Anda di halaman 1dari 166

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN

PENGGUNAAN OBAT
(PENDUKUNG REGULASI DAN DOKUMEN)

DR.Dr.Sutoto,M.Kes

KARS
CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes

• Ketua Eksekutif KARS (Komisi Akreditasi Rumah


Sakit Seluruh Indonesia),
• Board Member of ASQua (Asia Society for Quality in
Health Care),
• Regional Advisory Council dari JCI (Joint
Commission Internasioanl) sejak 2013,
• Dewan Pembina MKEK IDI Pusat.
• Dewan Pembina AIPNI
• Pernah menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Rumah
sakit seluruh Indonesia Periode tahun 2009-2012 dan
2012-2015, Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta,
Direktur Utama RS Kanker Dharmais Pusat Kanker
Nasional, serta Plt Dirjen Pelayanan Medis
Kementerian
KARS Kesehatan R.I thn 2010
ORGANISASI, SELEKSI DAN PENGADAAN , PENYIMPANAN
Pencampuran

RESEP

5 tepat

Sutoto.KARS 3
Medication Error
 ORDERING ERROR
 TRANSCRIBING ERROR
 DISPENSING ERROR
 ADMINISTERING ERROR

Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication Process
in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.
Sutoto.KARS 4
UNDANG UNDANG RUMAH SAKIT

Sutoto.KARS 5
Sutoto.KARS 6
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN
KEFARMASIAN

Sutoto.KARS 7
PP 51/2009. TENTANG PEKERJAAN
KEFARMASIAN

PERTANYAANNNYA:
• BAGAIMANA ANDA MENJAMIN KEAMANAN,
MUTU, MANFAAT DAN KHASIAT SEDIAAN FARMASI
DALAM PELAYANAN OBAT DI RS ANDA ?.

Sutoto.KARS 8
RUANG LINGKUP
PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

1. Kegiatan yang bersifat manajerial berupa


pengelolaan:
1. Sediaan Farmasi,
2. Alat Kesehatan, dan
3. Bahan Medis Habis Pakai
2. Kegiatan pelayanan farmasi klinik.

Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 72 Tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

Sutoto.KARS 9
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
PERAN FARMASIS

Komisi Akreditasi Rumah Sakit


THE NEW CHAIN DRUG SERVICES TO AVOID MEDICATION ERROR

IDENTIFIKASI

• Telaah Resep
RESEP: Pastikan minimal 5R (5 Right):
• Obat disiapkan
• Tulisan jelas dan 1. Person
asisten
terbaca 2. Drug
• Telaah obat
• Pastikan 3 kondisi: 3. Dose
1. Alergi obat Label obat Ranap: 4. Route
2. Kontra indikasi 5 info: Identitas, nama 5. Time
3. Interaksi obat obat, dosis, rute , waktu High alert drug : double check
PERUBAHAN PERAN PARA PROFESI DALAM MPO

PERAN DOKTER DALAM MPO


• Kompetensi:
– Kemampuan menulis resep: pemilihan obat, indikasi,
manfaat, dosis, efek samping, alergi, interaksi,
• Perbaikan budaya:
– Penulisan resep
• Singkatan yg dilarang
• Illegible hand writing
• Kepatuhan terhadap standar dan prosedur
• Memperhatikan: alergi,kontra indikasi dan interaksi

Sutoto.KARS 13
DAFTAR SINGKATAN YANG DILARANG

Sutoto.KARS 14
Sutoto.KARS 15
Sutoto.KARS 16
PERAN APOTEKER DALAM MPO
– Medication history
– Visite  Drug Related Problem
rekonsiliasi obat, PTO, MESO, PIO
– Telaah resep
– Telaah obat
– Supervisi
– Pencampuran obat (IV admixture,
cytotoxic}
– Discharge Sutoto.KARS 17
PERAN PERAWAT DALAM MPO
– Memastikan minimal 5 right sebelum
memberikan obat
– Hati hati dalam pemberian dan
penyimpanan obat High alert  double
check
– Identifikasi pasien sebelum memberi
obat
– Memahami dan selalu mempraktikkan
SPO perintah lisan/via telepon
– Melaksanakan tata laksana obat sesuai
standar dan kompetensi
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Sistem satu pintu
• adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan
pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk
mengutamakan kepentingan pasien melalui
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian
semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit
merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain
oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Keehatan R.I. nomer 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Sutoto.KARS 19
MANFAAT PELAYANAN FARMASI SATU PINTU
1. a. pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. b. standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
3. c. penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
4. d. pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai;
5. e. pemantauan terapi Obat;
6. f. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
(keselamatan pasien);
7. g. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai yang akurat;
8. h. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah
Sakit; dan
9. i. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan
kesejahteraan pegawai.
Sutoto.KARS 20
JUMLAH APOTEKER RS KELAS A
• 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
• 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10
(sepuluh) tenaga teknis kefarmasian;
• 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga
teknis kefarmasian;
• 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga
teknis kefarmasian;
• 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
• 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit; dan
• 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.

Pmk 56/Tahun 2014


S
Tentang Klasifikasi Dan Perijnan RS21
JUMLAH APOTEKER
PMK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIJNAN
RS PASAL 32
(KELAS B )

Pmk 56/Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perijnan RS 2


2
JUMLAH TENAGA APOTEKER
PMK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI
DAN PERIJNAN RS PSL 43
(KELAS C )

Pmk 56/Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Dan Perijnan RS


Sutoto.KARS 23
JUMLAH TENAGA APOTEKER
PMK 56/TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN
PERIJNAN RS PSL 54
(KELAS D )

Pmk 56/TahunSutoto.KARS
2014 Tentang Klasifikasi Dan Perijnan RS 24
Sutoto.KARS 25
Suggestion for Improving Medication Processes are Challenges
for All Hospitals

1. Ensure allergy information accompanies patients


2. Use Drug Interaction Software
3. Pharmacists review of all medication orders
4. Provide reference materials at point of care
5. Make allergy information available
6. Place pharmacists in patient care units
7. Connect medication orders to lab results

Wakefield.Douglas.,Implementing Shared Formulary and E-based Medication Order Review to Create "Closed Loop" Medication Process
in Critical Access Hospitals. September 16, 2009,. the 2009 AHRQ Annual Conference.
Sutoto.KARS 26
Karthikeyan.M,Lalitha.D.,
.A prospective observational study of medication errors in general medicine department in a tertiary care hospital.
Drug Metabolism and Drug Interactions. Volume 28, Issue 1, Pages 13–21, January 2013
Sutoto.KARS 27
PKPO 1

KARS
Setiap departemen/unit kerja/ instalasi agar
menyusun dokumen sbb :
1. Kebijakan Pelayanan
2. Pedoman pengorganisasian
3. Pedoman pelayanan
4. Panduan pelayanan/SPO
5. Program kerja mutu/program PMKP
I. Pendahuluan
II. Gambaran umum RS
III. Visi, Misi, Falsafah, Nilai & Tujuan RS
IV. Struktur organisasi RS
V. Struktur organisasi unit kerja
VI. Uraian jabatan
VII. Tata hubungan kerja
VIII.Pola ketenagaan dan kualifikasi personil
IX. Kegiatan orientasi
X. Pertemuan/rapat
XI. Pelaporan
Permenkes 1197/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Sutoto.KARS 31
I. Pendahuluan III. Standar fasilitas

1. Latar belakang 1. Denah ruangan

2. Tujuan Pedoman 2. Standar fasilitas

3. Ruang Lingkup IV. Tata laksana pelayanan


Pelayanan V. Logistik
4. Batasan Operasional VI. Keselamatan Pasien
5. Landasan hukum VII. Keselamatan Kerja
II. Standar Ketenagaan VIII. Pengendalian Mutu
1. Kualifikasi SDM IX. Penutup
2. Distribusi Ketenagaan

3. Pengaturan jaga
I. DEFINISI

II. RUANG LINGKUP

III. TATA LAKSANA

IV DOKUMENTASI
UNTUK PERHATIAN
• Pengadaan obat dan alkes harus dari sumber resmi:
– Obat yang dibeli telah memiliki ijin dari Badan POM
– Alkes yang disediakan harus punya ijin edar dari Dirjen Yanfar(PMK
1190/2010 .TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN
DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA, PASAL 5
• Cara mengecek ijin obat dengan melihat kode yang ada di kemasan obat
tersebut:
1. Huruf pertama adalah D (obat dengan nama dagang), G (obat generik)
2. Digit kedua adalah B (obat bebas), T (obat bebas tidak terbatas), K
(obat keras), P (psikotropika), dan N (narkotika).
3. Digit ketiga adalah huruf L (obat lokal) dan I (obat impor)
"3 digit tersebut diikuti oleh 12 digit angka dan huruf.
• Contoh DTL09044234A1 :Ini merupakan obat bebas terbatas buatan lokal
dengan nama dagang,"

Pmk ijin
edar
PMK 1190/2010 .TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN
DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

• Pasal 5
• (1) Alat kesehatan dan/atau PKRT yang akan diimpor,
digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia
harus terlebih dahulu memiliki izin edar.
• (2) Izin edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk.

KARS
PELAYANAN FARMASI KLINIK
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN
KMK 58/2014
pasal 3

KARS
REVIEW TAHUNAN OBAT
• Review tahunan mengumpulkan semua informasi dan
pengalaman berhubungan dengan manajemen pengobatan

Data untuk review :


• Masalah yang terkait dengan
– Seleksi dan pengadaan obat
– Penyimpanan
– Pemesanan/peresepan dan pencatatan (transcribe)
– Persiapan (preparing) dan penyaluran (dispensing)
– Pemberian dan pemantauan
• Monitoring sebagai hasil perubahan di dalam formularium
(formulary), seperti penambahan dan pengurangan obat
• Monitoring kesalahan obat dan KNC (near misses)
• Pertimbangan untuk praktek berbasis bukti (EBM) yang baru

Sutoto.KARS 37
PKPO2
SELEKSI DAN PENGADAAN

KARS
CONTOH KRITERIA PEMILIHAN OBAT UNTUK MASUK FORMULARIUM:

1. Mengutamakan penggunaan obat generik.


2. Perbandingan obat generik : original: me too= x:y:z
3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
8. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
9. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan, dengan harga
yang terjangkau

Sutoto.KARS 39
Contoh Kriteria Penghapusan Obat :

• Obat-obat yang jarang digunakan (slow


moving) akan dievaluasi.
• Obat-obat yang tidak digunakan (death stock)
setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan
diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang
menggunakan obat tersebut. Apabila pada 3
(tiga) bulan berikutnya tetap tidak/kurang
digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan
dari buku formularium.
• Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh
Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan.

Sutoto.KARS 40
SUPERVISI OLEH APOTEKER
Penyimpanan
• Obat narkotika psikotropika
• Gas medis
• B3
• Obat emergensi

KARS
CONTOH KRITERIA PEMILIHAN OBAT UNTUK MASUK FORMULARIUM:

1. Mengutamakan penggunaan obat generik.


2. Perbandingan obat generik : original: me too= x:y:z
3. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
4. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
5. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
6. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan
7. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
8. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
9. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan, dengan harga
yang terjangkau

Sutoto.KARS 42
Contoh Kriteria Penghapusan Obat :

• Obat-obat yang jarang digunakan (slow


moving) akan dievaluasi.
• Obat-obat yang tidak digunakan (death stock)
setelah waktu 3 (tiga) bulan maka akan
diingatkan kepada dokter-dokter terkait yang
menggunakan obat tersebut. Apabila pada 3
(tiga) bulan berikutnya tetap tidak/kurang
digunakan, maka obat tersebut dikeluarkan
dari buku formularium.
• Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh
Pemerintah/BPOM atau dari pabrikan.

Sutoto.KARS 43
PENGADAAN SAAT STOK KOSONG

KARS
PROSEDUR PENANGANAN BILA TERJADI
KETIDAKTERSEDIAAN STOK OBAT DI RS

1. Konfirmasi ke dokter tentang ketersediaan


obat substitusi

2. Kontak suplier/apotek kerjasama untuk men


suplai

KARS
Unit Anestesi, radiologi, diagnostic imaging, kardiologi, radiation
oncology dan pelayanan lain yang berisiko tinggi: RS harus memiliki
perencanaan pengadaan obat dan alkes dalam keadaan biasa dan
keadaan darurat (bila persediaan kosong)

• Staf Memahami:
• Tentang alat, perbekalan dan obat yang harus ada/disyaratkan atau
direkomendasikan, untuk memberikan pelayanan terencana
• Rekomendasi peralatan, perbekalan, dan obat dapat berasal dari :
– Lembaga pemerintah
– Organisasi profesi anestesi nasional atau internasional
– Sumber lain yang berwenang
PMK 51 THN 2015 MEKANISME PEMASKAN
C:\Users\Lenovo\Documents\Documents\AK
REDITASI BARU\BAHAN BIMBINGAN DR
SUTOTO\MPO\peraturan terkait
MPO\Permenkes 51-2014 Pemasukan Alkes
Melalui Mekanisme Jalur Khusus (SAS).pdf
ALKES JALUR KHSUS

Sutoto.KARS Lihat TKP 3.2.1


46
PENYIMPANAN

KARS
Contoh Kebijakan Umum Penyimpanan Perbekalan
Farmasi
Kebijakan Penyimpanan Obat RS XYZ:
• Disesuaikan dengan bentuk Sediaan dan jenisnya, suhu penyimpanan dan
stabilitasnya,sifat bahan, danketahanan terhadap Cahaya (lihat petunjuk
penyimpanan masing-masing obat
• Obat disusun alphabetis
• Sistem FIFO (First in first out} atau FEFO( first expired first out)
• Obat-obatan dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label: isi, tanggal kadaluwarsa dan peringatan
• Elektrolit pekat konsentrat dilarang disimpan di unit pelayanan
• Unit tertentu yang dapat menyimpan elektrolit konsentrat harus dilengkapi
dengan SPO Khusus untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati
• Obat high alert diberi stiker HIGH ALERT, obat NORUM/LASA diberi stiker
NORUM/LASA
• Obat yang dibawa pasien dari rumah harus dicatat dalam formulir rekonsiliasi
obat dan disimpan di ……………

Sutoto.KARS 48
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN
2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN
PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
Pasal 25

• (1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi


dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
• (2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Narkotika.
• (3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk
menyimpan barang selain Psikotropika.
• (4) Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku
dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi
dalam bentuk bahan baku.

KARS
Pasal 26
Gudang khusus
• (1) Gudang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
• a. dinding dibuat dari tembok dan hanya mempunyai pintu
yang dilengkapi dengan pintu jeruji besi dengan 2 (dua) buah
kunci yang berbeda;
• b. langit-langit dapat terbuat dari tembok beton atau jeruji
besi;
• c. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi;
• d. gudang tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin
Apoteker penanggung jawab; dan
• e. kunci gudang dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab
dan pegawai lain yang dikuasakan.
KARS
(2) Ruang khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat
• (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
• a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
• b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan
jeruji besi;
• c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;
• d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan; dan
• e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker
penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk.

KARS
(3) Lemari khusus
• (3) Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat
(1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
• a. terbuat dari bahan yang kuat;
• b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah
kunci yang berbeda;
• c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang,
untuk Instalasi Farmasi Pemerintah;
• d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum, untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan ; dan
• e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan. Pasal 27... KARS
Pasal 27
• Penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi wajib memenuhi Cara
Produksi Obat yang Baik, Cara Distribusi Obat
yang Baik, dan/atau standar pelayanan
kefarmasian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

KARS
Pasal 33
• (1) Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan harus memiliki
tempat penyimpanan Narkotika atau
Psikotropika berupa lemari khusus.
• (2) Lemari khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berada dalam penguasaan
Apoteker penanggung jawab.

KARS
Pasal 36
• (1) Industri Farmasi yang memproduksi Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi, PBF yang menyalurkan Prekursor
Farmasi dalam bentuk obat jadi, atau Instalasi Farmasi
Pemerintah harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi dalam gudang penyimpanan obat yang aman
berdasarkan analisis risiko.
• (2) Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
harus menyimpan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
di tempat penyimpanan obat yang aman berdasarkan
analisis risiko.

KARS
BAB IV PEMUSNAHAN Pasal 37
• Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi hanya dilakukan dalam hal: a. diproduksi
tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali; b. telah
kadaluarsa; c. tidak memenuhi syarat untuk
digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk
sisa penggunaan; d. dibatalkan izin edarnya; atau e.
berhubungan dengan tindak pidana.

KARS
Pasal 38
• (1) Pemusnahan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 huruf a sampai dengan huruf d
dilaksanakan oleh Industri Farmasi, PBF,
Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, Dokter atau Toko
Obat.

KARS
Pasal 39
• Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus dilakukan
dengan:
• a. tidak mencemari lingkungan; dan
• a. tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Pasal 40 Pemusnahan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
• a. penanggung jawab fasilitas produksi/fasilitas distribusi/fasilitas pelayanan
kefarmasian/pimpinan lembaga/dokter praktik perorangan menyampaikan
surat pemberitahuan dan permohonan saksi kepada: 1. Kementerian
Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan, bagi Instalasi Farmasi
Pemerintah Pusat; 2. Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Importir, Industri Farmasi, PBF,
Lembaga Ilmu Pengetahuan, atau Instalasi Farmasi Pemerintah Provinsi; atau
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat, bagi Apotek, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi
Pemerintah Kabupaten/Kota, Dokter, atau Toko Obat
KARS
Pasal 41
• Dalam hal Pemusnahan Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dilakukan
oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh
pemilik Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
Farmasi dan saksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 huruf b.

KARS
Bagian Kedua Pelaporan
Pasal 45
• (5) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) paling sedikit terdiri atas: a. nama, bentuk
sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi; b. jumlah persediaan awal dan akhir
bulan; c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima; e. tanggal, nomor dokumen, dan
tujuan penyaluran; f. jumlah yang disalurkan; dan g. nomor
batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran
dan persediaan awal dan akhir.

KARS
Bagian Kedua Pelaporan
Pasal 45
• (6) Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik
perorangan wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan pemasukan dan
penyerahan/penggunaan Narkotika dan Psikotropika, setiap
bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan Kepala Balai setempat. (7) Pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) paling sedikit terdiri
atas: a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika,
Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi; b. jumlah
persediaan awal dan akhir bulan; c. jumlah yang diterima;
dan d. jumlah yang diserahkan.

KARS
CONTOH LEMARI OBAT
NARKOTIKA
(Narcotic cabinet)

TUJUAN : MENCEGAH
HILANGNYA OBAT
NARKOTIKA
• Harus ada
penanggung jawab
setiap shift
• Harus ada bukti serah
terima per shift
dengan stock
Sutoto.KARS 62
• DRUG
REFRIGERATOR:
• HANYA UNTUK
MENYIMPAN
OBAT
• SUHU HARUS
DIMONITOR
SETIAP HARI

Sutoto.KARS 63
1. DILARANG
MENYIMPAN
DUA JENIS OBAT
ATAU LEBIH
DALAM SATU
BOX
2. DILARANG
MENYIMPAN
OBAT LASA
DALAM SATU
BOX

KARS
• OBAT HIGH
ALERT
DISIMPAN
DALAM
SATU RAK
• DIBERI
LABEL HIGH
ALERT

KARS
CONTOH
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
TALLMAN LETTERING

• hidraALAzine  hidrOXYzine
• ceREBYx  ceLEBRex
• vinBLASTine  vinCRIStine
• chlorproPAMIDE  chlorproMAZINE

• glipiZIde  glYBURIde
 dOXOrubicine
• DAUNOrubicine

Sutoto.KARS 66
KARS
KARS
KARS
Look Alike Sound Alike
• Dilarang disimpan
berjejeran
• Diberi label LASA
LASA LASA

Sutoto.KARS 70
71
UPAYA PENCEGAHAN KESALAHAN PENANGAN
OBAT LASA

• TallMan Lettering:
– Smart Pumps, Automated Dispensing Cabinets,
Medication Administration Record, Central
pharmacy, Storeroom, IV room and satellites
• Labelling similar products
– Example: Ephedrine and Promethazine
LASA

LASA

Sutoto.KARS 73
ISO NORM 26825
CONTOH LASA (look alike sound alike)
(Nama Obat ,Rupa dan Ucapan Mirip)

Sediaan injeksi dengan kekuatan berbeda yang memiliki kemasan luar


berbeda tetapi kemasan dalam (ampul) hampir sama
LASA

Sutoto.KARS 75
HIGH
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs) ALERT
1
2
3
4
5

6
7
8
Sutoto.KARS 76
HIGH
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs) ALERT

9
10
11
12
13
14
15
16

• ISMP: Institute for Safe Medication Practices


Sutoto.KARS 77
HIGH
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs) ALERT

17

18

19

20

21

22

23

24

Sutoto.KARS 78
DAFTAR OBAT HIGH ALERT HIGH
OBAT SPESIFIK ALERT

1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin Sutoto.KARS 79
DAFTAR ELEKTROLIT KONSENTRAT

KARS
CONTOH: KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high
alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta
panduan penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata
laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses
terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam
keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja
perhuruf
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 81
CONTOH:KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI
INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan
diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain/ dalam rak tersendiri
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya dan diberi
stiker high alert
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double,
setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan
dicatat
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert lakukan double check
kepada perawat lain untuk memastikan 5 benar (pasien, obat, dosis ,
rute, waktu)
7. Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa
infus, tempel stiker label nama obat pada botol infus. Dan di isi
HIGH
dengan catatan sesuai ketentuan
Sutoto.KARS
ALERT
82
Look alike High Alert Drugs

HIGH ALERT
• Semua obat
high alert HIGH ALERT
disimpan dalam
rak tersendiri

KARS
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL
INFUS

Sutoto.KARS 85
PENYIMPANAN B3

KARS
Contoh Pedoman Penyimpanan Perbekalan Farmasi
• Penyimpaan Pebekalan Farmasi Umum:
– Simpan sesuai ketentuan dalam standar yan far
• Bahan berbahaya :
– Simpan dalam tempat terpisah
– Tersedia APR/pemadam api
– Diberi label sesuaikan dengan klasifikasi B3
• Gas Medis:
– Disimpan terpisah dari tempat perbekalan farmasi
– Bebas dari sumber api
– Ventilasi harus baik
• Obat Narkotika:
– Disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda dan terkunci

Sutoto.KARS 87
TATA LAKSANA B3:

1. inventarisasi bahan & limbah berbahaya  bahan kimia, bahan


kemoterapi, bahan dan limbah radioaktif, gas dan uap berbahaya serta
limbah medis dan infeksius lain sesuai ketentuan.
2. penanganan, penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya;
3. pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan (exposure) dan insiden
lainnya;
4. pembuangan limbah berbahaya yang benar;
5. peralatan dan prosedur perlindungan yang benar pada saat penggunaan,
ada tumpahan (spill) atau paparan (exposure);
6. pendokumentasian, meliputi setiap izin dan perizinan/lisensi atau
ketentuan persyaratan lainnya;  MSDS (material safety data sheet)
7. pemasangan label yg benar pd bahan &limbah berbahaya.
B3B RS

• Risk Asesmen

- Identifikasi daftar bahan berbahaya di RS & lokasi penyimpanan.

- Analisa risiko dari bahan berbahaya tsb

- Evaluasi risiko dari bahan berbahaya tsb

• Kelola Risiko  Susun kebijakan & prosedur pengadaan,


penyimpanan, penanganan tumpahan/paparan, laporan insiden

• Terjadi insiden (misalnya : ada tumpahan B-3 buat laporan


insiden/kejadian

• Lakukan audit/pemeriksaan pengadaan dan penyimpanan bahan


berbahaya untuk mengetahui adanya KPC
GAS MEDIS

KARS
TABUNG OKSIGEN

• Diruang rawat harus


tabung harus bersih
atau diberi sarung
bersih, sarung diberi
tulisan isi gasnya
• Diberi pengaman
berupa troli yang
dirantai, untuk
menghindari tabung
jatuh.
• Tabung harus diberi
tulisan isi dari gas yang
ada didalamnya

KARS
PMK 1439 TAHUN 2002 TENTANG GAS MEDIS

PMK 4 thn 2016 TENTANG GAS MEDIS DAN VAKUM MEDIS PADA FASYANKES

d. Tabung baja Gas Medik di cat dengan warna yang berbeda dan
diberi label sesuai dengan jenis gas yaitu :
1) Oksigen medis berwarna putih
2) Dinitrogen oksida berwarna biru tua
3) Karbon dioksida berwarna abu- abu
4) Nitrogen berwarna hitam
5) Argon berwarna hijau KARS

6) Helium bewarna coklat


PMK 4 thn 2016 TENTANG GAS MEDIS DAN VAKUM MEDIS PADA FASYANKES
Tabung Gas Medik harus
dilengkapi dengan :
a. Identifikasi Stamp Pada
Botol Baja meliputi :
1) Identitas / Merk Pabrik
2) Jenis Gas yang diisikan
3) Bulan – Tahun Pembuatan
4) Tekanan Pengetesan (dalam
Kg / Cm2)
5) Tekanan Pengisian (dalam
Kg / Cm2)
6) Nomor Seri Cylinder
7) Volume Kapasitas air
(dalam liter)
8) Berat cylinder Kosong
(tanpa kran dan tutup)

KARS
PMK 4 thn 2016 TENTANG GAS MEDIS DAN VAKUM MEDIS PADA FASYANKES

b. Diberikan label yang jelas meliputi :


1) Nama Perusahaan
2) Nama Gas
3) Kandungan purity
4) Volume (isi tabung)
5) Tekanan gas
6) Tanggal pengisian
7) Nomor Tabung
8) Masa uji tabung
c. Diberikan stiker tanda “ Hazard “ yang menyebutkan :
1) Sifat gas
2) Peringatan–peringatan
3) Pertolongan pertama
4) Nama Produsen

KARS
Medication History

KARS
Contoh :
Medication History

Riwayat alergi Label identitas pasien


Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? Reaksi alreginya
R=ringan
S=Sedang
B=Berat

Semua jenis obat ; obat resep, bebas, herbal atau tcm yg dibawa dari rumah

Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?

Ya tidak

1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU
Sutoto.KARS 99
Diadaptasi dari : Improving Communication During transtition. JCR,JCI, 20102 p 54
PENYIMPANAN OBAT KHUSUS

KARS
OBAT EMERGENSI
• Tersedia di semua unit pelayanan sesuai
kebutuhan dalam standar
• Prosedur, menjaga dan melindungi dari
kehilangan dan pencurian
• Di monitor/supervisi, jangan sampai kosong,
tak sesuai standar, misal ada obat yg
kadaluwarsa atau setelah dipakai tak segera
diganti

KARS
Contoh: Kebijakan Penyimpanan Obat Emergensi
• Tempat menyimpan : TROLI/KIT/LEMARI/KOTAK
OBAT EMERGENSI
• Akses terdekat dan selalu siap pakai .
• Terjaga isinya/aman kunci plastik dg no register
• Isi sesuai standar di masing-masing unit
• Tidak boleh dicampur obat lain
• Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah
Pakai harus melaporkan untuk segera diganti
• Di cek secara berkala apakah ada yg
rusak/kadaluwarsa

Sutoto.KARS 102
TROLI EMERGENSI

Kunci Plastik
Disposable dengan nomor
register

Sutoto.KARS 103
TAS EMERGENSI

Sutoto.KARS 104
PENARIKAN OBAT

KARS
 Elemen Penilaian PPI.

7.1.1.

Ada kebijakan dan Kebijakan & prosedur untuk Kebijakan alat

prosedur yang konsisten alkes dan obat yang kadaluwarsa

dengan peraturan dan kadaluwarsa  koordinasi

perundangan di tingkat dengan farmasi RS

nasional dan ada standar Kadaluwarsa juga termasuk

profesi yang alat-alat sterilisasi yang

mengidentifikasi proses sudah di packing

pengelolaan peralatan

yang kadaluwarsa
PERESEPAN / PERMINTAAN
OBAT DAN INSTRUKSI
PENGOBATAN

KARS
CONTOH: ISI KEBIJAKAN PERESEPAN
• Hanya Yang Berhak Menulis Dan Memesan Resep Saja Yangdilayani
• (Tersedia Daftar Staf Medis Yang Berhak Menulis Resep/ Daftar Petugas Yang
Berhak Memesan Resep Di Instalasi Farmasi)
• Resep Harus Lengkap ( Tersedia Contoh Dan Keterangan Resep Yang Lengkap )
• Sebelum Menulis Rerep Harus Melakukan Penyelarasan Obat (Medication
Reconciliation) . Penyelarasan Obat Adalah Membandingkan Antara Daftar Obat
Yang Sedang Digunakan Pasien Dan Obat Yang Akan Diresepkan Agar Tidak Terjadi
Duplikasi Atau Terhentinya Terapi Suatu Obat
• Penulis Resep Harus Memperhatikan Tiga Kemungkinan :
1. Kontraindikasi
2. Interaksi Obat
3. Reaksi Alergi.
• Tulisan Harus Jelas Dan Dapat Dibaca
• Menggunakan Istilah Dan Singkatan Yang Ditetapkan RS Dan tidak Boleh
Menggunakan Singkatan Yang Dilarang (Tersedia Daftar Singkatan Yang Digunakan
Di Rs Dan Daftar Singkatan Yang Dilarang)

Sutoto.KARS 108
Contoh :
Rekonsiliasi obat dan Daftar Obat Yang Dipakai dari Rumah
(Patient medication Hstory)

Daftar riwayat alergi Label identitas pasien


Tgl Daftar obat yang menimbulkan alergi Seberapa berat alerginya? Reaksi alreginya
R=ringan
S=Sedang
B=Berat

Daftar semua jenis obat yg digunakan pasien atau dibawa dari rumah; (obat resep,
bebas, herbal atau tcm)
Tanggal Nama obat Dosis/frekuensi berapa lama Alasan makan Berlanjut saat
obat rawat inap ?

Ya tidak

1.
2.
3.
4.
NAMA DAN TANDA TANGAN YANG MELAKUKAN INTERVIU
Sutoto.KARS 109
Diadaptasi dari : Improving Communication During transtition. JCR,JCI, 20102 p 54
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Contoh Petunjuk penulisan Resep

RUANG/INSTALASI::
TANGGAL:
ALERGI : TIDAK/ YA : …………………

IDENTITAS PASIEN: (STIKER)

BERAT BADAN :
NAMA DOKTER
Sutoto.KARS 111
Contoh: Automatic Stop Order

Sutoto.KARS 112
contoh
automatic
stop order

Sutoto.KARS 113
Contoh : KEBIJAKAN AUTOMATIC STOP ORDER

• I. TUJUAN:
• Tjuan kebijakan automatic stop order Untuk memastikan bahwa
terdapat obat yang harus dievaluasi dan ditinjau secara konsisten
dan bahwa informasi ini diberi tahu kepada dokter.
• III. KEBIJAKAN:
• Rumah Sakit akan memastikan administrasi aman obat melalui
proses stop order.
• IV. PROSEDUR:
• A. obat berikut akan otomatis dihentikan oleh Instalasi Farmasi
setelah penggunaan awal telah dimulai:
1. Ketorolac - setelah 5 hari penggunaan
2. Nesiritide - setelah 2 hari penggunaan
3. Alvimopan - setelah 15 dosis telah diberikan
4. Meperidin - setelah 2 hari penggunaan

• Proses stop order otomatis didefinisikan sebagai HARD STOP


Sutoto.KARS 114
Daftar
obat high
alert

Sutoto.KARS 115
Sutoto.KARS 116
ELEKTROLIT KONSENTRAT

1. Kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml


2. Kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. Natrium/sodium klorida > 0.9%
4. Magnesium sulfat => 20 % atau lebih
pekat Semua obat high
alert disimpan
dalam rak
tersendiri

Sutoto.KARS 117
CONTOH
KEBIJAKAN OBAT HIGH ALERT

• DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya
yang bermakna bila digunakan secara salah
• KEBIJAKAN:
– Setiap unit yan obat harus punya daftar obat high
alert dan panduan penanganan obat hig alert
– Setiap staf klinis terkait harus tahu penanganan
obat high alert
– Obat high alert harus disimpan dalam rak
terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
– Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam
keadaan emergensi
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 118
CONTOH
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI
FARMASI

• Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat


• Beri stiker high alert pada setiap ampul yang diserahkan kepada
perawat
• Pisahkan obat high alert dengan obat lain
• Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
• Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci,
setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan
dicatat
• Sebelum perawat memberikan obat hig alert cek kepada perawat
lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis
• Obat hig alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, jika lebih dari satu tempel label nama obat pada tiap
selang infus

HIGH
Sutoto.KARS
ALERT
119
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN
STAF

KARS
DAFTAR OBAT YG DIBERIKAN
KEPADA PASIEN

KARS
Contoh
Tabel Pencatatan Obat
Label identitas pasien
No Nama Obat Dosis Rute Nama Dr Diperiksa Diberikan Waktu Pemberian
/Tanda Oleh Oleh
(tanggal , jam) Keterangan
Tangan

1 Misal : Bila
perlu

Sutoto.KARS 122
Sutoto.KARS 123
PERSIAPAN DAN PENYALURAN
(dispensing)

KARS
Sutoto.KARS 125
LAMINAR AIRFLOW VERTICAL

• Pencampuran obat IV
• Repackaging Anti biotic
INFECTION CONTROL RISK ASSESSMENT
PENCAMPURAN OBAT IV TAK SESUAI STANDAR
PROBABILITY RISK IMPACT (HEALTH, CURRENT SYSTEM/ SCO
FINANCIAL, LEGAL, PREPAREDNESS RE
POTENSIAL RISK/PROBLEM REGULATORY)
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

Terkontaminasi bacteri patogen  pasien


septicaemi  meninggal  Tuntutan hukum
citra RS menurun
Campuran obat IV tak compatible/ menjendal 
emboli  meninggal/cacat  Tuntutan hukum
citra RS menurun
Alergi hebat  meninggal  Tuntutan hukum
citra RS menurun

ICRA
Cytotoxic Safety Cabinet

Sutoto.KARS 128
PELAYANAN KEMOTERAPI

Pelayanan pasien yang mendapat kemoterapi


atau pengobatan risiko tinggi lain diarahkan
PP.3.9. 1oleh kebijakan dan prosedur yang sesuai.

Pasien yang mendapat kemoterapi atau


pengobatan risiko tinggi lain menerima
2pelayanan sesuai kebijakan dan prosedur.

KARS
Sutoto.KARS 130
Tabel 1. Daftar Ketercampuran Obat Suntik (sebagian)

Dst….. 131
BUKU PEDOMAN PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DAN PENANGANAN SEDIAAN SITOSTATIKA . Dirjen Binyanfar .2009
Sutoto.KARS 132
JENIS LIMBAH
Limbah padat:
o Infeksius( kantong kuning0)
o Non infeksius (kantong hitam)
o Daur ulang ( kantong putih)
o Limbah sitotoksik ( kantong
ungu)
Limbah cair
o Infeksius
o Non infeksius
Limbah benda tajam
TELAAH/SKRINING RESEP DAN
OBAT

KARS
TELAAH/SKRINING RESEP
Persyaratan administrasi meliputi :
• Nama, tgl lahir, jenis kelamin, BB dan TB (pasien anak)
• Nama, paraf dokter
• Tanggal resep
• Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmaseutik meliputi :
• Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
• Dosis dan Jumlah obat
• Stabilitas
• Aturan, dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
• Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
• Duplikasi pengobatan
• Alergi,
• Efek samping, ROTD
• Kontraindikasi
• Interaksi obat yang berisiko

Sutoto.KARS 138
Contoh Formulir telaah resep

NO TELAAH RESEP YA TDK KETERANGAN/


TINDAK
LANJUT
1 KEJELASAN TULISAN RESEP
2 TEPAT OBAT
3 TEPAT DOSIS
4 TEPAT RUTE
5 TEPAT WAKTU
6 DUPLIKASI
7 ALERGI
8 INTERAKSI OBAT
9 BERAT BADAN (PASIEN ANAK)
10 KONTRA INDIKASI LAINNYA

NAMA DAN TANDA TANGAN PENELAAH


Sutoto.KARS 139
TOP TEN DANGEROUS DRUG
INTERACTION IN LONG TERM CARE

Sutoto.KARS 140
CONTOH
KEBIJAKAN ETIKET OBAT
RAWAT JALAN

1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
3. Dosis/Konsentrasi
4. Cara pemberian
5. Tanggal Penyiapan
6. Tanggal Kadaluwarsa

Sutoto.KARS 141
CONTOH
KEBIJAKAN ETIKET OBAT RAWAT INAP

1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
3. Dosis/Konsentrasi
4. Rute/Cara Pemberian
5. Waktu Pemberian

Sutoto.KARS 142
Perawat harus memastikan kebenaran pemberian
obat antara resep/perintah dr sampai ke pasien
sebelum memberikan obat
(5 BENAR)

Obat dalam Etiket obat

1. Identitas Pasien
2. Nama Obat
RESEP/PERINTAH
3. Dosis/Konsentrasi
DOKTER
4. Rute/Cara Pemberian
5. Waktu Pemberian

KHUSUS OBAT HIGH ALERT/HIGH RISK: DOUBLE CHECK


Contoh
Tabel Pencatatan Obat
Label identitas pasien
No Nama Obat Dosis Rute Nama Dr Diperiksa Diberikan Waktu Pemberian Keterangan
/Tanda Oleh Oleh
Tangan

1 Misal : Bila
perlu

Sutoto.KARS 144
Pemberian Obat yang Aman Harus Dilakukan Verifikasi
terhadap:

1. Obat dengan resep/pesanan


2. Waktu dan frekuensi pemberian dengan
resep/pesanan
3. Jumlah dosis dengan resep/pesanan
4. Route pemberian dengan resep/pesanan
5. Identitas pasien

Sutoto.KARS 145
CONTOH: FORM TELAAH OBAT
Label identitas pasien

NO TELAAH OBAT YA TDK KETERANGAN/


TINDAK
LANJUT

1 OBAT DENGAN RESEP/PESANAN

2 JUMLAH/DOSIS DENGAN
RESEP/PESANAN
3 RUTE DENGAN RESEP/PESANAN

4 WAKTU DAN FREKUENSI PEMBERIAN


DENGAN RESEP/PESANAN

Sutoto.KARS 146
JADWAL PEMBERIAN OBAT

• 1x1 Pagi 06-07


• 1x1 Malam 21-22
• 2x1 06-07 18-19
• 3x1 06-07 12-13 19-20
• 4x1 06-07 12-13 18-19 22-23
• 5x1 06-07 10-11 15-16 20-21
23-24

• Jadwal ini tidak berlaku unt antibiotik injeksi dan


obat dgn program pengobatan khusus
Sutoto.KARS 147
Contoh
Tabel Pencatatan Obat
Label identitas pasien
No Nama Obat Dosis Rute Nama Dr Diperiksa Diberikan Oleh Waktu Pemberian Keterangan
/Tanda Oleh
(tgl/jam)
Tangan

1 Misal : Bila
perlu

Sutoto.KARS 148
• PEMANTAUAN EFEK OBAT
DAN EFEK SAMPING OBAT
• MEDICATION ERROR

KARS
TERMINOLOGI KESELAMATAN PASIEN DALAM
PELAYANAN KEFARMASIAN

1. Kejadian tidak diharapkan / KTD (Adverse


Event), pada pemberian obat  Adverse Drug
Event), contoh: Pemberian obat pada orang
yang salah 
2. Reaksi obat yang tidak diharapkan
(ROTD/Adverse Drug Reaction), contoh: syok
Anafilaksi
3. Efek obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug
Effect) , contoh: Mengantuk pada penggunaan
CTM  meningkatkan risiko jatuh
Sutoto.KARS 150
ALGORITMA NARANJO

KARS
Sutoto.KARS 153
KEGIATAN PTO
1. Pengkajian Pilihan Obat
2. Dosis
3. Cara Pemberian Obat
4. Respons Terapi
5. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
6. Rekomendasi Perubahan Atau Alternatif
Terapi.

Sutoto.KARS 154
PEMANTAUAN TERAPI OBAT
• Adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien.
• Kegiatan PTO mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki
(ROTD),)dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
• Pemantauan terapi obat harus dilakukan secara berkesinambungan
dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar keberhasilan
ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
• Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami
masalah terkait obat. Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat,
serta respons pasien yang sangat individual meningkatkan munculnya
masalah terkait obat.
• Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek
profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek
yang tidak dikehendaki.

Sutoto.KARS 155
METODE PTO (SOAP)
S : Subjective
– Data subyektif adalah gejala yang dikeluhkan oleh pasien.
– Contoh : pusing, mual, nyeri, sesak nafas.
O : Objective
– Data obyektif adalah tanda/gejala yang terukur oleh tenaga
kesehatan. Tanda-tanda obyektif mencakup tanda vital
(tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafasan), hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik.
A : Assessment
– Berdasarkan data subyektif dan obyektif dilakukan analisis
terkait obat.
P : Plans
– Setelah dilakukan SOA maka langkah berikutnya adalah
menyusun rencana yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.

Sutoto.KARS 156
PASIEN/JENIS OBAT YANG DI PTO
1.. Pasien yang menerima obat dengan risiko tinggi seperti :
– obat dengan indeks terapi sempit (contoh: Digoksin,fenitoin),
– Obat yang bersifat nefrotoksik (contoh: gentamisin) dan hepatotoksik
(contoh: OAT),
– Sitostatika (contoh: metotreksat),
– Antikoagulan (contoh: warfarin, heparin),
– Obat yang sering menimbulkan ROTD (contoh: metoklopramid, AINS),
– Obat kardiovaskular (contoh: nitrogliserin).

2.Pasien yang menerima regimen yang kompleks


– Polifarmasi
– Variasi rute pemberian
– Variasi aturan pakai
• Cara pemberian khusus (contoh: inhalasi)
Sutoto.KARS 157
KONDISI PASIEN YG DILAKUKAN PTO

1. • Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi


penyakit sehingga menerima polifarmasi.
2. Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika.
3. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama
hati dan ginjal.
4. Pasien geriatri dan pediatri.
5. Pasien hamil dan menyusui.
6. Pasien dengan perawatan intensif.

Sutoto.KARS 158
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT
Setelah data terkumpul, perlu dilakukan analisis untuk identifikasi
adanya masalah terkait obat. (Hepler dan Strand)
1. Ada indikasi tetapi tidak di terapi :Pasien yang diagnosisnya telah
ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus
diterapi dengan obat.
2. Pemberian obat tanpa indikasi ,pasien mendapatkan obat yang tidak
diperlukan.
3. Pemilihan obat yang tidak tepat. Pasien mendapatkan obat yang
bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan merupakan pilihan
pertama, obat yang tidak cost effective, kontra indikasi
4. Dosis terlalu tinggi
5. Dosis terlalu rendah
6. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
7. Interaksi obat
Sutoto.KARS 159
Sutoto.KARS 160
Sutoto.KARS 161
DO KEJADIAN LAP RCA RTL

Kematian tdk sesuai dng +/- +/- +/- +/-


perjlan peny
Kehilangan f.utama

Salah lokasi, prosedur, pasien

Bayi hilang

Lain-1

Sesuai ketentuan lap IKP tidak boleh di copy, karena itu di unit
pelayanan yg ada hanya form laporan, untuk laporan & hasil analisa
RCA atau risk grading, asesor internal menelusuri di Tim KPRS
Kejadian LAPORAN RISK RCA/SIMP RTL
GRADING LE
INVESTIGA
TION
Peningkatan KTD +/- +/- +/- +/-

Reaksi transfusi darah

Reaksi obat (MPO 7 EP3)

Kesalahan obat (MPO& 7.1 EP


1)
Ketidakcocokan Dx pra dan
paska operasi
KTD sedasi & anestesi

Outbreak infeksi
Kejadian LAPORAN RISK INVESTIGATION RTL
GRADI
NG
KNC Obat +/- +/- +/- +/-
SENTINEL RCA

MERAH &
KTD KUNING

RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU

INVESTIGASI
SEDERHANA
SEKIAN
TERIMA KASIH
• sutotocokro@gmail.com

Sutoto.KARS 166

Anda mungkin juga menyukai