Disusun oleh:
Arina Febianca (17/409602/PN/14990)
Diah Puspitasari (17/409662/PN/15050)
Evan Favian (17/4141753/PN/15334)
Josua Pardamean S. (17/412908/PN/15230)
Muhammad Adryan Hakim (17/412841/PN/15163)
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang bertemakan Perencanaan Usaha
Pengolahan Tepung Ikan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Perencanaan Usaha Perikanan
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengolahan dan
aspek-aspeknya bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ir. Latif Sahubawa, M. Si., selaku
dosen mata kuliah Perencanaan Usaha Perikanan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni dan
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 14 Maret 2020
Penulis
‘
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan bahan makanan yang mudah busuk (perishable food) karena daging
ikan merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroba terutama bakteri. Oleh karena
itu, diperlukan penanganan yang tepat agar nilai guna dan daya simpan produk meningkat.
Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan cara pengolahan (Arfianto dan Liviawati, 2010).
Pengolahan ikan akan menghasilkan produk-produk perikanan dan pasar permintaan semakin
meningkat dikarenakan harga ikan yang relatiF murah jika dibanding dengan harga daging
ayam, kambing, dan sapi, serta karena adanya pergeseran selera konsumen dari red meat ke
white meat. Dengan semakin meningkatnya permintaan akan produk pengolahan perikanan,
maka seharusnya usaha pengolahan ikan dapat tumbuh dengan pesat.
Tepung ikan (fish meal) adalah salah satu produk ikan awetan dalam bentuk kering
yang berupa tepung. Produk tersebut mengandung protein hewani yang tinggi dan merupakan
bahan baku yang diperlukan dalam penyusunan formulasi pakan ternak, ikan, pembuatan
biskuit maupun pembuatan mie yang ditinjau dari kualitasnya. Menurut Adawiyah (2007)
Bahan baku tepung ikan mengandung protein yang tinggi dan asam amino esensial yang
diperlukan oleh tubuh. Selain itu, nilai biologisnya mencapai 90% dengan jaringan pengikat
sedikit sehingga mudah dicerna.
Tepung ikan umumnya diolah dari ikan-ikan yang bernilai ekonomi rendah, hasil
samping penangkapan (bycatch) atau persediaan ikan saat produksi hasil tangkapan nelayan
melimpah. Untuk membuat tepung ikan sebenarnya dapat digunakan semua jenis ikan, namun
hanya ikan pelagis dan demersal saja yang banyak digunakan sebagai bahan baku. Oleh karena
itu, selama ikan masih mungkin dikonsumsi segar oleh masyarakat, tidaklah layak bila ikan
dijadikan tepung ikan karena akan terjadi persaingan harga pembelian bahan baku.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui perencanaan usaha pengolahan tepung ikan
2. Menyediakan informasi mengenai aspek-aspek usaha dalam pengolahan tepung ikan
3. Menentukan kelayakan finansial industri pengolahan tepung ikan
1.3 Manfaat
1. Mampu memberikan informasi mengenai tingkat kelayakan finansial dari usaha
pengolahan tepung ikan.
2. Mampu menjadi alternatif solusi untuk membandingkan usaha-usaha dibidang
pengolahan.
3. Mampu meningkatkan kualitas kebutuhan protein dari pangan masyarakat
Indonesia.
4. Memberikan peluang bagi nelayan untuk mengembangkan pendapatan melalui usaha
pengolahan tepung ikan sebagai home industry secara legal.
5. Sebagai usaha alternatif yang berpenghasilan ketika nelayan sedang tidak melaut.
Makalah ini dibuat menggunakan metode penelitian yaitu metode deskriptif. Selain itu
pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Tuna
Ikan tuna memiliki tubuh seperti torpedo dengan kepala yang lancip. Tubuhnya licin,
sirip dada melengkung dan sirip ekor bercagak dengan celah yang lebar. Ikan tuna juga
memiliki warna biru kehitaman pada bagian punggung dan berwarna keputih-putihan pada
bagian perut. Ikan tuna pada umumnya memiliki Panjang 40-200 cm dengan berat antara 3-
130 kg. Menurut saanin (1986) klasifikasi ikan tuna yaitu sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Telostei
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Thunnus sp.
Ikan tuna merupakan ikan dari family scombridae yang memiliki kandungan protein
yang kalsium yang tinggi. Kandungan kalsium pada ikan tuna yaitu sebesar 39-40%. Tulang
ikan tuna tidak mengandung bahan atau zat-zat yang berbaya serta menghambat penyerapan
kalsium seperti serat, filtrat, dan oksalat, sehingga kalsium yang terkandung dalam tulang ikan
dapat lebih mudah diserap oleh tubuh serta murah dan mudah didapat (Wijayanti et al., 2018).
Tulang ikan merupakan salah satu limbah perikanan yang memiliki nilai ekonomi. Akan
tetapi, pemanfaatan limbah perikanan tersebut masih belum diperhatikan dan dimanfaatkan
dengan baik. Pengolahan limbah tulang ikan bertujuan untuk mengurangi resiko pencemaran
terhadap lingkungan (Sulistiyani et al., 2016). Menurut ibrahim (2009) tulang ikan merupakan
hasil samping dari industri pengolahan fillet. Rendemen fillet yang dihasilkan dari pengolahan
fillet yaitu 36% dan sebanyak 64% merupakan hasil samping yang terutama tulang ikan.
Tulang ikan juga merupakan limbah industri pengolahan yang memiliki kandungan kalsium
tertinggi dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain, karena unsur utama dari tulang ikan
adalah kalsium, fosfor dan karbonat. Kalsium yang terkandung dalam hewan termasuk tulang
ikan merupakan salah satu sumber kalsium yang masih belum banyak dimanfaatkan
(Kusumaningrum, et al., 2016).
Pembuatan tepung tulang ikan dilakukan dengan diawali dengan membersihkan tulang,
kemudian dilanjutkan dengan mengeringkan tulang yang sudah dibersihkan. Tulang tersebut
kemudian dihancurkan hingga menjadi tepung kasar, serpihan-serpihan tulang tadi direndam
dalam air kapur 10% selama semalam, kemudian dicuci dengan air tawar. Hasil perendaman
dikeringkan sampai kadar air 5% sehingga menghasilkan tepung tulang yang berkualitas
(Sinaga, 2018). Hasil samping limbah industri pengolahan juga memiliki ikan yang
mengandung tipe limbah organik dengan komponen utamanya tulang. Tulang ikan memiliki
porsi 10% dari total berat tubuh ikan, merupakan salah satu limbah pengolahan ikan. Dalam
tepung tulang ikan mengandung kalsium sebesar 23.72% hingga 39.24% dan fosfor sebesar
11.34% hingga 14.25%. (Handayani et al., 2012).
2.3 Tepung Tulang
Tepung tulang ikan mengandung nano kalsium dan kalsium fosfor yang tinggi. Tepung
tulang merupakan sumber kalsium dan fosfor yang menyediakan sumber pangan yang kaya zat
gizi dan ditujukan untuk mengurangi kadar pencemaran lingkungan. Tepung tulang ikan juga
mengandung nitrogen seperti asam amino. Penggunaan tepung tulang biasanya digunakan
untuk campuran pada pembuatan makanan. Dimana penggunaan tepung tersebut memiliki
hubungan dengan kadar abu yaitu semakin tinggi penggunaan tepung tulang, maka semakin
tinggi kadar abunya. Salah satu aspek Pemanfaatan tepung tulang ikan tuna yaitu dengan
memfortifikasi atau menambahkan tepung tulang ikan tuna dalam pembuatan produk pangan
fungsional untuk menambahkan zat gizi dalam makanan, salah satu produk pangan yang dapat
ditambahkan kalsium serta dapat diterima oleh masyarakat adalah biskuit (Handayani et al.,
2012).
BAB III
PEMBAHASAN
Untuk melaksanakan proses produksi pembuatan tepung ikan dari limbah pengolahan hasil
perikanan ini, dibutuhkan beberapa peralatan yang harus disiapkan, antara lain :
a. Mesin penghancur/penggiling kapasitas 100 kg per jam.
b. Mesin press hidrolik.
c. Oven pengering kapasitas 1 ton per satu kali pengeringan.
d. Mesin penepung kapasitas 100 kg per jam.
e. Mesin penutup karung manual.
f. Timbangan duduk kapasitas 100 kg
Diantara peralatan tersebut memang ada beberapa alat yang harus dimodifikasi, diantaranya
mesin press, oven, dan disain kemasan, sedangkan untuk mesin penghancur, mesin penepung,
mesin penutup karung dan timbangan duduk, sudah ada dan layak pakai.
Gambar 2. Rencana Lay Out Pabrik Pengolahan Tepung Ikan Skala Home Industri
(Sumber : Harris et al. 2012)
Keterangan :
1. Bahan Baku masuk
2. Penyortiran
3. Pencucian
4. Pengukusan
5. Pengepresan
6. Pengeringan
7. Penepungan
8. Tepung ikan
9. Pengemasan
10. Penggudangan dan Pemasaran
3.7 AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Usaha Pengolahan Tepung Tulang Ikan Tuna Terhadap
Lingkungan
Dampak Positif Dari Pembangunan Usaha Pengolahan Tepung Tulang Ikan Tuna:
a. Pemanfaatan limbah tulang ikan tuna sebagai sumber kalsium merupakan salah satu
alternatif dalam rangka menyediakan sumber pangan kaya kalsium sekaligus mengurangi
dampak buruk pencemaran lingkungan akibat dari pembuangan limbah industri
pengolahan tuna.
b. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar tempat didirikan usaha tersebut
sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di sekitar tempat usaha tersebut.
Usaha pengolahan tepung tulang ini juga meningkatkan pendapatan pengusaha lokal
disekitar, seperti toko kemasan dan usaha perparasi mesin.
c. Memberi pembelajaran kepada masyarakat tentang pengolahan limbah tulang ikan guna
dijadikan sebagai tepung tulang ikan dan mentransfer pengetahuan kepada masyarakat
tentang pentingnya pemakaian tepung tulang yang berasal dari limbah tulang ikan untuk
dikonsumsi karena kandungan gizi yang tinggi, yaitu kalsium, fosfor, dan karbonat.
Dampak Negatif Dari Pembangunan Usaha Pengolahan Tepung Tulang Ikan Tuna:
a. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan. Pendirian usaha tepung tulang ikan pada lahan
kosong atau sawah dapat merugikan beberapa pihak. Perubahan fungsi dan tata guna
lahan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan mata pencaharian dan pendapatan
penduduk. Semisal, pada awalnya wilayah tersebut merupakan wilayah pertanian.
Setelah adanya usaha tersebut, para penduduk setempat beralih menjadi profesi.
Otomatis, pendapatan mereka juga berubah.
b. Penurunan Kualitas udara dapat disebabkan bahan baku dari tepung tulang ikan tuna
yang berbau kurang sedap. Udara disekitar UMKM menjadi kotor dan berimbas pada
kesehatan masyarakat sekitar. Peningkatan kebisingan pada kegiatan proses produksi
yang menganggu ketenangan masyarakat sekitar.
c. limbah sisa hasil produksi seperti air cucian tulang dapat mencemari lingkungan sekitar
apabila tidak ditangani dengan benar, serta dapat menurunkan kualitas air sumur di
sekitar daerah yang digunakan untuk mendirikan usaha tersebut.
3.8 Keuangan
Biaya Tetap
No Nama barang Jumlah Harga
.
1. Kompor 2 buah Rp. 1.000.000
2. Mesin penepung 1 buah Rp. 3.500.000
3. Sewa bangunan Per bulan Rp. 5.000.000
4. Gaji karyawan 2 orang Rp. 4.000.000
5. Oven 3 buah Rp. 500.000
6. Timbangan 2 buah 2 buah Rp. 200.000
7. Panci 4 buah Rp. 200.000
8. Peralatan dapur Rp. 100.000
9. Ember 2 buah Rp. 100.000
Total Rp. 14.600.000
Biaya Variabel
1. Tulang ikan tuna 650kg/bulan Rp. 3.250.000
2. NaOH 2 sacks Rp. 170.000
3. Air PAM Rp. 200.000
Total Rp. 3.620.000
Pendapatan : Kapasitas produksi per bulan (kg) x harga jual = 600 x 35.000 = Rp. 21.000.000