Anda di halaman 1dari 38

CASE STUDY REPORT

INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT


“PENERIMAAN, PENYIMPANAN, DAN PENDISTRIBUSIAN”

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH M. NATSIR SOLOK

Preseptor :

Apt. Dini Hara Triastuti, S.Farm

Disusun Oleh :

Dayang Gesti Pertiwi, S.Farm (3105051)


Hayatul Fisilmi Khaffah, S.Farm (3105055)

Rika Sri Anggraini, S.Farm

APOTEKER ANGKATAN XXVII

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Report Study Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
Dalam proses penyelesaian laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu apt. Dini Hara, S.Farm selaku preseptor yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, petunjuk, arahan sehingga laporan Case Study
ini dapat diselesaikan.
2. Ibu apt. Wihelmidayani, S.Farm selaku kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Daerah M. Natsir Solok, serta seluruh apoteker yang bertugas yang
telah yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, ilmu, pengalaman dan
bantuan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.
3. Staf tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah M.
Natsir Solok yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Case Study ini.
Terimakasih atas semua bimbingan, bantuan dan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa mendatang khususnya tentang
pelayanan klinis Instalasi Farmasi Rumah Sakit mengenai “Penerimaan,
Penyimpanan dan Pendistribusian”.
Penulis menyadari laporan kasus ini memiliki banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.

Solok, Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
1.3 Tujuan .............………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat ............. ……………………………………………………… 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 4


2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit………………………………………… 4
2.1.1 Pengertian………………………………………………………. 4
2.1.2 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit …………………………. 4
2.1.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit ………………………… 4
2.2 Pelayanan Kefarmasiaan …………………..………………………….. 5
2.3 Penerimaan …………………………………………………………… 8
2.4 Penyimpanan…...……………………………………………………… 12
2.5 Pendistribusian ………………………………………………………… 12

BAB III. PEMBAHASAN…….……........………………………………. 17


3.1 Penerimaan ……….....…….........................…………………...……… 17
3.2 Penerimaan.....…………..........................……………………………… 23
3.3 pendistribusian................. …………….......…………………………… 25

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….. 28


4.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 28
4.2 Saran ………………………………………………………………….. 28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 29
LAMPIRAN……….…………………………………………………….. 30

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan sarana yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah
pelayanan kefarmasian. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Permenkes RI) Nomor 72 tahun 2016, pelayanan kefarmasian adalah
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan
dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, terdapat standar pelayanan
kefarmasian yang digunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. RSUD M. Natsir Solok melaksanakan
pelayanan kefarmasian berdasarkan pedoman pada Permenkes RI Nomor 72 tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai; serta
pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang
diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian (Permenkes, 2016).
Faktor yang menentukan mutu rumah sakit adalah pengelolaan sediaan
farmasi terutama mengenai pemusnahan, pengendalian dan administrasi obat, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai (Anonim, 2016). Pemusnahan dilakukan
untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai bila produk
tidak memenuhi persyaratan mutu, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan,
serta dicabut izin edarnya. Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Pengendalian dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama

1
dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit, sedangkan Adminisitrasi
harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan guna memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Salah satu kegiatan administrasi yakni
pencatatan dan pelaporan. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan
Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester
atau pertahun) (Anonim, 2016).
Berdasarkan paparan diatas laporan ini akan membahas pelayanan farmasi
dirumah sakit dalam pengelolaan sediaan farmasi yaitu pada aspek pemusnahan &
penarikan, pengendalian dan administrasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai di RSUD M.Natsir Solok dan membandingkan dengan
Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Penerimaan, Penyimpanan dan Pendistribusian sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD M.Natsir
Solok ?
2. Apakah Penerimaan, Penyimpanan dan Pendistribusian sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD M.Natsir Solok
sudah sesuai dengan Permenkes No.72 tahun 2016 ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Penerimaan, Penyimpanan dan Pendistribusian sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD M.Natsir
Solok.

2. Untuk mengetahui Penerimaan, Penyimpanan dan Pendistribusian sediaan


farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD M.Natsir
Solok sesuai dengan Permenkes no.72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

2
1.4 Manfaat
1. Mengetahui peran apoteker dalam Penerimaan, Penyimpanan dan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di rumah sakit.
2. Mengetahui bagaimana sistem Penerimaan, Penyimpanan dan
Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di RSUD M.Natsir Solok.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Instalasi Farmasi Rumah Sakit


2.1.1 Pengertian
Instalasi Farmasi RumahSakit (IFRS) adalah bagian yang bertanggung
jawab terhadap pengelolaan perbekalan farmasi. Instalasi farmasi merupakan unit
pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan
kefarmasian di rumah sakit. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker yang
memiliki SIPA yang masih aktif sebagai penanggungjawab (Permenkes, 2016).

2.1.2 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit


1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi.
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko.
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.
5. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi.
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian.
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit (Permenkes, 2016).

2.1.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi :
a. Pemilihan perbekalan farmasi

4
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif, efisien dan
optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.

g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di Rumah


Sakit.

2.2 Pelayanan Kefarmasian


Pelayanan kefarmasian ialah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Anonim,
2016).Adanya pelayanan kefarmasian diharapkan dapat menyediakan dan
memberikan sediaan farmasi dan alat kesehatan disertai informasi, sehingga
masyarakat mendapatkan manfaat yang terbaik.
Dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian baik di rumah sakit
maupun apotek, masing-masing harus memiliki standar pelayanan
kefarmasian.Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang digunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit mengikuti acuan Permenkes
Nomor 72 tahun 2016. Berdasarkan permenkes tersebut, standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit meliputi standar:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
dan
b. Pelayanan farmasi klinis

5
Pengelolaan obat merupakan salah satu aspek manajemen yang penting.
Hal ini dikarenakan jika terjadi ketidakefisiensinya akan memberi dampak yang
merugikan dalam melakukan pelayanan kesehatan dalam bidang kefarmasian.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi
yang saling terkait satu dengan yang lain. Menurut Departemen Kesehatan RI
(2008), tugas pokok dari pengelolaan perbekalan farmasi antara lain:
a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien
b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan
c. Meningkatkan kompetensi / kemampuan tenaga farmasi
d. Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna
e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016, kegiatan pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
1. Pemilihan. Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai ini berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman
diagnosis dan terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektivitas dan keamanan,
serta pengobatan berbasis bukti.
2. Perencanaan Kebutuhan. Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan
efisien.
3. Pengadaan. Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus
menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang
terjangkau dan sesuai standar mutu.
4. Penerimaan. Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian
jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera

6
dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
5. Penyimpanan. Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat
menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
6. Pendistribusian. Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit
pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan
ketepatan waktu.
7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai. Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
8. Pengendalian. Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan
dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus
bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit.
9. Administrasi. Administrasi harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah
berlalu.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.Pengelolaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan tersebut harus aman, bermanfaat, bermutu, dan terjangkau bagi seluruh
masyarakat, agar masyarakat terhindar dari penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan khasiat maupun keamanannya.

7
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan resiko terjadinya efek samping obat, untuk tujuan keselamatan
pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 tahun 2016, kegiatan pelayanan farmasi
klinik yang dilakukan di rumah sakit antara lain, pengkajian dan pelayanan resep,
penelusuran riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat
(PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping
obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril,
pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

2.3 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak
atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait
penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Penerimaan obat sebaiknya dilakukan dengan teliti hal ini disebabkan
karena pengantaran obat dapat mengakibatkan kerusakan pada sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan.
Standar Operasional Prosedur penerimaan obat adalah:
1. Periksa keabsahan faktur meliputi nama dan alamat Pedagang Besar Farmasi
(PBF) serta tanda tangan penanggung jawab dan stempel PBF.
2. Mencocokkan faktur dengan obat yang datang meliputi jenis dan jumlah serta
nomor batch sediaan.
3. Memeriksa kondisi fisik obat meliputi kondisi wadah dan sediaan serta tanggal
kadaluwarsa. Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti.
4. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi tanggal serta
distempel. Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedang salinan faktur
disimpan oleh sebagai arsip

2.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengaturan obat agar terhindar dari
kerusakan fisik maupun kimia, agar aman dan mutunya terjamin. Penyimpanan

8
obat harus mempertimbangkan berbagai hal, yaitu bentuk dan jenis sediaan,
mudah atau tidaknya meledak/terbakar, stabilitas dan narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari khusus (Permenkes RI, 2014).
Penyimpanan obat merupakan salah satu cara pemeliharaan perbekalan
farmasi sehingga aman dari gangguan fisik dan pencurian yang dapat merusak
kualitas suatu obat. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan
sedian farmasi, alat kesehatan dan bahan mdis habis pakai sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis siap pakai
(Permenkes RI, 2016).
Tujuan penyimpanan obat-obatan adalah untuk:
a) Untuk memelihara mutu obat 
b) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c) Menjaga kelangsungan persediaan
d) Memudahkan pencarian dan pengawasan
Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan gudang, meliputi :
a. Luas minimal 3 x 4 m2 
b. Ruang kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
d. Cahaya cukup
e. Lantai dari tegel atau semen
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Ada gudang penyimpanan obat
i. Ada pintu dilengkapi kunci ganda 
j. Ada lemari khusus untuk narkotika
2. Pengaturan penyimpanan obat, yaitu :
a) Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis 
b) Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
c) Menggunakan almari, rak dan pallet

9
d) Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika.
e) Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan penyimpanan pada suhu tertentu
f) Dilengkapi kartu stock obat
Obat / bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
Semua obat / bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya Tempat penyimpanan obat tidak
dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan
kontaminasi. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk
sediaan dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis (Bpom RI, 2018).
Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First
In First Out).
Penyimpanan obat dan bahan obat.
 Dalam wadah asli produsen dikecualikan dari ketentuan sebagaimana di
maksud dalam hal diperlakukan pemindahan dari wwadah asli nya untuk
pelayanan resep, Obat dapat disimpan didala wadah baru yang dapat menjamin
keamanan, mutu, dan ketertelusuran obat dengan dilengkapi dengan identitas
obat meliputi nama obat dan zat aktifnya. Bentuk dan kekuatan sediaan, nama
produsen, jumlah, nomor bets dan tanggal kadaluarsa.
 Pada kondisi yang sesuai dengan rekomendasi dari industri farmasi yang
memproduksi Obat/Bahan obat sebagaimana tertera pada kemasan dan/atau
label sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
 Terpisah dari produk/bahan lain dan terlindung dari dampak yang tidak
diinginkan akibat paparan cahaya matahari, suhu,kelembabab atau faktor
eksternal lainnya.
 Sedemikian rupa untuk mencegah tumpahan, kerusakan, kontaminasi dan
campur baur dan tidak bersinggungan langsung dengan lantai dilakukan

10
dengan memperhattikan bentuk sediaan dan kelas terapi obatserta disusun
secara alfabetis.
 Memperhatikan kemiripan penampilan dan penamaan obat (lool alike sound
alike, LASA) dengan tidak ditempatkan bedekatan dan harus diberi penandaan
khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. 2.1.4.8
Memperhatikan sistem first Expired First Out (FEFO) dan/atau sistem First In
First Out (FIFO) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud angka Obat-obat
Tertentu harus disimpan ditempat yang aman berdasarkan analisis resiko antara
lain pembatasan akses personil, diletakkan dalm satu area dan tempat
penyimpanan mudah diawasi secara langsung oleh penanggung jawab (Bpom
RI, 2018).
Penyimpanan obat yang merupakan produk rantai dingin (Cold Chain Product)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
 Tempat penyimpanan minimal chiller untuk produk dengan persyaratan
penyimpanan suhu -2 – 8°C dan freezer untuk produk dengan persyaratan
penyimpnan -25°C sd -15°C.
 Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan alat monitoring suhu yag
terkalibrasi.
 Harus dilakukan pemantauan suhu tempat penyimpanan selama 3 (tiga) kali
sehari dengan rentang waktu yang memadai.
 Tempat penyimpanan harus di lengkapi dengan generator otomatis atau
generator manual yang di jaga oleh personil khusus selama 24 jam.
 Penyimpanan obat tidak terlalu padat sehingga sirkulasi udara dapat dijaga,
jarak antara sekitar 1-2 cm.

Obat berupa elektrolit konsentrasi tingi (misalnya kalium klorida 2ml atau
yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat daro 0.9% dan
magnesium sulfat 50% atau yang lebih pekat) tidak disimpan di unit perawatan
kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting. Penyimpanan pada unit perawatan
pasien harus dilengkapi dengan pengaman diberi label yang jelas dan disimpan
pada area yang dibatasi ketat untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-
hati (Bpom RI, 2018).

11
Penyimpanan obat dan bahan obat harus dilengkapi dengan kartu stok,
dapat berbentuk kartu stok manual maupun elektronik. Informasi dalam kartu stok
sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama obat/bahan obat, bentuk sediaan , dan kekuatan obat.
2. Jumlah persedian
3. Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
4. Jumlah yang diterima
5. Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyerahan/ penggunaan
6. Jumlah yang diserahkan/digunakan
7. Nomor bets dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyerahan
Tujuan Penyimpanan obat
Penyimpanan obat bertujuan untuk menjaga mutu dan kestabilan suatu
sediaan farmasi, menjaga keamanan, ketersediaan, dan menghindari penggunaan
obat yang tidak bertanggung jawab. Menurut PERMENKES RI No 72 Tahun
2016, untuk mencapai tujuan penyimpanan obat tersebut ada beberapa komponen
yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label
yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka,
tanggal kadaluarsa dan peringatan khusus.
2. Elektrolit, konsentrasi tinggi disimpan di unit perawatan kecuali untuk
kebutuhan klinis yang penting.
3. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien
dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpanpda
area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang
kurang hati-hati.
4. Sediaan farmasi alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibawa oleh
pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi
5. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan barang
lainnya yang menyebabkan kontaminasi.

Ruang Penyimpanan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai Ruang


penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban,ventilasi, pemisah untuk menjamin mutu produk dan keamanan

12
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak /lemari obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari 11 penyimpanan khusus
narkotik dan psikotrpika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan
kartu suhu (Permenkes RI , 2014).

13
BAB III

PEMBAHASAN

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
di rumah sakit telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun
2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Adapun kegiatan
yang tercakup dalam pengelolaan ini antara lain pemilihan, perencanaan
kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, penarikan
dan pemusnahan, pengendalian, administrasi. Pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah sakit sangat penting untuk
memelihara mutu obat-obatan, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung
jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan
pengawasan, mengoptimalkan persediaan, memberikan informasi kebutuhan obat
yang akan datang, serta mengurangi resiko kerusakan dan kehilangan. Pada
pembahasan kali ini akan dibahas mengenai kegiatan Penerimaan, Penyimpanan
dan Pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
di Rumah Sakit Umum Daerah M. Natsir Solok.

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
di RSUD M. Natsir dilakukan oleh instalasi farmasi dengan sistem satu pintu.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 72 Tahun 2016, sistem satu
pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang memiliki tujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien
melalui instalasi farmasi. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi.

3.1 Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen
terkait penerimaan barang harus disimpan dengan baik (Permenkes RI no.72
tahun 2016).

1
Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
di RSUD M. Natsir dilakukan oleh panitia penerima barang, dimana anggota
panitia penerima barang adalah pegawai instalasi farmasi RSUD M. Natsir yang
ditunjuk berdasarkan SK (Surat Keputusan) Direktur rumah sakit. Dimana untuk
menandatangangi faktur penerimaan barang, diperlukan SIPA apoteker
penanggung jawab instalasi farmasi. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang datang dari distributor dilakukan pengecekan terlebih
dahulu sebelum disimpan di gudang farmasi RSUD M. Natsir. Pengecekan
dilakukan untuk mencocokkan kondisi fisik barang dengan yang tertera didalam
faktur penerimaan dari distributor. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengecekan yaitu kondisi fisik barang (baik/cacat), kesesuaian nama barang yang
dipesan dengan barang yang datang, jumlah barang, harga barang, nomor batch
barang, dan waktu kadaluwarsa barang. Apabila barang tidak sesuai dengan surat

pesanan atau barang dalam kondisi cacat maka barang dikembalikan ke distributor
untuk diganti dengan kondisi yang baik atau sesuai kesepakatan (kontrak) antara
rumah sakit dan distributor. Setelah barang dicek dan sesuai dengan permintaan
barang, selanjutnya dilakukan pengisian kartu stok.

Pada kartu stok diisi jumlah barang yang masuk, nomor batch, tanggal
kadaluwarsa dan harga barang. Selain pencatatan pada kartu stok, barang masuk
dan barang keluar juga diinput ke SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit). Setelah pengisian kartu stok dan SIMRS selesai maka kegiatan selanjutnya
adalah penyimpanan barang.

3.2 Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan setelah penerimaan barang dilakukan dan
selanjutnya dilakukan pendistribusian. Tujuan penyimpanan ini yaitu untuk
menjamin kualitas dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan juga bahan
medis habis pakai.
Menurut Permenkes RI no. 72 tahun 2016 yang meliputi stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembapan, ventilasi dan penggolongan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai. Penyimpanan obat disimpan

2
di ruangan yang layak agar tidak merusak mutu dan obat rusak yang dapat
memberi pengaruh buruk bagi pengguna obat.
Pada gudang RSUD M. NATSIR ini memiliki gudang penyimpanan yang
baik dan cukup luas. Gudang ini dilengkapi dengan ruangan yang baik
ventilasinya dan udara dapat masuk atau keluar dan tidak lembab ataupun panas.
Gedung ini memiliki kunci ganda, pengukur suhu ruangan, kulkas, kamera
pengawas dan alat pemadam kebakaran. Di gedung farmasi telah tersedia lemari
khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci. Pada bagian luar
gedung terdapat tumpukan barang obat yang tidak mencukupi kapasitas di dalam
gudang, pada tumpukan barang yang berada di luar gudang diberi alas papan
yang berukuran lebih kurang 120cm x 100cm.
Penyusunan obat di gudang RSUD M.NATSIR ini dilakukan pemisahan
obat dari bahan yang beracun, berdasarkan suhu penyimpanan yang sesuai, obat
cairan dipisahkan dari obat padatan, setiap susunan obat di beri label sesuai nama
obat dan juga kandungan zat aktifnya. Penyimpanan sediaan farmasi di gudang ini
disusun secara abjad (alfabetis), obat disusun secara FEFO (First Expired First
Out ), obat-obatan yang butuh pengawasan (High Alert), obat yang memiliki
stabilitas yang buruk di suhu ruang (Suppositoria, insulin injeksi, dst).
Penyimpanan obat di RSUD M. NATSIR dilakukan berdasarkan
alfabetis, bentuk sediaan, fast moving (obat yang sering habis), stabilitas obat,
FEFO, High Alert, LASA, Narkotika dan psikotropika. Stock Opname dilakukan
2 kali dalam setahun guna memastikan kualitas obat dan bahan obat. Kemudian
untuk pengecekan tanggal kadaluarsa dilakukan 3 bulan sekali. Penyimpanan
obat emergency diletakkan pada trolly emergency yang diletakkan di masing-
masing bangsal. Trolly emergency ini di isi sesuai dengan kebutuhan masing-
masing ruangan.

3
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pemusnahan perbekalan di Instalasi Farmasi RSUD M. Natsir Solok
dilakukan oleh pihak ketiga, sedangkan pemusnahan resep tidak
dilakukan.
2. Pengendalian perbekalan farmasi menggunakan cara manual yaitu kartu
stok dan komputerisasi yaitu menggunakan SIM RS. Stock opname
dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu tanggal 31 Juni dan 30 Desember.
3. Administrasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi meliputi pencatatan dan
pelaporan. Dalam pencatatan termasuk perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penerimaan, pendistribusian dan pengendalian. Sedangkan
dalam pelaporan termasuk pelaporan narkotika dan psikotropika yang
dikumpulkan paling lambat tanggal 10 tiap bulan.

4. Pada kegiatan pemusnahan dan pengendalian di RSUD M. Natsir Solok


belum sesuai dengan Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

4.2 Saran
1. Proses pemusnahan perbekalan farmasi sebaiknya dilakukan secepatnya,
agar tidak terjadi penumpukan obat.
2. Proses pengendalian perbekalan farmasi yaitu stock opname sebaiknya
dilakukan setiap 1 kali dalam sebulan, dengan tujuan untuk mencegah
kekosongan obat dan penumpukan obat di apotek maupun di ruang
perawatan pasien.

1
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor
HK.04.1.33.12.11.09938 tentang Kriteria dan Tata Cara Penarikan Obat
yang Tidak Memenuhi Standar dan/atau Persyaratan.
Innes, Larasati., H. Susilo dan Riyadi. 2013. Analisis Sistem Informasi
Manajemen Persediaan Obat. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 1(2): 57-67.
Kemenkes RI. 2010. Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Dirjen Binfar dan Alkes.
Kemenkes RI. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi.
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Nuryeti, Yeti dan Y. Ilyas.2018. Pengelolaan Obat Kadaluwarsa dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Puskesmas Wilayah Kerja Kota
Serang. Higiene, 4(3): 138-142.

2
LAMPIRAN

Lampiran 1. Sistem Penarikan Obat, Alkes dan BMHP berdasarkan SPO di


RSUD M. Natsir Solok

3
Lampiran 2. Pemeriksaan Tanggal Kadaluarsa berdasarkan SPO di
RSUDM.Natsir Solok

Lampiran 3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi yang telah Kadaluarsa


berdasarkan SPO di RSUD M. Natsir Solok

4
Lampiran 4. Penghapusan dan atau Pemusnahan Perbekalan Farmasi
berdasarkan SPO di RSUD M. Natsir Solok

Lampiran 5. Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi


berdasarkan SPO di RSUD M. Natsir Solok

5
Lampiran 6. Berita Acara Pemusnahan Narkotika (Permenkes 72 tahun 2016)

6
7
8
Lampiran 7. Kartu Stok

9
Lampiran 8. SIM (Sistem Informasi Manajemen) RS di RSUD M. Natsir
Solok

10
Lampiran 9. Daftar Perencanaan Kebutuhan di RSUD M. Natsir Solok

11
Lampiran 10. Surat Pesanan Obat

Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika

12
13
14
Lampiran 12. Surat Pesanan Psikotropika

Lampiran 13. Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)

15
Lampiran 14. Copy Faktur Pembelian Barang di RSUD M. Natsir Solok

Lampiran 15. Surat Pengamprahan Barang dari Gudang ke Apotek

16
Lampiran 16. Form Retur Perbekalan Farmasi

17
Lampiran 17. Pelaporan Narkotika

18
Lampiran 18. Pelaporan Psikotropika

19

Anda mungkin juga menyukai