PRAKTIKUM LIMNOLOGI
KELAS B
KELOMPOK OUTLET
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Limnologi
ini. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah
limnologi dan tim asisten laboratorium limnologi atas materi yang diberikan,
banyak pelajaran yang kami dapatkan dalam matakuliah praktikum limnologi. dan
juga terimakasih terhadap pihak lain yang berkontribusi dalam bantuan materi dan
pemikirannya. Semoga laporan praktikum yang kami buat ini dapat bermanfaat
bagi kami dan juga bagi pembaca.
Laporan ini kami buat untuk memnuhi tugas akhir praktikum kami, karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman laporan yang kami buat belum
sempurna. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan dalam penulisan laporan ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ii
4.2.2. Karbondioksida Perairan .............................................................................. 50
4.2.3. pH Perairan ................................................................................................... 51
4.2.4. Alkalinitas Perairan ...................................................................................... 51
4.2.5. Oksigen Terlarut Perairan............................................................................. 51
4.2.6. Oksigen Biokimia (BOD) Perairan .............................................................. 51
4.2.7. Total Ammonia (NH4-N) Perairan ............................................................... 51
4.2.8. Total Fospat (PO4) perairan ......................................................................... 52
4.2.9. Produktivitas Primer (Net Primary Productivity) ......................................... 52
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan................................................................................................... 53
5.2. Saran ............................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 55
LAMPIRAN ............................................................................................................. 56
iii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Alkalinitas ................................................................................................................ 11
2 Transparansi Cahaya ................................................................................................ 31
3 Karbondioksida ........................................................................................................ 32
5 Alkalinitas ................................................................................................................ 33
6 Oksigen Terlarut ...................................................................................................... 34
7 Oksigen Biokimia (BOD) ........................................................................................ 35
8 Total Amonia (NH4-N) ............................................................................................ 36
9 Total Fospat (PO4) ................................................................................................... 37
10 Produktivitas Primer (Net Primary Productivity) .................................................... 38
11 Transparansi Cahaya (Angkatan) ............................................................................. 39
12 Karbondioksida (Angkatan) ..................................................................................... 40
13 pH (Angkatan) ......................................................................................................... 41
14 Alkalinitas (Angkatan) ............................................................................................. 42
15 Oksigen Terlarut ...................................................................................................... 43
16 Oksigen Biokimia (BOD) (Angkatan) ..................................................................... 44
17 Total Amonia (NH4) (Angkatan) ............................................................................. 45
18 Total Fospat (PO4) (Angkatan) ................................................................................ 47
19 Produktivitas Primer (Angkatan) ............................................................................. 48
iv
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
v
43 Titrasi ........................................................................................................... 59
44 Penyaringan Air ........................................................................................... 59
45 Penetesan Larutan ........................................................................................ 59
46 Larutan yang Akan di Ukur.......................................................................... 59
47 Pengukuran Fospat ....................................................................................... 60
48 Hasil Praktikum Fospat ................................................................................. 60
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
d. Alkalinitas Perairan
Tujuan dalam praktikum mengenai pengecekan alkalinitas suatu perairan adalah :
- Untuk mengetahui kadar alkalinitas suatu perairan.
e. Oksigen Terlarut Perairan
Tujuan penghitungan oksigen terlarut (DO) suatu berairan adalah :
- Untuk mengetahui kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan.
f. Oksigen Biokimia (BOD) Perairan
Tujuan pengukuran oksigen biokimia (BOD) perairan adalah:
- Untuk mengetahui kadar oksigen biokimia dalam suatu perairan.
g. Total Ammonia Perairan
Tujuan praktikum dalam penghitungan amonia yang berada di perairan adalah :
- Untuk mengetahui pengaruh ammonia terhadap pertumbuhan dan
perkembangan organisme di suatu perairan.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terdaptanya ammonia
dalam suatu perairan.
- Untuk mengetahui kisaran ammonia yang baik untuk perairan.
h. Total Fosfat Perairan
Tujuan praktikum dalam pengukuran kardar fospat perairan adalah :
- Untuk mengetahui kesuburan suatu perairan dengan mengetahui kadar fostat
dalam suatu perairan.
- Untuk mengetahui tingkat kesuburan suatu perairan dengan menganalisis
kesuburan fitoplanktonnya dan tumbuhan perairannya seperti alga.
- Untuk mengetahui kadar fosfat yang terdapat dalam suatu perairan, dimana
kadar fosfat tersebut berasal dari hasil pembuangan sisa pakan dari pertanian
dan perternakan.
i. Produktivitas Primer (Net Primary Productivity)
Tujuan praktikum dalam penghitungan produktivitas primer peraran adalah :
- Untuk mengetahui kecepatan organisme autotrof untuk mengubah sebagian
cahaya matahari menjadi energi kimia dalam bentuk organik dalam suatu
perairan.
4
6
7
2. Karbondioksida Perairan
Karbondioksida (CO2) merupakan gas yang tak berwarna, tidak berbau dan
bersifat asam. Meskipun persentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil,
namun keberadaan karbondioksida diperairan relatif banyak. CO2 sangat penting
di dalam perairan,CO2 merupakan materi dasar dari proses fotosintesis tumbuh-
tumbuhan air. Karbondioksida meskipun sangat mudah larut didalam air, tetapi
umumnya berada dalam keadaan terikat dengan air membentuk asam karbonat
(H2CO3) dan juga ion bikarbonat (HCO-3), ion karbonat (CO32-). CO2 juga
terbentuk dalam air karena proses dekomposisi (oksidasi) zat organik oleh
mikroorganisme. Umumnya juga terdapat dalam air yang telah tercemar.
Karbondioksida pula diperairan berasal dari difusi atmosfer, air hujan, air
yang melewati tanah organik, dan respirasi tumbuhan dan hewan, serta bakteri
aerob dan anaerob. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi
kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat
mengganggu, bahkan menjadi racun secara langsung bagi biota akuatik. Dalam
pengukuran karbondioksida di perairan dapat dilakukan dengan metoda titrasi
alkalimetrik.
3. pH Perairan
Nilai derajat keasaman atau Power of Hydrogen (pH) suatu perairan
mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan
pengukuran konsentrasi ion hydrogen dalam larutan dengan skala 1-14.
Kemampuan air untuk mengikat atau melespaskan sejumlah ion hydrogen akan
menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa (Koesoebiono,1981)
menjelaskan bahwa pH air laut cenderung stabil dan konstan. Air yang bersih, pH
berada pada keseimbangan, yaitu 7. Peningkatan ion hydrogen akan menyebabkan
nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam (pH<7). Sebaiknya, apabila ion
hidrogen berkurang akan menyebabkan pH naik dan disebut larutan basa (pH>7).
Kondisi perairan yang bersifat asam kuat maupun basa kuat akan membahayakan
keangsungan biota, karena akan mengganggu proses metabolisme dan respirasi.
Sehingga dalam keberadaanya harus diperhatikan. Dalam pengukuran pH di
perairan dapat menggunakan pH meter.
8
4. Alkalinitas Perairan
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetrlalkan asam atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas
juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap perubahan pH perairan.
Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu terhadap ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Adanya alkalinitas dalam reaktor dengan
konsentrasi tertentu dapat menjadi penyangga (Buffer) agar pH tetap pada kondisi
netral. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih
tinggi. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium
karbonat.
5. Oksigen Terlarut (DO) Perairan
Oksigen terlarut di perairan atau disebut Dissolved Oxygen (DO) merupakan
jumalh gas oksigen yang diikat oleh molekul air. Oksigen terlarut sangat
dibutuhkan organisme air untuk proses metabolisme sel tubuhnya dan juga
digunakan organisme decomposer dalam proses bahan organik di perairan.Sumber
utama DO di perairan adalah berasal dari proses fotosintesis tumbuhan dan
penyerapan/pengikatan secara langsung oksigen dari udara melalui kontak antara
permukaan air dengan udara. Sedangkan berukurangnya DO dipengaruhi oleh
kegiatan respirasi organisme perairan atau melalui pelepasan secara langsung dari
permukaan ke atmosfer. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh suhu, kadar garam,
tekanan parsial gas yang ada di udara dan air. Makin tinggi suhu, tekanan parsial
dalam air, maka kandungan oksigen semakin berkurang (berbanding terbalik).
Air yang memiliki DO tinggi menunjukan tingkat pencemaran yang rendah,
dan sebaliknya air yang memiliki DO rendah menunjukan tingkat pencemaran
yang tinggi.
9
Alkalinitas
Terhadap Peruntukan Perikanan
(meq CaCO3/l)
0-10 Sangat asam, tidak dapat dimanfaatkan
Tergolong rendah, kematian ikan mungkin terjadi, pH
10-50
berfluktuasi, CO2 rendah, produktifitas rendah
Tergolong sedang, pH bervariasi, penyediaan CO2
50-200
sedang, produktifitas sedang
>500 Jarang ditemukan, pH stabil, produktifitas diduga tinggi
2.4. pH Prairan
Salah satu faktor yang penting dalam kehidupan alga adalah kondisi pH,
sama halnya dengan faktor-faktor lainnya. Nilai pH sangat berpengaruh terhadap
jumlah karbon yang terkandung dalam medium pemeliharaan. Alga dapat tumbuh
optimal pada pH yang sesuai. Supit (1989) menyatakan bahwa hampir seluruh
alga menyukai kisaran pH 6.8-9.6. Nilai derajat keasaman atau Power of
Hydrogen (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hydrogen dalam larutan
dengan skala 1-14. Kemampuan air untuk mengikat atau melespaskan sejumlah
ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa.
Koesoebiono (1981) menjelaskan bahwa pH air laut cenderung stabil dan
konstan. Air yang bersih, pH berada pada keseimbangan, yaitu 7. Peningkatan ion
hydrogen akan menyebabkan nilai pH turun dan disebut sebagai larutan asam
(pH<7). Seblaiknya, apabila ion hidrogen berkurang akan menyebabkan pH naik
dan disebut larutan basa (pH>7). Kondisi perairan yang bersifat asam kuat
maupun basa kuat akan membahayakan keangsungan biota, karena akan
12
Demikian juga halnya dengan CO2, yang dihasilkan respirasi akan berdifusi diluar
sel dan masuk kedalam ruang antar. Hal setelah mengambil O2 dari udara, O2
kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya
yaitu glikolisis, siklus kreb, dan transfer elektron. Jadi reaksi pembongkaran
glukosa menjadi H2O + CO2 + energi, melalui tiga tahap yaitu:
1. Glikolisis
2. Siklus krebs
3. Transport elektron
Proses respirasi seluler dipengaruhi disatu sisi harus deperhatikan adalah
jenis, usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan dan persyaratan energi dari binatang
serta beberapa faktor eksternal diantaranya adalah suhu, gelar air murni/polusi,
karakteristik osmotik, air sungai dll. Cluler respirasi ikan yang telah diteliti oleh
beberapa ilmuwan bahwa pada spesies lainnya dan difokuskan pada aspek – aspek
lain sepertipengaruh suhu, bahan kimia mediater, beberapa inhibator atau polition
dll(Gleberg,1958dalamNeansu,2009).
Respirasi yang berlangsung spontan, tergantung pada debit berirama
(kurangnya dari kebutuhan harian) dari pucat respirasi yang terletak pada medulla
oblongata. Bila syaraf eferen dari pusat ke otot pernapasan terganggu atau bila
pusat itu sendiri hancur, pernapasan berhenti. Perubahan repitarory bergantung
pada perubahan dari pelaksanaan berirama (Svendsen and Anthony, 1984).
19
20
Bahan :
- Laturan indikator Phenolpthealin berfungsi untuk mengetahui titik ekivalen pada
proses penitrasian,dengan perbandingan perubahan warna
- Larutan NaOH 0,1 N berfungsi untuk mengikat CO2
- Larutan HCL 0,1 N digunakan untuk titrasi penentuan kadar basa dalam sebuah
larutan
- Larutan pH-buffer 4,0 dan 7,0 berfungsi sebagai larutan penyangga.
c. Oksigen Terlarut Perairan
Alat :
- Botol winkler digunakan untuk pemeriksaan kimia air dan mengambil sample
air.
- Thermistor/Termometer Hg, berfungsi untuk mengukur tekanan dalam sebuah
perairan
- Titrasi(buret,erlenmeyer, dan gelas ukur). Berfungsi untuk mentitrasi
Bahan :
- Larutan indikator Amylum 1%
- Larutan MnSO4 50%
- Larutan Pereaksi O2 (O2 – Reagent)
- Larutan Na2S2O3 0,01 N (larutan thiosulfat)
- Larutan H2SO4 – pekat
d. Oksigen Biokimia (BOD) Perairan
Alat :
- BOD Incubator untuk mempertahankan suhu dan kondisi lainnya.
- Botol Winkler berfungsi untuk pemeriksaan kimia air. Alat-alat titrasi ( biuret,
erlenmeyer, dan gelas ukur volume 1000 ml)
Bahan :
- Larutan indikator Amylum 1% untuk mengetahui titik akhir. Titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna biru menjadi larutan bening(dari warna biru
sampai warna biru hilang.Jadi penambahan amilum yang dilakukan saat
mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod
22
Bahan :
- Larutan amillum polipdate
g. Produktivitas Perairan (Net Primary Productivity)
Alat :
- Botol winkler (dark and Light Bottle)
- Alat-alat titrasi.
Bahan :
- Larutan indikator Amylum 1% untuk mengetahui titik akhir. Titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna biru menjadi larutan bening(dari warna biru
sampai warna biru hilang.Jadi penambahan amilum yang dilakukan saat
mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod
karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa
semula.
- Laturan MnSO4 50% berfungsi untuk mengikat oksigen menjadi Mn(OH)2 yang
kemudian akan teroksidasi menjadi MnO2 berhidrat.
- Larutan pereaksi O2(O2 reagent) berfungsi sebagai pereaksi pada penentuan
oksigen terlarut (DO)
- Larutan Na2S2O3 0,01 N (larutan thiosulfat)
- Larutan H2SO4 – pekat
penduga yang terendam atau bersinggungan dengan permukaan air, lalu catat
(SD1)........(centimeter)
3. Kemudian masukkan keping Secchi Disk hingga kedalaman tertentu (keping
Secchi tidak terlihat), dan tarik kembali secara perlahan hingga keping Secchi
terlihat pertama kali (warna putih), Lihat skla (centimeter) pada tali penduga
yang terendam tepat di permukaan air,lalu catat.......cm (SD2).
b. Karbondioksida Perairan
Dalam melakukan praktikum menganai Karbondioksida terdapat beberapa
prosedur, yaitu :
1. Masukkan sempel air sebanyak 50 ml ke dalam gelas Erlenmeyer
2. Tambahkan 3 tetes larutan indikator Phenolptealin (PPT)
3. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi
merah muda
4. Catat larutan NaOH yang terpakai titrasi (perubahan yang dicatat adalah pada
saat timbul warna merah muda awal dan warna stabil), maka selama titrasi
Erlenmeyer harus selalu digoyang.
c. pH Perairan
Metode yang digunakan untuk mengukur ph air adalah metode
potensiometrik. Dalam melakukan praktikum menganai pengukuran pH air
terdapat beberapa prosedur, yaitu :
1. Sebelum melakukan pengukuran, lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan
menggunakan larutan pH-buffer 4,0 dan pH-buffer 7,0.
2. Setelah kalibrasi selesai, bilas probe dari alat pH-meter tersebut dengan
aquades. Kemudian lakukan pengukuran pH air di lapangan (insitu), dengan
cara memasukan ujung sensor/probe pH-meter kedalam air dan mengaktifkan
tombol/sakelar ON, lalu baca skala/angka pH air pada display alat, saat angka
pada display stabil.
d. Alkalinitas Perairan
Dalam melakukan praktikum menganai pengukuran alkalinitas perairan
terdapat beberapa prosedur, yaitu :
1. Masukan sebanya 50 ml contoh air kedalam gelas erlenmeyer
25
4. Setelah waktu inkubasi berakhir, analisis kandungan oksigen dari kedua botol
winkler tersebut, catat kandungan oksigen DB (mg/l) dan LB (mg/l).
5. Hitung produktivitas primer bersih (Net Primary Productivity)
4.1. Hasil
4.1.1. Data Kelompok
a. Transparansi Cahaya
Berikut adalah tabel hasil dari praktikum menentukan transparansi cahaya
pada perairan cekdam:
Tabel 2 Transparansi Cahaya
Transparansi Cahaya
70
60
50
40
30
20
10
0
Inlet Midlet Outlet
31
32
b. Karbondioksida Perairan
Berikut adalah tabel dari hasil praktikum menentukan kadar karbondioksida
pada perairan cekdam:
Tabel 3 Karbondioksida
Nilai CO2
Kelompok
(mg/L)
Inlet 50,128
Midlet 30,8
Outlet 20,944
Gambar 2 Karbondioksida
Karbondioksida Perairan
60
50
40
30
20
10
0
Inlet Midlet Outlet
c. pH Perairan
Berikut adalah tabel dari hasil praktikum menentukkan kadar pH pada
perairan cekdam :
Tabel 4 pH
Kelompok Nilai pH
Inlet 6,13
Midlet 7,99
Outlet 8,40
33
Gambar 3 pH
pH Perairan
9
0
Inlet Midlet Outlet
d. Alkalinitas Perairan
Berikut adalah tabel dari hasil praktikum menentukkan alkalinitas pada
perairan cekdam :
Tabel 4 Alkalinitas
Gambar 4 Alkalinitas
Alkalinitas Perairan
120
100
80
60
40
20
0
Inlet Midlet Outlet
12
10
0
Inlet Midlet Outlet
120
100
80
Inlet
60
Midlet
40 Outlet
20
0
pH Suhu BODo BOD5
Lokasi
Total Amonia
35
30
25
20
Inlet
15
Midlet
10 Outlet
0
pH Suhu Total Amonia
Lokasi
30
25
20
Inlet
15
Midlet
10 Outlet
0
pH Suhu Nilai Fospat
Lokasi
Produktivitas Primer
15
10
Inlet
0
IB DB LB Respirasi GPP NPP Midlet
-5 Outlet
-10
-15
Lokasi
Trasparansi Cahaya
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
A B C
b. Karbondioksida Perairan
Berikut adalah tabel dari data angkatan hasil praktikum menentukkan kadar
karbondioksida pada perairan cekdam :
Tabel 11 Karbondioksida (Angkatan)
Kelompok Lokasi Karbondioksida
Cekdam Inlet 129,36
A Cekdam Midlet 50,16
Cekdam Outlet 57,2
Cekdam Inlet 50,182
B Cekdam Midlet 30,8
Cekdam Outlet 20,944
Cekdam Inlet 62,5
C Cekdam Midlet 8,8
Cekdam Outlet 45,76
41
Karbondioksida Perairan
140
120
100
80
60
40
20
0
A B C
c. pH Perairan
Berikut adalah tabel dari data angkatan hasil praktikum menentukan kadar
pH pada perairan cekdam :
Tabel 12 pH (Angkatan)
Kelompok Lokasi Ph
Cekdam Inlet 4,64
A Cekdam Midlet 7,11
Cekdam Outlet 5,62
Cekdam Inlet 6,13
B Cekdam Midlet 7,99
Cekdam Outlet 7,39
Cekdam Inlet 7,4
C Cekdam Midlet 6,55
Cekdam Outlet 3,43
42
Gambar 12 pH (Angkatan)
pH Perairan
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
A B C
d. Alkalinitas Perairan
Berikut adalah tabel dari data angkatan hasil praktikum menentukkan
alkalinitas pada perairan cekdam :
Tabel 13 Alkalinitas (Angkatan)
Kelompok Lokasi Alkalinitas
Cekdam Inlet 75
A Cekdam Tengah 66
Cekdam Outlet 55
Cekdam Inlet 41
B Cekdam Tengah 100
Cekdam Outlet 71,4
Cekdam Inlet 66
C Cekdam Tengah 120
Cekdam Outlet 90
43
Alkalinitas
140
120
100
80
60
40
20
0
A B C
Oksigen Terlarut
40
35
30
25
20
15
10
0
A B C
Hasil
Kelompok Lokasi
BOD0 BOD5
Cekdam Inlet 42,3
A Cekdam Midlet 45,25
Cekdam Outlet 75,1
Cekdam Inlet 16,23 119,96
B Cekdam Midlet 39,02 11,05
Cekdam Outlet 19,47 3,2452
Cekdam Inlet 2,27
C Cekdam Midlet
Cekdam Outlet 1,62
45
BOD
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
A B C
Total Ammonia
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
A B C
Total Fospat
3.5
2.5
1.5
0.5
0
A B C
Produktivitas Primer A
12
10
8
6
4
Inlet
2
Midlet
0
IB DB LB Respirasi GPP NPP Outlet
-2
-4
-6
-8
Lokasi
Produktivitas Primer B
15
10
Inlet
0
IB DB LB Respirasi GPP NPP Midlet
-5 Outlet
-10
-15
Lokasi
50
Produktivitas Primer C
20
15
10
5 Inlet
0 Midlet
IB DB LB Respirasi GPP NPP Outlet
-5
-10
-15
Lokasi
4.2. Pembahasan
4.2.1. Transparansi Cahaya
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara
visual dengan menggunakan secchi disk (Effendi, 2000). Nilai transparansi
cahaya dari masing-masing daerah bervariasi, karena dipengaruhi oleh besarnya
cahaya yang masuk kedalam suatu perairan. Transparansi cahaya terbesar terdapat
di daerah outlet, dan daerah dengan transparansi cahaya terkecil adalah daerah
midlet.
4.2.2. Karbondioksida Perairan
Kadar karbondioksida di suatu perairan dipengaruhi oleh aktivitas
fotosintesis organisme autotroph di perairan tersebut, dan banyaknya cahaya yang
masuk kedalam perairan tersebut. Kadar karbondioksida dalam suatu perairan
mempengaruhi besar kecilnya pH di suatu perairan.
Daerah dengan kadar karbondioksida terbanyak adalah daerah inlet, dan
daerah dengan kadar karbondioksida terkecil adalah daerah midlet.
51
4.2.3. pH Perairan
Besar kecilnya pH di perairan dipengaruhi oleh besar kecilnya kadar
karbondioksida.
pH tertinggi terjadi pada daerah midlet, dan Ph terendah terdapat di daerah
outlet.
4.2.4. Alkalinitas Perairan
Tingkat alkalinitas suatu perairan dipengaruhi oleh besar kecilnya kadar
endapan senyawa logam yang terdapat di perairan tersebut.
Tingkat alkalinitas tertinggi terjadi di daerah midlet, dan yang terendah terjadi di
daerah inlet.
4.2.5. Oksigen Terlarut Perairan
Kadar DO suatu perairan dipengaruhi oleh kedalaman, luas permukaan,
cahaya, aktivitas fotosintesis organisme autotroph, dan pergerakan air.
Kadar DO terbesar terjadi di daerah midlet, dan kadar DO terkecil terjadi di
daerah inlet.
4.2.6. Oksigen Biokimia (BOD) Perairan
BOD suatu perairan dipengaruhi oleh zat pencemar, baik organik maupun
anorganik. Jika semakin banyak senyawa atau zat pencemar di suatu perairan,
maka BOD suatu perairan tersebut semakin kecil, begitu pula sebalikya.
BOD menjadi suatu indicator tercemar atau tidaknya suatu perairan. Nilai
BOD terbesar terdapat pada daerah inlet, dan nilai BOD terkecil terdapat pada
daerah outlet.
4.2.7. Total Ammonia (NH4-N) Perairan
Tinggi rendahnya kadar ammonia di perairan tergantung pada zat-zat sisa
yang dihasilkan oleh organisme perairan tersebut, maupun limbah rumah tangga
yang terbawa oleh air.
Kadar ammonia tertinggi terjadi di daerah inlet, dan terrendah terjadi di
daerah outlet.
52
5.1. Kesimpulan
Fungsi ekosistem perairan yang optimal harus ditunjang oleh adanya cahaya
matahari. Cahaya yang berasal dari matahari penting untuk menggerakan dan
mengontrol metabolisme organisme perairan.
Karbondioksida (CO2) merupakan gas yang tak berwarna, tidak berbau dan
bersifat asam. CO2 sangat penting di dalam perairan,CO2 merupakan materi dasar
dari proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan air. Karbondioksida meskipun sangat
mudah larut didalam air, tetapi umumnya berada dalam keadaan terikat dengan air
membentuk asam karbonat (H2CO3) dan juga ion bikarbonat (HCO-3), Meskipun
peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan menjadi racun secara
langsung bagi biota akuatik.
Kondisi perairan yang bersifat asam kuat maupun basa kuat akan
membahayakan keangsungan biota, karena akan mengganggu proses metabolisme
dan respirasi. Sehingga dalam keberadaanya harus diperhatikan. Dalam
pengukuran pH di perairan dapat menggunakan pH meter.
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetrlalkan asam atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Adanya
alkalinitas dalam reaktor dengan konsentrasi tertentu dapat menjadi penyangga
(Buffer) agar pH tetap pada kondisi netral. Semakin tinggi alkalinitas maka
kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi.
Oksigen terlarut di perairan atau disebut Dissolved Oxygen (DO) merupakan
jumalh gas oksigen yang diikat oleh molekul air. Air yang memiliki DO tinggi
menunjukan tingkat pencemaran yang rendah, da
53
54
Effendi. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan,Penerbit Kanisius.
Indaryanto, R. F. (2005). LIMNOLOGI: Ilmu tentang Perairan Darat. Serang:
Untirtra Press.: Untirtra Press.
Indaryanto, S. (2015). LOMNOLOGI Ilmu Tentang Perairan Dara.
Karlberg, B. (1989). Flow Injection Analysis: A Practical Guide, Elsevier Science
Publisher.
Nair, J. A. (2007). Principle of Biotechnology, Laxmi Publications.
Siregar, S. A. (2005). Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius.
Susana. (2009). Tingkat Keasaman (pH) dan Oksigen Terlarut Sebagai Indikator
Kualitas Perairan Sekitar Muara Sungai Cisadane. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol 5 no 2.
Tambaru, Malida, & Muhiddin. (2014). Analisis Perubahan Kepadatan
Zooplankton Berdasarkan Kelimpahan Fitoplankton Pada Berbagai Waktu
dan Kedalaman di Perairan Pulau Badi Kabupaten Pangkep. Jurnal Ilmu
Kelautan dan Perikanan, Vol 5 nomor 3.
55
LAMPIRAN
56
Botol Winkler Thermometer Hg
57
Cekdam Outlet
Praktikum Mengukur
Praktikum Mengukur Kecerahan
Karbondioksida
58
Pengukuran Alkalinitas
Larutan MnSO4 dan O2-Reagen
59
Pengukuran Fospat Hasil Praktikum Fospat
Lalu angkat secchi disck setelah bagian putih kelihatan setelah itu ukur dengan
penggaris
lalu angkat secchi disck setelah kelihatan bagian hitamnya setelah itu ukur
kembali dengan penggaris
60
Lampiran 2 Prosedur Praktikum Karbondioksida
Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna menjadi
merah muda
Catat larutan NaOH yang terpakai titrasi (perubahan yang dicatat adalah pada
saat timbul warna merah muda awal dan warna stabil)
Catat larutan HCL yang terpakai titrasi (perubahan yang dicatat adalah pada
saat timbil warna pink awal dan warna stabil)
61
Lampiran 4 Prosedur Praktikum Oksigen Terlarut
Lalu tutup mulut botol dan kocok, biarkan hingga endapan mengendap
sempurna.
Buka tutup botol, lalu tambahkan 2 ml larutan H2SO4 pekat dengan hati-hati
Biarkan endapan larut sempurna hingga larutan dalam botol Winkler menjadi
bening berwarna orange atau kuning
Ukur suhu perairandengan termometer dan ukur tekanan udara (BP) dengan
altimeter
jika tidak tersedia alat altimeter gunakan elevasi lokasi pengukuran (diatas
permukaan laut/dpl) sebagai dasar perhitungan tekanan udara (barometric
pressure)
62
Lampiran 5 Prosedur Praktikum (BOD)
setelah itu masukkan larutan thiosulfat hingga warna larutan menjadi bening
sambil dihomogenkan
63
Lampiran 6 Prosedur Praktikum Total Amonia
Ambil air sample sebanyak 500ml dengan winkler jangan sampai ada gelembung
saring contoh air tersebut dengan kertas saring whatman (bebas abu)
ambil sebanyak 25 ml contoh air yang telah disaring lalu masukkan kedalam tabung
reaksi
Ukur absorbance kedua larutan tersebut diatas (sample atau blanko) dengan alat
spectrofotometer pada panjang gelombang 425 nm
64
Lampiran 7 Prosedur Praktikum Total Fospat
Ambil air sample sebanyak 500ml dengan winkler jangan sampai ada
gelembung
saring contoh air tersebut dengan kertas saring whatman (bebas abu)
ambil sebanyak 25 ml contoh air yang telah disaring lalu masukkan kedalam
tabung reaksi
Ukur absorbance kedua larutan tersebut diatas (sample atau blanko) dengan
alat spectrofotometer pada panjang gelombang 425 nm
65
Lampiran 8 Prosedur Praktikum Produktivitas Primer
Isi 3 buah botol winkler (IB,DB dan LB) dengan contoh air hingga penuh
Analisis kandungan oksigen pada botol winkler IB (initial Bottle) dan catat
kandungan oksigen IB (mg/l)
Inkubasi atau rendam botol DB dan LB dalam perairan dan biarkan botol
tersebut selama 4-8 jam
Setelah waktu inkubasi berakhir, analisis kandungan oksigen dari kedua botol
winkler tersebut
66