PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
serta sarana penunjang untuk dapat memenuhi sector rekreasi dari sebuah
industry budidaya udang.
Adapun dari data yang diperoleh hanya tersedia 1 tempat budidaya udang
di Kota Kolaka yaitu Tambak Wundulako yang berada di Jl. Bypass
Kecamatan Wundulako. Terdapat ketidaklengkapan sarana dan standar yang
di temukan di Tambak Wundulako karena berstatus tambak milik swasta.
Tambak Wundulako memiliki luas lahan dalam 1 tambak 300m2 dapat
menampung hingga 10 ton udang jenis vaname. Tambak pomala tidak
memiliki lahan parkir dan tidak layak untuk di kunjungi .
Tata letak pabrik yang disarankan untuk memproses 800 kg / jam udang
ukuran kecil sampai menengah menggunakan operasi pengupasan mesin
mempunyai luasan 600 m2 meliputi Aneka pengolahan 494 m2 denangan
suhu +15, Mengerikan 42 m2 denangan suhu +1, Penyimpanan dingin 64 m2
denangan suhu -30, Akomodasi kantor dan fasilitas terkait (FAO, 1984).
Udang yang lebih besar lebih mungkin cocok untuk diproses dengan operasi
manual terutama, dan tata letak yang khas bersama dengan diagram alur yang
sesuai (FAO, 1984).
Menurut Keputusan Mentri no. 28 tahun 2014 tentang pedoman umum
budidaya udang di tambak, bahwa untuk meningkatkan produksi udang
nasional, perlu dilakukan pembangunan dan pengembangan tambak udang
secara konsisten dan bertanggung jawab dengan mengacu pada prinsip-
prinsip keadilan, produktif, berbasis teknologi ramah lingkungan, dan
berkelanjutan.
Masalah yang dihadapi adalah dimana tingkat produksi udang per tahun
kabupaten kolaka terus meningkat namun tidak memiliki fasilitas yang
memadai seperti tidak adanya industri pengolahan dan pengepakan. padahal
Dalam Lamia dkk (2017), Standar sarana penunjang kawasan kota perikanan
(Minapolitan) harus meliputi lembaga masyarakat (kelompok tani/nelayan
masyarakat), TPI, industry pengolahan udang kecil dan rumah tangga,
lapangan penjemuran udang, pabrik es, lembaga keuangan, SPBU/SPDN,
Gudang pengolahan/ pengepakan, lemari pendingin (cold room) , docking
2
bengkel. Serta penanganan limbah industry sesuai PP No. 20/1990 . Dan ini
juga di dukung oleh arah kebijakan RPJMD urusan kelautan dan perikanan
tentang pembangunan infrastruktur/sarana dan prasarana dari perikanan budi
daya tangkap dan pengelolaan kelautan, arah kebijakan RPJPD Kabupaten
Kolaka tahun 2009-2029 tentang revitalisasi hasil olahan perikanan dan
terbangunnya Prioritas sarana dasar,
Berdasarkan harapan dan kenyataan yang tidak sesuai sehingga
menimbulkan adanya perbedaan dan itu merupakan masalah karena mengarah
ke kebutuhan ruang mencakup yaitu (1) sarana dan prasarana, (2) penampilan
bangunan. Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik
untuk mengangkat judul ini.
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan
Menyusun acuan perancangan konsep yang digunakan untuk
menghasilkan desain fisik bangunan Industri Pengolahan Udang Air
Payau Di Kab. Kolaka
2. Sasaran
Adapun sasaran pembahasan berdasarkan rumusan masalah diatas
adalah:
a. Untuk menentukan Sarana dan Prasana pada Industri Pengolahan
Udang Air Payau Di Kab. Kolaka
b. Untuk menentukan bentuk serta kebutuhan ruang Industri Pengolahan
Udang Air Payau Di Kab. Kolaka
3
D. Metode dan Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan
laporan proposal ini , adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang permasalahan yang menunjukan perlunya Pusat Industri
Pengolahan Udang Air Payau Di Kab. Kolaka yang sesuai dengan standar
pedoman teknis yang berlaku, rumusan masalah, ruang lingkup dan batasan
pembahasan, metode dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Hasil kajian pustaka yang menyajikan informasi mengenai judul yang
diangkat serta memuat teori dan standar terkait pusat kesehatan serta fasilitas
pendukung lainya yang mampu membuktikan keabsahan penulisan.
BAB III : METODE PERANCANGAN
Menyajikan data dan potensi Kab.Kolaka sebagai Industri Pengelolaan Udang
Di Kolaka.
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Produk udang sushi eby ini merupakan produk jadi yang diolah
dengan pemasakan setelah proses pencucian sebelum akhirnya di
bekukan dan dikemas.
a. Tempura udang
Pada produk Tempura udang ini udang yang telah melewati proses
pencucian kemudian dimasak dengan dicampurkan dengan adonan tepung,
telur, penyedap rasa dan lain-lain sebelum akhirnya di kemas dibekukan
dan di simpan.
6
b. Nugget udang
Pada produk Nugget udang ini udang yang telah melewati proses
pencucian kemudian dimasak dengan dicampurkan dengan adonan tepung,
telur, penyedap rasa dan lain-lain sebelum akhirnya di kemas dibekukan
dan di simpan.
Pada produk udang tepung ini udang yang telah melewati proses
pencucian kemudian di masak dengan dicampurkan dengan tepung, telur,
penyedap rasa dan lain lain sebelum akhirnya di kemas dibekukan dan di
simpan.
7
Sumber : PT. Bomar (2021)
d. Pengambilan contoh
8
e. Teknik sanitasi dan higen
h. Persyaratan pengemasan
9
Skema 1. Diagram Alir Proses Penanganan Udang
Sumber :SNI No 2507-2014 tentang Udang .
Alur Proses Penanganan dan pengolahan Udang menurut SNI no 2507-2014
meliputi :
1) Penanganan
a) Penerimaan Kemasan
10
b) Label
Label yang diterima di unit pengolahan divenfikasi terkait keamanan
pangan dan kesesuaian produknya, kemudian disimpan pada gudang
penyimpanan yang saniter
c) Bahan Baku
11
h) Penyusunan Dalam Pan (rak prapendingin) udang disusun dalam pan
pembekuan satu per satu sesuai spesifikasi. Proses penyusunan dilakukan
dengan cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
i) Pembekuan produk dibekukan dengan pembekuan cepat, dengan cara
disusun dalam pan selanjutnya dimasukkan pada alat pembeku Contact Plate
Freezer (CPF) atau Air Blast Freezer (ABF) untuk semi block dan frozen
block, sedangkan untuk Individual Quick Freezing (IQF), produk disebar
merata diatas conveyor belt 1QF atau dítebar dalam pan dan dibekukan
dalam ABF hingga mencapai suhu pusat produk maksimum -18 oc.
j) Penggelasan untuk produk frozen block dicelupkan ke dalam air dingin atau
disiram air dingin, sedangkan untuk produk lOF disemprot dengan air
dingin dalam tunnel IQF atau ditampung dalam keranjang dan dicelupkan
dalam air dingin secara cepat, cermat dan saniter.
k) Pengemasan dan pelabelan I produk dimasukan ke dalam plastik,
selanjutnya dimasukan ke dalam inner carton yang telah diberi label. Proses
pengemasan dilakukan secara cepat, cerrnat dan saniter.
l) Pendeteksian logam produk dalam inner carton dilewatkan ke dalam metal
defector sesuai spesimennya. Proses dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter.
m) Pengemasan dan Pelabelan 2 produk dalam inner carton dimasukkan ke
dalam master carton yang telah diberi label. Proses pengepakan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu pusat udang
maksimum -18 °C.
n) Penyimpanan Beku
Produk disusun secara rapi di dalam gudang penyimpanan beku dan
suhu penyimpanan
dipertahankan stabil maksimum -18 °c dengan sistem penyimpanan First In
First Out (F1FO).
o) Pemuatan
Produk dalam kemasan dimuat secara cepat. cermat, saniter dan
higienis dan dimuat dalam alat transportasi yang terlindung dan penyebab
12
yang dapat merusak atau menurunkan mutu dengan mempertahankan suhu
pusat produk maksimum-18C.
p) Pengolahan Produk Udang Beku dengan Pemasakan (cooking and Freezing)
Pengolahan produk udang beku ini berlaku pada produk udang yang
diolah dengan dimasak. pada fase ini bahan baku udang diolah dengan
mencampurkan bahan baku lain seperti tepung, garam, telur, margarin,
penyedap rasa dan lain-lain. Pengolahannya tak jauh berbeda dengan
pengolahan udang beku pada umumnya hanya saja di pada fase setelah
pencucian 3 terdapat fase pemasakan baik itu meliputi penggorengan,
perebusan, dan lain-lain. Proses ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini
13
Gambar 4. Layout Ruang Pengolahan Udang
Sumber :Food and Agriculture Organization (1984)
Tata letak pabrik yang disarankan untuk memproses 800 kg / jam udang
ukuran kecil sampai menengah menggunakan operasi pengupasan mesin
mempunyai luasan 600 m2 meliputi Aneka pengolahan 494 m2 denangan
suhu +15, ruang pendingin (42 m2) denangan suhu +1, Penyimpanan dingin
64 m2 denangan suhu -30, Akomodasi kantor dan fasilitas terkait (FAO,
1984).
14
Gambar 5. Layout Ruang Pengolahan Udang
Sumber :Food and Agriculture Organization (1984)
15
Mesin 600 Aneka pengolahan 494 +15
mengupas Ruang pendingin 42 +1
dan Ruang 64 +30
membeku penyimpanan
kan udang
dingin
800kg/jam
Akomodasi kantor
dan
fasilitas terkait
Ruang taman &
bengkel
Pengupas 432 Aneka pengolahan 390 +15
manual Ruang pendingin 22 +1
dan Ruang 20 +30
pembekua penyimpanan
n
dingin
250 kg/jam
Akomodasi kantor
dan
fasilitas terkait
Ruang taman &
bengkel
16
Laboratorium kimla Luas Iantaí 30 m²
17
Skema 7. Diagram Layout Dan Zoning Industri
Sumber : Neufert,2003 :62
18
Gambar 9. Beberapa Modul Bangunan Industri
Sumber : Neufert,2003
Gambar 10. Penerapan ventilasi udara dengan exhaust pada bangunan industri
Sumber : Neufert,2003
19
Gambar 11. Penerapan cerobong pembuang udara dengan exhaust pada bangunan industri
Sumber : Neufert,2003
Gambar 12. Penerapan ventilasi udara dengan exhaust pada bangunan industry
Sumber : Neufert,2003
Mesin pengupas udang otomatis (terdiri dari lima mesin) (i) Pengupas,
(ii) pembersih, (iii) pemisah sampah, (iv) deveiner, (v) grader. Total luas
lantai yang diperlukan untuk kelima mesin, ketika dirakit di posisi yang
benar, 80m². (FAO, 1984).
20
Gambar 13. Teknik Penyimpanan Strorange
Sumber : Neufert,2003
21
Gambar 15. Susunan Gudang Dan Bangunan Produksi
Sumber : Neufert,2003
22
Selatan. Pada awal berdirinya, yaitu tahun 1980-an, PT BOMAR terjun
dalam bisnis budidaya dan hatchery (pembenihan) udang, khususnya udang
windu dan udang vannamei. Sampai akhirnya pada 2001, perusahaan ini
memilih untuk fokus sebagai industri pengolahan udang. Menyadari
meningkatnya permintaan pangsa pasar atas produk seafood yang ramah
lingkungan, PT. BOMAR berkomitmen untuk terlibat dalam program
perbaikan perikanan budi daya AIP (Aquaculture Improvement Program)
melalui keikutsertaan dalam program Seafood Savers. Dengan
menandatangani Perjanjian Kerjasama Anggota Seafood Savers, PT.
BOMAR menjadi perusahaan anggota Seafood Savers keempat yang
medaftarkan komoditas budidaya dalam program perbaikan yang difasilitasi
23
Gambar 17. PT Bogatama Marinusa atau PT BOMAR
Sumber : Google, 2021
24
Gambar 18. PT central Pertiwi Bahari
Sumber : cpp prima,2018
3. BD Seafood Limited
25
Gambar 25. Tampak depan industri
Sumber : BD Seafood, 2018
BAB III
METODE PERANCANGAN
26
di deskripsikan masalah yang ada di Universitas Muslim Indonesia khususnya
“Perencanaan Industri Pengolahan Udang Air Payau Di Kab. Kolaka.
1. Studi Pustaka
27
Mengkaji dan memahami buku-buku serta jurnal yang berhubungan dengan
bangunan gedung “Pusat Budidaya dan Industri Udang Air Payau” dan
Peraturan Pemerintah, Standar Nasional Indonesia, dll.
2. Observasi/ Studi Lapangan
Melakukan pengamatan langsung pada gedung yang sering difungsikan
sebagai gedung parkir dalam smart parking system
D. Metode Analisa Data
1. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif yakni menganalisa jumlah udang air payau dengan
jumlah kapasitas yang tersedia agar dapat mewujudkan suatu rancangan
bangunan yang mampu mewadahi seluruh kebutuhan pusat budidaya dan
industry pengolahan udang air payau .
2. Metode Kualitatif
Melakukan study literatur dan komparasi dengan bangunan sejenis dan
menganalisa untuk “Perancanaan Pusat Industry Pengolahan Udang Air
Payau ” yang lebih fungsional.
28
BAB IV
A. Konsep Dasar
Dasar pendekatan ini yakni analisis pola massa, analisis pola sirkulasi
ruang, analisis struktur bangunan dan analisis utilitas bangunan.
B. Pendekatan Konsep Makro
1. Pemilihan Lokasi
29
b. Memiliki prasarana jalan yang mudah untuk transportasi dan
pengiriman perbekalan.
c. System jaringan yang melayani (listrik dan komunikasi)
Berdasarkan analisa serta uraian yang mengacu dengan standar yang ada
maka didapatkan 2 pilihan lokasi untuk penentuan lokasi Industri Pengolahan
Udang Air Payau Di kabupaten Kolaka yaitu lokasi Pertama (1) Berada di
Kecamatan Wundulako. Lokasi kedua (2) Berada di kecamatan Tanggetada.
30
Gambar 44. Peta Kecamatan Wundulako
Sumber :Kecamatan Wundulako 2021
31
Gambar 45. Peta Kecamatan Tanggetada
Sumber :Google Maps
2. Analisis Lokasi
Sesuai dengan syarat dan kriteria lokasi yang disebutkan pada sub- bab
sebelumnya , maka didapatkan analisa lokasi yang terpilih dan mendekati
kriteria yang telah disebutkan antara lain :
a) Jarak ke pusat kota minimal 10 km
32
Tabel 8. Analisa Lokasi
Kriteria
Kecamatan
1 2 3 4 5 6
Wundulako
Tanggetada
Sesuai
Tidak Sesuai
33
Lambandia, dan wilayah bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan
Pomala. Luas kecamatan ini adalah 185,24 km2 dengan ibukota Kecamatan
Kolaka dengan jarak 5 km dari ibukota kabupaten. Sebagian besar topografi
wilayah desa merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata
kurang dari 265 mdpl (2-265 mdpl). Luas wilayah administrasi Kecamatan
Wundulako sampai tahun 2021 terdiri dari 6 kelurahan, 5 desa, 60 rw, dan 110
rt. dengan jumlah penduduk sebanyak 21.981 jiwa.
4. Analisa Pemilihan Site
2. Tipografi
4. Peruntukan Lahan
2) Tipografi
19 Nopember - - - - 2
Bende - - - - 2
Kowioha - - - - 2
Lamekongga - - - - 2
Ngapa - - - - 2
Sabiano 1 - - 1 2
Silea - - - - 2
Tikonu - - 1 - 25
Towua 1 - - 1 2
Unamendaa - - - 1 2
Wundulako 1 - - 1 2
35
3 Kowioha 1 – 7 km
4 Lamekongga 0 - 6.90 km
5 Ngapa 0- 6.40 km
6 Sabiano 1.30 – 1 km
7 Silea 1 - 7.70 km
8 Tikonu 3.30 - 13 km
9 Towua 1.5 - 1 km
10 Unamendaa 0 – 5.35 km
11 Wundulako 0 – 1 km
Sumber : Data Google Earth (2021)
4) Peruntukan Lahan
Kriteria
No Kelurahan/desa
1 2 3 4 5 6
1 19 Nopember
2 Bende
3 Kowioha
4 Lamekongga
5 Ngapa
6 Sabiano
7 Silea
8 Tikonu
9 Towua
10 Unamenda
11 Wundulako
Sumber : Analisa Penulis, 2021
36
Ket :
Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Tidak Sesuai
1. Jarak ke pusat kota
2. Tipografi
3. Jarak Terhadap Perairan
4. Peruntukan Lahan
Berdasarkan analisa klasifikasi pemilihan site sebagaimana yang
terdapat di dalam tabel, didapatkan 3 Kelurahan yang mendekati dengan
kriteria yang ditentukan yaitu Kelurahan Wundulako, Sabiano, Towua.
37
(4) Merupakan daerah peruntukan lahan perikanan dan pertanian
(5) Dilalui jalur utilitas kota
(b) Sabiano (Site 2)
38
Gambar 47. Lokasi Site 1 (Wundulako)
Sumber : Google Earth (2021)
39
Gambar 49. Gambar 24. Lokasi Site 3 (Towua)
Sumber : Google Earth (2021)
Dari hasil analisa diatas, site terpilih dan mendekati kriteria yang ideal
untuk dibangunnya industri pengolahan udang berdasarkan teori dan standar
yang ditetapkan adalah site ke-3 yaitu Kelurahan Towua .
a. Pencepaian ke Tapak
40
Gambar 50. Tapak Industri terpilihSumber : Analisa Penulis (2021)
b. Sirkulasi Tapak
Ada beberapa pertimbangan dalam menganalisa tapak untuk
dibangunnya Industri Pengolahan Udang di Kab. Kolaka antara lain :
1. Aktifitas pelaku kegiatan.
a. Main entrance
b. Service entrance
41
Service entrance berada pada bagian akses main entrance tapi di
pisahkan dengan jalan masuk dan jalan keluar karena merupakan alternatif
pencapaian ke dalam tapak untuk bongkar muat barang dan kebutuhan
pewarta pertandingan.
42
d. Pergerakan Arah Angin
43
Sumber : Analisa Penulis (2021)
44
Kabag engineering Setiap hari kerja
Pelajar Sewaktu-waktu
45
Aktifitas Aktifitas Jenis Sifat Jumlah
Pengguna Aktifitas Pengguna
3 Pengunjung Datang, parker, Pengunjung Publik 51 orang
menuju lobby, ke luar dan
ruang produksi, ke dalam kota,
ruang pengolahan pelajar.
limbah, ke toilet,
kantin, parkir,
pulang
4 Suplier Datang, loading Supplier/ Privat, 15 org
dock, parkir, wc, kariawan service
46
supplier, adpun ilustrasi sebagai berikut :
47
Skema 9. Alur sirkulasi pengunjung
Sumber : Analisa Penulis (2021)
Dari hasil analisis pelaku dan aktifitas serta studi literature (bangunan
sejenis) maka Ruang-ruang yang di butuhkan dalam bangunan industri
udang beku ini adalah :
48
15. Rg. Staf pemasaran
16. Rg. Rapat
17. Lobby
18. Rg. Informasi
19. Rg. Pajang
20. Pantry
21. Toilet
3 Fasilitas 1. Mess Karyawan
penunjang 2. Aula Tempat Ibadah
3. Mushola
4. Klinik
4 Fasilitas 1. Bangunan persiapan karyawan
service 2. Kantin karyawan
3. Laboratorium
4. Bengkel
5. Reservoir pump
6. Power house
7. IPAL
8. Pos jaga/ security
5. Fasilitas parker 1. Parkir Kendaraan Pengunjung
dan olahraga 2. Parkir Kendaraan Pengelola
3. Parkir Kendaraan Pengangkut bahan jadi
4. Parkir Kendaraan Pengangkut bahan baku
5. Fasilitas olahraga
49
a) FAO : Food And Agriculture Organization Of The United Nation
b) NAD : Neufert Architect Data
d) ASM : Asumsi
e) An : Analisa
1) Fasilitas Produksi
2) Fasilitas Pengelola
50
m2/org Total
(m2)
1 Rg. Direktur 25 1 org An 25
2 Rg. Wakil Direktur 15 1 org An 15
3 Rg. Sekretaris 15 1 org An 15
4 Rg. Kabag Produksi 15 1 org An 15
5 Rg. Staf Produksi 6 4 org An 24
6 Rg. Kabag 15 1 org An 15
Personalia
Administrasi umum
7 Rg. Staf personalia/ 6 9 org An 54
administrasi umum
8 Rg. Kabag 15 1 org An 15
keuangan
9 Rg. Staf keuangan 6 4 org An 24
10 Rg. Kabag 15 1 org An 15
engineering
11 Rg. Staf 6 4 org An 24
engineering
12 Rg. Kabag 15 1 org An 15
pemasaran
13 Rg. Staf pemasaran 6 9 org An 54
14 Rg. Rapat 1,5 40 org NMH 60
15 Lobby 0,9 100 0rg An 90
16 Rg. Informasi 4,5 2 org NMH 9
17 Rg. Pajang 4.5 2 org An 9
18 Pantry ASM 12
19 Toilet 3 6 buah An 18
Jumlah 508 m2
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas Pengelola adaah 660.4m²
adalah (508 x 30%) + 508 = 660.4 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2021
51
3) Fasilitas Penunjang
4) Fasiitas Service
52
5 Reservoir pump 25 ASM 25
6 Power house 120 ASM 120
7 IPAL 50 ASM 50
8 Pos jaga/ security 12 4 ASM 48
1410 m²
Jumlah
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas Service 1833
adalah (1410 x 30%) + 1410 = 1833 m² m²
Sumber : Analisa Penulis, 2021
5) Fasilitas Parkir
Motor
asumsi Pengelola yang
menggunakan Motor = 60 %
dengan asumsi per motor diisi
oleh 2 org. Standar ruang 2m²
53
(NAD)
per motor
70 x 60% = 42 orang 42/2 =
21 motor
21 x 2m2 = 42 m2
2 Kariawan 264 org Mobil
Asumsi pengunjung yang
menggunakan mobil = 20%
dengan asumsi per mobil di isi
oleh 2 org. stadar ruang 12.5-
14 m² (NAD) per mobil
264 x 20% = 53 orang 53/2 =
26 mobil
26 x 14 m2 = 364 m²
Motor
asumsi Pengunjung yang
menggunakan Motor = 60 %
dengan asumsi per motor diisi
oleh 2 org. Standar ruang 2m2
(NAD) per motor
63 x 20% = 53 orang 53/2 =
27 motor
27 x 2m² = 54 m²
3 Kendaraan Truk Box 100 m²
pengankut asumsi Kendaraan pengankut
bahan baku bahan baku = 5 truck
/ Jadi kapasitas 16 Ton Standar
ruang 20 m2 (NAD)² per Truk
Box
5 x 20 m2 = 100 m²
Jumlah 728 m²
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas parkir adalah 946.4 m²
54
(728 x 30%) + 2035 = 946.4 m²
Sumber : Analisa Penulis, 2021
Dan tabel diatas diperoleh luasan untuk membangun industri udang beku
di kabupaten Kolaka. Berdasarkan peraturan daerah area industri menurut
Kabupaten Kolaka tahun 2012 sebesar KDB 60%, KDH 40%. KLB 1,8. Luas
tapak yang di butuhkan sehingga luas lahan maksimal terbangun adalah
sebagai berikut :
Tabel 24. Analisa Total Besaran Total Tapak
NO PERHITUNGAN TOTAL
1 KDB / BC = 60 % = 7609.64 m2 KDB / BC
7609.64 m2
KDH / OS = 7609.64 x 40% KDH / OS
3043.85 m2 3784.4 m2
TotalTapak = KDB + KDH Total Tapak
= 7609.64 m2 + 3043.85 m2 13245.4 m2
= 10653.49 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2021
55
D. Analisa Bangunan
a. Jaringan Komunikasi
2) Siaran televisi
4) Mesin ATM
7) Penjualan makanan
8) telepon
9) Kontrol pencahayaan
15) WiFi
56
b. Jaringan Listrik
c. Pencahayaan
57
dapat pecah dapat digunakan sebagai pengganti kaca jika diperlukan.
(Manitoba, 2018).
d. Penghawaan
Sumber utama air dari PAM dan utilitas jalur kota. Sedangkan
cadangan dari sumur pompa yang dialirkan ke ground reservoir kemudian
dipompa secara vertikal yang berfungsi sebagai penampungan air bersih dan
pencadangan apabila terjadi kebakaran.
Skema 11. Skema penyaluran air bersih dengan sistem down feed
Sumber: Analisa penulis
f. Sistem Disposal
58
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan pada sistem ini antara lain :
1) Saluran pembuangan tidak diperkenankan langsung mengarah kedalam
tanah.
2) Perlu ada bak control pada saluran induk.
g. Sistem IPAL
59
Air limbah yang ada di dalam bak pengendapan akhir tersebut
disirkulasikan ke zona anaerob pertama, sedangkan air limpasan dari bak
pengendapan akhir tersebut merupakan air hasil olahan dan keluar melalui
lubang pengeluaran, selanjutnya air limpasan dari bak ini dibuangke saluran
umum.
Setelah proses berjalan selama dua sampai empat minggu pada
permukaan media sarang tawon akan tumbuh lapisan mikro-organisme, yang
akan menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah (Setiyono
Yudo, Satmoko,2010).
60
Gambar 57. Pengolahan Lanjut Anaerobic-Aerobic
Sumber : kaswinarni, 2007
2. Analisa Struktur
a. Struktur Bawah
61
Sumber : Google Images (2021)
b. Struktur Tengah
62
Gambar 61. Kolom Baja
Sumber : Google Images (2019)
c. Struktur Atas
63
BAB V
KESIMPULAN DAN ACUAN PERANCANGAN
A. Kesimpulan
1. Industri Pengolahan Udang Air Payau adalaha suatu proses dan mata rantai
pengolahan hasil udang baik itu pengalengan, pengerikan, maupun
pembekuan yang bertujuan meningkatkan daya awet dan meningkatkan nilai
tambah pada produk udang itu sendiri.
2. Kawasan Industri Pengolahan Udang Di Kab Kolaka adalah wadah yang
berfungsi sebagai tempat untuk pengolahan hasil udang yang menjadi
komuditas unggulan Kabupaten Kolaka itu sendiri
3. Dalam lingkup bangun industri pengolahan udang air payau terdapat
beberapa point penting mengenai perencanaan bangunan yaitu; site dan tapak
yang sesuai standar dan peraturan, serta persyaratan konstruksi dan material
pada bangunan yaitu meliputi dinding, lantai, langit-langit, ventilasi,
pencahayaan, dan penghawaan yang sesuai standar dan peraturan yang
berlaku.
B. Acuan Perancangan
Berdasarkan teori-teori dan analisa yang telah dibahas pada bab serta
sub- bab sebelumnya maka dapat disimpulkan acuan perancangan pada
Industri udang ini Adalah :
1. Acuan Desain dan Konsep Dasar
Acuan Desain dan Konsep dasar yang diterapkan pada desain Industri
Udang Beku di Kabupaten Kolaka adalah dengan tampilan bentuk yang
dinamis serta Bangunan dirancang dengan massa ruang. keterbukaan ruang.
dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar. Untuk bentuk dan
massa bangunan industri biasanya memiliki bentuk-bentuk geometris
elementer yang praktis dan sederhana.
2. Acuan Lokasi Perancangan
64
Lokasi Perancangan yang akan di bangun berada di Kecamatan Pomala
Kabupaten Kolaka. Lokasi ini berada di kawasan peruntukan
Dari hasil analisa, site terpilih dan mendekati kriteria yang ideal untuk
dibangunnya industri udang beku berdasarkan teori dan standar yang
ditetapkan antara lain Berada di dataran rendah dengan ketiggian 0-2 m
diatas permukaan laut, Memiliki luas lahan 2 hektar (20.000 m²), Jarak ke
ibukota = 19 km atau dapat di tempuh dengan 20 menit perjalanan angkutan
darat, dekat dengan bahan baku, merupakan kawasan pengembangan industri,
dilalui jalur utilitas kota, dilalui jalan arteri primer antar kabupaten adalah site
pada Kelurahan Towua.
65
Gambar 49. Gambar 24. Lokasi Site 3 (Telumpanua)
Sumber : Google Earth (2019)
66
Gambar 41. Pencapaian Ke Tapak
Sumber : Analisa Penulis (2021)
Jl.Mekongga Indah
67
Gambar 43. Sirkulasi
Sumber : Analisa Penulis (2021)
68
Gambar 46. Orientasi Kebisingan
Sumber : Analisa Penulis (2021)
5. Acuan pelaku, aktifitas sirkulasi Pengguna
69
lain. Untuk menghitung jumlah pengunjung diasumsikan sebesar 6% dari
total penguna bangunan yaitu 63 orang. Asumsi pengguna parkiran sebesar
80% dari jumlah total kariawan/pengelola dan pengunjung yaitu 833 0rang
7. Kebutuhan Ruang
1) Gedung produksi
2) Cold storange
3) Loading dock
b. Fasilitas Pengelola
1) Rg. Direktur
3) Rg. Sekretaris
7) Administrasi umum
9) administrasi umum
70
12) Rg. Kabag engineering
17) Lobby
20) Pantry
21) Toilet
c. Fasilitas penunjang
1) Mess Karyawan
3) Mushola
4) Klinik
d. Fasilitas service
2) Kantin karyawan
3) Laboratorium
4) Bengkel
5) Reservoir pump
6) Power house
7) IPAL
71
8) Pos jaga/ security
4) Fasilitas olahraga
8. Besaran Ruang
Perincian besaran ruang Industri Udang Beku Kab. Kolaka yaitu 9461
m² bangunan terbangun dan 3784,4 m² Koefisien Dasar Hijau (KDH) dengan
luas tapak total 13.245,4 m2
PERHITUNGAN TOTAL
3043.85 m2 3784.4 m2
Total Tapak = KDB + KDH Total Tapak
72
= 10653.49 m2
Untuk desain Industri udang beku, sistem down feed dinilai lebih efisien
dari tinjauan operasional dan kebutuhan energi listrik, karena pompa hanya
digunakan untuk menarik air ke tangki penyimpanan atas, sedangkan
distribusi hanya menggunakan tenaga grafitasi.
Gambar 47: Skema penyaluran air bersih dengan sistem down feed
Sumber: Analisa penulis
73
Gambar 48: Skema penyaluran air kotor
Sumber: Analisa penulis
c. Jaringan listrik
d. Pembuangan sampah
Unit service
dan Tempat
Pembuanga Mobil pembuanga
n sampah sampah n akhir
Unit
pengelolaan
10. Acuan Pemilihan struktur pada Industri udang beku ini adalah penggunaan
pondasi Sumuran pada bangunan produksi dan gudang, pondasi telapak pada
bangunan penunjang pada stuktur bawah. Penggunaan kololom baja pada
bangunan produksi dan kolom beton pada bnagunan pendukung lainnya, serta
penggunaan atap baja pada bangunan produksi dan atap baja ringan pada
bangunan pendukung lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anh, P.H., Dieu, T.T.M., Mol, Arthur.P.J.Moi., Kroeze, Carolien., Bush, S.R.
(2011). Towards eco-agro industrial clusters in aquatic production: the case
74
of shrimp processing industry in Vietnam. Journal Of Cleaner Production,
19(2011), 5-6.
Ashari, Ulfira., Sahara., Hartoyo, Sri. (2015). Daya Saing Udang Segar Dan Pusat
Statistik (BPS). 2016. Kabupaten [BPS] Kab Kolaka, 2016).
Sulaiman (2021). Data Produksi Udang . Dinas Kelautan & Perikanan Kab.
kolaka, 2021.
Boziaris, I.S. 2014. Seafood Processing Technology, Quality, and Safety. Volos:
Willey Blackwell
FAO. 1984. Planing And Engineering Data Fish Freezing. Food And Agriculture
Organization
Udang Beku Indonesia Di Negara Tujuan Ekspor Utama, journal IPB, 1. Badan
75