Anda di halaman 1dari 17

Praktikum ke-3 Hari, Tanggal : Selasa, 22 Februari 2022

Studi Kelayakan Bisnis Kelompok/Prak : 3 / MAB A2


Dosen : Ir. Leni Lidya, MM.

Analisis Usaha Budidaya Pembenihan dan Pembesaran Ikan Patin

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Azmi Mu’ammar Muslim J0310202326

Diva Khaerunnisa J0310201022

Meyliana Sari Dewi J0310201086

Niken Febrianti J0310201274

Putri Lidya Esa Aprilia J0310201252

MANAJEMEN AGRIBISNIS

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2022
DAFTAR ISI

BAB 1 2
PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Tujuan 3

BAB II 3

PEMBAHASAN 3
2.1 Analisis Pemilihan Lokasi 3
2.2 Analisis Penentuan Skala 4
2.3 Analisis Pemilihan Teknologi 4
2.4 Analisis Pemilihan Alat & Perlengkapan 5
2.5 Proses Produksi Dan Layout Kegiatan 8
2.6 Aspek Pemasaran 12

BAB III 15

KESIMPULAN DAN SARAN 15


3.1 Kesimpulan

15

DAFTAR PUSTAKA 16

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di negara berkembang ini banyak sekali perusahaan-perusahaan yang bersaing dengan


beragam inovasi dalam mengembangkan bisnisnya agar lebih maju. Dalam suatu bisnis
dibutuhkan sekali banyak pertimbangan bagaimana agar keuntungan atau profit yang didapatkan
lebih banyak daripada modal yang dikeluarkan tetapi kualitas tetap diutamakan. Disini pasar
merupakan tempat penyedia produk atau barang yang akan diperjualbelikan. Aspek pasar dan
pemasaran sangat dibutuhkan agar proses jual beli tersebut dapat berjalan dengan lancar.

Dapat diketahui seberapa pentingnya aspek pasar dan pemasaran dalam suatu bisnis.
Dimana dalam suatu bisnis aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang paling utama.
Aspek pasar digunakan untuk mengetahui seberapa besar permintaan yang ada sehingga
bisnisnya berjalan dengan tepat. Banyaknya persaingan yang terjadi di pasar membuat studi
aspek pemasaran dibutuhkan untuk mengurangi hal-hal yang sifatnya dapat merugikan
perusahaan. Posisi pemasaran yang tepat akan membuat perusahaan mendapatkan keuntungan
yang diinginkan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan Analisis Pemilihan Lokasi.


2. Menjelaskan Analisis Penentuan Skala.
3. Menjelaskan Analisis Pemilihan Teknologi.
4. Menjelaskan Analisis Pemilihan Alat dan Perlengkapan.
5. Menjelaskan Mengenai Proses Produksi Dan Layout Kegiatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Pemilihan Lokasi

Suliyanto (2010) variabel – variabel utama dalam pemilihan lokasi bisnis adalah:
a) Ketersediaan bahan mentah
b) Letak pasar yang dituju
c) Ketersediaan sumber energi, air dan sarana komunikasi
d) Ketersediaan tenaga kerja
e) Ketersediaan fasilitas transportasi
Budidaya Pembibitan dan Pembesaran Ikan Patin berlokasi di Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang memiliki prospek
yang cukup potensial untuk mengembangkan produksi perikanan salah satunya Ikan Patin,
karena Bogor memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga memicu ikan untuk
berkembangbiak.
Berikut ada beberapa faktor dalam pemilihan lokasi Budidaya Ikan Patin di
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor :
1. Kondisi cuaca dan iklim sesuai dengan persyaratan suhu yaitu 20 - 30 derajat celcius.
2. Memiliki pH air berkisar antara 5,6 - 7.
3. Ketersediaan input yang memadai.
4. Pakan berupa cacing sutera banyak ditemukan.

2.2 Analisis Penentuan Skala

3
Sumber : Data Badan Pusat Statistik 2020
Produksi ikan patin di Jawa Barat tahun 2020 adalah 6.472,20 Ton. Konsumsi
ikan patin di Jawa barat tahun 2020 adalah 970,83 Ton. Rencana Produksi ikan 60.000 ekor
per tahun, atau 0,09% dari produksi di Jawa barat.

2.3 Analisis Pemilihan Teknologi

Industri budidaya intensif menghadapi dua masalah utama yaitu kerusakan kualitas
air dan pemanfaatan nutrien pakan yang rendah. Bosma & Verdegem (2011) meninjau
teknologi baru yang akan membuat sistem budi daya lebih efisien dalam sumber daya pada
masa yang akan datang adalah dengan memanipulasi rasio karbon nitrogen dalam air. Crab et
al. (2007) menyatakan bahwa penyingkiran kelebihan N terutama ammonia, nitrit, dan nitrat
dalam sistem budi daya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyingkiran N di luar
wadah budi daya dan di dalam wadah budi daya. Penyingkiran N di luar wadah budi daya
dibedakan menjadi beberapa jenis seperti kolam perlakuan (reservoir), kombinasi bak
sedimentasi dan bak nitrifikasi (biofilter). Sementara penyingkiran N dalam wadah budi daya
dilakukan dengan prinsip utama konversi N oleh bakteri heterotrof dan fitoplankton. Dua
metoda penyingkiran N dalam media budi daya yang sedang berkembang adalah (1)sistem
perifiton dan (2)teknologi bioflok.

Teknologi bioflok adalah teknik untuk meningkatkan kualitas air dalam budi daya
melalui menyeimbangkan karbon dan nitrogen dalam sistem (Crab et al. 2012). Penerapan
teknologi bioflok dalam budi daya menawarkan solusi untuk menghindari dampak
lingkungan dari pembuangan nutrisi tinggi dan untuk mengurangi penggunaan pakan buatan.
Kelebihan nutrisi dalam sistem budi daya dikonversi menjadi biomassa mikroba yang dapat
dikonsumsi oleh organisme budi daya sebagai sumber makanan (Ekasari et al. 2010).

Teknologi bioflok mampu meningkatkan pertumbuhan dan pemanfaatan pakan pada


udang (Xu & Pan 2012). Selain itu, bioflok juga mampu menyediakan sumber protein
sebagai makanan tambahan dan merangsang aktivitas enzim protease dalam pencernaan
udang (Xu et al. 2012), meningkatkan pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei)
pola intensif di tambak (Rangka & Gunarto 2012), dan telah berhasil diterapkan pada

4
pemeliharaan induk ikan nila (Oreochromis niloticus) yang mampu meningkatkan kualitas
produksi larva lebih baik dari pada kontrol (Ekasari et al. 2015).

Penerapan teknologi bioflok dengan penambahan sumber karbon berbeda pada budi
daya ikan patin diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas serta
pengolahan limbah budi daya sehingga dapat tercipta akuakultur yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan.

2.4 Analisis Pemilihan Alat & Perlengkapan

Peralatan dibutuhkan dalam budidaya ikan patin karena dapat menunjang


keberhasilan membudidayakan ikan patin. Alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam
kegiatan budidaya pembenihan dan pembesaran ikan patin adalah sebagai berikut :

1. Akuarium
Akuarium berfungsi sebagai tempat memelihara benih ikan dari mulai tebar telur
sampai ikan berukuran 1 inchi.Ukuran akuarium 90 cm x 40 cm x 40 cm.
2. Jaringan pipa air
Jaringan irigasi terdiri dari pompa air dan pipa-pipa yang berfungsi mengalirkan
air dari kolam penjernihan air maupun dari sumur air tanah menuju akuarium. Pompa air
yang digunakan sebanyak 2 buah. Pompa air ini berfungsi untuk mengalirkan air dari
sumur dan kolam penjernihan ke akuarium. Daya pompa ini sebesar 150 watt dan
digunakan selama 3 jam per hari.
3. Jaringan Aerator
Jaringan aerator terdiri dari pompa aerator dan pipa-pipa yang dilengkapi dengan
selang. Blower (aerator) ini berfungsi untuk menyediakan oksigen dalam akuarium. Daya
listrik aerator ini sebesar 500 watt dan dijalankan selama 24 jam/hari.
4. Kolam Penjernihan Air
Kolam penjernihan air berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara yang
berasal dari sungai untuk dilakukan pengendapan kotoran sebelum dialirkan menuju
akuarium.

5
5. Bangunan
Bangunan berfungsi sebagai tampat menyimpan akuarium. Ukuran bangunan 60
m x 5 m.
6. Kompor
Kompor yang dimiliki usaha ini hanya 4 buah. Fungsi kompor ini adalah untuk
menghangatkan ruangan pada waktu malam hari sehingga didapatkan suhu yang sesuai
untuk budidaya benih ikan patin. Konsumsi minyak tanahnya adalah 10 liter per hari.
7. Serok
Serok yang dimiliki usaha ini adalah 4 buah. Fungsi serok ini untuk mengambil
atau memanen benih ikan patin dan untuk mengambil cacing rambut.
8. Generator listrik
Generator ini berfungsi untuk menyediakan tenaga listrik cadangan jika listrik
dari PLN mati. Tenaga listrik yang utama berasal dari PLN untuk menjalankan lampu,
pompa, aerator. Lampu penerangan yang digunakan ada 4 buah dengan daya 15 watt per
lampu dan dihidupkan selama 24 jam. Pemakaian generator diperkirakan sekitar 10 %
dari jumlah hari didalam 1 periode (2 hari), sementara sisanya dipakai energi listrik PLN
(19 hari). Konsumsi bahan bakar diperkirakan sebanyak 50 liter per periode. Oli diganti 5
kali setahun sebanyak 2.5 liter setiap kali penggantian.
9. Pakan ikan
Pakan yang diberikan pada benih ikan patin ini ada 3 jenis yaitu pakan A
(Artemia), pakan B (cacing rambut), dan pakan C (pelet). Konsumsi pakan artemia total
sebanyak 600 gr per hari untuk diberikan sampai benih berumur 4 hari setelah menetas
(diberikan selama 4 hari dalam 1 perioda). Konsumsi pakan B sebanyak 6 liter per hari
sampai 10 hari setelah diberi pakan A (diberikan selama 10 hari dalam 1 perioda).
Setelah itu benih diberi pakan C selama 7 hari (sampai panen) sebanyak 200 gr per hari
(diberikan selama 7 hari dalam 1 perioda). Selain pemberian pakan, benih ikan juga
membutuhkan obat-obatan dan vitamin.
10. Kolam pemeliharaan induk Ikan Patin
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai
contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk

6
100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya
persegi panjang dengan dinding ditembok. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan
dipasang sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
11. Kolam pemijahan Ikan Patin
Tempat pemijahan bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah
induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan
bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2
dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk
menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan
pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik.
Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali
juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan
agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
12. Kolam pendederan Ikan Patin
Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas
25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan
pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam
dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan.
Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan
untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak
pengendapan dan bak penyaringan.

2.5 Proses Produksi Dan Layout Kegiatan

Runtutan kegiatan dalam aktivitas budidaya pembenihan dan pembesaran ikan patin
hendaknya dilakukan secara sistematis dan sesuai panduan agar meminimalkan resiko
kegagalan panen dan sebisa mungkin mencegah penurunan kualitas (keseragaman bentuk,
bobot, dan kondisi) dari ikan patin.

7
1. Mempersiapkan Kolam Untuk Budidaya
Seperti halnya membudidayakan ikan patin , Perlu mempersiapkan kolam sebagai
tempat untuk ikan budidaya.Untuk ikan Patin, dapat menggunakan beberapa media
seperti kolam, kolam terpal maupun jaring apung atau terpal. Apabila menggunakan
keramba, perlu memerhatikan kondisi air pada danau maupun waduk untuk
membesarkan benih ikan Patin. Ada dua jenis keramba yang biasa digunakan yaitu
keramba dasar yang dipasang di dasar perairan, keramba bawah permukaan air.

Keramba sebagai media pembesaran bibit ikan Patin juga perlu dipersiapkan
terlebih dahulu. Perlu menentukan tempat di mana keramba akan dipasang. Kemudian
perlu memerhatikan kondisi keramba yang akan dipasang, selanjutnya perlu
memastikan bahwa konstruksi dari keramba yang akan dipasang dapat menahan arus
serta kuat Namun, apabila akan menggunakan media kolam terpal sebagai tempat
budidaya ikan Patin,Perlu memerhatikan tata ruang, saluran air, kualitas air, suhu air,
pH air dan sebagainya.Mempersiapkan kolam untuk tempat budidaya sangatlah
penting, karena akan menunjang proses perawatan bibit serta perkembangan bibit
hingga masa panen.

2. Memilih Bibit Ikan


Setelah proses persiapan kolam atau media sebagai tempat budidaya ikan selesai,
tahapan selanjutnya adalah memilih bibit ikan Patin. Perlu memilih bibit ikan Patin
yang memiliki kualitas terbaik, agar resiko terkena penyakit lebih sedikit. Selain itu
perlu menentukan jenis ikan Patin yang mana yang akan dibudidayakan.

Berikut beberapa karakteristik atau ciri-ciri dari bibit ikan Patin yang memiliki kualitas
baik.

● Ukuran kepala serta badan bibit seimbang, tidak terlalu besar maupun terlalu
kecil.
● Bibit ikan bergerak dengan lincah.
● Memiliki warna tubuh yang cerah.
● Pastikan bibit ikan berasal dari indukan ikan yang berkualitas atau memiliki
sertifikasi.

8
● Menanyakan penggunaan antibiotic, vitamin hingga probiotik dari bibit ikan agar
dapat mengenali penyebab terjangkitnya hama maupun penyakit apabila
menyerang ikan Patin.
3. Memberi Pupuk Sebelum Menebar Benih
Pemberian pupuk ini perlu lakukan apabila memilih menggunakan kolam lumpur
atau tanah sebagai media pembudidayaan ikan Patin. Pemberian pupuk bertujuan
untuk merangsang pertumbuhan makanan alami ikan, sehingga meningkatkan
produktivitas kolam.
Ikan Patin merupakan ikan air tawar omnivora, sehingga apabila tumbuh pakan
alami di kolam budidaya ikan, maka dapat mengurangi biaya pakan. Dapat
menebarkan pupuk hijau bahkan pupuk kendang sebanyak 500 gr hingga 700 gr untuk
merangsang pertumbuhan pakan alami seperti tumbuh-tumbuhan.
4. Mengisi Air Berkualitas
Ikan Patin memang sedikit sensitif dibandingkan dengan ikan air tawar yang biasa
dibudidayakan lainnya. Perlu mengontrol kualitas air agar ikan Patin merasa nyaman
dan tidak sakit. Dapat menambahkan emolin atau blitzich ke dalam kolam agar
menghambat pertumbuhan jamur, selain itu Perlu memerhatikan suhu air yang berkisar
26-28 derajat celcius serta memeriksa pH air, pH air yang baik untuk ikan Patin adalah
6,5 sampai 7 tidak terlalu asam serta tidak terlalu basa.
5. Menyebarkan Benih Ikan Patin
Setelah keempat tahapan lakukan, serta seluruh set kolam telah selesai dapat
menyebarkan benih ikan Patin ke dalam kolam. Untuk kolam berukuran 1 m dapat
menebar benih sebanyak 20 hingga 30 ekor saja, sebaiknya tidak menyebar terlalu
banyak benih agar kondisi kolam tidak terlalu padat, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan ikan. Perlu memberikan treatment aklimatisasi serta memastikan bahwa
pakan alami seperti plankton telah tumbuh dalam kolam.
Berikut beberapa tahapan treatment aklimatisasi untuk benih ikan Patin.
● Memastikan kolam memiliki kedalaman sekitar 50 cm.
● memasukan plastic yang berisi benih ikan Patin ke dalam kolam selama 20 menit
untuk menyesuaikan suhu.

9
● Dapat melakukan proses penebaran benih pada sore atau pagi ketika suhu air tidak
terlalu panas.
● Menyesuaikan kepadatan benih dengan ukuran kolam.
6. Memberikan pakan berkualitas serta rutin
Pemberian pakan tentu akan memengaruhi pertumbuhan ikan, apabila
memberikan pakan yang berkualitas maka ikan Patin dapat tumbuh dengan maksimal
serta mencapai target berat sesuai dengan permintaan pasar.Menumbuhkan pakan
alami di kolam budidaya ikan akan membuat ikan Patin merasa tidak bosan serta dapat
menghemat biaya pakan. Selain pakan alami tentu perlu menambah pakan ikan dengan
menggunakan pelet. Pilihlah pelet yang memiliki kandungan protein tinggi, dapat
memberikan pakan lain seperti kerang, keong dan lain-lain.|
7. Merawat Ikan Patin
Proses perawatan atau pemeliharaan ini perlu dilakukan dengan tekun dan rajin
setiap hari hingga masa panen tiba. Selama masa perkembangan ikan, yaitu dari bibit
hingga layak panen. Perlu melakukan pergantian air selama 2 hingga 3 kali dalam
seminggu. Cara pengurasan air tersebut harus lakukan secara bertahap, jangan
kosongkan seluruh air dalam kolam, agar ikan tidak kaget. Perlu segera menambahkan
air setelah volume serta debit air berkurang.
Selain mengganti air kolam secara berkala, juga perlu memperhatikan ikan
apabila terjangkit penyakit atau hama. Perlu mengetahui gejala awal ketika ikan sakit
agar tidak terjadi penyebaran.dapat melakukan pencegahan hama dengan
menggunakan sinar lampu, dengan begitu ikan terbebas dari hama maupun penyakit.
8. Masa Panen
Ikan Patin hasil budidaya dapat dipanen setelah 5 hingga 6 bulan setelah
penyebaran benih. Dibandingkan jenis ikan air tawar lain seperti lele dan nila, ikan
Patin memang membutuhkan waktu yang cukup lama agar bisa dipanen.
Selama proses panen, perlu melakukan panen dengan hati-hati serta
memerhatikan beberapa hal berikut ini.
● Menguras kolam sebanyak 1/3 bagian dari kolam.
● Memanen dengan menggunakan jaring.
● Memanen dengan hati-hati, karena ikan Patin memiliki patil.

10
● Memasukan ikan hasil panen dalam air bersih dengan temperatur air 20 derajat
celcius.
● Memanen pada pagi atau sore hari.
● Memuaskan ikan Patin sehari sebelum masa panen.
● Memanen dengan menggiring ikan ke salah satu sisi kolam menggunakan jaring.
● Sebelum mengemas hasil panen, cuci ikan hingga bersih dan beri es selama
pengiriman ikan.
● Hindari memanen ikan Patin ketika matahari terik.
● Hindari pula melakukan pengangkutan ikan pasca panen pada siang hari atau
ketika matahari terik.
● Berikanlah es yang cukup agar tidak terjadi pembusukan pada ikan Patin yang
telah dipanen.
Harga ikan Patin di pasaran dapat mencapai Rp 30.000 per ekornya bergantung
seberapa berat ikan Patin. Selain menjual per-ekor dapat menjual ikan Patin menjadi hasil
olahan ikan.

Berikut layout yang direncanakan akan kami gunakan di lokasi budidaya pembenihan dan
pembesaran ikan patin dalam luas lahan 1 hektare.

11
2.6 Aspek Pemasaran

Adapun aspek pemasaran yang harus diperhatikan dalam budidaya pembenihan


dan pembesaran ikan nila yang berguna untuk menunjang keberhasilan usaha. Berikut
beberapa aspek pemasaran yang harus diperhatikan :

1. Permintaan
Pengembangan budidaya ikan patin yang semakin meluas diduga bahwa
permintaan ikan patin cenderung meningkat meskipun masih bersifat lokal dan belum
merata di seluruh Indonesia. Permintaan ikan patin meningkat khususnya pada
bulan-bulan tertentu yaitu pada hari raya keagamaan (Idul Fitri, Natal, dll). Hal lain yang
menyebabkan permintaan ikan patin meningkat adalah karena ikan patin tergolong menu
khusus atau istimewa menurut adat dan atau budaya lokal.
2. Penawaran
Produksi ikan patin semula hanya ikan patin lokal tangkapan yang berasal dari
perairan umum di beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Namun, saat ini
produksi ikan patin sebagian besar adalah hasil budidaya, terutama sejak
diperkenalkannya ikan patin jenis siam dari Thailand. Wilayah produksi budidaya ikan
patin terdapat pada daerah tertentu, seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau
Kalimantan Selatan dan Jawa. Dari segi sumber daya yang tersedia, wilayah tersebut
cukup potensial untuk pengembangan budidaya ikan patin. Tidak diperoleh informasi
mengenai produksi ikan patin dari budidaya dan perairan umum di Indonesia, namun dari

12
hasil wawancara dengan peneliti di beberapa Balai Riset Perikanan Air tawar diperoleh
kesan bahwa produksi ikan patin di Indonesia masih tergolong sedikit.
3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar
Tingkat persaingan pembudidaya ikan patin relatif rendah, dengan demikian
peluang pasar masih terbuka untuk pembudidaya baru. Diperoleh keterangan dari Dinas
Perikanan dan Kelautan provinsi Sumsel bahwa terdapat permintaan ikan patin sebanyak
1,5 ton per hari untuk industri pengolahan ikan patin menjadi baso, burger dan sosis ikan
di Palembang. Permintaan tersebut belum dapat dipenuhi karena adanya beberapa
kendala antara lain: daging ikan patin siam kurang sesuai untuk diolah menjadi produk
olahan, fasilitas pendukung seperti sarana transportasi dan lokasi pabrik belum tersedia,
dan masalah perijinan.
Peluang pasar untuk ekspor masih terbuka luas, karena konsumen di beberapa
negara Eropa, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia saat ini telah mengimpor
ikan patin dalam bentuk fillet dari Vietnam. Indonesia memiliki keunggulan komparatif
dalam pengembangan budidaya ikan patin, terutama dengan telah diperkenalkannya ikan
patin lokal (Pangasius djambal Bleeker) kepada masyarakat mulai tahun 2000 dan
teknologi pembenihannya sudah tersedia di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di
Sukamandi (Jawa Barat) dan Loka Budidaya Ikan Air Tawar di Jambi. Ikan patin djambal
berpeluang ekspor, mengingat ikan patin jambal memiliki keunggulan ekonomis sebagai
ikan budidaya, yaitu: bobotnya bisa mencapai 20 kg, dan dagingnya berwarna putih yang
hampir sama dengan Pangasius bocourti yang merupakan komoditas ekspor dari
Vietnam. Disamping itu produksi ikan patin jenis ini dapat memenuhi permintaan industri
pengolahan dalam negeri. Selain sebagai ikan konsumsi rumah tangga dan industri
pengolahan dalam negeri dan ekspor, ikan patin yang berukuran kecil (benih) juga
berpeluang untuk dikembangkan sebagai ikan hias .
4. Harga
Perkembangan harga ikan patin boleh dikatakan mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun karena pengaruh inflasi. Pada musim kemarau (Juli – September) harga ikan
patin di tingkat pembudidaya (produsen) turun sampai Rp.7.000 per kg dan pada hari
raya keagamaan meningkat sampai Rp.9.000 per kg atau rata-rata adalah Rp.8.500 per

13
kg. Sedangkan harga jual pedagang pengumpul rata-rata Rp 8.200 s.d. Rp 9.200 per kilo
(harga yang berlaku pada April 2003).
Perkembangan teknologi informasi pada saat ini membantu pembudidaya dalam
menentukan harga jual ikan. Pembudidaya memiliki posisi tawar atau bargaining position
dalam menentukan harga jual ikan karena sebelumnya mereka telah mengumpulkan
informasi harga dari pasar-pasar lokal atau sesama pembudidaya. Baik pembudidaya
maupun pedagang menyatakan bahwa harga ikan di tingkat produsen ditetapkan secara
tawar menawar.
5. Jalur Pemasok Produksi
Rantai tataniaga ikan patin sangat ringkas dan efisien, sehingga harga yang
diterima pembudidaya sekitar 80 – 90% dari harga yang dibayar konsumen. Pemasaran
produk oleh pembudidaya dilakukan secara langsung kepada pedagang pengumpul/agen
tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul juga merupakan pedagang benih
ikan, pakan dan peralatan perikanan. Untuk menjamin stok ikan, pedagang pengumpul
memiliki kolam penampungan sementara.

14
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dilihat dari aspek budidaya usaha benih ikan patin sangat mudah dan tidak
membutuhkan tempat yang terlalu luas, sehingga dapat mempermudah dalam teknis
budidayanya, dan pemeliharaan dapat efektif. Dan juga permintaan dari konsumen sendiri
terus meningkat meskipun ikan patin ini masih bersifat lokal belum merata keseluruh
Indonesia .
Usaha ini juga dapat membuka lapangan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah
pengangguran. Dengan demikian melalui usaha ini kita dapat membantu pemerintah
dalam memberantas kemiskinan dan pengangguran di tanah air. Usaha ini juga ramah
akan lingkungan karena tidak menghasilkan limbah yang merugikan bagi lingkungan.

3.2 Saran

Usaha pembesaran ikan patin perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah


daerah, perbankan dan mitra usaha untuk membantu menumbuhkan perikanan budidaya
yang mandiri dan kuat, serta terbukanya peluang pasar yang dapat meningkatkan taraf
hidup masyarakat pembudidaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Apriani et al. (2016). Jurnal Iktiologi Indonesia. Produksi yuwana ikan patin Pangasianodon
hypophthtalmus (Sauvage 1878) pada sistem budi daya berbasis bioflok dengan
penambahan sumber karbon berbeda. 16(1):75-90.

Statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan Universitas Brawijaya Malang (2020).


https://statistik.kkp.go.id/home.php?m=total&i=2#panel-footer

Usaha Budidaya Ikan Patin, http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/ekotek/Minggu_12/M12B3.


htm#:~:text=Blower%20(aerator)%20ini%20berfungsi%20untuk,dijalankan%20selama%
2024%20jam%2Fhari.

16

Anda mungkin juga menyukai