Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI PT HANARIDA TIRTA BIRAWA


SIDOARJO, JAWA TIMUR

OLEH :

1. ALIF WILDAN ASMORO NIS 3920/3920.037


2. DHIVA DHENA REDITHA NIS 3941/3941.037
3. INDASHA NIRMALA PUTRI NIS 3949/3949.037
4. M.FACHRIZALUL ALIF NIS 3955/3955.037
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA INDONESIA MALANG
NOVEMBER 2021
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI PT HANARIDA TIRTA BIRAWA
SIDOARJO, JAWA TIMUR

Diajukan kepada
SMK Putra Indonesia Malang
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Dalam menempuh Ujian Akhir

OLEH :

1. ALIF WILDAN ASMORO NIS 3920/3920.037


2. DHIVA DHENA REDITHA NIS 3941/3941.037
3. INDASHA NIRMALA PUTRI NIS 3949/3949.037
4. M.FACHRIZALUL ALIF NIS 3955/3955.037

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PUTRA INDONESIA MALANG
November 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktik kerja lapangan di PT Hanarida Tirta Birawa Tawangsari,


Sidoarjo ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal..................................bulan
November tahun dua ribu dua puluh satu.

Menyetujui,

M. Adiono, S.T. Ir. Hari Agustanto


Koordinator Produksi Koordinator Quality Control

Mengetahui,

Suhardi, S.T.
Plant Manager PT Hanarida Tirta Birawa
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan praktik kerja lapangan di PT Hanarida Tirta Birawa Tawangsari,


Sidoarjo ini telah disetujui dan disahkan pada tanggal..................................bulan
November tahun dua ribu dua puluh satu.

Menyetujui,

Diana Muhayanti, M.Pd. Ahmad Komar, S.Pd.


Pembimbing Penulisan Pembimbing Sekolah

Mengetahui,

Atik Dina Fitria, M.Pd


Kepala SMK Putra Indonesia Malang
ABSTRAKSI

Perusahaan pengolahan air, PT Hanarida Tirta Birawa didirikan di Kota


Bandung pada 8 Juni 2004 dengan akta notaris NY, Chanifah, S.H No. 3,
Cigadung, Cibeunyi Kaler Bandung 40191. Sejak didirikan perusahaan ini
memfokuskan diri pada investasi dan pengolahan instalasi air minum dengan
motto “Your Partner For Water Investman”. Perusahaan ini merupakan plant
office di Desa Tawangsari, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo.
PT Hanarida Tirta Birawa Tawangsari telah bekerja sama dengan Delta
Tirta Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2004. Industri ini merupakan
pengembangan dari instalasi pengolahan PDAM dengan kapasitas terpasang 600
lt/s. Intsalasi pengolahan air minum PT Hanarida Tirta Birawa merupakan
perusahaan milik daerah yang bekerja sama dengan PDAM Delta Tirta Sidoarjo
untuk mendistribusikan air kepada masyarakat di daerah sidoarjo.
Kegiatan yang dilakukan pada industri adalah menguji kualitas air yaitu
pH, TDS, kekeruhan, warna, sisa klor, kandungan besi (Fe), dan kandungan
mangan(Mn) yang dilakukan pengujian setiap dua jam dalam sehari, serta
melakukan jar test yaitu simulasi proses koagulasi dan flokulasi yang terjadi pada
menara koagulan. Pengujian jar test dilakukan satu hari dua kali. Hasil produksi
di PT Hanarida Tirta Birawa pada IPA 1, IPA 2, IPA 3, ditargetkan mencapai
600lt/det dan saat ini penyerapan PDAM sudah bisa mencapai 600lt/det, tetapi
apabila air baku surut, penyerapan PDAM tidak bisa mencapai 600lt/det.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga Laporan Praktik Kerja Industri di Instalasi pengolahan Air
Minum (IPAM) PT Hanarida Tirta Birawa, Sidoarjo ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Laporan ini menggambarkan tentang proses pengolahan air minum dan
analisis air minum IPAM PT HTB Sidoarjo. Penulisan Laporan Praktik Kerja
Industri ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Suhardi selaku Plant Manager IPAM PT Hanarida Tirta Birawa,
dan Merangkap Management Representative (MR).
2. Bapak Ir. Hari Agustanto selaku kepala Quality Control.
3. Bapak M. Adiono, S.T. selaku Koordinator Produksi.
4. Bapak Jiantoro selaku Civil Work dan Operator.
5. Ibu Atik Dina Fitria, M.Pd. selaku Kepala SMK Putra Indonesia Malang.
6. Ibu Diana Muhayanti, M.Pd. selaku pembimbing penulisan laporan.
7. Bapak Ahmad Komar,S.Pd. selaku pembimbing sekolah.
8. Seluruh staf dan karyawan PT Hanarida Tirta Birawa.
9. Bapak dan Ibu Guru SMK Putra Indonesia Malang.
10. Orangtua yang telah memberi dukungan baik materi maupun motivasi.
11. Teman-teman kelas XII tahun pelajaran 2020-2021.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran untuk menyempurnakannya. Semoga laporan ini
bermanfaat.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAKSI i

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan 1
1.2 Ruang Lingkup Kegiatan 1
1.3 Tujuan Kegiatan 2
1.4 Manfaat kegiatan 2
BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI
2.1 Sejarah Industri 4
2.2 Keadaan Topografi Industri 5
2.3 Visi dan Misi 5
2.4 Struktur Organisasi Industri 6
BAB III ANALISIS PROSES INDUSTRI
3.1 Pengertian Air 7
3.2 Syarat Air Bersih 7
3.3 Sumber Air Bersih 8
3.4 Kualitas Air Baku dan Air Bersih 10
3.5 Parameter Kualitas Air Minum dan Air Baku 11
3.6 Sistem Kerja Instalasi Pengolahan Air Minum 12
3.7 Penanganan Limbah 18
3.8 Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengambilan Data

iii
iii
21
4.2 Analisis Uji 21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 30
DAFTAR RUJUKAN 32
LAMPIRAN-LAMPIRAN 33

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Lokasi perusahaan PT Hanarida Tirta Birawa 33


Lampiran 2 struktur Organisasi Perusahaan 34
Lampiran 3 Diagram Alir PT Hanarida Tirta Birawa 35
Lampiran 4 Foto Intake 36
Lampiran 5 Foto Bak Kontrol 37
Lampiran 6 foto Bak Penampung 38
Lampiran 7 Foto Menara Koagulan 39
Lampiran 8 foto Clarifier 40
Lampiran 9 Foto Filter 41
Lampiran 10 Foto Break Tank 42
Lampiran 11 Foto Tabung Gas Klor 43
Lampiran 12 Foto Recervoir 44
Lampiran 13 Foto Pengatur Klor 45
Lampiran 14 Foto alat Spektrofotometri 46
Lampiran 15 foto alat uji Kekeruhan 47
Lampiran 16 Reagen Klor 48
Lampiran 17 Foto Analisis uji kadar Fe 49
Lampiran 18 Foto Analisis Kadar Mn 50
Lampiran 19 foto Jar test 51
Lampiran 20 Foto Alat Gelas 52
Lampiran 21 sucolite untuk jar test 53
Lampiran 22 Tabel Analisis 54
Lampiran 23 Tabel Analisis NTU IPA3 55
Lampiran 24 Tabel Analisis Warna Clarifier IPA 1 56
Lampiran 25 Foto Hasil Test Jar test 57

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan


Praktik Kerja lapangan (PKL) merupakan salah satu program yang harus
dilakukan siswa SMK sebagai sarana mempraktikkan ilmu yang sudah diperoleh.
Kegiatan itulah yang menjadi pembeda siswa SMK dengan siswa SMA, sehingga
PKL bersifat wajib bagi siswa SMK. Bahkan, PKL menjadi salah satu syarat
kelulusan bagi siswa SMK.
Perkembangan di dunia industri biasanya lebih cepat dibandingkan
perkembangan kurikulum di sekolah. Kegiatan produksi dan analisis di indusrti
tentu berubah cepat mengikuti perkembangan teknologi dan informasi.
Perkembangan itulah yang mengharuskan sekolah mengikutinya agar lulusan
SMK dapat menyesuaikan kemampuannya sesuai tuntutan dunia industri. Begitu
juga yang dilakukan SMK Putra Indonesia Malang (PIM), agar lulusan yang
dihasilkan di bidang kimia industri dan farmasi industri mampu bersaing di dunia
kerja.
Salah satu indusri yang menjadi mitra SMK PIM adalah PT Hanarida Tirta
Birawa. Pemilihan industri tersebut didasarkan pada pertimbangan adanya proses
produksi dan analisis yang sesuai dengan bidang kimia industri. Sejumlah
kegiatan yang dilakukan antara lain analisis parameter pada air yaitu tes pH,
warna, sisa chlor, TDS, kekeruhan, kandungan besi (FE), kandungan mangan
(Mn), dan jar test.

1.2 Ruang Lingkup Kegiatan

Pelaksanaan PKL di PT Hanarida Tirta Birawa difokuskan pada bagian


analisis air yang berasal dari sungai pelayaran yang terletak dijalan desa
Tawangsari. Adapun ruang lingkup praktik kerja industri ini sebagai berikut.

v
2

1.Deskripsi industri, meliputi sejarah pendirian industri, struktur organisasi dan


pengolahan air bersihnya.
2.Proses analisis pengolahan air, meliputi tes pH, warna, sisa chlor, TDS,
kekeruhan, kandungan besi (FE), kandungan mangan (Mn), dan jar test.
3.Kualitas air baku dan air hasil pengolahan

1.3 Tujuan Kegiatan

1.3.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan umum kegiatan PKL adalah sebagai berikut.
1.Meningkatkan kemampuan siswa sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja
yang sesuai dengan program sekolah atau keahlian yang dipilih.
2.Mengetahui budaya kerja di industri.
3.Memberi kesempatan pada siswa untuk beradaptasi dengan lingkungan
industri.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus kegiatan PKL adalah sebagai berikut.
1.Untuk mengetahui proses pengolahan air mulai dari kapasitas pengolahan, kerja
dan proses pengolahan instalasi, bahan kimia yang digunakan hingga hasil
produksi.
2.Mengetahui prinsip kerja alat secara langsung.
3.Mengetahui proses kualitas air.
4.Dapat menjalin kerja sama dengan industri.

1.4 Manfaat kegiatan

1.4.1 Manfaat Bagi Siswa


Adapun manfaat bagi siswa sebagai berikut.
3

1.Siswa dapat mengaplikasikan teori yang didapat di sekolah pada dunia kerja.
2.Siswa mengetahui sistem kerja pengolahan air minum di PT Hanarida.
3.Siswa dapat mempelajari pengolahan air minum di PT Hanarida.
4.Siswa memperoleh pengalaman dasar dalam dunia kerja.
1.4.2 Manfaat bagi sekolah
Adapun manfaat bagi sekolah sebagai berikut.
1.Sekolah dapat menjalin kerja sama dengan perusahaan yang dikunjungi untuk
tahun yang akan datang.
2.Sekolah dapat memfasilitasi siswa untuk mendapat pengalaman dalam dunia
kerja dan menyelesaikan materi di sekolah karena siswa mengetahui keadaan di
lapangan.
1.4.3 Manfaat bagi industri
Adapun manfaat bagi industri sebagai berikut.
1.Industri dapat mengetahui bahwa peran industri dalam dunia pendidikan sangat
penting.
2.Industri dapat melakukan perekrutan tenaga kerja tiap tahunnya dengan mudah.
3.Industri dapat menjalin hubungan baik dengan sekolah.
4.Industri dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa di
dunia kerja.
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI

2.1 Sejarah Industri


Perseroan Terbatas (PT) Hanarida Tirta Birawa adalah perusahaan
penanaman modal asing yang bergerak di bidang pengolahan air layak minum.
Air layak minum dari PT Hanarida Tirta Birawa seluruhnya akan dipasok ke
PDAM, Delta Tirta Sidoarjo, Jawa Timur. PT Hanarida Tirta Birawa telah
bekerja sama dengan PDAM Delta Tirta Sidoarjo sejak tahun 2004 untuk
memasok air layak minum bagi masyarakat Sidoarjo melalui perjanjian kontrak
Rehabilitation,Up rating,Operation and Transfer (Ruot) dan perjanjian kontrak
jual beli air take or pay selama 20 tahun.
Instalasi pengolahan air di industri tersebut beroperasi mulai tahun 2004,
merupakan pengembangan dari instalasi pengolahan air PDAM dengan kapasitas
250 lt/s. Industri tersebut merehabilitasi dan mengoperasikan pabrik infrastruktur
menjadi 500 lt/s dan efisiensi produksi 97% dengan kehilangan air sebesar 3%.
Perusahaan ini mulai tahun 2004 telah mengoperasikan IPA 1 dan IPA 2
dengan kapasitas hasil 500 lt/s. Kemudian pada Oktober 2016 industri ini mulai
mengoperasikan IPA 3 dengan kapsitas hasil 100 lt/s.
Untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi industri ini telah melengkapi
peralatan automatisasi sistem pembuangan air kotor pada filter, pembuangan
endapan pada clarifier, dan analisis online agar pengolahannya dapat dimonitor
langsung dari ruang operator dan apabila listrik mati sudah disiapkan pengaturan
generator.
Sebagai jaminan kualitas yang disyaratkan sesuai standar konsumen dalam
hal ini PDAM Tirta Kabupaten Sidoarjo, PT Hanarida Tirta Birawa telah
menerapkan sistem manejemen mutu ISO 9001:2008 dan memperoleh sertifikasi
BVC sebagai lembaga sertifikasi dari Inggris bulan Desember 2005. Pada 17 Juni
2017 dokumen ISO diperbarui menjadi ISO 9001:2015.

4
5

Sumber daya manusia yang profesional di industri ini selalu ditingkatkan


dengan melakukan latihan baik internal maupun eksternal. Di dalam agenda rutin
pada rapat bulanan selalu diingatkan tentang pentingnya keselamatan kesehatan
kerja (K3). Penanganan terkait produk pemasok di industri tersebut selalu
dikoordinasi dengan suplier untuk memberi pelatihan cara pencegahan,
penanganan jika terjadi sesuatu.

2.2 Keadaan Topografi Industri

Berdasarkan perjanjian kontrak RUOT (Rehabilitation,Up rating,Operation


and Transfer) dan perjanjian kontrak jual beli air dengan PDAM Delta Tirta,
lokasi di PT Hanarida Tirta Birawa berseberangan dengan sungai pelayaran yang
berada di depan perusahaan. Sungai Pelayaran merupakan sumber air baku yang
digunakan untuk pengolahan air minum. Letak perusahaan pengolahan air bersih
PT Hanarida Tirta Birawa adalah di Jln. Desa Tawangsari, Kec. Taman, Kab.
Sidoarjo . Gambar lokasi industri dapat dilihat pada Lampiran-1.

2.3 Visi dan Misi

2.3.1 Visi

Visi PT Hanarida Tirta Birawa yaitu “Untuk menjadi perusahaan yang


terbaik, profesional dan dinamis dalam pengolahan dan penyediaan air minum.”
2.3.2 Misi

Misi PT Hanarida Tirta Birawa adalah sebagai berikut.

1. Fokus kepada pelanggan

Memfokuskan diri kepada pelanggan setiap saat, professional, disiplin dan


memahami kebutuhan pelanggan dengan membangun kemitraan yang kokoh dan
berjangka panjang.
2.Bertanggung jawab
Memberikan pelayanan yang terpercaya, bertanggung jawab dan efektif
kepada pelanggan.
3.Inovasi

Memberikan solusi pelayanan air minum melalui studi inovasi teknologi dan
investasi dengan senantiasa meningkatkan pelayanan dan nilai tambah bagi
pelanggan.

4.Ketertarikan

Menyadari bahwa kepentingan pelanggan merupakan kepentingan organisasi.


Pengalaman dan kesuksesan merupakan kumpulan dan kemenangan bersama.

5.Sadar lingkungan

Memberikan perhatian besar terhadap lingkungan dan berusaha untuk


memberikan yang terbaik pada perlindungan konservasi dan peningkatan kualitas
lingkungan dimana organisasi berada.

2.4 Struktur Organisasi Industri

Struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukkan segenap tugas


pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi. Keberadaan struktur organisasi
memperlihatkan adanya pembagian pekerjaan berdasarkan komponen-komponen
yang ada. Adanya struktur organisasi tersebut, akan diketahui gambaran jelas
antara tugas dan tanggung jawab dalam mekanisme kerja suatu organisasi
sehingga pemimpin organisasi dapat dikendalikan dengan baik.

Struktur organisasi PT Hanarida Tirta Birawa dipimpin oleh komisaris utama


atau pemilik perusahaan yang membawahi dewan direktur, dewan direktur
membawahi manajer pabrik, manajer pabrik membawahi wakil manajer, bagian
manajemen, keuangan dan akutansi, koordinator pelatihan, administrasi dan
pembelian, kemudian dibawahi oleh Quality Control yang membawahi bagian
produksi, pemeliharaan, logistik, dan keamanan. Struktur organisasi industri
dapat dilihat pada Lampiran-2.

7
BAB III
ANALISIS PROSES INDUSTRI

3.1 Pengertian Air

Secara ilmiah air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O yang
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat dengan kovalen pada satu atom
oksigen. Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Secara internal dalam tubuh manusia 55% - 78% terdiri dari air. Kebutuhan
manusia akan air ini tergantung dari tingkat aktivitas, suhu, kelembaban dan
faktor lain. Secara eksternal yaitu kebutuhan manusia terhadap air yaitu untuk
memasak, mandi, pembangkit listrik, dll.
Air juga memiliki ciri-ciri baik atau tidaknya, baik dalam arti kelayakannya
untuk dipergunakan. Ciri-ciri air yang baik tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa.
Berdasarkan Keputusan Menkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat
pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.

3.2 Syarat Air Bersih

Syarat air yang bersih dan sehat berdasarkan standar peraturan Menteri
Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air
Bersih dan Sehat. Berikut ini penjelasan masing-masing persyaratan.
3.2.1 Persyaratan fisika
Kualitas fisik yang dipertahankan atau dicapai bukan hanya semata-mata
dengan pertimbangan dari segi kesehatan saja akan tetapi juga menyangkut

7
8

keamanan dan dapat diterima oleh masyarakat pengguna. Air yang memenuhi
persyaratan fisika yaitu: harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna apapun,
tidak berasa apapun, tidak berbau apapun, suhu antara 10⁰-25⁰C, tidak
meninggalkan endapan.

3.2.2 Persyaratan Kimiawi dan Bakteriologi.


Kandungan unsur kimia dalam air harus mempunyai kadar dan tingkat
konsentrasi tertentu yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau makhluk
hisup lainnya, pertumbuhan tanaman, atau tidak membahayakan kesehatan pada
penggunaannya dalam industri serta tidak menimbulkan kerusakan-kerusakan
pada instalasi sistem penyediaan air minumnya sendiri.
Air yang memenuhi persyaratan kimia yaitu: tidak mengandung bahan
kimiawi yang mengandung racun, tidak mengandung zat-zat kimiawi yang
berlebihan, cukup yodium, pH air antara 6, 5-8.5.
Persyaratan Bakteriologi, dalam persyaratan ini ditentukan batasan
tentang jumlah bakteri pada umumnya dan khususnya bakteri penyebab penyakit
(E-Coli).
3.2.3 Parameter Air Bersih Secara Radiologi
Air minum tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan bahan
yang mengandung radioaktif,seperti sinar alfa,beta dan gamma.
Parameter air bersih secara radiologi yaitu: Konduktivitas atau daya hantar
(panas), Pesistivitas, TDS.
TDS (Total Dissolve Solid) yang dalam Bahasa Indonesia berarti Jumlah
Zat Padat Terlarut. TDS merupakan indikator dari jumlah partikel atau zat
tersebut, baik berupa senyawa organik maupun non-organik.

3.3 Sumber Air Bersih

Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu


perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sktor Air Bersih, disebutkan
bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebuih dahulu ada lima sumber,
berikut ini adalah masing-masing penjelasannya.
10

1.Mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya sulit
untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa lama.
Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan kualitas dapat dibedakan
atas tiga sumber, yaitu sumber yang bebas dari pengotoran, sumber yang
mengalami pemurnian alamiah dan sumber yang mendapatkan proteksi dengan
pengolahan air buatan.
2.Sumur dangkal, yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang
kedalamannya kurang dari 40 meter.
3.Sumur dalam, yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang
kedalamannya lebih dari 40 meter.
4.Sungai , yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air baku yang
didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena kemungkinan untuk
tercemar polutan sangat besar.
5.Danau dan Penampung Air, yaitu unit penampungan air dalam jumlah tertentu
yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan.
Sumber-sumber air yang ada dimanfaatkan untuk keperluan air minum
yaitu sebagai berikut.
1.Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
2.Air permukaan tanah. Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak dapat diminum
sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
3.Air dalam tanah. Terdiri dari air sumur dangkal dan air sumur dalam. Air sumur
dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk diminum karena mudah
tercemar.
Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang
adalah air yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung diminum,
namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kualitasnya.
Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila diambil terlalu banyak
akan menimbulkan intrusi air asin dan air lait yang membuat sumber air jadi asin,
biasanya daerah-daerah sekitar pantai.
10

3.4 Kualitas Air Baku dan Air Bersih

Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah dan air
bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai kebutuhan.
Di Indonesia, ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peratiran Pemerintah No. 416 tahun
1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK
Menteri Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam
tiga bagian sebagai berikut.
1.Persyaratan kualitas air untuk air minum.
2.Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3.Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi 3 persyaratan yaitu, syarat fisik, syarat
kimiawi, dan syarat bakteriologi.
Syarat fisik antara lain air harus bersih dan tidak keruh, tidak berwarna,
tidak berasa, tidak berbau, dan suhu antara 10⁰C-25⁰C (sejuk). Syarat kimiawi
antara lain tidak mengandung bhan kimiawi yang mengandung racun, tidak
mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan, cukup yodium, dan pH antara 6,5-
8,5. Syarat bakteriologi, antara lain tidak mengandung kuman-kuman
penyakit(disentri, thyfus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit).
Pada umunya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat bedan masyarakat untuk membayar
harga jual air bersih.
Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan
kualitas tertentu. Rinciannya ada sebagai berikut.
1.Aman dan higienis.
2.Baik dan layak minum.
3.Tersedia dalam jumlah yang cukup.
4.Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarkat.
12

Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan


standar kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi slamet, 1984:122). Dalam
peraturan tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori
sebagai berikut.
1.Kelas A, artinya air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
2.Kelas B, artinya air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak.
3.Kelas C, artinya air yang digunakan untuk perikanan darat.

3.5 Parameter Kualitas Air Minum dan Air Baku


3.5.1 Parameter kualitas Air Minum.
Sesuai dengan Permenkes No.492/2010, air minum harus memenuhi
syarat-syarat dengan standar, jumlah fluorida kurang dari 1,5 mg/L, kadmium
kurang dari 0,003 mg/L, kromium total kurang dari 0, 05 mg/L, nitrat kurang
dari 50 mg/L, dan nitrit kurang dari 3 mg/L.
Selain itu air tidak berbau, suhu udara ±3⁰C, jumlah zat padat yang
terlarut kurang dari 500 mg/L, kekeruhan kurang dari 5 skala NTU, tidak berasa,
dan tidak berwarna kurang dari 5 skala NCU. Air juga harus mempunyai pH 6, 5-
8, 5, besi kurang dari 0,3 mg/L, mangan kurang dari 0, 4 mg/L, tembaga kurang
dari 2mg/L, seng kurang dari 3 mg/L, amoniak kurang dari 1, 5 mg/L,
kesadahan kurang dari 500 mg/L, klorida kurang dari 250 mg/L, dan sulfat
kurang dari 250 mg/L.
3.5.2 Parameter kualitas air baku
Parameter kualitas air baku yang digunakan di PT Hanarida Tirta Birawa,
minimal harus memenuhi syarat dengan kadar pH 6, 5-8, 5, Fe kurang dari 5,
Mn kurang dari 0, 5 dan TDS<1000 sesuai dengan Perda Prov. Jatim no.2 tahun
2008 kelas II.Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air
di provinsi jawa timur
12

3.6 Sistem Kerja Instalasi Pengolahan Air Minum

Instalasi pengolahan air yang dikelola PT Hanarida Tirta Birawa


merupakan sistem pengolahan air dengan kapasitas 600 liter/detik. Peningkatan
kapasitas produksi ini juga diimbangi dengan peningkatan kualitas air olahan
dengan cara menyempurnakan proses pengolahan secara terus menerus.
Ketinggian air sungai juga berpengaruh dalam hasil produksi. Apabila air sungai
surut maka hasil produksi juga berkurang.
Pengoperasian IPAM di PT Hanarida menggunakan 8 alat dan 2 bahan
desinfektan yang akan diuraikan sebagai berikut. Gambaran proses pengolahan
dapat dilihat Lampiran-3.
1. Intake
Intake adalah suatu lubang penangkap atau tempat pengambilan air baku
yang akan diolah. Pada intake air baku akan dikumpulkan dan dialirkan melalui
pipa. Intake biasanya ditempatkan di pinggir sungai.
Fungsi intake untuk menyalurkan air baku ke bak kontrol. Di dalam
intake terdapat bar screen. Bar screen merupakan alat penyaring sampah yang
akan masuk ke bak kontrol yang terbuat dari besi pipih, panjang yang disusun
sejajar. Bar screen ada tiga ukuran. Pertama, bar screen yang berukuran 5 cm
terdapat di pinggir sungai. Kedua, bar screen yang berukuran 2 cm terdapat di
bak kontrol. Ketiga , bar screen yang berukuran 1cm terdapat di bak kontrol
setelah bar screen yang berukuran 2 cm. Gambar dapat dilihat pada Lampiran-4.
2. Bak kontrol
Bak kontrol berfungsi mengontrol atau memantau masih adakah sampah
yang mengapung dari intake menuju ke bak penampung. Alat ini juga dilengkapi
fine screener untuk menyisishkan sampah yang masih terbawa dari aliran sungai.
Gambar dapat dilihat pada Lampiran-5.
3. Bak penampung
Bak penampung berfungsi menampung air baku yang sudah bersih dari
sampah dan untuk mengatur debit aliran sungai agar kebutuhan air baku
terpenuhi secara kontinyu. Di dalam bak penampung juga terdapar screener yang
berukuran 1cm untuk menyaring sampang yang masih
13

lolos agar tidak mempengaruhi sistem kerja dari pompa sentrifugal. Di atas bak
penampung terdapat jaring-jaring besi yang digunakan untuk pengaman. Air
dalam bak penampung di pompa naik ke menara koagulaan untuk melalui proses
koagulasi dan flokulasi. Gambar dapat dilihat pada Lampiran-6.
4. Bak koagulasi-Flokulasi
Bak koagulasi adalah tempat terjadinya proses koagulasi dan flokulasi.
Pada bak koagulan terjadi proses pre-klorinasi yang bertujuan sebagai
desinfektan dan menghilangkan bau pada air baku. Proses pre-klorinasi dilakukan
dengan cara menginjeksi klor kedalam air baku.
Bak koagulasi-flokulasi IPA 1 dan IPA 2 berukuran panjang 6 m, lebar 6
m, tinggi 6, 5 m. Sedangkan, bak koagulasi –flokulasi IPA 3 berukuran panjang
4, 88 m, lebar 4, 88 m, dan tinggi 3, 96 m. Didalam bak koagulasi-flokulasi ada
proses pengolahan yang meliputi dua proses tersebut adalah proses koagulasi
(flash mixer) dan proses flokulasi (slow mixer).
Proses koagulasi (flash mixer) merupakan metode untuk menghilangkan
bahan-bahan limbah dalam bentuk koloid, dengan menambahkan koagulan. Hal
tersebut dilakukan agar koloid mudah diendapkan. Pada proses koagulasi terdapat
dua proses pembubuhan larutan kimia. Pertama, proses pre-klorinasi dan
pembubuhan larutan sucolite.
Proses pre-klorinasi menggunakan gas klor sebagai oksidan. Gas klor
digunakan untuk mengoksidasi Fe dan Mn. Fe dan Mn adalah unsur yang
menyebabkan bau tidak sedap dan warna pada air. Oleh karena itu, pre-klorinasi
bertujuan untuk menghilangkan bau pada air dan menghilangkan warna pada air.
Air baku dari bak penampung dipompakan langsung menuju ke bak koagulasi.
Setelah bak penampung kemudian menuju bak flashmixer untuk dilakukan proses
pembubuhan larutan koagulan dalam waktu yang singkat, kecepatan yang
dibutuhkan ±180 rpm.
Larutan yang digunakan adalah sucolite atau tawas. Sucolite dibubuhkan
pada air baku dengan dosis tertentu sesuai dengan hasil jar test yang telah
dilakukan di laboratorium. Selain itu, penentuan dosis sucolite dan klor
dipengaruhi juga oleh kondisi cuaca. Pada bak koagulan, dilakukan proses
13

pengadukan cepat menggunakan teknologi hodrolisis, dengan cara menerjunkan


air baku dari atas bak koagulan. Manfaat dari pengadukan secara hidrolisis antara
14

lain, dapat dilakukan secara gravitasi, tetapi tidak melibatkan peralatan


mekanik.Jika sucolite yang di bubuhkan terlalu berlebih akan menyebabkan
terjadinya koloid atau kerak yang mengapung pada permukaan bak koagulan.
Proses flokulasi (slowmixer) merupakan proses lanjutan dari proses
koagulasi dengan kecepatan 80 rpm, tujuan pengadukan lambat dalam flokulasi
ada dua. Pertama, mencegah pecahnya flok yang sudah terbentuk. Kedua,
memperbesar flok dari ukuran kecil sehingga diendapkan dengan di bak
pengendap. Pada proses ini menghasilkan flok-flok yang akan ikut terbawa air
menuju ke clarifier. Gambar menara koagulan dapat dilihat pada Lampiran-7.
5. Bak pengendap (clarifier)
Proses pengendapan atau sedumentasi terjadi di dalam bak pengendap
(clarifier). Air baku yang sudah mengalami proses koagulasi-flokulasi akan
dialirkan secara gravitasi ke bak pengendap. Air akan terpisah dengan flok-flok
yang sudah terbentuk dengan perantara tube settler. Posisi tube settler yang
dipasang miring bertujuan menghambat flok yang ringan ikut terangkat ke atas.
Unit clarifier yang terdapat di IPAM PT Hanarida Tirta Birawa berbentuk
kerucut. Pemisahan air bersih dengan flok dilakukan dengan perantara tube
settler yang berbentuk seperti sarang tawon. Bak pengendap (clarifier) memiliki
manhole yang berfungsi pengecekan pipa bagian dalam dan untuk pengurasan
clarifier.
Proses pengendapan di bak pengendapan (clarifier) ini, lumpur yang
bercampur dengan air akan dibuang ke saluran pengeluaran (drainese) melalui
pipa drain yang berukuran 4 inch dan 8 inch. Pembuangan lumpur ini dilakukan 2
jam sekali dengan cara otomatis melalui komputer dan berjarak 20 menit antara
clarifier satu dengan lainnya. Clarifier memiliki diameter ±10 meter dan tinggi 8
meter. Clarifier pada IPA 1 ada 4, IPA 2 ada 2, dan IPA 3 ada 2, jadi total
jumlah clarifier ada 8 buah.
Masalah yang sering terjadi dalam pengoperasian clarifier misalnya air
olahan yang berada di clarifier keruh sehingga tidak nampak tube settlernya dan
masalah ini memerlukan perlakuan lebih. Banyaknya lumut yang menempel pada
bagian atas tube settler yang dapat menghambat proses penjernihan air dan lumut
tersebut dikhawatirkan ikut mengalir ke proses selanjutnya yaitu bak filter.
15

Usaha yang diberikan dalam menangani masalah diatas adalah dengan


membuka pipa drain secara manual agar lumpur tidak sampai mengendap terlalu
banyak dibawah. Selain itu, dngan mengurangi debit air yang masuk pada
clarifier bermasalah tersebut dan juga menambah dosing klor supaya lumpur-
lumpur tersebut saling berikatan kuat lalu jatuh ke bawah. Gambar dapat dilihat
pada Lampiran-8.
6. Bak penyaringan (Filter)
Filtrasi adalah metode pemisahan fisik, yang digunakan untuk
memisahkan antara cairan (larutan) dan padatan. Mikroorganisme yang tidak
terendap selama proses sedimentasi di clarifier akan diendapkan lagi di media
filter yang berpori, sehingga didapatkan outlet filter yang memenuhi strandar
kualitas air minum, yaitu mempunyai kekeruhan 1-5 NTU.
Media filter yang biasa digunakan adalah pasir. Proses ini terjadi
penahanan partikel kemampuan filter dalam melakukan filtrasi ditentukan oleh
kecepatan filtrasi, jenis media dan cara kerja. Filter yang biasa dipakai pada
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) PT Hanarida Tirta Birawa adalah tipe
saringan pasir cepat jenis single medium, yakni filter yang terdiri atas satu jenis
media penyaring.
Media filter yang digunakan adalah pasir silica yang memiliki ukuran 16-20
mess. Pada proses ini terjadi penahanan partikel diantara lapisan media (bagian
porinya), karena diameter partikel yang lebih besar dari pori media. Sedangkan,
standar ketinggian pasir adalah 80-100 cm.
Efektivitas pemakaian filter akan berkurang apabila filter telah penuh dengan
petikel kotoran yang mengendap maupun menempel pada permukaan pasir. Hal
ini menyebabkan, air dalam filter keruh dan bercampur dengan sisa-sisa sampah
yang ikut mengendap. Untuk mengatasi maslah tersebut, maka perlu dilakukan
pencucian filter yang disebut dengan backwash. Gambar dapat dilihat pada
Lampiran-9.
7. Break Tank
Break tank berfungsi sebagai tempat penampung air yang berasal dari
filter. Break tank pada PT Hanarida Tirta Birawa berjumlah 2 buah. Break tank 1
digunakan untuk menampung air pada IPA 1 dan IPA 2, break tank 2 digunakan
16

untuk menampung air dar IPA 3. Pada break tank dilakukan proses desinfeksi
atau post-klor. Air di desinfeksi menggunakan dosis tertentu untuk membunuh
mikrorganisme pathogenik yang masih tersisa pada air treated. Air dari break
tank akan disalurkan ke reservoir milik PDAM Sidoarjo. Gambar dapat dilihat
pada Lampiran-10.
8. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses yang dilakukan untuk membunuh
mikrorganisme patogenik, seperti E-Coli, Coliform, Salmonella Dan Vibro
Cholera. Fungsi desinfeksi pada air untuk mereduksi konsentrasi bakteri secara
umum dan menghilangakan bakteri patogen.
Bentuk desinfeksi yang ditambahkan pada IPAM PT Hanarida Tirta
Birawa adala gas klor. Penambahan klor dalam bentuk gas akan menyebabkan
turunnya pH air menjadi normal. Desinfeksi yang menggunakan gas klorin
disebut sebagai klorinasi. Klorin dipilih karena daya larut yang tinggi pada kadar
yang tinggi, mempunyai daya desinfeksi yang baik, residu klorin dalam bentuk
larutan tidak berbahaya dalam batas normal.
Gas klor dinjeksikan langsung ke dalam break tank IPA dengan waktu 15-
30 menit agar proses penginjeksian bakteri pada air bisa mati. Dosis klor yang
diinjeksikan perlu dikontrol setiap saat agar tidak terjadi kesalahan, apabila gas
klor yang diinjeksikan melebihi batas normal akan menimbulkan bau dan rasa
yang tidak enak pada air.
9. Reaksi-reaksi Kimia dalam Proses Desinfeksi
Klor adalah zat yang lebih berat dari air, berwarna hijau kekuningan, dan
beracun. Sejumlah klor dalam bentuk cair dapat menguap menjadi gas. Klor
sangat bersifat oksidan dan dapat beroksidasi hampir dengan setiap unsur atau
senyawa. Uap klor sangat korosif, dengan demikian bagian dari semua
penampung atau pipa penyalur harus terbuat dari allloy (besi campuran/ tahan
korosi)atau non metal. Uap dari klor sangat berbahaya apabila terhirup dapat
mengiritasi saluran pernafasan.
Hipoklorit adalah asam garam (HOCl). Kalsium hipoklorit atau kaporit
(Ca(OCl)2) yang umum digunakan di Indonesia. Kaporit berbentuk butiran,
17

bubuk, tablet, yang dapat dilarutkan didalam air dan umumnya berbentuk cairan
dengan konsentrasi klor 5%-15%.
Klorin, Cl2 dan ion hipoklorit, (OCl‫ )־‬adalah bahan oksidator yang kuat
sehingga pada kondisi pH rendah dan oksigen terlarut sedikit, dapat
mengoksidasi dengan cepat. Reaksi oksidasi antara besi dengan klorin adalah
sebagai berikut.
2Fe2+ + Cl2 + 6H2O → 2Fe(OH)3 + 2Cl6 + ‫־‬H+
Selain itu, klor terdapat dalam bentuk gas. Untuk PDAM yang besar,
klorinasi memakai gas sedangkan untuk PDAM kecil umumnya memakai bubuk
klor yang kemudian dicampur dengan air sebelum dibubuhkan.w
Klor yang dicampur dengan air akan membentuk asam hipoklorit yang
dapat menjadi ion hipoklorit. Hipoklorit dengan pH kurang dari 7 tidak
terionisasi, sedangkan yang lebih dari 8 akan terbentuk ion OCl‫־‬. Hal ini dapat
dilihat pada reaksi sebagai berikut.
Cl2 + H2O → HCl + HOCl
Penambahan klorin dalam bentuk gas akan menyebabkan turunnya pH air,
karena terjadi pembentukan asam kuat. Penambahan klorin dalam bentuk natrium
hipoklorit (kaporit) akan menaikkan pH kesadahan air yang di desinfeksi.
Proses desinfeksi yang digunakan pada IPAM PT Hanarida Tirta Birawa
menggunakan gas klor yang diinjeksi di bak koagulan-flokulasi (pre-klorinasi)
dan di break tank (post-klorinasi). Desinfeksi menggunakan klor lebih disukai
karena lebih praktis dan juga sisa klor yang terdapat dalam sistem distribusi dapat
menjaga air minum hingga ke tangan konsumen, namun pemakaian dosis yang
terlalu besar menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak pada air.
Ruang penyimpanan tabung gas klor dilengkapi dengan alat penetral gas
klor. Identifikasi kebocoran gas klor dilakukan dengan menyemprotkan NH3. Bila
timbul asap dari tabung gas klor berarti terjadi kebocoran.Gambar dapat dilihat
pada Lampiran-11.
10. Reservoir
Setelah melalui penyaringan filter, air hasil olahan kemudian disimpan
pada bak penampung hasil olahan (break tank) dengan tinggi 4,5 m dan
berdiameter 3,4 m. Reservoir adalah bak penampung sementara air olahan dengan
18

debit rata-rata 520 L/s sebelum air didistribusikan ke konsumen. Gambar dapat
dilihat pada Lampiran-12.

3.7 Penanganan Limbah

Penanganan limbah di PT Hanarida Tirta Birawa langsung dialirkan ke


saluran pembuangan yang menuju Kali Buntung. Limbah yang berasal dari
bagian pembuangan lumpur clarifier dan back wash dari tiap filter. Limbah dari
PT Hanarida Tirta Birawa berupa lumpur yang aman bagi lingkungan. Limbah
tersebut telah lulus uji AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang
dilakukan oleh tim penguji dari ITS. Pemerintah Kab. Sidoarjo No.
660/404.6.3/2011.

3.8 Perawatan Instalasi Pengolahan Air

3.8.1 Intake
Intake berfungsi sebagai tempat pertama kalinya air dari sungai masuk
yangberukuran 3x2 m. Di dalam intake terdapat bar screen yaitu alat penyaring
yang terbuat dari besi berbentuk pipih dengan ukuran masing-masing panjang
sekitar 1,5 m, 5 cm, dan berjarak 5 cm. Bar screen berisi sampah dibersihkan
setiap hari dengan jangka penggunaan selama 5 tahun. Oleh karena itu bar screen
diganti 5 tahun sekali.
3.8.2 Bak pengumpul
Bak pengumpul merupakan bak yang menampung air baku yang sudah
bersih dari sampah yang berukuran 5x4 cm. Didalam bak pengumpul terdapat
bar screen yang terdiri dari lempengan besi berbentuk pipih dengan ukuran
masing-masing sekitar panjang 1,5 cm, lebar 5 cm, dan berjarak 1,5 cm.
Lamanya penggunaan bar screen yang terendam air baku, menyebabkan
bar screen keropos karena karat. Oleh karena itu, disediakan bar screen cadangan
untuk menggantikan bar screen yang sudah keropos.
3.8.3 Menara koagulan
19

Menara koagulan atau disebut bak koagulan adalah tempat terjadinya


proses koagulasi dan flokulasi. Ketika akan menguras koagulan, seluruh proses
produksi harus dinonaktifkan. Hal ini berarti pengurasan menara koagulan hanya
bisa dilakukan ketika kondisi air baku tidak memenuhi standar untuk produksi.
3.8.4 Clarifier
Clarifier adalah tempat pengendapan air hasil olahan dari koagulan.
Clarifier didesain berbentuk kerucut dan terdapat shelter dan gather di dalamnya.
Posisi shelter berada di bagian permukaan atas clarifier dan diarahkan miring
kebawah. Posisi shelter bertujuan agar flok jatuh berpusat ke tengah clarifier. Hal
ini membuat flok menumpuk di bagian bawah clarifier. Sedangkan posisi gather
berada di bagian tengah permukaan atas clarifier. Posisi gather bertujuan untuk
mengalirkan air olahan menuju filter.
Pembersihan clarifier dilakukan dengan dua cara, otomatis dan manual.
Pembersihan clarifier secara otomatis dilakukan selama 15-20 menit sekali
dengan cara drain yang dikontrol menggunakan komputer. Drain adalah
pembuangan lumpur yang menumpuk di bagian bawah clarifier. Sedangkan
secara manual dilakukan dengan pengurasan yang dilakukan selama 2 bulan
sekali.
3.8.5 Filter
Filter adalah bak pengandapan yang berjumlah 13 berbentuk tabung dan 4
filter berbentuk persegi. IPA 1 memiliki 8 buah filter berbentuk tabung, IPA 2
memiliki 5 filter berbentuk tabung dan IPA 3 memiliki 4 filter berbentuk persegi.
Pada filter terdapat pasir kuarsa setinggi ±80 cm yang berfungsi mengikat
lumpur-lumpur yang jatuh ke bawah. Pembersihan filter dilakukan secara manual
dan otomatis. Pembersihan filter secara manual dilakukan dengan cara mencuci
pasir kuarsa dengan air. Sedangkan, pencucian filter secara otomatis disebut
back wash. Back wash adalah pencucian filter yang dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang menimbun dibawah. Back wash menggunakan
metode aliran terbalik (angin blower dari bawah ke atas). Air hasil back wash
langsung dibuang melaui drain.
9

Langkah-langkah pelaksanaan back wash sebagai berikut.


1. Persiapan > inlet filter close, outlet filter close, inlet blower open, valve
air blow close (time : 40s)
2. Step 1 > blow pump on, inlet backwash pump open midle (time : 180s)
3. Step 2 > back wash pump on (time : 300s)
4. Step 3 > blow pump off, inlet back wash pump open full (time : 300s)
5. Step 4 > inlet blow up close, valve air blow open (time : 600s)
6. Step 5 > back wash pump off, inlet filter open, outlet filter open (time :
40s)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data adalah kegiatan
mencari data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan
penelitian.
Pengambilan data dilakukan dengan dua metode yaitu observasi dan
praktikum. Untuk metode obsevasi dilakukan dengan terjun ke lapangan saat pagi
hari untuk mengamati kondisi fisik clarifier dan filter. Jika keadaan clarifier
banyak dipenuhi flok-flok yang mengapung,maka clarifier tersebut perlu di-drain
manual agar tidak meledak. Setelah mengamati keadaan fisik clarifier dilakukan
pengambilan sampel untuk mengetahui kondisi secara kimia. Khusus di Instalasi
Pengolahan Air 3 (IPA3) dilakukan pengambilan sampel clarifier dan filter
karena kondisi yang masih belum stabil.

4.2 Analisis Uji

Analisis uji yang digunakan meliputi analisis pH, TDS, NTU, sisa klor,
warna, Fe, Mn, dan jar test. Uji laboratorium dilakukan dengan tujuan menjaga
kualitas air olahan pada instalasi tersebut. Berikut ini penjelasan masing-masing
proses pengujian.
4.2.1 Analisis Derajat Keasaman (pH)
Analisis pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar
asam/basa dalam air. Sebagai penentuan alkalinitas, CO2, serta dalam
kesetimbangan asam basa menggunakan pH. Perubahan pH air dapat
menyebabkan berubahnya bau, rasa dan warna. Pada proses pengolahan air
seperti koagulasi nilai pH harus dijaga pada angka 6, 5-8, 5. Untuk itu dilakukan

21
22

analisis dengan menggunakan ph meter dan beaker glass. pH meter yang


digunakan dibersihkan terlebih dahulu menggunakan aquades
Prosedur analisisnya adalah sebagai berikut.
1. Dimasukkan 150 ml air sampel ke dalam beaker glass.
2. Ditekan tombol power pH meter.
3. Ditunggu hingga angka 0, 00 pada layar pH meter.
4. Dimasukkan alat pH meter ke dalam beaker glass.
5. Diputar pH meter.
6. Ditekan tombol centang pada pH meter.
7. Ditunggu sampai angka pada pH meter berhenti.
8. Dicatat hasil pengujian.
9. Dibilas menggunakan aquades.
10. Dimatikan alat pH meter dengan cara ditekan tombol power.
Berdasarkan hasil analisis pH yang dilakukan terhadap empat sampel
diperoleh hasil sebagai berikut IPA1(7,60), IPA2(7,58), IPA3(7,52) dan Air
Baku(7,77). Keempat sampel menunjukkan angka pada rentang pH 6, 5-8, 5,
artinya sampel telah memenuhi standar uji yang telah ditentukan. Hasil uji dapat
dilihat pada tabel Lampiran-23.
4.2.2 Analisis TDS(Total Dissolve Solid)
Analisis TDS adalah analisis untuk mengetahui jumlah zat terlarut dalam
air baik zat organik maupun anorganik. TDS merupakan parameter dari jumlah
material yang dilarutkan dalam air. Material ini mencakup karbonat, bikarbonat,
klorida, ion-ion lainnya. Tujuan analisis TDS untuk mengetahui limbah dan
bakteri yang terkandung dalam air.
Analisis TDS mempunyai batas <500 mg/L. Apabila kandungan TDS
melebihi batas, air mengandung limbah berbahaya. Untuk itu dilakukan analisis
dengan menggunakan TDS dan beaker glass. Alat TDS yang akan digunakan
dibersihkan dengan aquades. Prosedur analisisnya adalah sebagai berikut.
1. Dimasukkan 150 ml air sampel ke dalam beaker glass.
2. Ditekan tombol power.
3. Ditunggu hingga angka 0 pada layar.
4. Dimasukkan alat TDS ke dalam beaker glass.
23

5. Diputar alat TDS.


6. Ditekan tombol read pada alat.
7. Ditunggu hingga muncul angka pada layar alat TDS.
8. Dicatat hasil pengujian.
9. Dibilas menggunakan aquades.
10. Dimatikan TDS dengan cara ditekan tombol exit.
Berdasarkan hasil analisis TDS yang dilakukan terhadap keempat sampel
yang diuji adalah air baku memiliki TDS (326), IPA1(352), IPA2(350),
IPA3(355). Keempat sampel menunjukkan angka dibawah 500, artinya sampel
telah memenuhi standar uji yang ditentukan. Hasil uji dapat dilihat pada tabel
Lampiran-23.
4.2.3 Analisis Kekeruhan (Turbiditas)
Analisis turbiditas atau kekeruhan air adalah suatu metode analisis
kuantitatif yang berdasarkan pada pelenturan sinar oleh suspensi zat padat.
Kekeruhan adalah ukuran kejernihan sampel. Kekeruhan dalam air disebabkan
oleh adanya zat tersuspensi, seperti lempung, lumpur, zat organik, dan plankton.
Turbiditas meter adalah salah satu nama alat umum yang biasa digunakan
untuk keperluan analisis kekeruhan air atau larutan. Standar kekeruhan air adalah
<5. Analisis turbiditas dilakukkan menggunakan alat botol sampel 10 ml.
Sebelum dilakukan analisis, botol sampel dibersihkan menggunakan aquades dan
ditisu. Selengkapnya foto alat turbiditas dapat dilihat pada lampiran ke-15.
Prosedur analisisnya adalah sebagai berikut. Gambar alat Turbiditas dapat dilihat
pada Lampiran-15.
1. Dimasukkan air sampel yang akan diuji ke dalam botol sampel.
2. Ditutup rapat botol sampel.
3. Ditekan tombol on pada alat turbitditas meter.
4. Dimasukkan botol sampel ke dalam alat turbiditas meter.
5. Ditekan tombol read pada turbiditas meter.
6. Ditunggu sampai stabilizing selesai pada layar akan muncul angka.
7. Dicatat hasil uji pengujian.
8. Dibilas botol sampel menggunakan aquades.
9. Dimatikan alat turbiditas meter dengan cara ditekan tombol power.
24

Berdasarkan hasil analisis turbiditas yang dilakukan pada sampel yang


diuji diperoleh hasil sebagai berikut. Air baku (30), IPA1 (0,54), IPA2 (0,55),
IPA3 (0,55) dan IPA3 filter1(1,03), filter2(0,74), filter3(2,30), filter4(0,89).
Menurut hasil analisis di atas, jika salah satu filter menunjukkan hasil paling
tinggi akan di backwash. Hasil uji dapat dilihat pada tabel Lampiran-24.
4.2.4 Analisis Warna
Analisis warna pada air akan mempengaruhi kualitas pada air olahan,
sehingga analisis warna air olahan memiliki standar <15. Jika analisis warna pada
clarifier memiliki standar <3. Analisis warna air menggunakan sampel air olahan
dari setiap instalasi. Analisis warna air pada sampel menggunakan
spektrofotometer dan botol sampel 10 ml.
Sebelum dilakukan analisis, botol sampel dibersihkan menggunakan
aquades. Prosedur penggunaan spektrofotometer adalah sebagai berikut. Gambar
alat spektrofotometri dapat dilihat pada Lampiran-14.
1. Ditekan tombl power yang terletak dibelakang spektrofotometer.
2. Ditunggu hingga alat menyala dan kalibrasi otomatis selesai.
3. Ditekan favorite program.
4. Ditekan color.
5. Ditekan start.
6. Dimasukkan larutan blanko (aquades).
7. Ditekan zero.
8. Dikeluarkan larutan blanko dari spektrofotometer.
9. Dimasukkan air sampel ke dalam botol sampel 10 ml.
10. Dimasukkan botol sampel ke dalam spektrofotometer.
11. Ditekan tombol read pada alat spektrofotometer.
12. Dicatat angka yang muncul sebagai hasil analisis.
13. Dibilas botol menggunakan aquades.
14. Dimatikan alat spektrofotometer dengan cara ditekan tombol power di
belakang alat.
Berdasarkan hasil analisis warna yang dilaukan pada keempat sampel
yang di uji adalah sebagai berikut. Air baku (30), IPA1 (0), IPA2 (0), IPA3 (0),
dan IPA1 clarif1(1), clarif2(0), clarif3(1), clarif4(7). Menurut hasil analisis di
25

atas, sampel menunjukkan angka di bawah 15 yang berarti telah memenuhi


standar uji yang telah di tetapkan dan clarifier yang menunjukkan angka lebih
dari 2,8 adalah clarifier yang meledakkan dan harus di drain manual agar stabil
kembali. Hasil uji pada tabel dapat dilihat di Lampiran-25.
4.2.5 Analisis Sisa Klor
Analisis sisa klor ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor yang terdapat
dalam air. Standar sisa klor yang digunakan sebagai acuan berkisar 1-1,5 mg/L.
Apabila sisa klor yang terkandung melebihi batas standar yang ditentukan maka
akan berbahaya untuk dikonsumsi. Analisis sisa klor pada sampel menggunakan
alat spektrofotometer dan botol sampel 10 ml. Sebelum dilakukan analisis, botol
sampel dibersihkan menggunakan aquades. Prosedur penggunaan
spektrofotometer adalah sebagai berikut.
1. Ditekan tombol power yang terletak di belakang spektrofotometer.
2. Ditunggu hingga alat menyala dan kalibrasi otomatis selesai.
3. Ditekan favorite program.
4. Ditekan klorin.
5. Ditekan start.
6. Dimasukkan larutan blanko (aquades).
7. Ditekan zero.
8. Dikeluarkan larutan blanko dari spektrofotometer.
9. Ditambahakan DPD free klorine reagent ke dalam botol sampel.
10. Dimasukkan larutan sampel ke dalam botol 10 ml.
11. Dimasukkan botol sampel ke dalam spektrofotometer.
12. Ditekan tombol read pada alat spektrofotometer.
13. Dicatat angka yang muncul sebagai hasil analisis.
14. Dibilas botol menggunakan aquades.
15. Dimatikan alat spektrofotometer dengan cara ditekan tombol power di
belakang alat.
Berdasarkan hasil analisis kadar klor terhadap tiga sampel yang diuji
diperoleh hasil sebagai berikut, IPA1(1,16), IPA2(1,20), dan IPA3(0,52). Ketiga
sampel menunjukkan rentang angka yang telah ditentukan yaitu 1-1,5. Apabila
klor melampaui batas maka akan dilakukan penurunan kadar klor oleh QC
26

maupun operator di pompa dosing chlor. Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran-
23.
4.2.6 Analisis Besi (Fe)
Analisis Fe dilakukan untuk mengetahui kadar Fe dalam air treated.
Analisis kadar Fe menggunakan alat spektrofotometer. Berdasarkan aturan
standar kadar Fe tidak boleh melewati ambang batas sebesar <0,3 mg/L. Jika
kadar Fe melebihi standar, maka air diindikasikan mengandung limbah Fe yang
tidak dapat dikonsumsi dan membahayakan kesehatan manusia. Analisis Fe
menggunakan alat spektrofotometer dan botol sampel 10 mL. Sebelum dilakukan
analisis, botol sampel dibersihkan menggunakan aquades. Adapun prosedur
analisis kadar Fe sebagai berikut.
1. Ditekan tombl power yang terletak di belakang spektrofotometer.
2. Ditunggu hingga alat menyala dan kalibrasi otomatis selesai.
3. Ditekan favorite program.
4. Ditekan iron ferrover
5. Diambil dua botol sampel, satu botol sampel diisi satu sachet ferrover
reagent powder pillow.
6. Dimasukkan air sampel ke dalam dua botol sampel.
7. Ditekan tombol start.
8. Ditekan tanda waktu.
9. Ditunggu sampai tiga menit.
10. Dimasukkan larutan blanko (air sampel yang diuji).
11. Ditekan zero.
12. Dikeluarkan larutan blanko dari spektrofotometer.
13. Dimasukkan botol sampel ke dalam spektrofotometer.
14. Ditekan tombol read pada alat spektrofotometer.
15. Dicatat angka yang muncul sebagai hasil analisis.
16. Dibilas botol menggunakan aquades.
17. Dimatikan alat spektrofotometer dengan cara ditekan tombol power
dibelakang alat.
Berdasarkan analisis Fe terhadap tiga sampel yang diuji diperoleh hasil
sebagai berikut IPA1(0,03), IPA2(0,03), IPA3(0,04). Ketiga sampel
27

menunjukan angka pada rentang kadar Fe <0,3 sehingga ketiga sampel telah
memenuhi standar kualitas air. Hasil uji dapat dilihat pada Lampiran-23.
4.2.7 Analisis Mangan (Mn)
Analisis Mn dilakukan untuk mengetahui kadar Mn yang ada dalam air
treated. Analisis kadar Mn menggunakan alat spektrofotometer. Kadar Mn tidak
boleh melewati ambang batas sebesar 0,4 mg/L. Jika kadar Mn melebihi standar,
maka air mengandung limbah Mn yang tidak dapat dikonsumsi dan
membahayakan kesehatan manusia.
Analisis Mn menggunakan alat spektrofotometer dan botol sampel 10 mL.
Sebelum dilakukan analisis, botol sampel dibersihkan menggunakan aquades.
Adapun prosedur analisis kadar Mn sebagai berikut.
1. Ditekan tombol power yang terletak di belakang spektrofotometer.
2. Ditunggu hingga alat menyala dan kalibrasi otomatis selesai.
3. Ditekan favorite program.
4. Ditekan manganesei.
5. Diambil dua botol sampel, satu botol sampel diisi satu sachet ascorbid
acid.
6. Dimasukkan air sampel dalam dua botol sampel.
7. Diisi botol zero Mn dengan air aquades.
8. Ditambahkan 12 tetes alkaline cyanide reagent solution dan pan indicator
solution 0,1% kedalam tiap botol sampel.
9. Ditekan tanda waktu.
10. Ditekan start
11. Ditunggu sampai dua menit.
12. Digoyangkan kedua botol sampel sampai reagent larut.
13. Dimasukkan botol zero Mn ke dalam spektrofotometer .
14. Ditekan zero.
15. Dikeluarkan botol zero Mn dari spektrofotometer.
16. Dimasukkan botol sampel ke dalam spektrofotometer.
17. Ditekan tombol read pada alat spektrofotometer.
18. Dicatat angka yang muncul sebagi hasil analisis.
19. Dibilas botol menggunakan aquades.
28

20. Dimatikan alat spektrofotometer dengan cara ditekan tombol power


dibelakang alat
Berdasarkan hasil analisis kadar Mn terhadap tiga sampel yang diuji diperoleh
data sebagai beeikut IPA1(0,060), IPA2(0,064), IPA3(0,089). Ketiga sampel
memenuhi syarat apabila hasil kadar Mn <0,4. Apabila hasil sampel melebihi
0,4 akan menimbulkan warna kuning pada air. Hasil uji dapat dilihat pada
Lampiran-23.
4.2.8 Jar Test
Jar test bertujuan untuk mengetahui kebutuhan sucolite (campuran tawas
dengan zat tertentu) dalam proses pengolahan air bersih. Kekeruhan dapat
dihilangkan melalui pembubuhan sucolite yang disebut denan flokulan.
Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan sampai flok-flok
terbentuk. Flok-flok ini akan saling mengikat dan akhirnya mengendap. Untuk
pengendapan flokulan yang sempurna, perlu dosis sucolite yang tepat. Dosis dan
konsentrasi flokulan yang ditambahkan dapat dilakukan pengukuran dengan
metode jar test.
Jar test adalah percobaan skala laboratorium untuk menentukan dosis
sucolite yang akan digunakan di proses pengolahan air. Jar test diawali dengan
proses flashmix selama 1,5 menit dengan kecepatan 180 rpm. Dilanjutkan dengan
slowmix selama 15 menit dengan kecepatan 80 rpm. Sebelum melakukan jar test
sampel air baku diambil dari kran dan dimasukkan ke dalam beaker glass
berukuran 1000 mL. Sebelum dilakukan analisis jar test, sampel perlu dihitung
kekeruhannya terlebih dahulu. Gambar alat dapat dilihat pada Lampiran-20.
Adapun prosedur untuk melakukan jar test sebagai berikut.
1. Dihidupkan alat jar test.
2. Diturunkan alat pengaduk jar test.
3. Diatur kecepatan pengadukan sebesar 180 rpm (flashmix).
4. Dibuat larutan sucolite dengan mengambil 100 mL aquades dan 1 mL
sucolite dimasukkan kedalam gelas ukur kaca.
5. Dimasukkan larutan sucolite yang sudah dibuat kedalam tabung reaksi
dengan dosing yang sudah ditentukan.
6. Dimasukkan larutan sucolite ke dalam 6 beaker glass secara bersamaan.
29

7. Ditunggu sampai 1,5 menit.


8. Diatur kecepatan pengadukan sebesar 80 rpm (slowmix).
9. Ditunggu sampai 15 menit.
10. Diangkat pengaduk jar test.
11. Dibiarkan selama 15 menit agar flok-flok pada air mengendap.
12. Diukur semua NTU dan pH
13. Dicatat hasil jar test.
Hasil jartest dapat dilihat pada Lampiran-26.
Kebutuhan sucolite per 2 jam dapat diketahui melalui rumus sebagai
berikut.

Qraw water × ppm Sucolite


Qsucolite=
BJ Sucolite

Keterangan :
Q sucolite = Jumlah sucolite yang dibutuhkan per 2 jam l/dtk
Q raw water = Debit air yang masuk ke bak penampung
Ppm sucolite = Jumlah hasil terpilih dari analisis jar test
BJ sucolite = Berat jenis sucolite
Di bawah ini adalah perhitungan berat jenis sucolite.
Qraw water × ppm Sucolite
Qsucolite=
BJ Sucolite

l mg dtk
648 × 55 × 3600
dtk l jam
¿ 3
g mg cm
1.180 3 ×100 ×1000
cm g l

684 ×5,5 ×36


¿
1180

l
= 114,7
jam
29

l l
2 jam sekali 114,7 × 2 = 229,54
jam jam
31

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan praktik kerja lapangan di PT Hanarida Tirta Birawa selama
dua bulan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Industri ini mengolah air sungai menjadi air minum dan menyuplai air hasil
olahan ke masyarakat sekitar.
2. Hasil olahan air minum harus melewati tahap pengujian kualitas air sebelum
didistribusikan, yaitu proses uji pH,TDS,Turbidity,Warna,Sisa klor,Fe,Mn, dan
Jar test yang sesuai dengan Permenkes no.492/2010.
3. Industri ini memproduksi air minum IPA1, IPA2, dan IPA3 dengan total
kapasitas air 600lt/det..
4. Bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan air minum adalah sucolite dan
pada proses desinfektan gas klor.
5. Melakukan uji kualitas air berupa test pH,TDS,NTU,Warna,Sisa Klor,Fe,dan Mn
setiap 2 jam sekali dan melakukan jartest sebayak 3 kali dalam sehari

5.2 Saran
5.2.1 Saran bagi sekolah
Adapun saran bagi sekolah adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya pihak sekolah meningkatkan frekuensi monitoring untuk memantau
siswa di industry.
2. Sebaiknya pihak sekolah atau guru-guru pembimbing lebih dekat dengan siswa
agar sama sama saling terbuka
5.2.2 Saran bagi Industri
Adapun saran bagi Industri adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya industri menghimbau karyawan untuk menggunakan APD (helm
proyek, sepatu boots) agar lebih safety saat berada di plant area.
31

2. Untuk mempertahankan kualitas air olahan,diusahakan agar memantau unit


pengolahan (clarifier ngepul atau lamela tidak terlihat) untuk dilakukan
pengatasannya.
3. Industri sebaiknya dilakukan pembersihan gater diclarifier secara berkala untuk
mengatasi tersumbatnya sampah didalam lubang gater yang menyebabkan produksi
berkurang
6

DAFTAR RUJUKAN

Aerobiz, 2009. Backwash.(online)


(https://aerobtm.wodpress.com/2009/03/25/backwash/, diakses 21 Agustus 2021)

Filter air tirtamas. Juli 2016. Syarat Air Bersih dan Sehat,
(http://filterairtirtamas.com/blog/syarat-air-bersih-sehat/ , diakses 27 Agustus 2021)

Poztmo. Juni 2011. Pengertian Definisi Air. (Online)


(http://www.poztmo.com/2011/06/pengertian-definisi-air.htmlhttp://
www.poztmo.com/2011/06/pengertisn-definisi-air.html , diakses 18 Juli 2021)

Prawoto, Anna S., Diana Muhayanti., dan Khoirun Nif”an.2020. Pedoman Penulisan
Laporan Praktik Kerja Lapangan SMK Putra Indonesia Malang Tahun Ajaran 2020-
2021. Untuk kalangan sendiri. Malang: SMK Putra Indonesia Malang.

Anda mungkin juga menyukai