekalan farmasi yang telah diperiksa kesesuaiannya dengan faktur dan
memenuhi syarat kemudian disimpan dalam gudang perbekalan farmasi.
Gudang perbekalan farmasi di Puskesmas Karangdoro memiliki fasilitas yang
cukup baik, diantaranya penyimpanan perbekalan farmasi seperti pallet untuk
memastikan perbekalan farmasi tidak langsung bersinggungan dengan lantai,
rak dan lemari penyimpanan untuk menyimpan obat bentuk tablet, sirup dan
bahan medis habis pakai disertai kunci untuk menjaga keamanan obat,
termometer dan higrometer ruangan untuk mengecek suhu dan kelembapan
ruangan, AC (Air Conditioning) untuk menjaga udara tetap sejuk agar stabilitas
perbekalan farmasi tetap terjaga, lemari khusus untuk menyimpan narkotika,
psikotropika dan prekursor disertai kunci untuk menjaga keamanan obat, lemari
pendingin untuk penyimpanan obat luar dan injeksi, serta lemari pendingin
vaksin yang digunakan untuk menjamin stabilitas obat dari pengaruh suhu,
memiliki jendela yang dilengkapi dengan jeruji besi untuk menjamin keamanan
gudang farmasi, dan tirai untuk menjaga stabilitas obat dari pengaruh cahaya
matahari.
Penyimpanan obat disusun berdasarkan bentuk sediaannya (padat, cair
dan semi padat), berdasarkan alfabetis menggunakan metode kombinasi
terutama metode First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
Kombinasi kedua metode ini dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah
pengambilan dan pengawasan perbekalan farmasi serta meminimalisir obat
yang kadaluwarsa, stock out dan obat rusak. Pada setiap nama obat diletakkan
kartu stock, kartu stock digunakan untuk melakukan pencatatan setiap
perbekalan farmasi yang datang dan keluar dari gudang farmasi. Setelah
pencatatan dalam kartu stock dilakukan pencatatatan dalam buku penerimaan
dan dilakukan input barang datang dalam SIMPUS (Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas). Perbekalan farmasi yang disimpan dalam gudang
diberi tanda sesuai dengan waktu kadaluwarsanya. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pengambilan obat agar obat dengan ED yang lebih pendek dapat
digunakan terlebih dahulu. Penandaan dilakukan dengan memberikan label
berwarna merah, kuning, biru dan hijau pada perbekalan farmasi. Warna merah
untuk obat yang sudah kadaluwarsa, kuning untuk obat yang mendekati
kadaluwarsa antara 1-6 bulan, biru untuk obat yang mendekati kadaluwarsanya
7-12 bulan dari masa kadaluwarsa, sedangkan warna hijau untuk obat yang
kadaluwarsanya masih panjang atau lebih dari 13 bulan.
Penyimpanan obat kadaluwarsa dan mendekati kadaluwarsa antara 1-6
bulan ditempatkan pada tempat terpisah dan diberi penandaan yang sesuai.
Penandaan warna merah digunakan untuk komoditi kadaluwarsa dan dilarang
digunakan sedangkan warna kuning untuk obat mendekati ED untuk digunakan
terlebih dahulu.
(a) (b)
Gambar 11. Lemari Pendingin: (a) Vaksin, (b) Obat Luar dan Injeksi
3.6. Distribusi
Pendistribusian obat dan BMHP adalah kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat dan BMHP secara merata dan teratur yang telah disimpan di
gudang obat untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi Puskesmas
Karangdoro. Sistem distribusi obat di Puskesmas Karangdoro menggunakan
sistem distribusi 1 pintu, dimana obat didistribusikan dari gudang farmasi ke
Ruang Farmasi, dari ruang farmasi kemudian didistribusikan ke Ruang Pelayanan
(Ruang Gigi, Ruang KIA, Ruang Bersalin dan RGD), Laboratorium, dan Rawat
Inap.
Distribusi obat yang langsung diterima dan dibawa pulang oleh pasien
berpusat pada Ruang Farmasi. Perbekalan farmasi yang di distribusikan ke Ruang
Pelayanan misalnya ruang pelayanan RGD contohnya sediaan infus RL, infus
NaCl, dan infus set, dan kassa untuk pasien dengan keadaan darurat yang
membutuhkan pertolongan segera. Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke
obat diserahkan dengan memberikan informasi mengenai cara minum obat yang
benar kepada pasien serta memberikan konseling kepada pasien.
Pasien datang ke ruang farmasi menyerahkan kartu berobat
Penyiapan Obat
Tampilan tool penerimaan obat luar gedung yang berisi kode obat, jumlah
obat, nomor batch, tanggal kadaluwarsa dan sumber obat.
Tampilan form penerimaan obat luar gedung yang bersini kode obat,
jumlah obat, nomot batch, tanggal kadaluwarsa dan sumber obat.
Tampilan awal dari tool Rekap Obat Dalam Gudang yang berfungsi untuk
merekap semua pengeluaran/pemasukan obat di dalam gedung.
obat yang diberikan dalam satu resep dan ketepatan penggunaan antibiotik.
Resep dikatakan rasional jika jumlah resep tidak lebih dari 4 macam obat.
Laporan indikator peresepan obat Puskesmas Karangdoro dibuat
berdasarkan kunjungan pasien setiap hari dan diambil sampel untuk 3 jenis
penyakit, meliputi M62 (Kesendian dan otot atau Myalgia), J06 (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut non Pneumonia) dan A09 (diare non spesifik).
d. Laporan Obat Generik Berlogo
Laporan OGB dibuat setiap bulan yang diambil secara acak 10% dari
semua jumlah resep harian kunjungan resep pasien. Dari rekapan 10% resep
tersebut, kemudian dihitung jumlah item obat generik berlogo dalam resep
dibandingkan dengan jumlah item obat secara keseluruhan dalam resep, lalu
dikalikan 100%.
minum obat, khasiat obat dan efek samping obat dengan dibantu media
etiket obat, sehingga membantu pasien agar dapat mengkonsumsi obat
dengan benar.
Pelayanan informasi obat dilakukan mahasiswa PKPA Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Semarang di Puskesmas Karangdoro pada hari Senin, 21
Desember 2020 pukul 10.15 WIB secara lisan dengan data sebagai berikut:
Pasien 1
1) Identitas Pasien
Nama : Safitri Milasari (0001747901)
Status : Pasien
2) Data Pasien
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Kehamilan : tidak
Menyusui : tidak
Kasus : wasir
Pertanyaan : bagaimana cara pemakaian obat anti hemoroid yang
benar? Dan ; bagaimana cara penyimpanan obat anti
hemoroid?
3) Jawaban :cara pemakaian obat anti hemoroid yaitu terlebih
dahulu
mencuci tangan, kemudian suppositoria dikeluarkan
dari kemasan dan basahi sedikit dengan air, pasien
berbaring dengan posisi miring, kaki yang atas diangkat
mendekat ke arah perut, lalu masukkan suppositoria
kedalam anus dengan bagian ujung terlebih dahulu.
Suppositoria obat anti hemoroid disimpan didalam
lemari pendingin (2-8ᴼC).
3.8.3. Visite
Visite merupakan kegiatan kunjungan apoteker ke pasien rawat
inap yang dilakukan mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
dari dokter, perawat dan ahli gizi. Visit apoteker diharapkan
memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien, yang memastikan
bahwa pengobatan yang diberikan pada setiap individu pasien adalah
pengobatan yang rasional. Mahasiswa didampingi oleh Apoteker
Usia : 42 tahun
Pekerjaan : Laundry
Terapi
Nama Cara Catatan Pelayanan
No Tgl Kasus Tgl Nama
Dokter Dosis Pemb Apoteker
R/ Obat
erian
1 21/1 dr.Nur Subject : Pasien 21/1 Infus RL 20 tpm I.V Pasien wanita usia
2/20 Anggraeni mengatakan mual, 2/20 42 th, bekerja
Paracetam 3x1 P.O
20 muntah 3x, lemes, 20 sebagai seorag
ol
pusing, gliyeng, 2x1 P.O laundry.
tidak nafsu makan, Metochlor
2x1 P.O Sebelum masuk
istirahat kurang. pamide
puskesmas pasien
Object : Antasida mengalami pusing
selama 1 minggu dan
TD : 140/94 mmHg
mempunyai bawaan
Nadi : 95x/menit
vertigo. Selama 1
RR : 20x/menit
minggu sakit, pasien
Suhu : 37,8oC
meminum obat
mefinal tetapi tidak
Hasil Lab :
ada perubahan.
Hb : 15 g/dl
Gejala pasien parah
Hematocrit : 41%
pada hari minggu,
Eritrosit : 4.600.000
kemudian pasien
Trombosit : 325.000
datang ke
Leukosit : 8.800
Hasil lab :
Thorax : vesikuler,
rh -/- , wh -/-
Abdomen : supel
3 23/1 dr.Nur Subject : 23/1 Infus RL 20 tpm I.V Pada hari ke 3 ini
2/20 Anggraeni 2/20 pasien sudah ada
Pasien mengatakan Paracetam 3x1 P.O
20 20 perbaikan. Sehingga
pusing berkurang, ol
2x1 P.O terap yang dibawa
lemas berkurang,
Metochlor pulang pasien yaitu
mual muntah 2x1 P.O
pamide Paracetamol,
berkurang, nyeri
Metochlorpamide,
epig berkurang, Antasida Antasida dan
istirahat baik, makan
ditambahkan vitamin
minum baik,
B-complex.
BAB/BAK baik.
Terapi non
Object :
farmakologi yang
Keadaan umum: baik
disarankan yaitu
TD : 118/72 mmHg
istirahat yang cukup,
Nadi : 80x/menit
makan teratur,
RR : 20x/menit
hindari aktivitas
Suhu : 36,6oC
berat, lalu segera
kontrol setelah obat
Thorax : vesikuler,
habis.
rh-/- , wh-/-
Abdomen : supel,
nyeri tekan tidak ada
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Karangdoro Semarang
mulai tanggal 15-28 Desember 2020 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) adalah sarana pelatihan kerja yang sangat
bermanfaat bagi calon apoteker guna mempersiapkan diri sebagai bekal
pengalaman kelak dalam memasuki dunia kerja sehingga siap menjadi tenaga
profesional di bidang kefarmasian khususnya bidang pemerintahan.
2. Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam praktek pelayanan
kefarmasian di puskesmas antara lain pengelolaan, pelaporan atau dokumentasi
terkait obat, peracikan dan penyiapan perbekalan farmasi (obat, BMHP, reagen-
reagen), pemberian obat yang bermutu pada pasien serta pelayanan informasi obat
(PIO) dan konseling.
3. Alur pengelolaan obat di Puskesmas Karangdoro dimulai dari perencanaan
(melakukan kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan
jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas), melakukan
pengadaan, melakukan penyimpanan (melakukan kegiatan pengamanan terhadap
obat-obatan yang diterima, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin), pendistribusian (melakukan kegiatan pengeluaran dan
penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub
unit pelayanan kesehatan), serta melakukan pencatatan dan pelaporan obat di
puskesmas. Pelayanan farmasi di Puskesmas Karangdoro yaitu melakukan
kegiatan dari penerimaan obat sampai dengan pelayanan informasi obat.
4. Sistem pelaporan perbekalan farmasi di Puskesmas Karangdoro telah
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), sehingga
sudah terarah dengan baik.
4.2. Saran
Saran yang mungkin dapat dijadikan masukkan untuk Puskesmas
Karangdoro yaitu :
1. Penambahan ruangan tersendiri untuk konseling sehingga memaksimalkan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas Karangdoro.
2. Disediakan brosur/leaflet dengan materi up to date dikalangan masyarakat
yang dapat diambil oleh pasien saat antre mengambil obat.
3. Menghimbau pasien agar selalu mematuhi protokol kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, A. N. 2012. Tips Membuka Usaha Farmasi dan Alat – Alat Kesehatan. D-
Medika : Jakarta.
Depkes RI. 2006a. Modul Pelatihan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan Lainnya Bagi Petugas Pengelola Obat di Puskesmas. Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah : Jakarta.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
: Jakarta.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Depkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 Tentang Puskesmas. Menteri Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.
Depkes. 2006. Modul Pelatihan Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
Lainnya Bagi Petugas Pengelola Obat di Puskesmas. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Puskesmas Tampak Depan