Anda di halaman 1dari 17

PENAMBAHAN PROBIOTIK DAN PREBIOTIK KOMERSIAL

PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP STATUS


KESEHATAN DAN KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN
Judul Penelitian : Penambahan Probiotik dan Prebiotik Komersial pada Sistem
LELE (Clarias
Bioflok terhadap sp.) dan Kinerja Pertumbuhan
Status Kesehatan
Benih Ikan Lele (Clarias sp.)
Nama : Sundari Rahayu Ningsih
NIM : C14190048

SUNDARI RAHAYU NINGSIH

Disetujui oleh
SUNDARI RAHAYU NINGSIH

Proposal Penelitian
sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian
tugas akhir pada
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Pembimbing 1:
__________________
Prof. Dr. Ir. Widanarni, M.Si.

Pembimbing 2:
__________________
Dr. Munti Yuhana, S.Pi., M.Si.

Diketahui oleh

Ketua Departemen Budidaya Perairan:


DEPARTEMEN
Prof. Dr. Alimuddin, BUDIDAYA PERAIRAN__________________
S.Pi., M.Sc.
FAKULTAS PERIKANAN
NIP. 197001031995121001 DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa tercurahkan oleh pennulis kepada Allah


subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya, proposal penelitian
dengan judul “Penambahan Probiotik dan Prebiotik Komersial pada Sistem
Bioflok terhadap Status Kesehatan dan Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Lele
(Clarias sp.)” ini berhasil diselesaikan. Tidak lupa sholawat serta salam
disampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Pelaksanaan
penelitian ini akan bertempatkan di Gentiga Fish Farm, Desa Cinangka,
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Widanarni,
M.Si. dan Ibu Dr. Munti Yuhana, S.Pi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi
pada penelitian ini yang senantiasa memberikan arahan serta masukan dalam
pembuatan proposal sampai terselesaikannya penelitian ini nanti. Turut penulis
ungkapkan juga terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan tiada hentinya, serta saran dan semangat dari teman-teman
Budidaya Perairan Angkatan 56.
Semoga proposal ini dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
akuakultur, khususnya dalam budidaya ikan lele.

Bogor, 22 Juni 2023

Sundari Rahayu Ningsih

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
1.5 Ruang Lingkup 3
II TINJAUAN PUSTAKA (OPSIONAL) 4
2.1 Contoh Subbab 4
Tanggal Pengesahan:
2.2 Contoh Subbab2 4
III METODE 5
3.1 Lokasi dan Waktu PKL 5
3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data (opsional) 5
3.3 Prosedur Kerja 5
IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 6
4.1 Sejarah 6
4.2 Kegiatan Lembaga 6
4.3 Struktur Organisasi 6
4.4 Fungsi dan Tujuan 6
V SIMPULAN DAN SARAN 7
5.1 Simpulan 7
5.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8
LAMPIRAN 9
RIWAYAT HIDUP 12

DAFTAR TABEL

1 Tingkat kekerasan dan kandungan gula buah pisang ambon pada suhu
simpan yang berbeda dan pemberian putresina
2 Tingkat kekerasan buah pisang raja pada suhu simpan yang berbeda
dan pemberian putresina

DAFTAR GAMBAR

1 Contoh gambar 2
2 Contoh judul gambar lebih dari satu baris maka baris kedua dimulai tepat di
bawah huruf pertama judul gambar 2

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan
kimia tanah dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan Ciheuleut
3 Lampiran 2 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung yang ditanam
pada lima ketinggian tempat 2
I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Produksi perikanan budidaya Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dari tahun ke tahun. Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) total peningkatan produksi pada
tahun 2018-2022 sebesar 7,45%. Peningkatan produksi terjadi pada beberapa
komoditas budidaya yang sangat potensial. Salah satu komoditas yang mengalami
peningkatan yaitu ikan lele. Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu
komoditas dalam budidaya ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting di
Indonesia. Total produksi ikan lele pada tahun 2020 sebesar 1,39 juta ton dan
ditargetkan meningkat menjadi 1,65 juta ton pada tahun 2024 (KKP 2020).
Berdasarkan data tersebut, ikan lele akan menjadi komoditas yang akan terus
berkembang. Oleh karen itu, perlu dilakukannya alih teknologi untuk
meningkatkan padat tebar sehingga ketersediaan benih terpebuhi. Produksi yang
tinggi tersebut dapat dicapai melalui penerapan budidaya sistem intensif, baik
pada segmen pemebenihan maupun pembesaran. Sistem intensif dicirikan dengan
peningkatan kepadatan ikan serta penambahan pakan buatan. Penerapan sistem
budidaya intensif dengan paat tebar yang tinggi memiliki kendala berupa
menurunnya kualitas lingkungan budidaya akibat adanya akumulasi limbah
organik dan anorganik yang berasal dari sisa pakan dan metabolisme ikan.
Kondisi ini dapat menyebabkan ikan stres dan mudah terkena penyakit. Teknologi
budidaya sistem intensif yang diperlukan untuk menghasilkan benih yang
seragam, massal berkualitas dan pengolahan air yang baik adalah penggunaan
teknologi bioflok (Ayuniar dan Hidayat 2018).
Biofloc Technology (BFT) adalah salah satu alternatif sistem budidaya yang
dapat diandalkan karena rmah lingkungan. Budidaya sistem bioflok merupakan
budidaya ikan dengan memanfaatkan mikroorganisme dan bahan organik dengan
penerapan sedikit atau tidak ganti air, mikroorganisme terdiri dari zooplankton,
alga, protozoa, dan bakteri (Hargreaves 2006). Prinsip dasar dari teknologi bioflok
yaitu memanfaatkan limbah nitrogen (N) yang berasal dari feses, sisa pakan, dan
produk sampingan metabolisme yang menjadi biomassa mikroba sehingga
menghasilkan flok yang dapat dimanfaatkan oleh ikan salah satunya dapat
menjadi pakan tambahan di kolam pemeliharaan (Khanjani dan Mosleam 2020).
Bioflok memiliki keunggulan diantara sistem yang lain yaitu mampu
meminimalisir pergantian air dan memungkinkan budidaya dengan padat tebar
tinggi pada area yang sempit, sehingga mampu meningkatkan produktivitas
budidaya (Emerenciano et al. 2017). Zhao et al. (2012) melaporkan dengan
adanya penambahan karbon organik (molase) pada kolam bioflok dapat
menurunkan konsentrasi amonia dan nitrit dibandingkan kolam kontrol karena
adanya peningkatan aktivitas bakteri dalam pemanfaatan nitrogen.
Bakteri heterotrofik yang tumbuh di dalam media budidaya mampu
memperbaiki kualitas air dengan memanfaatkan limbah nitrogen menjadi pakan
yang berprotein tinggi dengan menambahkan sumber karbon untuk meningkatkan
C/N ratio, selain itu penggunaan bioflok mampu meningkatkan produksi,
mengefisiensikan pakan (Hermawan et al. 2014) serta meminimalisir limbah hasil
budidaya yang merupakan beberapa keunggulan dari sistem bioflok (Zaidy et al.
2022). Penerapan sistem bioflok dapat menurunkan kadar amonia pada media
pemeliharaan sampai dengan 98,7% (Bakar et al. 2015) dan juga dapat
mempertahankan kandungan total ammonia (TAN) pada media pemeliharaan ikan
lele pada kadar yang dapat ditoleransi oleh ikan lele yaitu 0,19–1,10 mg L-1(cari
sumbernya)?. Teknologi ini dianggap alternatif ramah lingkungan karena mampu
mengubah pakan yang tidak termakan, feses, dan sisa metabolisme menjadi
biomassa mikroba yang dapat dimanfaatkan oleh organisme budidaya (Ogello et
al. 2021), serta memiliki efek probiotik yang menjamin biosekuriti di dalam
sistem bioflok (Kim et al. 2014).
Penambahan probiotik pada sistem bioflok mampu memperbaiki kondisi
perairan, menurunkan FCR, dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen
sehingga menjadi alternatif budidaya ikan lele. Penggunaan probiotik pada air
media budidaya ikan lele berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan
dibandingkan tanpa menggunakan probiotik (Rachmawati et al. 2016). Dash et al.
(2018) melaporkan bahwa probiotik Bacillus sp. dan Lactobacillus sp. telah
banyak digunakan dalam kegiatan akuakultur dan telah terbukti efektif dalam
kesehatan usus dan mendorong pertumbuhan inang. Selain itu juga, probiotik
memiliki peran penting dalam merangsang kesehatan dan pertumbuhan ikan
dengan menunjukkan adanya peningkatan status antioksidan dan kekebalan
(Mahdi et al. 2020).
Penambahan probiotik pada sistem bioflok yang mengandung banyak
bakteri yang mampu menghasilkan enzim untuk mengurai senyawa kompleks
menjadi lebih sederhana sehingga dapat dimanfaatkan oleh ikan. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa penambahan probiotik pada budidaya dengan
sistem bioflok mampu meningkatkan bakteri heterotrof (Salamah et al. 2015;
Yusuf et al. 2015). Penambahan probiotik Bacillus sp. juga telah diuji dapat
meningkatkan kelangsungan hidup sekitar 24,66- 36,66% (Yusuf et al. 2015),
meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang vaname (Dahlan et al.
2017), pemberian probiotik Bacillus sp. melalui media budidaya mampu
menurunkan populasi Aeromonas hydrophila dan meningkatkan sintasan, serta
respon imun ikan lele (Fidyandini et al. 2016). Selain probiotik, beberpa hasil
penelitian menunjukkan peran positif prebiotik pada berbagai komoditas
budidaya.
Prebiotik adalah bahan pangan yang tidak dapat dicerna inang tetapi
memberikan efek menguntungkan bagi inangnya dengan cara merangsang
pertumbuhan dan aktivitas sejumlah bakteri tertentu di usus sehingga
meningkatkan kesehatan inang (Cerezuela et al. 2011). Prebiotik berpengaruh
langsung terhadap komunitas mikroba di usus yang dapat memberikan efek positif
bagi pertumbuhan dan kesehatan inang, serta merupakan indikator khusus untuk
menjelaskan potensi aplikasi prebiotik (Poolsawat et al. 2020). Bahan pangan
yang tidak dapat dicerna berupa karbohidrat dapat diklarifikasikan berdasarkan
ukuran molekul (monosakarida, oligosakarida dan polisakarida) (Kalau bisa cari
sitasi). Penambahan prebiotik dalam pakan dapat meningkatkan jumlah bakteri
yang memberikan keuntungan pada kesehatan dan menekan pertumbuhan bakteri
patogen. Prebiotik yang banyak diteliti untuk diaplikasikan pada berbagai spesies
ikan dan udang, antara lain fructooligosaccarides (FOS),
mannanoligosaccharides (MOS), galactooligosaccharides (GOS), arabino-
xylooligosaccharides (AXOS), isomaltooligosaccharides (IMO), short-chain
fructooligosaccharides (scFOS) dan inulin (Ringgo dan Song 2016). Manfaat
prebiotik selain dapat meningkatkan aktivitas enzim pencernaan juga dapat
meningkatkan pertumbuhan secara signifikan, kecernaan, kelangsungan hidup,
ketahanan penyakit pada ikan, pemanfaatan pakan dan kesejahteraan fisik.
Aktivitas enzim pencernaan seperti protease, amilase, lipase, selulase, fitase,
tannase, xylanase, dan kitinase pada ikan (Wang et al. 2008; Ahmadi et al. 2021).
Prebiotik yang sudah banyak teliti sebagai suplemen pakan ikan adalah
mannanoligosakarida (MOS). Mannanoligosakarida (MOS) merupakan
glukomannoprotein kompleks yang berasal dari dinding sel khamir
(Saccharomyces cerevisiae) yang mengandung gula mannosa (Gelibolu et al.
2018). Staykov et al. (2007) melaporkan bahwa penambahan prebiotik MOS
dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan, pemanfaatan pakan dan juga
kelangsungan hidup pada ikan rainbow trout. Salah satu efektivitas prebiotik
MOS ditentukan dengan pemberian dosis yang digunakan. Berdasarkan hasil
penelitian terdahulu pemberian prebiotik MOS pada pakan dengan dosis 0,2%
pada ikan nila yang diuji tantang beberapa patogen menghasilkan kinerja
pertumbuhan dan imunitas yang lebih baik dibandingkan tanpa perlakuan
(kontrol) (Elala et al. 2013). Hasil penelitian Torrecillas et al. (2007)
menunjukkan penambahan MOS sebesar 0,4% dapat meningkatkan respons imun
dan resistensi terhadap infeksi mikroba. Rusliana (2018) melaporkan bahwa
penambahan dosis MOS 0,6% pada ikan baung meningkatkan laju pertumbuhan
harian, rasio konversi pakan dan efisiensi pakan. Dosis prebiotik MOS yang diuji
pada penelitian ini yaitu 0,6% yang diberikan dengan metode coating pakan dan
penambahan probiotik komersial pada sistem bioflok diharapkan dapat
meningkatkan status kesehatan dan kinerja pertumbuhan benih ikan lele.

I.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh penambahan probiotik
komersial dan prebiotik MOS pada sistem bioflok dalam meningkatkan status
kesehatan dan kinerja pertumbuhan benih ikan lele (Clarias sp.).
II METODE

II.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini berlangsung pada bulan Oktober-Desember 2022 di
Gentiga Fish Farm, Desa Cinangka, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Uji status kesehatan ikan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Organisme
Akuatik dan pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

II.2 Prosedur Penelitian

II.2.1 Hewan Uji


Hewan uji yang digunakan yaitu larva ikan lele yang berumur tiga hari
setelah menetas. Induk lele berasal dari Kecamatan Cisaat, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat. Larva ikan lele yang digunakan memiliki ukuran
panjang rata-rata 0,86±0,03 cm dan bobot rata-rata 0,0069±0,00 g.
II.2.2 Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan terdiri dari wadah pemeliharaan cacing sutra
(Tubifex sp.), wadah kultur starter bioflok, dan wadah pemeliharaan ikan lele.
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan uji dan kultur bioflok yaitu
kolam semi beton yang dilapisi terpal berukuran 200 × 100 × 50 cm³ sebanyak
10 unit, dengan rincian 1 unit wadah kultur bioflok dan 9 unit wadah
pemeliharaan ikan lele. Wadah pemeliharaan cacing sutra (Tubifex sp.) yang
digunakan adalah wadah styrofoam berukuran 75 × 42 × 32 cm³ sebanyak 1
unit. Sebelum digunakan, wadah pemeliharaan dicuci dengan menyikat dinding
dan dasar terpal secara perlahan hingga kotoran yang menempel hilang.
Selanjutnya, dibilas menggunakan air bersih dan dikeringkan selama 24 jam
dan dilakukan pengisian air dengan menutup outlet dan membuka inlet. Bagian
bawah inlet diberi seser untuk menyaring kotoran agar air yang masuk ke
dalam kolam adalah air yang bersih. Wadah pemeliharaan cacing sutra diisi
menggunakan air sebanyak 50,4 L, diberi aerasi dan dialiri secara terus
menerus selama pemeliharaan. Pemberian aerasi dilakukan untuk
meningkatkan oksigen terlarut dalam air (Setiawan 2018). Wadah kultur
starter bioflok diisi air sebanyak 600 L dan diberi aerasi kuat pada 5 titik.
Wadah pemeliharaan ikan lele diisi air sebanyak 400 L dan masing-masing
wadah diberi aerasi kuat pada 5 titik. Seluruh wadah pemeliharaan dan wadah
kultur starter bioflok mendapat sinar matahari, namun ketika matahari terik
wadah di sisi timur ditutup menggunakan waring dengan tujuan setiap wadah
terkena sinar matahari yang sama rata.

II.2.3 Penyediaan Cacing Sutra (Tubifex sp.)


Cacing sutra dipelihara dalam wadah pemeliharaan terpisah berupa
wadah styrofoam dan diberi aliran air. Cacing dicuci terlebih dahulu dan
dihaluskan menggunakan blender. Setelah cukup halus, cacing sutra
dimasukkan ke dalam ember dan diberi air hingga penuh, lalu diendapkan.
Selanjutnya, cacing sutra disaring dan dibuang airnya. Tahap ini dilakukan
sebanyak tiga kali, untuk menghilangkan darah cacing sutra tersebut agar tidak
menyebabkan kontaminasi penyakit pada ikan lele. Pakan alami berupa cacing
sutra diberikan saat larva berumur 3 hari sampai dengan 10 hari.

II.2.4 Penyediaan Probiotik


Probiotik yang digunakan yaitu probiotik komersial yang di dalamnya
mengandung Bacillus subtilis (4,6 × 107 CFU), Bifidobacterium longum (5,6 ×
107 CFU), Bifidobacterium bifidum (2,7 × 107 CFU), Saccharomyces
cerevisiae (3,8 × 107 CFU), dan mix herbal. Awal persiapan probiotik diberikan
sebanyak 0,4 mL untuk kolam starter. Penambahan probiotik dilakukan setiap
tiga hari sekali sebanyak 1,2 mL/kolam.
II.2.5 Penyediaan Bioflok

Sumber suspensi bioflok untuk awal pemeliharaan berasal dari kultur


bioflok yang dilakukan dalam wadah budiaya dengan molase sumber C organik
(Ekasari et al. 2010). Pembuatan bioflok dilakukan dengan menambahkan
molase dalam jumlah tertentu ke dalam kolam starter. Setelah ditambahkan
molase, kolam starter ditutup dengan paranet untuk menghindari adanya benda
yang tidak diinginkan masuk. Kemudian, kolam starter didiamkan dengan
aerasi yang kuat selama 3-5 hari hingga muncul adanya flok pada kolam.
Sebelum diberikan pada kolam pemeliharaan larva, dilakukan pengecekan
volume flok hal ini bertujuan mengetahui kepadatan flok berada dalam kondisi
yang baik. Molase ditambahkan pada hari ke-11 pemeliharaan, setelah ikan lele
mulai diberi pakan komersil. Pemberian molase pada media pemeliharaan
dilakukan sebanyak satu kali dalam sehari dengan waktu dua jam setelah
pemberian pakan pagi, dengan estimasi C/N rasio 15 (Saha et al. 2022).
Volume flok pada akhir pemeliharaan berkisar 7,25 – 42,5 ml Lˉ¹. Jumlah
karbon yang ditambahkan untuk mendukung proses pembentukan flok oleh
bakteri heterotrof pada masing-masing perlakuan menggunakan skema
kalkulasi kebutuhan karbon oleh De Schryver et al. (2008), seperti tercantum
pada Gambar 1.

Jumlah pakan / hari yaitu FR (%) x biomassa (g) (1)

Persamaan 1 x kandungan protein pakan (2)

Persamaan 2 x 16% (jumlah N dalam protein pakan) (3)

Persamaan 3 x 75% (jumlah pakan menjadi limbah) (4)

Persamaan 4 x rasio C/N yang ditentukan (5)

Persamaan 5: 40% (kandungan karbon molase (Ekasari et al.


2014))
Gambar 1 Skema kalkulasi kebutuhan karbon (De Schryver et al. 2008)

Berdasarkan alur perhitungan penambahan karbon di atas, apabila


kebutuhan pakan per hari 100 g, kandungan protein 40%, dan kandungan
karbon organik molase yaitu 40% (Saha et al. 2022), maka dibutuhkan molase
sebanyak 180 g.
II.2.6 Penyediaan Pakan Uji dan Prebiotik
Pakan buatan yang digunakan yaitu pakan pellet komersial dengan
kandungan protein 40% yang diperkaya dengan prebiotik sesuai perlakuan.
Prebiotik digunakan adalah BIO-MOS (Altech Inc., KY USA) mengandung
mannanoligosakarida (MOS) yang berasal dari dinding sel ragi jenis
Saccharomyces cerevisiae dengan komposisi minimal 30% protein kasar,
minimal 1,4% lemak kasar, dan maksimum 13% serat kasar. Dosis prebiotik
yang digunakan yaitu 0,6% yang diberikan melalui pakan. Pengkayaan pakan
dengan prebiotik dilakukan dengan mencampurkan prebiotik BIO-MOS
sebanyak 0,6 g dalam 100 g pakan ditambahkan dengan agri-binder sebanyak
0,5 g sebagai bahan perekat dan diencerkan dengan akuades sebanyak 12,5 mL.
Pemberian perlakuan ini dilakukan dengan penyemprotan, kemudian diaduk
hingga rata, lalu pakan dikering udarakan selama 24 jam untuk hasil yang lebih
maksimal.

II.2.7 Rancangan Percobaan


Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri
dari tiga perlakuan dengan masing-masing tiga kali ulangan. Rancangan
perlakuan. Rancangan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan perlakuan pemeliharaan benih ikan lele pada sistem bioflok
dengan penambahan probiotik dan prebiotik komersial
Perlakuan Keterangan
BF Pemeliharaan ikan dengan aplikasi bioflok tanpa
penambahan probiotik komersial dan prebiotik MOS
BFPro Pemeliharaan ikan dengan aplikasi bioflok dan penambahan
probiotik komersil setiap 3 hari sekali
BFPre Pemeliharaan ikan dengan aplikasi bioflok dan penambahan
prebiotik MOS 0,6% pada pakan setiap hari

II.2.8 Pemeliharaan Hewan Uji


Penambahan probiotik komersial mulai dilakukan pada saat media
bioflok sudah terbentuk. Larva ikan lele berumur tiga hari setelah menetas
dengan ukuran panjang rata-rata 0,86±0,04 cm dan bobot rata-rata 0,0069±0,00
g didistribusikan ke dalam masing-masing wadah pemeliharaan dengan
kepadatan 2.500/m-2 dan dipelihara selama 21 hari. Pada setiap wadah
pemeliharaan diberi aerasi yang bertujuan agar terjadinya perputaran oksigen
dan pengadukan bioflok tetap terjadi. Larva diberi pakan alami cacing sutra
(Tubifek sp.) pada hari ke-1 hingga hari ke-7 dengan cara at restricted dengan
FR 32%. Selanjutnya, pada hari ke-8 hingga hari ke-21 ikan lele diberi pakan
komersil tanpa prebiotik dan pakan komersil dengan tambahan prebiotik
dengan kadar protein 40% secara at satiation. Pemberian pakan dilakukan pada
pukul 07.00, 12.00 dan 17.00 WIB. Penambahan probiotik dilakukan setiap
tiga hari sekali sebanyak 0,6 mL m-2.
II.2.9 Kualitas Air
Kualitas air dicek secara berkala, jika terjadi peningkatan volume flok
pada perlakuan BF, BFPro, dan BFPre secara signifikan, maka dilakukan
pengenceram dengan cara mengganti air sebanyak 50%. Kualitas air yang
diamati setiap hari yaitu suhu, oksigen terlarut, dan pH. Adapun kualitas air
yang diamati pada awal pemeliharaan dan akhir pemeliharaan yaitu amonia,
nitrit, dan nitrat. Berikut merupakan parameter kualitas air yang diamati beserta
satuan dalam metose pengukurannya pada Tabel 2.
Tabel 2 Parameter kualitas air yang diamati selama pemeliharaan
Parameter Satuan Metode/Alat Ukur Waktu Pengukuran
Suhu o
C Termometer Setiap hari
Oksigen terlarut mg L-1 DO-meter Setiap hari
pH - pH-meter Setiap hari
Amonia mg L-1 Spektofotometer Awal dan akhir
pemeliharaan
Nitrit mg L-1 Spektofotometer Awal dan akhir
pemeliharaan
Nitrat mg L-1 Spektofotometer Awal dan akhir
pemeliharaan

II.3 Parameter Penelitian

Parameter yang diamati yaitu kelimpahan bakteri total di air dan usus,
eritrosit total, leukosit total, kadar hemoglobin, kadar hematokrit, laju
pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan panjang spesifik, laju
pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan bobot spesifik, koefisien
keragaman, rasio konversi pakan, dan tingkat kelangsungan hidup.

II.3.1 Kelimpahan Bakteri Total di Air dan Usus


Kelimpahan bakteri total pada air dan usus ikan lele diamati pada awal
dan akhir pemeliharaan menggunakan metode hitung cawan. Perhitungan
kelimpahan bakteri total dilakukan menggunakan dua kali ulangan pada
masing-masing sampel air dan usus yang digunakan. Kelimpahan bakteri total
dihitung menggunakan rumus Madigan et al. (2003):

1 1
Kelimpahan Bakteri Total (CFU mL-1) = Σ Koloni × ×
Faktor Pengencer mL Sampel
II.3.2 Eritrosit Total
Eritrosit total dihitung pada akhir pemeliharaan menggunakan metode
Blaxhall dan Daisley (1993). Sampel darah diambil menggunakan pipet yang
berisi bulir pengaduk berwarna merah sampai skala 0,5, kemudian
ditambahkan larutan Hayem’s hingga skala 101. Setelah itu, kedua ujung pipet
ditutup menggunakan jari lalu dihomogenkan dengan membentuk angka 8
selama 3-5 menit hingga darah tercampur. Sebanyak 1-2 tetes darah dibuang
bertujuan agar darah yang tidak teraduk bisa dihilangkan, selanjutnya darah
diteteskan di atas haemocytometer dan ditutup dengan gelas penutup atau
sampel dimasukkan ke dalam microtube. Jumlah sel eritrosit diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 250x.

1
ΣEritrosit (sel mmˉ³) = Σ Sel terhitung × × Faktor Pengencer
Volume kotak besar

II.3.3 Leukosit Total


Leukosit total dihitung pada akhir pemeliharaan menggunakan motode
Blaxhall dan Daisley (1973). Sampel darah diambil menggunakan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 lalu diencerkan dengan
larutan Turk’s sampai skala 11. Selanjutnya, kedua ujung pipet ditutup
menggunakan jari lalu dihomogenkan dengan membentuk angka 8 selama 3-5
menit hingga darah tercampur. Sebanyak 1-2 tetes larutan darah dalam pipet
tersebut dibuang supaya darah yang tidak teraduk bisa dihilangkan, selanjutnya
darah diteteskan di atas haemacytometer dan ditutup dengan gelas penutup atau
sampel dimasukkan ke dalam microtube. Jumlah sel eritrosit diamati dibawah
mikroskop dan dihitung pada lima kotak sampel yang tampak dengan
perbesaran 250x. Perhitungan leukosit total menggunakan persamaan berikut:

1
ΣLeukosit (sel mmˉ³) = Σ Sel terhitung × × Faktor Pengencer
Volume kotak besar
II.3.4 Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin diukur pada akhir pemeliharaan menurut metode Sahli
Wedemeyer dan Yasutake (1977). Tabung sahlinometer diisi dengan larutan
HCL 0,1 N hingga garis skala 10 (skala berwarna merah), kemudian
ditempatkan di antara 2 tabung warna standar. Sampel darah diambil
menggunakan pipet Sahli sebanyak 0,02 mL dan dimasukkan akuades dengan
pipet tetes sedikit demi sedikit dan dihomogenkan sampai berubah warna
sesuai dengan warna indikator sahlinometer. Kadar hemoglobin dinyatakan
dalam g dL-1 atau g% pada skala kuning.

II.3.5 Kadar Hematokrit


Pengukuran kadar hematokrit ikan dilakukan pada akhir pemeliharaan.
Darah sampel dimasukkan ke dalam tabung hematokrit sebanyak ¾ bagian
tabung. Ujung bawah tabung hematokrit ditutup menggunakan crystoseal untuk
menyumbat darah agar tidak keluar. Selanjutnya, tabung berisi darah
disentrifugasi menggunakan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Kadar
hemat
okrit dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
Kadar Hematokrit (%) =
Panjang volume sel darah merah yang mengendap
×100
Panjang total volume darah dalam tabung

II.3.6 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak


Laju pertumbuhan panjang mutlak (LPPM) selama pemeliharaan
dihitung menggunakan rumus Effendi et al. (2006):

LPPM ( cm )=Pt −Po


Keterangan:
LPPM = Laju pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = Panjang rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (cm)
Po = Panjang rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (cm)

II.3.7 Laju Pertumbuhan Panjang Spesifik


Laju pertumbuhan panjang spesifik (LPPS) selama pemeliharaan
dihitung menggunakan rumus Zonneveld et al. (1991):

InLt−InLo
LPPS (% /hari)= ×100
t
Keterangan:
LPPS = Laju pertumbuhan panjang spesifik (%/hari)
Lt = Panjang rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (cm)
Lo = Panjang rata-rata ikan di awal pemeliharaan (cm)
t = Waktu pemeliharaan (hari)
II.3.8 Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak
Laju pertumbuhan bobot mutlak (LPBM) selama pemeliharaan dihitung
menggunakan rumus Zonneveld et al. (2012):

LPBM ( g )=Wt−Wo
Keterangan:
LPBM = Laju pertumbuhan bobot mutlak (g)
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (g)

II.3.9 Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik


Laju pertumbuhan bobot spesifik (LPBS) selama pemeliharaan dihitung
menggunakan rumus yang diadaptasi dari Zoekaeifar et al. (2012):

InWt −InWo
LPBS (% /hari)= × 100
t
Keterangan:
LPBS = Laju pertumbuhan bobot spesifik (%/hari)
Wt = Bobot rata-rata ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan di awal pemeliharaan (g)
t = Waktu pemeliharaan (hari)

II.3.10 Rasio Konversi Pakan


Rasio konversi pakan (RKP) selama pemeliharaan dihitung
menggunakan rumus Zoekaeifar et al. (2012):

F
RKP=
Wt −Wo
Keterangan:
RKP = Rasio konversi pakan
F = Jumlah pakan total yang dikonsumsi selama pemeliharaan (g)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal pemeliharaan (g)

II.3.11 Koefisien Keragaman


Koefisien keragaman (KK) yang diukur adalah variasi panjang ikan
(Harianto et al. 2014). Menurut Steel & Torrie (1993), koefisien keragaman
merupakan presentase dari sampingan baku contoh terhadap nilai tengah yang
dapat dihitung menggunakan rumus:

S
KK (%)= ×100
Y
Keterangan:
KK = Koefisien keragaman (%)
S = Simpangan baku
Y = Rata-rata panjang contoh

II.3.12 Tingkat Kelangsungan Hidup


Tingkat kelangsungan hidup (TKH) adalah perbandingan jumlah ikan
lele yang hidup sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan lele pada awal
pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus
Agusta et al. (2022) berikut ini:

Jumlahikan hidup di akhir pemeliharaan


TKH (%)= ×100
Jumlah ikan hidup di awal pemeliharaan

II.4 Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan software Microsoft Excel 365.


Selanjutnya, data yang telah ditabulasi dianalisis menggunakan metode analysis
of variance (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% dan apabila berbeda nyata
akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Parameter kualitas air dianalisis secara
deskriptif. Analisis data dilakukan dengan bantuan perangkat lunak berupa SPSS
versi 26.0.

DAFTAR PUSTAKA

Widowati W, Jasaputra DK, Wargasetia TL, Eltania TF, Azizah AM, Subangkit
M, Lister INE, Ginting CN, Girsang E, Faried A. 2020. Apoptotic potential
of secretome from interleukin-induced natural killer cells toward breast
cancer cell line by transwell assay. HAYATI J Biosci. 27(3):186–196.
doi:10.4308/hjb.27.3.186.

Bente AD, Rico-Hesse R. 2006. Model of dengue virus infection. Drug


Discov Today Dis Models. 3(1):97-103. doi: 10.1016/j.ddmod. 2006.03.014.
Bernardo L, Izquierdo A, Prado I, Rosario D, Alvarez M, Santana E, Castro
J, Martinez J, Rodriguez R, Morier L et al. 2008. Primary and secondary
infections of Macaca fascicularis monkey with Asian and American
genotypes of dengue virus 2. Clin Vaccine Immunol. 15(3): 439-446. doi:
10.1128/CVI.00208-07.
Kochel TJ, Watts DM, Gonzalo AS, Ewing DF, Porter KR, Russell KL.
2005. Cross-serotype neutralization of dengue virus in Aotus nancyme
monkeys. J Infect Dis. 191(6):1000-1004. doi:10.1086/427511.
Onlamoon N, Noisakran S, Hsiao HM, Duncan A, Villinger F, Ansari AA,
Perng GC. 2010. Dengue virus-induced hemorrhage in a nonhuman primate
model. Blood. 115(9):1823-1834. doi:10.1182/blood-2009-09-241990.
[WHO] World Health Organization. 2009. Dengue and dengue
haemorrhagic fever [internet]. [diacu 2009 Mei 6]. Tersedia dari:
http://www.who.int /mediacentre/ factsheets/ fs117/en/ index.html.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata dan simpangan baku beberapa sifat físik dan kimia tanah
dari 78 contoh tanah di Kebun Percobaan Ciheuleut

Sifat Rata-rata Simpangan baku


Pasir (%) 47.66 23.81
Lempung (%) 21.80 11.94
Liat (%) 30.72 18.09
C-organik (%) 0.61 0.57
Rapatan isi (mg m-3) 1.43 0.16
KTK (mek 100 g-1 tanah)a 18.08 17.09
KAT pada KL (g g-1) 23.62 10.80
KAT pada TLP (g g-1) 11.11 9.05
a
Banyaknya 70 contoh tanah; KTK: kapasitas tukar kation, KAT: kadar air tanah, KL:
kapasitas lapang, TLP: titik layu permanen.

Lampiran 2 Umur, indeks luas daun, dan hasil biji kering jagung yang ditanam
pada lima ketinggian tempat
Ketinggian Umur Indeks luas Hasil
(m dpl) (hari) daun (ton ha-1)
856 115 3.10 5.69
605 106 3.09 5.43
400 100 2.47 4.80
210 93 2.46 4.25
10 88 2.12 4.03

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota…. pada tanggal bulan tahun sebagai anak ke …


dari pasangan bapak … dan ibu … Pendidikan sekolah menengah atas (SMA)
ditempuh di sekolah … , dan lulus pada tahun …. Pada tahun ..., penulis diterima
sebagai mahasiswa program diploma 3 (D-3) di Program Studi Sekolah Vokasi di
IPB.
Selama mengikuti program D-3, penulis aktif menjadi ... (riwayat dan
pengalaman organisasi, asisten akademik, dan sebagainya). Penulis juga pernah
mengikuti lomba karya … (riwayat kegiatan ilmiah) memperoleh atau pernah
terpilih sebagai … (riwayat prestasi akademik).
Sebelum menentukan apa yang harus diuraikan dalam Pembahasan, penulis
hendaknya membaca lagi dengan saksama tujuan penelitian dan hipotesis agar
arah pembahasan difokuskan untuk menjawab tujuan dan menguji hipotesis.
Pembahasan merupakan tempat penulis mengemukakan pendapat dan argumentasi
secara bebas, tetapi singkat dan logis menuju tujuan penelitian yang ingin dicapai.
Hindari alur uraian yang berputar-putar. Kemampuan menganalisis penulis
sebagai seorang calon ilmuwan dipertaruhkan di bagian ini.

Anda mungkin juga menyukai