SKRIPSI
ii
iii
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, karunia serta bimbinganNya-lah
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terima
kasih kepada :
Hasanuddin.
2. Ibu Yulia Yusrini Djabir, MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu Prof. Dr. Elly
3. Ibu Yulia Yusrini Djabir, MBM.Sc., M.Si., Ph.D., Apt. yang juga selaku
atas ilmu, tenaga dan setiap nasehat serta pengalaman yang telah
vi
Demikian pula penulis menyampaikan terima kasih kepada seluruh
staf fakultas farmasi atas segala fasilitas yang diberikan selama penulis
Irianto Toyang yang juga selalu senantiasa memberikan doa, motivasi dan
skripsi ini.
Terima kasih yang terkhusus dan teristimewa kepada kedua orang tua
tercinta, Jantje Rupang dan Soro’ Bato’Sau’ serta adik terkasih Gilbert
motivator terbesar dalam hidup penulis. Kepada pihak yang tidak sempat
kepada kita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
II.2.2.2 Metabolisme 11
II.2.2.3 Penyimpanan 12
II.2.2.4 Produksi Panas 12
II.2.2.5 Penyimpanan Darah 12
II.2.2.6 Fungsi Glikogenik 12
II.2.2.7 Sekresi Empedu 13
II.2.2.8 Pembentukkan Ureum 13
II.2.2.9 Kerja atas lemak 13
II.2.3 Hepatotoksisitas Hati 14
II.3 Histopatologi Hati 14
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 18
III.1 Penyiapan Alat dan Bahan 18
III.2 Tempat Penelitian 18
III.3 Metode Kerja 19
III.3.1 Penyiapan Hewan Coba 19
III.3.2 Penyiapan Sediaan Uji dan Dosis Pemerian 19
III.3.2.1 Pembuatan Suspensi Natrium CMC 1% 19
III.3.2.2 Perhitungan Dosis OAT-FDC 19
III.3.2.3 Perhitungan Pemberian OAT Pada Tikus 20
III.3.2.4 Pembuatan Suspensi OAT-FDC 8,9% 21
III.4 Prosedur Percobaan 21
III.4.1 Penanganan Spesimen 21
III.4.2 Pembuatan Preparat Histopatologi Hati Tikus 22
III.4.2.1 Fiksasi 22
III.4.2.2 Pemotongan Spesimen 22
III.4.2.3 Prossesing dan Embedding 22
III.4.2.4 Pemotongan Blok 23
xi
III.4.2.5 Pewarnaan 24
III.4.3 Pengamatan Preparat Histopatologi Hati Tikus 24
III.4.4 Analisis Statistik 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 35
V.1 Kesimpulan 35
V.2. Saran 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 39
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Struktur isoniazid 5
2. Struktur Rifampisin 7
3. Struktur Pirazinamid 8
4. Struktur Etambutol 9
5. Anatomi hati 10
6. Lobulus hati 16
15. Mikrotom 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
3. Data statistik 41
4. Dokumentasi Penelitian 45
xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
HE = Hematoksilin eosin
INH = Isoniazid
TB = Tuberkulosis
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Organization (WHO), pada tahun 2014, TB membunuh 1,5 juta orang (1,1
juta orang HIV-negatif dan 0,4 juta HIV-positif) dan Indonesia berada pada
tetapi pada awal 1970-an sudah mulai terdapat beberapa penelitian yang
1
2
peningkatan SGOT dan SGPT pasien (Agustin dkk, 2013). Diantara obat
2005). Kerusakan sel hati bervariasi dari yang ringan asimptomatik sampai
menimbulkan gejala serius akibat nekrosis sel hati (Kemenkes RI, 2008).
penggunaan OAT-FDC dosis terapi dalam jangka yang cukup lama dapat
seperti peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat akut, perubahan histologi
pada hati biasanya terjadi apabila tubuh/organ sudah cukup lama mengalami
novergicus) ?
dosis terapi secara subkronik (30 hari) terhadap perubahan histopatologi hati
tikus. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi resiko dari
efek samping penggunaan OAT-FDC dosis terapi dalam jangka waktu yang
lama pada sel hati tikus yang mungkin memiliki kemiripan dengan
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tuberkulosis
II.1.1 Pengertian
zat kimia. Dalam jaringan tubuh, bakteri dapat dormant (tertidur sampai
standar INH, PAS dan Streptomisin selama satu sampai dua tahun. Para
Amino Acid (PAS) kemudian diganti dengan Pirazinamid. Sejak 1977 mulai
digunakan paduan OAT jangka pendek yang terdiri dari INH, Rifampisin dan
4
5
intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan. Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali
dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk: ¾ penderita baru
TB Paru BTA Positif. ¾ Penderita baru TB Paru BTA negatif röntgen positif
yang “sakit berat” ¾ Penderita TB Ekstra Paru berat (Kemenkes RI, 2005;
Sweetman, 2009).
II.1.2.1 Isoniazida
disebabkan bakteri yang peka dan untuk profilaksis orang berisiko tinggi
mendapatkan infeksi.
sehari, anak anak 10 mg/BB sampai 300 mg1 kali sehari, berbeda dengan
dengan 900 mg, kadang-kadang 2 kali atau 3 kali seminggu. Untuk anak
jaringan tubuh dan cairan. Efek samping pada hati, kelainan transien pada
fungsi hati sering terjadi pada tahap awal terapi antituberkulosis dengan
2009).
II.1.2.2 Rifampisin
dengan antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang. Untuk dewasa
dan anak yang beranjak dewasa 600 mg 1 kali sehari, atau 600 mg 2 – 3 kali
Anjuran ikatan dokter anak indonesia adalah 75 mg untuk anak < 10 kg, 150
RNA terganggu. Bioavailabilitas obat ini, sekitar 80% terikat pada protein
pada hati yaitu kelainan transien pada fungsi hati umum terjadi pada tahap
II.1.2.3 Pirazinamid
buruk yang paling serius dari terapi pirazinamid. Namun, dalam dosis yang
dianjurkan saat ini, bila diberikan dengan isoniazid dan rifampisin, kejadian
2009).
9
II.1.2.4 Etambutol
obat lain, sesuai regimen pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko
Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak usia kurang 6 tahun, neuritis optik,
pada dinding sel. Dosis Untuk dewasa dan anak berumur di atas 13 tahun,
sekitar 80% dosis etambutol oral diserap dari saluran cerna, penyerapan
II.2 Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh dan juga merupakan organ
viseral terbesar dan terletak pada bagian teratas dalam rongga abdomen di
Beratnya 1.500 g (3 lbs), dimana pada kondisi hidup hati berwarna merah tua
karena kaya akan persediaan darah. Hati menerima darah teroksigenasi dari
arteri hepatika (memiliki kejenuhan 95-100% oksigen) dan darah yang tidak
teroksigenasi tetapi kaya akan nutrient dari vena porta hepatika (memiliki
Hati terbagi atas dua belahan utama, yaitu kanan dan kiri. Lobus
kanan hati lebih besar dari lobus kirinya. Permukaan atas berbentuk
dibagi menjadi empat belahan (kanan, kiri, kaudata, dan kuadrata) dan setiap
lobus terdiri atas lobulus berbentuk polyhedral (segi banyak) (Pearce, 2010).
manusia (Pearce, 2010). Hati juga merupakan pabrik kimia dalam hal
diabsorpsi dari usus dan yang disimpan disuatu tempat di dalam jaringan.
Berikut fungsi utama hati, antara lain (Sloane, 2004; Pearce, 2010) :
II.2.2.1 Detoksifikasi
Hati juga memfagosit eritrosit dan zat aktif yang terdistintegrasi dalam darah.
II.2.2.2 Metabolisme
II.2.2.3 Penyimpanan
Hati menyimpan mineral, seperti zat besi, dan tembaga, serta vitamin
larut lemak (A,D,E dan K), hati juga menyimpan toksin tertentu (pestisida)
Sel hati dirangsang kerja suatu enzim, maka sel hati menghasilkan
glikogen (yaitu zat tepung hewani) dari konsentrasi glukosa yang diambil dari
makanan hidrat karbon. Zat ini disimpan sementara oleh sel hati dan diubah
kembali menjadi glukosa oleh kerja enzim bila diperlukan jaringan tubuh.
Karena fungsi ini, hati membantu supaya kadar gula yang normal dalam
Akan tetapi, fungsi ini dikendalikan sekresi dari pankreas, yaitu insulin. Hati
absorpsi lemak juga mengubah zat buangan dan bahan racun agar mudah
empedu, misalnya garam empedu, dibuat dalam hati: unsur lain misalnya
hati terjadi deaminasi oleh sel yang berarti bahwa nitrogen dipisahkan dari
bagian asam amino dan ammonia diubah menjadi ureum. Ureum dapat
akhir asam karbonat dan air. Garam empedu yang dihasilkan hati adalah
mengurangi absorpsi lemak dan karena itu dapat berjalan tanpa perubahan
masuk feses seperti yang terjadi pada beberapa gangguan pencernaan pada
nilai SGPT dan bilirubin tidak normal, status gizi, serta pemakaian beberapa
sebesar 0,2 – 5% berupa hepatitis, hal ini dapat meningkat jika izoniasid
dkk, 1999). Sementara itu, Pirazinamid memiliki efek toksik pada hati terjadi
bahasa yunani “histos” artiya jaringan dan “logos” artinya ilmu. Histologi
adalah studi tentang jaringan tubuh dan bagaimana jaringan ini diatur untuk
dalam jaringan dan sel dapat dikenali dengan reaksi kimia yang
termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem
(Harjana, 2011).
jaringan yang tidak diwarnai di bawah mikroskop. Oleh karena itu telah
atau biasa disebut H&E adalah jenis pewarnaan rutin yang paling umum
Hati merupakan organ besar di kuadran kanan atas perut, tepat di bawah
diafragma, tersusun dari ribuan struktur poligonal yang disebut lobulus hati,
yaitu unit fungsional dasar organ. Berikut gambar secara mikroskop lobulus
hati.
16
adalah penyiapan irisan jaringan atau "bagian" yang bisa diperiksa secara
terlalu tebal untuk dilewati cahaya, tembus pandang tipis, maka bagian
jaringan pada slide memiliki fitur struktural yang sama dengan yang dimilik
itubuh. Namun, ini sering tidak layak karena persiapan prosesnya bisa
(Mescher, 2016).
struktur sel dan jaringan (fiksasi), lalu larutan alkohol, dalam konsentrasi
dikeluarkan dalam pelarut organik yang dimana baik alkohol maupun parafin
meleleh sampai menjadi benar-benar menyatu dengan zat ini (infiltrasi), dan
setelah itu jaringan parafin yang sudah menyatu ditempatkan dalam ukuran
sistem optik yang memiliki tiga set lensa antara lain, Kondensor berfungsi
untuk mengamati bidang yang lebih kecil, dan 40X untuk mengamati bidang
daerah yang rinci dan oculars yang berfungsi memperbesar gambar yang
METODE PENELITIAN
OAT (Rifastar® FDC4), Buffer Neutral Formaline (BNF) 10%, eter, Natrium
serbuk gelatin, toluen, xylol, etanol 70% dan reagensia alkohol 100% v/v
(campuran etanol absolut 95% v/v, metanol 5% v/v dan isopropanol 5% v/v).
Hasanuddin.
18
19
Tikus jantan putih sebanyak 15 ekor (bobot badan 100 – 200 g) ditempatkan
aquades yang telah dipanaskan pada suhu 70ºC hingga diperoleh volume
mucilago.
Rifampisin 150 mg
Isoniazid 75 mg
Pirazinamid 400 mg
Etambutol 275 mg
bobot 20 tablet
Bobot rata − rata =
jumlah tablet
21600 mg
Bobot rata − rata =
20
Bobot rata − rata = 1080 mg
Sumber : Shin JW, Seol IC, Son CG. 2010. Interpretation of Animal Dose and Human
Equivalent Dose for Drug Development. The Journal of Korean Oriental Medicine. 31(3):1-7
Dimana, Km ratio dari manusia ke tikus adalah 6,17 (lihat tabel 1), sehingga
Untuk tikus dengan bobot 200 g, maka bobot tablet yang diberikan adalah:
x gBB
𝑉= 𝑋 1 𝑚𝐿
200 gBB
kelompok terdiri:
turut selama 30 hari. Pada hari ke-30 dilakukan pengambilan organ hati
tikus.
sampel yang berisi larutan BNF 10% dan disimpan terlebih dahulu minimal
III.4.2.1 Fiksasi
kali volume jaringan. Waktu yang diperlukan untuk fiksasi sempurna adalah
48 jam.
(lihat tabel 2). Pada tahap ini menggunakan pelarut alkohol 100% yang terdiri
dari beberapa campuran pelarut, yaitu : etanol absolut 90%, metanol 5%,
dan isopropanol 5 %.
Sumber : Wahyuni, Enggar, Kumorowati, Pitriani, Suardi, Sukri, Yunus M. 2012. Buku
Panduan Kerja Laboratorium Patologi. Balai Besar Veteriner Maros. Edisi 2. Hal 1-21.
kemudian direntangkan pada floating out yang bersuhu sekitar 400C. Hasil
III.4.2.5 Pewarnaan
“entellan” pada tiap coverslip, balik kemudian tutup pada slide preparat yang
sempurna.
terdiri dari generasi hidropik, degenerasi lemak, nekrosis, dan kongesti akan
1 = bila tidak terlihat kerusakan pada lapang pandang perbesaran 100X dan
400X
kategorial berdasarkan skor, sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji
P<0,05.
BAB IV
prevalensi kerusakan hati yang terjadi akibat efek samping dari OAT-FDC.
Ada beberapa parameter kerusakan sel hati yang akan dinilai, antara lain :
26
27
kerusakan selakut atau trauma. Kematian sel tersebut terjadi secara tidak
piknosis, adalah proses kerusakan pada inti sel yang ditandai dengan
larutnya kromosom dan proses kondensasi pada inti sel. Jika inti sel telah
mengalami piknosis, maka inti sel akan menjadi padat atau kental dan
kerusakan sel yang ditandai dengan pecahnya inti sel dan rusaknya
kromatin. Karioreksis terjadi karena adanya kerusakan sel secara alami atau
yang disebabkan oleh serangan bakteri, dan tahapan terakhir yaitu Kariolisis
adalah proses larutnya kromatin di dalam inti sel yang terjadi secara alami
terjadinya kariolisis adalah inti sel akan menjadi sangat pucat dan tidak
berisi darah.
Shin dkk (2010) dengan konversi dosis manusia ke hewan berdasarkan luas
dilakukan dengan cara mengalikan dosis manusia dan faktor konversi (hasil
bagi antara faktor km manusia dan faktor km hewan), juga banyak digunakan
Gambar 7. Gambaran histopatologi hati tikus kontrol sehat. Gambaran hati terlihat
normal kecuali adanya kongesti (panah hijau) pada beberapa daerah hati. Pembesaran
100X. Pewarnaan HE.
hati tikus yang normal, kecuali adanya kongesti yang terlihat (panah hijau)
kongesti (panah hitam) pada beberapa daerah hati, kemudian pada gambar
hijau), degenerasi hidrofis (panah biru), kongesti (panah hitam) dan nekrosis
(panah kuning). Alasan mengapa terjadi perubahan struktur hati pada tikus
yang hanya diberi NaCMC belum jelas, tetapi diperkirakan kerusakan hati
tersebut ditimbulkan oleh paparan anestesi yang berupa eter, yang dilakukan
30
perlakuan tersebut.
hari ke-14 terjadi peningkatan kadar sebesar 50% pada kelompok 3 yang
diberikan OAT-FDC, namun pada hari ke-28 tidak terjadi peningkatan kadar
kongesti (panah hitam) pada beberapa daerah hati, kemudian pada gambar
hijau), degenerasi hidrofis (panah biru), kongesti (panah hitam) dan nekrosis
(panah kuning).
32
N1 4 4 3 4
N2 4 4 3 4
N3 4 4 3 4
N4 4 4 3 4
N5 4 3 2 3
N6 3 5 3 3
dengan tikus yang diberi perlakuan baik NaCMC maupun OAT-FDC selama
0,523.
metabolisme hewan mamalia yang luas permukaan tubuhnya lebih kecil jauh
34
lebih cepat daripada hewan mamalia dengan luas permukaan yang lebih
Kerusakan hati yang diperoleh pada tikus yang diberi OAT-FDC terkait
efektif terhadap bakteri dalam keadaan metabolik aktif, yaitu bakteri yang
perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri ribose nukleotida acid (RNA)-
dapat membunuh bakteri yang berada dalam sel dengan suasana asam
BAB V
V.1 Kesimpulan
lemak dan kongesti yang berbeda nyata dengan kelompok 2 yang hanya
V.2 Saran
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., Kamso, S., Basri, C., dan Asik, S. 2007. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Cetakan pertama. Kemenkes RI.
Available as PDF File E-Book.
Aditama, T.Y., Subuh, M., Mustikawati, D.E., Asik, S Basri, C., dan Kamso,
S. 2007. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Cetakan
pertama. Kemenkes RI. Available as PDF File E-Book.
Agustin, R.A., Ikawati, Z., dan Setyati, A. 2013. Efek Kurkuma Terhadap
Kadar Alanine Aminotransferase Pada Pemakaian Obat Anti
Tuberkulosa Di Poliklinik Anak Rsud Arifin Achmad Propinsi Riau.
Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan
Klinik.3:199-206.
Blomberg, B., Spinaci, S., Fourie, B., and Laing, R. 2001. The rationale
forrecommending fixed-dose combination tablets for treatment of
tuberculosis. Bull World Health Organ. 79(1):61-68.
Luthariana, L.,Karjadi, T., Hasan, I., dan Rumende, C. 2017. Faktor Resiko
Terjadinya Hepatotoksisistas Imbas Obat Antituberkulosis Pada
Pasien HIV/AIDS. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 4(1):23-28.
Nolan, CM., Goldberg, DV., and Buskin, SE. 1999. Hepatotoxicity Associated
With Isoniazid Preventive Therapy. JAMA.281(11):1014-8.
Pawlowski, A., Jansson, M., Skold, M., Rottenberg, Me., and Kallenius, G.
2012. Tuberculosis and HIV Co-infection. Plos Pathong.
8(2):e1002464.
Prihatni, D., Parwati, I., Sjahid, I., dan Rita, C. 2005. Efek Hepatotoksik
AntiTuberkulosis Terhadap Kadar Aspartate Aminotransferase Dan
Alanine Aminotransferase Serum Penderita Tuberkulosis Paru.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory.
12(1):1-5.
Shin, JW., Seol, IC., and Son, CG. 2010. Interpretation of Animal Dose and
Human Equivalent Dose for Drug Development. The Journal of
Korean Oriental Medicine. 31(3):1-7.
LAMPIRAN I
SKEMA KERJA
Adaptasi hewan
(2 minggu)
Analisis statistik
Kesimpulan
40
Fiksasi Spesimen
Proses Pewarnaan
Preparat Histopatologi
41
LAMPIRAN II
DATA STATISTIKA
Test Statisticsa,b
Df 2 2 2 2
PERLAKUAN
Total 9
Total 9
Total 9
Total 9
Test Statisticsa
LEMAK HIDROFIS
Total 9
Total 9
Total 9
Total 9
Test Statisticsa
Ranks
Total 12
Total 12
Total 12
Total 12
Test Statisticsa
LAMPIRAN III
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 14. Persiapan untuk pembuatan Gambar 15. Proses fiksasi sampel
preparat histopatologi selama 48 jam
Gambar 16. Prossesing dan embedding Gambar 17. Alat floating bath/pemanas
sampel selama 20 jam (tissue processor)
47
Gambar 18. Alat pemotongan blok Gambar 19. Proses mencetak blok
Gambar 20. Proses pewarnaan preparat Gambar 21. Hasil preparat histopatologi
48
Lampiran IV
REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK