Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN MAS

HASIL TANGKAPAN DI WADUK CIRATA

LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan

Disusun Oleh :

Kelompok 7/Perikanan A

Talitha Fatihah 230110220001


Fadhlan Risanda 230110220013
Fakih Kamil 230110220014
Hafidh Ghanny 230110220021
Vevy Putri 230110220023
Jesen Aurick 230110220042

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISIS ASPEK BIOLOGI IKAN MAS


HASIL TANGKAPAN DI WADUK JATI GEDE

PENYUSUN : Kelompok 7 / Perikanan A


Nama NPM Aspek
Talitha Fatihah 230110220001
Fadhlan Risanda 230110220013
Fakih kamil 230110220014
Hafidh Ghanny 230110220021
Vevy Putri 230110220023
Jesen Aurick 230110220042

Jatinangor, 11 September 2018

Menyetujui :
PJ Asisten Laboratorium

Ayja Khayrurraja
NPM. 230110190052
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan usulan riset.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Laporan yang berjudul Analisi Aspek Biologi Ikan Mas Hasil Tangkapan di
Waduk Jati Gede dibuat untuk memenuhi laporan praktikum mata Kuliah Biologi
Perikanan pada Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran. Penulis ucapkan terimakasih kepada dosen dan asisten mata
kuliah Biologi Perikanan atas segala bimbingan dan masukannya.
Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam menyusun laporan praktikum, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun bagi
penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktikum yang telah disusun dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jatinangor, April 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
DAFTAR TABEL 5
DAFTAR GAMBAR 6
DAFTAR LAMPIRAN 7
I PENDAHULUAN 8
1.1 Latar Belakang 8
1.2 Tujuan 8
1.3 Manfaat 9
II KAJIAN PUSTAKA 10
2.1 Biologi Ikan 10
2.1.1 Taksonomi 10
2.1.2 Morfologi 10
2.1.3 Habitat 11
2.1.4 Pertumbuhan 12
2.1.5 Reproduksi 12
2.1.6 Kebiasaan Makanan 14
2.2 Pertumbuhan 14
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan 14
2.2.2 Pola Pertumbuhan 15
2.2.3 Faktor Kondisi 16
2.3 Reproduksi 16
2.3.1 Rasio Kelamin 17
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) 17
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG) 18
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HIS) 18
2.3.5 Fekunditas 18
2.3.6 Tingkat Kematangan Telur (TKT) 18
2.4 Kebiasaan Makan 18
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar 18
2.4.2 Indeks Ivlev 18
2.4.3 Tingkat Trofik 18
III BAHAN DAN METODE 19
3.1 Tempat dan Waktu 19
3.2 Alat dan Bahan 19
3.2.1 Alat Praktikum 19
3.2.2 Bahan Praktikum 19
3.3 Prosedur Praktikum 19
3.3.1 Prosedur Analisis Pertumbuhan 19
3.3.2 Prosedur Analisis Reproduksi 19
3.3.3 Prosedur Analisis Kebiasaan Makanan 20
3.4 Parameter Praktikum 20
3.4.1 Hubungan Panjang Bobot 20
3.4.2 Faktor Kondisi (Indeks Ponderal) 22
3.4.3 Rasio Kelamin 22
3.4.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG) 22
3.4.5 Hepato Somatik Indeks (HSI) 24
3.4.6 Fekunditas 24
3.4.7 Diameter Telur 24
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur 25
3.4.9 Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance) 26
3.4.10 Indeks Ivlev (Index of Electivity) 26
3.4.11 Tingkat Trofik 26
3.5 Analisis Data 28
3.5.1 Analisis Data Hubungan Panjang Bobot 28
3.5.2 Analisis Data Rasio Kelamin 28

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan Mas atau Cyprinus Carpio merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
permintaannya sangat banyak di pasaran. Menurut Laporan Kinerja Direktorat Jendral
Perikanan Budidaya tahun 2014, melaporkan bahwa perkembangan produksi pada ikan
mas mengalami peningkatan produksi rata-rata dari tahun 2010 hingga 2014 sebesar
14,44% (Direktorat Jendral Perikanan Budidaya 2014). Ikan mas memiliki banyak
varietas dengan ciri khas yang berbeda beda. Ikan mas dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu sebagai ikan konsumsi dan sebagai ikan hias, beberapa contoh ikan mas
hias yaitu ikan mas kancra domas, kaca, kumpay, dan koi (Susanto 2002).
Adapun jenis ikan yang kami identifikasi pada praktikum ini yaitu Ikan Mas atau
Cyprinus carpio. Menurut Djoko Suseno (2000) di indonesia pertama kali ikan mas
berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan
budidaya yang sangat penting. Dari jawa, Ikan mas kemudian dikembangkan ke
Bukittinggi pada tahun 1892, lalu kemudian di kembangkan di Tondano, Minahasa
Sulawesi Utara pada tahun 1895, daerah Bali Selatan pada tahun 1903, Flores, NTT pada
tahun 1932 dan Sulawesi Selatan pada tahun 1935.
Analisis ikan dilakukan berdasarkan aspek aspek yang dimiliki oleh ikan mas,
seperti aspek pertumbuhan, aspek reproduksi dan aspek kebiasaan makan. Pada aspek
reproduksi analisis kami meliputi Rasio Kelamin, TKG, IKG, HSI, Fekuinditas, dan
Diameter serta tingkat kematangan telur. Dan pada aspek pertumbuhan, kami mengukur
dari aspek distribusi ukuran, hubungan Panjang bobot ikan mas dan faktor kondisi.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan hasil praktikum ini yaitu diantaranya
untuk:
1. Menganalisis aspek pertumbuhan pada ikan mas seperti aspek morfometrik atau
distribusi ukuran, hubungan panjang bobot pada ikan mas, dan faktor kondisi.
2. Menganalisa aspek reproduksi pada ikan mas meliputi Rasio Kelamin, Tingkat
Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), Hepato Somatik
Indeks (HSI), Fekuinditas, Diameter Telur dan Tingkat Kematangan Telur.
3. Menganalisa aspek kebiasaan makan pada ikan mas meliputi indeks bagian
terbesar, indeks ivlev dan tingkat trofik.
1.3 Manfaat
Praktikum ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat
dikarenakan dapat mengetahui bagaimana aspek kebiasaan makan, aspek pertumbuhan
dan aspek reproduksi terhadap ikan Mas yang dimana ketiga aspek tersebut sangat
bermanfaat apabila ingin memulai budidaya Ikan Mas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Biologi Ikan


Ikan merupakan hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup dalam air dan
memiliki insang yang berfungsi untuk berenang (Adrim 2010). Tubuh ikan diselimuti
oleh sisik atau kulit (Cahyo 2006).
Ciri-ciri umum ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan bertulang
rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai operculum, tubuh
ditutupi oleh sisik dan erlendir, serta mempunyai bagian tubuh yang jelas atara kepala,
badan, dan ekor. Ukuran ikan bervariasi mulai dari yang kecil sampai yang besar.
Kebanyakan ikan berbentuk torpedo pipih, namun ada juga berbentuk tidak teratur
(Siagian 2009).
Ikan mas termasuk golongan ikan yang aktif bila dilihat dari sifat makan ikan
tersebut, karena ikan mas akan bergerak cepat ke arah pakan dan dengan cepat pula
menangkap pakan. Ikan mas lebih agresif lagi bila dalam kepadatan tinggi. Meski agresif,
tetapi bila sudah kenyang ikan mas akan masuk ke dalam air (Khairuman, 2008)
2.1.1 Taksonomi
Menurut Khairuman (2008), ikan mas (Cyprinus carpio) mempunyai klasifikasi
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Super Kelas : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas : Actinopterygi
Ordo : Cyprinoformes
Sub Ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Sub Famili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus Carpio
2.1.2 Morfologi
ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut
terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua
pasang sungut berukuran pendek. Ikan mas memiliki sisik berukuran relatif besar dan
digolongkan dalam tipe sisik sikloid. Ikan Mas mempunyai bentuk tubuh pipih bilateral
dan bentuk kepala pipih dorso lateral, serta panjang kepala ¼ kali panjang total tubuh.
Panjang total tubuh ikan yang diamati berkisar antara 20–23 cm. Tubuh berwarna hitam
kekuningan pada bagian dorsal dan berwarna kekuningan pada bagian ventral. Posisi
mulut terminal dan dapat disembulkan, dilengkapi oleh adanya alat tambahan berupa
sungut sebanyak dua pasang yang berbentuk seperti pecut dan terletak di sudut mulut.
Garis rusuk terletak di atas sirip dada, berbentuk lurus ke belakang sampai pertengahan
pelipatan ekor. Garis rusuk tersebut tersusun oleh sisik yang berjumlah 36–38 keping.
Jumlah sisik di atas garis rusuk 8–10 keping dan di bawah garis rusuk 6–7 keping. Sirip
tersusun oleh jari-jari keras dan jarijari lemah. Posisi sirip perut terletak dibelakang sirip
dada. Jumlah sisik yang mengelilingi batang ekor 16 keping.
Ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke
samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Pada bibirnya
yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian dalam
mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk
geraham. Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral) (Bachtiar 2002).
Pada bagian belakang sirip punggung memiliki jari-jari keras, sedangkan pada
bagian akhir berbentuk gerigi. sirip dubur ikan mas pada bagian belakang juga memiliki
jari-jari keras, sedangkan pada bagian akhir berbentuk gerigi seperti sirip punggung. Sirip
ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik berbentuk lingkaran
yang terletak beraturan. Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas di tutupi oleh sisik,
kecuali beberapa varietas yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran relative
besar dan di golongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (sikloid). Gurat sisi atau garis rusuk
(linea literalis) ikan mas berada di pertengahan tubuh dengan posisi melintang dari tutup
insang sampai keujung belakang pangkal ekor (Khairuman 2008).
2.1.3 Habitat
Habitat yang disukai ikan mas adalah perairan dengan kedalaman 1 meter yang
mengalir pelan, dan subur yang ditandai melimpahnya pakan alami, misalnya rotifer,
rotatoria, udang-udang renik dan lain-lain. Sebaliknya larva ikan mas menyukai perairan
dangkal, tenang dan terbuka. Sedangkan benih ikan mas yang berukuran cukup besar
lebih menyukai perairan yang agak dalam, mengalir dan terbuka. Di negara tropis ikan
mas berpijah pada musim hujan. Waktu pemijahan biasanya bertepatan dengan turunnya
hujan. Kesiapan proses pemijahan induk dapat terganggu jika media hidupnya tercemar,
kandungan oksigen terlarut menurun dan kondisi kesehatan induk menurun (Djarijah
2011).
Habitat atau tempat hidup ikan mas di alam bebas yaitu di pinggiran sungai,
danau, atau perairan tawar lain dengan kedalam air yang tidak terlalu dalam dan tidak
terlalu deras aliran airnya. Lingkungan perairan yang ideal untuk tempat hidup ikan mas
adalah daerah dengan ketinggian 150 – 600 m di atas permukaan laut. Suhu air yang ideal
untuk tempat hidup ikan mas adalah terletak pada kisaran antara 25 -30 ℃. (Narantaka
2012).
Habitat ikan mas meliputi sungai berarus tenang sampai berarus sedang dan di
area danau dangkal. Terkadang ikan mas dapat di temukan pada perairan payau atau
muara sungai yang bersalinitas 25 – 30 ppm. Perairan yang terdapat banyak di tempati
ikan mas yaitu bagian – bagian sungai yang terlindungi pepohonan rindang dan pada tepi
sungai dengan reruntuhan pohon yang tumbang (Khairuman , 2008).
2.1.4 Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan merupakan pertambahan panjang dan berat ikan yang dapat
dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Menurut Hidayat
dan Sasanti (2013) pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Pengelolaan terhadap lingkungan budidaya perlu dilakukan demi memperoleh
pertumbuhan ikan yang optimal. Kualitas air yang baik menjadi satu hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan budidaya. Sistem resirkulasi merupakan
salah satu cara yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas air tetap optimal selama
pemeliharaan ikan. Prinsip kerja dari sistem resirkulasi ini ialah menggunakan kembali
air secara berulang sehingga distribusi suhu, oksigen dan lainnya menjadi lebih merata
(Tanjung et al. 2019).
Pengembangan manajemen sistem resirkulasi juga dapat dikombinasikan dengan
penggunaan media filter yang dapat meningkatkan kualitas air, seperti bioball (biofilter)
dan tanaman (akuaponik). Media filter bioball pada sistem biofilter digunakan sebagai
tempat bakteri dan mengolah senyawa nitrogen dalam air. Tanaman hidroponik pada
sistem akuaponik mampu mengkonversi sisa pakan dari senyawa beracun (ammonia)
menjadi tidak beracun (Tyson et al. 2011).
Prinsip kerja kedua sistem resirkulasi tersebut mampu menjaga kualitas air akibat
dari penumpukan sisa metabolisme ikan budidaya sehingga dapat menghasilkan tingkat
produktivitas yang tinggi dalam waktu budidaya yang singkat dengan tingkat mortalitas
yang rendah dan tingkat kelulus hidupan yang tinggi (Nugroho et al. 2013). Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih Ikan mas
(Cyprinus carpio) pada sistem resirkulasi yang berbeda untuk mengetahui seberapa jauh
pertumbuhan optimal benih Ikan mas yang dipelihara pada perlakuan sistem resirkulasi
berbeda.

2.1.5 Reproduksi
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai
upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu
menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian
besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis
hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap
musim atau kondisi tertentu setiap tahun (Yushinta Fujaya 2004).
Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur
pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai sepasang
gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya 2005). Ikan memiliki ukuran dan
jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan
memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari
kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur sedikit,
ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal
ikan Tilapia (Fujaya 2004).
Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi
dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk proses-
proses yang terjadi di dalam gonad baik terhadap individu maupun populasi.
Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan
sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada
perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan
vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap individu-individu
telur. Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan pada gonad. Umumnya pertambahan
berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan
sebesar 5-10%.
Dalam biologi perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan
gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan
reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan
didapat keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai
memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada
hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak
menjadi masak tidak sama ukuranya. Demikian dengan ikan yang sama spesiesnya.
Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya
lebih dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaanya ukuran dan umur ketika
mencapai kematangan gonad untuk pertamakalinya. Sebagai contoh ikan large mouth
bass yang terdapat di Amerika Serikat. Ikan tersebut yang terdapat dibagian Selatan pada
waktu berumur satu tahun dengan berat 180 gram, gonadnya sudah masak dan dapat
bereproduksi. Ikan yang sama spesiesnya yang terdapat di bagian Utara pada umur satu
tahun., ukuranya lebih besar yaitu panjangnya 25 cm dan beratnya 230 gram tetapi di
dalam gonadnya tidak didapatkan telur yang masak, demikian juga spermanya. Ikan blue
gill yang beratnya 42 gram, gonadnya masak dan dapat berpijah pada umur satu tahun.
Tetapi ikan yang sama spesiesnya dalam keadaan banyak makan, dalam waktu 5 bulan
beratnya dapat mencapai 56 gram dan gonadnya masak dan dapat berpijah.
Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah
bermusim empat antara lain ialah suhu dan makanan. Tetapi untuk ikan di daerah tropik
faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak
lebih cepat (Effendie 1997: 8).

2.1.6 Kebiasaan Makanan


Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan pemakan segala (omnivora).
Kebiasaan makan ikan mas (Cyprinus carpio) yaitu sering mangaduk-ngaduk dasar
kolam, termasuk dasar pematang untuk mencari jasad-jasad organik. Karena kebiasaan
makannya seperti ini, ikan mas (Cyprinus carpio) dijuluki sebagai bottom feeder atau
pemakan dasar. Ikan mas juga suka mengaduk-aduk dasar kolam untuk mencari makanan
yang bisa dimanfaatkan seperti larva insecta, cacing-cacingan dan sebagainya. Aktivitas
ini akan membantu kawanan benih mencari makanan karena binatang-binatang di dasar
kolam yang teraduk ke atas dapat menjadi santapan lezat bagi benih. Di alam, ikan mas
ini hidup menepi sambil mengincar makanan berupa binatang-binatang kecil yang
biasanya hidup dilapisan lumpur tepi danau atau sungai (Susanto 2004).
Sumber protein, vitamin, lemak, dan mineral sebagai sumber energi metabolisme
tubuh dan pertumbuhan diperoleh dari makanan renik berupa plankton, yaitu plankton
nabati (fitoplankton) dan plankton hewani (zooplankton). Hewan-hewan kecil tersebut
disedot bersama lumpurnya, diambil yang dapat dimanfaatkan dan sisanya dikeluarkan
melalui mulut (Djarijah 2001).

2.2 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan dalam jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun
individu (Kemenkes RI 2012).

2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Pertumbuhan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu, faktor dalam (internal) dan faktor
luar (eksternal).
a) Faktor dalam adalah genetik, genetik mempengaruhi laju pertumbuhan ikan,
dimana setiap spesies atau varietas (strain) mempunyai laju pertumbuhan yang berbeda.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Listiyowati et al. (2008) tentang laju
pertumbuhan beberapa strain ikan Tilapia, yaitu Red Nifi, Nirwana, Gesit dan Gift yang
dipelihara dalam 3 tempat, yaitu keramba jaring apung (KJA), kolam dan tambak selama
12 minggu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pada pemeliharaan di KJA ikan Nila
Gift menghasilkan biomassa tertinggi yaitu 40,02 kg, pemeliharaan di kolam ikan Nila
Nirwana menghasilkan biomassa tertinggi yaitu 96,43 kg, dan pada pemeliharaan di
tambak ikan Nila Nirwana juga menghasilkan biomassa tertinggi yaitu77,79 kg.
Kemudian Ariyanto dan Subagyo (2004) juga melakukan penelitian terhadap
beberapa strain ikan Mas dan persilangannya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
setelah dipelihara selama 3 bulan, ternyata bobot rata-rata ikan Mas antar strain dan
persilangannya berbeda. Hal ini tentunya disebabkan karena laju pertumbuhan ikan Mas
tersebut berbeda antar strain dan persilangannya.
b) Faktor luar adalah lingkungan dan pakan, faktor lingkungan yang memegang
peranan penting dalam pertumbuhan ikan adalah zat hara dan suhu lingkungan. Di daerah
tropis, makanan merupakan faktor yang lebih penting dari suhu perairan. Bila keadaan
faktor-faktor lain normal, ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat. Zat
hara bisa meliputi air, makanan dan oksigen.
Ketersediaan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup pada waktu yang
tepat merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan.
Penyediaan pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan yang dipelihara
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat, dan akibatnya produksi yang dihasilkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan apabila penyedian pakan sesuai dengan
kebutuhan ikan, maka laju pertumbuhan ikan baik, maka waktu pemeliharaan akan
menjadi lebih singkat sehingga produksi kolam ikan (hasil panen) juga meningkat. Jadi
pakan ikan yang baik harus mengandung nutrisi (zat gizi) yang cukup sesuai dengan
kebutuhan ikan, diantaranya adalah energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral (Mudjiman 2008).

2.2.2 Pola Pertumbuhan


Effendie (2002), menyebutkan bahwa salah satu nilai yang dapat dilihat dari
adanya hubungan panjang bobot ikan adalah bentuk atau tipe pertumbuhannya, jika b = 3
dinamakan isometrik yang menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan seimbang
dengan pertambahan bobotnya.Jika b ˂ 3 dinamakan alometrik negatif, pertambahan
panjangnya lebih cepat dibandingkan pertambahan bobotnya. Jika b ˃ 3 dinamakan
alometrik positif yang menunjukkan bahwa pertambahan bobotnya lebih cepat dibanding
pertambahan panjangnya. Harmiyanti (2009) menambahkan jumlah dan variasi ukuran
ikan yang diamati, faktor lingkungan, perbedaan stok ikan dalam spesies yang sama,
tahap perkembangan ikan, jenis kelamin,dan tingkat kematangan gonad ketersediaan
makanan, perkembangan gonad dan musim pemijahan.

2.2.3 Faktor Kondisi


Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan dalam
angka-angka berdasarkan pada data panjang dan bobot. faktor kondisi merupakan
parameter yang digunakan untuk membandingkan kesejahteraan (well being) suatu
spesies antar populasi yang juga menyatakan status fisiologi ikan. Status fisiologi ikan
sendiri dipengaruhi oleh faktor-faktor intrinsik seperti perkembangan gonad, cadangan
organik, dan ada atau tidaknya makanan dalam lambung. Selain itu, status fisiologi juga
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik seperti ketersediaan pakan dan variasi lingkungan
(Rodriguez et al. 2017). Dengan demikian, kedua ukuran diatas menunjukkan pola
pertumbuhan suatu populasi dan status kesejahteraan populasi tersebut dengan berbagai
aspek yang mempengaruhinya (Karar et al. 2017).

2.3 Reproduksi
Sistem reproduksi ikan Mas (Cyprinus carpio) yaitu ovipar dimana
perkembangbiakan seksual yang ditandai dengan pelepasan sel telur jantan dan betina,
dimana spermatozoa diluar tubuh dan fertilisasi terjadi diluar tubuh. Ciri-ciri lain adalah
sel telur berukuran besar karena banyak mengandung kuning telur yang dapat menjadi
bekal bagi anak-anaknya dalam mengawali hidupnya diluar tubuh. Sifat telur ikan Mas
adalah menempel pada substrat. Telur ikan Mas berbentuk bulat, berwarna bening,
berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung
dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah
dibuahi oleh spermatozoa (Susanto 2007).
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva.
Larva ikan Mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai
cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4
hari. Larva ikan Mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,5-
0,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir)
dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan Mas memerlukan pasokan makanan dari
luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari
zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul
dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya (Susanto 2007).
Siklus hidup ikan Mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada
ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan
sperma). Sebenarnya, pemijahan ikan Mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak
tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya ikan Mas sering memijah pada awal 9
musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang
memijah, induk-induk ikan Mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air
atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan
digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika
terjadi pemijahan (Suseno 2000).

2.3.1 Rasio Kelamin


Rasio kelamin digunakan untuk membandingkan jumlah ikan jantan dan ikan
betina pada suatu populasi di alam. Rasio kelamin diperlukan sebagai tolak ukur untuk
mengetahui kestabilan populasi ikan di alam. Perbandingan antara ikan jantan dan beina
yang berada pada kondisi seimbang diperlukan untuk mempertahakan kelangsungan
hidup dalam suatu populasi. Rasio kelamin mempunyai keterkaitan yang erat dengan
habitat ikan dalam melakukan reproduksi. Habitat yang ideal untuk melakukan pemijahan
umumnya memiliki jumlah ikan jantan dan jumlah ikan betinanya seimbang. Namun
pada kondisi nyata di alam perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak (Gustomi et al.
2016). Menurut Effendie (1979) hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan
oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan.

2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah pemijahan (Tarigan et al. 2017). Terdapat dua faktor yang
mempengaruhi tingkat kematangan gonad yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor
dalam pada faktor tingkat kematangan gonad meliputi jenis ikan dan hormon yang
mempengaruhinya, sedangkan faktor luar meliputi suhu, makanan, intensitas cahaya, dan
lain lain (Habibi et al. 2013).
Tingkat kematangan gonad dapat diamati dengan dua acara yaitu cara histologi
dan cara morfologi. Pengamatan secara histologi dapat dilakukan di laboraorium dan
pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian tingkat kematangan gonad dari kedua
cara tersebut, pengamatan secara histologi lebih jelas dan detail dibandingkan dengan
pengamatan secara morfologi. Hasil penelitian secara histologi akan diketahui anatomi
perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail, namun pengamatan secara
morfologi ini banyak digunakan oleh peneliti. Dasar pengamatan tingkat kematangan
gonad secara morfologi dapat dilihat dari bentuk gonad, warna gonad, ukuran gonad,
serta Panjang dan diameter gonad (Zultamik et al. 2014)
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Indeks Kematangan Gonad merupakan suatu nilai dalam persentase sebagai hasil
dari tubuh ikan. Sejalan dengan perkembangan gonad, bobot gonad akan bertambah dan
semakin besar sampai mencapai titik maksimum Ketika ikan mencapai pemijahan. Indeks
Kematangan Gonad bertujuan untuk mengetahui perbandingan ukuran gonad dan tubuh
pada ikan. (Ardelia dkk. 2016)

Nilai IKG pada jantan umumnya memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan
ikan betina. Perbedaan IKG terjadi dikarenakan adanya perbedaan ukuran gonad ikan
jantan dan betina, dimana pada ukuran gonad ikan betina lebih besar dibanding dengan
gonad ikan jantan. Gonad ikan betina memiliki ukuran lebih besar dikarenakan berisi sel
telur, sel telur pada gonad ikan akan semakin membesar diikuti dengan kenaikan Tingkat
Kematangan Gonad (TKG) sampai pada waktu pemijahan (Nurdiansyah dkk. 2017)

2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HIS)


2.3.5 Fekunditas
Fekuinditas merupakan jumlah telur ikan betina yang sudah matang sebelum
dikeluarkan pada waktu ikan akan memijah. Penentuan fekuinditas dilakukan dengan cara
pengambilan ovari pada ikan betina yang sudah matang, jumlah fekuinditas pada setiap
individu berbeda-beda. Nilai fekuinditas pada setiap ikan dapat bervariasi dikarenakan
dipengaruhi oleh jenis atau spesies, umur, ukuran individu ikan tersebut, faktor fisiologis
tubuh ikan, sifat ikan, kepadatan populasi dan lingkungan hidup dimana ikan tersebut
berada (Karyanti dkk. 2014)

2.3.6 Tingkat Kematangan Telur (TKT)


2.4 Kebiasaan Makan
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar
2.4.2 Indeks Ivlev
2.4.3 Tingkat Trofik
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Kami melakukan praktikum ikan nila di mata kuliah biologi perikanan ini di
laboratorium akuakultur pada hari Selasa, 28 Maret 2023 jam 13.00-15.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan praktikum yang digunakan :

3.2.1 Alat Praktikum


Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan dalam praktikum :
• Baki preparasi
• Gunting bedah
• Jarum ose (jara)
• Kertas Milimeterblok
• Mikroskop
• Penggaris
• Pinset
• Pisau bedah
• Timbangan
• Toples

3.2.2 Bahan Praktikum


Berikut adalah bahan yang digumanakan untuk praktikum :
• Ikan Mas (Cyprinus carpio)

3.3 Prosedur Praktikum


Berikut adalah prosedur yang digumakan dalam praktikum

3.3.1 Prosedur Analisis Pertumbuhan


Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini ialah sebagai berikut
1) Ikan mas diambil dari wadah stok yang sudah disediakan
2) Ikan ditusuk menggunakan jarum ose (jara) pada bagian kepala tepat ke otaknya
(dihancurkan) sampai ikannya mati
3) Ikan mas diukur panjangnya SL (Standart Length), FL (Folk Length), dan TL
(Total Length) menggunakan milimeterblok dan penggaris
4) Ikan ditimbang bobotnya menggunakan timbangan digital
5) Hasil dicatat di lembar kerja dan modul.

3.3.2 Prosedur Analisis Reproduksi


Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini ialah sebagai berikut:
a) Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
1. Ikan ma diambil dari wadah stok yang sudah disediakan, kemudian ikan dibelah
dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital melingkar menuju
bagian posterior operculum sehingga isi perut terlihat
2. Organ dalam ikan mas dipisahkan, lalu diambil bagian gonadnya
3. Gonad ikan diamati untuk menentukan jenis kelamin dan tingkat kematangannya
4. Hasil ditulis di lembar kerja dan modul.
b) Indeks Kematangan Gonad (IKG)
1. Ikan mas ditimbang untuk menentukan bobot
2. Ikan dibedah dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital
melingkar menuju bagian posterior operculum sehingga isi perut terlihat
3. Gonad diambil dan ditimbang menggunakan timbangan digital
4. Data dicatat di lembar kerja dan modul
5. Data analisis, meliputi IKG, HIS, fekunditas, tingkat kematangan telur dan
diameter telur.
3.3.3 Prosedur Analisis Kebiasaan Makanan
Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini ialah sebagai berikut:
1. Ikan dibedah dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital
melingkar menuju bagian posterior operculum hingga isi perut dapat terlihat
2. Panjang usus diukur dengan mistar
3. Lambung diambil dan diletakkan di petridish dan ditambah dengan formalin
sebanyak 5 tetes serta ditambah aquades sampai lambung tertutup aquades
4. Diamkan selama 10 menit
5. Lambung dibedah dan isi lambung diambil
6. Isi lambung diencerkan dengan 1ml aquades, diaduk sampai homogen
7. Diambil 1 tetes isi lambung yang sudah diencerkan
8. Isi lambung diamati dengan menggunakan mikroskop
9. Catat hasil pengamatan di dalam modul
10. Data dianalisis untuk mengetahui jenis pakan ikan mas, nilai indeks propenderan,
dan tingkat trofik.

3.4 Parameter Praktikum


Berikut ini adalah parameter praktikum yang digunakan :
3.4.1 Hubungan Panjang Bobot
Menurut (Effendi 1997) hubungan panjang dan bobot ikan dapat dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
W = a . Lb

Keterangan :
W = bobot ikan (gram)
L = panjang total (mm)
a = intercept
b = slope
3.4.2 Faktor Kondisi (Indeks Ponderal)
Menurut (Muack dan Summerfelt 1970) Perhitungan faktor kondisi atau
indek ponderal menggunakan sistem metrik (K). Mencari nilai K digunakan
rumus :
W

K=
a . Lb
Keterangan :
K = kaktor kondisi
W = bobot ikan (gram) L =
panjang total (mm) a = intercept,
b = slope

3.4.3 Rasio Kelamin


Menurut (Saputra 2009) rasio kelamin dihitung dengan cara
membandingkan
jumlah ikan jantan dan betina yang diperoleh sebagai berikut :

X=J:B

Keterangan :
X = nisbah kelamin
J = jumlah ikan jantan (ekor)
B = jumlah ikan betina (ekor)

3.4.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Menurut (Effendie 1979) perhitungan indeks kematangan gonad/ gonado
somatic index dengan rumus sebagai berikut :

Bg
Keterangan : × 100%
IKG = Bt
IKG = indeks kematangan gonad (%)
Bg = bobot gonad dalam gram
Bt = bobot tubuh dalam gram
3.4.5 Hepato Somatik Indeks (HSI)
Menurut (Tang et al 2001) HSI dihitung dengan rumus sebagai berikut :

B
ht Bt
HSI = × 100%

Keterangan :
HSI = Hepato somatic index
(%) Bht = Bobot hati ikan (gram)

Bt = Bobot tubuh (gram)

3.4.6 Fekunditas
Menurut (Bagenal 1978) fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan
metode gravimetrik dengan rumus :
Bg

F=
B
s
Keterangan :

F = jumlah seluruh telur (butir)


Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)

3.4.7 Diameter Telur


Menurut (Rodriques 1995) diameter telur dihitung menggunakan rumus :

Ds = √D × d

Keterangan :
Ds = diameter telur sebenarnya (mm);
D = diameter telur terbesar (mm);
d = diameter telur terkecil (mm)
3.4.8Tingkat Kematangan Telur
Menurut (Freyhofe 2008) Persentase tahap kematangan telur dihitung
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ

TKT fase
vitelogenik =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖
TKT fase awal
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖
matang =
𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖

× 100%

× 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑡𝑖
TKT fase akhir 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑏𝑢𝑟 × 100%
matang =

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖

3.4.9 Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)


Menurut (Nikolsky 1961) indeks bagian terbesar adalah gabungan metode
frekuensi kejadian dan volumetrik dengan rumus sebagai berikut:
x 100
Ii = Vi x Oi
n i=1 ∑ Vi x Oi

Keterangan :
Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
∑(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan

3.4.10 Indeks Ivlev (Index of Electivity)


Menurut (Effendy 1979) Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang
tedapat dalam alat pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks ivlev sebagai
berikut :

𝐸= r
Keterangan : r i
i
+

p
p i
i
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan

3.4.11 Tingkat Trofik


Menurut (Caddy dan Sharp 1986)tingkat trofik dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝑻𝒕𝒑 × 𝑰𝒊
Keterangan : Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik 𝑻𝒑 = 𝟏 + ∑ ( )
pakan
𝟏𝟎𝟎
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dalam riset disajikan dalam bentuk grafik, gambar
dan tabel. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif (Effendi
1979).

3.5.1 Analisis Data Hubungan Panjang Bobot


Analisis hubungan panjang bobot menggunakan analisis regresi dan
korelasi serta untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai b (slope) digunakan
uji t (t-test) pada taraf kepercayaan 95% (Everhart dan Young 1981), dengan
hipotesis :
− H0 : Nilai b = 3, pertumbuhan bersifat isometrik
− H1 : Nilai b ≠ 3, pertumbuhan bersifat allometrik
Untuk pengujian nilai b dengan menggunakan uji t menggunakan rumus :

Sb = standar deviasi
𝟑
Keterangan : –𝒃
t = nilai t hitung b = slope 𝒕=|
𝑺𝒃

Kaidah pengambilan keputusan yaitu :


− Jika t hitung > t tabel : tolak Ho, pertumbuhan ikan allometrik, dan
− Jika t hitung ≤ t tabel : terima Ho, pertumbuhan ikan isometrik

3.5.2 Analisis Data Rasio Kelamin


Menurut Supardi (2013), untuk menentukan keseimbangan jenis kelamin,
digunakan uji chi kuadrat dengan menggunakan persamaan :
Keterangan : 𝒏 (𝑶𝒊
χ = nilai chi
2
χ𝟐 = ∑ − 𝑬 𝒊) 𝟐
kuadrat 𝑬𝒊
𝒊=𝟏
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara teoritis (1:1)
Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Nisbah ikan jantan dan ikan betina adalah
seimbang (1:1) H1 : Nisbah ikan jantan dan ikan betina
tidak seimbang Kriteria pengambilan keputusan :
− Apabila nilai χ2hitung > χ2tabel, maka Ho ditolak artinya nibah kelamin
tidak seimbang.
− Apabila nilai χ2hitung ≤ χ2tabel, maka Ho diterima artinya nibah
kelamin seimbang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Aspek Pertumbuhan


Berikut adalah analisis aspek pertumbuhan berdasarkan hasil dari
pengamatan pada ikan mas yang kami lakukan.

4.1.1 Distribusi Ukuran


Berikut adalah hasil dari distribusi ukuran yang kami peroleh dari
pengamatan terhadap ikan mas yang kami amati.

Grafik 1. Grafik Distribusi Panjang Ikan Mas


Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa data dikelompokkan dalam
tujuh interval kelas. Jumlah keseluruhan ikan yang dipraktikumkan sebanyak 50
ekor yang masing-masing ukuran panjangnya telah dikategorikan ke dalam
interval kelas di atas. Pada interval pertama yaitu 115-138 mm terdapat 2% dari
total ikan. Pada interval kedua yaitu 139-162 mm mendapatkan hasil yang sama
yaitu 2%. Pada interval ketiga terdapat 10% dari total ikan yang dipraktikumkan.
Pada interval keempat yaiu 187-210, memiliki jumlah ikan terbanyak yaitu
sebesar 64% dari total ikan. Pada interval kelima yaitu 211-234 mm terjadi
penurunan jumlah ikan dengan jumlah 18% dari total ikan. Pada interval keenam
dan ketujuh yaitu 238-258 mm dan 259-282 mm memiliki masing masing 2% dari
total ikan yang dipraktikumkan.

Grafik 2. Distribusi Bobot Ikan Mas


Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa data dikelompokkan dalam
tujuh interval kelas. Jumlah keseluruhan ikan yang dipraktikumkan sebanyak 50
ekor yang masing-masing ukuran bobotnya telah dikategorikan ke dalam interval
kelas di atas. Pada interval pertama yaitu 27-62 gram terdapat 2% dari total ikan.
Pada interval kedua yaitu 63-98 gram tidak terdapat ikan satu pun sehingga
menunjukkan persentase 0%. Pada interval ketiga yaitu 99-134 gram, terdapat
24% dari total ikan yang diprakikumkan. Pada interval keempat yaiu 135-170
gram, memiliki persentase teringgi yaitu sebesar 52% dari total ikan. Pada interval
kelima yaitu 171-206 gram terjadi penurunan jumlah ikan dengan jumlah 20%
dari total ikan. Pada interval keenam yaitu 207-242 gram memiliki jumlah yang
sama seperti interval kedua yaitu 0%. Terakhir pada interval ketujuh yaitu 243-
278 gram memiliki jumlah ikan sebanyak 2% dari total ikan yang dipraktikumkan.

4.1.2 Regresi Hubungan Panjang dan Bobot


Berikut adalah grafik di setiap interval dari regresi hubungan panjang
bobot pada praktikum analisis ikan mas:
Grafik 3. Regresi Hubungan Panjang Bobot
Berdasarkan grafik regresi hubungan panjang dan bobot diatas didapatkan
nilai regresi sebesar 0,4641, dan nilai b sebesar 1,6896. Nilai R berada jauh
dibawah 3, maka hubungan tersebut memliki korelasi yang tidak berpengaruh.
Menurut (Effendie 1997) pola pertumbuhan pada ikan terdapat dua macam yaitu
pertumbuhan isometrik (b = 3) apabila pertambahan panjang dan bobot ikan
seimbang. Pertumbuhan allometrik terbagi menjadi dua yaitu positif dan
negatif.Apabila b > 3 dinamakan allometrik positif dimana pertambahan berat
lebih cepat dari pertambahan panjangnya. Sedangkan allometrik negatif b < 3
dimana pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertambahan berat.
Berdasarkan data, nilai b yaitu sebesar 1,6896 sehingga dapat disimpulkan rata –
rata ikan yang dipraktikumkan dalam kondisi kurus, dimana pertambahan panjang
tubuhnya lebih tinggi dari pertambahan bobotnya.

4.1.3 Faktor Kondisi


Faktor kondisi adalah keadaanyang menyatakan kemontokan ikan secara
kualitas, dimana perhitungannya didasarkanpada panjang dan berat ikan. Faktor
kondisi atau indeks ponderal merupakan hal yang penting dari pertumbuhan ikan,
karena faktor kondisi dapat digunakan untuk menganalisis populasi. Beragamnya
faktor kondisi disebabkan oleh pengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan
kematangan gonadnya (Effendie 2002)
4.2 Analisis Aspek Reproduksi
Analisis aspek reproduksi meliputi rasio kelamin, tingkat kematangan
gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), hepatosomatik indeks (HSI),
fekunditas, diamter telur, dan tingkat kematangan telur.

4.2.1 Rasio Kelamin


Rasio kelamin adalah perbandingan antara jantan dan betina dalam suatu
populasi. Populasi dalam praktikum ini adalah 50 ekor ikan mas. Dari hasil
pengamatan angkatan didapat nilai rasio ikan mas sebagai berikut :

Grafik 4. Rasio Kelamin


Berdasarkan grafik diatas, diperoleh presentase rasio kelamin jantan
sebesar 68% dan betina sebesar 32% dari jumlah total 50 ikan dengan
perbandingan 16:34. Jumlah populasi ikan mas pada praktikum lebih banyak
berkelamin jantan, maka dapat disumpilkan bahwa sifat resproduksi ikan mas ini
adalah poliandri, hal ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Susanto (2004)
bahwa ikan mas memilki sifat reproduksi protandri dimana satu betina memiliki
beberapa jantan unuk pemijahan. Ikan mas memerlukan banyak jantan dalam
pemijahan karena memiliki fekunditas yang tinggi.
4.2.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat Kematangan Gonad (TKG) merupakan suatu tingkatan
kematangan seksual pada ikan. Pada praktikum ini, ikan mas yang diamati
memiliki tingkat kematangan gonad yang berbeda – beda mulai dari TKG I
hingga TKG IV. Penentuan tingkat kematngan gonad dilakukan dengan
pengamatan secara morfologi, mengacu pada kriteria Tingkat Kematangan Gonad
(TKG) menurut Effendie (1979).
Berikut merupakan grafik Tingkat Kematangan Gonad hasil dari
pengamatan data angkatan:

Grafik 5. Tingkat Kematangan Gonad Jantan


Berdasarkan data angkatan, TKG jantan dikelompokan menjadi 7 kelas
dengan nilai interval minimum yaitu 27-62 gram dan interval maksimumnya 243-
278 gram. Pada interval pertama hanya terdapat 1 ekor pada TKG I. Pada interval
kedua tidak terdapat ikan. Kemudian pada interval ketiga terdapat 1 ekor ikan
TKG I, 1 ekor ikan pada TKG II, 4 ikan pada TKG III, 3 ikan pada TKG IV dan 1
ikan pada TKG V. Selanjutnya pada interval keempat terdapat 4 ikan pada TKG I,
6 ikan pada TKG II, 3 ikan pada TKG III , 3 ikan pada TKG IV dan 1 ekor ikan
pada TKG V. Pada interval kelima terdapat 3 ekor ikan pada TKG II dan 1 ekor
ikan pada TKG III. Pada interval keenam tidak terdapat ikan. Terakhir pada
interval ketujuh terdapat 1 ekor ikan pada TKG II.
Grafik 6. Indeks Kematangan Gonad Betina
Berdasarkan data angkatan, TKG betina dikelompokan menjadi 7 kelas
dengan nilai interval minimum yaitu 27-62 gram dan interval maksimumnya 243-
278 gram. Pada interval pertama tidak terdapat ikan . Pada interval kedua juga
tidak terdapat ikan. Kemudian pada interval ketiga terdapat 2 ekor ikan pada TKG
I. Selanjutnya pada interval keempat terdapat 2 ikan pada TKG I, 2 ikan pada
TKG II, 6 ikan pada TKG III , 2 ikan pada TKG IV. Pada interval kelima terdapat
3 ekor ikan pada TKG II. Pada interval keenam dan interval ketjuh tidak terdapat
ikan.

4.2.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Untuk mengetahui nilai IKG, maka berat gonad dibagi oleh bobot tubuh
dikalikan 100%. Semakin besar Tingkat Kematangan Gonad (TKG) maka
semakin tinggi juga nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG).
Berikut merupakan grafik Indeks Kematangan Gonad dari hasil olah data
angkatan:
Grafik 7. Indeks Kematangan Gonad
Berdasarkan grafik di atas, Indeks Kematangan Gonad terkelompokkan
menjadi 5 kelas dan terbagi menjadi data ikan jantan dan data ikan betina. Pada
kelas pertama menunjukkan indeks kematangan gonad pada ikan betina adalah
113,7% sedangkan indeks kematangan gonad pada ikan jantan adalah 106,5%.
Pada kelas kedua menunjukkan kenaikan indeks kematangan gonad pada ikan
betina dengan nilai 115,3% juga kenaikan pada indeks kematangan gonad pada
ikan jantan dengan nilai 217,7%. Pada kelas ketiga juga menunjukkan kenaikan
indeks kematangan gonad pada ikan betina yaitu 575,6% namun terjadi penurunan
pada indeks kematangan gonad ikan jantan dengan nilai 202,3%. Pada kelas
keempat menunjukkan kenaikan data pada kedua jenis kelamin ikan yaitu
1368,8% untuk ikan betina dan 495,3% untuk ikan jantan. Pada kelas terakhir
yaitu kelas kelima menunjukkan kenaikan data terbesar pada ikan betina dengan
nilai 2240,5% adapun pada ikan jantan tidak didapati indeks kematangan
gonadnya pada kelas kelima ini.

4.2.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)


Berikut adalah hasil dari perhitungan Hepato Somatik Indeks yang kami
dapati dari hasil penelitian yang kami prakikumkan ditambah dengan data
angkatan.
Grafik 8. Grafik Hepatosomatik Indeks
Grafik di atas menunjukkan data Hepato Somatik Indeks yang
terkelompokkan menjadi 5 kelas yang didasari dengan Tingkat Kematangan
Gonad (TKG). Pada kelas pertama menunjukkan persentase Hepato Somatik
Indeks sebesar 31,74%. Pada kelas kedua menunjukkan adanya penurunan Hepato
Somatik Indeks dengan persentase sebesar 29,88%. Pada kelas ketiga
menunjukkan kenaikan data yang signifikan dengan persentase sebesar 137,75%
yang mana bisa disimpulkan bahwa kebanyakan ikan yang kami lakukan adalah
berada pada kelas TKG III. Pada kelas keempat menunjukkan adanya penurunan
persentase Hepato Somatik Indeks sebesar 20,35%. Pada kelas terakhir yaitu kelas
kelima tidak didapati data untuk kelas tersebut sehingga tidak menunjukkan
adanya persentase.

4.2.5 Fekunditas
Fekunditas merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas ikan. Fekunditas adalah jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh
induk betina atau jumlah telur yang dikeluarkan pada waktu pemijahan (Nikolsky
1969 dalam Rose et al 2001).
Berdasarkan data ukuran panjang dan bobot ikan angkatan yang tertera
pada pembahasan distribusi ukuran, dapat diketahui bahwa setiap ikan yang
dijadikan sampel memiliki bonot dan ukuran tubuh yang berbeda-beda. Karena
adanya perbedaan ukuran ikan tersebut, maka fekunditas setiap ikan pun berbeda.
Hal ini selaras dengan pernyataan Effendie (2002) bahwa variasi jumlah telur ikan
dapat disebabkan karena adanya variasi ukuran ikan. Hal ini juga selaras dengan
penelitian Bardach (1972) bahwa fekunditas meningkat secara logaritmik seiring
pertambahan panjang atau bobot

4.2.6 Diameter Telur


Diameter telur adalah garis tengah dari suatu telur yang diukur dengan
mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur digunakan untuk
menentukan kualitas kuning telur. Telur yang berukuran besar kan menghasilkan
larva yang berukuran lebih besar dari pada telur yang berukuran kecil.
Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat
kematangan gonad (Effendie 2002)
Pada ikan mas yang kami teliti memiliki Tingkat Kematangan Gonad
(TKG) yang belum siap untuk berpijah sehingga tidak memungkinkan bagi kami
untuk menghitung diameter yang mana berkonsekuensi akan ketiadaan data untuk
bagian pembahasan ini.

4.2.7 Tingkat Kematangan Telur


Tingkat kematangan telur (TKT) ditentukan berdasarkan kriteria
pergeseran posisi inti telur menuju kutub animal (germinal vesicle migration) dan
peluruhan atau penghancuran membran telur (Yaron dan Levavi 2011)

4.3 Kebiasaan Makanan


Berikut adalah hasil dari penelitian kami mengenai kebiasaan makan pada
ikan mas yang kami praktikumkan.
4.3.1 Indeks Bagian Terbesar
Berikut adalah grafik mengenai indeks propenderan.
Hasil pengamatan aspek
biologi ikan mas diperoleh
data Indeks bagian terbesar
seperti yang tergambar
dalam grafik beriku

Grafik 9. Grafik Indeks Propenderan

Grafik tersebut menampilkan data mengenai jenis pakan yang dikonsumsi oleh
ikan mas yang dipraktikumkan. Data tersebut terbagi menjadi 10 kelas yang
berdasarkan jenis pakan. Pada kelas pertama phytoplankton menunjukkan indeks
propenderan persentase sebesar 30%. Pada kelas kedua yaitu zooplankton
menunjukkan indeks propenderan dengan persentase sebesar 5%. Pada kelas
ketiga yaitu animal fraction menunjukkan persentase sebesar 2%. Pada kelas
keempat yaitu plants menunjukkan persentase sebesar 20%. Pada kelas kelima
yaitu benthos menunjukkan persentase sebesar 1%, menunjukkan sebagai jenis
pakan yang paling sedikit oleh ikan mas yang kami teliti. Pada kelas keenam yaitu
detritus menjadi jenis pakan yang paling banyak dikonsumsi yaitu dengan
persentase 41%. Pada kelas ketujuh yaitu mollusca menunjukkan ikan mas yang
kami teliti tidak ada yang mengonsumsi mollusca. Pada kelas kedelapan yaitu
insecta juga menunjukkan hal yang sama seperti kelas ketujuh, yaitu tidak adanya
ikan mas dari praktikum kami yang memakan insecta. Pada kelas kesembilan
yaitu worm menunjukkan persentase sebesar 2%. Pada kelas terakhir kelas
kesembilan yaitu fish menunjukkan tidak adanya ikan mas dari praktikum kami
yang mengonsumsi fish sehingga tidak adanya data pada kelas tersebut.

4.3.2 Indeks Ivlev


Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang terdapat dalam alat
pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks pilihan (index of electivity).
Indeks pilihan merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang
terdapat dalam lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam
perairan. Nilai indeks pilihan berkisar antara +1 sampai -1, apabila 0 < E < 1
berarti pakan digemari, dan jika nilai -1 < E < 0 beraarti pakan tersebut tidak
digemari ikan. Jika nilai E = 0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan terhadap
pakannya.

4.3.3 Indeks Trofik


Berikut adalah tabel mengenai indeks trofik pada ikan mas yang kami
praktikumkan
Table 1. Tabel Indeks Tingkat Trofik
Pada tabel tersebut menunjukkan akan tingkat trofik jenis pakan yang kami amati
pada ikan mas. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa ikan mas cenderung
bersifat omnivora berdasarkan nilai TP yang kami dapat yaitu lebih besar dari 2,5
dan lebih kecil dari 3.

Anda mungkin juga menyukai