Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Potensi perairan baik perairan umum, payau dan kemaritiman Indonesia


cukup besar, hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan budidaya
dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk mendukung ketersediaan
bahan baku bagi ketahanan pangan nasional maupun untuk kebutuhan ekspor,
yang bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan pembudidaya
dan devisa negara, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan kesempatan
usaha yang cukup luas. Selain itu, dampak positif yang terjadi dengan
pengembangan budidaya yaitu berkembangnya industri sarana penunjang
seperti usaha pembenihan (hatchery), pabrik pakan, peralatan dan usaha
penanganan hasil.(Permen-KP, 2016)
Menurut Permen-KP tahun 2016 tentang pedoman umum pembesaran
udang, bahwa udang merupakan komoditas industrialisasi dan komoditas
unggulan ekonomis penting yang memiliki pasar yang cukup tinggi sehingga
perlu ditingkatkan produksi dan produktivitasnya.
Industri Pengolahan Udang Adalah industri atau aktivitas menangkap,
membudidayakan, memproses, mengawetkan, menyimpan, mendistribusikan
dan memasarkan produk udang serta menyediakan sector rekreasi bagi
masyarakat wilayah setempat. (Hamdan , 2012)
Di Sulawesi Tenggara khususnya Kabupaten Kolaka memiliki Volume
produksi udang yang di serap industri pada tahun 2017 ialah 3000.5 ton, pada
tahun 2018 naik menjadi 3570.7 ton, tahun 2019 naik signifikan menjadi
4600.8 ton, pada tahun 2020 menjadi 5000 ton, dan 2021 naik kembali
menjadi 5250.5 ton. Ini menunjukkan volume produksi udang yang di serap
industri kabupaten kolaka meningkat per tahunnya. (Dinas Kelautan &
Perikanan Kab. kolaka, 2021).
Namun sangat di sayangkan tempat budidaya udang yang ada tidak di
lengkapi dengan pabrik pengolahan pakan, peralatan dan penanganan hasil,

1
serta sarana penunjang untuk dapat memenuhi sector rekreasi dari sebuah
industry budidaya udang.
Adapun dari data yang diperoleh hanya tersedia 1 tempat budidaya udang
di Kota Kolaka yaitu Tambak Wundulako yang berada di Jl. Bypass
Kecamatan Wundulako. Terdapat ketidaklengkapan sarana dan standar yang
di temukan di Tambak Wundulako karena berstatus tambak milik swasta.
Tambak Wundulako memiliki luas lahan dalam 1 tambak 300m2 dapat
menampung hingga 10 ton udang jenis vaname. Tambak pomala tidak
memiliki lahan parkir dan tidak layak untuk di kunjungi .
Tata letak pabrik yang disarankan untuk memproses 800 kg / jam udang
ukuran kecil sampai menengah menggunakan operasi pengupasan mesin
mempunyai luasan 600 m2 meliputi Aneka pengolahan 494 m2 denangan
suhu +15, Mengerikan 42 m2 denangan suhu +1, Penyimpanan dingin 64 m2
denangan suhu -30, Akomodasi kantor dan fasilitas terkait (FAO, 1984).
Udang yang lebih besar lebih mungkin cocok untuk diproses dengan operasi
manual terutama, dan tata letak yang khas bersama dengan diagram alur yang
sesuai (FAO, 1984).
Menurut Keputusan Mentri no. 28 tahun 2014 tentang pedoman umum
budidaya udang di tambak, bahwa untuk meningkatkan produksi udang
nasional, perlu dilakukan pembangunan dan pengembangan tambak udang
secara konsisten dan bertanggung jawab dengan mengacu pada prinsip-
prinsip keadilan, produktif, berbasis teknologi ramah lingkungan, dan
berkelanjutan.
Masalah yang dihadapi adalah dimana tingkat produksi udang per tahun
kabupaten kolaka terus meningkat namun tidak memiliki fasilitas yang
memadai seperti tidak adanya industri pengolahan dan pengepakan. padahal
Dalam Lamia dkk (2017), Standar sarana penunjang kawasan kota perikanan
(Minapolitan) harus meliputi lembaga masyarakat (kelompok tani/nelayan
masyarakat), TPI, industry pengolahan udang kecil dan rumah tangga,
lapangan penjemuran udang, pabrik es, lembaga keuangan, SPBU/SPDN,
Gudang pengolahan/ pengepakan, lemari pendingin (cold room) , docking

2
bengkel. Serta penanganan limbah industry sesuai PP No. 20/1990 . Dan ini
juga di dukung oleh arah kebijakan RPJMD urusan kelautan dan perikanan
tentang pembangunan infrastruktur/sarana dan prasarana dari perikanan budi
daya tangkap dan pengelolaan kelautan, arah kebijakan RPJPD Kabupaten
Kolaka tahun 2009-2029 tentang revitalisasi hasil olahan perikanan dan
terbangunnya Prioritas sarana dasar,
Berdasarkan harapan dan kenyataan yang tidak sesuai sehingga
menimbulkan adanya perbedaan dan itu merupakan masalah karena mengarah
ke kebutuhan ruang mencakup yaitu (1) sarana dan prasarana, (2) penampilan
bangunan. Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik
untuk mengangkat judul ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian


adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan Sarana dan Prasana yang sesuai dengan
Industri Pengolahan Udang Air Payau Di Kab. Kolaka?
2. Bagaimana merencanakan bentuk serta kebutuhan ruang sesuai standar
bangunan Industri Pengolahan Udang Air Payau Di Kab. Kolaka?

C. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan
Menyusun acuan perancangan konsep yang digunakan untuk
menghasilkan desain fisik bangunan Industri Pengolahan Udang Air
Payau Di Kab. Kolaka
2. Sasaran
Adapun sasaran pembahasan berdasarkan rumusan masalah diatas
adalah:
a. Untuk menentukan Sarana dan Prasana pada Industri Pengolahan
Udang Air Payau Di Kab. Kolaka
b. Untuk menentukan bentuk serta kebutuhan ruang Industri Pengolahan
Udang Air Payau Di Kab. Kolaka
3
D. Metode dan Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan
laporan proposal ini , adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang permasalahan yang menunjukan perlunya Pusat Industri
Pengolahan Udang Air Payau Di Kab. Kolaka yang sesuai dengan standar
pedoman teknis yang berlaku, rumusan masalah, ruang lingkup dan batasan
pembahasan, metode dan sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Hasil kajian pustaka yang menyajikan informasi mengenai judul yang
diangkat serta memuat teori dan standar terkait pusat kesehatan serta fasilitas
pendukung lainya yang mampu membuktikan keabsahan penulisan.
BAB III : METODE PERANCANGAN
Menyajikan data dan potensi Kab.Kolaka sebagai Industri Pengelolaan Udang
Di Kolaka.
BAB IV : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Merupakan tahap kesimpulan umum dan pendekatan acuan


perancanagan Industri Pengolahan Udang Di Kab.Kolaka.

BAB V : KESIMPULAN DAN ACUAN PERANCANGAN

Merupakan kesimpulan dari keseluruhan analisa dan hasil akhir


desain bangunan Industri Pengolahan Udang.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Rancangan Sarana Pusat Industri Pengolahan Udang Air Payau di


Kabupaten Kolaka

1. Industri Pengolahan Udang


Menurut Undang Undang Republik Indonesia no 3 tahun 2014 pasal
1 tentang Perindustrian, industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi
yang mengolah bahan baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri
sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau
manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industry. Industri Hasil Perikanan
merupakan seluruh mata rantai kegiatan dalam usaha pengolahan hasil
laut, seperti pengalengan, pengeringan, pembekuan dan sebagainya
( Budiharsono, 2001). Pengolahan hasil perikanan yang memegang
peranan penting dalam kegiatan pasca panen, sebab dengan melakukan
usaha pengolahan, hasil perikanan sebagai komoditi yang sifatnya mudah
rusak dan membusuk dapat ditingkatkan daya awetnya, disamping itu
usaha pengolahan juga dapat meningkatkan nilai tambah (added value)
produk tersebut. (Nuryani, 2006). Menurut Wibowo., dkk (2014).
Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan daya awet
dan juga meningkatkan nilai ekonomis ikan. Sedangkan peran utama
pengolahan adalah pelestarian, pengolahan tidak hanya memperpanjang
umur simpan tetapi juga menciptakan yang baru berbagai produk.
(Boziaris, 2014).
Industri pengolahan udang dapat di simpulkan sebagai suatu proses dan
mata rantai pengolahan hasil udang baik itu pengalengan, pengerikan,
maupun pembekuan yang bertujuan meningkatkan daya awet dan
meningkatkan nilai tambah pada produk udang itu sendiri.
Berikut beberapa produk hasil olahan pada industri udang:Sushi-Ebi

5
Produk udang sushi eby ini merupakan produk jadi yang diolah
dengan pemasakan setelah proses pencucian sebelum akhirnya di
bekukan dan dikemas.

Gambar 1. Produk Udang Sushi Ebi


Sumber : PT. Bomar (2021)

a. Tempura udang

Pada produk Tempura udang ini udang yang telah melewati proses
pencucian kemudian dimasak dengan dicampurkan dengan adonan tepung,
telur, penyedap rasa dan lain-lain sebelum akhirnya di kemas dibekukan
dan di simpan.

Gambar 2. Tempura Udang


Sumber : PT. Bomar (2021)

6
b. Nugget udang

Pada produk Nugget udang ini udang yang telah melewati proses
pencucian kemudian dimasak dengan dicampurkan dengan adonan tepung,
telur, penyedap rasa dan lain-lain sebelum akhirnya di kemas dibekukan
dan di simpan.

Gambar 3. Produk Nugget Udang


Sumber : PT. Bomar (2021)

d. Udang tepung ( Ebyfurrai)

Pada produk udang tepung ini udang yang telah melewati proses
pencucian kemudian di masak dengan dicampurkan dengan tepung, telur,
penyedap rasa dan lain lain sebelum akhirnya di kemas dibekukan dan di
simpan.

Gambar 4. Produk Udang tepung ( Ebyfurrai)

7
Sumber : PT. Bomar (2021)

2. Proses Pengolahan Udang


Dalam pelaksanaannya, pengolahan perikanan termasuk udang udang
menurut Wibowo., dkk (2014) merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan daya awet dan juga meningkatkan nilai ekonomis udang.
Sedangkan peran utama pengolahan adalah pelestarian, pengolahan tidak
hanya memperpanjang umur simpan tetapi juga menciptakan yang baru
berbagai produk (Boziaris, 2014). Faktor utama yang menentukan kualitas
ikan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga bidang utama: pra-pembekuan,
proses pembekuan dan penyimpanan / distribusi produk beku. Area-area
utama ini akan bersifat umum untuk pemrosesan ikan apa saja (goncalves,
etal., 2011)
Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No 2705-2014 telah di tetapkan
beberapa ketentuan sebelum pengolahan yaitu meliputi :
a. Bahan baku

Meliputi semua jenis udang segar konsumsi hasil penangkapan atau


budidaya, bahan baku berasal dari peraiaran yang tidak tercemar, dengan
bentuk udang segar dengan atau tanpa kepala, dengan mutu sesuai sni
2728
b. Bahan penolong

Meliputi Air yang dipakai sebagai bahan penolong untuk kegiatan di


unit pengolahan harus memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Serta es yang sesuai dengan SNI 4872
c. Persyaratan mutu dan keamanan udang beku Persyaratan mutu serta
kemanan dapat di lihat pada table

d. Pengambilan contoh

Cara uji sesuai sensori, cemaran mikroba, cemaran logam, cemaran


fisika, dan cemaran fisik

8
e. Teknik sanitasi dan higen

Penanganan, pengolahan, pengemasan, penyimpanan, pemuatan dan


pemasaran udang beku dalam kemasan dilakukan dengan menggunakan
wadah, cara dan alat yang sesuai dengan persyaratan sanitasi dan higiene
dalam unit pengolahan hasil penkanan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Produk akhir harus bebas dan benda asing yang mengganggu
kesehatan manusia.
f. Peralatan dan persyaratan peralatan

g. Penanganan dan pengolahan

h. Persyaratan pengemasan

Bahan kemasan harus bersih, tidak mencemari produk yang dikemas,


terbuat dan bahan yang baik dan memenuhi persyaratan bagi produk pangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Teknik pengemasan Produk dikemas
dengan cepat, cermat, saniter dan higienis. Pengemasan diakukan dalam
kondisi yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi. Pelabelan Setiap
kemasan produk yang akan diperdagangkan dibeni label sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

9
Skema 1. Diagram Alir Proses Penanganan Udang
Sumber :SNI No 2507-2014 tentang Udang .
Alur Proses Penanganan dan pengolahan Udang menurut SNI no 2507-2014
meliputi :
1) Penanganan

a) Penerimaan Kemasan

Kemasan yang diterima di unit pengolahan diverifikasi terkait


keamanan pangan dan terlindung dan sumber kontaminasi kemudian
disimpan pada gudang penyimpanan yang saniter.

10
b) Label
Label yang diterima di unit pengolahan divenfikasi terkait keamanan
pangan dan kesesuaian produknya, kemudian disimpan pada gudang
penyimpanan yang saniter
c) Bahan Baku

Bahan baku yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik


dan ditangani secara cepat, cermat dan saniter sesuai dengan prinsip teknik
penanganan yang baik dan benar dalam kondisi
dingin.

2) Teknik Penanganan dan Pengolahan


a) Bahan baku udang segar dengan atau tanpa kepala bahan baku ditangani
secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
b) Pencucian I bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin. Untuk produk yang tidak
mengalami pemotongan kepala, Iangsung dilakukan sortasi.

c) Pemotongan Kepala kepala udang dipotong dengan atau tanpa alat


pemotong dan bagian atas kepala kebawah secara cepat, cermat dan saniter
dalam kondisi suhu dingin.
d) Pencucian 2 bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
e) Sortasi bahan baku dipisahkan berdasarkan jenis, mutu, dan ukuran. Sortasi
mutu dilakukan secara organoleptik. Sortasi dilakukan secara hati-hati,
cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
f) Penimbangan produk dimasukan ke dalam keranjang plastik dan kemudian
ditimbang sesuai dengan berat yang ditentukan. Penimbangan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
g) Pencucian 3 bahan baku dicuci dengan menggunakan air mengalir secara
cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.

11
h) Penyusunan Dalam Pan (rak prapendingin) udang disusun dalam pan
pembekuan satu per satu sesuai spesifikasi. Proses penyusunan dilakukan
dengan cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
i) Pembekuan produk dibekukan dengan pembekuan cepat, dengan cara
disusun dalam pan selanjutnya dimasukkan pada alat pembeku Contact Plate
Freezer (CPF) atau Air Blast Freezer (ABF) untuk semi block dan frozen
block, sedangkan untuk Individual Quick Freezing (IQF), produk disebar
merata diatas conveyor belt 1QF atau dítebar dalam pan dan dibekukan
dalam ABF hingga mencapai suhu pusat produk maksimum -18 oc.
j) Penggelasan untuk produk frozen block dicelupkan ke dalam air dingin atau
disiram air dingin, sedangkan untuk produk lOF disemprot dengan air
dingin dalam tunnel IQF atau ditampung dalam keranjang dan dicelupkan
dalam air dingin secara cepat, cermat dan saniter.
k) Pengemasan dan pelabelan I produk dimasukan ke dalam plastik,
selanjutnya dimasukan ke dalam inner carton yang telah diberi label. Proses
pengemasan dilakukan secara cepat, cerrnat dan saniter.
l) Pendeteksian logam produk dalam inner carton dilewatkan ke dalam metal
defector sesuai spesimennya. Proses dilakukan secara cepat, cermat dan
saniter.
m) Pengemasan dan Pelabelan 2 produk dalam inner carton dimasukkan ke
dalam master carton yang telah diberi label. Proses pengepakan dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter dengan mempertahankan suhu pusat udang
maksimum -18 °C.
n) Penyimpanan Beku
Produk disusun secara rapi di dalam gudang penyimpanan beku dan
suhu penyimpanan
dipertahankan stabil maksimum -18 °c dengan sistem penyimpanan First In
First Out (F1FO).
o) Pemuatan
Produk dalam kemasan dimuat secara cepat. cermat, saniter dan
higienis dan dimuat dalam alat transportasi yang terlindung dan penyebab

12
yang dapat merusak atau menurunkan mutu dengan mempertahankan suhu
pusat produk maksimum-18C.
p) Pengolahan Produk Udang Beku dengan Pemasakan (cooking and Freezing)
Pengolahan produk udang beku ini berlaku pada produk udang yang
diolah dengan dimasak. pada fase ini bahan baku udang diolah dengan
mencampurkan bahan baku lain seperti tepung, garam, telur, margarin,
penyedap rasa dan lain-lain. Pengolahannya tak jauh berbeda dengan
pengolahan udang beku pada umumnya hanya saja di pada fase setelah
pencucian 3 terdapat fase pemasakan baik itu meliputi penggorengan,
perebusan, dan lain-lain. Proses ini dapat di lihat pada gambar di bawah ini

B. Standar pusat budidaya dan industri pengolahan udang air payau.

1. Fasilitas dan Ruang


Banyak detail dalam desain dan tata letak akan diatur oleh peraturan
bangunan lokal dan persyaratan khusus dan pengguna karena itu harus
dimasukkan dalam batasan ini. standar kebersihan yang lebih tinggi,
penanganan yang lebih baik, penggunaan ruang yang lebih ekonomis dan
biaya yang lebih rendah untuk pemanasan atau pengaturan suhu dapat dicapai
jika semua operasi terbatas pada satu bangunan. Penanganan ikan sebaiknya
dibatasi hanya di lantai dasar karena ini akan membuat drainase yang baik
lebih mudah dan lebih murah, biaya struktural akan berkurang dan area kerja
utama akan lebih mudah diakses oleh kendaraan dan dengan demikian
memastikan penanganan yang cepat dan menghindari penundaan. (FAO,
1984).

13
Gambar 4. Layout Ruang Pengolahan Udang
Sumber :Food and Agriculture Organization (1984)

Tata letak pabrik yang disarankan untuk memproses 800 kg / jam udang
ukuran kecil sampai menengah menggunakan operasi pengupasan mesin
mempunyai luasan 600 m2 meliputi Aneka pengolahan 494 m2 denangan
suhu +15, ruang pendingin (42 m2) denangan suhu +1, Penyimpanan dingin
64 m2 denangan suhu -30, Akomodasi kantor dan fasilitas terkait (FAO,
1984).

14
Gambar 5. Layout Ruang Pengolahan Udang
Sumber :Food and Agriculture Organization (1984)

Table 1. Besaran Ruang Pengolahan Udang


Total Subdivisi Pabrik

Proses dan Luas


Area suhu
Kapasitas Pabrik Kategori
(m2)
(m2)

15
Mesin 600 Aneka pengolahan 494 +15
mengupas Ruang pendingin 42 +1
dan Ruang 64 +30
membeku penyimpanan
kan udang
dingin
800kg/jam
Akomodasi kantor
dan

fasilitas terkait
Ruang taman &
bengkel
Pengupas 432 Aneka pengolahan 390 +15
manual Ruang pendingin 22 +1
dan Ruang 20 +30
pembekua penyimpanan
n
dingin
250 kg/jam
Akomodasi kantor
dan

fasilitas terkait
Ruang taman &
bengkel

Sumber :Food and Agriculture Organization (1984)

Table 2. Besaran Akomodasi Kantor Dan Fasilitas Terkait

Ruang pengujian Luas Iantaí 40 m²

Dapur Luas Iantaí 18 m²

Laboratorium Mikroblologl Luas Iantaí 25 m²

Ruang persiapan media Luas Iantaí 10 m²

16
Laboratorium kimla Luas Iantaí 30 m²

Ruang penggelasan Luas Iantaí 9 m²

Kantor. toko, dan toilet Luas Iantaí 25 m²


Sumber :Food and Agriculture Organization (1984)

Industri pengolahan membutuhkan ruang khusus yang dapat


digunanakan secara nyaman. Perencanaan kerja: Penggambaran hasil kerja di
dalam hasil produksi merupakan alasan dasar untuk menempatkan mesin-
mesin dan bahan-bahan sistem produksi ditinjau dari penyesuaian alat dan
hasil produksi (Neufert,2003 :62).

Skema 6. System Produksi Pararel Pengolahan Udang


Sumber : Neufert,2003 :62

17
Skema 7. Diagram Layout Dan Zoning Industri
Sumber : Neufert,2003 :62

Gambar 8. Beberapa Modul Bangunan Industri


Sumber : Neufert,2003

18
Gambar 9. Beberapa Modul Bangunan Industri
Sumber : Neufert,2003

Gambar 10. Penerapan ventilasi udara dengan exhaust pada bangunan industri
Sumber : Neufert,2003

19
Gambar 11. Penerapan cerobong pembuang udara dengan exhaust pada bangunan industri
Sumber : Neufert,2003

Gambar 12. Penerapan ventilasi udara dengan exhaust pada bangunan industry
Sumber : Neufert,2003

Mesin pengupas udang otomatis (terdiri dari lima mesin) (i) Pengupas,
(ii) pembersih, (iii) pemisah sampah, (iv) deveiner, (v) grader. Total luas
lantai yang diperlukan untuk kelima mesin, ketika dirakit di posisi yang
benar, 80m². (FAO, 1984).

20
Gambar 13. Teknik Penyimpanan Strorange
Sumber : Neufert,2003

Gambar 14. Pola Penyimpanan Strorange


Sumber : Neufert,2003

21
Gambar 15. Susunan Gudang Dan Bangunan Produksi
Sumber : Neufert,2003

1. Lingkungan Bangunan Industri Pengolahan Udang


Menurut (Neufert,2003:52) dengan bertambahnya tinggi biaya untuk
energi dan buruh maka peran lingkungan bangunan dalarn mendukung usaha
penghematan biaya pelaksanaan peran dan
produktifitas menjadi semakin penting. Faktor yang diperlukan untuk
membentuk kondisi tempat kerja yang baik yaitu:
a. Sistem penyaringan debu
b. Sistem ventilasi
c. Sistem pencahayaan buatan dan alami
d. Sistern pengendalian kebisingan
2. Bentuk Bangunan Industri
Jika dinilai dan penampilan arsitektur, bangunan industri memiliki
Volume bangunan dijaga agar biaya pembangunan pegoperasian. dan
pemeliharaan terkendali dan lebih hemat. Bangunan dirancang dengan massa
ruang. keterbukaan ruang. dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras
lebar. ventilasi bersilangan. dan void berimbang yang secara klimatik tropis
berfìingsi untuk sirkulasi pengudaraan dan pencahayaan alarni merata ke
seluruh ruangan agar hemat energi. Untuk bentuk dan massa bangunan
industri biasanya memiliki bentuk-bentuk geometris elementer yang praktis
dan sederhana (Setyawan, 2010).

C. Studi Banding Bangunan Sejenis

1. PT Bogatama Marinusa (PT BOMAR)

PT Bogatama Marinusa atau PT BOMAR adalah sebuah perusahaan yang


bergerak dalam bisnis di bidang pengolahan dan pembekuan udang yang
beralamat di kawasan perindustrian KIMA Daya, Makassar, Sulawesi

22
Selatan. Pada awal berdirinya, yaitu tahun 1980-an, PT BOMAR terjun
dalam bisnis budidaya dan hatchery (pembenihan) udang, khususnya udang
windu dan udang vannamei. Sampai akhirnya pada 2001, perusahaan ini
memilih untuk fokus sebagai industri pengolahan udang. Menyadari
meningkatnya permintaan pangsa pasar atas produk seafood yang ramah
lingkungan, PT. BOMAR berkomitmen untuk terlibat dalam program
perbaikan perikanan budi daya AIP (Aquaculture Improvement Program)
melalui keikutsertaan dalam program Seafood Savers. Dengan
menandatangani Perjanjian Kerjasama Anggota Seafood Savers, PT.
BOMAR menjadi perusahaan anggota Seafood Savers keempat yang
medaftarkan komoditas budidaya dalam program perbaikan yang difasilitasi

WWF- Indonesia. Melalui skema keanggotaan ini, PT. BOMAR akan


bersinergi dengan tim aquaculture WWF-Indonesia untuk melakukan
perbaikan praktik budidaya udang windu menuju sertifikasi Aquaculture
Stewardship Council (ASC).

Gambar 16. PT Bogatama Marinusa atau PT BOMAR


Sumber : Google, 2021

23
Gambar 17. PT Bogatama Marinusa atau PT BOMAR
Sumber : Google, 2021

2. PT Central Pertiwi Bahari

Di Indonesia sendiri industry udang sangat berkembang, salah satu


industry perikanan udang terbesar ialah PT central Pertiwi Bahari (anak PT
Central Proteina Prima Tbk) pada provinsi lampung yang merupakan
produsen udang dan makanan budidaya mengexpor 18.204.742,37 udang
beku per tahun 2017 (cpp prima,2018).

PT Central Pertiwi Bahari adalah anak perusahaan PT. Central Proteina


Prima, Tbk. (CPP) merupakan perusahaan yang memiliki tambak terbesar di
Indonesia dan terintegrasi vertikal mulai dari indukan udang, pembesaran
benur, budidaya udang, pabrik pakan udang, proses panen, pembekuan dan
pemrosesan udang hingga ekspor. PT Central Pertiwi Bahari adalah anak
perusahaan

PT. Central Proteina Prima, Tbk. (CPP) merupakan perusahaan yang


memiliki tambak terbesar di Indonesia dan terintegrasi vertikal mulai dari
indukan udang, pembesaran benur, budidaya udang, pabrik pakan udang,
proses panen, pembekuan dan pemrosesan udang hingga ekspor.

24
Gambar 18. PT central Pertiwi Bahari
Sumber : cpp prima,2018

Gambar 19. PT central Pertiwi Bahari


Sumber : cpp prima,2018

3. BD Seafood Limited

BD Seafood Limited (anak perusahaan BD Group) adalah perusahaan


industri pengolahan yang unggul dalam menyediakan udang beku dan
makanan laut terbaik dari Bangladesh dengan pabrik pemrosesan canggih
yang dirancang dan direkayasa dengan pengawasan langsung dari Para Ahli
Eropa.Fasilitas inti BD Seafood Limited memiliki lebih dari 19.000 kaki
persegi ruang gudang berpendingin / beku, dengan 33.000 kaki persegi area
pemrosesan, ruang laboratorium, ruang penimbangan dan pencucian 1,2 dan
3, ruang proses iqf dan pembekuan, ruang pengepakan dan pelabelan melalui
metal detektor, ruang gudang penyimpanan beku, dan seluruh ruang lantai
pabrik seluas lebih dari 100.000 kaki persegi melengkapi kemampuan paling
canggih dalam industri ini (BD Group, 2018).

25
Gambar 25. Tampak depan industri
Sumber : BD Seafood, 2018

BAB III

METODE PERANCANGAN

A. Metode Penelitian Deskriktif


Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam
pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan
yang dihadapi. Dengan kata lain, metode penelitian merupakan suatu cara
yang harus dilakukan oleh peneliti melalui serangkaian prosedur dan tahapan
dalam melaksanakan kegiatan penelitian dengan tujuan memecahkan masalah
atau mencari jawaban terhadap suatu masalah. Penelitian pada hakikatnya
merupakan penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah.
(Furchan, 2007)
Menurut Sugiyono (2011) “penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian
yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau
fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk
menjawab masalah secara aktual”, sedangkan, Sukmadinata (2006)
menyatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang
berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi
atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang
sedang berlangsung. Kedua pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa
metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang digunakan untuk
mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu fenomena, misalnya kondisi
atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, dengan menggunakan
prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.
Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang sesuai
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh penulis, karena dalam penelitian ini

26
di deskripsikan masalah yang ada di Universitas Muslim Indonesia khususnya
“Perencanaan Industri Pengolahan Udang Air Payau Di Kab. Kolaka.

Lokasi Penelitian adalah Tambak Pomala yang berada di Jl. Bypass


Kecamatan Pomala Kab. Kolaka.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Metode penelitian yang diterapkan ialah:
a. Metode kuantitatif, karena data yang mendukung untuk penelitian ini
ialah data berupa data kuantitatif atau data yang berupa angka – angka
ataupun diagram yang berkaitan dengan judul.
b. Metode kualitatif, yakni melakukan komparasi atau membandingkan
dengan bangunan sejenis.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
jenis, yakni:
a. Data Sekunder
Data sekunder ialah data yang berupa jurnal, hasil-hasil, penelitian
terdahulu, peraturan UU / Pemerintah dan SNI. Data – data Sekunder ini,
didapatkan dari beberapa perpustakaan, kantor yang berhubungan dengan
data yang dibutuhkan, website di internet yang mendukung
kesempurnaan dan kelengkapan data dalam penelitian.
b. Data Primer
Data Primer yang ada dalam penelitian ini berupa survey langsung
terhadap aktivitas yang ada Tambak Udang, Kabupaten Kolaka, Sulawesi
Tenggara dan membandingkan dengan bangunan sejenis.
C. Metode Pengambilan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri
dari beberapa jenis, yakni:

1. Studi Pustaka

27
Mengkaji dan memahami buku-buku serta jurnal yang berhubungan dengan
bangunan gedung “Pusat Budidaya dan Industri Udang Air Payau” dan
Peraturan Pemerintah, Standar Nasional Indonesia, dll.
2. Observasi/ Studi Lapangan
Melakukan pengamatan langsung pada gedung yang sering difungsikan
sebagai gedung parkir dalam smart parking system
D. Metode Analisa Data
1. Metode Kuantitatif
Metode Kuantitatif yakni menganalisa jumlah udang air payau dengan
jumlah kapasitas yang tersedia agar dapat mewujudkan suatu rancangan
bangunan yang mampu mewadahi seluruh kebutuhan pusat budidaya dan
industry pengolahan udang air payau .
2. Metode Kualitatif
Melakukan study literatur dan komparasi dengan bangunan sejenis dan
menganalisa untuk “Perancanaan Pusat Industry Pengolahan Udang Air
Payau ” yang lebih fungsional.

28
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar

Konsep dasar yang diterapkan pada desain Industri Udang di Kabupaten


Kolaka adalah dengan tampilan bentuk industrial yang dinamis serta
Bangunan dirancang dengan massa ruang. keterbukaan ruang. dan hubungan
ruang luar-dalam yang cair, teras lebar. Untuk bentuk dan massa bangunan
industri biasanya memiliki bentuk-bentuk geometris elementer yang praktis
dan sederhana. pendekatan-pendekatan yang disesuaikan dengan bangunan.
1. Pendekatan Konsep Makro

Pendekatan ini membahas tentang penentuan lokasi, tapak dan akses


dariluar menuju site terpilih.
2. Pendektan Konsep Mikro

Pendekatan konsep ini mengacu pada pelaku bangunan, aktiftas,


kebutuhan ruang, sirkulasi ruang (dalam maupun luar bangunan) dan besara
ruang.
3. Pendekatan Analisa Bangunan

Dasar pendekatan ini yakni analisis pola massa, analisis pola sirkulasi
ruang, analisis struktur bangunan dan analisis utilitas bangunan.
B. Pendekatan Konsep Makro

1. Pemilihan Lokasi

Berdasarkan kriteria/syarat lokasi yang ideal yang telah dijelaskan pada


bab sebelumnya atau berdasarkan studi pustaka tentang lokasi ideal untuk
dibangunnya Industri Pengolahan Air Payau Di Kabupaten Kolaka adalah
sebagai berikut :
a. Sesuai Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dengan peruntukan Lahan
Industri

29
b. Memiliki prasarana jalan yang mudah untuk transportasi dan
pengiriman perbekalan.
c. System jaringan yang melayani (listrik dan komunikasi)

d. Pertimbangan Lokasi dekat dengan bahan baku.


Menurut RTRW Kab Kolaka tahun 2012-2032 pada paragraph 4 pasal
39 di sebutkan bahwa kawasan pengolahan udang sebagaimana di maksud di
tetapkan di sebagian wilayah wundulako, sebagian wilayah Bombana,
sebagian wilayah Tanggetada, sebagian wilayah Watubangga,. Dijelaskan
pula dalam paraghraph 6 pasal 41 Kawasan peruntukan industri besar (100
pekerja atau lebih) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
kawasan industri ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Pomala, dan
sebagian wilayah Kecamatan Tanggetada.

Berdasarkan analisa serta uraian yang mengacu dengan standar yang ada
maka didapatkan 2 pilihan lokasi untuk penentuan lokasi Industri Pengolahan
Udang Air Payau Di kabupaten Kolaka yaitu lokasi Pertama (1) Berada di
Kecamatan Wundulako. Lokasi kedua (2) Berada di kecamatan Tanggetada.

1) Kecamatan Wundulako ( lokasi 1)

Secara geografis Kecamatan Wundulako berada di Kabupaten Kolaka,


Provinsi Sulawesi Tenggara dengan batas wilayah bagian utara berbatasan
dengan Kabupaten Kolaka, wilayah bagian barat berbatasan degan Teluk
Bone, wilayah bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Poli-Polia dan
Kecamatan Lambandia, dan wilayah bagian selatan berbatasan dengan
Kecamatan Pomala. Luas kecamatan ini adalah 185,24 km2 dengan ibukota
Kecamatan Kolaka dengan jarak 10 km dari ibukota kabupaten. Sebagian
besar topografi wilayah desa merupakan daerah dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata kurang dari 265 mdpl (2-265 mdpl). Luas wilayah
administrasi Kecamatan Wundulako sampai tahun 2021 terdiri dari 6
kelurahan, 5. desa, 60 rw, dan 110 rt. Dengan jumlah penduduk sebanyak
21.981jiwa.

30
Gambar 44. Peta Kecamatan Wundulako
Sumber :Kecamatan Wundulako 2021

2) Kecamatan Tanggetada (Lokasi 2)


Luas wilayah Kecamatan Tanggetada sebesar 96,99 Km Dengan luas
wilayah pesisir 7.386 ha atau 10,66 %, memiliki panjang pantai 9,10 km2
atau 9.700 ha. Secara administrasi Kecamatan Tanggetada di bagi atas 9
(sembilan) Desa/Kelurahan dengan jarak ke ibukota Kabupaten 17 Km.
Untuk lebih jelas dapat lihat pada peta administrasi Kecamatan Tanggetada.
Kecamatan Tanggetada merupakan wilayah daratan yang datar berada pada
ketinggian 0 – 2% dan landai 2 –5%. Sumber air yang ada pada Kecamatan
Tanggetada dimanfaatkan sepanjang tahun dan bersumber air baku untuk
pengolahan air baku untuk pengolahan air bersih. Namun kapasitasnya
semakin menurun terutama pada musim kemarau. Selain mata air, masyarakat
Kecamatan Tanggetada juga memanfaatkan air tanah dalam berupa sumur,
selain itu masyarakat sebagian sudah mengunakan air PDAM. Penduduk
Kecamatan Tanggetada yang terdiri dari 9 (sembilan) desa/kelurahan
memiliki jumlah penduduk sebesar 27.511 jiwa dimana jumlah penduduk
laki laki yaitu 13.254 jiwa dan jumlah penduduk perempuan yaitu 14.257
jiwa.

31
Gambar 45. Peta Kecamatan Tanggetada
Sumber :Google Maps

2. Analisis Lokasi

Sesuai dengan syarat dan kriteria lokasi yang disebutkan pada sub- bab
sebelumnya , maka didapatkan analisa lokasi yang terpilih dan mendekati
kriteria yang telah disebutkan antara lain :
a) Jarak ke pusat kota minimal 10 km

b) Sesuai Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dengan peruntukan Lahan


Industri

c) Memiliki prasarana jalan yang mudah untuk transportasi dan


pengiriman perbekalan.
d) Memiliki Sistem jaringan yang melayani (listrik dan komunikasi)
e) Lokasi dekat dengan bahan baku.

f) Prasarana angkutan (Pelabuhan laut)

32
Tabel 8. Analisa Lokasi

Kriteria
Kecamatan
1 2 3 4 5 6

Wundulako

Tanggetada

Sumber : Analisa Penulis (2019)

Ket : Sangat Sesuai

Sesuai
Tidak Sesuai

(1) Jarak ke pusat kota minimal 10 km

(2) Sesuai Rencana Umum Tata Ruang Wilayah dengan peruntukan


Lahan Industri
(3) Memiliki prasarana jalan yang mudah untuk transportasi dan
pengiriman perbekalan.
(4) Memiliki Sistem jaringan yang melayani (listrik dan komunikasi)
(5) Lokasi dekat dengan bahan baku.

(6) Prasarana angkutan (pelabuhan laut)


Berdasarkan analisa pada tabel diatas, maka lokasi yang mendekati
dengan kriteria lokasi Industri udang yang ideal adalah Kecamatan
Wundulako.

3. Analisa Lokasi Terpilih

Secara geografis Kecamatan Wundulako berada di Kabupaten Kolaka,


Provinsi Sulawesi Tenggara dengan batas wilayah bagian utara berbatasan
dengan Kabupaten Kolaka, wilayah bagian barat berbatasan dengan Teluk
Bone, wilayah bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Poli-Polia dan

33
Lambandia, dan wilayah bagian selatan berbatasan dengan Kecamatan
Pomala. Luas kecamatan ini adalah 185,24 km2 dengan ibukota Kecamatan
Kolaka dengan jarak 5 km dari ibukota kabupaten. Sebagian besar topografi
wilayah desa merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata
kurang dari 265 mdpl (2-265 mdpl). Luas wilayah administrasi Kecamatan
Wundulako sampai tahun 2021 terdiri dari 6 kelurahan, 5 desa, 60 rw, dan 110
rt. dengan jumlah penduduk sebanyak 21.981 jiwa.
4. Analisa Pemilihan Site

Analisa pemilihan site/tapak berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:

1. Jarak ke pusat kota

2. Tipografi

3. Jarak Terhadap Perairan

4. Peruntukan Lahan

1) Jarak ke pusat kota


Jarak (km) Ketingggian
Tabel 9. Jarak Setiap Kecamatan Ke Pusat Kota Kabupaten
Luas Dari ibu Dari dari
No. kecamatan (km )
2
kota ibukota permukaan air
kecamat kabupate laut (m)
an n
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Watubangga 358,36 2 66 5
2 Tanggetada 275,71 20 56 3
3 Toari 119,37 3 72 6
4 Polinggona 140,02 4 72 30
5 Pomala 264,51 14 18 25
6 Wundulako 185,24 3 9 22
7 Baula 120,73 5 17 15
8 Kolaka 142,54 9 0 2
9 Latambaga 252,36 10 10 15
10 Samaturu 393,12 14 47 3
34
11 Wolo 743,60 2 61 5
12 Iwoimenda 288,03 2 79 10
jumlah 3.283,59 88 507 141
Sumber : Badan Statistik Kab Kolaka (2021)

2) Tipografi

Tabel 11. Tipografi Wilayah Kecamatan Wundulako

Kelurahan/Desa Letak kelurahan/desa Ketinggian dari


permukaan laut
Pantai Bukan Pantai
(mdpl)
Lembah Lereng Daratan

19 Nopember - - - - 2

Bende - - - - 2

Kowioha - - - - 2

Lamekongga - - - - 2

Ngapa - - - - 2

Sabiano 1 - - 1 2

Silea - - - - 2

Tikonu - - 1 - 25

Towua 1 - - 1 2

Unamendaa - - - 1 2

Wundulako 1 - - 1 2

Sumber : Kec Wundulako Dalam Angka (2021)

3) Jarak Terhadap Perairan


Tabel 12. Jarak Terhadap Perairan Wilayah Kecamatan Wundulako

No Kelurahan/desa Jarak ke perairan (sungai/laut)


1 19 Nopember 0 - 9.25 km
2 Bende 0 - 4.90 km

35
3 Kowioha 1 – 7 km
4 Lamekongga 0 - 6.90 km
5 Ngapa 0- 6.40 km
6 Sabiano 1.30 – 1 km
7 Silea 1 - 7.70 km
8 Tikonu 3.30 - 13 km
9 Towua 1.5 - 1 km
10 Unamendaa 0 – 5.35 km
11 Wundulako 0 – 1 km
Sumber : Data Google Earth (2021)

4) Peruntukan Lahan

Seluruh kelurahan dan desa pada wilayah Wundulako memiliki


peruntukan lahan untuk perikanan, pertanian, industri,

Tabel 14. Analisa dan Klasifikasi Pemilihan Site

Kriteria
No Kelurahan/desa
1 2 3 4 5 6
1 19 Nopember
2 Bende
3 Kowioha
4 Lamekongga
5 Ngapa
6 Sabiano
7 Silea
8 Tikonu
9 Towua
10 Unamenda
11 Wundulako
Sumber : Analisa Penulis, 2021

36
Ket :
Sangat Sesuai
Sesuai
Cukup Sesuai
Tidak Sesuai
1. Jarak ke pusat kota
2. Tipografi
3. Jarak Terhadap Perairan
4. Peruntukan Lahan
Berdasarkan analisa klasifikasi pemilihan site sebagaimana yang
terdapat di dalam tabel, didapatkan 3 Kelurahan yang mendekati dengan
kriteria yang ditentukan yaitu Kelurahan Wundulako, Sabiano, Towua.

Gambar 46. Analisa Pemilihan Site


Sumber : Kecamatan Wundulako (2021) Wundulako (Site 1)

(a) Wundulako (Site 1)

(1) Berada di dataran rendah dengan ketiggian 0-2 m diatas


permukaan laut
(2) Memiliki luas lahan 2 hektar (20.000 m²)
(3) Jarak ke ibukota = 10 km atau dapat di tempuh dengan 20 menit
perjalanan angkutan darat

37
(4) Merupakan daerah peruntukan lahan perikanan dan pertanian
(5) Dilalui jalur utilitas kota
(b) Sabiano (Site 2)

(1) Berada di dataran rendah dengan ketiggian 0-2 m diatas


permukaan laut

(2) Memiliki luas lahan 2 hektar (20.000 m²)

(3) Jarak ke ibukota = 5 km atau dapat di tempuh dengan 15 menit


perjalanan angkutan darat

(4) Merupakan daerah peruntukan lahan perikanan pertanian dan


industry

(5) Dilalui jalur utilitas kota

(c) Towua (Site 3)

(1) Berada di dataran rendah dengan ketiggian 0-2 m diatas


permukaan laut

(2) Memiliki luas lahan 3 hektar (30.000 m²)

(3) Jarak ke ibukota = 5 km atau dapat di tempuh dengan 15 menit


perjalanan angkurtan darat

(4) Merupakan kawasan pengembangan industry

(5) Dilalui jalur utilitas kota

(6) Dilalui jalan arteri primer antar kabupaten

38
Gambar 47. Lokasi Site 1 (Wundulako)
Sumber : Google Earth (2021)

Gambar 48. Lokasi Site 2 (Sabiano)


Sumber : Google Earth (2021)

39
Gambar 49. Gambar 24. Lokasi Site 3 (Towua)
Sumber : Google Earth (2021)

Dari hasil analisa diatas, site terpilih dan mendekati kriteria yang ideal
untuk dibangunnya industri pengolahan udang berdasarkan teori dan standar
yang ditetapkan adalah site ke-3 yaitu Kelurahan Towua .

1. Analisa Site/Tapak Bangunan

a. Pencepaian ke Tapak

Pencapaian pada tapak mengacu pada analisa untuk memudahkan


pengunjung / pengguna mencapai Industri Udang Beku Ini menggunakan
transportasi umum maupun kendaraan pribadi. Dalam analisa pencapaian
pencapaian Pencapaian secara langsung dapat melalui jalan poros Pomala
dimana akses jalan merupakan jalan arteri primer ibukota kecamatan
menuju ibukota kabupaten serta kabupaten ke kabupaten lainnya seperti
kota kabupaten kolaka.

40
Gambar 50. Tapak Industri terpilihSumber : Analisa Penulis (2021)

b. Sirkulasi Tapak
Ada beberapa pertimbangan dalam menganalisa tapak untuk
dibangunnya Industri Pengolahan Udang di Kab. Kolaka antara lain :
1. Aktifitas pelaku kegiatan.

2. Perletakan main entrance

3. Pencapaian kedalam bangunan.

a. Main entrance

Syarat untuk menentukan main entrance adalah sebagai berikut:

1) Kemudahan pencapaian ke tapak.

2) Kemudahan jalur masuk dan keluar.

3) Kelancaran arus lalu lintas.

4) Menghindari terjadinya crossing sirkulasi di dalam site.

5) Memudahkan dalam pengawasan.

b. Service entrance

41
Service entrance berada pada bagian akses main entrance tapi di
pisahkan dengan jalan masuk dan jalan keluar karena merupakan alternatif
pencapaian ke dalam tapak untuk bongkar muat barang dan kebutuhan
pewarta pertandingan.

Gambar 52. Enterance


Sumber : Analisa Penulis (2021)

c. Orientasi Bangunan Terhadap Matahari

Orientasi Terhadap Matahari yang tepat adalah terletak pada utara-


selatan bangunan. Sehingga sinar matahari tidak langsung mengenai
bangunan.

Gambar 54. Orientasi Sinar Matahari


Sumber : Analisa Penulis (2021)

42
d. Pergerakan Arah Angin

Bentuk penataan pola tata massa bangunan dibangun dengan longgar


dan ber space dimaksudkan agar sirkulasi angin dapat berputar kesegala
arah bangunan, sehingga kebutuhan akan pendingin ruangan buatan dapat
diminimalisir penggunaannya.

Gambar 54. Orientasi Arah Angin


Sumber : Analisa Penulis (2021)
e. Kebisingan

penggunaan vegetasi dan pagar pada kawasan industri untuh


menghalau kebisingan yang masuk

Gambar 55. Orientasi Kebisingan

43
Sumber : Analisa Penulis (2021)

C. Pendekatan Konsep Mikro

1. Program Pelaku dan Aktifitas


Pemakai adalah merupakan individu/ sekelompok yang secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan dalam rangka menunjang
segala aktifitas yang berlangsung di dalam perusahaan/ industri/ pabrik
tersebut, yaitu:
a) Pemilik adalah kelompok atau individualitas yang tergabung dalam
suatu lingkungan usaha.
b) Pengelola adalah kelompok atau individualitas yang menerima
mandat/izin dari pemilik untuk menjalankan roda usaha.
c) Pengguna adalah kelompok atau individualitas yang dengan sengaja
memakai fasilitas didalam pabrik.
d) Pengunjung adalah pembawa bahan baku, konsumen, pemerintah, dunia
pendidikan dan bisnis yang datang langsung berhubungan dengan
aktifitas di pabrik.
Tabel 15. Analisa Pengguna Industri udang beku
Keterangan
No Jenis Waktu
Pengguna
1 Pengelola/ Pemilik Direktur Setiap hari kerja
Wakil Direktur Setiap hari kerja
Sekretaris Setiap hari kerja
Kabag produksi Setiap hari kerja
Staf produksi Setiap hari kerja
Kabag personalia
administrasi umum Setiap hari kerja
Staf
personalia/administras i Setiap hari kerja
umum
Kabag keuangan Setiap hari kerja
Staf keuangan Setiap hari kerja

44
Kabag engineering Setiap hari kerja

Staf engineering Setiap hari kerja


Kabag pemasaran Setiap hari kerja
Staf pemasaran Setiap hari kerja
Karyawan Setiap hari kerja
Petugas kebersihan Setiap hari kerja
Petugas keamanan Setiap hari kerja
2 Pengunjung Suplier Setiap hari kerja
Masyarakat dalam dan
luar kota Sewaktu-waktu

Pelajar Sewaktu-waktu

Sumber : Analisa Penulis, 2021

Tabel 16. Analisa aktifitas Pengguna Industri udang beku

No Aktifitas Aktifitas Jenis Sifat Jumlah


Pengguna Aktifitas Pengguna
1 Area Datang, parkir, absen, Karyawan Privat, 264
produksi/ ganti baju, pakai aktif, orang
karyawan masker dan sarung teratur
tangan, menuju ruang
kerja masing-masing,
istirahat, ke kamar
mandi, sholat, kantin,
absen, menuju parkir,
pulang .
2 Pengelola/ Datang, parkir, menuju Pengelola Privat, 70 orang
pemilik ruang kerja masing – dan staff aktif,
masing, rapat, teratur
menerima tamu,
pengawasan produksi,
kamar mandi, istirahat,
kantin, sholat,menuju
parker, pulang

45
Aktifitas Aktifitas Jenis Sifat Jumlah
Pengguna Aktifitas Pengguna
3 Pengunjung Datang, parker, Pengunjung Publik 51 orang
menuju lobby, ke luar dan
ruang produksi, ke dalam kota,
ruang pengolahan pelajar.
limbah, ke toilet,
kantin, parkir,
pulang
4 Suplier Datang, loading Supplier/ Privat, 15 org
dock, parkir, wc, kariawan service

Sumber : Analisa Penulis, 2021

2. Alur Sirkulasi Pengguna

Alur sirkulasi pengguna dapat dibedakan menjadi 4 yaitu alur sirkulasi


kariyawan, sirkulasi pengelola, sirkulasi pengunjung, dan alur sirkulasi

46
supplier, adpun ilustrasi sebagai berikut :

Skema 6. Alur sirkulasi Pengelola


Sumber : Analisa Penulis (2021)

Skema 7. Alur sirkulasi Pengelola


Sumber : Analisa Penulis (2021)

Skema 8. Alur sirkulasi Suplier


Sumber : Analisa Penulis (2021)

47
Skema 9. Alur sirkulasi pengunjung
Sumber : Analisa Penulis (2021)

3. Analisa Kebutuhan Ruang

Dari hasil analisis pelaku dan aktifitas serta studi literature (bangunan
sejenis) maka Ruang-ruang yang di butuhkan dalam bangunan industri
udang beku ini adalah :

Tabel 17. Analisa Kebutuhan Ruang

No Jenis Area Ruang


1 Fasilitas 1. Gedung produksi
produksi 2. Cold storange
3. Loading dock
4. Gudang Penyimpanan jadi
2 Fasilitas 1. Rg. Direktur
Pengelola 2. Rg. Wakil Direktur
3. Rg. Sekretaris
4. Rg. Kabag Produksi
5. Rg. Staf Produksi
6. Rg. Kabag Personalia
7. Administrasi umum
8. Rg. Staf personalia/
9. administrasi umum
10. Rg. Kabag keuangan
11. Rg. Staf keuangan
12. Rg. Kabag engineering
13. Rg. Staf engineering
14. Rg. Kabag pemasaran

48
15. Rg. Staf pemasaran
16. Rg. Rapat
17. Lobby
18. Rg. Informasi
19. Rg. Pajang
20. Pantry
21. Toilet
3 Fasilitas 1. Mess Karyawan
penunjang 2. Aula Tempat Ibadah
3. Mushola
4. Klinik
4 Fasilitas 1. Bangunan persiapan karyawan
service 2. Kantin karyawan
3. Laboratorium
4. Bengkel
5. Reservoir pump
6. Power house
7. IPAL
8. Pos jaga/ security
5. Fasilitas parker 1. Parkir Kendaraan Pengunjung
dan olahraga 2. Parkir Kendaraan Pengelola
3. Parkir Kendaraan Pengangkut bahan jadi
4. Parkir Kendaraan Pengangkut bahan baku
5. Fasilitas olahraga

Sumber : Analisa Penulis, 2021

4. Analisa Besaran Ruang

Besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan industri udang ini


didasarkan pada standar luasan yang umum dipakai, yaitu

49
a) FAO : Food And Agriculture Organization Of The United Nation
b) NAD : Neufert Architect Data

c) NMH : New Metric Handbook

d) ASM : Asumsi

e) An : Analisa
1) Fasilitas Produksi

Tabel 18. Analisa Besaran Ruang Fasilitas produksi

No Jenis Standar Kapasitas Standar Jmlh Sumb Luasan


ruang m2/org (org) Besaran ruang er (m2) Total (m2)
Ruang
(m2)
1 Gedung 0.8 204 org 600 NAD, 763.2
1
produksi FAO
2 Cold 1.2 20 org 64 NAD, 176
2
storange FAO
3 Loading 1.2 20 org 30 NAD, 54
1
dock AN
4 Gudang 1.2 20 org 252 FAO 276
penyimp 1
anan jadi
Jumlah 1882 m²

Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas Produksi adaah adalah 2443.6m²


:(1882 m x 30%) +1882 m = 2443.6 m
2 2 2

Sumber : Analisa Penulis, 2021

2) Fasilitas Pengelola

Tabel 19. Analisa Besaran Ruang Fasilitas Pengelola

No Jenis ruang Standar Kapasitas Sumber Luasan

50
m2/org Total
(m2)
1 Rg. Direktur 25 1 org An 25
2 Rg. Wakil Direktur 15 1 org An 15
3 Rg. Sekretaris 15 1 org An 15
4 Rg. Kabag Produksi 15 1 org An 15
5 Rg. Staf Produksi 6 4 org An 24
6 Rg. Kabag 15 1 org An 15
Personalia
Administrasi umum
7 Rg. Staf personalia/ 6 9 org An 54
administrasi umum
8 Rg. Kabag 15 1 org An 15
keuangan
9 Rg. Staf keuangan 6 4 org An 24
10 Rg. Kabag 15 1 org An 15
engineering
11 Rg. Staf 6 4 org An 24
engineering
12 Rg. Kabag 15 1 org An 15
pemasaran
13 Rg. Staf pemasaran 6 9 org An 54
14 Rg. Rapat 1,5 40 org NMH 60
15 Lobby 0,9 100 0rg An 90
16 Rg. Informasi 4,5 2 org NMH 9
17 Rg. Pajang 4.5 2 org An 9
18 Pantry ASM 12
19 Toilet 3 6 buah An 18
Jumlah 508 m2
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas Pengelola adaah 660.4m²
adalah (508 x 30%) + 508 = 660.4 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2021

51
3) Fasilitas Penunjang

Tabel 20. Analisa Besaran Ruang Fasilitas Penunjang

No Jenis ruang Standa Kapasita s Sumbe rLuasan


r m2/or Total (m2)
g
1 Mess Karyawan ASM 1200
2 Aula Tempat 0,8 39 orang An 31.2
Ibadah
3 Musholla 0,8 77 orang An 61.6
4 Klinik 6 6 orang An 36
Jumlah 1328.m2
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas Penunjang 1726.64
adalah (1328 x 30%) + 1328 = 1726.64 m2 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2021

4) Fasiitas Service

Tabel 21. Analisa Besaran Ruang Fasilitas Service

No Jenis ruang Standar Kapasitas Sumber Luasan


m2/org Total
(m2)
1 Bangunan 0.6 264org ASM 582
persiapan
karyawan
2 Kantin karyawan 1.8 84 org NAD 460
3 Laboratorium 25 5 org FAO 25
4 Bengkel 100 5 org ASM 100

52
5 Reservoir pump 25 ASM 25
6 Power house 120 ASM 120
7 IPAL 50 ASM 50
8 Pos jaga/ security 12 4 ASM 48
1410 m²
Jumlah
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas Service 1833
adalah (1410 x 30%) + 1410 = 1833 m² m²
Sumber : Analisa Penulis, 2021

5) Fasilitas Parkir

Tabel 22. Analisa Besaran Ruang Fasilitas Parkir

No Jenis Kapasitas Total


Perhitungan
ruang Luasan
1 Kendaraan 70 org Mobil 210 m²
pengelola Asumsi pengelola yang
menggunakan mobil = 30%
dengan asumsi per mobil di isi
oleh 2 org. stadar ruang 12.5-
14 m2 (NAD) per mobil
70 x 30% = 23 orang
23/2 = 11.2 dibulatkan 12
mobil
12 x 14m2 = 168 m2

Motor
asumsi Pengelola yang
menggunakan Motor = 60 %
dengan asumsi per motor diisi
oleh 2 org. Standar ruang 2m²

53
(NAD)
per motor
70 x 60% = 42 orang 42/2 =
21 motor
21 x 2m2 = 42 m2
2 Kariawan 264 org Mobil
Asumsi pengunjung yang
menggunakan mobil = 20%
dengan asumsi per mobil di isi
oleh 2 org. stadar ruang 12.5-
14 m² (NAD) per mobil
264 x 20% = 53 orang 53/2 =
26 mobil
26 x 14 m2 = 364 m²
Motor
asumsi Pengunjung yang
menggunakan Motor = 60 %
dengan asumsi per motor diisi
oleh 2 org. Standar ruang 2m2
(NAD) per motor
63 x 20% = 53 orang 53/2 =
27 motor
27 x 2m² = 54 m²
3 Kendaraan Truk Box 100 m²
pengankut asumsi Kendaraan pengankut
bahan baku bahan baku = 5 truck
/ Jadi kapasitas 16 Ton Standar
ruang 20 m2 (NAD)² per Truk
Box
5 x 20 m2 = 100 m²
Jumlah 728 m²
Sirkulasi 30%, sehingga luas fasilitas parkir adalah 946.4 m²

54
(728 x 30%) + 2035 = 946.4 m²
Sumber : Analisa Penulis, 2021

Tabel 23. Analisa Total Besaran Ruang

No Fasilitas Besaran Ruang


1 Fasilitas Produksi 2443.6 m2
2 Fasilitas Pengelola 660.4 m2
3 Fasilitas Penunjang 1726.64 m2
4 Fasilitas Service 1833 m2
5 Fasilitas Parkir 946.4 m2
Jumlah 7609.64
Sumber : Analisa Penulis, 2021

Dan tabel diatas diperoleh luasan untuk membangun industri udang beku
di kabupaten Kolaka. Berdasarkan peraturan daerah area industri menurut
Kabupaten Kolaka tahun 2012 sebesar KDB 60%, KDH 40%. KLB 1,8. Luas
tapak yang di butuhkan sehingga luas lahan maksimal terbangun adalah
sebagai berikut :
Tabel 24. Analisa Total Besaran Total Tapak

NO PERHITUNGAN TOTAL
1 KDB / BC = 60 % = 7609.64 m2 KDB / BC
7609.64 m2
KDH / OS = 7609.64 x 40% KDH / OS
3043.85 m2 3784.4 m2
TotalTapak = KDB + KDH Total Tapak
= 7609.64 m2 + 3043.85 m2 13245.4 m2
= 10653.49 m2
Sumber : Analisa Penulis, 2021

55
D. Analisa Bangunan

1. Analisa Utilitas Bangunan

a. Jaringan Komunikasi

Jaringan komunikasi sangat memegang peran dalam menentukan


kelancaran/efisieansi pekerjaan didalam bangunan industri . penerapan
penggunaan jaringan telekomunikasi antara lain:
1) Sistem administrasi data

2) Siaran televisi

3) Sistem manajemen bangunan

4) Mesin ATM

5) Sistem penunjukkan waktu

6) Sistem alarm kebakaran

7) Penjualan makanan

8) telepon

9) Kontrol pencahayaan

10) Sistem komunikasi keamanan

11) Akses kontrol keamanan

12) Akses CCTV

13) Sound systems

14) Perawatan utilitas telekomunikasi

15) WiFi

56
b. Jaringan Listrik

Penggunaan generator aliran ke dalam ruang panel induk, yang


kemudian dialirkan ke panel distributor setiap unit bangunan- Sistem kabel
distributr dipasang melalui truking (saluran) demi keamanan, kemudahan
pengontrolan dan keselamatan.

Skema 10. Skema penyaluran energi listrik


Sumber: Analisa penulis

c. Pencahayaan

Mampu menerangi area kerja produksi. Lampu dilengkapi dengan screen


Jumlah penerangan disesuaikan luas ruangan yang ada. Tingkat
pencahayaan area kerja bangunan (pekerjaan menengah) sebesar 200-500
lux, warna cool white/putih netral, dan daylight. Tingkat pencahayaan
gudang penyimpanan sebesar 100 lux dengan rederasi kelompok 3 (BSN,
2000) (BPOM,2012).

Pencahayaan yang terang dan langsung diperlukan di semua area


persiapan makanan dan area pencuci piring. Minimal 215 lux (20 kaki lilin)
diperlukan di semua permukaan kerja di area ini. Disarankan minimal 540
lux (50 kaki lilin). Area penyimpanan dan ruang cuci harus dilengkapi
dengan perlengkapan pencahayaan yang cukup untuk memungkinkan
operasi pembersihan yang tepat. Minimal 215 lux (20 kaki lilin) diperlukan
pada jarak 76 cm (30 inci) dari lantai. Semua penerangan di area persiapan
makanan, area pencuci piring, makanan dan peralatan makanan area
penyimpanan dan area tampilan makanan harus dilindungi untuk
melindunginya menghancurkan dan melindungi makanan dan peralatan dari
pecahan kaca. Catatan: Lampu anti pecah atau tabung fluorescent yang

57
dapat pecah dapat digunakan sebagai pengganti kaca jika diperlukan.
(Manitoba, 2018).

d. Penghawaan

Penggunan bukaan yang lebar pada desain untuk meminimalisir


penggunaan penghawaan alami. Pada bangunan produksi dan gudang
barang jadi di gunakan AC central agar suhu ruangan dapat dijaga
kestabilannya dan diatur dengan mudah pada seluruh ruangan produksi.
Pada bangunan pengelola dan penunjang digunakan AC unit untuk aplikasi
penghawaan buatan.
e. Sisitem Air Bersih

Sumber utama air dari PAM dan utilitas jalur kota. Sedangkan
cadangan dari sumur pompa yang dialirkan ke ground reservoir kemudian
dipompa secara vertikal yang berfungsi sebagai penampungan air bersih dan
pencadangan apabila terjadi kebakaran.

Air tersebut kemudian didistribusikan ke masing-masing unit bangunan


secara vertical maupun horizontal melalui jaringan pipa.

Skema 11. Skema penyaluran air bersih dengan sistem down feed
Sumber: Analisa penulis

f. Sistem Disposal

Air kotor yang berasal dari pembuangan bangunan penujang industri


disalurkan ke septic tank utama dan selanjutnya dialirkan ke peresapan.

58
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan pada sistem ini antara lain :
1) Saluran pembuangan tidak diperkenankan langsung mengarah kedalam
tanah.
2) Perlu ada bak control pada saluran induk.

3) Saluran pembuangan harus tertutup.

g. Sistem IPAL

Proses pengotahan limbah dengan proses biofilter terdiri dan beberapa


bagian yakni bak pengendap awal. biofilter anaerobik, biofilter aerobik, bak
pengendap akhir, dan jika perlu dilengkapi dengan bak kiorinasi. Limbah
yang berasal dan proses penguraian anaerobik (pengolahan tahap pertama)
dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur,
pasir dan kotoran lainnva. Selain sebagai bak pengendapan. juga berfungsi
sebagai bak pengontrol aliran. serta bak pengurai senyawa organik yang
berbentuk padatan, pengurai lumpur dan penampung lumpur
(Kaswinarni,2007).

Proses pengolahan prototipe IPAL untuk industri pengolahan ikan


terlihat pada gambar 2 . Air limbah dialirkan ke alat pengolahan melalui
lubang pemasukan (inlet) masuk ke ruang (bak) pengendapan awal.
Selanjutnya air limpasan dari bak pengendapan awal air dialirkan ke zona
anaerob (Setiyono., Yudo, Satmoko,2010).
Zona anaerob tersebut terdiri dari dua ruangan yang diisi dengan media
dari bahan plastik sarang tawon untuk pembiakan mikroba. Pada zona
anaerob pertama air limbah mengalir dengan arah aliran dari atas ke bawah,
sedangkan pada zona anaerob kedua air limbah mengalir dengan arah aliran
dari bawah ke atas. Selanjutnya air limpasan dari zona anaerob ke dua
mengalir ke zona aerob melalui lubang (weir). Di dalam zona aerob tersebut
air limbah dialirkan ke unggun media plastic sarang tawon dengan arah aliran
dari bawah ke atas, sambil dihembus dengan udara. Air limbah dari zona
aerob masuk ke bak pengendapan akhir melalui saluran yang ada di bagian
bawah.

59
Air limbah yang ada di dalam bak pengendapan akhir tersebut
disirkulasikan ke zona anaerob pertama, sedangkan air limpasan dari bak
pengendapan akhir tersebut merupakan air hasil olahan dan keluar melalui
lubang pengeluaran, selanjutnya air limpasan dari bak ini dibuangke saluran
umum.
Setelah proses berjalan selama dua sampai empat minggu pada
permukaan media sarang tawon akan tumbuh lapisan mikro-organisme, yang
akan menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah (Setiyono
Yudo, Satmoko,2010).

Gambar 56. Pengolahan Limbah Cair Anaerobic- Aerobic


Sumber : Kaswinarni, 2007

60
Gambar 57. Pengolahan Lanjut Anaerobic-Aerobic
Sumber : kaswinarni, 2007

Gambar 58. Diagram alir prototipe IPAL industri pengolahan ikan

Sumber : Setiyono., Yudo, Satmoko, 2010

2. Analisa Struktur

a. Struktur Bawah

Untuk struktur bawah, Bangunan Industri Udang Beku menggunakan


pondasi Sumuran untuk zona produksi dan pondasi telapak untuk zona
penunjang dan pengelola dimana pondasi ini cocok dengan kondisi tanah di
site yang merupakan berpasir sampai padat.

Gambar 59. Pondasi Telapak

61
Sumber : Google Images (2021)

Gambar 60. Pondasi Sumuran


Sumber : Google Images (2019)

b. Struktur Tengah

Untuk struktur Tengah digunakan konstruksi kolom baja yang mana


sangat baik untuk bangunan industri, selain baik, konstruksi baja juga
mudah dalam pemeliharaan dan pemugaran atau penambahan bangunan.
Selain itu konstruksi baja juga dapat melawan kekuatan bahan kimia
sehingga sangat di sarankan penggunaannya untuk pembnagunan industri
(data arsitek).

62
Gambar 61. Kolom Baja
Sumber : Google Images (2019)

c. Struktur Atas

Struktur atas bangunan industri menggunakan konstruksi baja yang


dimana sangat mendukung bangunan dengan bentang lebar dan ruang yang
lebar dan panjang sebagaimana karakteristik bangunan indusri, selain
mudah dalam pengerjaan dan perawatan struktur konstruksi baja juga tahan
terhadap kebakaran sehingga sangat di rekomendasikan pada bangunan
industri.

Gambar 62. Atap Baja

Sumber : Google Images (2021)

63
BAB V
KESIMPULAN DAN ACUAN PERANCANGAN

A. Kesimpulan

1. Industri Pengolahan Udang Air Payau adalaha suatu proses dan mata rantai
pengolahan hasil udang baik itu pengalengan, pengerikan, maupun
pembekuan yang bertujuan meningkatkan daya awet dan meningkatkan nilai
tambah pada produk udang itu sendiri.
2. Kawasan Industri Pengolahan Udang Di Kab Kolaka adalah wadah yang
berfungsi sebagai tempat untuk pengolahan hasil udang yang menjadi
komuditas unggulan Kabupaten Kolaka itu sendiri
3. Dalam lingkup bangun industri pengolahan udang air payau terdapat
beberapa point penting mengenai perencanaan bangunan yaitu; site dan tapak
yang sesuai standar dan peraturan, serta persyaratan konstruksi dan material
pada bangunan yaitu meliputi dinding, lantai, langit-langit, ventilasi,
pencahayaan, dan penghawaan yang sesuai standar dan peraturan yang
berlaku.
B. Acuan Perancangan

Berdasarkan teori-teori dan analisa yang telah dibahas pada bab serta
sub- bab sebelumnya maka dapat disimpulkan acuan perancangan pada
Industri udang ini Adalah :
1. Acuan Desain dan Konsep Dasar

Acuan Desain dan Konsep dasar yang diterapkan pada desain Industri
Udang Beku di Kabupaten Kolaka adalah dengan tampilan bentuk yang
dinamis serta Bangunan dirancang dengan massa ruang. keterbukaan ruang.
dan hubungan ruang luar-dalam yang cair, teras lebar. Untuk bentuk dan
massa bangunan industri biasanya memiliki bentuk-bentuk geometris
elementer yang praktis dan sederhana.
2. Acuan Lokasi Perancangan

64
Lokasi Perancangan yang akan di bangun berada di Kecamatan Pomala
Kabupaten Kolaka. Lokasi ini berada di kawasan peruntukan

bangunan industri yang berada tepat di jalan mekongga indah yang


menyambungkan kabupaten kolaka dengan kecamatan pomala hingga
menjadikan lokasi industri ini sangat strategis.

Gambar 44. Lokasi Site 1 (Wundulako)


Sumber : Google Earth (2021)

3. Acuan pemilihan Site

Dari hasil analisa, site terpilih dan mendekati kriteria yang ideal untuk
dibangunnya industri udang beku berdasarkan teori dan standar yang
ditetapkan antara lain Berada di dataran rendah dengan ketiggian 0-2 m
diatas permukaan laut, Memiliki luas lahan 2 hektar (20.000 m²), Jarak ke
ibukota = 19 km atau dapat di tempuh dengan 20 menit perjalanan angkutan
darat, dekat dengan bahan baku, merupakan kawasan pengembangan industri,
dilalui jalur utilitas kota, dilalui jalan arteri primer antar kabupaten adalah site
pada Kelurahan Towua.

65
Gambar 49. Gambar 24. Lokasi Site 3 (Telumpanua)
Sumber : Google Earth (2019)

4. Acuan Pengolahan Tapak

66
Gambar 41. Pencapaian Ke Tapak
Sumber : Analisa Penulis (2021)

Jl.Mekongga Indah

Gambar 42. Enterance


Sumber : Analisa Penulis (2021)

67
Gambar 43. Sirkulasi
Sumber : Analisa Penulis (2021)

Gambar 44. Orientasi Sinar Matahari


Sumber : Analisa Penulis (2021)

Gambar 45. Orientasi Arah Angin


Sumber : Analisa Penulis (2021)

68
Gambar 46. Orientasi Kebisingan
Sumber : Analisa Penulis (2021)
5. Acuan pelaku, aktifitas sirkulasi Pengguna

Acuan pelaku, aktifitas sirkulasi Pengguna pada industri Udang Beku di


Kabupaten Pinrang ini di bedakan menjadi empat sesuai fungsi Pengguna
banagunan itu sendiri yaitu, area Produksi / kariawan , area pengelola, area
pengunjung, dan area supplier yang dimana dapat dibagi menjadi lima jenis
fasilitas yaitu fasilitas produksi, fasilitas pengelola, fasilitas penunjang,
fasilitas Service, dan Fasilitas parkir dan Olahraga.
6. Acuan Jumlah pengguna

Jumlah pengguna pada Industri Udang Beku Meliputi asumsikan jumlah


kariawan dan pengelola pada industri udang beku ini adalah 1040 orang.
Perbandingan jumlah pegawai/pengelola PT Bomar adalah 70 orang. Dengan
direktur, wakil ditektur, sekertaris, 5 kepala bagian, 34 pegawai staff.
pegawai fasilitas service yaitu 26 orang dengan 5 pegawai laboratorium, 5
pegawai bengkel, 6 pegawai klinik, , 10 pegawai kebersihan. Pengunjung
meliputi pelajar, pengunjung dalam dan luar kota, petugas inspeksi, dan lain-

69
lain. Untuk menghitung jumlah pengunjung diasumsikan sebesar 6% dari
total penguna bangunan yaitu 63 orang. Asumsi pengguna parkiran sebesar
80% dari jumlah total kariawan/pengelola dan pengunjung yaitu 833 0rang
7. Kebutuhan Ruang

Kebutuhan Ruang pada bangunan industri ini terbagi menjadi 5 fasilitas


yaitu fasilitas produksi terdiri dari 4 ruang, pengelola terdiri dari 21 ruang,
penunjang terdiri dari 5 ruang, service terdiri dari 8 ruang, dan fasilitas parker
dan olahraga yang terdiri dari 5 ruang luar
a. Fasilitas produksi

1) Gedung produksi

2) Cold storange

3) Loading dock

4) Gudang Penyimpanan jadi

b. Fasilitas Pengelola

1) Rg. Direktur

2) Rg. Wakil Direktur

3) Rg. Sekretaris

4) Rg. Kabag Produksi

5) Rg. Staf Produksi

6) Rg. Kabag Personalia

7) Administrasi umum

8) Rg. Staf personalia/

9) administrasi umum

10) Rg. Kabag keuangan

11) Rg. Staf keuangan

70
12) Rg. Kabag engineering

13) Rg. Staf engineering

14) Rg. Kabag pemasaran

15) Rg. Staf pemasaran

16) Rg. Rapat

17) Lobby

18) Rg. Informasi

19) Rg. Pajang

20) Pantry

21) Toilet

c. Fasilitas penunjang

1) Mess Karyawan

2) Aula Tempat Ibadah

3) Mushola

4) Klinik

d. Fasilitas service

1) Bangunan persiapan karyawan

2) Kantin karyawan

3) Laboratorium

4) Bengkel

5) Reservoir pump

6) Power house

7) IPAL

71
8) Pos jaga/ security

e. Fasilitas parker dan olahraga

1) Parkir Kendaraan Pengunjung

2) Parkir Kendaraan Pengelola

3) Parkir Kendaraan Pengangkut bahan baku

4) Fasilitas olahraga

8. Besaran Ruang

Perincian besaran ruang Industri Udang Beku Kab. Kolaka yaitu 9461
m² bangunan terbangun dan 3784,4 m² Koefisien Dasar Hijau (KDH) dengan
luas tapak total 13.245,4 m2

Sumber : Analisa Penulis (2021)


Nama Ruang Besaran Ruang
Fasilitas Produksi 2.443,6 m2
Fasilitas Pengelola 660,4 m2
Fasilitas Penunjang 1.726,64 m2
Fasilitas Service 1.833 m²
Fasilitas Parkir 946,4 m²
Jumlah 7.609,64 m²

PERHITUNGAN TOTAL

KDB / BC KDB / BC 7609.64 m2= 60 % = 7609.64 m2

KDH / OS = 7609.64 x 40% KDH / OS

3043.85 m2 3784.4 m2
Total Tapak = KDB + KDH Total Tapak

= 7609.64 m2 + 3043.85 m2 13245.4 m2

72
= 10653.49 m2

9. Acuan Perencanaan Sistem Utilitas

Acuan Perencanaan Sistem Utilitas yang digunakan, baik sistem utilitas


Jaringan listrik, jaringan komunikasi, pencahayaan, penghawaan, jaringn air
bersih, utilitas air kotor, dan dan yang terpenting adalah penerapan IPAL
(instalasi Pengolahan Air Limbah) yang harus di terapkan pada semua jenis
industri sebulum limbah hasil olahan dibuang ke perairan.. Jenis utilitas
tersebut berpengaruh terhadap kebersihan lingkungan, kenyamanan, serta
dapat mengantisipasi terjadinya kebakaran.
a. Jaringan air bersih

Untuk desain Industri udang beku, sistem down feed dinilai lebih efisien
dari tinjauan operasional dan kebutuhan energi listrik, karena pompa hanya
digunakan untuk menarik air ke tangki penyimpanan atas, sedangkan
distribusi hanya menggunakan tenaga grafitasi.

Gambar 47: Skema penyaluran air bersih dengan sistem down feed
Sumber: Analisa penulis

b. Jaringan air kotor


SISTEM IPAL

73
Gambar 48: Skema penyaluran air kotor
Sumber: Analisa penulis

c. Jaringan listrik

Gambar 80: Skema penyaluran energi listrik


Sumber: Analisa penulis

d. Pembuangan sampah

Unit service
dan Tempat
Pembuanga Mobil pembuanga
n sampah sampah n akhir
Unit
pengelolaan

Gambar.81: Skema pembuanagn sampah


Sumber: Analisa penulis

10. Acuan Pemilihan struktur pada Industri udang beku ini adalah penggunaan
pondasi Sumuran pada bangunan produksi dan gudang, pondasi telapak pada
bangunan penunjang pada stuktur bawah. Penggunaan kololom baja pada
bangunan produksi dan kolom beton pada bnagunan pendukung lainnya, serta
penggunaan atap baja pada bangunan produksi dan atap baja ringan pada
bangunan pendukung lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anh, P.H., Dieu, T.T.M., Mol, Arthur.P.J.Moi., Kroeze, Carolien., Bush, S.R.
(2011). Towards eco-agro industrial clusters in aquatic production: the case

74
of shrimp processing industry in Vietnam. Journal Of Cleaner Production,
19(2011), 5-6.

Ashari, Ulfira., Sahara., Hartoyo, Sri. (2015). Daya Saing Udang Segar Dan Pusat
Statistik (BPS). 2016. Kabupaten [BPS] Kab Kolaka, 2016).

Sulaiman (2021). Data Produksi Udang . Dinas Kelautan & Perikanan Kab.
kolaka, 2021.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) No.HK.03.1.23.04.12.2206


(2012)

Bdseafood.Com. Diakses Pada Tanggal 1 Januari 2019, Pukul 01:15

Budiharsono, (2001). Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.


Pradnya

Boziaris, I.S. 2014. Seafood Processing Technology, Quality, and Safety. Volos:
Willey Blackwell

FAO. 1984. Planing And Engineering Data Fish Freezing. Food And Agriculture
Organization

Goncalves, A.a., Blaha, farancisco. 2011. Refrigeration chapter Cold Chain In


Seafood Industry. Mossoro: Nova Science Publisher.

Jahid, Jamaluddin. (2015). Studi Pengembangan Kecamatan Wundulako Sebagai


Kawasan Minapolitan Kabupaten Kolaka. Plano Madani, 4(1), 1-48.

Udang Beku Indonesia Di Negara Tujuan Ekspor Utama, journal IPB, 1. Badan

75

Anda mungkin juga menyukai