Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

TRAUMA KEPALA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3 :

NUR FADILLAH M PO714201171031


NUR HAFIFA PO714201171032
NUR HIKMAH FAJRIANI ILHAM PO714201171033
NUR RAHMA PO714201171034
NUR RAHMIYANI PO714201171035
NURHIKMA RASIKA ATHAYA PO714201171038
NUR LAILA PO714201171039
PUTRI RAHMADANI PO714201171040
QORIMA RESNITA PO714201171041
QORINA RESMITA PO714201171042
RAHAYU YULINAR ROMBA PO714201171043
REZKY RAMADHANI PO714201171044

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 18 November 2018

Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 5
A. Konsep Medis .................................................................................................................. 5
1. Definisi ......................................................................................................................... 5
2. Etiologi......................................................................................................................... 5
3. Symptoms .................................................................................................................... 6
4. Patofisiologis ................................................................................................................ 6
5. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 6
B. Konsep Keperawatan....................................................................................................... 7
1. Pengkajian (Pemeriksaan Fisik Head To Toe) ............................................................. 7
2. Analisa data ................................................................................................................. 8
3. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................ 9
4. Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 10
5. Evaluasi ..................................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 12
Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma capitis adalah suatu gangguaan traumatik dari fungsi otak disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak tanpa terputusnya kontinuitas dari otak (Purnama Junadi
dkk, 1992). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan
kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Widagdo, Wahyu, 2008).
Trauma capitis atau cedera kepala diakibatkan karena benturan pada kepala,
kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh dari ketinggian
(misalnya pohon, gedung, dan rumah), tertimpa benda (misalnya: alat-alat berat, batang
pohon, kayu, dan sebagainya), olahraga, trauma kelahiran, dan korban kekerasan
(misalnya senjata api, golok, parang, balik, palu dan sebagainya).
Insiden trauma kapitis karena kecelakaan di Indonesia adalah 30% meninggal dalam
satu minggu perawatan, 40% meninggal dalam satu hari perawatan dan 50% meninggal
sebelum tiba di rumah sakit (Sidharta, 2003).
Penyebab kematian pada pasien trauma kapitis yaitu adanya penekanan pada otak
menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga menyebabkan hematoma. Efek utama
sering lambat sampai hematoma tersebut cukup besar dan akan menimbulkan edema otak.
Edema otak ini dapat menyebabkan peningkatan intracranial yang dapat menyebabkan
herniasi dan penekanan batang otak. Herniasi ini dapat menibulkan iskemik, infark,
kerusakan otak irreversible dan kematian (Selekta Kapita, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang di angkat dalam makalah ini, antara lain :
 Bagaimana konsep medis dari Trauma Kepala?
 Bagaimana konsep keperawatan dari Trauma Kepala?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui konsep medis dari Trauma Kepala.
 Untuk mengetahui konsep keperawatan dari Trauma Kepala.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang
menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau
gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury
Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan
fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-
Brown, Thomas, 2006).
Trauma capitis adalah bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak
dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosi, sosial atau
sebagai gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan pada fungsi otak.
(Black, 1997).
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala. (Suriadi, 2003).

2. Etiologi
Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala
adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena
disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan
akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois,
Rutland-Brown, Thomas, 2006).
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien
trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah
penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per100.000
populasi di Amerika Serikat ( Coronado, Thomas, 2007). Penyebab utama terjadinya
trauma kepala adalah seperti berikut:
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau
kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun
maupun sesudah sampai ke tanah.
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).
3. Symptoms
Menurut Judha (2011), tanda dan gejala dari trauma kepala antara lain :
a. Skull Fracture
Gejala yang didapatkatkan CSF atau cairan lai keluar dari telinga dan hidung
(othorrea, rhinorrhea), darah dibelakang membrane timphani,periobital ecimos
(brill haematoma), memar di daerah mastoid (battle sign), perubahan
penglihatan, hilang pendengaran, hilang indra penciuman, pupil dilatasi,
berkurangnya gerakan mata, dan vertigo.
b. Concussion
Tanda yang didapat adalah menurunnya tingkat kesadaran kurang dari 5 menit,
amnesia retrograde, pusing, sakit kepala, mual dan muntah.contusins dibagi
menjadi 2 yaitu cerebral contusion dan brainsteam. Tanda yang terdapat :
 Pernafasan mungkin normal, hilang keseimbangan secara perlahan atau cepat
 Pupil biasanya mengecil, equal, dan reaktif jika kerusakan sampai batang otak
bagian atas (saraf kranial ke III) dapat menyebabkan keabnormalan pupil.

4. Patofisiologis
Cedera kepala dapat bersifat terbuka (menembus melalui durameter) atau
tertutup (trauma tumpul tanpa penetrasi menembus dura). Cedera kepala terbuka
mengkinkan pathogen-patogen lingkungan memiliki akses [3] langsung ke otak.
Patogen ini dapat menyebabkan peradangan pada otak. Cedera juga dapat
menyebabkan perdarahan. Peradangan dan perdarahan dapat meningkatkan tekanan
intrakranial. Akibat perdarahan intracranial menyebabkan sakit kepala hebat dan
menekan pusat refleks muntah dimedulla yang mengakibatkan terjadinya muntah
proyektil sehingga tidak terjadi keseimbangan antar intake dan output. Selain itu
peningkatan TIK juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran dan aliran
darah otak menurun. Jika aliran darah otak menurun maka akan terjadi hipoksia yang
menyebabkan disfungsi cerebral sehingga koordinasi motorik terganggu dan
menyebabkan ketidakseimbangan perfusi jaringan serebral. Perdarahan ekstrakranial
dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan terbuka dan tertutup. Perdarahan terbuka (robek
dan lecet) merangsang lapisan mediator histamine, bradikinin, prostalglandin yang
merangsang stimulus nyeri kemudian diteruskan nervus aferen ke spinoptalamus
menuju ke korteks serebri sampai nervus eferen sehingga akan timbul rasa nyeri. Jika
perdarahan terbuka (robek dan lecet)mengalami kontak dengan benda asing akan
memudahkan terjadinya infeksi bakteri pathogen. Sedangkan perdarahan tertutup
hamper sama dengan perdarahan terbuka yaitu dapat menimbulkan rasa nyeri pada
kulit kepala.(Elizabeth, J. 2001).

5. Penatalaksanaan
Penanganan medis pada kasus trauma kepala yaitu :
1. Stabilisasi kardio pulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (Airways-Brething-
Circulation). Keadaan hipoksemia, hipotensi, anemia, akan cenderung
memperhebat peninggian TIK dan menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
2. Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan inkubasi pada kesempatan
pertama
3. Pemeriksaan umum mendeteksi berbagai macam cedera atau gangguan-gangguan
di bagian tubuh lainnya.
4. Pemeriksaan neurologos mencakup respon mata, motoric, verbal, pemeriksaan
pupil, reflex okulor sefalik, dan refel okuloves tubuler. Penilaian neurologis
kurang bermanfaat bila tekanan darah penderita rendah (syok).
5. Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti kejang dan natrium
bikarbonat
6. Tindakan pemeriksaan diagnostic seperti : scan tomografi, computer otak,
angiografi serebral, dan lainnya.

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian (Pemeriksaan Fisik Head To Toe)
a. Pemeriksaan Kepala
 Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal, ukuran kranium, ada
deformitas, ada luka, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala) Palpasi
(ada nyeri tekan, ada robekan)
 Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala tidak bersih, ada lesi, ada skuama, ada
kemerahan)
 Wajah : Inspeksi (ekspresi wajah cemas dan menyeringai nyeri, keadaan
simetris, tidak ada lesi) Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
 Rambut : Inspeksi (rambut tidak bersih, mudah putus, ada ketombe, ada uban)
Palpasi (rambut mudah rontok)
 Mata : Inspeksi (simestris, konjungtiva warna pucat, sclera putih, pupil
anisokor, reflex pupil tidak teratur, pupil tidak bereaksi terhadap rangsangan
cahaya, gerakan mata tidak normal, banyak sekret) Palpasi (bola mata normal,
tidak ada nyeri tekan)
 Hidung : Inspeksi (keadaan kotor, ada rhinorhoe (cairan serebrospinal keluar
dari hidung), ada pernafasan cuping hidung, tidak ada deviasi septum) Palpasi
sinus (ada nyeri tekan)
 Telinga : Inpeksi (Simetris, kotor, fungsi pendengaran tidak baik, ada
otorrhoe (cairan serebrospinal keluar dari telinga), battle sign (warna biru
atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid), dan memotipanum
(perdarahan di daerah membrane timpani telinga)) Palpasi (tidak ada
lipatan, ada nyeri)
 Mulut : Inspeksi (keadaan tidak bersih, tidak ada stomatitis, membran mukosa
kering pucat, bibir kering, lidah simetris,lidah bersih, gigi tidak bersih, gigi
atas dan bawah tanggal 3/2, tidak goyang, faring tidak ada pembekakan, tonsil
ukuran normal, uvula simetris, mual-muntah) Palpasi (tidak ada lesi, lidah
tidak ada massa)
 Leher dan Tenggorok : Inspeksi dan Palpasi (Tidak ada pembesaran jvp, tidak
ada pembesaran limfe, leher tidak panas, trakea normal, tidak ditemukan kaku
kuduk)
b. Pemeriksaan Dada dan Thorak
 Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak ada batuk, nafas dada cepat
dan dangkal, sesak nafas, frekuensi nafas <16 x/menit.
Palpasi : Suara fremitus simetris, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada kedua paru.
Auskultasi : Suara nafas tidak baik, ada weezing.
 Jantung :
Inspeksi : Bentuk simetris, Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba pada V±2cm, tidak ada nyeri tekan, denyut
nadi Bradikardia
Perkusi : Pekak, batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri,
batas kanan ics 2 sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan
Auskultasi : BJ I-II tunggal, tidak ada gallop, ada murmur, Irama nafas tidak
teratur, tekanan darah menurun
c. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Permukaan simetris, warna cokelat, permukaan normal
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, Hepar tidak teraba,
limpa tidak teraba, Ginjal tidak teraba, tidak ada ascites, tidak ada nyeri pada Titik
Mc. Burney.
Perkusi : Tidak ada cairan atau udara suara redup
d. Pemeriksaan Genetalia
Inspeksi : Terjadi penurunan jumlah urin dan peningkatan cairan
e. Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi : Adanya perubahan-perubahan warna kulit, kelemahan otot, adanya
sianosis
Palpasi : Turgor buruk, kulit kering

2. Analisa data

No. DATA MASALAH


1. DS : Gangguan perfusi jaringan
- Mengatakan kejang cerebral
DO :
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gangguan atau kehilangan
memori
- Defisit sensori
- Perubahan tanda vital
- Perubahan pola istirahat
- Retensi urine
- Gangguan berkemih
- Nyeri akut atau kronis
- Demam
- Mual , muntah
2. DS : Peningkatan tekanan intracranial
DO :
- GCS 12 (blackout, post trepanasi)
- TD : 67/42 mmHg
- N : 76x / menit
- Pupil anisocor
3. DS: Gangguan pola pernapasan
- Kien mengatakan sulit bernapas
dan sesak napas
DO :
- Gangguan visual
- Penurunan karbondioksida
- Takikardia
- Tidak dapat istirhat
- Somnolen
- Irritabilitas
- Hipoksia
- Bingung
- Dispnea
- Perubahan warna kulit (pucat
sianosis)
- Hipoksemia

4. DS : Kekurangan volume cairan


DO:
- Perubahan turgor kulit
- Perubahan tanda vital
- Akral dingin
- Penurunan BB mendadak
- Perubahan nilai metabolisme
5. DS : Gangguan atau kerusakan
DO : mobilitas fisik
- Kelemahan
- Parestesia
- Paralisis
- Ketidakmampuan
- Kerusakan koordinasi
- Keterbatasan rentang gerak
- Penurunan kekuatan otot

3. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan intracranial
b. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d desak ruang sekunder dari
kompresi korteks cerebri
c. Gangguan pola pernapasan b.d depresi pusat pernapasan
d. Kekurangan volume cairan yang b.d penurunan kesadaran dan disfungsi
e. Gangguan atau kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular
4. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d peningkatan intracranial
Intervensi :
 Ubah posisi klien secara bertahap
Rasional : Klien dengan paraplegia beresiko menglami luka tekan (dekubitus).
Perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai respons klien mencegah terjadinya
luka tekan akibat tekanan yang lama karena jaringan tersebut akan kekurangan
nutrisi dan oksigen dibawa oleh darah.
 Jaga suasana tenang
Rasional : Suasana tenang akan memberikan rasa nyama pda klien dan
mencegah ketegangan
 Kurangi cahaya ruangan
Rasional : Cahaya merupakan salah satu rangsangan yang beresiko terhadap
peningkatan TIK
b. Resiko tinggi peningkatan tekanan intracranial b.d desak ruang sekunder dari
kompresi korteks cerebri ditandai dengan
Intervensi
 Kaji faktor penyebab dari situasi kemungkinan penyebab peningkatan TIK
Rasional : deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status
neurologis untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan
pembedahan.
 Memonitor TTV tiap 4 jam
Rasional : suatu keadaan normal bila sirkulasi cerebral terpelihara dengan
baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari
autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local
vaskularisasi darah cerebral.
 Pertahankan kepala atau leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit
bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.
Rasional : perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan
pada vena jigularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase
pada vena cerebral) untuk itu dapat meningkatkan tekanan intracranial.
c. Gangguan pola pernapasan b.d depresi pusat pernapasan ditandai dengan
Intervensi :
 Berikan posisi nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik
ke posisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin
Rasional :Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru
dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit
 Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea, atau
perubahan tanda-tanda vital.
Rasional :Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi
sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
syok sehubungan dengan hipoksia.
 Jelaskan pada klien tentang etiologi/ faktor pencetus adanya sesak atau kolaps
paru
Rasional :Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik
d. Kekurangan volume cairan yang b.d penurunan kesadaran dan disfungsi hormonal
ditandai dengan
Intervensi
 Pemeriksaan serial elektrolit darah atau urine dan osmolaritas
Rasional : Hal ini dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium.
Retensi natrium dapat terjadi beberapa hari, diikuti dengan dieresis natrium.
Peningkatan letargi, konfusi, dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
 Evaluasi elektrolit
Rasional : Fungsi elektrolit dievaluasi dengan memantau elektrolit, glukosa
serum, serta intake dan output.
e. Gangguan atau kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neurovascular yang di
tandai dengan
Intervensi
 Kaji fungsi motorik dan sensorik dengan mengobservasi setiap ekstermitas
Rasional : Lobus frontal dan oxipital berisi saraf-saraf yang mengatur fungsi
motorik dan sensorik dan dapat dipengaruhi oleh iskemia atau peningkatan
tekanan.
 Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional : Mencegah terjadinya luka tekan akibat tidur terlalu lama pada satu
posisi sehingga jaringan yang tertekan akan kehilangan nutrisi yang dibawa
darah melalui oksigen.
 Lakukan latihan secara teratur dan letakan telapak kaki klien dilantai saat
duduk dikursi atau papan penyangga saat di tempat tidur
Rasional : Mencegah deformitas dan komplikasi seperti footdrop

5. Evaluasi
a. Melaporkan adanya penurunan intracanial dalam batas normal
b. Menunjukkan keadaan normal sirkulasi cerebral yang terpelihara dengan baik
c. Menunjukkan pernapasan dalam batas normal dan teratasinya gangguan pola
pernafasan
d. Menunjukkan keseimbangan volume cairan tubuh akibat penurunan kesadaran
dan disfungsi hormonal
e. Menunjukkan tidak adanya kerusakan mobilitas fisik akibat gangguan
neurosvaskular
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Trauma capitis adalah suatu gangguaan traumatik dari fungsi otak disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak tanpa terputusnya kontinuitas dari otak (Purnama Junadi
dkk, 1992). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan
eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan
kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Widagdo, Wahyu, 2008).
Trauma capitis atau cedera kepala diakibatkan karena benturan pada kepala,
kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh dari ketinggian
(misalnya pohon, gedung, dan rumah), tertimpa benda (misalnya: alat-alat berat, batang
pohon, kayu, dan sebagainya), olahraga, trauma kelahiran, dan korban kekerasan
(misalnya senjata api, golok, parang, balik, palu dan sebagainya).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29968747/makalah_cedera_kepala

https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/07/26/makalah-trauma-kepala-cedera-
kepala/

http://contohmakalah4.blogspot.com/2012/08/asuhan-keperawatan-trauma-kapitis.html

http://adhylsidrap.blogspot.com/2012/11/asuhan-keperawatan-head-injury-trauma.html

http://munabarakati.blogspot.com/2014/11/makalah-trauma-capitis.html

http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/trauma-kepala.html

http://nindajunita96.blogspot.com/2017/09/konsep-askep-trauma-kepala.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai